Anda di halaman 1dari 10

15

Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PERBEDAAN LAJU INFILTRASI PADA LAHAN HUTAN TANAMAN


INDUSTRI PINUS, JATI DAN MAHONI

InfiltrationRate Difference ofIndustrial Plantation Forest Land Pine,Teak and


Mahogany

Pranciska Trisnawati Handayani Budianto1,Ruslan Wirosoedarmo2*, Bambang Suharto2


1Mahasiswa Keteknikan Pertanian Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145
2Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145

*Email Korespondensi : ruslanwr@ub.ac.id

ABSTRAK

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan laju infiltrasi adalahadanya vegetasi pada lahan.
Salah satu contoh lahan yang penggunaannya didominasi oleh vegetasi tertentu adalah Hutan
Tanaman Industri (HTI). Tujuan penelitian:(1) mengetahui tekstur, berat isi, permeabilitas dan
kadar bahan organik tanah pada lahan, dan (2) mengetahui vegetasi lahan HTI yang memiliki
nilai laju infiltrasi tertinggi. Penelitian ini dilakukan padalahan HTI dengan vegetasi pinus
(Pinus merkusii), jati (Tectona grandis) dan mahoni (Swietenia macrophylla). Analisa ragam
menggunakan Tipe RAK. Uji infiltrasi setiap lahan diambil 3 titik lokasi dan data diolah dengan
metode infiltrasi Horton.Berdasarkan hasil perhitungan infiltrasi Horton diperoleh lahan HTI
pinus memiliki laju infiltrasi tertinggi sebesar 24.96 cmh-1, kemudian lahan HTI mahoni sebesar
8.69 cmh-1 dan lahan HTI jati sebesar 4.06 cmh-1. Lahan HTI pinus menunjukkan korelasi positif
antara sifat fisik tanah (tekstur tanah dan permeabilitas) dengan laju infiltrasi aktual, sedangkan
lahan HTI jati dan lahan HTI mahoni tidak menunjukkan korelasi positif,lahan HTI pinus
memiliki laju infiltrasi tertinggi karena termasuk kelas tekstur lempung berdebu yang
tergolong standar laju infiltrasi sedang dan nilai permeabilitas tertinggi sebesar 28.33 cmh-
1yangtergolong laju infiltrasi sedang. Berdasarkan hasil uji korelasi dan uji regresi antara laju

infiltrasi aktual dan laju infiltrasi Horton diperoleh hubungan yang sangat nyata, sehingga
metode infiltrasi Horton dapat digunakan untuk memperkirakan laju infiltrasi pada ketiga
lahan HTI.

Kata kunci: Double ring infiltrometer, Hutan tanaman industri, Infiltrasi Horton, Laju infiltrasi

Abstract

One of the factors that can increase infiltration rate is presence of vegetation on the land. Example of land
use which dominated by a particular vegetation is Industrial Plantation Forest (HTI).The purpose of this
study (1)determine the texture, bulk density, permeability and soil organic matter content in the soil and
(2)vegetation HTI landwho has the most higher value infiltration rate. This studyimplemented at HTI
land with vegetation pine (Pinus merkusii), teak (Tectona grandis) and mahogany (Swietenia
macrophylla). Analysis of variance using Random Plan Design type. Infiltration test every land will be
taken 3 points on each location and then data will be processed using Horton infiltration method. Based
on the calculation results obtained Horton infiltration pine HTI land has the highest infiltration rate
24.96 cmh-1, then mahogany HTI land 8.69 cmh-1 and teak HTI land 4.06 cmh-1. Pine HTI land showed a
positive correlation between physical properties of the soil (soil texture and permeability) with the actual
infiltration rate, while teak and mahogany HTI land didn’t show a positive correlation, pine HTI land has
the highest infiltration rate because include at sily clay texture at medium classes standard and include
highest permeability value 28.33 cmh-1 at medium classes infiltration rate standard. Based on the result of
correlation and regression between the actual infiltration rate and Horton infiltration acquired a very real
relation, so that Horton infiltration method can used to estimate infiltration rate in third HTI land.

Keywords : Double ring infiltrometer, Horton infiltration, Industrial plantation forest, Infiltration rate
16
Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PENDAHULUAN masyarakat. Menyadari kebutuhan untuk


