Anda di halaman 1dari 45

PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI

MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

KOMITE KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH


SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA 2012
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP FATMAWATI
NOMOR : HK.03.05/II.1/1518/2012

TENTANG

PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI


MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN KOMITE K
3 RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

DIREKTUR UTAMA RSUP FATMAWATI

Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan tugas dalam kondisi bencana dan


mengharuskan evakuasi ketempat/ lokasi aman di RSUP
Fatmawati dibutuhkan panduan yang dijadikan acuan dalam
melaksanakan tugas.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a tersebut diatas, maka
dipandang perlu diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Utama RSUP Fatmawati.

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor : 1 tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja
2. Undang – Undang Nomor : 13 tahun 2003 tentang Ketenaga
kerjaan.
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
4. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 44 tentang Rumah
Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor :
1678/MENKES/PER/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Jakarta.
6. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
1243/MENKES/MENKES/SK/VIII/2005 tanggal 11 Agustus 2005
tentang Penetapan 13 (tiga belas) Eks Rumah Sakit Perusahaan
Jawatan (Perjan) Menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT)
Departemen Kesehatan dengan Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.
7. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor :
1036/MENKES/SK/IV/2008 tentang Pengangkatan Direktur Utama
BLU Rumah Sakit Fatmawati
8. Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati Nomor :
HK.03.05/II.1/9256/2011 tanggal 30 Juni 2011 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

Memperhatikan : 1. Peraturan Pemerintaah RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
2. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 432/MENKES/IV/2007
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di Rumah Sakit.
3. Surat Sekertaris Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Dep.Kes
R.I. Nomor : OT.00.01.1.4.3337 tanggal 14 Juni 2007 tentang
Persetujuan Pembentukan Komite K3 dan Perubahan Instalasi di
lingkungan RSUP Fatmawati.
4. Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati Nomor :
HK.03.05/II.1/972/2011 tanggal 13 Juli 2011 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Komite Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) RSUP Fatmawati.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP FATMAWATI TENTANG


PENGESAHAN PANDUAN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ACUAN
DALAM MELAKSANKAN TUGAS KONDISI BENCANA DI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI.

Pertama : Panduan yang sah dipergunakan sebagai acuan dalam


melaksanakan tugas Pada kondisi bencana di RSUP Fatmawati
sebagai mana tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini.

Kedua : Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) RSUP Fatmawati


agar dalam melaksanakan tugas di RSUP Fatmawati berpedoman
dan mengacu pada lampiran Surat Keputusan ini.

Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, maka akan ditinjau kembali untuk diperbaiki sebagai
mana mestinya

Ditetapkan Di : Jakarta
Pada Tanggal : 20 Juli 2012.
Direktur Utama

Dr. Andi Wahyuningsih Attas, Sp.An.


NIP. 19570802 198710 2 001

Tembusan :
1. Para Direktur RSUP Fatmawati
2. Ketua Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja RSUP Fatmawati.
KATA PENGANTAR

Dalam rangka upaya penerapan Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana, Undang-Undang RI Nomor : 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-Undang RI Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang RI
Nomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Memandang perlu menetapkan Panduan dalam
Penanggulangan Bencana sebagai berikut :

1. Pimpinan, seluruh unsur pembantu pimpinan serta karyawan mendukung sepenuhnya


upaya penanggulangan bencana yang mungkin terjadi guna menghindari atau
meminimalkan kerugian yang di timbulkan oleh bencana.
2. Semua jajaran manajemen RSUP Fatmawati wajib memahami dan menghayati tanggung
jawab dalam antisipasi dan pengendalian terhadap bencana yang terjadi maupun potensi
bencana yang mungkin terjadi di RSUP Fatmawati
3. Semua karyawan/ karyawati, mitra kerja serta semua orang yang berada di RSUP
Fatmawati wajib mematuhi peraturan maupun ketentuan terkait penenggalungan dan
pengendalian bencana.
4. Semua karyawan/ karyawati wajib berpartisipasi dalam program antisipasi penanggulangan
serta serta dalam pengendalian bila terjadi bencana.
5. Panduan Penanggulangan Bencana ini akan selalu ditinjau ulang berdasarkan adanya
perubahan peraturan perundangan, perkembangan teknologi dan hasil evaluasi dari uji
coba dan simulasi.

Dengan adanya Buku Panduan Kesiapsiagaan bencana dan evakuasi RSUP Fatmawati ini,
maka diharapkan dapat menjadi media sosialisasi bagi seluruh karyawan RSUP Fatmawati
tentang tanggap darurat terhadap bencana dalam manajemen fasilitas dan keselamatan,
sehingga diharapkan dapat mengetahui tindakan apa yang dilakukan bila terjadi bencana di
RSUP Fatmawati. sehingga proses penangan dan penanggualan bila terjadi bencana dapat
berjalan baik dan lancar.

Harapan kami, semoga Buku Panduan Kesiapsiagaan Bencana dan Evakuasi RSUP
Fatmawati bisa bermanfaat bagi kita semua.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 17 Juli2012

Direktur Utama,

Dr. Andi Wahyuningsih Attas, Sp.An


NIP 19570802 198710 2 001
DAFTAR ISI

SK DIREKTUR UTAMA TENTANG PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA


DAN EVAKUASI MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN KOMITE K 3

...................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................................

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan...........................................................................................
C. Ruang Lingkup ...............................................................................
D. Dasar Hukum...............................................................................
..............................................................................

Bab II Ketentuan – Ketentuan Umum


A. Pengertian ...............................................................................
B. Pengorganisasian ..............................................................................

Bab III Pedoman Kesiapsiagaan Bencana dan Evakuasi..............................

Bab IV Monitoring dan Evaluasi .................................................................

Bab V Penutup ........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawti adalah fasilitas kesehatan umum dengan banyak
mengandung potensi atau risiko bahaya yang sifatnya tidak dapat diduga. Risiko atau
bahaya tersebut dapat bersumber dari manusia ataupun alam, internal atau eksternal yang
berpotensi menimbulkan bencana dan dapat menimpa banyak orang yang memerlukan tata
laksana khusus yang dipersiapkan, agar dapat meminimalisasi korban baik manusia, properti
dan data.Risiko atau bahaya tersebut dapat mengenai pasien, keluarga pasien, pengunjung,
pekerja, pihak ke tiga dan lingkungan. Gangguan kelangsungan operasional rumah sakit
juga dapat disebabkan oleh kegagalan sistem yang ada di rumah sakit, maupun keadaan
darurat epidemik / wabah. Untuk itulah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP
FATMAWATI) menyusun Pedoman Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit (Hospital
disaster management plan).

B. Tujuan
Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur dan proses penanggulangan
keadaan gawat darurat, wabah dan bencana yang dapat mempengaruhi rumah sakit.

Tujuan Khusus
1. Untuk menentukan tipe, probabilitas dan konsekwensi dari setiap bahaya, ancaman dan
bencana.
2. Untuk menentukan peran rumah sakit dalam keadaan gawat darurat, wabah dan
bencana.
3. Untuk menyiagakan strategi komunikasi dalam keadaan bencana.
4. Untuk menyiagakan proses dalam mengelola sumber daya selama bencana, termasuk
alternatifnya.
5. Untuk menyiagakan proses dalam mengelola aktivitas klinis selama bencana, termasuk
alternatifnya.
6. Teridentifikasinya peran dan tanggung jawab karyawan selama bencana.
7. Teridentifikasinya keperluan program pelatihan karyawan dalam penanganan bencana.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku panduan ini meliputi Organisasi, Standar Keselamatan Pasien, Sasaran
Keselamatan Pasien, Penyelenggaraan Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pelaporan
Insiden, Analisis dan solusi, serta pembinaan dan Pengawasan. diperuntukkan bagi seluruh
masyarakat rumah sakit yang terdiri dari pasien, pegawai pengunjung, dan pihak lain yang
berada di lingkungan RSUP. Fatmawati dalam hal penanggulangan dan pengendalian
bencana.

D. Dasar Hukum
2. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
5. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
6. Peraturan Pemerintaah RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
7. Permenaker No. Per/05/Men/1966 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
8. SK Meneg PU No 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Persyaratan Teknis Pengamanan
terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
9. SK Meneg PU no 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Persyaratan Teknis Manajemen
PenanggulanganKebakaran di Perkotaan.
10. Badan Standarisasi Nasional (2000) tentang pencegahan kebakaran pada bangunan
gedung 2000-2001 menyangkut sistem hidran, sprinkler otomatis dan APAR.
11. Standar Pelayanan Administratif dan Pelayanan Medis Instrumen Penilaian Akreditasi
RS Departemen Kesehatan RI Revisi Maret 2007
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/Men/1983, tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik
13. KepDirJen Kimprawil No. 58/KPTS/DM/2002, tentang Petunjuk Teknis Rencana
Tindakan Gempa Pada Bangunan Gedung.
14. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tentang Bangunan Gedung.
15. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang No.28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
16. KepMeneg PU No. 10/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
17. KepMeneg PU No. 11/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
18. SNI 03-1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akases Lingkungan untuk
pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung ( Acuan “ Fire
Precautions in Buildings”, 1997, Fire safety Bureau, Singapore Civil Defence Force).
19. SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan Pemasangan Sarana Jalan Ke Keluar untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung ( acuan NFPA
1001 Life Safety Code, 1997).
20. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1678/MENKES/ PER/XII/2005 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
21. Keputusan Diektur Utama RSUP Fatmawati Nomor : HK.03.05/II.1/9256/2011 tanggal 30
Juni 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSUP Fatmawati.
22. Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati NomorHK.03.05/II.1/972/2011 tanggal 13
Juli 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja RSUP Fatmawati.
BAB II
KETENTUAN – KETENTUAN UMUM

A. Pengertian

Bencana adalah suatu keadaan gawat darurat baik medik mapun non medik, yang
memerlukan mobilisasi pekerja, dan atau pasien, keluarga pasien, pengunjung dan pihak
ke tiga, di luar prosedur rutin dan harus diatasi dalam waktu singkat sehingga jalur
pengambilan keputusan yang normal tidak dapat ditempuh.

Hazard Vulnerability assesement (HVA) adalah cara/ tolls yang dipakai untuk menganalisa
tingkat potensi bahaya (hazard) dan dampak dari hazard tersebut serta tingkat kesiapan rumah
sakit dalam penanggulangannya, baik langsung maupun tidak langsung sesuai rekomendasi
JCI.

Asesemen risiko adalah penilaian potensi bahaya?

Definisi2 / Istilah dlm panduan ini ..... dll


B. Pengorganisasian

STRUKTUR KOORDINASI SIAGA BENCANA RSUP FATMAWATI


( Dalam Jam Kerja)

Pimpinan Darurat Bencana · Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan


Direktur Utama
Kementrian Kesehatan RI
Direktur USP Direktur Medik dan Keperawatan Direktur Keuangan · Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
· Badan Penanggulangan Bencana Daerah
· Dinas Pemadam Kebakaran
· Tim SAR
· Rumah Sakit Terdekat
Koordinator Lapangan · TNI
(Ketua Komite K3) · Kepolisian

Kordinator Logistic Koordinator Teknik Koordinator Medik


Kordinator Informasi & Koordinator Keselamatan,
( Ka IPSRS) : (Ka IGD ) :
Komunikasi Keamanan dan Pemantauan ( Ka.Bag Umum) :
1. Petugas Kesiapan alat 1. Kelompok Dokter (Wa.Ka. IGD Bidang
( Ka IPH) : (Ka Sub Komite Keselamatan
1. Petugas Logistik obat/ alkes
Kerja): Keselamatan ( IPSRS) Pelayan
habis pakai ( Inst.
1. Petugas kurir (security) 2. Petugas Utility (Storing II) 2. Kelompok Perawat ( Wa Ka IGD Bidang
1. Penanggung jawab Farmasi).
2. Petugas Operator 3. Petugas Panel Kontrol ( Pelayan)
gedung (Ka Satker ) 2. Petugas Logistik Gizi (Inst.
telepon
Storing I ) 3. Petugas Area Evakuasi awal (dr jaga Fals
3. Paging, car call 2. Petugas Keamanan Gizi)
4. Petugas Perbaikan & Emg/ Non Urgent)
4. Petugas Pengamanan 3. Petugas Pemadam 3. Petugas Logistk Umum
5. Rekam Medik (IRMIK) Sanitasi ( Petugas IPSRS ) 4. Petugas Area Evakuasi Lanjutan / RS
4. Petugas Evakuasi (Ka.Sub. Bag. R Tangga)
6. Petugas Pengamanan Lapangan
5. Petugas Parkir 4. Petugas Logistik alat
7. Data Elektronik(ISIPD) 5. Petugas Forensik dan Kamar Jenazah ( Ka
6. Petugas Pembersih medic (Bid Fasilitas Medis)
8. Pusat Informasi Bencana IFPJ )
7. Petugas Pemantau/ 5. Petugas Mobilisasi dana
6. Petugas Ambulans (Penyelia Ambulans )
Monitor/ Evaluasi (Ka.Bag. Perbendaharaan
7. Petugas Evakuasi KLB ( Ka Tim Perawat
& Mobilisasi Dana).
IGD )
1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
a. DIREKTUR UTAMA
Menetapkan kebijakan Rumah Sakit, Peraturan Rumah Sakit dan Pelaksanaan terkait Pencegahan,
dan Penanggulangan Bencana di RSUP Fatmawati
Memberikan tanggapan berupa rekomendasi terkait pencegahan dan penanggulangan
bencana Memantau, mengawasi dan memberikan arahan dalam pelaksanaan kendali bencana
Bersama para direksi berfungsi selaku komando tertinggi siaga di Rumah Sakit Fatmawati, dan
berkoordinasi dengan pihak luar rumah sakit.

b. PIMPINAN DARURAT BENCANA (Direktur Medik dan Keperawatan).


Menetapkan Kebijakan Rumah Sakit, Peraturan Rumah Sakit dan Pelaksanaan terkait Pencegahan,
Mitigasi dan Penanggulangan Bencana dari seluruh satuan kerja/ lokasi kerja di Rumah Sakit
Fatmawati.
Menetapkan waktu pelaksanaan dan pelaksanaan program dan memberikan tanggapan berupa
rekomendasi terkait pencegahan, mitigasi dan penanggulangan bencana.
Berfungsi selaku Komando tertinggi Siaga yaitu pimpinan penanggulangan dan pengendalian bencana,
mendelegasikan tugas penanggulangan kepada Pimpinan Darurat Bencana (Direksi) dan Koordinator
Lapangan Darurat Bencana (Komite K3 RS).
Memantau, mengawasi dan memberikan arahan dalam pelaksanaan kendali bencana.
Menetapkan prosedur dan organisasi penanggulangan bencana, jalur evakuasi dan Titik Kumpul Aman
evakuasi (assembly point).
Menentukan Rumah Sakit rujukan bila korban tidak bisa ditangani di Rumah Sakit Fatmawati.

c. Direktur Keuangan
Menetapkan kebijakan Rumah Sakit, peraturan Rumah Sakit terkait dengan pendanaan pada
pelaksanaan terkait pencegahan, mitigasi dan penanggulangan bencana.
Memantau, mengawasi dan memberikan arahan dalam pelaksanaan kendali bencana sesuai tugas dan
fungsi.

d. Direktur Umum SDM dan Pendidikan


Menetapkan kebijakan Rumah Sakit, peraturan Rumah Sakit terkait dengan sarana, SDM dan
Pendidikan pada pelaksanaan terkait pencegahan, mitigasi dan penanggulangan bencana.
Memantau, mengawasi dan memberikan arahan dalam pelaksanaan kendali bencana sesuai tugas dan
fungsi.

e. KOORDINATOR LAPANGAN DARURAT BENCANA.


Ketua Komite K3 (pada jam kerja), Duty Manajer ( di luar jam kerja).
Segera menuju lokasi setelah mendapat laporan bencana/kebakaran.
Segera melakukan analisa jenis bencana, menentukan tingkat kegawatan bencana dan segera
menyatakan pemberlakuan KEADAAN BENCANA sesuai kode komunikasi bencana.
Segera melaporkan kepada Direksi tentang detail kejadian bencana/kebakaran.
Bertugas sebagai Komandan Siaga II (pada kebakaran) yaitu pimpinan penanggulangan dan
pengendalian kebakaran pada siaga II dan menyatakan siaga selesai dimana secara operasional di
bawah Pimpinan Darurat Bencana ( Direksi ) RSUP Fatmawati.
Mengkoordinasikan kegiatan para koordinatornya
Mengkoordinasikan perlunya bantuan kepada instansi terkait (Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Din Kes Jakarta
Selatan, Dinas Pemadam Kebakaran, RSUD Pasar Rebo, RS Marinir, RS POLRI, Kepolisian, PLN,
TNI, Tim SAR dll).
Membantu kesiapan Koordinator Informasi dan Komunikasi Bencana
Membantu Koordinator keselamatan, keamanan dan pemantauan dalam memimpin pelaksanaan
posedur penanggulangan bencana untuk dapat dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap personil
termasuk penghuni gedung.
Memfasilitasi koordinator logistik dalam penyiapan logistik (obat-obatan dan makanan dll).
Memantau kesiapan Koordinator Penunjang Teknik Darurat Bencana.
Memastikan kesiapan Koordinator Medik.
Membuat Rencana Kerja Pencegahan dan mitigasi penanggulangn bencana Rumah Sakit.
Melakukannya identifikasi terhadap segala aspek pengamanan potensi bencana dan mekanisme
pengendaliannya.
Mampu memberikan contoh tindakan dan dapat melakukan briefing terkait pengamanan bencana.
Memastikan pencegahan dan penanggulang bencana dapat diimplementasikan.

f. KOORDINATOR INFORMASI DAN KOMUNIKASI.


