Anda di halaman 1dari 56

PRINSIP SCALING DAN ROOTPLENING

DEFINISI DAN ALASAN

Scaling adalah suatu prosedur dimana plak dan kalkulus dieliminasi dari

permukaan supragingiva dan subgingiva gigi. Root planing adalah prosedur

pengambilan sisa kalkulus dan sementum pada akar gigi sehingga diperoleh

permukaan akar gigi yang halus, keras dan bersih.

Tujuan utama dari scaling dan root planing adalah untuk memperbaiki

kesehatan gusi secara menyeluruh dengan menghilangkan elemen yang dapat

menyebabkan inflamasi gusi (yaitu, plak, kalkulus, endotoksin) dari permukaan

gigi (Gambar 51-82). Pengaplikasian teknik intrumentasi yang baik dapat

mengurangi jumlah bakteri subgingiva secara keseluruhan yang dapat merubahan

komposisi plak subgingiva dari yang didominasi bakteri gram negatif aerob

menjadi bakteri gram positif fakultatif anaerob. Setelah dilakukan scaling dan root

planing secara menyeluruh, terjadi pengurangan spitochetes, batang motil, dan

pathogen putative seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas

gingivalis , and Prevotella intermedia dan terjadi perubahan dalam mikrobiota

yang disertai dengan berkurangnya atau hilangnya peradangan klinis.

Scaling dan root planing bukan prosedur yang terpisah; semua prinsip dari

scaling berlaku juga untuk root planing. Perbedaan indikasi antara scaling dan

root planing biasanya berhubungan dengan derajat keparahan. Anatomi gigi

menentukan sejauh mana permukaan harus di scaling dan root planing


Plak dan kalkulus pada permukaan enamel memicu inflamasi gingiva.

Enamel secara keseluruhan memiliki permukaan yang halus dan rata, kecuali

bagian groove dan pit. Plak dan kalkulus biasanya menempel pada permukaan

licin enamel. Scaling dapat menghilangkan semua plak dan kalkulus dari enamel,

serta menghasilkan permukaan yang halus dan bersih.

Permukaan akar yang terkena plak dan kalkulus membutuhkan

penanganan yang berbeda. Deposit kalkulus pada permukaan akar sering melekat

pada bagian sementum yang tidak rata. Kalkulus subgingival mengandung bakteri

dan endotoksin karena itu harus dihilangkan seluruhnya. Ketika dentin terkena ,

bakteri pada plak dapat menyerang tubulus dentin. Oleh karena itu, scaling saja

tidak cukup untuk membersihkannya, dan sebagian dari permukaan akar harus

dihilangkan untuk menghilangkan deposit ini. Zat-zat beracun terutama

endotoksin biasanya terdapat pada permukaan akan yang terkena plak dan

disekitar poket. Bukti menunjukkan bahwa zat-zat beracun hanya melekat pada

superfisial akar dan tidak menembus secara mendalam. Pengeliminasian

sementum dalam jumlah banyak tidak diperlukan untuk membuat akar bebas dari

toksin dan sebaiknya dihindari. Teknik instrumentasi dapat menyebabkan terbuka

dentin, sepertinya pada daerah dimana sementum yang tipis.

Scaling dan root planing bukan merupakan prosedur yang terpisah.

Prosedur ini termasuk dalam fase inisial dari tahapan perawatan. Setelah

dilakukan analisis secara cermat, jumlah kunjungan yang diperlukan harus

diperkirakan. Pasien dengan jumlah kalkulus yang sedikit dengan keadaan

jaringan di sekitar gigi relative sehat dapat dirawat dalam satu kali kunjungan.
Kebanyakan pasien lain memerlukan beberapa kali kunjungan untuk perawatan.

Dokter gigi harus memperkirakan jumlah kunjungan yang diperlukan berdasarkan

jumlah gigi dalam mulut pasien, tingkat keparahan inflamasi, jumlah dan lokasi

kalkulus, kedalaman dan aktivitas poket, adanya keterlibatan furkasi, dan

dibutuhkannya anastesi lokal.

Keterampilan yang baik dalam scaling dan root planing sangat penting

untuk kesuksesan utama dari terapi periodontal. Dari semua prosedur klinis gigi,

scaling subgingiva dan root planing pada poket yang dalam adalah keterampilan

yang paling sulit dan harus dikuasai. Apabila instrumentasi tidak dapat pencapai

permukaan akar maka dibutuhkan bedah periodontal.

Gambar5182: Hasil perawatan tahap 1. A sampai F, Moderate

periodontitis kronis. A, Pasien dengan moderat kehilangan perlekatan sedang dan

kedalaman probe berkisar 4 sampai 6 mm. Gingiva nampak merah muda karena

fibrosis dan peradangan jauh di dalam poket periodontal. B, Tampilan dari lingual

sebelum perawatan, dengan peradangan lebih terlihat dan deposito kalkulus yang

tebal. C dan D, Bagian yang sama dengan peningkatan kesehatan gingiva yang
signifikan 18 bulan setelah scaling, root planing, dan terapi kontrol plak; pasien

kembali untuk kunjungan perawatan rutin. E dan F, Gambaran radiografi dari gigi

anterior rahang bawah. Radiografi dilakukan 18 bulan setelah tahap I terapi dan

perawatan menunjukkan tidak ada peningkatan kehilangan tulang.

DETECTIONSKILLS

Visual yang baik dan sensitifitas taktil sangat dibutuhkan untuk penilaian

awal tingkat dan sifat dari kalkulus dan akar sebelum melakukan scaling dan root

planing. Evaluasi yang benar dari hasil instrumentasi tergantung pada kemampuan

mendeteksi ini.

Pemeriksaan visual untuk kalkulus supragingival dan subgingival tepat

dibawah gingival margin tidak begitu sulit dibawah pencahayaan yang bagus dan

area yang bersih. Deposit ringan dari kalkulus supragingival seringkali sulit

dilihat ketika area kerja basah terkena saliva. Semprotan udara digunakan untuk

mengeringkan kalkulus supragingival sampai terlihat berwarna putih pucat. Udara

juga bisa diarahkan kedalam pocket dalam aliran yang stabil untuk memisahkan

marginal gingiva dari gigi sehingga deposit subgingival yang dekat ke permukaan

dapat terlihat.

Sensitifitas taktil pada area subgingival di poket, furkasi dan developmental

depresion lebih sulit diaplikasikan dibandingkan pemeriksaan visual pada area

supragingival. Eksplorer dan probe dipegang secara ringan namun stabil untuk

mendeteksi kalkulus subgingival dan permukaan yang tidak rata. Bagian depan
ibu jari dan jari-jari lainnya terutama jari tengah akan merasakan sedikit getaran

melalui gagang instrumen untuk merasakan permukaan akar yang tidak rata.

Setelah finger rest ditempatkan, ujung instrumen dengan hati-hati

dimasukkan subgingiva sampai ke dasar poket. Eksplorasi ringan dilakukan secara

vertikal pada permukaan akar. Ketika kalkulus ditemukan, ujung instrumen harus

dilanjutkan lebih ke apikal sampai akhiran kalkulus pada akar dirasakan. Jarak

antara ujung apikal dengan dasar dari pocket biasanya berkisar antara 0.2 to 1.0

mm. Ujung dari instrumen ditempatkan mendekati gigi dengan sudut yang sesuai

untuk menghindari terjadinya trauma. Pengekspolarasian pada permukaan

proximal gigi harus melewati area kontak untuk mendeteksi deposit

interproksimal.

Teknik eksplorasi dan sensivitas taktil sangat penting, tetapi penilaian

secara visual untuk mendeteksi kalkulus juga diperlukan. Klinisi pada awalnya

sulit dalam mendeteksi kalkulus yang tipis dan jaringan sementum yang nekrotik.