merehabilitasi wilayah yang sangat luas
Proses masuknya air secara vertikal sebagai akibat dari praktek penebangan
kedalam tanah atau Infiltrasi sangat yang tidak tepat, kebijakan rehabilitasi
mempengaruhi ketersediaan sumber daya difokuskan pada pengembangan HTI.
air dalam tanah. Banyaknya air per satuan Namun demikian, dalam penerapannya
waktu yang masuk melalui permukaan kemudian keberhasilan pembangunan HTI
tanah disebut laju infiltrasi (infiltration rate) ternyata masih rendah, hanya 2.3 juta ha
dinyatakan dalam mmh-1 atau cmh-1 dimana dari 6.2 juta ha yang ditargetkan (Nawir,
laju Infiltrasi dapat diperbesar dengan 2008).
mempengaruhi salah satu dari faktor-faktor Berdasarkan fakta tersebut diatas
yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu, memperlihatkan bahwa pengembangan HTI
(Arsyad, 2006) meningkatkan banyaknya air selama ini masih belum terlaksanakan
yang masuk kedalam tanah dengan dengan baik. Tujuan HTI yang pada
meningkatkan simpanan depresi yang mulanya memadukan antara kegiatan
ditimbulkan oleh pengolahan tanah, produksi kayu dan rehabilitasi hutan, masih
pembuatan galengan atau pengolahan lahan didominasi oleh kegiatan produksi kayu
menurut kontur, mengurangi besarnya tanpa memikirkan langkah rehabilitasi dan
evaporasi, dengan pemberian mulsa keberlanjutannya.
misalnya juga memperbesar jumlah air yang Vegetasi HTI yang umum digunakan di
masuk kedalam tanah, pemupukan dengan Indonesia adalah pinus (Pinus merkusii), jati
pupuk organik, penutupan tanah dengan (Tectonia grandis) dan mahoni (Swietenia
vegetasi atau sisa-sisa tanaman dan menjaga macrophylla). Pinus memiliki ciri-ciri
ekosistem flora dalam tanah karena lubang umum,morfologi pohon besar, batang lurus,
atau celah-celah pada tanah yang silindris. Tegakan masak dapat mencapai
ditimbulkan oleh binatang-binatang tanah, tinggi 45 m, diameter 140 cm. Sistem
seperti cacing dan serangga dapat perakaran tunggang, bila pinus tumbuh di
memperbesar jumlah air yang meresap ke tanah berpasir penyebaran akar dapat
dalam tanah. mencapai 7 kali dari tinggi rata-rata
Berdasarkan Arsyad (2006), penutupan pohonnya. Sedangkan pada tanah
tanah dengan vegetasi dapat meningkatkan lempungan (tekstur halus) akar pohon
laju infiltrasi suatu lahan, hal ini didukung hanya menyebar satu setengan kali rata-rata
pula dalam penelitian Utaya (2008), dimana pohon (Sutton (1969) dalam Hardiyatmo
perbedaan kapasitas infiltrasi pada berbagai (2006)). Secara morfologi jati memiliki tinggi
penggunaan lahan menunjukkan bahwa antara 25 – 30 meter, apabila ditanaman
faktor vegetasi memiliki peran besar dalam pada daerah yang subur dan mempunyai
menentukan kapasitas infiltrasi. Dengan keadaan lingkungan yang cocok, tingginya
demikian dapat dikatakan bahwa kapasitas mampu mencapai 50 meter dengan diameter
infiltrasi pada tanah bervegetasi akan lebih kurang 150 meter. Batang jati pada
cenderung lebih tinggi dibanding tanah umumnya berbentuk bulat dan lurus,
yang tidak bervegetasi. batang yang besar berakar dengan warna
Salah satu contoh lahan yang kulit agak kelabu muda dan agak tipis
penggunaannya didominasi oleh suatu beralur memanjang agak ke dalam
vegetasi tertentu adalah Hutan Tanaman (Novendra, 2008). Pertanaman jati akan
Industri (HTI). HTI dikembangkan tumbuh lebih baik pada lahan dengan
pemerintah karena permintaan kayu yang kondisi fraksi lempung, lempung berpasir
meningkat sejak tahun 1980 dimana terjadi atau pada lahan liat berpasir (Sumarna,
perluasan industri pengolahan kayu untuk 2004). Sedangkan mahoni memiliki ciri-ciri
memenuhi permintaan akan bahan baku morfologis, tanaman tahunan dengan tinggi
kertas, furnitur dan sebagainya. Oleh sebab antara 5 – 25 meter, berakar tunggang,
itu, memadukan kegiatan produksi kayu berbatang bulat, percabangan banyak dan
dan tujuan rehabilitasi menjadi penting kayunya bergetah. Daunya majemuk
selama periode tersebut, baik pada kawasan menyirip genap, helaian daun berbentuk
hutan produksi maupun hutan di lahan bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing
17
Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