Ka IPH (dalam jam kerja) atau Operator telepon/paging (di luar jam kerja)
Bertugas memastikan terlaksananya prosedur-prosedur komunikasi bencana dan kesiapan alat.
Bertugas menyelenggarakan dan mengendalikan informasi bencana melalui Pusat Informasi
Bencana .
1. Operator telepon / operator radio/ Paging system/ car call :
· Memeriksa dan memelihara peralatan agar selalu bekerja dengan baik .
· Bersama dengan bagian teknik IPSRS memastikan bahwa informasi dapat didengar di seluruh
bagian dalam gedung dan di luar gedung.
· Melaksanakan pemantauan keadaan seluruh tempat/gedung melalui peralatan pemantau.
· Melaporkan keadaan terpantau tersebut setiap saat.
· Menerima dan mencatat laporan keadaan darurat bencana.
· Menghubungi Koordinator Lapangan Darurat Bencana.
· Memblokir / Membatasi percakapan yang masuk dan keluar RSUP Fatmawati pada saat
bencana.
· Mengikuti jalannya upaya penanggulangan dengan melakukan komunikasi dengan petugas di
lokasi bencana melalui Handy Talky.
· Menyampaikan pengumuman atau perintah Kepala Keadaan Darurat Bencana ke setiap lantai
atau gedung melaui Paging System dan atau car call.
· Aktifasi Komunikasi Dalam Pengendalian dan Penangulangan Bencana dilakukan segera
setelah menerima aktifasi keadaan bencana (Kode Merah dll) oleh pejabat berwenang melalui
telepon atau sarana komunikasi lainnya sesuai kode bencana dari satu unit kerja.
· Pejabat berwenang tersebut adalah: Koordinator Lapangan Darurat Bencana , Ketua Komite K3,
Ka Sub Komite Keselamatan, PJ AREA / Ka Satker/Waka Satker (dalam jam kerja) atau Ka Tim/
Duty Nurse I/II atau Dokter jaga I Area Kuning (area Urgent) atau Duty Manager ( diluar jam
kerja).
· Bila mendengar atau mengetahui adanya alarm yang aktif tanpa aktifasi dari pejabat berwenang
maka operator meminta petugas security/ storing untuk melakukan pemeriksaan/ pengecekan
keadaan di lokasi.
· Bila tidak ditemukan keadaan darurat bencana (alarm palsu), maka sekuriti/ petugas storing
mematikan alarm tersebut dan melaporkan keadaan tersebut kepada operator.
· Operator mengumumkan melalui paging sistem bahwa alarm yang aktif tersebut akibat
kesalahan teknis disertai permohonan maaf atas ketidaknyamannya.
· Melaporkan kepada Ketua Tim dan anggota Tim Penanggulangan Bencana melalui alat
komunikasi yang ada : Telepon, Telepon seluler, Handy Talky , Paging System sesuai dengan
kode yang telah disepakati/ prosedur yang ditetapkan.
· Melakukan komunikasi dengan petugas tanggap darurat gedung .
· Melakukan komunikasi dengan Instansi Pemadam Kebakaran, Polisi, TNI, PLN , Tim SAR dll.

2. Kurir :
Sekuriti ( di dalam / di luar jam kerja )
Dalam kondisi sarana komunikasi yang terganggu, maka diperlukan tenaga kurir yang bertugas
menyampaikan berita dari Koordinator Lapangan Darurat Bencana, Penanggung Jawab Gedung
dan lainnya.

3. Pusat Informasi Bencana :


Ka IPH ( dalam dan di luar jam kerja )
Untuk keseragaman dan keakuratan informasi maka pemberian informasi kepada pers/media masa
hanya diberikan oleh satu pintu, yaitu IPH, informasi yang akan disampaikan harus sepengetahuan
Direktur Utama. Oleh karena itu maka IPH harus terus melakukan komunikasi dengan direksi untuk
kepastian informasi yang akan disampaikan .

4. Pengamanan Rekam Medik


Ka IRMIK (dalam jam kerja) / petugas TUR (di luar jam kerja).
Tugas :
· Mengamankan berkas rekam medik pasien yang sedang dirawat inap dan rawat jalan (dalam
pelaksanaannya dibantu oleh petugas evakuasi).
· Mengamankan data pasien rawat inap dan rawat jalan dengan jalan segera mencetak nama-
nama pasien rawat jalan dan rawat inap pada saat bencana.
· Memberikan informasi data pasien di gedung yang terkena bencana kepada Koordinator
penanggulangan bencana.
· Kualifikasi : Pernah mengikuti Pelatihan BLS. Penanggulangan Bencana dan Evakuasi.

5. Pengamanan data Elektronik


Ka Instalasi Sistem Informasi dan Pengolahan Data (dalam/ di luar jam kerja).
Tugas :
· mengamankan data elektronik di server ISIPD di Gedung Induk.
· mensupport IRMIK dalam upaya updating data yang diperlukan.
· Kualifikasi : Pernah mengikuti pelatihan BLS, Penanggulangan Bencana Kebakaran dan
Evakuasi
g. KOORDINATOR KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PEMANTAUAN.
Ka.Sub Komite Keselamatan Kerja / Supervisor Bencana & Kebakaran ( Pada jam kerja), Duty
Nurse I ( diluar jam kerja ).
Pada jam kerja bertugas sebagai Komandan Siaga II yaitu pimpinan penanggulangan dan
pengendalian bencana pada siaga II sementara dan menyatakan keadaan darurat selesai sampai
Kepala Keadaan Darurat Bencana tiba di tempat di mana secara operasional di bawah Direktur
Utama dan Ketua Komite K3.
Bertugas memastikan terlaksanakannya prosedur-prosedur, membentuk dan mengkoordinasikan
kegiatan:

1. Penanggung Jawab Gedung:


· Memimpin Regu Keselamatan per lantai ( Regu Keselamatan) dan Regu Keselamatan Gedung :
yang terdiri dari kelompok pemadam, kelompok evakuasi pasien/jiwa, kelompok evakuasi
barang , kolompok F-1, kelompok sekuriti gedung, petugas Teknik gedung, Tim logistic gedung,
yang bertugas melakukan identifikasi potensi bencana setiap hari, menjaga kesiapan Tim dan
memberikan respon secara cepat dan tepat sesuai bencana yang timbul.
· Memimpin tugas pemantauan peralatan keselamatan dan penyelamatan agar
· dapat berfungsi dengan baik dan melapor kepada Kepala Instalasi/KomiteK3 bila
mendapati hal yang berpotensi menimbulkan bahaya/bencana.
· Melaksanakan penanggulangan secara dini pada kesempatan pertama dengan alat yang
tersedia.
· Membantu kegiatan pemadaman dan penyelamatan Regu Keselamatan Lantai di atas/ di
bawahnya atau disebelahnya.
· Memastikan pengelompokan pasien ( A,B,C,D,E) selalu dilakukan dalam antisipasi evakuasi
sewaktu-waktu.
· Menjaga dan memelihara daftar terakhir anggota didalam tanggung jawabnya.
· Selalu menjaga dan meningkatkan pemahaman prosedur dan ketrampilan Regu Keselamatan
Lantai/Gedung dalam penanggulangan bencana secara dini.
Tugas Regu Keselamatan Lantai / Regu Keselamatan Gedung dalam kondisi Normal:
· Memahami tata letak ruang bangunan, baik daerah perkantoran yang menjadi
tanggung jawabnya maupun mengenai bangunan gedung secara keseluruhan.
· Memahami letak sarana Keselamatan dan Penyelamatan serta melakukan pemantauan dan
pemeliharaan.
· Melakukan penglompokan pasien (A,B,C,D,E) dalam antisipasi evakuasi sewaktu-waktu.
· Memahami prosedur pencegahan dan penanggulangan bencana / kebakaran.
· Memahami prosedur evakuasi.
· Memahami prosedur BLS dan mampu memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
· Melakukan tugas pemantauan peralatan keselamatan dan penyelamatan agar
· dapat berfungsi dengan baik dan melapor kepada Penanggung jawab Gedung/ Kepala
Instalasi bila mendapati hal yang berpotensi menimbulkan bahaya/bencana.
· Harus dipastikan bahwa prosedur mampu dilaksanakan dengan baik.
· Menjaga dan memelihara daftar terakhir anggota didalam kelompoknya.
· Menjaga kemampuan penanggulangan bencana /kebakaran

2. Kelompok Sekuriti dan Penyelamat :


a. Petugas Pemadam :
· Memadamkan api pada kesempatan pertama dengan alat yang tersedia secara cepat dan
tepat ( menggunakan APAR atau Hidran).
· Melokalisasi area yang terbakar dengan menyemprotkan hidran ke arah barang
· yang mudah terbakar, menyingkirkan barang-barang yang mudah terbakar,
· atau menutup pintu atau jendela sampai petugas Dinas Kebakaran datang.
· Membantu di lantai lain yang terbakar bila memerlukan tenaga dan bekerja
· sama dengan kelompok lain yang memerlukan bantuan.
· Menggunakan tangga darurat, Ramp atau lift kebakaran (bila tersedia) selama
· lift tersebut aman.
· Mencegah orang yang bukan petugas pemadam atau petugas Tim Penanggulangan
Bencana mendekati daerah yang terbakar.
· Menghubungi Koordinator Lapangan Darurat Bencana jika kebakaran diperkirakan tidak
dapat diatasi lagi (meningkat ke SIAGA II ).

b. Petugas Evakuasi
· Menginstruksikan semua penghuni /pengguna untuk segera berjalan dengan cepat keluar
dari bangunan melalui tangga darurat dengan tertib.
· Memimpin pelaksanaan evakuasi kelompok-kelompok pasien yang sudah dibagi oleh
petugas / regu evakuasi gedung melalui tangga darurat /ramp menuju lantai dasar dan
berkumpul di titik kumpul aman (Assembly Point).
· Melarang penghuni menggunakan Lift.
· Menginstruksikan penghuni wanita untuk melepaskan sepatu dengan hak yang tinggi.
· Mengevaluasi jumlah pasien dan karyawan gedung yang dievakuasi bersama dengan
kelompok evakuasi gedung.
· Menyelamatkan orang yang yang pakaiannya terbakar dengan selimut tahan api dan
mengguling-gulingkan tubuhnya di atas lantai agar api cepat padam serta memberikan
pertolongan pertama.
· Menghitung jumlah karyawan gedung yang mengalami bencana/kebakaran dan membuat
laporan pelaksanaan tugas.
· Menjaga dengan ketat agar tidak ada lagi orang yang yang masuk gedung yang terbakar
sebelum ada instruksi lebih lanjut.
· Melakukan evakuasi terhadap orang sehat dengan kebutuhan khusus , wanita hamil, lanjut
usia dan orang sakit kelompok A dan B melalui tangga darurat.
· Menyelamatkan orang pingsan akibat kebakaran atau bencana lainya ditandu dan segera
memberikan pertolongan pertama.
· Memberikan peringatan kepada orang-orang untuk tidak membawa barang terlalu besar dan
berat.
· Memeriksa ruangan / kantor untuk kemungkinan masih ada orang yang tertinggal. Bila masih
ada orang yang tertinggal segera lapor kepada Penanggung Jawab Keadaan Darurat
Gedung untuk selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Keadaan Darurat.
· Menghitung jumlah korban (sakit, pingsan, meninggal, luka-luka) dalam usaha evakuasi
korban melalui tangga darurat atau tangga mobil Dinas Pemadam Kebakaran.
· Membuat laporan pelaksanaan tugas.
c. Petugas Sekuriti/Keamanan :
· Bila menerima laporan bencana/kebakaran, catat nama pelapor, hari, tanggal, jam dan lokasi
bencana / kebakaran.
· Menangani urusan keamanan dalam gedung maupun lingkungannya saat keadaan darurat
berlangsung.
· Melaksanakan pengawasan area dan pengamanan guna mencegah orang yang
· dicurigai akan memanfaatkan kesempatan untuk melakukan kejahatan.
· Menangkap orang yang jelas-jelas melakukan kejahatan sesuai prosedur seperti diborgol,
diturunkan melalui tangga darurat, membawanya ke pos sekuriti dan diserahkan pada pihak
kepolisian.
· Bersama Petugas Evakuasi memeriksa ruangan dan memastikan benar bahwa semua orang
telah keluar dengan aman dan mengunci pintu. Tim ini adalah tim terakhir yang
meninggalkan lantai.
· Satu orang sekuriti bertugas menjaga dalam penggunaan lift kebakaran yang dipergunakan
petugas pemadam kebakaran serta membantu evakuasi orang sakit, cidera, meninggal dll.

· Mengamankan barang-barang berharga dan berbahaya seperti brankas dll.


· Membantu Tim Pemadam.
· Membuat laporan pelaksanaan tugas.

3. Kelompok Pemantau, monitor dan evaluasi:


Dipimpin Ka Sub Kom Keselamatan Kerja Komite K3RS
· Berupa Tim gabungan terdiri dari Komite K3RS, IPSRS, Farmasi, ULP, Bag Umum, Bidang
Pelayanan Medik.
· Bertugas melakukan monitoring dan evaluasi tentang kesiapan prosedur, kesiapan sarana
keselamatan dan penyelamatan dalam kondisi normal, selama bencana dan setelah bencana.
· Segera melaporkan hasil monitoring kepada Kepala Keadaan Darurat apabila ditemukan potensi
bahaya di lapangan.

4. Petugas Pembersih.
Cleaning Service (dipimpin ISP).
· Membersihkan area dari genangan air akibat pecahan sprinkler, tumpahan cairan, dan bekas-
bekas pemadaman.
· Membantu dalam upaya pencarian lokasi bom, dalam kaitan adanya ancaman bom dan sebagai
pelacak dalam pencarian orang/korban, barang dsb.

5. Petugas Parkir.
Petugas parkir ( dipimpin Bag Umum).
· Mengatur arus mobil masuk dan keluar termasuk mobil unit pemadam.
· Bekerja sama dengan kepolisian dan sekuriti untuk mengatur perparkiran pada saat yang
diperlukan
2.4.5. KOORDINATOR TEKNIK KEADAAN DARURAT BENCANA.
Ka IPSRS (dalam jam kerja) / petugas storing ( di luar jam kerja )
Memastikan semua prosedur penanggulangan keadaan darurat ini dipatuhi dan dilaksanakan oleh
setiap personil di dalam koordinasinya.
Memastikan berfungsinya dengan baik dan terpeliharanya alat deteksi bencana (alarm), sarana
komunikasi bencana, sarana penyelamatan dan keselamatan.
Melaporkan status pelaksanaan tanggap darurat sesuai tanggungjawabnya kepada Kepala
Keadaan Darurat Bencana .
Kepala IPSRS berkewajiban membuat evaluasi pasca bencana/ kebakaran untuk mengetahui
sebab-sebab bencana/ kebakaran bersama dengan Tim Balakar. Bersama satuan kerja yang
terkait melakukan inventarisasi kerusakan dan kerugian yang dialami dan estimasi biaya dan waktu
untuk perbaikan.
Melakukan monitoring dan evaluasi secara teratur dan seksama sarana listrik, air, gas medis,
sarana proteksi kebakaran, sarana komunikasi bencana serta sarana keselamatan dan
penyelamatan bencana.

Bertugas mengkoordinasikan dan memastikan terlaksananya prosedur-prosedur dari :

1. Petugas Kesiapan Alat dan Keselamatan


Petugas Teknik IPSRS
· Bertugas memastikan berfungsinya dengan baik dan terpeliharanya alat deteksi bencana
(alarm), sarana komunikasi bencana, sarana penyelamatan dan keselamatan.
· Bersama Komite K3, IPH (Operator ) melakukan uji coba berkala berfungsinya dengan baik
dan merata sarana komunikasi bencana (Paging system, Car call, alarm general dll).

2. Operator pompa air /hidran.


Petugas Pompa IPSRS ( Jam kerja) / Petugas Storing II ( Di luar jam kerja)
· Siaga mengoperasikan pompa hidran secara manual apabila sistem otomatis tidak bekerja
sehingga dapat menyediakan pasokan air untuk kebutuhan pemadaman kebakaran.
· Memantau , memeriksa , menguji dan memastikan bahwa seluruh peralatan pompa dan
instalasinya selalu berfunsi dengan baik.
· Memeriksa permukaan air didalam reservoir air.
· Mengoperasikan pompa jika terjadi bencana kebakaran.