Penemuan kalkulus tersebut secara klinis dimulai dengan margin, ketebalan

kalkulus, dan daerah yang retentif, serta kekasaran yang terasa seperti lapisan

lengket atau film yang menutupi permukaan gigi. Restorasi gigi yang

Overhanging, karies, dekalsifikasi, dan kekasaran permukaan akar akibat

instrumentasi sebelumnya biasanya ditemukan pada saat ekspolasi. Penemuan

klinis tersebut harus dikenali dan dibedakan dengan kalkulus subgingival. Karena

itu diperlukan pengalaman dan tingkat sensivitas taktil yang tinggi.

TEKNIK SCALING SUPRAGINGIVA


Kalkulus yang terletak pada supragingiva secara umum lebih lunak dan

lebih mudah dibersihkan dibandingkan kalkulus subgingiva. Scaling kalkulus

supragingiva, dilakukan dengan instrumentasi pada daerah mahkota dan tidak

dibatasi oleh jaringan sekitarnya, sehingga adaptasi dan angulasi lebih mudah.

Scaling kalkulus supragingiva juga memungkinkan adanya visibilitas langsung

dan gerakan yang lebih bebas dibanding scaling kalkulus subgingival.

Kalkulus supragingiva biasanya dihilangkan dengan menggunakan sickle,

kuret, dan instrumen ultrasonic dan sonic. Hoe dan chisel jarang digunakan. Pada

teknik scaling supragingiva, sickle atau kuret dipegang dengan cara modified pen

grasp dan diberikan firm finger rest pada gigi yang berada di area yang

berlawanan dengan area kerja. Angulasi blade dengan permukaan gigi sedikit

lebih kecil dari 90°. Cutting edge harus berada pada margin apikal kalkulus, dan

ditarik ke arah koronal secara vertikal atau obliq dengan tarikan yang cukup,

kuat, dan overlapping. Berhati-hatilah dalam penggunaan sickle karena ujungnya

yang tajam dapat merusak jaringan sekitar, sehingga adaptasi dengan permukaan

gigi harus baik. Permukaan gigi dievaluasi hingga bebas dari semua deposit

supragingiva. Jika ujung blade dapat diinsersikan dan ditarik dengan mudah,

sickle mungkin dapat digunakan sedikit di bawah free gingiva. Jika sickle

digunakan dengan cara ini, final scaling dan root planing dengan kuret harus

selalu dilakukan.

TEKNIK SCALING SUBGINGIVAL DAN ROOT PLANING


Teknik scaling subgingiva dan root planing jauh lebih kompleks dan sulit

dilakukan dibandingkan scaling supragingival. Kalkulus subgingival biasanya

lebih sulit dieliminasi daripada kalkulus supragingiva dan sering menempel pada

akar yang tidak beraturan. Visibilitas dan aksesibilitas dapat terhalang karena

pendarahan yang mungkin terjadi, oleh karena itu sangat bergantung pada

sensitifitas taktil

Selain itu, dinding poket yang berhimpit dengan permukaan gigi akan

membatasi gerakan instrumentasi, oleh karena itu klinisi harus berhati-hati

terhadap jaringan lunak sekitar untuk mencegah terjadinya trauma. Dokter harus

memahami Morfologi dan anatomi gigi agar sensitivitas taktil selama

intrumentasi dapat diperoleh, sehingga adaptasi dan angulasi sesuai. Kuret lebih

banyak digunakan dokter untuk scaling subgingiva dan root planing karena

keuntungan yang diberikan oleh bentuknya. Desain kuret memungkinkan untuk

dimasukan ke dasar poket dan diadapasikan pada kontur gigi dengan trauma

jaringan yang minimal.

Sickle, hoe, file, dan instrumen ultrasonik juga digunakan untuk scaling

kalkulus subgingiva. Beberapa file kecil (misalnya, file Hirschfeld) dapat

dimasukan kedasar poket untuk memecah deposit. File yang besar, hoes, sickles,

dan tips ultrasonik yang standar digunakan untuk supragingiva terlalu besar dan

tidak dapat dimasukan dengan mudah kedalam poket atau area dimana jaringan

fibrosis. Hoes dan files tidak dapat menghasilkan permukaan yang sehalus seperti

kuret. Hoes, files, dan tips ultrasonik standar semua lebih menyebabkan trauma

pada akar dan jaringan sekitarnya. Meskipun tips ultrasonik dirancang tipis agar
dapat dimasukan dengan mudah ke subgingiva untuk menscaling poket yang

dalam dan furkasi, alat tersebut digunakan dengan kekuatan yang lembut. Ketika

scaling dengan kekuatan yang lembut dilakukan pada kalkulus yang tebal, tips

ultrasonik yang tipis hanya mengurangi kalkulus tetapi tidak menghilangkannya.

Oleh karena itu, scaling dengan ultrasonik harus disertakan dengan

eksplorasi dan instrumetasi lebih lanjut dengan kuret bila diperlukan.

Scaling subgingiva dan root planing dilakukan dengan kuret universal atau

kuret Gracey dengan mengikuti prosedur dasar berikut. Kuret dipegang dengan

teknik modified pen grasp dan firm finger rest. Cutting edge diadaptasikan dengan

lembut pada gigi dimana tangkai bagian bawah disejajarkan dengan permukaan

gigi . Blade kemudian diinsersikan di bawah gingiva sampai ke dasar poket

dengan gerakan eksplorasi ringan. Bila cutting edge telah mencapai dasar poket,

tarikan kelateral dengan angulasi 45o dan 90o terhadap permukaan gigi. Kalkulus

dihilangkan dengan gerakan yang cukup, terkontrol, berulang, dan pergelangan

tangan yang cukup bertenaga. Cutting edge digerakan sampai tidak ada tahanan

akibat kalkulus. Gerakan root planing dilakukan dengan tekanan kearah lateral

sampai permukaan akar benar-benar halus. Intrumen harus dipegang dengan hati-

hati agar ujung blade dapat beradaptasi pada permukaan line angle gigi,

developmental depressions, dan semua kontur gigi. Gerakan instrumentasi yang

berlebih dan tidak terkontrol dapat menumpulkan instrumen.


Gambar 51-83: Prosedur scaling subgingiva. A, kuret dimasukan dengan bagian

dari pisau mengarah ke gigi. B, angulasi kerja (45-90 derajat) dibentuk didasar

poket.C, tekanan ke lateral yang dilakukan dan gerakan scaling dilakukan kearah

koronal.

Keberhasilan pembersihan kalkulus bergantung pada karakteristik kalkulus

dan gerakan inisial ketika root planing. Jika gaya yang berlebihan yang diberikan

berulangkali dapat menyebabkan goresan sehingga permukaan akar menjadi

kasar.

Apabila gaya kelateral terlalu kuat, struktur permukaan akar akan terkikis.

Setelah prosedur scaling yang dilakukan kemudian dilakukan prosedur root

planing dengan gerakan yang ringan.

Pada saat scaling, kekuatan bisa dipusatkan pada sepertiga bagian bawah

blade (Gambar 51-69). Beberapa milimeter dari ujung blade, diposisikan di apikal

lateral kalkulus, dan disgerakan secara vertikal atau miring untuk memecah

kalkulus dari permukaan gigi. Tanpa menarik instrumen dari poket, blade

digerakan ke lateral untuk memecah kalkulus yang tersisa. Gerakan vertikal atau

miring dilakukan lagi, sedikit tumpang tindih dengan gerakan sebelumnya. Proses

ini dilakukan dalam prosedur scaling sampai seluruh deposit hilang


Gambar 51-84: Instrumentasi untuk menghilangkan kalkulus. A, Kalkulus

dihilangkan dengan cara menyeret tepi apikal atau lateral dengan ujung pemotong

svaler; pergerakan instrumen kearah vertikal akan menghilangkan kalkulus,

seperti yang terlihat pada gambar. B, Instrumen digerakan ke lateral dan bergerak

lagi ke tepi kalkulus, tumpang tindih dengan gerakan sebelumnya hingga batas

tertentu. C, Bagian akhir dari deposit yang dihilangkan.