dan tulang daunnya menyirip. Daun muda


berwarna merah, setelah tua berwarna hijau Lokasi Penelitian
(Fadhilah, 2007). Mahoni tidak memiliki Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
persyaratan tipe tanah yang spesifik, hal ini Januari hingga Maret 2014 dengan lokasi
dikarenakan mahoni secara alami dapat padalahan HTI pinus (Pinus merkusii), jati
tumbuh pada tipe tanah aluvial, vulkanik, (Tectona grandis)dan mahoni (Swietenia
laterik dan tanah dengan kandungan liat macrophylla).Lahan HTI pinus berada di
yang tinggi (Joker, 2001). kawasan wisata Songgoriti, desa
Songgokerto-Kota Batudengan koordinat
lokasi untuk Pinus 1(7o51’55.82”LS
112o29’28.63”BT), Pinus 2 (7o52’6.74”LS
112o29’39.41”BT) dan Pinus 3 (7o51’56.66”LS
112o29’27.30”BT), untuklahan HTI jati
berada didesa Temas-Kota Batu, dengan
koordinat lokasi untuk Jati 1 (7o53’10.80”LS
112o32’30.35”BT), Jati 2 (7o53’11.58”LS
112o32’29.73”BT) dan Jati 3 (7o53’10.84”LS
112o32’29.28”BT).Lahan HTI mahoni berada
didalam kawasan Perumahan RiverSide,
Gambar 1. Lokasi penelitian
Kecamatan Blimbing, Kabupaten Malang
dengan koordinat lokasi untuk Mahoni 1
Melalui penelitian ini nantinya akan (7o55’32.36”LS 112o38’46.89”BT), Mahoni 2
diketahui lahanbervegetasi HTI yang (7o55’33.6”LS 112o38’46.6”BT) dan Mahoni 3
memiliki nilai laju infiltrasi tertinggi. (7o55’32.49”LS 112o38’47.64”BT). Pengujian
Kemudian dapat menjadi pertimbangan parameter dilakukan .di Laboratorium
dalampemilihan vegetasi bagi para pelaku Fisika Tanah dan Kimia Tanah Jurusan
industri perkayuan, dimana akan diperoleh Tanah Fakultas Pertanian Universitas
2 keuntungan sekaligus, produksi kayu dan Brawijaya.
rehabilitasi/keberlanjutan lahan kemudian.
Lahan HTI yang memiliki laju infiltrasi Penetapan Perlakuan
tertinggi diduga terdapat pada lahan HTI Pengukuran laju infiltrasi padalahan HTI
mahoni karenadalam penelitian Saputra pinus, lahan HTI jati dan lahanHTI mahoni.
(2008) lahan HTI mahoni yang terukur Pengukuran laju infiltrasi setiap lahan HTI
memiliki laju infiltrasi tertinggi pada tanah dilakukan 3 kali ulangan, sehingga
lempung dibandingkan dengan lahan HTI diperoleh 9 kali pengamatan.Pengambilan
pinus. Lahan HTI mahoni memiliki sampel tanah pada tiap lahan HTI juga
kapasitas infiltrasi tertinggi, yakni sebesar dilakukan sebanyak 3 kali dengan lokasi
121.2 cmh-1, diikutilahan HTI pinus 100.8 yang sama, pengambilan sampel tanah
cmh-1, diikuti oleh tegalan 80.4 cmh-1 dan dengan cara penentuan sampel acak
kebun campuran 22.8 cmh-1. sederhana (sample random sampling).

METODE PENELITIAN Parameter yang Diamati


Parameter yang diamati pada penelitian ini
Alat dan Bahan meliputi, tekstur tanah, berat isi tanah,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini kadar bahan organik dan permeabilitas.
adalah double ring Infiltrometer, Karakteristik lahan yang diamati yaitu luas
penjepit/tang, mistar, ember, palu, lahan, kemiringan lahan, jenis tanah, jarak
stopwatch, GPS, soil sampling auger, soil rata-rata pohon, jumlah tegakan perluasan
sampling ring, bahan yang digunakan air dan dan jenis vegetasi tumpangsari.
lahan bervegetasi HTIpinus, jati dan mahoni
dengan data sekunder artikel dan jurnal,
peta administrasi Kota Batu dan Kabupaten
Malang, peta kontur dan jenis tanah Kota
Batu dan Kabupaten Malang.
18
Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Tabel 1. Standar laju infiltrasi parameter sifat H2SO4ditambahkan dan labu digoyang
fisik tanah cepat selama 1 menit, diamkan labu dan
Karakteristik Satuan
Laju Infiltrasi konten selama 30 menit. Kemudian
1 2 3 4 5 sebanyak100 ml air destilasi ditambahkan ke
lempung lempung
berliat, berpasir dalam labu. Suspensi tersebut disaring
pasir,
liat, liat lempung sangat lempu
pasir menggunakan kertas saring Whatman No. 1,
berpasir, liat halus, ng
Tekstur tanah* -
liat berpasir, lempung berpas
berle filter dan residunya dibilas dengan 100 ml
mpun
berdebu lempung ,lempun ir
g
air destilasi. Kemudian air bilasan dalam
liat g
berdebu berdebu
labu diambil dengan filtrat. Sebanyak 3 atau
Berat isi tanah** gcm-3 - >1.1 0.9-1.1 <0.9 - 4 tetes indikator ferroin ditambahkan dan
Bahan organik*** % <1.73 1.73-3.46 3.48-5.19 5.21-8.65 >8.65 dititrasi dengan menggunakan larutan
63 - >127.10
Permeabilitas**** cmh-1 <4.98 4.98-19.98 19.98-63
127.102 2
ferrous sulfate. Larutan akan terlihat
Keterangan : 1 = sangat lambat, 2 = lambat, 3 = sedang, berwarna kehijauan dan akan berubah
4 = cepat, 5 = sangat cepat * dan ** = Rahayu et al menjadi hijau tua ketika titrasi mendekati
(2009), *** = LPT (1983), **** = Mustofa (2009) titik akhir, kemudian ditambahkan larutan
ferrous tetes demi tetes hingga warna
a. Tekstur Tanah berubah dari hijau gelap menjadi biru atau
Tekstur tanah mempengaruhi laju infiltrasi merah. Larutan ferrous sulfat untuk blanko
suatu lahan. Tekstur tanah pada dasarnya harus distandarisasi dengan 10.0 ml 1 N
berhubungan dengan keadaan pori tanah. K2Cr2O7 menggunakan prosedur yang sama
Jumlah dan ukuran pori yang menetukan untuk analisis karbon organikpada sampel
adalah jumlah pori-pori yang berukuran (Persamaan 1).
( ) ( ( )) ( . )( )
besar. Makin banyak pori-pori besar maka (%) = (1)
( )
kapasitas infiltrasi makin besar pula. Atas
dimana, KO = karbon organik, meq = mili
dasar ukuran pori tersebut, liat kaya akan
equivalen; faktor konversi = 0.003;
pori halus dan miskin akan pori besar.
pengenceran = 100 (ml); N = normalitas; V =
Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung
volume larutan; V(s-b) = volume titrasi
pori besar dan sedikit pori halus, dengan
pada sampel – volume titrasi pada
demikian kapasitas infiltrasi pada tanah
blanko;W = berat sampel (g).
pasir jauh lebih besar daripada tanah liat
(Achmad, 2011).
d. Permeabilitas
Cara pengukuran permeabilitas sama
b. Berat Isi Tanah dengan pengukuran KHJ tanah dengan
Berat isi tanah (BI) adalah ukuran massa per
Constant head permeability test menurut
volume tanah (gcm-3) Volume tanah pada Kaniraj (1988), contoh tanah utuh dalam soil
kondisi alami selalu mencakup volume sampling ring direndam dalam air pada bak
padatan dan volume pori tanah.Tanah yang
perendam setinggi 1cm dibawah permukaan
banyak mempunyai pori tertentu akan
tabung bagian atas selama 24 jam. Contoh
mempunyai nilai berat isi yang rendah, tanah ditambahkan ke alat penetapan
sebaliknya bila pori sedikit (mampat) akan hantaran hidrolik jenuh, kemudian dialirkan
mempunyai nilai berta isi yang tinggi
air kedalam alat tersebut. Setelah tinggi air
(Sartohadi et al., 2012).
dalam alat pengukur konstan, air yang
menetes dalam interval waktu tertentu
c. Bahan Organik
diukur (ulangi 5 kali), kemudian untuk
Cara pengukuran bahan organik dengan
memperoleh nilai hantaran hidrolik
Walkley-Black Method menurut Boyd
jenuh,nilai rata-rata diambil dari
(1995),sampel kering tanah dihancurkan dan
pengukuran (Persamaan 2).
diayak menggunakan ayakan nomor 60 ×
(0,25 mm). Sebanyak 0.5 g atau 1.0 g tanah = (2)
× ×
ditimbang dan diletakkan dalam labu dimana, KHJ = hantaran hidrolik jenuh (cm
erlenmeyer 500 ml. Sebanyak 10.0 ml 1.0 N s-1), Q = volume air yang terkumpul
K2Cr2O7ditambahkan dan labu digoyang (cm3),ΔL = tinggi contoh tanah (cm), A =
perlahan untuk mencampur tanah dengan luas permukaaan tanah (cm2), t = waktu
reagen. Sebanyak 20 ml konsentrasi yang digunakan oleh q (dt) dan ΔH =
19
Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