3. Operator Generator Listrik/genset .


Petugas Genset ( Dalam jam kerja) / Petugas Storing II(Di luar jam kerja)
· Siaga mengoperasikan panel listrik dalam kondisi “ ON” atau “OFF” pada gedung / lantai
tertentu sesuai intruksi Ketua Tim Pemadam.
· Siaga mengoperasikan generator listrik secara manual bila sistem otomatis tidak bekerja dan
pasokan listrik PLN terputus.
· Memantau, memeriksa, menguji dan memastikan bahwa seluruh peralatan listrik dan genset
dalam keadaan baik.
· Mematikan listrik dimana bencana kebakaran terjadi, terutama yang akan dilakukan
penyemprotan dengan hidran, dan yang dapat mempeluas penyebaran asap seperti
pengkondisian udara (air conditioning) dan ventilasi.
· Menjaga agar listrik tetap berfungsi untuk mengoperasikan lift kebakaran , pompa hidran, Fan
penekan udara (pressurized fan), Fan pengendali asap, dan panel-panel lai yang diharuskan
tetap berfungsi walaupun terjadi bencana kebakaran.

4. Operator Lift .
Petugas Operator lift IPSRS terlatih / Dinas Pemadam)
· Lift service (lift barang) akan dioperasikan sebagai lift kebakaran (bila memungkinkan)
untuk petugas pemadam kebakaran dan sekuriti dalam menolong korban.
· Memantau dan menjaga agar fungsi lift terutama lift kebakaran harus dapat berfungsi dengan
baik.
· Bila terjadi bencana kebakaran, menurunkan semua lift penumpang ke lanti dasar.
· Pada saat terjadi kebakaran, hanya dalam kondisi sangat perlu dan bila memungkinkan,
dapat mengoperasikan Lift kebakaran.
· Kualifikasi : Pernah mengikuti Pelatihan Operator Lift, BLS, Penanggulangan Bencana
Kebakaran dan Evakuasi.

5. Operator Gas Medik


Petugas Gas Medis IPSRS (Dalam Jam Kerja) / Petugas Storing ( Di Luar jam kerja)
· Mengamankan instalasi gas medik yang mudah terbakar dan meledak.
· Mengecek ulang fungsi instalasi gas medik sebelum proses pengembalian pasien ke ruangan
masing-masing pasca evakuasi.
· Kualifikasi : Pernah mengikuti Pelatihan BLS, Penanggulangan Bencana Kebakaran dan
Evakuasi.

6. Petugas Dapur.
Penyelia Unit Produksi ( Jam Kerja) / Penanggung Jawab Gizi (Di luar Jam Kerja)
· Mengamankan instalasi gas masak (LPG).
· Kualifikasi : Pernah mengikuti Pelatihan BLS, Penanggulangan Bencana Kebakaran dan
Evakuasi.

7. Operator Panel A/C dan Operator Pengendali Asap.


Petugas IPSRS ( Jam Kerja) / Petugas Storing I ( Di luar jam kerja).
· Pada kondisi normal, memastikan seluruh sistem A/C dan ventilasi berf ungsi dengan baik.
· Mematikan sistem A/C dan ventilasi pada lantai yang mengalami bencana kebakaran.
· Mematikan seluruh sistem A/C dan ventilasi bila bencana kebakaran yang terjadi menjadi
sangat berbahaya.
· Siaga untuk mengoperasikan Kipas Pengendali asap tangga darurat (pressurized fan) secara
manual bila tidak beroperasi secara otomatis.
· Kualifkasi : Pernah mengikuti Pelatihan BLS, Penanggulangan Bencana Kebakaran dan
Evakuasi

8. Tim Perbaikan Sarana dan Sanitasi.


Petugas IPSRS ( Jam Kerja ) / Petugas Storing ( Diluar Jam Kerja ).
· Melaksanakan perbaikan darurat pada sarana vital.
· Menyiapkan ketersediaan sarana sanitasi.
· Kualifkasi : Pernah mengikuti Pelatihan BLS, Penanggulangan Bencana Kebakaran
dan Evakuasi

2.4.6. KOORDINATOR LOGISTIK.


Ka Sub Bagian Rumah Tangga (dalam jam kerja) / Duty Manager (di luar jam kerja)
Berkoordinasi dengan koordinator medis dalam penyiapan sarana /prasarana.
Menginventarisasi semua kebutuhan logistic (alat medis, perbekalan farmasi, makanan dan
minuman) bagi pasien dan pegawai (makanan dan minuman).
Membantu penyiapan dan pendirian Rumah Sakit Lapangan (bila diperlukan).
Memastikan semua kebutuhan telah terpenuhi dan didistribusikan.
Menghubungi dan memastikan supplier atau pihak lain untuk menjamin ketersediaan .
Memastikan prosedur penanggulangan keadaan darurat ini dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap
pesonil dalam koordinasinya.
Melaporkan status pelaksanaan tugas darurat sesuai dengan tanggung jawabnya ke Koordinator
Keadaan Darurat.
Kualifkasi : Pernah mengikuti Pelatihan BLS, Penanggulangan Bencana Kebakaran dan Evakuasi
Dalam melaksanakan kegiatannya, koordinator logistik dibantu oleh:

1. Petugas Logistik Alat kesehatan dan obat-obatan Habis Pakai.


Ka Inst Farmasi (jam kerja) / Duty Farmasi ( di luar jam kerja)
· Bertugas menginventarisasi kebutuhan alat medis dan obat-obatan.
· Mempersiapkan dan mendistribusikan alat kedokteran dan obat-obatan ke titik kumpul dan unit-
unit pelayanan medis lainnya.

2. Petugas Logistik Gizi.


Ka Instalasi Gizi ( jam kerja) / Penanggung Jawab Gizi (di luar jam kerja).
· Bertugas menginventarisasi kebutuhan makanan dan minuman yang diperlukan
· Mempersiapkan dan mendistribusikan makanan dan minuman yang diperlukan pasien dan
pegawai di titik kumpul dan unit / tempat lain yang memerlukan.

3. Petugas Logistik umum dan Transportasi.


Ka Sub Bag Rumah Tangga.
· Menginventarisasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk bencana dan disampaikan ke
koordinator logistic.
· Menyediakan sarana dan fasilitas pendukung selain alat medis dan obat.
· Menyiapkan kebutuhan tenaga , sarana transportasi dengan sarana perlengkapannya siaga
dalam 1 x 24 jam.
· Membantu dan mendukung pelaksanaan evakuasi korban, bekerja sama dengan tim yang ada
dan dengan unit transportasi di instansi yang lain.
· Membantu Koordinator medis dalam penyiapan dan pengadaan sarana prasarana yang
dibutuhkan.
4. Petugas Logistik Fasilitas Medis .
Ka Bidang Fasmed ( jam kerja ) / Petugas On call ( diluar jam kerja).
· Menginventarisasi sarana fasilitas medis yang dibutuhkan untuk bencana dan dilaporkan ke
koordinator logistik.
· Menyediakan alat medis yang dibutuhkan.

5. Petugas Mobilisasi dana


Ka.Bag. Perbendarahaan dan Mobilisasi dana
1.1.g..1. Menyediakan kebutuhan dana yang dibutuhkan dalam antisipasi dan penanggulangan
Bencana
1.1.g..2. Membantu dan mendukung pelaksanaan antisipasi dan penanggulangan bencana

2.4.7. KOORDINATOR MEDIS.


Ka IGD ( dalam jam kerja ) / Dr Jaga I Area Kuning (area urgent) IGD (di luar jam kerja).
Memastikan seluruh anggota dalam koordinasinya terlatih BTCLS, penanggulangan Bencana,
Kebakaran dan Evakuasi .
Dalam kegiatannya koordinator medis dibantu oleh :

1. Kelompok Dokter.
Dipimpin oleh Wa Ka IGD Bid Yan Med ( dalam jam kerja) dan Dokter Jaga II Area Kuning
IGD ( di luar jam kerja)
· Terdiri dari kelompok Dokter Umum dan kelompok dokter spesialis : Bedah Umum, Bedah
Digestif, Bedah Ortopedi, Bedah Syaraf, Penyakit Dalam, Anak, Anestesi, Spesialis Syaraf dan
lain-lain yang siaga di IGD dan siap memberikan pelayanan atau didistribusikan sesuai dengan
kebutuhan / jenis bencana.
· Bertugas dalam pelayanan medis, penunjang medis.

2. Kelompok Perawat.
Dipimpin oleh Wa Ka IGD Bid Keperawatan ( dalam jam kerja) dan Duty Nurse II ( di luar
jam kerja).
· Terdiri dari kelompok Perawat terampil bedah, anestesi, kegawat daruratan dan perawat umum.

· Bisa melibatkan siswa perawat (akademi perawat/akademi kebidanan)

3. Petugas Ambulans.
Penyelia Ambulans ( Jam Kerja ) / Ka Tim Perawat ( Di luar Jam Kerja ).

· Terdiri dari Ambulans yang lengkap dengan pengemudi , obat-obatan dan peralatan pendukung
kegawat daruratan dan evakuasi
· Bertugas di Titik Kumpul Aman ( Assembly point), area Evakuasi awal dan Area Evakuasi
Lanjutan.
· Memberikan pertolongan kegawatdaruratan sesuai kompetensi dan prosedur.
· Melakukan evakuasi pasien/korban dari assembly point ke Area Evakuasi awal atau lanjutan,
atau ke RS rujukan (bila diperlukan).

4. Petugas Area Evakuasi Awal.


Dipimpin oleh Dokter Jaga Klinik Fals Emergensi IGD ( dalam jam kerja dan di luar jam kerja
)
· Adalah IGD dengan bagian bagiannya: triage bencana, ruang resusitasi, ruang tindakan semi
steril dll dengan kegiatannya.
· Menerima kiriman pasien/korban dari Assembly point yang masih memerlukan tindakan medis
gawat darurat.
· Menerima pasien evakuasi dari ruang ICCU, ICU, PICU/NICU, IBS, CATH LAB atau ruangan
lain yang masih memerlukan tidakan dan perawatan intensif .
· Menerima pasien dan melakukan triase bencana terhadap pasien dari luar Rumah Sakit
Fatmawati.
· Melakukan pelayanan medik dan keperawatan gawat darurat non bedah dan atau bedah apabila
IBS tidak bisa dipergunakan akibat keterbatasan atau rusak akibat bencana.
· Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit lain pada pasien-pasien yang memerlukan
tindakan lebih lanjut yang tidak bisa dilakukan di RSF akibat keterbatasan atau rusak akibat
bencana.
· Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit lain pada pasien-pasien yang memerlukan rawat
inap dan tidak bisa dilakukan di RSF akibat keterbatasan ruangan atau rusak akibat bencana.
· Melakukan persiapan rujukan pasien ke Tim Area Evakuasi Lanjutan pada pasien-pasien
dengan kriteria stabil yang memerlukan perawatan lebih lanjut.
· Untuk pasien/ korban tidak stabil tetap dirawat di IGD atau bila mungkin di ICU, ICCU,
PICU/NICU, HCU ).
· Mencatat dan memberikan laporan secara periodik kepada Ketua Keadaan Darurat Bencana
perihal : nama korban/pasien , jumlah korban/pasien, kelainan, tindakan yang sdh dilakukan,
rencana tindakan selanjutnya.

5. Petugas Area Evakuasi Lanjutan / definitif.


Dipimpin oleh Ka IRNA
· Lobby / aula Gd Induk.
· RS Lapangan dengan bagian-bagiannya bila IGD dan Lobby / aula gd induk collaps
· Menerima pasien rujukan dari Tim Area Evakuasi awal.
· Melakukan persiapan rujukan ke RS lain bila diperlukan
· Melakukan rawat inap pasien-pasien/ korban stabil yang memerlukan rawat inap.
· Melakukan pelayanan medik dan keperawatan sesuai SPM.

6. Petugas Forensik dan Kamar Jenazah.


Dipimpin oleh Ka IFPJ (dalam dan di luar jam kerja)
· Menerima jenazah pasien / korban dari IGD / Tim Area Evakuasi Awal / lanjutan atau dari luar
RS Fatmawati
· Melakukan autopsi dan identifikasi jenazah bila diperlukan.
· Melakukan pencatatan dan pelaporan kepada Ketua Keadaan Darurat Bencana.

7. Petugas Evakuasi KLB


Dipimpin oleh Ka tim Perawat IGD (dalam dan di luar jam kerja).
· Membantu melakukan evakuasi pasien dari dalam gedung dengan prosedur evakuasi ke
Assembly point.
· Berkoordinasi dengan KelompokAmbulans dalam melakukan evakuasi pasien dari Assembly
point ke area evakuasi awal / dari area evakuasi awal ke area evakuasi lanjutan atau RS lain.
· Melakukan evakuasi pasien dari area evakuasi lanjutan ke RS lain.

k.Duty Manager :
Bertugas sebagai Koordinator Lapangan Darurat Bencana dan Koordinator Logistik (di luar jam
kerja).
Segera menuju lokasi setelah mendapat laporan bencana/kebakaran.
Segera menganalisa jenis bencana, menentukan tingkat kegawatan bencana dan segera
menyatakan pemberlakuan KEADAAN BENCANA sesuai kode komunikasi bencana.
Segera melaporkan kepada Direksi tentang detail kejadian bencana/kebakaran.
Berkoordinasi dengan koordinator informasi dan komunikasi. (Operator telepon).
Berkoordinasi dengan koordinator Keselamatan, keamanan dan pemantauan dalam kegiatan
pemadaman, pengamanan, evakuasi dll. ( Duty Nurse I )
Berkoordinasi dengan koordinator logistik . ( Duty Nurse II ).
Berkoordinasi dengan koordinator teknik / IPSRS / Storing.
Beroordinasi dengan koordinator medis / dokter jaga I Area Kuning
Berkoordinasi dengan pihak luar ( dinas pemadam, kepolisian, TNI, Rumah sakit terdekat, dll
sesuai arahan Direktur Keadaan Darurat Bencana Rumah Sakit).

l. Duty Nurse I
Bertugas sebagai Koordinator Keselamatan, keamanan dan pemantauan (di luar jamkerja) dalam
kegiatan pemadaman, pengamanan, evakuasi dll.
Segera ke lokasi setelah mendapat berita ada bencana/ kebakaran.
Berkoordinasi dengan mempersiapkan Evakuasi setelah mendapat perintah evakuasi dari
komandan bencana/kebakaran.
Membantu proses evakuasi, menghitung jumlah pasien lokasi kebakaran dan yang sampai
tempat di evakuasi.

m. Duty Nurse II
Bertugas sebagai ketua kelompok Perawat (di luar jam kerja) dalam koordinasi Koordinator
Medik.
Segera ke lokasi bencana atau IGD setelah mendapat informasi bencana.
Berkoordinasi dan menyiapkan tenaga perawat Rumah sakit atau siswa perawat (Akper) untuk
didistribusikan dalam membantu upaya evakuasi dalam gedung, ambulans, serta pertolongan di
Titik Kumpul Aman, Area evakuasi awal, Area evakuasi lanjutan dll.

n. Operator Telepon:
Bertugas sebagai koordinator informasi dan komunikasi ( di luar jam kerja).
Membatasi lalulintas telepon dari luar dan ke lokasi bencana/ kebakaran, Pos Satpam, kecuali
yang berhubungan dengan upaya penanggulangan bencana/ pemadaman kebakaran.
Membantu Tim Balakar dalam komunikasi dengan pihak terkait dalam upaya penanggulangan
bencana/ pemadaman kebakaran.
Mengumumkan melalui paging system dan car call kode yang disepakati sesuai dengan manual/
prosedur yang berlaku.

o. Petugas Storing.
Bertugas sebagai koordinator Teknik dan petugas Storing ( di luar jam kerja)
Membuat dan menyerahkan kopi/salinan daftar piket petugas Storing, petugas Boiler, petugas Ac
kepada Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Ketua K3, Duty Manager setiap akhir bulan
untuk bulan berikutnya.
Petugas Storing dibagi dua, Petugas Storing I berada di lokasi kebakaran untuk segera
melakukan langkah-langkah pengamanan sesuai prosedur ( Pengecekan alarm yang aktif,
pemutusan aliran listrik, HVAC, aktifasi pressurized fan) dan Petugas Storing II bersiaga untuk
pembangkitan generator secara manual bila tidak bisa operasi otomatis, dan pembangkitan
generator hydrant bila system otomatis tidak bekerja.
Kepala IPSRS berkewajiban membuat evaluasi pasca bencana/ kebakaran untuk mengetahui
sebab-sebab bencana/ kebakaran bersama dengan Tim Balakar. Bersama satuan kerja yang
terkait melakukan inventarisasi kerusakan dan kerugian yang dialami dan estimasi biaya dan
waktu untuk perbaikan.
Melakukan monitoring dan evaluasi secara teratur dan seksama sarana listrik, air, gas medis,
sarana proteksi kebakaran, sarana komunikasi bencana serta sarana keselamatan dan
penyelamatan bencana.

p. Regu Keselamatan:
Regu Keselamatan yang telah dibentuk akan sangat membantu dalam antisipasi dan
penanggulangan bencana di masing-masing Satuan kerja di RSUP Fatmawati.
Regu Keselamatan bertugas sebagai REGU KESELAMATAN LANTAI, dan bila digabung menjadi
REGU KESELAMATAN GEDUNG yang dipimpin oleh Penanggung Jawab Gedung.