Menarik tepi kalkulus yang besar dan kuat dengan seluruh panjang ujung

pemotong scaler tidak disarankan karena gaya yang didistribusikan tidak

dikonsentrasikan dengan baik. Tarikan lateral yang lebih besar diperlukan untuk

mengeliminasi seluruh deposit dalam satu gerakan. Satu kali gerakan biasanya

tidak cukup untuk mengeliminasi kalkulus seluruhnya. Ujung blade digunakan

untuk menelusuri permukaan deposit sehingga deposit dapat dieliminasi sedikit

demi sedikit.

Kesalahan yang umum terjadi ketika dilakukan instrumentasi pada

proksimal adalah sulitnya untuk mencapai daerah interproksimal. Daerah ini

relatif tidak dapat diakses, dan membutuhkan keterampilan instrumentasi yang

lebih dari permukaan bukal atau lingual. Hal tersebut akan efektif apabila bagian
bawah tetap paralel dengan sumbu panjang gigi (Gambar 51-85, A). Gerakan akan

terhambat karena ujung cenderung tersangkut di proksimal. (Gambar 51-85, dan

C).

Jarak antara jari dan daerah kerja penting karena, (1) Finger rest atau titik

tumpu harus diposisikan agar tangkai bagian bawah instrumen paralel atau hampir

sejajar dengan permukaan gigi. Kesejajaran ini merupakan syarat dasar untuk

angulasi kerja yang optimal, (2) finger rest atau titik tumpu harus diposisikan agar

pergerakan pergelangan tangan operator dengan leluasa. Pada rahang atas

posterior, persyaratan ini dapat dipenuhi hanya dengan menggunakan tumpuan

ekstraoral atau sebaliknya. Ketika finger rest atau titik tumpu intraoral digunakan

di daerah lain di mulut, finger rest harus cukup dekat dengan wilayah kerja untuk

memenuhi dua persyaratan tersebut. Finger rest atau titik tumpuan yang diletakan

terlalu jauh dari wilayah kerja membuat dokter mengalami kesulitan dalam

mendapatkan kesejajaran dan angulasi yang tepat. Gerak pergelangan tangan yang

efektif dapat dicapai apabila finger rest berada pada titik tumpu.

Gambar 51-85: Posisi shank untuk scaling permukaan proximal. A, Posisi shank

yang benar, sejajar dengan sumbu panjang gigi. B, posisi shank salah, miring jauh

dari gigi. C, posisi shank salah, miring ke arah gigi


Posisi tubuh operator dan letak finger rest harus selalu disesuaikan untuk

mendapatkan kesejajaran dan keleluasaan gerakan pergelangan tangan. Contoh-

contoh yang ditunjukkan memberikan efisiensi maksimum untuk kenyamanan

dokter dan pasien. Berikut pendekatan dapat digunakan:

Gambar 51-86: Posterior Kanan Rahang Atas; aspek fasial

Posterior Kanan Rahang Atas; aspek fasial (Molar) (Gambar 51-86).

Posisi Operator : Posisi samping

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung (tidak langsung untuk permukaan distal molar).

Retraksi : Kaca mulut atau jari lainnya

Finger rest : Ekstraoral, telapak tangan. Punggung jari tengah dan jari

manis terletak pada lateral mandibula pada sisi kanan

wajah.
Gambar 51-87: Posterior Kanan Rahang Atas: aspek fasial (Premolar)

Posterior Kanan Rahang Atas: aspek fasial (Premolar) (Gambar 51-87).

Posisi operator : Di sebelah atau di belakang pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi : Kaca mulut atau jari lainnya

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis berada pada

permukaan oklusan gigi sebelahnya.

Gambar 51-88: Posterior Kanan Rahang Atas: aspek palatal

Posterior Kanan Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-88).

Posisi operator : Di sebelah atau depan pasien

Pencahayaan : Langsung dan tidak langsung


Penglihatan : Langsung dan tidak langsung

Retraksi :-

Finger rest : Ekstraoral, telapak tangan. Punggung jari tengah dan jari

manis terletak pada lateral mandibula di sisi kanan wajah.

Gambar 51-89: Posterior Kanan Rahang Atas: Aspek palatal.

Posterior Kanan Rahang Atas: Aspek palatal (Gambar 51-89)

Posisi operator : Di depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi :-

Finger rest : Intraoral, telapak tangan, jari. Jari telunjuk tangan yang

tidak bekerja berada di permukaan oklusal dari gigi poserior

kanan rahang atas. Jari manis dari tangan yang bekerja pada

jari telunjuk tangan yang tidak bekerja.


Gambar 51-90: Anterior Rahang Atas: Aspek wajah

Anterior rahang atas: Aspek fasial (Gambar 51-90).

Posisi operator : Di belakang pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi : Jari telunjuk dari jari yang tidak bekerja

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge

pada gigi sebelah.

Gambar 51-91: Anterior Rahang Atas: aspek fasial

Anterior Rahang Atas: aspek fasial (Gambar 51-91)

Posisi operator : Di depan pasien


Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi : Jari telunjuk dari jari yang tidak bekerja

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan labial pada gigi sebelah

Gambar 51-92: Anterior Rahang Atas: aspek palatal

Anterior Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-92).

Posisi operator : di belakang pasien

Pencahayaan : tidak langsung

Penglihatan : tidak langsung

Retraksi :-

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

perukaan oklusal pada gigi sebelah

.
Gambar 51-93 Posterior Kiri Rahang Atas: aspek fasial

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek fasial (Gambar 51-93)

Posisi operator : Di samping atau belakang pasien

Pencahayaan : Langsung atau tidak langsung

Penglihatan : Langsung atau tidak langsung

Retraksi : Kaca mulut

Finger rest : Ekstraoral, telapak tangan. Permukaan depan dari jari

tengah dan jari manis pada lateral mandibula sebelah kiri.

Gambar 51-94: Posterior Kiri Rahang Atas: aspek fasial

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek fasial (Gambar 51-94)


Posisi operator :di samping atau belakang pasien

Pencahayaan : langsung atau tidak langsung

Penglihatan : langsung atau tidak langsung

Retraksi : kaca mulut

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge

atau permukaan oklusal dari gigi sebelah.

Gambar 51-95 Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-95)

Posisi operator : Di depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi :-

Finger rest : Intraoral. Jari manis pada incisal edge dari gigi anterior

rahang bawah atau permukaan fasial dari premolar rahang


bawah, diperkuat dengan jari telunjuk dari tangan yang

tidak bekerja

Gambar 51-96: Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-96)

Posisi operator : di depan pasien

Pencahayaa : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi :-

Finger rest : ekstraoral, telapak tangan. Permukaan depan dari jari

tengah dan jari manis pada permukaan lateral dari

mandibula. Tangan yang lainnya memegang kaca mulut

sebagai pencahayaan tidak langsung.


Gambar 51-97: Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal.