perbedaan tinggi air didalam dan diluar Selanjutnya dilakukan plotting antara
contoh (cm). waktu (h) sebagai sumbu x dengan laju
infiltrasi aktual (cmh-1) sebagai sumbu y,
Pengukuran Infiltrasi sehingga diperoleh grafik hubungan laju
Pengukuran infiltrasi menggunakan double infiltrasi aktual terhadap waktu.
ring infiltrometer dengan metode ponded
infiltration (infiltrasi genangan), dimana Laju Infiltrasi Horton
pengukuran laju infiltrasi dilakukan Setelah laju infiltrasi aktual diketahui,
dibawah penutupan vegetasiHTI. langkah berikutnya (Persamaan 4)
Pengukuran akan diulang sebanyak 3 kali menghitung laju infiltrasi Horton (Beven,
dengan tujuan untuk mendapatkan data 2004 dan Dagadu, 2012).
yang akurat. = + ( − ) (4)
Adapun pengukuran laju infiltrasi, dimana, ft= kapasitas infiltrasi Horton saat
pertama-tama ring Infiltrometer dimasukkan waktu tertentu (cmh-1); fc=kapasitas infiltrasi
kedalam tanah dengan kedalaman sekitar akrtual saat mencapai kondisi steady(cmh-1);
antara 5 – 15 cm. Kemudian mistar dipasang fo = kapasitas infiltrasi aktual awal;k =
pada ring dalam untuk mengukur besar konstanta Horton, dapat dirumuskan, =
penurunan air yang terjadi.Ring bagian luar
; dant = waktu dalam jam (h).
kemudian diisi air hingga ketinggian , ×
tertentu untuk mengurangi pengaruh aliran Parameter infiltrasi Horton
lateral yang terjadi selama pengukuran digunakan dalam perhitungan infiltrasi
infiltrasi. Ring bagian dalam kemudian diisi Horton, untuk memperoleh nilai k maka
dengan air hingga ketinggian tertentu juga dilakukan penurunan rumus infiltrasi
bertujuan untuk mengurangi pengaruh Horton.
aliran lateral yang terjadi selama = +( − ) (5)
pengukuran infiltrasi. Pengisian air − =( − ) (6)
dilakukan secara perlahan-lahan agar tidak sisi kanan dan kiri dilogaritmakan,
merusak struktur permukaan tanah. ( − )= ( − )− (7)
Kemudian dilakukan pengamatan infiltrasi ( − )− ( − )=− (8)
dengan melihat besar penurunan air pada = ( [ ( − )− ( − )] (9)
)
ring bagian dalam melalui mistar yang = ( − )+(10) ( − )
( ) ( )
sudah terpasang. Apabila ketinggian air
diubah dalam bentuk linier(Persamaan 11),
pada ring dalam sudah menurun sampai
= + (11)
batas waktu tertentu, maka air harus segera
= (12)
ditambahkan ke dalamnya.Pengamatan
dilakukan selama jangka waktu 180 menit, = (13)
dimana pada penelitian terdahulu diperoleh = ( − ) (14)
hasil yang mendekati konstan/tidak terjadi = ( − ) (15)