Ketua Regu Keselamatan Lantai / Gedung.


· Bertanggung jawab terhadap kejadian bencana di masing-masing lokasi sesuai satuan
kerjanya ( Lantai atau Gedung)
· Melakukan monitoring sarana prasarana proteksi bencana (kebakaran dan bencana
lainnya).
· Mengkoordinir semua kegiatan pencegahan terhadap bahaya kebakaran dan bencana
lainnya serta antisipasi penyelamatan jiwa jika terjadi kebakaran dan bencana lainnya.
· Mengkoordinir semua kegiatan pemadaman api kebakaran di lingkungan tempat kerjanya.
· Mengkoordinir semua kegiatan evakuasi jiwa dan barang.
· Mengkoordinir kegiatan keselamatan jiwa.
· Melaporkan kejadian bencana sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.
· Melaporkan kegiatan penanggulangan bencana yang terjadi ke Kepala Keadaan Darurat
Bencana RSUP Fatmawati.
· Membantu kegiatanpemadaman dan penyelamatan Regu Keselamatan Lantai di atas/ di
bawahnya atau disebelahnya.
· Memastikan pengelompokan pasien ( A,B,C,D,E) selalu dilakukan dalam antisipasi evakuasi
sewaktu-waktu.
· Menjaga dan memelihara daftar terakhir anggota didalam tanggung jawabnya.
· Selalu menjaga dan meningkatkan pemahaman prosedur dan ketrampilan Regu
Keselamatan Lantai/Gedung dalam penanggulangan bencana secara dini.

Regu Pemadam Lantai / Gedung.


· Melakukan pemadaman api sedini mungkin dengan karung basah/ APAR/ alat bantu lain
sebelum kebakaran menjadi besar di lingkungan kerjanya.
· Membantu melakukan pemadaman dengan hidran bekerjasama dengan regu- -pemadam
dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit Fatmawati.
· Membantu menanggulangi bencana yang timbul sambil mengamati potensi kebakaran.
· Diharapkan yang sudah mendapatkan pelatihan penanggulangan kebakaran.

Regu Evakuasi Jiwa Gedung


· Melakukan pengelompokan pasien ( A,B,C,D.E) setiap hari/ shift dalam antisipasi evakuasi
· Mengkoordinir evakuasi jiwa/ pasien bila terjadi bencana, di lingkungan / ruangan / unit
kerjanya sesuai kelompok dan tahapan evakuasi.
· Bekerjasama dengan kolompok evakuasi sekuriti dalam pelaksanaan evakuasi.
· Melakukan evakuasi terhadap pasien / orang lain yang berada di unit kerjanya.
· Melakukan pencatatan terhadap jumlah pasien / orang lain yang berada di tempat kejadian
dan setelah di tempat aman (titik kumpul).
· Melaporkan kegiatan evakuasi jwa yang telah dilakukan kepada ketua regu.

Regu F-1 ( regu penanggulangan kegawat daruratan medis).


· Memonitor semua pasien / orang lain yang berada di ruangan / unit kerjanya.
· Melakukan pertolongan pertama pada pasien, keluarga,karyawan/orang lain yang
membutuhkan bantuan sesuai prioritas masalah medis di tempat kejadian.
· Membantu pertolongan medis dengan TIM F-1 Rumah Sakit di tempat kejadian dan di
lokasi titk kumpul sesuai dengan prosedur dan prioritas.
· Melaporkan kegiatan kepada ketua regu.

Regu Evakuasi Barang.


· Mengkoordinasikan pengamanan Rekam medis dan barang-barang inventaris.
· Mengkoordinir dan melakukan pemindahan Rekam medis dan barang / alat inventaris
sebelum dan sesudah dievakuasi.
· Memonitoring evakuasi Rekam Medis dan barang/ alat inventaris sebelum dan sesudah
dievakuasi.
· Melaporkan kepada kepala regu instalasi/ ruangan terhadap kegiatan evakuasi rekam
medis dan barang yang telah dilakukan.

Seluruh karyawan
· Mematuhi peraturan dan ketetapan Rumah Sakit terkait pencegahan dan penanggulangan
bencana.
· M enjaga sarana prasarana di lingkungan Rumah Sakit dan melakukan aktifitas kerja yang
aman dan selamat serta menjaga kebersihan lingkungan.
· Melakukan tugas sesuai yang diinstruksikan terutama yang terkait dengan pengamanan
bencana.
· Melaporkan setiap adanya insiden dan potensial bahaya di area kerja dan area lainnya
yang ditemuinya.
BAB III
PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI
( BISA DIJADIKAN BAHAN MATERI PANDUAN IDENTIFIKASI BAHAYA BENCANA & RISIKO
KECELAKAAN KERJA RS )

A. PENILAIAN RESIKO (RISK ASSESSMENT)


Sesuai dengan ketentuan dari Joint Commission International, penyusunan pedoman penanggulangan
emergensi rumah sakit harus didasarkan pada hasil proses penilaian risiko. Salah satu cara penilaian resiko
adalah dengan penyusunan Hazard Vulnerability Analysis (HVA). HVA adalah cara untuk menganalisa
bahaya (hazard) serta dampak dari hazard tersebut terhadap rumah sakit, baik langsung maupun tidak
langsung.

1. TAHAPAN PENYUSUNAN HVA (Hazard Vulnerability Analysis)


a. Identifikasi potensi bahaya atau bencana
Penyusunan daftar berisi semua bahaya dan bencana yang mungkin, melalui metode brainstorming,
analisa data kecelakaan, kepustakaan dan metode-metode lainnya sehingga dihasilkan data yang
menyeluruh. Agar dalam pembahasannya lebih terfokus, maka bahaya/ bencana dikelompokkan ke
dalam 4 kategori yaitu: bencana alam (naturally events), kegagalan teknologi (technological events),
kejadian terkait orang (human related events) dan material berbahaya (hazardous materials).
b. Analisis terhadap setiap bahaya/ bencana yang teridentifikasi
Untuk setiap bahaya/ bencana, maka dilakukan analisa mengenai:
· Kemungkinan terjadinya (probability of occurance)
· Dampaknya (magnitude), baik terhadap orang (human impact), barang (property impact) dan
bisnis (bussines impact).
· Pencegahan dan penanganan (mitigation): yang meliputi kesiapan (preparadness), respon
internal dan respon eksternal.
c. Menentukan prioritas
Setelah setiap jenis bahaya/ bencana selesai dievaluasi, maka akan didapat nilai total resiko untuk
setiap bahaya/ bencana tersebut. Dalam menentukan prioritas penanganan bahaya/ bencana dan
keperluan penyusunan emergency planning, pertimbangannya adalah sebagai berikut
· Bahaya/ bencana yang nilai total resikonya ≥ 30%
· Bahaya/ bencana yang meskipun nilai total resikonya dibawah 30%, tapi harus dibuat
penanganannya sesuai rekomendasi dan ketentuan dari JCI, KARS, Departemen Kesehatan RI
dan badan lainnya.
· Sebelum HVA dilakukan, sudah dibuat pedoman/ rencana penanggulangannya

2. PELAKSANAAN PENYUSUNAN HVA


Penyusunan HVA dilakukan oleh Komite K3, KPPI dan KMKP dengan melibatkan seluruh jajaran direksi,
manajemen senior, manajer dan komite/ tim dibawah direktur. Hasil dari HVA dilaporkan kepada Direktur
RSUP FATMAWATI dengan tembusannya diberikan kepada seluruh direktorat, departemen dan komite.
HVA merupakan suatu kondisi yang berkembang sehingga diperlukan peninjauan ulang terhadap HVAyang
dilakukan setiap tahun.

3. HASIL HVA

NO EVENT NILAI RISIK0


1 Kegagalan Genset 94
2 Paparan Radiasi sinar X (internal) 89
3 Kegagalan Suplai Listrik 72
4 Asap/Api/Kebakaran (internal) 61
5 Tumpahan B3 skala kecil-sedang 48
6 Multiple Cassuality Incident 37
7 Kegagalan HVAC 33
8 Kegagalan Alarm Kebakaran 28
9 Puting beliung 28
10 Kegagalan Sistem Informasi/Komunikasi 26
11 Kegagalan Gas Medis 26
12 Kegagalan Suplai Air 22
13 Kegagalan Sistem Vaccum 22
14 Mass Cassuality Incident 20
15 Kegagalan Boiler 17
16 Ancaman Bom 13
17 Huru-Hara Perorangan/kelompok 13
18 Gempa bumi 13
19 Pencurian 13

Sesuai dengan pertimbangan dalam menentukan prioritas, maka beberapa jenis bencana/ keadaan
darurat No. 1 (Kegagalan Genset) sampai dengan No. 19 (Pencurian) akan dicantumkan ke dalam
Pedoman Penanggulangan Bencana/ Keadaan Darurat Rumah Sakit ini. Kecuali beberapa jenis bencana/
keadaan darurat dibawah ini, dicantumkan dalam pedoman yang terpisah:
· Kebakaran (internal, external dan kegagalan alarm) di Pedoman Penanggulangan Kebakaran.
· Penculikan Pasien Bayi/Anak di Pedoman Satuan Pengamanan.
· Huru-hara Perorangan/ kelompok di Pedoman Satuan Pengamanan
· Pencurian di Pedoman Satuan Pengamanan
· Ancaman Bom di Pedoman Satuan Pengamanan
· Penculikan Bayi/anak dalam pedoman Satuan Pengamanan
· F-1 Fatmawati – 1 di Pedoman Pelayanan Medik.
· Epidemik / KLB dalam pedoman dari KPPI.
· Kegagalan Genset, Kegagalan Suplai Listrik, Kegagalan HV/AC, Kegagalan Suplai Air akan di bahas
dalam Pedoman dari Utility / IPSRS

B. JENIS BENCANA / KEADAAN DARURAT DI RSUP FATMAWATI (Type of disaster / emergency


condition)

1. DEFINISI
Bencana adalah suatu keadaan gawat darurat baik medik mapun non medik, yang memerlukan mobilisasi
pekerja, dan atau pasien, keluarga pasien, pengunjung dan pihak ke tiga, di luar prosedur rutin dan harus
diatasi dalam waktu singkat sehingga jalur pengambilan keputusan yang normal tidak dapat ditempuh.
Keadaan darurat adalah kondisi di mana terjadi situasi yang berpotensi mengganggu pelayanan terhadap
pasien maupun membahayakan pasien , keluarga pasien, pekerja, pihak ke tiga dan pengunjung, yang
memerlukan antisipasi dan penanganan yang cepat.

b. JENIS BENCANA
Rumah sakit telah mengidentifikasi jenis-jenis bencana dan untuk masing-masing bencana diberikan kode
guna mencegah timbulnya kepanikan dan memudahkan komunikasi antar petugas terkait dengan
penanggulangan bencana.
Adapun bencana yang diidentifikasi oleh pimpinan rumah sakit meliputi :
· Kebakaran (fire) - KODE MERAH
· Gempa Bumi (earthequake) - KODE HIJAU - 1
· Ancaman Bom (bomb threat) - KODE KUNING
· Jumlah pasien IGD melebihi kapasitas penanganan (over capacity ) - KODE HITAM 1 & 2
· Epidemik/ wabah - KODE PUTIH
· Kejadian Henti Jantung dan Kegawatdaruratan medik lain - KODE F -1
· Pencurian - KODE COKLAT
· Ancaman huru-hara, keributan - KODE UNGU
· Tumpahan / Kebocoran B3 - KODE ORANYE
· Penculikan Bayi/Anak - KODE PINK
· Kode Evakuasi - KODE HIJAU - 2
· Puting Beliung - KODE HIJAU – 3

A. Kebakaran (Kode Merah)


Termasuk didalamnya pembahasan tentang kebakaran eksternal dan kegagalan alarm kebakaran.
Dibahas lebih lanjut dalam pedoman pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

B. Gempa Bumi (Kode Hijau - 1)


Merupakan pemberitahuan adanya kejadian gempa bumi. Termasuk prosedur Evakuasi.

C. Ancaman Bom (Kode Kuning)


Merupakan pemberitahuan bila adanya ancaman bom di RSUP FATMAWATI. Dibahas lebih lanjut
dalam Pengendalian Savety and Security (see : Hospital Savety and Security Plan)

D. Jumlah pasien melebihi kapasitas (Kode Hitam 1 & Kode Hitam 2)


Merupakan kode dari unit gawat darurat (UGD) di mana terjadi luapan jumlah pasien dalam waktu
yang hampir bersamaan di mana tidak memungkinkan semua pasien tertangani dengan sesuai
prosedur rutin.

E. Epidemik (Kode Putih)


Merupakan kondisi di mana ada suatu penyakit menular dengan tingkat penularan tinggi, terutama
penyakit air-borne, atau penyakit lain yang ditetapkan oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi RSUP FATMAWATI, atau pimpinan rumah sakit, maupun otoritas kesehatan (dinas kesehatan
/ departemen kesehatan).

F. Kejadian Henti Jantung & Kegawat daruratan medik lain (Kode F – 1/ Fatmawati - one)
Pemberitahuan adanya seseorang dalam kondisi henti nafas/Jantung yang memerlukan tindakan
resusitasi jantung-paru (RJP). Dibahas lebih lanjut dalam prosedur F-1.

G. Kejadian Pencurian ( Kode Coklat)


Merupakan kode dari kejadian Pencurian yang memerlukan penanganan cepat dan tepat.

H. Ancaman Keributan / huru-hara perorangan / kelompok (Kode Ungu )


Pemberitahuan adanya ancaman keributan /huru hara yang ditimbulkan dari ulah seseorang atau
kelompok yang dapat mengganggu keamanan/keselamatan staf/pasien/pengunjung atau aset Rumah
Sakit.

I. Tumpahan / Kebocoran B3 ( Kode Oranye).


Merupakan kode pemberitahuan adanya tumpahan / kebocoran B3 yang memerlukan penanganan
secara khusus dan oleh tenaga yang khusus.

J. Penculikan Bayi / Anak ( Kode Pink )


Merupakan pemberitahuan adanya penculikan bayi.

K. Evakuasi ( Kode Hijau – 2)


Merupakan kode pemberitahuan untuk melakukan Evakuasi, bisa karena gempa bumi,
kebakaran, ancaman bom atau sebab yang lain.

L. Puting Beliung ( Kode Hijau – 3)


Merupakan kode pemberitahuan adanya puting beliung.

c. KEADAAN DARURAT
Sesuai dengan hasil HVA, maka yang termasuk dalam keadaan darurat di rumah sakit yang memerlukan
perhatian khusus meliputi :
1. Kegagalan sistem suplai listrik cadangan (emergency power), termasuk di antaranya Genset dan UPS. /
emergecy power failur

2. Kerusakan sistem HVAC (Heating, Ventilation & Air Conditioning) / HVAC failure
3. Kerusakan sistem pompa & suplai air bersih / pump & clean water disruption
4. Kegagalan sistem gas medik (Oksigen & Vaccum) / medical gas failure
5. Kegagalan Sistem Informasi / Information system
failure d. PENYAKIT KHUSUS
Sesuai dengan hasil HVA, penyakit-penyakit yang memerlukan penanganan khusus di rumah sakit
meliputi:
1. Avian Flu
2. Swine Flu
3. SARS. dll

Akan dibahas dalam Prosedur Pelayanan Medik .

e. KOMUNIKASI DARURAT
Komunikasi darurat adalah kunci utama dalam cara penyampaian berita darurat secara cepat dan tepat.
Kerjasama Tim tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya sistem dan sarana komunikasi
darurat.
Sarana komunikasi darurat yang diperlukan adalah:

1. Panggilan terbatas
Panggilan yang ditujukan kepada personil organisasi penanggulangan bencana saja, dengan
cara: Telepon
Panggilan melalui telepon yang terpasang di tempat petugas yang termasuk dalam organisasi
penanggulangan bencana.
Handy talki
Panggilan dari pesawat handy talki (HT) pada frekuensi tertentu.