Posterior Kiri Rahang Atas: aspek palatal (Gambar 51-97)

Posisi operator : Di samping atau depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung

Retraksi :-

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

Gambar 51-98 Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek fasial

Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek fasial (Gambar 51-98)

Posisi operator : Di samping atau belakang pasien


Pencahayaan : Langsung

Penglihatan : Langsung atau tidak langsung

Retraksi : Kaca mulut atau jari telunjuk

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge

atau permukaan oklusal dari gigi sebelah

Gambar 51-99: Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek lingual

Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek lingual (Gambar 51-99)

Posisi operator:di samping ataudepan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah


Gambar 51-100: Amterior Rahang Bawah: aspek fasial

Amterior Rahang Bawah: aspek fasial (Gambar 51-100)

Posisi operator :Di depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihata : Langsung

Retraksi : Jari telunjuk dari tangan yang tidak bekerja

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal dari gigi sebelah

Gambar 51-101 Anterior Rahang Bawah: aspek fasial

Anterior Rahang Bawah: aspek fasial (Gambar 51-101)

Posiisi operator : Di belakang pasien

Pencahayaan : Langsung
Penglihatan : Langsung

Retraksi : Jari telunjuk atau jempol dari tangan yang tidak bekerja

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge

atau permukaan oklusal gigi sebelah

Gambar 51-102: Anterior Rahang Bawah: aspek lingual

Anterior Rahang Bawah: aspek lingual (Gambar 51-102)

Posisi operator :di belakang pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge

atau permukaan oklusal gigi sebelah


Gambar 51-103: Anterior Rahang Bawah: aspek lingual

Anterior Rahang Bawah: aspek lingual (Gambar 51-103)

Posisi operator:di depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

Gambar 51-104: Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek fasial

Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek fasial (Gambar 51-104)


Posisi Operator : Di sebelah atau depan pasien

Pencahayaan : Langsung

Penglihata : Langsung

Retraksi : Kaca mulut atau jari telunjuk dari tangan lainnya

Finger rest : Intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah

Gambar 51-105: Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek lingual

Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek lingual (Gambar 51-105)

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Finger rest : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau

permukaan oklusal gigi sebelah


SCALING ULTRASONIK

INSTRUMEN

Instrumen ultrasonik telah digunakan sebagai tambahan yang penting

dalam metode instrumentasi konvensional selama bertahun-tahun. Tips ultrasonik

yang besar dan tebal, umumnya hanya cocok untuk scaling supragingiva,

sedangkan tips ultrasonik tipis dapat mengakses bagian subgingiva yang

sebelumnya hanya dapat diakses dengan instrumen konvensional. Penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan instrumen ultrasonik meninggalkan

permukaan yang kasar dari pada kuret. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa

instrumen ultrasonik dengan tips lebih tipis menghasilkan permukaan akar yang

halus atau lebih lembut daripada kuret.

Instrumen ultrasonik terbukti lebih efektif dibandingkan instrumen

konvensional dalam mengurangi bakteri spirochetes dan motile rods pada

keterlibatan furkasi kelas II dan III. Dua penelitian in vitro menemukan bahwa

scaler ultrasonik dan sonik tidak membunuh bakteri patogen periodontal dengan

energi getaran yang dihasilkan, tetapi oleh karena adanya peningkatan suhu.

Penelitian in vitro lain menemukan Gracey Curvettes lebih efektif dibanding slim

ultrasonik dalam membersihkan saluran akar, jalan masuk furkasi, dan area

furkasi dari debris pada molar mandibula pertama.

Penggunaan instrumen ultrasonik dan instrumen konvensional ditentukan

berdasarkan kebutuhan pasien. Keberhasilan perawatan ditentukan oleh waktu

prosedur dan tingkat kebersihan permukaan akar. Dokter biasanya menggunakan


kombinasi ultrasonik dan instrumen konvensional untuk mencapai kebersihan

yang menyeluruh.

Getaran yang dihasilkan oleh instrumen ultrasonik sangat berguna dalam

menghilangkan deposit kalkulus yang berat dan stain. Deposit seperti itu dapat

lebih mudah dihilangkan menggunakan ultrasonik. Saat instrumen ultrasonik

dapat diaplikasikan dengan baik, maka trauma jaringan dan ketidaknyamanan

pasca terapi dapat diminimalkan. Instrumentasi ultrasonik biasanya sangat

berguna pada terapi inisial pada pasien dengan kondisi nyeri akut seperti

necrotizing ulcerative gingivitis. Perangkat scaling ultrasonik juga dapat

digunakan untuk kuretase gingival dan menghilangkan overhang serta kelebihan

semen setelah penyemenan alat ortodontik.

Salah satu kontraindikasi dalam penggunaan scaler ultrasonik dan sonik

adalah pada pasien pengguna cardiac pacemakers dalam waktu yang lama. Pasien

yang baru menggunakan pacemakers dapat ditangani dengan aman. Namun,

terdapat resiko akan meningkat jika pasien lemah secara medis atau alat ultra

ultrasonik yang digunakan rusak. Pasien dengan penyakit menular melalui udara

tidak boleh dirawat dengan alat ultrasonik ataupun sonik, karena semprotan air air

akan mengkontaminasi area perawatan. Langkah-langkah pengendalian infeksi

yang tepat harus dilakukan menggunakan jas lab, kacamata, masker dan sarung

tangan) dan dekontaminasi area kerja yang benar dilakukan setelahnya.

Pengguaan obat kumur antimikrobial selama 1 menit seperti chlorhexidine 0,12%

secara signifikan mengurangi jumlah bakteri. Pasien yang beresiko untuk penyakit

pernapasan tidak boleh dirawat dengan alat ultrasonik maupun sonik, termasuk
pasien imunosupresi maupun gangguan paru-paru kronis. Penggunaan ultrasonik

dan sonik pada bahan logam seperti implan titanium merupakan kontraindikasi

karena dapat tergores atau tercungkil, dan untuk bahan restorasi porselen karena

dapat fraktur atau lepas. Ultrasonik berbahan magnetostrictive dan piezoelectric

plastic-tipped yang tidak merusak implan titanium(Gambar 51-106). Plastic dan

teflon-coated sonic scaler tips juga telah dikembangkan untuk implan titanium dan

untuk deplaquing dan polishing subgingival permukaan akar.

Gambar 51-106 Tip ultrasonik untuk implan. A, Plastic Piezon Implant Insert

(EMS). B, Blue Plastic Magnetostrictive Insert (Tony Riso). C, D, dan E, Carbon

Composite Piezoelectric Inserts : PH1, PH2R, dan PH2L (Satelec).

TEKNIK

Instrumentasi ultrasonik digunakan dengan sentuhan ringan dan tekanan

ringan, menjaga tip sejajar dengan permukaan gigi dan bergerak dengan konstan.

Tips scaler diaplikasikan pada satu tempat terlalu lama membuat daerah yang

kasar permukaan akar atau gigi. Penggunaan daya yang rendah dan sedikit

tekanan dapat mengurangi kedalaman dan struktur gigi yang akan hilang. Akhiran
dari instrumen ultrasonik harus berkontak dengan kalkulus agar dapat dipecah dan

dilepaskan. Working tip harus berkontak dengan seluruh aspek permukaan akar

untuk menghilangkan plak dan toksin. Walaupun tip vibrasi ultrasonik panjangnya

10mm atau lebih, tetapi hanya sebagian kecil yang dapat beradaptasi terhadap

permukaan akar.

Aerosol yang diproduksi saat instrumentasi sonik dan ultrasonik

mengandung patogen pada udara dan darah yang berpotensi menyebabkan infeksi.

Pneumococci, staphylococci, a-hemolytic streptococci dan Mycobacterium

tuberculosis merupakan bakteri yang ditemukan pada aerosol dental. Aerosol juga

menjadi perantara patogen antara klinisi dan pasien dengan banyak virus, meliputi

virus herpes simplex, virus hepatitis, virus influenza, cold viruses, virus Epstein-

Barr dan cytomegalovirus. Perhatian khusus ditujukkan pada patogen yang bukan

berasal dari pasien tapi berasal dari saluran air pada dental unit yang

terkontaminasi atau dari alat ultrasonik. Patogen seperti Pseudomonas sp dan

Lefionella pneumophila yang terdapat pada air dental unit dapat berpindah kepada

pasien melalui ultrasonik scaler. Aerosol dari instrumen ultrasonik selalu

mengandung darah dan menetap di udara selama ±30 menit pada daerah

perawatan dan area kerja diluar daerah perawatan. Pasien yang tidak terlindungi

dapat lebih rentan terhadap infeksi dari aerosol dibanding klinisi yang

menggunakan alat pelindung seperti masker, sarung tangan, kacamata, dan jas lab.