penurunan air pada ring
sehingga, nilai k (dari Persamaan 13)
infiltrometer.Pengukuran laju infiltrasi
dilapang dilakukan dengan interval waktu 5 = = = (16)
, , ×
hingga 10 menit, sesuai kondisi tanah pada Nilai m adalah gradien yang diperoleh dari
saat pengamatan. plotting grafik hubungan antara infiltrasi
aktual (f) dengan log (f – fo).
Laju Infiltrasi Aktual Setelah seluruh parameter diketahui,
Persamaan 3 berikut merupakan rumus perhitungan infiltrasi Horton dilakukan
perhitungan laju infiltrasi aktual. dengan Ms. Excel 2010, kemudian plotting
( ) antara waktu (h) sebagai sumbu x dengan laju
= (3)
( ) infiltrasi Horton (cmh-1) sebagai sumbu y,
dimana, Depth = masukan air kumulatif sehingga diperoleh grafik hubungan laju
(air yang masuk kedalam tanah di ring infiltrasi Horton terhadap waktu.
infiltrometer dan t =interval waktu
pengamatan masukkan air dalam ring
infiltrometer.
20
Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Perbandingan Hasil Pengukuran Laju Tabel 3. Data karakteristik lahan


Infiltrasi Aktual dengan Horton Lahan HTI
Karakteristik Satuan
Untuk mengetahui apakah metode infiltrasi Pinus Jati Mahoni
yang digunakan benar-benar mendekati Pinus,
Jati,
Vegetasi Kopi,
daerah yang diteliti harus - Semak Mahoni
Tumpang Sari Singkong
diketahuihubungan antara laju infiltrasi belukar
, Rumput
aktual dengan laju infiltrasi Horton dengan Strata Tajuk - multistrata 2 strata 1 strata
uji korelasi dengan p<0.05 (menunjukkan Jenis Tanah -
Incepti Inceptis Andisol
keeratan hubungan) dan uji regresi sols ols s
m2 113559 884 1546,22
(menunjukkan pengaruh sebab akibat) Luas lahan
ha 113,6 8.4x10-2 1.6x10-1
menggunakan SPSS 17.0 dan Ms. Excel 2010. 8-15 (Pinus 1)
Kemiringan % 0-8 (Pinus 2) 0-8 8-15
15-25(Pinus 3)