2. Panggilan umum
Pemberian informasi darurat ke semua penghuni bangunan baik di dalam gedung maupun di luar
gedung dengan menggunakan sistem alarm. Informasi darurat tersebut berupa Tanda Bahaya dan diikuti
dengan Pemberitahuan tentang kondisi darurat kepada semua penghuni yang dapat dibagi dalam:
Komunikasi dalam gedung dimana suara akan terdengar ke seluruh bagian dalam bangunan ( paging
system).
Komunikasi di luar gedung seperti car call, dimana semua penghuni yang berada di luar gedung akan
bisa mendengar informasi keadaan darurat.

Isi berita harus disampaikan oleh operator dengan tenang dan jelas.
Agar baku maka perlu ada teks informasi atau pengumumam keadaan darurat yang dibuat secara
tertulis yang dapat dibaca operator melalui sarana komunikasi dalam gedung (paging system) atau
luar gedung / car call.

Contoh :
TEKS 1 : Saat alarm aktif

“ PERHATIAN, PERHATIAN. ALARM KEBAKARAN TELAH AKTIF , PENYEBAB ALARM MASIH


DALAM PEMERIKSAAN. HARAP TENANG DAN MENUNGGU INSTRUKSI LEBIH LANJUT.

TERIMAKASIH”. ……………… ( diumumkan 2 kali ).

Pengertian :
Sinyal alarm aktif adalah sinyal alarm bekerja berupa suara bel atau nyala lampu karena adanya
indikasi adanya asap / panas atau karena gangguan instalasi alarm.

TEKS 2 : Jika sinyal alarm palsu

“PERHATIAN, PERHATIAN. KAMI TELAH MENEMUKAN PENYEB AB ALARM AKTIF DAN


TERNYATA DISEBABKAN OLEH GANGGUAN TEKNIS. KINI SITUASI TELAH KEMBALI
NORMAL. DIPERSILAKAN UNTUK KEMBALI DAN BEKERJA SEPERTI BIASA. KAMI MOHON
MAAF ATAS GANGGUAN INI. TERIMAKASIH. …………………… (diumumkan 2 kali).

Pengertian :
Sinyal alarm palsu adalah sinyal alarm bekerja berupa suara bel atau nyala lampu karena adanya
gangguan teknis, bukan karena adanya kondisi darurat.

TEKS 3 : Saat diaktifkan kode hijau – 2 (Evakuas i) dari gedung

“PERHATIAN, PERHATIAN. TELAH TERJADI KEADAAN DARURA T KODE HIJAU – 2 UNTUK


GEDUNG………………….(sebutkan nama gedung yang lengkap). KEPADA SUDARA YANG
BERADA DI DALAM GEDUNG……., HARAP SEGERA MENINGGALKA N RUANGAN MENUJU
KELUAR MELALUI PINTU TERDEKAT. PETUGAS EVAKUASI AKAN MEMANDU SAUDARA.
……………. (umumkan 2 kali).
Pengertian :

Evakuasi adalah pemindahan penghuni gedung dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman.

TEKS 4 : Pengumuman adanya uji fungsi Alarm

“PERHATIAN, PERHATIAN. TIM PEMELIHARAAN KAMIAKAN M ELAKUKAN UJI FUNGSI PADA


ALARM KEBAKARAN. MOHON TANDA ALARM BERIKUT INI DIABAIKAN.
…………….. (diumumkan 2 kali).

Pengertian :
Kegiatan uji fungsi adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengujian alarm, sehinga alarm aktif tetapi
bukan karena keadaan darurat.

TEKS 5 : Pengumuman uji fungsi alarm usai.

“PERHATIAN, PERHATIAN. UJI FUNGSI ALARM TELAH SELES AI DILAKSANAKAN.


TERIMAKASIH ATAS KERJASMANYA”………… (umumkan 2 kali).

Pengertian :
Uji fungsi alarm selesai adalah selesainya pelaksanaan pengujian fungsi alarm.

f. NOMOR TELEPON PENTING


Nomor –Nomor Penting Yang Dapat Dihubungi Internal RSUP Fatmawati
Terkait dengan Kondisi Darurat / Bencana (021)7501524, 7660552
No Petugas No. Ext No. Telp / HP
1 Komite K 3 1488
2. Duty Manager 1638 085959382706 ( * 8600 )
3. Duty Nurse 1 1659 081288903001 ( * 8601 )
4. Duty Nurse 2 081288903002 ( * 8602 )
5. Dokter Jaga Teratai 1463 081288903003 ( * 8603 )
6. Pos Satpam 1356 081288903003 ( * 8603 )
7. Operator Telepon 0/1500
8. Storing ( IPSRS ) 3086
Diluar Rumah Sakit
1 Crisis Center DKI Jakarta Telp : (021)3822212, 3500000, 386202
Fax:(021)3862022 / 3823412 SMS : 0811920203
2 Ambulan 118
3 Pemadam Kebakaran 113, 344, 1309, 7505
4. PLN 123
5. Jalan Tol 801, 1735
6. SAR 115, 550, 111, 2111
7. Polisi (021) 5250110 / 3857974
Ext : 110, 112, 525
8. PMI 8
( 021 ) 3906666 / ( 021 ) 7992325

C. GEMPA BUMI/ KODE HIJAU – 1


1. BATASAN
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh aktivitas gunung api, tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif atau runtuhan batuan. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa.
Getaran gempa bumi juga dapat menyebabkan bencana ikutan yang berupa gempa, kecelakaan industri
dan transportasi dan juga banjir akibat runtuhnya bendungan dan tanggul tanggul penahan lainnya.
Kejadian gempa bumi terdiri dari beberapa parameter, salah satunya adalah skala intensitas gempa. Skala
intensitas guncangan gempa yang banyak dipakai adalah skala Modified Mercalli Intensity (MMI, Skala I -
XII). Secara umum gempa bumi dianggap bahaya bila mencapai Skala IV MMI atau lebih.

Jakarta adalah kota yang berada di dalam cincin api yaitu berada di kepulauan dalam rangkaian gunung
berapi yang memiliki resiko gempa bumi yang cukup tinggi. Dikarenakan RSUP FATMAWATI terdiri dari
gedung-gedung bertingkat, maka kondisi tersebut meningkatkan resiko bahaya jika terjadi kejadian gempa
bumi.

Prosedur Gempa Bumi (KODE HIJAU-1) adalah prosedur yang diberlakukan dalam penanggulangan
gempa bumi dengan atau tanpa adanya korban dan kerusakan. Bila memerlukan tindakan evakuasi maka
berlaku prosedur evakuasi (KODE HIJAU – 2).

g. TUGAS & TANGGUNG JAWAB


A. Koordinator Lapangan Darurat Bencana
Dipimpin oleh Ketua Komite K3 (dalam jam kerja) / Duty Manager (di luar jam
kerja ) Tugas dan wewenang
· Menerima Laporan dan mencari informasi dari setiap Penangung Jawab Gedung/ Kepala Satuan
Kerja tentang adanya/tidaknya kerusakan / korban akibat gempa dan segera mendatangi area yang
mengalami kerusakan atau yang ditemukan korban akibat gempa.
· Bila gempa dirasa hebat, maka segera menyatakan bencana KODE HIJAU – 1 dan menghubungi
Operator untuk mengumumkan keadaan Bencana KODE HIJAU – 1 dan meminta penghuni
gedung untuk tetap tenang dan berlindung melalui paging system.
· Keadaan Darurat Bencana Kode Hijau 1 dinyatakan selesai bila tidak ada bahaya yang
mengharuskan evakuasi atau bila keadaan darurat dan korban akibat gempa yang ada telah
selesai ditangani.
· Memimpin proses penanggulangan kejadian gempa dengan dibantu seluruh jajaran koordinasi
siaga bencana.
· Mengawasi dan mengendalikan aktivitas terkait dengan penanggulangan gempa sesuai dengan
rencana kerja.
· Melakukan koordinasi dengan departemen / instansi terkait dalam kegiatan penanggulangan
kejadian gempa.
· Ketua Komite K3 Merencanakan proses pelatihan / staff development terkait dengan pencegahan
dan penanggulangan kejadian gempa.
· Ketua Komite K3 Mengevaluasi proses penanganan bencana di RSUP FATMAWATI, termasuk
rencana pengendalian gempa serta program pelatihan yang ada.

B. KOORDINATOR INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Dipimpin oleh Ka IPH ( dalam jam kerja) / operator telepon (di luar jamkerja)
a. Kurir (petugas Sekuriti)
· Menyampaikan berita dari dan ke Koordinator Lapangan Darurat Bencana apabila terdapat
gangguan sarana komunikasi.

b. Operator Telepon/ paging system.


· Mencatat setiap laporan keadaan bencana.
· Mengatur dan membatasi lalulintas komunikasi umum, diprioritaskan pada komunikasi
penanggulangan bencana.
· Setelah gempa bumi reda, petugas operator telepon menyampaikan berita pernyataan keadaan
darurat KODE HIJAU – 1 dari pejabat berwenang dengan cara :
1. Nada bicara yang tenang dan kalimat yang jelas.
2. Mengumumkan
: ”…… PERHATIAN-PERHATIAN,….KODE HIJAU – 1 ……….KODE HIJA U – 1,
UNTUK SELURUH WILAYAHRSUP FATMAWATI,……. DI MOHON UNTUK TENANG
DAN TIDAK PANIK,………….IKUTI PETUNJUK PETUGAS ATAU PE NGUMUMAN
SELANJUTNYA. TERIMAKASIH ATAS KERJASAMANYA…………………(d iulang 2 kali ).

3. Apabila pejabat berwenang menyatakan bencana SELESAI, maka petugas operator


mengumumkan
:”………. PERHATIAN- PERHATIAN,………..KODE HIJAU – 1
TELAH
SELESAI,………KODE HIJAU -1 TELAH SELESAI,
………… SEGENAP KARYAWAN
DIMOHON UNTUK BEKERJA KEMBALI SEPERTI SEMULA.
TERIMAKSIH………..(diulang 2 kali).

c. Pengamanan Rekam Medik


Dipimpin oleh Ka IRMIK
Bertugas mengamankan data nama-nama pasien dengan cara melakukan print out nama pasien
rawat inap dan rawat jalan.
Pengamanan Rekam Medik Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. (Di lapangan dilaksanakan oleh
Regu keselamatan /regu evakuasi barang).

d. Pengamanan data Elektronik


Dipimpin oleh Ka ISIPD
Bertugas mengamankan data elektronik di server gedung induk dan mensupport data yang
diperlukan oleh IRMIK.

C. KOORDINATOR KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PEMANTAUAN


Sub Komite Keselamatan Kerja / Supervisor Bencana & Kebakaran ( Pada jam kerja)/ Duty
Nurse I ( diluar jam kerja ).
Bertugas sebagai Koordinator Lapangan Darurat Bencana Gempa Bumi sementara, dan
menyatakan keadaan darurat selesai atau sampai Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Duty
Manager tiba di tempat di mana secara operasional di bawah Pimpinan Darurat Bencana (Direksi)
dan Koordinator Lapangan Darurat Bencana ( Ketua Komite K3).
Menyatakan Keadaan Darurat Bencana (sesuai kode komunikasi bencana) dan meminta Operator
mengumumkan keadaan bencana tersebut melalui paging system dan car call.
Memimpin dan bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana dari
kelompok/petugas dibawah koordinasinya.

a. Penanggung Jawab Gedung.


· Dipimpin oleh Ka Instalasi/Ka Satuan kerja (dalam jam kerja) / Ka Tim (di luar jam kerja)
· Bersama jajarannya (regu keselamatan lantai/gedung, petugas teknik) bertugas segera
melakukan pertolongan terhadap pasien/ korban dan tugas bidang masing-masing.
· Segera melakukan identifikasi kerusakan/ bahaya dan sedapat mungkin menanggulangi akibat
bencana gempa agar tidak meluas.
· Segera melaporkan kondisi terakhir kepada Koordinator Lapangan Darurat Bencana/ Duty
Manager.
b. Kelompok sekuriti, pemadam dan evakuasi .
· Dipimpin Kepala Sekuriti (dalam jam kerja) / Komandan piket.
· Bersiaga di tempat kerja dan segera berlari menuju lokasi setelah ada permintaan bantuan dan
memberikan pertolongan sesuai tugasnya.
Tugas
1) Pelaksanaan penyelamatan penghuni/pengguna bangunan yang terperangkap di daerah
gempa ke tempat yang aman dan kepada orang-orang lanjut usia, cacat, sakit dan ibu-ibu
hamil harus diberikan cara penyelamatan khusus.
2) Mengamankan daerah gempa agar tidak dimasuki oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab.
3) Menangkap orang yang mencurigakan sesuai prosedur yang berlaku, seperti dengan borgol,
diturunkan lewat tangga darurat, dibawa ke pos keamanan untuk diperiksa dan selanjutnya
diserahkan ke polisi.
4) Mengamankan barang-barang berharga, brankas dan lain-lain.

D. Koordinator Logistik.
Melakukan kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain menyediakan obat dan bahan/alat
habis pakai, logistik Gizi, Logistik umum dll sesuai keperluan.

E. Koordinator Teknik
Petugas teknik segera melakukan kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain segera:
· Melakukan pemeriksaan dan perbaikan serta pengamanan sarana yang berbahaya misalkan kabel
listrik, instalasi air, boiler dll.
· Mengamankan instalasi gas medik yang mudah terbakar dan meledak. Mengecek ulang fungsi
instalasi gas medik sebelum proses pengembalian pasien ke ruangan masing-masing pasca
evakuasi.
· Memeriksa keamanan instalasi gas masak.

F. Koordinator Medis
Melakukan kegiatan pertolongan pelayanan medis terhadap korban-korban akibat gempa.

h. PENCEGAHAN & MITIGASI


Adalah upaya atau kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan apabila terjadi
gempa.

1. Mitigasi Pasif /passive mitigation


a. Pembuatan Prosedur Penanggulangan Gempa Bumi, yang meliputi semua hal yang harus dilakukan
oleh staf rumah sakit, pasien dan pengunjung terjadi gempa, termasuk didalamnya sistem komunikasi
dan evakuasi.
b. Pembentukan Tim Penanggulangan Gempa.
c. Pembuatan peta daerah/ ruangan yang rawan bila terjadi gempa
d. Identifikasi tempat aman di dalam dan luar rumah sakit
· Di bawah benda atau struktur yang kokoh seperti meja atau bangku yang berat
· Di sudut-sudut bangunan
· Jauh dari benda atau peralatan yang mudah pecah dan jatuh, seperti jendela, cermin, lukisan,
lemari dll.
· Di area terbuka, jauh dari bangunan, pohon, kabel telepon dan listrik.
b. Pembuatan brosur/leaflet/poster tentang prosedur penanggulangan gempa
c. Pengkajian / analisis risiko gempa

2. Mitigasi Aktif /active mitigation


a. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah rawan
bencana/gempa dsb.
b. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai kebijakan dan prosedur berkaitan dengan pencegahan
bencana/gempa.
c. Penempatan ulang benda, peralatan atau struktur yang mudah jatuh atau rusak ketika terjadi
guncangan, antara lain:
· Memeriksa dan memperbaiki bila ada kerusakan di lantai, dinding dan atap
· Memperbaiki kabel-kabel listrik yang rusak dan pipa gas yang bocor. Semuanya berpotensi untuk
timbulnya kebakaran ketika terjadi gempa.
· Mengikat lemari ke dinding.
· Menempatkan peralatan yang besar dan berat di rak yang rendah.
· Menyimpan benda atau peralatan yang mudah pecah di rak yang rendah dan mempunyai penutup.
· Menggantung benda yang berat seperti lukisan atau kaca jauh dari tempat tidur, kursi dan semua
tempat pasien, pengunjung atau karyawan duduk.
· Memperkuat struktur lampu-lampu, kipas atau peralatan lain yang menepel di langit-langit.
· Menyimpan cairan kimia dan bahan-bahan yang mudah terbakar di lemari tertutup dan rak
terbawah.

d. Pelatihan prosedur penanggulangan gempa bagi para karyawan


e. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan karyawan.
f. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana/gempa.

i. PROSES PENANGANAN KEJADIAN GEMPA


Bangunan RSUP FATMAWATI dirancang untuk tahan terhadap Gempa Bumi dengan intensitas besar yang
pernah terjadi di Indonesia, oleh karena itu bahaya untuk robohnya bangunan adalah kecil, akan tetapi
kerusakan sebagai efek sampingan mungkin tetap ada. Misalnya terjadinya kaca pecah, benda berat jatuh /
terguling, pintu keluar macet, kebocoran air, kerusakan instalasi listrik, kebocoran gas dan kebakaran.
Sebisa mungkin tetap tinggal di tempat selama gempa bumi. Kadangkala gempa yang terjadi adalah gempa
awal dan gempa yang lebih besar mungkin terjadi. Pergerakan dibatasi hanya menuju tempat aman dan
tinggal di dalam bangunan sampai guncangan berhenti.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dampak yang disebabkan oleh banyak orang berebutan lari
keluar bangunan, apalagi bertingkat, diperkirakan akan lebih besar dari bahaya gempa bumi itu sendiri.
Manusia yang bergerak dapat terjatuh dan terpeleset di dalam gedung, jalan keluar bisa tersumbat, orang –
orang bisa terinjak – injak dan terjatuh dari tangga.