Pembersihan high-speed, sebelum prosedur menggunakan klorheksidin, flushing

pada handpiece dan saluran air atau sumber air steril, disinfeksi permukaan

lingkungan dan ventilasi yang cukup serta alat penyaringan udara dengan high-
efficiency particulate air (HEPA) filter merupakan tindakan pencegahan yang

penting untuk meminimalisir potensi bahaya dari aerosol ultrasonik.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, alat ultrasonik digunakan

dengan tata cara berikut :

1. Pembersihan unit ultrasonik menggunakan disinfektan dengan baik.

Gunakan handpiece ultrasonik yang steril, dapat disterilkan pada

autoclave, atau pembersihan handpiece dengan disinfektan. Lapisi unit

ultrasonik atau tombol kontrol dan handpiece dengan barier dari plastik

atau latex. Alirkan air pada saluran air dan handpiece selama 2 menit

untuk mengurangi jumlah bakteri pada saluran. Gunakan filter pada

saluran air atau air yang steril sebisa mungkin.

2. Instruksikan pasien berkumur selama 1 menit dengan obat kumur

antimikrobial seperti klorheksidin 0,12% untuk mengurangi kontaminasi

aerosol.

3. Dokter dan perawat harus menggunakan google dan masker untuk proteksi

dan pembersihan high-speed untuk meminimalisir kontaminasi aerosol

saat instrumentasi

4. Nyalakan unit, pilih alat, pasang pada handpiece, kemudian atur tombol

kontrol air untuk menghasilkan sedikit semprotan air pada ujung kerja.

Aspirasi yang cukup dibutuhkan untuk membuang air yang terakumulasi

dalam mulut. Pengaturan kecepatan getaran harus dimulai dari rendah

kemudian disesuaikan, tidak lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk

mengeliminasi kalkulus. Kecepatan yang sedang hingga tinggi dapat


menyebabkan kerusakan pada akar saat ujungnya tidak sejajar dengan

permukaan akar.

5. Instrumen dipegang seperti pulpen atau dengan modified pen grasp, dan

finger rest atau fulkrum ektraoral harus dilakukan untuk menghasilkan

sentuhan featherlike. Tumpuan ekstraoral harus berada pada gigi maksila.

Untuk gigi mandibula, dapat menggunakan tumpuan intraoral maupun

ekstraoral.

6. Gunakan gerakan overlapping yang pendek, pelan, vertikal, horizontal

ataupun oblique. Working tip tetap beradaptasi dengan permukaan gigi

ketika melewati deposit. Tekanan lateral yang besar tidak dibutuhkan

karena getaran dari instrumen yang melepaskan kalkulus.

7. Ujung kerja harus tetap dalam gerakan konstan, dan tip harus tetap sejajar

dengan permukaan gigi atau tidak melebihi sudut 15o untuk mencegah

tergores atau terbentuk groove pada permukaan gigi.

8. Instrumen harus diganti secara periodik untuk memungkinkan aspirasi air.

Permukaan gigi harus diperiksa secara berkala dengan sonde.

9. Permukaan akar yang irreguler harus dihilangkan dengan kuret sharp

standard atau mini-bladed jika diperlukan.

EVALUASI

Keberhasilan skeling dan root planing dievaluasi saat prosedur dilakukan

dan selanjutnya setelah jaringan lunak sembuh.


Segera setelah instrumentasi, permukaan gigi harus diperiksa secara visual

dengan hati-hati dengan pencahayaan yang optimal dan dengan bantuan kaca

mulut serta udara bertekanan. Permukaan juga harus diperiksa dengan sonde dan

probe. Permukaan subgingival harus keras dan halus. Tingkat kebersihan dari

kalkulus dibutuhkan untuk kesehatan jaringan lunak sekitarnya, tetapi diperlukan

pula kehalusan akar. Namun, kehalusan permukaan akar menunjukkan bahwa

kalkulus telah diambil seluruhnya.

Walaupun kehalusan permukaan merupakan kriteria dalam mengevaluasi

keberhasilan scaling dan root planing secara langsung, tetapi evaluasi yang utama

adalah respon jaringan. Evaluasi klinis mengenai respon jaringan lunak terhadap

scaling dan root planing, meliputi probing, tidak boleh dilakukan lebih awal dari 2

minggu setelah perawatan. Pembentukan epitel kembali pada luka akibat

instumentasi membutuhkan waktu 1 hingga 2 minggu. Perdarahan gingiva saat

probing akan tetap terjadi selama 1 sampai 2 minggu, walaupun kalkulus telah

dihilangkan seluruhnya karena luka jaringan lunak belum mengalami

pembentukan epitel. Jika setelah itu masih terjadi perdarahan maka hal itu

dikarenakan inflamasi yang persisten akibat sisa deposit yang tidak dihilangkan

saat prosedur inisial atau kontrol plak. Perubahan klinis yang membaik setelah

prosedur perawatan terjadi dalam beberapa minggu atau bulan. Untuk itu, evaluasi

jangka panjang perlu dilakukan sebelum menentukan apakah dibutuhkan

perawatan lebih lanjut atau bedah.

Klinisi terkadang menemukan beberapa akar yang masih kasar setelah

scaling dan root planing. Jika prosedur perawatan telah dilakukan dengan benar,
kekasaran tersebut mungkin bukan karena kalkulus. Karena menghilangkan

kalkulus saja telah terbukti dapat memicu kesehatan jaringan, maka akan lebih

tepat dalam kasus tersebut tidak perlu menghaluskan dengan sempurna dan

reevaluasi respon jaringan (setelah 2 atau 4 minggu). Hal ini dilakukan untuk

mencegah instrumentasi berlebih dan hilangnya struktur akar yang berlebih saat

menghaluskan permukaan. Jika jaringan kembali sehat setelah 2 atau 4 minggu,

tidak perlu dilakukan root planing. Jika jaringan mengalami inflamasi, dokter

harus menentukan penyebab terjadinya apakah akibat akumulasi plak atau adanya

sisa kalkulus dan apakah perlu dilakukan root planing.

PENAJAMAN INSTRUMEN

Prosedur perawatan periodontal tidak akan efisien jika instrumen yang

digunakan tumpul. Instrumen yang tajam akan memecah lebih tepat dan cepat

dibandingkan instrumen yang tumpuk. Ketika prosedur perawatan periodontal

dilaksanakan, instrumen yang tumpul harus dipegang lebih kuat dan ditekan

dibanding instrumen yang tajam. Hal ini akan mengakibatkan pengurangan

sensitivitas taktil serta kemungkinan instrumen tergeser. Oleh karena itu, agar

waktu efisien dan prosedur perawatan dilakukan dengan benar dokter harus

mampu menajamkan instrumen agar cutting edge dari instrumen tajam.

Keterampilan ini membutuhkan pengalaman dan kehatu-hatian agar hasil yang

dicapai sempurna.

PENILAIAN KETAJAMAN INSTRUMEN


Bagian cutting edge dari instrumen terdiri dari angular junction pada dua

permukaan blade. Contohnya cutting edge pada kuret, terdiri dari permukaan

fasial blade bertemu dengan permukaan lateral blade (Gambar 51-107).

Gambar 51-107 Cutting edge pada kuret terdiri dari angular junction pada

permukaan fasial dan lateral instrumen

Setelah instrumen digunakan, logam pada cutting edge bisa menjadi aus,

dan angular blade menjadi tumpul (Gambar 51-108). Cutting edge menjadi

permukaan yang bundar bukan lancip. Itu alasannya kenapa instrumen yang

tumpul lebih tidak efisien dan membutuhnya tekanan yang lebih saat digunakan.

Gambar 51-108 Cutting edge pada kuret yang tumpul berbentuk bundar
Penilaian ketajaman dapat dilihat secara visual dan taktil melalui:

1. Ketika instrumen yang tumpul berada dibawah cahaya, permukaan bundar

dari cutting edge memantulkan cahaya dan akan tampak bidang yang

terang pada cutting edge (Gambar 51-109). Sudut pada cutting edge

instrumen yang tajam, sebaliknya, tidak memantulkan cahaya pada

permukaannya.