Penetapan Rancangan Percobaan Jarak Rata-rata m2 9.7 3.7 6.9


Rancangan percobaan yang digunakan Pohon ha 9.7x10-4 3.7x10-4 6.9x10-4
Tegakan pohon
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Perluasan ha-1
11666 229 225
Kelompok (RAK), dengan perlakuan pada 3 Sumber : Data pengukuran lapang
lahanHTI, sehingga diperoleh beberapa
kombinasi perlakuan(Tabel 2). Vegetasi tumpang sari pada masing-
masinglahan HTI memiliki perbedaan yang
Tabel 2. Kombinasi perlakuan untuk cukup besar, lahan HTI yang memiliki jenis
perhitungan RAK tumpang sari terbanyak adalah lahan HTI
Ulangan pinus sehingga tergolong multistrata tajuk,
Lahan
1 2 3 kemudian lahan HTI jati dengan dua jenis
Pinus Pinus1 Pinus2 Pinus3 vegetasi semak belukar dan pohon jati
Jati Jati1 Jati2 Jati3 sehingga tergolong 2 strata tajuk danlahan
Mahoni Mahoni1 Mahoni2 Mahoni3 HTI mahoni yang hanya terdapat pohon
Sumber : Analisis data penelitian mahoni sehingga termasuk dalam 1 strata
tajuk.
Analisis Laboratorium Jenis tanah padalahan HTI pinus dan
Bahan yang akan dianalisis berupa analisis lahan HTI jati termasuk inceptisols.
tekstur, berat isi, kadar bahan organik dan Inceptisols merupakan tanah yang potensial
permeabilitas. Analisis akan dilakukan di untuk pertanian baik lahan basah maupun
Laboratorium Fisika Tanah dan Kimia kering karena mempunyai potensi
Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian kesuburan yang tergolong tinggi (Sartohadi
Universitas Brawijaya. et al., 2012). Sedangkan pada lahan HTI jati
termasuk andisols. Sifat-sifat fisik andisols
Analisis Statistik
yang menonjol adalah berat jenisnya rendah,
Data yang diperoleh dianalisis dengan
daya dukung tanah rendah, drainase cepat,
analisa ragam (ANOVA), untuk mengetahui
kapasitas menahan lengas rendah, sehingga
pengaruh penggunaanlahan HTI yang
tergolong tanah yang mudah tererosi
berbeda terhadap parameter-parameter sifat
(Sartohadi et al., 2012).
fisik tanah yang diukur. Bila pengaruhnya
Luas lahan HTI pinus memiliki
nyata (p<0,05), maka dilanjutkan dengan uji
perbedaan yang signifikan denganlahan
BNT.
HTI jati danlahan HTI mahoni karena
HASIL DAN PEMBAHASAN peruntukkannya sebagai hutan konservasi
milik Perhutani, lahan HTI jati
Karakteristik Lahan diperuntukkan untuk budidaya masyarakat
Karakteristiklahan HTI yang diukur dalam danlahan HTI mahoni sebagai hutanbuatan
penelitian ini vegetasi tumpang sari, strata pada perumahan RiverSide. Persentase
tajuk, jenis tanah, luas lahan, kemiringan, tingkat kemiringan pada ketiga lahan
jarak rata-rata pohon dan tegakan perluasan berkisar antara 0% – 25%, dan paling
(Tabel 3). bervariasi pada lahan HTI pinus karena
terletak pada kontur wilayah yang berbukit-
bukit.
21
Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Nilai jarak rata-rata pohon digunakan Nilai berat isi tanah padalahan HTI
untuk mengetahui jumlah tegakan pinus sebesar 1.28 g cm-3 (tergolong standar
perluasan tiap lahan HTI. Jumlah tegakan laju infiltrasi lambat),lahan HTI jati dan
perluasan terbanyak terdapat pada lahan lahan HTI mahoni sebesar 0,98 g cm-3
HTI pinus sebanyak 11666 pohonha-1. (tergolong standar laju infiltrasi sedang).
Tingginya nilai berat isi tanah
Karakteristik Sifat Fisik Tanah padalahan HTI pinus yang mengindikasikan
semakin lambatnya laju infiltrasi,hal ini
Tabel 4. Karakteristik sifat fisik tanah disebabkan adanya faktor lain yang
Sifat Fisik Lahan HTI menyebabkan tingginya nilai berat isi.
Satuan BNT
Tanah Pinus Jati Mahoni Menurut Nugroho (2009) berat isi tanah
% Pasir 31.3 34.3 27 tn berguna untuk evaluasi terhadap
Tekstur Tanah % Debu 50.7 58 41 tn
% Liat 18 7.7 32 tn
kemungkinan akar menembus tanah. Pada
Lempung Lempung Lempung tanah-tanah dengan berat isi yang tinggi
Kelas Tekstur -
berdebu berdebu berliat akar tanaman tidak dapat menembus
Berat Isi Tanah gcm-3 1.28 0.98 0.98 tn
lapisan tanah tersebut.lahan HTI pinus yang
Bahan Organik % 2.30 1.92 2.40 tn
Permeabilitas cmh-1 28.33 8.20 10.60 tn digunakan dalam penelitian ini didominasi
Keterangan : Tekstur tanah, berat isi tanah, bahan oleh tanaman tumpangsari berupa rumput-
organik dan permeabilitas pada ketiga rumputan yang tergolong tumbuhan
penggunaanlahan HTI tidak berbeda nyata berperakaran pendek dan jarak antar pohon
(p<0.05) paling jauh diantara 2 vegetasi HTI lainnya
yaitu sebesar 9.7 m2.
a. Tekstur Tanah
Lahan HTI pinus danlahan HTI jati c. Kandungan Bahan Organik
termasuk kelas tekstur lempung berdebu Bahan organik tersusun sisa-sisa tanaman
sehingga tergolong memiliki kecepatan laju muda (crop), pupuk hijau, hasil pembakaran
infiltrasi sedang, sedangkanlahan HTI sisa tanaman, sisa akar, batang, dahan
mahoni termasuk kelas tekstur lempung ranting tumbuh-tumbuhan yang telah mati,
berliat yang tergolong memiliki kecepatan termasuk juga ekskrements (kotoran dan
infiltrasi yang lambat. Tekstur tanah pada lendir-lendir) serangga, cacing dan binatang
dasarnya berhubungan dengan keadaan besar (Sartohadi et al, 2012).
pori tanah (Achmad, 2011). Tekstur tanah Lahan yang memiliki persentase
yang semakin halus (contohnya liat) bahan organik terbesar terdapat pada
memiliki pori-pori tanah yang lebih rapat lahanHTI mahoni yaitu sebesar 2.40% dan
jika dibandingkan dengan tekstur tanah terkecil terdapat padalahan HTI jati yaitu
kasar (contohnya pasir), hal ini sebesar 1.92%. Keseluruhanlahan HTI
mempengaruhi air untuk dapat melaluinya tergolong dalam standar laju infiltrasi
masuk kedalam tanah. rendah.
Semakin tinggi bahan organik suatu
b. Berat isi Tanah lahan dimana banyak seresah yang
Berat isi tanah terbagi menjadi dua menutupi permukaan tanah akan
komponen volume padatan dan volume meningkatkan aktifitas mikroorganisme
pori tanah. Menurut Widianto (2003), dalam mendekomposisikan bahan organik
peningkatan nilai berat isi tanah ditandai akan menjaga struktur tanah, sedangkan
dengan penurunan porositas tanah. Hal ini daerah yang tanpa seresah kemungkinan
menyebabkan tanah menjadi mampat akan mengeras dan membentuk lapisan
karena ruang pori berkurang (terutama kerak akibat tingginya aliran permukaan
ruang pori yang berukuran besar). (Rahayu, 2009).
Berkurangnya ruangan pori makro
mengakibatkan penurunan masuknya air d. Permeabilitas Tanah
kedalam tanah, penurunan kapasitas Permeabilitas adalah kemampuan tanah
menahan air dan kemampuan tanah untuk dalam meloloskan air.Lahan dengan nilai
melewatkan air (daya hantar air). permeabilitas tertinggi adalahlahan
HTIpinus 28.33 cmh-1 yang termasuk dalam
22
Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