A. PENANGANAN AWAL KETIKA TERJADI GEMPA


Berikut adalah prosedur yang perlu dilakukan oleh semua karyawan, pasien dan pengunjung RSUP
FATMAWATI ketika terjadi gempa:
· Jangan panik
· Berlindung di bawah meja atau furnitur lain yang kokoh. Bila tidak ada, lindungi wajah dan kepala
dengan lengan dan jongkok di sudut bangunan, di dekat kolom tiang penyangga bangunan.
· Tetap di tempat tidur bila sedang di sana ketika terjadi gempa. Berpegangan dan lindungi kepala
dengan bantal, kecuali bila berada di bawah peralatan yang mudah jatuh. Pada kondisi tersebut
pindahlah ke tempat yang lebih aman.
· Jauhi kaca, jendela, bagian luar pintu dan dinding, serta semua benda dan peralatan yang mudah
jatuh , seperti lampu-lampu, AC dll.
· Tetap di dalam gedung sampai guncangan berhenti.
· Tunggu instruksi selanjutnya dari koordinator penanggulangan bencana

B. PENANGANAN LANJUT
· Setelah gempa betul-betul berhenti, Komandan siaga yaitu KOORDINATOR LAPANGAN
DARURAT BENCANA (pada jam kerja) atau DUTY MANAGER (di luar jam kerja) akan meminta
operator untuk mengumumkan terjadinya KODE HIJAU - 1 melalui paging/Car call. Termasuk
didalamnya himbauan untuk tetap berada di tempat sampai aman untuk pergi keluar.
· Ka Sub Komite Keselamatan Kerja / Duty Nurse I sementara dapat bertindak sebagai Koordinator
Lapangan Darurat Bencana sampai Koordinator Lapangan Darurat Bencana/Duty Manager tiba.
· Tim penanggulangan bencana sementara dapat berkumpul di UGD atau di tempat aman lain jika
UGD mengalami kerusakan akibat gempa.
· Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Duty Manager menerima laporan dari Ka Satker/ PJ Area
/ Ka Tim tentang adanya kerusakan atau korban akibat gempa atau dari anggota tim lainnya.
· Berdasarkan laporan-laporan tersebut, Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Duty Manager
memeriksa lokasi dan memutuskan perlu tidaknya evakuasi pasien, pengunjung dan staf rumah
sakit (prosedur evakuasi akan dibahas pada bab khusus).
· Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Ketua Komite K 3 (di dalam jam kerja) atau Duty
Manager melapor kepada Pimpinan Darurat Bencana / Direksi RSUP FATMAWATI tentang
terjadinya gempa.

C. EVAKUASI / KODE HIJAU -2


1. Pengertian
Evakuasi adalah upaya yang dilakukan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat (daerah
berbahaya atau lokasi bencana) ke tempat yang lebih aman dengan tujuan penyelamatan atau
pencegahan. Tidak semua bencana rumah sakit harus diikuti dengan evakuasi.

Kondisi-kondisi yang memerlukan tindakan evakuasi antara lain:


Bencana ancaman bom yang diikuti terjadinya kebakaran.
Bencana ancaman bom yang menyebabkan kerusakan struktur bangunan.
Adanya ancaman bom yang nyata.
Kebakaran yang tidak dapat
ditanggulangi. Gempa Bumi .

2. TUGAS & TANGGUNG JAWAB


a.Koordinator Lapangan Darurat Bencana
Dipimpin oleh Ketua Komite K3 (dalam jam kerja) / Duty Manager (di luar jam kerja )
Tugas dan wewenang:
1. Menerima Laporan dan mencari informasi dari setiap Penangung Jawab Gedung/ Kepala Satuan
Kerja tentang ada /tidaknya kerusakan / korban akibat gempa dan segera mendatangi area yang
mengalami kerusakan atau yang ditemukan korban akibat gempa.
2. Bila Koordinator Lapangan Darurat Bencana pada saat itu menemukan kerusakan gedung /
keadaan yang membahayakan pasien , pegawai dan pengunjung gedung, maka segera
menyatakan Keadaan Bencana Kode Hijau – 2 ( Evakuasi ) dan menghubungi operator untuk
mengumumkan KODE HIJAU – 2 (evakuasi- meninggalkan gedung) melalui paging system.
3. Melaporkan Keadaan Bencana Kepada Direksi.
4. Menyatakan bencana Kode Hijau – 2 selesai bila penghuni gedung telah selesai di evakuasi,
korban akibat gempa telah diberikan pertolongan dan pasien rawat inap telah mendapatkan tempat
perawatan.
5. Memimpin proses penanggulangan kejadian gempa dengan dibantu seluruh jajaran koordinasi
siaga bencana.
6. Mengawasi dan mengendalikan aktivitas terkait dengan penanggulangan gempa sesuai dengan
rencana kerja.
7. Melakukan koordinasi dengan departemen / instnasi terkait dalam kegiatan penanggulangan
kejadian gempa.
8. Ketua Komite K3 Merencanakan proses pelatihan / staff development terkait dengan pencegahan
dan penanggulangan kejadian gempa.
9. Ketua Komite K3 Mengevaluasi proses penanganan bencana di RSUP FATMAWATI, termasuk
rencana pengendalian gempa serta program pelatihan yang ada.

b. KOORDINATOR INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Dipimpin oleh Ka IPH ( dalam jam kerja) / operator telepon (di luar jamkerja)
1. Kurir (petugas Sekuriti)
Menyampaikan berita dari dan ke Koordinator Lapangan Darurat Bencana apabila terdapat
gangguan sarana komunikasi.

2. Operator Telepon/ paging system.


- Mencatat setiap laporan keadaan bencana.
- Mengatur dan membatasi lalulintas komunikasi umum, diprioritaskan pada komunikasi
penanggulangan bencana.
- Menyampaikan berita pernyataan keadaan darurat KODE HIJAU – 1 dari pejabat berwenang
dengan cara :
- Nada bicara yang tenang dan kalimat yang jelas.
Mengumumkan :
:”……… PERHATIAN-PERHATIAN…………… KODE HIJAU – 2 ,………….KODE HIJAU – 2
…….UNTUK GEDUNG IRNA B LANTAI 5 SELATAN, ………………..S EGENAP PETUGAS
SIAGA BENCANA DIINTRUKSIKAN UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS ……………(diulang
2 kali).

: Apabila pejabat berwenang menyatakan bencana SELESAI, maka petugas operator


mengumumkan
:”………. PERHATIAN- PERHATIAN,………..KODE HIJAU – 2 TELAH SEL
ESAI,………KODE
HIJAU -2 TELAH SELESAI,………… SEGENAP KARYAWAN DIMOHO N UNTUK BEKERJA
KEMBALI SEPERTI SEMULA. TERIMAKSIH………..(diulang 2 kali).

3. Pengamanan Rekam Medik


Dipimpin oleh Ka IRMIK, Bertugas mengamankan data nama-nama pasien dengan cara melakukan
print out nama pasien rawat inap dan rawat jalan.
Pengamanan Rekam Medik Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. (Di lapangan dilaksanakan oleh
Regu evakuasi barang).

4. Pengamanan data Elektronik


Dipimpin oleh Ka ISIPD, Bertugas mengamankan data elektronik di server gedung induk dan
mensupport data yang diperlukan oleh IRMIK.

c. KOORDINATOR KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PEMANTAUAN


Ka. Sub Komite Keselamatan Kerja / Supervisor Bencana & Kebakaran ( Pada jam kerja)/ Duty
Nurse I ( diluar jam kerja ).
- Bertugas sebagai Koordinator Lapangan Darurat Bencana Gempa Bumi sementara, dan
menyatakan keadaan darurat selesai atau sampai Koordinator Lapangan Darurat Bencana /
Duty Manager tiba di tempat di mana secara operasional di bawah Pimpinan Darurat Bencana
(Direksi) dan Koordinator Lapangan Darurat Bencana ( Ketua Komite K3).
- Menyatakan Keadaan Darurat Bencana (sesuai kode komunikasi bencana) dan meminta
Operator mengumumkan keadaan bencana tersebut melalui paging system dan car call.
- Memimpin dan bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana dari
kelompok/petugas dibawah koordinasinya.

1. Penanggung Jawab Gedung.


Dipimpin oleh Ka Instalasi/Ka Satuan kerja (dalam jam kerja) / Ka Tim (di luar jam kerja)
· Memimpin jajarannya yaitu (petugas teknik gedung, regu keselamatan lantai/gedung, yaitu
regu evakuasi jiwa, regu evakuasi barang, regu pemadaman, regu F-1 bertugas melakukan
pertolongan terhadap pasien/ korban sesuai tugas dan bidang masing-masing.
· Segera melakukan identifikasi kerusakan/ bahaya dan sedapat mungkin menanggulangi akibat
bencana gempa agar tidak meluas.
· Segera melaporkan kondisi terakhir kepada Koordinator Lapangan Darurat Bencana/ Duty
Manager.

2. Kelompok sekuriti, pemadam dan evakuasi .


Dipimpin Kepala Sekuriti (dalam jam kerja) / Komandan piket.
· Bersiaga di tempat kerja dan segera berlari menuju lokasi setelah ada permintaan bantuan dan
memberikan pertolongan sesuai tugasnya.

b. Pelaksanaan penyelamatan penghuni/pengguna bangunan yang terperangkap di daerah gempa ke


tempat yang aman dan kepada orang-orang lanjut usia, cacat, sakit dan ibu-ibu hamil harus
diberikan cara penyelamatan khusus.
c. Mengamankan daerah gempa agar tidak dimasuki oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
d. Menangkap orang yang mencurigakan sesuai prosedur yang berlaku, seperti dengan borgol,
diturunkan lewat tangga darurat, dibawa ke pos keamanan untuk diperiksa dan selanjutnya
diserahkan ke polisi.
e. Mengamankan barang-barang berharga, brankas dan lain-lain.

d. Koordinator Logistik.
Memimpin koordinasi kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain menyediakan obat dan
bahan/alat habis pakai, logistik Gizi, Logistik umum dll sesuai keperluan.

e. Koordinator Teknik
Petugas teknik segera melakukan kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain segera:
· Melakukan pemeriksaan dan perbaikan serta pengamanan sarana yang berbahaya misalkan kabel
listrik, instalasi air, boiler dll.
· Mengamankan instalasi gas medik yang mudah terbakar dan meledak. Mengecek ulang fungsi
instalasi gas medik sebelum proses pengembalian pasien ke ruangan masing-masing pasca
evakuasi.
· Memeriksa keamanan instalasi gas masak.
f. Koordinator Medis
Koordinator medis dan bagian-bagiannya (Petugas Kelompok Dokter, Petugas Kelompok Perawat,
Petugas Area Evakuasi Awal, Petugas Area Evakuasi Lanjutan, Petugas Ambulans, Petugas
Evakuasi KLB, Petugas Forensik dan Kamar Jenazah) segera merespon dengan melakukan kegiatan
pertolongan pelayanan medis terhadap korban-korban akibat gempa.

6.3. Prioritas Evakuasi


1. Pasien,
2. Rekam medik pasien yang sedang dirawat inap.
3. Alat medis mayor (Monitor, Defibrilator, Ventilator, Infuse pump, syringe pump, Trolley, dll).

6.4. Daerah Tujuan Evakuasi


Ditandai dengan marka sebagai berikut :

6.5. Daerah Evakuasi Aman / Assembly Point


Adalah Titik Kumpul Aman terdekat untuk penanganan sementara dan untuk perhitungan jumlah pasien / pengunjung/ staff.
1. Halaman Poli Amarilys (samping) : Perpustakaan, Wijayakusuma, Poli Amarylis, Diklit,
Korpri, IRJ depan (utara)
2. Halaman depan BRI : BRI, PPRM, IDI, Salon, KANTOR Pengelola Parkir, Sekr
Purna Bakti RSF
3. Halaman AKPER : IGD,ICU,Akper,Villa Jaga,Koperasi,IBS.
4. Halm Parkir ISP-Asrama putri : Pool, Boiler, ISSB, ISP, GIZI, IPSRS, IFPJ, Toko korpri,
Asrama putri.
5. Halaman GPS + Gd Baru : Asrama putra, Kantin, IRNA, GPS, Gd Baru, Anggrek,
IGH, CFC
6. Lapangan Utama : Gd Induk, Lab, Radiologi, Farmasi, ICCU/CathLab, HD,
IRJ(selatan).
7. Halaman Parkir IRM/IRJ : IRM, IRJ(timur), Farmasi (timur), IRMIK, Psikologi.

* UGD : Untuk pasien yang memerlukan tindakan medis dan support peralatan medis
· Area Merah: Ruang Resusitasi (merah) dan ruang akut (kuning) diprioritaskan untuk pasien
ICU/NICU/ PICU/ ICCU.
· Kuning :
o Ruang tindakan bedah: untuk melanjutkan operasi emergency bagi pasien yang tidak bisa di
transfer ke RS lain.
o Ruang tunggu pasien IGD/ICCU : untuk pasien / pengunjung / karyawan yang cedera selama
proses evakuasi.
· Area Hijau : Koridor depan IW, Cath Lab.
· Area Hitam : Kamar Jenazah IFPJ.

Jika bahaya bencana meluas , dapat dipergunakan Assembly point terdekat dari Assembly Point
semula ( bila memungkinkan)
Di masing-masing daerah evakuasi diatur tempat berkumpul pasien dan keluarga berdasarkan
lantai asal pasien.
Di daerah tujuan evakuasi tersebut, dilakukan penghitungan jumlah pasien oleh tim.

6.6. Daerah Evakuasi Lanjutan


Adalah tempat evakuasi untuk pasien yang memerlukan rawat inap atau observasi lbh lanjut bila ruang
rawat inap tidak bisa menampung, baik karena sudah penuh atau karena rusak.
6.7. Data Pasien dan karyawan.
Yang dimaksud data adalah daftar nama pasien dan karyawan, digunakan untuk kepentingan mengabsen di
daerah tujuan evakuasi guna cek silang bahwa semua sudah terevakuasi tanpa ada yang tertinggal.
· Data pasien rawat inap, rehabilitasi medik, hemodialisis dan operasi segera dicetak setelah alarm
bencana/kebakaran berbunyi.
· Data karyawan yang sedang berdinas segera dicetak setelah data pasien rawat inap dicetak.
· Data pasien rawat jalan di lantai 1, lantai 2 dan lantai 3 segera dicetak setelah data karyawan dicetak.

6.8. Klasifikasi pasien dalam evakuasi :


1. Pasien kelompok A, bisa berjalan, tidak memerlukan monitoring, jantung dan paru tidak terganggu,
maksimal terpasang 1 infus line.
2. Pasien kelompok B, bisa berjalan, namun terpasang monitor jantung paru definitif.
3. Pasien kelompok C, tidak bisa berjalan, tidak terpasang monitor dan jantung paru dalam keadaan baik.
4. Pasien kelompok D, tidak bisa berjalan, terpasang monitor jantung-paru definitif.
5. Pasien kelompok E, tidak bisa berjalan, terpasang support vital (ventilator, obat-obat inotropik, perlu
continuous suction, pace maker, WSD, dll).

Klasifikasi pasien dilakukan oleh perawat ruang rawat inap untuk setiap pasien (baru dan lama), dan ditulis
dalam daftar pasien. Klasifikasi pasien dilakukan tiap 24 jam, terutama peralihan dari shift pagi ke shift
siang.

6.9. PELAKSANAAN EVAKUASI :


· Secara garis besar, pelaksanaan evakuasi hampir sama dari tiap jenis bencana.
· Evakuasi dilakukan apabila diperlukan dan diinstrusikan oleh Pejabat Berwenang secara
benjenjang yaitu Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Duty Manager, Koordinator
Keselamatan, Keamanan dan Pemantauan, Ka Satker, Duty Nurse I.
· Di luar jam kerja maka :
o Duty manager bertindak sebagai Koordinator Lapangan Keadaan Darurat Bencana dan
Koordinator Logistik.
o Operator bertindak sebagai Koordinator Informasi dan Komunikasi.
o Duty Nurse I bertindak sebagai Koordinator Keselamatan, Keamanan dan Pemantauan.
o Petugas Storing bertindak sebagai Koordinator Teknik Keadaan Darurat Bencana.
o Komandan Piket Keamanan bertindak sebagai Ka Tim Keamanan, Ka Tim Pemadaman dan
Ka Tim Evakuasi
o Dokter jaga I Area Kuning IGD bertugas sebagai Koordinator Medik, maka Dokter jaga II
IGD Area kuning bertindak sebagai Ketua Kelompok Dokter .
o Duty Nurse II bertindak sebagai ketua Kelompok Perawat.