Gambar 51-109 Pantulan cahaya dari cutting edge pada instrumen yang

tumpul tampak garis terang.

2. Penilaian ketajaman taktil dilakukan dengan menggoreskan instrumen

melewati batang akrilik yang disebut dengan “sharpening test stick”.

Instrumen yang tumpul tidak akan menggores akrilik seperti yang

dihasilkan oleh instrument yang tajam.

TUJUAN PENAJAMAN

Tujuan dari penajaman instrumen adalah memperbaiki instrumen agar

memiliki cutting edge yang baik, tipis dan linear. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggerinda permukaan blade hingga angular junction memiliki sudut yang


tajam. Teknik penajaman dilakukan untuk menghasilkan cutting edge yang tajam

tanpa merubah bentuk aslinya. Untuk menjaga bentuk asli, operator harus

mengerti lokasi dan arah cutting edge dan sudut antar permukaan yang

membentuknya. Jika bentuk asli berubah maka akan mengurangi efektifitasnya.

SHARPENING STONES

Sharpening stones dapat berasal dari deposit mineral alami atau diproduksi

secara artifisial. Permukaan batu dibuat dari kristal abrasif yang lebih tajam

dibandingkan logam instrumen untuk bisa menajamkannya. Coarse stones

memiliki partikel lebih besar dan memotong dengan cepat, sehingga digunakan

pada instrumen yang tumpul. Finer stones memiliki partikel yang lebih kecil

sehingga digunakan untuk proses akhir penajaman dan instrumen yang sedikit

tumpul. Oilstones India dan Arkansas adalah contoh batu abrasif alami. Batu

carborundum, ruby, dan keramik dibuat secara sintetik (Gambar 51-110).


Gambar 51-110 Sharpening stones. Atas ke bawah, flat India stone, flat

Arkansas stone, cone-shaped Arkansas stone, ceramic stone.

Sharpening stones dapat diklasifikasikan berdasarkan metode

penggunaannya.

MOUNTED ROTARY STONES

Batu ini dipasang pada metal mandrel dan digunakan pada motor-driven

handpiece. Batu ini dapat berbentuk silinder, kerucut atau cakram. Batu ini pada

umumnya tidak dianjurkan untuk pemakaian rutin karena (1) sulit untuk

mengontrol dengan tepat dan dapat merusak bentuk dari instrumen, (2) cenderung

untuk mengauskan instrumen dengan cepat, dan (3) dapat menghasilkan panas

gesekan yang cukup besar, yang mungkin mempengaruhi instrumen.

UNMOUNTED STONES

Unmounted stone tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Dapat

berbentuk persegi panjang dengan permukaan rata atau grooved, dan berbentuk

silinder dan kerucut. Unmounted stone dapat digunakan dalam 2 cara : instrumen

dipegang dan dipertahankan agar tidak bergerak sementara batu digoreskan ke

instrumen, atau batu dipegang dan pertahankan agar tidak bergerak sementara

instrumen dilewatkan ke batu.

PRINSIP PENAJAMAN INSTRUMEN


1. Pilih batu yang cocok untuk instrumen agar instrument menjadi tajam,

pilih bentuk dan tingkat abrasifnya tepat

2. Gunakan batu yang sudah disterilisasi jika instrumen yang akan

ditajamkan tidak disterilisasi lagi sebelum digunakan pada pasien.

3. Letakan instrumen pada sudut yang tepat terhadap sharpening stone agar

tidak mengubah bentuk aslinya.

4. Pertahankan posisi yang stabil, pegangan yang kuat pada instrumen dan

sharpening stone. Hal ini untuk memastikan angulasi yang tepat tetap

terjaga selama mengontrol gerakan penajaman. Seluruh permukaan

instrumen dapat dikurangi dengan rata, dan cutting edge dibevel dengan

benar.

5. Hindari tekanan berlebih. Tekanan yang besar menyebabkan batu akan

menggerinda permukaan instrumen dengan cepat.

6. Hindari membentuk ledge pada instrumen yang akan diasah.

7. Lakukan lubrikasi pada batu saat penajaman. Hal ini meminimalisir

terhalanginya permukaan abrasif dari sharpening stone oleh partikel logam

yang dihilangkan dari instrumen. Hal ini juga mengurangi panas akibat

friksi. Minyak digunakan untuk batu alami dan air untuk batu sintetik.

8. Tajamkan alat ketika instrumen mulai terasa tumpul. Instrumen yang

sudah terlalu tumpul tidak akan efisien dan butuh tekanan lebih saat

digunakan, mempersulit kontrol. Selain itu, menajamkan alat tersebut akan

membutuhkan pengurangan logam yang banyak untuk menghasilkan


cutting edge yang tajam. Hal tersebut akan mengurangi efektif dari

instrumen.

PENAJAMAN INSTRUMEN SECARA SPESIFIK

KURET UNIVERSAL

Beberapa teknik dapat menghasilkan kuret yang tajam. Sudut yang harus

dicapai saat menajamkan instrumen adalah 70o hingga 80o antara permuka fasial

dan lateral blade (Gambar 51-111). Desain tersebut paling efektif saat root planing

dan mengeliminasi kalkulus (Gambar 51-112, bagian kiri). Cutting edge kurang

dari 70o sudah cukup tajam namun tipis (Gambar 51-112, bagian tengah). Hal ini

akan membuat instrumen cepat aus dan tumpul. Cutting edge 90 o atau lebih

membutuhkan tekanan lateral yang lebih besar untuk mengeliminasi deposit

(Gambar 51-112, bagian kanan). Pengeliminasian kalkulus dengan instrumen

seperti itu biasanya tidak sempurna, dan root planing tidak efektif.
Gambar 51-111 Sharpening stone membentuk sudut 100 hingga 110 derajat

dengan permukaan fasial blade, sudut 70 hingga 80 derajat antara permukaan

fasial dan lateral otomatis terbentuk.

Gambar 51-112 Kiri, Penajaman kuret yang tepat yaitu 70 hingga 80 derajat

antara permukaan fasial dan lateral. Tengah, kuret telah ditajamkan sehingga salah

satu cutting edge kurang dari 70 derajat. Bentuk edge sudah cukup tajam, tapi

mudah tumpul. Kanan, salah satu cutting edge dari kuret yang sudah ditajamkan

90 derajat. Tekanan lateral yang lebih besar dibutuhkan untuk mengeliminasi

deposit.

Teknik berikut ini dianjurkan karena akan membentuk cutting edge

dengan sudut 70o sampai 80o yang efektif secara konsisten.

MEMPERTAJAM PERMUKAAN LATERAL

Sudut yang harus dibentuk antara blade dan permukaan batu sebesar 100o-

110o (lihat gambar 51-111), agar cutting edge bersudut 70o-80o. Hal ini didapatkan

dengan menempatkan bagian depan blade sejajar dengan lantai, serta lengan

tangan disangga oleh tubuh untuk memberi dukungan.


Gambar 51-112: Kiri, kuret yang telah dipertajam dengan benar memiliki sudut

70o-80o antara permukaan depan dan lateral. Tengah, kuret yang telah dipertajam

sehingga salah satu sisi permukaan cutting edge bersudut kurang dari 70 derajat.

Permukaan ini cukup tajam namun dapat menjadi tumpul dengan mudah. Kanan,

salah satu permukaan cutting edge kuret telah dipertajam menjadi 90 derajat.

Gambar 51-113: Dengan menggenggam menggunakan telapak tangan, operator

memegang kuret universal sehingga permukaan depan pisau pararel terhadap

lantai. Batu membentuk sudut 100-110 derajat terhadap permukaan depan pisau.

1. Letakkan batu asah pada permukaan lateral kuret, sehingga terbentuk

sudut 100-110 derajat antara bagian depan blade dengan batu (gambar
51-113, lihat juga gambar 51-111)

2. Pengesahan instrumen dimulai dari cutting edge sampai ke ujung

instrumen, dengan tekanan ringan dan konsisten keatas dan kebawah.