kecepatan laju infiltrasi sedang (19.98-63 Tabel 5. Hubungan laju infiltrasi aktual dengan
cmh-1), diikuti dengan lahan HTI mahoni sifat fisik tanah
10.60 cmh-1 dan terendah lahanHTI jati 8.20 Lahan Tektur
Berat Isi Bahan Permeabilit Laju
Tanah Organik as Infiltrasi
cmh-1 yang keduanya termasuk dalam HTI Tanah
(gcm-3) (%) (cmh-1) Aktual*
golongan laju infiltrasi agak lambat (4.98-
Pinus Sedang Lambat Lambat Sedang 1
19.93 cmh-1). Semakin tinggi nilai Agak
permeabilitas tanah, maka akan diikuti oleh Jati Sedang Sedang Lambat
Lambat
3
kenaikan laju infiltrasi. Agak
Mahoni Lambat Sedang Lambat
Lambat
2

Analisa Hasil Pengukuran Infiltrasi Keterangan : * nilai menunjukkan urutan perolehan


a. Laju Infiltrasi Aktual nilai laju infiltrasi tertinggi ke rendah (1=tertinggi,
2=sedang dan 3=terendah)
Hasil pengamatan laju infiltrasi aktual
menunjukkanlahan HTI pinus mempunyai
b. Laju Infiltrasi Horton
laju infiltrasi paling tinggi, dan laju
Horton menggambarkan keadaan infiltrasi,
infiltrasi terendah padalahan HTI jati. Nilai
ketika hujan berhenti, perbaikan kapasitas
laju infiltrasi aktual ini nantinya akan
infiltrasi dimulai. Reaksi angin dan suhu
digunakan dalam perhitungan Persamaan
yang berbeda disekitar permukaan tanah
Horton (Persamaan 4).
membantu dalam proses membuka kembali
40 pori-pori tanah, penyusutan partikel koloid
35 mendominasi, ‘pelubangan’ atau perbaikan
pori-pori tanah yang dilakukan oleh cacing
30
Laju Infiltrasi (cm h-1)

tanah dan serangga dan kapasitas infiltrasi


25 kembali kenilai maksimumnya, biasanya
20 membutuhkan waktu satu hari atau kurang
untuk tanah berpasir, meskipun beberapa
15 hari dapat diperlukan untuk tekstur liat dan
10 tanah dengan tekstur halus (Beven, 2004).
5
40
Laju Infiltrasi Horton (cm h-1)

0
35
0 1 Waktu (h) 2 3
30
Pinus Jati Mahoni 25
Gambar 2. Laju infiltrasi aktual pada 20
berbagai vegetasi HTI 15
10
Hubungan Laju Infiltrasi Aktual dengan
Sifat Fisik Tanah 5
Tabel5 menunjukkan hanya pada lahan HTI 0
pinus yang menunjukkan korelasi positif
0 1 2 3
antara sifat fisik tanah (tekstur tanah dan Waktu (h)
permeabilitas) dengan laju infiltrasi aktual. Pinus Jati Mahoni
sedangkanlahan HTI jati dan lahan HTI
Gambar 3. Laju Infiltrasi Horton pada
mahoni tidak menunjukkan korelasi positif
Berbagai Vegetasi HTI. Lahan HTI Pinus : k =
dengan laju infiltrasi aktual.
1.6; fo = 38.8 cm h-1; fc = 24.8 cm h-1, Lahan HTI
jati : k = 1.4; fo = 21.6 cm h-1; fc = 3.6 cm h-1,
Lahan HTI mahoni : k = 1.2; fo = 23.2 cm h-1; fc =
8.0 cm h-1
23
Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Perbandingan Laju Infiltrasi Aktual sangat nyata antara laju infiltrasi aktual
dengan Horton dengan laju infiltrasi Horton dan memiliki
kecenderungan yang positif. Kemudian,
40 diperoleh nilai regresi untuk lahan HTI
38 pinus sebesar R2 = 0.96, lahan HTI jati dan
Infiltrasi Horton (cm h-1)

y = 0,831x + 3,529
36 R² = 0,962 lahan HTI mahoni sebesar R2 = 0.98, artinya
34 peningkatan nilai laju infiltrasi aktual
32 sebesar 96% pada lahan HTI pinus serta 98%
30 Pinus pada lahan HTI jati dan lahanHTI mahoni
akan berkontribusi pada peningkatan nilai
28
Linear laju infiltrasi Horton masing-masing lahan
26
(Pinus) HTI tersebut.
24 Dapat disimpulkan bahwa laju infiltrasi
22 aktual dan laju infiltrasi Horton memiliki
22 27 32 37 42 hubungan yang sangat erat,sehingga
Infiltrasi Aktual (cm h-1) metode infiltrasi Horton dapat digunakan
a) untuk memperkirakan laju infiltrasi pada
ketigalahan HTI.
22
Infiltrasi Horton (cm h-1)

y = 0,891x + 0,716
R² = 0,983 KESIMPULAN
17
Berdasarkan hasil perhitungan infiltrasi
12 Jati Horton padalahan HTI pinus diperoleh laju
infiltrasi tertinggi, kemudianlahan HTI
mahoni dan terendah padalahan HTI jati.
7 Linear Lahan HTI pinus menunjukkan korelasi
(Jati)
positif antara sifat fisik tanah (tekstur tanah
2 dan permeabilitas) dengan laju infiltrasi
2 12 22 aktual, sedangkanlahan HTI jati dan lahan
Infiltrasi Aktual (cm h-1)
HTI mahoni tidak menunjukkan korelasi
b)
positif, dimanalahan HTI pinus termasuk
25 kelas tekstur lempung berdebu yang
23 tergolong standar laju infiltrasi sedang dan
Infiltrasi Horton (cm h-1)