Aktifasi Kode Hijau 2 / Perintah evakuasi datang dari Pejabat Berwenang yaitu: Koordinator Lapangan
Keadaan Bencana / Duty Manager / Koordinator Keselamatan, Keamanan dan Pemantauan dll.
Daerah yang belum mendapatkan perintah evakuasi tetap menjalankan aktivitas seperti biasa dengan
tingkat kesiagaan tinggi.
Selama proses penanggulangan bencana dan evakuasi dilakukan, tim tetap berkoordinasi dengan
pihak dinas atau instansi terkait seperti dinas kebakaran, kepolisian dan dinas kesehatan dan lain-lain.

6.10. PROSEDUR EVAKUASI

a. Kepala Keadaan Darurat Bencana / Duty Manager memegang data pasien Rawat Inap dan
karyawan (dari IRMIK & Satker) segera setelah mengumumkan evakuasi.
b. Masing masing unit diberi prioritas menggunakan tangga darurat, di mana pengaturan ditentukan
oleh ketua tim.
· Khusus tindakan operasi, diprioritaskan untuk pasien durante operasi diupayakan untuk dalam
kondisi siap ditransport (misal, luka ditutup dulu, dsb). Kamar operasi mendapat giliran terakhir
untuk evakuasi dan mendapat perlindungan maksimal dari segenap sumber daya.
· Evakuasi pasien poliklinik IRJ di lantai 2 dan 3 beroperasi, petugas di lantai 2 mengevakuasi
pengunjung di lantai 2 melalui tangga terdekat (bila tanggatersebut memungkinkan) dan langsung
menuju ke lantai dasar dan keluar ke titik kumpul aman . Petugas di lantai 3 mengevakuasi
pengunjung di lantai 3 melalui tangga utama (bila memungkinkan ) menuju lantai 2 dan kemudian
ke lobby.
· Evakuasi rawat jalan dipimpin Regu Evakuasi dari Regu Keselamatan/ Tim Evakuasi sekuriti
dengan ratio maksimal 1 orang petugas untuk 30 orang.
· Lantai lain yang dapat menggunakan tangga darurat sesuai instruksi tim.

c. Evakuasi dapat dilakukan secara horizontal ( ke lantai sebelah – satu tingkat ), dapat juga
dilakukan vertikal / turun ke lantai dasar menuju Assembly Point.
d. Koordinator evakuasi masing-masing lantai adalah Regu Evakuasi dari Regu Keselamatan dan Tim
Evakuasi dari Sekuriti, atau jika tidak ada, perawat paling senior yang berdinas, atau yang ditunjuk
oleh ketua tim.

e. Tahapan evakuasi pasien Rawat Inap:


Pertama, evakuasi dilakukan terhadap pasien kelompok A dan B. Bersama penunggu /
pengunjung berkumpul di depan pintu darurat yang ditentukan, kemudian turun bersama-sama
dipimpin oleh 1 orang petugas. Pasien kelas B harus ada yang menemani (keluarga). Dalam hal
tidak ada yang menemani, dimasukkan dalam gelombang kedua.
Kedua, evakuasi dilakukan terhadap pasien kelas C. Penunggu bekerja sama dengan petugas
RS menggendong pasien, turun ke lantai dasar, langsung menuju ke lantai dasar dan ke lokasi
yang sudah ditujukan untuk lantai tertentu. Ratio maksimal 1 perawat memonitor 3 pasien.
Masing-masing pasien dibawa oleh keluarga. Prioritas bagi pasien yang ada penunggunya, atau
pasien yang penunggunya kuat menggendong terlebih dahulu.
Ketiga, untuk pasien kelas D harus dibawa dengan stretcher/ tandu/ tempat tidur. Masing-
masing pasien dibawa oleh 4 orang. Stretcher dimobilisasi berdasarkan prioritas, instruksi dari
tim. Petugas pembawa stretcher/ tandu/ gtempat tidur terdiri dari 3 orang non medis, dan 1
orang medis (dokter / perawat) yang merupakan pimpinan.
Keempat, untuk pasien kelas E, harus dibawa seperti pasien kelas D, namun oleh minimal 3
orang dan 5 orang (bila dengan tandu), di mana orang kelima bertanggung jawab atas
instrumen, airway dan pernapasan.

f. Setelah pasien semua terangkut, rekam medis diselamatkan sebisanya (oleh Petugas Evakuasi
barang).
g. Prioritas berikut adalah alat medis yang bisa di bawa dengan tangan (hand carry) seperti monitor,
defibrillator, pulse oxymetri, infusion pump, syringe pump, guna melanjutkan proses perawatan di
tempat evakuasi.
h. Di IGD, tim menilai kapasitas tempat evakuasi, dan menghubungi bantuan RS lain untuk mengirim
ambulans guna mentransfer pasien ke RS lain, terutama pasien-pasien kritis, durante operasi, dan
pasien kelas E.
i. Koordinator Medis melakukan set up pelayanan medis di tempat evakuasi. Penilaian ulang kondisi
setiap pasien rawat inap dilakukan mulai dari pasien kelas E ke bawah.
j. Koordinator Logistik menyiapkan tempat evakuasi di luar RS bekerja sama dengan pihak keamanan.
Jalur ambulans diamankan oleh Petugas Keamanan, bekerja sama dengan pihak yang berwajib.
D. OVER CAPACITY/ KODE HITAM

a. BATASAN
Merupakan suatu kode dari Instalasi Gawat Darurat bahwa jumlah pasien yang datang melebihi kapasitas
Unit Gawat Darurat baik dari segi perlengkapan maupun dari segi ketenagaan. Keputusan untuk
mengaktifkan Kode HITAM merupakan kewenangan mutlak dari dokter IGD yang sedang bertugas setelah
dokter IGD menilai kemampuan dari tim IGD yang pada saat itu sedang bertugas.

b. PERLENGKAPAN
1. Rompi Komando sebanyak 1 buah.
2. Rompi Triage sebanyak 3 buah.
3. Kartu Triage, dilengkapi 4 warna triage (hitam-merah-kuning-hijau), nomor rekam medis sementara dan
tali gantung.

c. JENIS BENCANA / KEADAAN DARURAT


1. Multiple Casualty Incident : Merupakan suatu keadaan di mana jumlah pasien melebihi kapasitas dari
Instalasi Gawat Darurat, tapi masih dapat di tanggulangi dengan sumber daya rumah sakit pada saat
kejadian.
2. Mass Casualty Incident : Merupakan suatu keadaan di mana jumlah pasien jauh melebihi kapasitas dari
Instalasi Gawat Darurat dan tidak dapat di atasi oleh seluruh sumber daya rumah sakit pada saat
kejadian.

d. PROSES PELAKSANAAN KODE HITAM


1. Dokter IGD yang sedang bertugas menentukan jenis dari Kode HITAM, apakah termasuk dalam
multiple casualty ataukah termasuk dalam mass casualty.
2. Pada multiple casualty incident (Kode Hitam 1) , dokter IGD yang sedang bertugas, menghubungi
Supervisor On Duty, bilamana yang di butuhkan adalah tenaga selain dokter, untuk meminta
mobilisasi ketenagaan dari ruangan yang lain. Bila yang dibutuhkan adalah tenaga dokter, maka
dokter IGD yang sedang berdinas menghubungi dokter jaga ruangan / dokter jaga IRI.
3. Selama menunggu ketenagaan dari ruang yang lain, staff IGD yang sedang bertugas berusaha
semampunya mengatasi pasien yang datang.
4. Setelah bantuan ketenagaan tiba, dokter IGD memberikan instruksi apa saja yang dapat di kerjakan
oleh tenaga tambahan tersebut.
5. Setelah seluruh pasien tertangani, dan dokter IGD yang bertugas merasa jumlah pasien yang berada
di IGD sudah dapat di tangani oleh staff IGD, maka dilakukan serah terima pasien dari tenaga
tambahan kepada staff IGD, dan tenaga tambahan dapat kembali ke tempat kerjanya masing masing,
dan dengan sendirinya multiple casualty berakhir.
6. Dokter IGD memberikan laporan tertulis kepada Kepala Keadaan Darurat Bencana dan Koordinator
Medik dalam waktu 1 x 24 jam.
7. Pada adanya kecurigaan terjadinya mass casualty incident (kode Hitam 2), dokter IGD yang
sedang bertugas berusaha mencari informasi kepada pihak luar yang dapat dipercaya (mis. Polisi;
pemadam kebakaran) tentang adanya suatu bencana yang berpotensi menjadi mass casualty di
RSUP Fatmawati.
8. Setelah informasi tersebut di dapat, maka dokter IGD yang sedang bertugas melakukan aktifasi
keadaan darurat (kode Hitam 2) dengan jalan menghubungi Operator.

e. PROSES TRIASE BENCANA

Seluruh pasien yang tiba di rumah sakit, dilakukan proses triase. Proses triase ini tergantung kebutuhannya,
dapat dilakukan di IGD ataupun di pintu masuk rumah sakit. Prinsip triase pada saat bencana adalah
menyelamatkan sebanyak mungkin pasien yang tiba di rumah sakit. Proses triase bencana berlangsung
tidak lebih dari 1 menit untuk setiap pasien. Pasien yang telah menjalani proses triase diberikan kartu
berwarna tergantung dari pengelompokannya.
Pengelompokan pasien berdasarkan dari hasil triase di dapatkan :
Pasien hijau di kumpulkan di lobby depan IGD, apabila tidak mencukupi, maka dapat diperluas hingga ke
ruang tunggu pasien IGD.
Pasien kuning langsung di masukkan ke dalam ruang IGD untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dan
mendapatkan prioritas utama dalam penanganan
Pasien merah langsung di arahkan ke dalam ruang resusitasi dan dilakukan pembebasan jalan napas dan
selanjutnya sesuai prosedur, bila kemungkinan tertolong sangat kecil pasien dapat di tinggalkan. Lakukan
prioritas pertolongan pada pasien dengan harapan hidup lebih besar. Apabila ruang resusitasi penuh,
pasien dapat di bawa ke ruang pemeriksaan medical.
Pasien label hitam langsung di bawa ke ruang mortuari / ruang jenazah
Di setiap kartu pasien ada nomor yang berfungsi sebagai nomor rekam medik pasien sementara sampai
pasien dapat didaftarkan secara layak.
E. EPIDEMIK/ KODE PUTIH

1. BATASAN
Epidemik dalam pengertian bencana adalah terjadinya suatu kejadian luar biasa yang merupakan
ancaman terhadap kondisi kesehatan staf rumah sakit, pasien maupun pengunjung.
Kejadian luar biasa yang dimaksud adalah terjadinya penyakit, yang karena secara alamiah berpotensi
untuk dapat mengganggu operasional rumah sakit akibat banyaknya karyawan yang terpaksa tidak
bekerja karena sakit.
Penyakit yang memenuhi kriteria untuk dinyatakan epidemik / Kode Putih adalah :
1. Memiliki jalur transmisi lewat udara (air-borne)
2. Penularan yang mudah, serta onset yang cepat.
3. Gejala sedang sampai berat di mana tidak memungkinkan penderitanya bekerja dengan normal, atau
sampai berresiko fatal.

2. PROSES PENANGANAN KEJADIAN EPIDEMIK


a. Pencegahan & Mitigasi
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang dilakukan, bertujuan untuk
menghindari terjadinya wabah serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh wabah. Tindakan
mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi pasif dan
mitigasi aktif.

a.1. Mitigasi Pasif


Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah:
1. Pembuatan pedoman/standar/Prosedur
2. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana/wabah
3. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster tentang pencegahan kejadian wabah/epidemik
5. Penelitian / pengkajian karakteristik wabah
6. Pengkajian / analisis risiko wabah

a.2. Mitigasi Aktif


Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki
daerah rawan bencana/wabah dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai kebijakan dan prosedurt tentang
berkaitan dengan pencegahan bencana/wabah.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi para karyawan.
4. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan karyawan.
5. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi
bencana/wabah.

b. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya wabah guna
menghindari jatuhnya korban jiwa. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat wabah sudah
mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
2. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor
3. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
4. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung
tugas kebencanaan.
5. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
6. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/saranaperalatan)

c. Peringatan Dini
1. Pengamatan gejala wabah
Adalah mengamati adanya perubahan incidence rate dari waktu ke waktu guna mendeteksi
lonjatan insidens diluar kebiasaan yang secara statistik bermakna. Cara yang dilakukan
harus dengan mengumpulkan data secara terus menerus.
2. Analisa hasil pengamatan gejala wabah
Penyelidikan wabah yang mencurigakan dapat menjadi sangat kompleks, sehingga
membutuhkan bantuan dari ahli epidemiologi dan orang yang berpengalaman menangani
pencegahan infeksi dari Badan Nasional maupun internasional (P2M,CDC).
Bila terjadi penularan, identifikasi masalah dilakukan dengan cara yang mudah dan tidak
boleh dengan asumsi, tapi konfimasi diagnosis yang tepat, cari kasus tambahan dan
tetapkan apakah peningkatannya signifikan sebelum menyimpulkan wabah / KLB.
Pembiakan negatif tidak dapat disimpulkan bahwa wabah tidak terjadi, karena pembiakan
negatif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti misal ; penanganan spesimen yang
salah,teknik pembiakan yang buruk,atau penggunaan reagen yang salah dan kesalahan
dalam pengumpulan spesimen yang tepat.
3. Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
Pengambilan keputusan kecurigaan kejadian luar biasa intra rumah sakit adalah ketua
KPPI, dan dalam menjalankan tugasnya, ketua KPPI bertanggung jawab langsung kepada
direktur.
4. Penyebaran informasi kepihak yang terkait
Penyebaran informasi ini ditujukan untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti
departemen kesehatan, dinas kesehatan dll.

d. Penyelenggaraan Penanggulangan Wabah


Peneyelenggaraan penanggulangan wabah disesuaikan dengan prosedur Penanganan
Wabah KPPI (Komite Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi) RSUP FATMAWATI,
sebagai berikut:
Jika ada suatu isu terjadinya kejadian luar biasa terkait dengan penyakit infeksi di RSUP
Fatmawati, maka langkah-langkah berikut diambil :

1. Mendefinisikan terjadinya kejadian luar biasa, apakah itu tingkat rumah sakit, regional,
nasional, atau global.
2. Jika kejadian luar biasa sifatnya terlokalisir rumah sakit, maka kebijakan disusun sesuai
dengan hasil meeting tim KPPI dan komite medik serta manajemen pada saat itu.
3. Pimpinan investigasi kecurigaan kejadian luar biasa intra rumah sakit adalah ketua KPPI, dan
dalam menjalankan tugasnya, ketua KPPI bertanggung jawab langsung kepada direktur.
4. Hasil investigasi KPPI membuahkan rekomendasi, yang akan dibawa oleh direktur dalam
rapat manajemen untuk ditindak lanjuti.
5. Untuk kejadian luar biasa yang tingkatnya regional, nasional ataupun global, mengikuti
langkah 6 – 12 berikut.
6. Mengadopsi status epidemik kasus ke dinas kesehatan baik kota / propinsi, departemen
kesehatan, ataupun institusi kesehatan global seperti WHO.
7. Mencari protokol deteksi kasus yang telah disepakati, baik untuk kasus suspect, probable,
ataupun confirmed.
8. Menyusun SOP deteksi dan penanganan sesuai dengan protokol yang berlaku secara
regional, nasional ataupun global.
9. Melakukan pengadaan logistik terkait dengan protokol tersebut.
10. Melakukan sosialisasi kepada staf dan pengunjung (public awareness) terhadap protokol
yang dimiliki.
11. Melakukan pemantauan / monitoring terhadap status epidemi kasus tersebut sesuai tingkat
epidemik yang ada.
12. Menyesuaikan kebijakan RSUP Fatmawati dengan kebijakan yang berlaku regional, nasional
ataupun global.