Pastikan untuk tetap mempertahankan sudut 100-110 (gambar 51-11)

3. Untuk mencegah bagian ujung kuret menjadi lancip diperlukan

penajaman bagian sekelilig ujung instrument agar membentuk

membulat.

4. Ketika batu digerakkan pada permukaan cutting edge, selesaikan

setiap bagian dengan gerakan turun ke arah bagian cutting edge,

sehingga tidak membentu ledge.

5. Mempertajam kuret terkadang dapat membuat permukaan lateral

menjadi datar. Hal ini dapat diperbaiki dengan menggerinda secara

perlahan permukaan lateral dan bagian belakang instrumen, menjauh

dari permukaan cutting edge, setiap kali instrumen dipertajam.

6. Permukaan cutting edge lawan dapat dipertajam dengan cara yang

sama.

Gambar 51-114: Kiri, kuret yang belum dipertajam dilihat dari arah atas

permukaan pisau. Tengah, kuret yang dipertajam dengan benar, mempertahankan


sudut yang membulat. Kanan, kuret yang dipertajam dengan tidak benar,

menghasilkan sudut yang runcing.

Gambar 51-115: Kiri, angulasi sulit untuk dikontrol ketika mempertajam

permukaan blade dan seringkali menghasilkan bevel yang tidak diharapkan.

Kanan, mempertajam permukaan depan dapat menurunkan efektifitas blade.

MEMPERTAJAM BAGIAN DEPAN BLADE

Penajaman dapat dilakukan dengan menggerakkan batu silinder atau konus

seukuran genggaman tangan, maju-mundur sepanjang permukaan depan pisau.

Batu serupa yang dipasang pada handpiece dapat digunakan pada permukaan

depan blade dengan batu berotasi ke arah ujung. Metode ini tidak disarankan

untuk penggunaan rutin karena alasan sebagai berikut:

1. Sudut antara instrumen dan batu sulit untuk dipertahankkan, dan

menyebabkan bevel pada blade tidak terbentuk dengan benar.

2. Mempertajam permukaan depan blade dapat menipiskan cutting edge.

Hal tersebut dapat menimbulkan resiko blade patah atau bengkok saaat

digunakan. (gambar 51-115, kanan)

3. Mempertajam permukaan depan blade dengan batu genggam


menggunakan gerakan maju-mundur menghasilkan ledge yang

mempengaruhi ketajaman pisau.

KURET SPESIFIK (GRACEY)

Selain kuret universal, terdapat kuret Gracey yang memiliki sudut 70o-80o

antara permukaan depan dan lateral blade. Teknik khusus untuk mempertajam

kuret universal dapat digunakan untuk mempertajam kuret Gracey. Namun,

beberapa karakteristik unik yang membedakan kuret Gracey dengan kuret

universal harus dipahami untuk menghindari distorsi bentuk instrumen selama

penajaman (perhatikan pembahasan sebelumnya).

Seperti sebelumnya dijelaskan, kuret Gracey memiliki blade tidak tegak

lurus terhadap gagang seperti kuret universal, namun memiliki kelengkung sudut

70o. Kuret Gracey dapat dibedakan berdasarkan kelengkung pada cutting edge.

Ketika dilihat dari atas depan blade, permukaan cutting edge kuret universal

memanjang berada dalam satu garis lurus dari gagang hingga ke ujung, yang dapat

digunakan untuk scaling dan root planning. Permukaan cutting edge sebuah kuret

Gracey, berada dalam satu lengkung dari gagang sampai ke ujung instrumen, dan

hanya permukaan cutting edge yang berukuran lebih besar dan berada paling luar

yang digunakan untuk scaling dan rootplaning.


Gambar 51-116: A, Permukaan kuret universal dengan sudut 90 derajat terhadap

gagang. B, Permukaan depan kuret Gracey membentuk sudut 70 derajat terhadap

gagang.

Gambar 51-117: Permukaan cutting edge kuret universal meluas lurus dari gagang

ke ujung. Permukaan cutting edge kuret Gracey melengkung halus dari gagang ke

ujung. Hanya bagian luar permukaan cutting edge yang besar pada sebelah kanan

yang digunakan untuk scaling dan perlu dipertajam.

Dengan memperhatikan poin-poin tersebut, kuret Gracey dapat dipiertajam

dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pegang kuret supaya posisi depan blade pararel terhadap lantai. Karena

bentuk blade yang melengkung, handle dari instrumen tidak tegak lurus

dengan lantai seperti kuret universal (gambar 51-118).


2. Periksa sisi permukaan yang akan dipertajam. Ingat bahwa hanya satu

permukaan cutting edge yang digunakan, sehingga hanya sisi tersebut

yang harus dipertajam (gambar 51-119, kiri). Gunakan batu pada sisi

lateral sehingga sudut antara bagian depan blade dengan batu sebesar

100-110 derajat.

3. Lekukan pengasahan dengan gerakan pendek, atas-bawah, dimulai dari

handle hingga ke akhiran blade dan ujung yang melengkung. Lanjutkan

dengan gerakan pengasahan ke bawah.

4. Sesuaikan bentuk kelengkung dengan memutar batu saat mengasah dari

handle ke ujung. Apabila batu tertahan pada suatu area selama

pengasahan blade dapat menjadi datar (gambar 51-119, kanan).

5. Periksa ketajaman sebagaimana yang sebelumnya telah dijelaskan.

Lanjutkan menajamkan apabila diperlukan.

Gambar 51-118: Perhatikan ketika kuret Gracey digenggam dalam posisi

mengasah yang benar, pegangannya tidak tegak lurus terhadap lantai karena sudut

dari offset-blade. Batu bertemu dengan pisau pada sudut 100-110 derajat.

Bandingkan posisi ini dengan posisi ketika mengasah kuret universal, seperti

ditunjukkan pada gambar 51-113.


Gambar 51-119: Kuret Gracey sebelah kiri telah dipertajam dengan tepat untuk

mempertahankan kurva simetris pada sisi luar cutting edge. Pada kuret sebelah

kanan, batu pengasah digunakan terlalu lama pada satu tempat, sehingga membuat

salah satu sisi cutting edge menjadi datar.

KURET GRACEY DENGAN EXTENDED-SHANK DAN KURET GRACEY

DENGAN MATA PISAU KECIL

Kuret Gracey yang memiliki handle yang panjang, seperti kuret After Five,

dipertajam dengan cara yang sama seperti kuret Gracey standar. Walaupun handle

akhir lebih panjang 3 mm, ukuran blade dan bentuknya sangat serupa, sehingga

dengan demikian tidak terdapat perbedaan dalam teknik pengasahan.

Kuret Gracey dengan cutting blade yang kecil, seperti kuret Mini Five atau

Gracey Curvettes, juga dapat dipertajam dengan teknik sama. Ukuran blade ini

hanya setengah panjangnya dari blade Gracey, namun sudut antara permukaan

depan dan lateral juga masih 70-80 derajat. Tetapi, harus diperhatikan untuk tidak

mempertajam terlalu sering atau berlebihan di sekitar ujung kuret ini, supaya
mencegah pemendekan berlebihan dari blade.

SICKLE SCALER

Ada dua tipe sickle scaler, yaitu sickle lurus dan curved sickle. Pada sickle

lurus permukaan depan blade datar dari handle sampai ke ujung, sementara pada

curved sickle, permukaan depan sedikit melengkung (gambar 51-120). Namun,

sickle lurus dan curved memiliki gambaran pemotongan melintang yang serupa.