21 y = 0,828x + 1,399
nilai permeabilitas tertinggi sebesar 28.33
19 R² = 0,980
cmh-1 termasuk golongan laju infiltrasi
17 sedang.
15 Berdasarkan hasil uji korelasi dan uji
13 regresi antara laju infiltrasi aktual dan laju
Mahoni
11 infiltrasi Horton diperoleh hubungan yang
9 Linear sangat nyata, sehingga metode infiltrasi
7 (Mahoni) Horton dapat digunakan untuk
5 memperkirakan laju infiltrasi pada
5 10 15 20 25 ketigalahan HTI.
Infiltrasi Aktual (cm h-1)
c) DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4. Hubungan Laju Infiltrasi Aktual
Achmad, Mahmud. 2011. Buku Ajar Hidrologi
dengan Horton pada a) lahan HTI Pinus, b)
Teknik.Hibah Penulisan Buku Ajar
lahan HTI Jati dan c) lahan HTI Mahoni
bagi Tenaga Akademik : Keteknikan
Pertanian Fakultas Teknologi
Berdasarkan uji korelasi padalahan HTI Pertanian Universitas Hasanuddin.
pinus diperoleh r = 0.98**, lahan HTI jati dan Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan
lahan HTI mahoni r = 0.99**, seluruhnya Air. IPB Press, Bogor hal : 49-54.
menunjukkan adanya hubungan yang
24
Budianto, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Beven, Keith. 2004. Robert E. Horton’s Universitas Lambung


perceptual model of infiltration Mangkurat,Kalimantan Selatan, 10; 27
processes. Hydrol Process. 18; 3347- Rahayu Subekti, et al. 2009. Monitoring Air di
3460 Daerah Aliran Sungai. World
Boyd, Claude E. 1995. Sediment, and Pond Agroforestry Center-Southeast Asia
Aquaculture.Chapman & Hall, US; Regional Office, Bogor-Indonesia.
345-355 104.p.
Dagadu, Jagdale Satyawan and T, Saputra, Danny Dwi. 2008. Peran Agroforestri
Nimbalkar P. 2012. Infiltration Studies dalam Mempertahankan Laju Infiltrasi
of Different Soils Under Different Soil Tanah : Pengaruh Pori Makro dan
Conditions and Comparison of Kemantapan Agregat Tanah Terhadap
Infiltration Models with Field Data. Laju Infiltrasi. Skripsi : Jurusan Tanah
International Journal of Advanced Program Studi Ilmu Tanah Fakultas
Engineering Technology Vol III; 154- Pertanian Universitas Brawijaya.
157 Sartohadi Junun, et al. 2012. Pengantar
Fadhilah, Devie. 2007. Identifikasi Fungi yang Geografi Tanah. Pustaka Pelajar,
Berasosiasi dengan Benih Mahoni Yogyakarta.
(Swietenia macropylla King) Sewaktu Sumarna, Y. 2004. Budidaya Jati. Penebar
Masih di Pohon dan Setelah Swadaya, Jakarta.
Disimpan.Skripsi : Program Studi Sutton, R.F. 1969. Form and Development of
Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Conifer Root Systems. Commonwealth
Institut Pertanian Bogor. Agricultural Bureaux Tech 7 : 130p.
Hardiyatmo, HC. 2006. Penanganan Tanah England.
Longsor dan Erosi. Gadjah Mada Utaya, Sugeng. 2008. Pengaruh Perubahan
University Press : Yogyakarta; 308-319 Penggunaan Lahan Terhadap Sifat
Joker, Dorthe. 2001. Informasi Singkat Benih : Biofisik Tanah dan Kapasitas Infiltrasi
Swietenia macrophylla King.Indonesia di Kota Malang.Forum Geografi 22, 99-
Forest Seed Project, Bandung. 112
Kaniraj, A Shenbaga. 1988. Design Aids in Widianto, et al. 2003. Fungsi dan Peran
Soil Mechanics and Foundation Agroforestri.World Agroforestry
Engineering. Tata McGraw-Hill, New Center (ICRAF) Southeast Asia
Delhi; 55-57. Regional Office, Bogor.
LPT. 1983. Kriteria Penilaian Sifat Kimia
Tanah.Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya :
Malang.
Nawir, Ani Adiwinata., Murniati dan
Rumboko, Lukas. 2008. Rehabilitas
Hutan di Indonesia akan Kemanakah
Arahnya Setelah Lebih dari Tiga
Dasawarsa?.Center for International
Foresty Research (CIFOR), SMK
Grafika Desa Putera, Bogor.
Novendra, Ilyasa Yanu. 2008. Karakteristik
Biometrik Pohon Jati (Tectonia grandis
L.f.) Studi Kasus di Bagian Hutan Bancar
KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II,
jawa Timur.Skripsi : Departemen
Manajemen Hutan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia
dan kesuburan Tanah pada Lokasi
Rencana Hutan Tanaman Industri PT.
Prima Multibuwana. Prodi Budidaya

Anda mungkin juga menyukai