Sebagaimana kuret, sudut antara bagian depan dan lateral sickle adalah sebesar

70-80 derajat. Ketika batu asah digunakan secara tepat pada permukaan lateral

untuk mempertahankan sudut ini, sudut antara bagian depan pisau dan permukaan

batu adalah 100-110 derajat. Dengan memperhatikan hal tersebut, sickle scaler

dapat ditajamkan dengan cara yang sama dengan kuret, kecuali sickle memiliki

ujung tajam dan lancip yang tidak boleh dibuat membulat.

Gambar 51-120: Permukaan depan pisau pada sickle lurus berbentuk datar dari

handle sampai ujung (kiri), sementara pada curved sickle permukaan depan pisau

berbentuk sedikit melengkung (kanan).


Gambar 51-121: Pada kuret, ujung dari sickle scaler memiliki sudut 70-80 derajat

di antara permukaan depan dan lateral blade.

Batu besar dan datar juga dapat digunakan untuk mempertajam sickle. Batu

ini diposisikan pada meja atau kabinet dengan tangan kiri. Sickle dipegang di

tangan kanan dengan teknik modified-pen grasp dan diasah pada batu dengan

sudut 100-110 derajat antara permukaan depan blade dan batu. Keempat jari

diletakkan pada pinggir batu untuk stabilisasi. Tangan kanan kemudian

mendorong dan menarik sickle sepanjang permukaan batu. Untuk menghindari

terbentuknya wire edge atau leidge, instrumen harus ditarik dalam satu arah,

untuk memastikan bahwa angulasi yang tepat selalu dipertahankan.

CHISEL DAN HOE

Chisel memiliki satu permukaan cutting edge yang lurus dan tegak lurus

terhadap tangkai instrumen. Bagian depan permukaan cutting edge bersambungan

dengan tangkai instrumen, baik segaris lurus dengan tangkainya atau sedikit

melengkung. Bagian ujung blade memiliki bevel sebesar 45 derajat untuk

membentuk permukaan pemotong.


Gambar 51-122: Batu besar dan datar dapat digunakan untuk mempertajam blade.

Batu diposisikan pada permukaan datar. Arah pengasahan searah dengan keempat

jari pada tangan kanan.

Gambar 51-123: Ketika seluruh bevel pada chisel berkontak dengan batu asah,

sudut antara instrumen dengan batu sebesar 45 derajat. Permukaan cutting akan

terasah dengan benar apabila sudut tersebut dipertahankan sementara instrumen

ditarik sepanjang batu.

Untuk mempertajam chisel, posisikan batu asah pada permukan datar.

Pegang instrumen dengan teknik modified pen grasp. Posisikan finger rest

dengan jari ketiga dan keempat terhadap tepi dari batu asah. Jika seluruh

permukaan bevel berkontak dengan batu, sudut 45 derajat antara permukaan bevel

dan permukaan depan blade dapat dipertahankan, dan desain instrumen tidak akan
berubah (gambar 51-123 dan 51-124).

Tekanan yang diberikan harus cukup dan konsisten, dengan tangan dan

lengan diposisikan stabil dan jari bersandar pada tepi batu, lalu dorong instrumen

sepanjang permukaan batu asah. Kurangi tekanan dengan perlahan, dan tarik

instrumen kembali ke tempat mulai. Ulangi gerakan pangasahan tersebut sampai

didapatkan permukaan cutting edge yang tajam. Periksa ketajaman sebagaimana

sebelumnya yang telah dijelaskan. Periksa instrumen secara teliti untuk

memastikan bahwa tidak terjadi perubahan bentuk.

Gambar 51-124: Chisel juga dapat dipertajam pada batu asah yang datar dan tidak

bergerak.

Gambar 51-125: Back-action chisel dan hoe dipertajam dengan gerakan menarik.
BLADE PERIODONTAL

Terdapat dua tipe utama blade periodontal. Yang termasuk dalam tipe

pertama adalah scalpel sekali pakai (disposable) yang sebelumnya telah dikemas,

dipertajam, dan disterilkan oleh pabrik. Blade ini tidak perlu dipertajam ketika

tumpul, namun langsung dibuang dan diganti.

Blade periodontal tipe kedua dapat digunakan kembali dan harus dipertajam

ketika sudah tumpul. Blade paling umum dari tipe ini adalah blade gingivektomi

dengan permukaan datar (contohnya pisau Kirkland #15K dan 16K) dan blade

interproksimal berujung lancip dan kecil.

BLADE GINGIVEKTOMI DENGAN PERMUKAAN DATAR

Blade ini memiliki permukaan yang datar dan lebar, yang tegak lurus

dengan gagang bawah instrumen. Permukaan cutting edge berbentuk lengkung

memanjang disekeliling permukaan luar blade dan membentuk bevel pada

permukaan depan dan belakang blade.

Ketika pengasahan instrumen ini, hanya bevel pada permukaan belakang

yang perlu dipertajam. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menarik blade

sepanjang batu asah yang rata atau dengan memegang instrumen diam dan

menarik batu sepanjang blade.


Gambar 51-126: Blade gingivektomi dengan permukaan datar seperti blade

Kirkland memiliki permukaan cutting edge yang meluas di sekeliling seluruh

blade. Seluruh permukaan cutting edge ini harus dipertajam.

Gambar 51-127: Dua permukaan pemotong pada blade interproksimal dibentuk

oleh bevel pada permukaan depan dan belakang blade

BLADE INTERPROKSIMAL

Blade interproksimal memiliki dua permukaan cutting edge yang berbentuk

lurus dan menyatu pada ujung blade yang lancip dan tajam. Seluruh bagian blade

ini tegak lurus terhadap gagang instrumen (gambar 51-127).

Seperti blade gingivektomi, hanya bevel permukaan belakang blade

interproksimal yang perlu dipertajam. Hal ini dapat dilakukan dengan menarik

instrumen sepanjang batu yang diam atau dengan memegang instrument secara
stabil dan menggerakkan batu.

TEKNIK PENGASAHAN TANPA MENGGERAKAN BATU ASAH

Posisikan batu asah yang rata pada permukaan datar. Pegang instrumen

dengan teknik modified-pen grasp dan letakkan bevel pada permukaan belakang

blade pada permukaan batu asah. Dengan tekanan yang cukup, tarik instrumen ke

arah operator (gambar 51-128 dan 51-129). Lepaskan tekanan secara perlahan-

lahan dan kembalikan pada posisi semulai. Mulai pada satu sisi permukaan cutting

edge, dan lanjutkan di sekeliling blade dengan sedikit memutar gagang instrumen

antara jempol dan jari pertama dan kedua. Selesaikan setiap bagian blade dengan

gerakan menarik untuk mencegah terbentuknya wire-edge. Periksa ketajaman

seperti yang sebelumnya telah dijelaskan.

TEKNIK TANPA MENGGERAKAN INSTRUMEN

Pegang instrumen dengan telapak tangan. Pertemukan permukaan yang rata

dari batu asah dengan bevel pada permukaan belakang blade (gambar 51-130).

Mulai pada salah satu sisi permukaan cutting edge, dan dengan tekanan yang

cukup, tarik batu maju dan mundur sepanjang instrumen. Untuk menghindari

pembentukan wire-edge, selesaikan setiap bagian dengan gerakan mendekat ke

arah permukaan cutting edge. Lanjutkan di sekeliling permukaan cutting edge

secara perlahan memutar instrumen dan batu dengan tetap berkontak satu sama

lain.
Gambar 51-128: Blade gingivektomi dapat dipertajam dengan batu asah yang rata.

Instrumen dipegang dengan teknik modified-pen. Keempat jari memandu arah

pengasahan saat instrumen digerakan antar jari-jari supaya seluruh bagian blade

dapat ditajamkan.

Gambar 51-129: Blade interproksimal dapat dipertajam dengan batu asah yang

rata. Blade digerakkan ke arah operator.

Gambar 51-130: Blade interproksimal juga dapat dipertajam dengan batu

seukuran genggaman tangan. Instrumen digenggam oleh telapak tangan, dan batu
dikenakan pada seluruh sisi cutting edge.

Anda mungkin juga menyukai