KEADAAN DARURAT INTERNAL (INTERNAL EMERGENCIES)

a. KEGAGALAN KETEL UAP (BOILER)


Tujuan kebijakan ini adalah untuk menjelaskan secara singkat langkah2 yang harus dilakukan bilamana
terjadi kegagalan system uap air ( Steam ) dengan bahan bakar solar.
Jenis keadaan darurat yang mungkin terjadi :

1. Gelas Penduga Pecah, packing Valve ( Man Hole, Hand Hole, Safety Valve,Venting Valve,
Blowdown,:
Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
a) Menekan Stop Emergency untuk boiler yang mengalami Kegagalan system
b) Menutup Ball Valve.
c) Menutup Valve supply di Header untuk boiler yang mengalami Kegagalan
d) Bila ada masih bertekanan, buang tekanan lewat saluran pembuangan Uap atau Venting.
e) Matikan Power panel boiler yang mengalami kegagalan system
f) Operasikan ke Boiler Cadangan
g) Perbaikan untuk system Boiler yang mengalami Kegagalan system

2. Kegagalan System Ketel uap ( Boiler ) 1:


Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
a) Matikan Boiler 1 dan dialihkan ke Boiler 2.
b) Perbaikan untuk boiler yang mengalami Kegagalan system
c) Memberitahu Ka IPSRS.
d) Ka IPSRS melapor ke Management
3. Kegagalan System Ketel uap ( Boiler ) 1 dan 2 :
Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
a) Memberitahu Direktur Rumah sakit/ management
b) Memberitahu Ka IPSRS
c) Pelayanan yang mengalami gangguan Steam dan air panasakan mendapat prioritas dukungan
untuk memperoleh palayanan khususnya di Unit CSSD
d) Rumah sakit bertanggung jawab untuk mengaktifkan Emergency Management Plan

Bila terjadi gangguan pada system Steam dan Air panas, pipa bocor, gate valve bocor untuk segera
melapor kepada :

No Menghubungi Ext Keterangan


1 Petugas Storing 3086 24 jam
2 Ka IPSRS 1598 Jam 800-1600
3 Boiler 1333 Setiap Waktu
4 Petugas Boiler :
Ahmad *8517 (081510990719) Setiap Waktu
Hadi B. *8349 (085888207797) Setiap Waktu
Soman *8311 Setiap Waktu

b. GANGGUAN SUPLAI LISTRIK DARI PLN

Tujuan prosedur ini untuk menjelaskan secara singkat langkah-langkah yang harus dilakukan bilamana
terjadi gangguan suplai listrik dari PLN dimana power supply pada gedung tidak terganggu.

1. Gangguan pada Gardu


Bilamana terjadi gangguan pada Gardu, petugas dinas akan :
a. Melapor ke PLN
b. Melapor ke atasan

2. Gangguan pada Panel Tegangan Menengah (TM) & Transformator


Bilamana terjadi gangguan Panel Tegangan Menengah dan Trasformator petugas dinas akan :
a. Mengecek Peralatan yang terpasang
b. Mengecek Line power yang terganggu
c. Melapor kepada Manager Maintenance M/E dan supervisor M/E
d. Mengoperasikan Genset secara manual pada PUTR yang mengalami gangguan.

3. Gangguan pada PUTR


Bilamana terjadi gangguan pada system PUTR ( Panel Utama Tegangan Rendah ) petugas dinas
akan melaksanakan:
a. Mengecek Peralatan yang terpasang
b. Mengecek Line power yang terganggu
c. Mengoperasikan Genset secara manual
d. Melapor kepada Ka IPSRS
e. Memperbaiki peralatan yang terganggu

4. Gangguan pada system SDP ( Sub Distribusi Panel ) petugas dinas akan melaksanakan:
a. Mengecek Peralatan yang terpasang
b. Mengecek Line power yang terganggu
c. Melapor kepada KaIPSRS
d. Mencari Alternatif untuk memback-up power yang bermasalah jika diperlukan
e. Memperbaiki, mengganti Line power/ peralatan yang bermasalah

5. Gangguan pada System Pada Panel Power ( PP ) dan Panel Lampu ( LP ) petugas dinas akan
melaksanakan:
a. Mengecek Peralatan yang terpasang
b. Mengecek Line power yang terganggu
c. Memperbaiki, mengganti Line power/ peralatan yang bermasalah

Bila terjadi gangguan pada system listrik untuk segera melapor kepada :
No Menghubungi Ext Keterangan
1 Ka IPSRS 1598 Jam 800-1600
2 Supervisor Perawatan 1450 Jam 800-1600
Gedung
3 Storing 3086 24 jam
4 Petugas RSF (Setu) *8344 (081384419685 Setiap waktu
c. GANGGUAN PADA SISTEM LISTRIK CADANGAN (EMERGENCY POWER)
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menjelaskan secara singkat langkah-langkah yang harus
dilakukan bilamana terjadi kegagalan/ gangguan pada sistem listrik cadangan (emergency power)

1. Gangguan pada listrik PLN baik itu internal/external petugas dinas akan melaksanakan:
a. Memeriksa panel di Panel PUTR ( Panel Utama Tegangan Rendah )
b. Memeriksa Panel Tegangan Menengah
c. Memeriksa di Gardu
d. Bila gangguan ini berlangsung Genset akan beroperasi secara auto
e. Melapor ke dinas gangguan PLN
f. Monitoring system

2. Gangguan pada system Genset petugas dinas akan melaksanakan :


a. Mematikan Genset yang mengalami gangguan ( secara otomatis Genset Cadangan
akan beroperasi )
b. Melapor kepada Manager Maintenance M/E dan Supervisor M/E
c. Genset cadangan mengambil alih operasional
d. Memperbaiki system Genset yang bermasalah

3. Gangguan pada system Genset total petugas dinas akan melaksanakan:


a. Memeriksa / trouble setting pada system Genset
b. Memeriksa / trouble setting pada system PKG ( Panel Kontrol Genset )
c. Memeriksa / trouble setting pada Panel PUTR
d. Melapor kepada Manager Maintenance dan Supervisor M/E

4. Gangguan pada UPS ( Uninterruptible Power System ) petugas dinas akan melaksanakan:
a. Mengalihkan system / Bypass ke listrik PLN
b. Memeriksa / trouble setting system UPS
c. Melapor kepada Manager Maintenance dan supervisor M/E
d. Memperbaiki UPS yang mengalami gangguan

Bila terjadi gangguan pada system Listrik untuk segera melapor kepada :
No Menghubungi Ext/Tlp Keterangan
1 Ka. IPSRS 1598 Jam 800-1600
2 Supervisor M/E 1450 Jam 800-1600
3 Storing 3086 24 jam
7 Dinas Gangguan PLN PLN Bona (021-7660309) Setiap Waktu
Call Center ; 123

d. KEGAGALAN PADA SISTEM HVAC (HEATING, VENTILATION & AIR CONDITIONING)


Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menetapkan tindakan yang akan diambil oleh petugas
dinas selama peralatan HVAC mengalami kegagalan system.

1. AC sentral VRV
A. Kebocoran /kerusakan /error pada salah satu condensing unit:
a. Menutup valve/katup
b. Mematikan unit tersebut
c. Mengalihkan ke condensing cadangan
d. Memperbaiki kerusakan jika memungkinkan
e. Melaporkan kepada Ka IPSRS/Supervisor IPSRS
f. Mengajukan penggantian unit/ komponen yang mengalami kerusakan
g. Menghubungi vendor AC

B. Kebocoran /error semua unit condensing dalam 1 (satu) Zone


a. Mematikan unit tersebut
b. Menganalisa kerusakan
c. Perbaikan kerusakan
d. Melaporkan kejadian kepada Ka IPSRS/ Supervisor IPSRS
e. Persiapkan back-up bila perlu dan pemesanan unit
f. Kontak vendor
g. Pemberitahuan kepada seluruh dept. terkait mengenai kerusakan yang meliputi area/zone

2. AC single split
A. Kerusakan salah satu komponen
a. Analisa kerusakan
b. Ganti komponen yang rusak
c. Pasang back-up dan lapor ke Ka IPSRS/Supervisor IPSRS
d. Pemesanan unit
B. AC mati total
a. Matikan AC
b. Pasang back-up dan lapor ke KaIPSRS/Supervisor IPSRS
c. Pemasanan unit

3. Exhaust Fan dan Intake Fan


a. Kerusakan pada motor blower/ blade
b. Analisa kerusakan
c. Perbaiki kerusakan, ganti motor blower dengan cadangan
d. Lapor kepada Ka IPSRS / Supervisor IPSRS
e. Pemesanan unit

Bila terjadi gangguan pada system HVAC untuk segera melapor kepada :
No Menghubungi Ext/Tlp Keterangan
1 Ka IPSRS 1598 Jam 800-1600
2 Supervisor IPSRS 1450 Jam 800-1600
3 Storing 3086 24 jam
4 PT. MBM 1578 Setiap Waktu
Pak Aan; 02193011399

e. KEGAGALAN SISTEM POMPA DAN SUPLAI AIR BERSIH


TANGGAP DARURAT APABILA PENGADAAN AIR BERSIH TERGANGGU
Air bersih yang digunakan harus dapat memenuhi kebutuhan operasional rumah sakit baik secara
kualitas maupun kuantitas. Untuk menjaga ketersediaan air bersih, dibutuhkan perencanaan yang
dapat menaggulangi kemungkinan terhentinya ketersediaan air bersih.

i. Identifikasi
1. Adanya kerusakan pada pompa yang menyebabkan pengaliran air bersih ke rooftank
terhenti.
2. Terputusnya suply air baku karena bencana alam.

ii. Penanganan
a. Kerusakan pada pompa yang menyebabkan pengaliran air bersih ke roof tank terhenti.
Apabila terjadi kerusakan pada pompa air baku, proses ataupun transfer yang menyebabkan
pengaliran air bersih terhenti, yang harus dilakukan oleh orang yang bertugas atau
bertanggung jawab adalah :
1. Teknisi IPSRS (petugas storing) yang bertugas
a. Setelah teknisi (petugas storing) yang bertugas mengidentifikasi bahwa pompa air tidak
bisa mengalirkan air sampai ke rooftank, maka orang-orang yang harus dihubungi adalah
:
Ka. IPSRS
Supervisor Pemeliharaan Gedung.
b. Memonitor level air di roof tank dan membantu teknisi maintenance dalam melakukan
perbaikan.
2. Supervisor teknis (IPSRS)
a. Menghubungi Pejabat Terkait, yaitu:
Direktur Umum, SDM dan Pendidikan tentang keadaan ini untuk memutuskan
keadaan darurat.
Ka Bidang Keperawatan
Ka Bidang Pelayanan Medik
Ka ISSB
Pihak luar untuk pembelian air bersih apabila diperlukan
b. Mengekspektasi berapa lama air akan habis dipakai tanpa adanya penambahan air
bersih di rooftank.
c. Melakukan koordinasi dengan departemen lain untuk mendistribusikan air ke tempat-
tempat kritikal yang kehabisan air.
3. Supervisor Perawatan Gedung
a. Melihat dan memastikan kerusakan yang terjadi,
b. Melakukan perbaikan yang diperlukan.
c. Menghubungi pihak luar (vendor) yang berkepentingan untuk melakukan
perbaikan/pembelian spare part.
4. Direktur USP (Umum SDM dan Pendidikan)
Melihat dan mengawasi apakah perbaikan yang diperlukan dikerjakan secara tepat dan
cepat.
5. Direktur Medis dan Keperawatan
a. Memberitahukan kepada seluruh perawat untuk membatasi penggunaan air.
b. Mengawasi dan membantu para perawat untuk menentukan prioritas pemakaian air.
6. Ka Instalasi Gizi
a. Kegiatan dapur masih dapat berfungsi, tetapi tetap harus dapat membatasi penggunaan
air.
b. Peralatan makan sekali pakai dapat dimanfaatkan.
7. Ka ISSB
a. Menghentikan penyiraman yang menggunakan air bersih.
b. Membatasi penggunaan air untuk keperluan pembersihan dan pencucian linen.

b.Terputusnya supply air baku karena bencana alam.


Semua tanggung jawab sama seperti yang disebutkan pada sub bab 5.2.1 kecuali ada
penambahan pada :
1. Instalasi Sanitasi (ISP)
Mengakomodasi/mengarahkan/menyediakan tempat agar vendor penyuplai air bersih
dapat membongkar muatannya di ground tank.
2. Ka ISP
a. Menghubungi PDAM dan atau vendor penyuplai air bersih.
b. Membantu pendistribusian air.
c. Meminta IPSRS untuk menghentikan supply steam, dan memberitahukan hal ini ke
ISSB bahwa Steam akan disupply apabila ada permintaan darurat.
3. Bagian Umum dan ULP
a. Menghubungi orang tertentu ataupun vendor apabila dibutuhkan.
b. Mengawasi pendistribusian air.
4. Instalasi Gizi
a. Memastikan kecukupan peralatan makan sekali pakai minimal untuk 3 kali makan
pasien.
b. Menentukan menu pasien yang menggunakan sedikit air untuk persiapannya.
c. Menggunakan air minum (air gallon) untuk persediaan air termos pasien.

5. Bidang Pelayanan Medik


a. Membatalkan tindakan/operasi yang dapat ditunda dan berkoordinasi dengan rumah
sakit lain untuk memindahkan pasien tersebut.
b. Meminta pengunjung meninggalkan rumah sakit dan jam kunjungan dibatalkan kecuali
untuk pasien intensif sampai keadaan darurat selesai.
c. Berkoordinasi dengan perawat, Gizi dan IPSRS/ Bagian Umum dan SDM untuk
memutuskan prioritas distribusi air yang tersedia.

6. Senior Manager Keperawatan


a. Dengan bantuan dokter, mengidentifikasi pasien yang boleh pulang, agar segera
dipulangkan.
b. Penggunaan pampers untuk seluruh pasien, dan perawat harus menyimpan
limbahnya kedalam kantung plastic yang akan diambil oleh petugas cleaning service.

f. KEGAGALAN SISTEM GAS MEDIK


Kegagalan Gas Medis adalah sbb:

a. Pipa Terrputus. g. Mesin Vaccum Mati


b. Outlet Bocor. h. Zone Valve Rusak
c. Outlet Rusak. i. Central Gas Meledak
d..Instalasi Bocor. j. Panel Terbakar
e. Distribusi Central Gas Rusak. k. Tanki Buffer Bocor
f. Mesin Compressor Mati. l. Alarm Box

I. Pipa Terputus
a. Terinjak
b. Patah Terkena Benda Berat
c. Gempa Bumi (tembok bergeser)

II. Outlet Bocor


a. Seal rusak

III. Outlet Rusak


a. Pin Rusak Setelah Operasional

IV. Instalasi Bocor


a. Sambungan Bocor
b. Selang Gas Di Pendant Pecah Karena Gerakan
V. Central Gas Bocor
a. RS 80 ( N2O )
b. RS 20 ( O2 )

VI. Mesin Compresor Air


a. Mati Total Motor Down
b. Pressure Inlet Bocor

VII. Mesin Vaccum


a. Motor Mesin Vaccum Down
b. Selang Oli Bocor

VIII. Zone Valve


a. Electronic automatice Limit pressure rusak
b. Mano meter Tekanan Rusak
c. Inlet Gas Emergency Rusak

IX. Central Gas Kebakaran

X. Panel Control Vac,N20,02,CA


a. Terbakar
b. Komponen Rusak ( Relay, Kontaktor, PLC )

XI. Buffer tank


a. Bocor
b. Meledak Karena Safety Valve Rusak

XII. Alarm Box


a. Mati Total
b. Rusak Sebagian

PENANGANAN KEGAGALAN DISTRIBUSI GAS MEDIS


A. Sarana dan prasarana
Pipa distribusi gas O2 bahannya adalah tembaga
Alokasi pendistribusian gas O2 terdiri dari 8 lt.
Untuk setiap sumber gas medis (O2,N2O,udara tekan dan vakum) disediakan sumber
alternatife dimana sumber utama punya titik sumber cadangan yang langsung dapat bekerja
secara otomatis bila sistem utama mengalami kegagalan fungsi.
Stiap lantai distribusi dibagi dalam kelompok area distribusi perlantai dengan dikontrol oleh
zone valve box
Zone valve per area distribusi dilengkapi dengan sistem kegawatdaruratan gas medis,seperti
untuk O2,N2O dan udara tekan yang mana sumber cadangan disediakan dalam bentuk tabung
6m3, siap sedia standby didekat zone valve stiap area distribusi per lantai
Untuk distribusi gas O2 pada kebutuhan mobile dipakai gas medis dalam kemasan tabung
ukuran: 6m3, 1m3 dan 0.5m3

B. Penanganan kegagalan gas medis


Operasional gas medis 24 jam sehari & 7 hari perminggu
Diagram struktur kewenangan dalam penanganan gangguan gas medis IPSRS,Storing &
koordinator gas medis
Kebijakan dari management (Dirut/ Direktur USP)
Denah Zone valve setiap area distribusi yang dilengkapi dengan denah alarm, high & low
pressure gas untuk setiap outlet per area distribusi. Alarm terdiri dari suara sirine dan lampu
berkedip berwarna merah
Waktu tanggap yang dapat diberikan oleh IPSRS adalah dalam waktu sesingkat singkatnya
dengan cepat berkoordinasi bersama keperawatan untuk pemasangan tabung 6m3 (pasang
tabung harus sesuai dengan alarm yang muncul disetiap area zone valve
Penanganan alarm pertama dari kegawatdaruratan gas medis seharsnya ditangani oleh
perawat di setiap area distribusi per lantai dengan melakukan penanganan sementara
memasangkan tabung emergency dan setelah itu berkoordnasi dengan petugas IPSRS dan
Pemeliharaan Fasmed.
Penanganan Sistem kegawatdaruratan gas medis pada zone valve adalah dengan
mengantikan distribusi sentral gas mejadi distribusi per area distribusi per lantai dengan
menggunakan sumber gas medis dari tabung gas medis ukuran 6m3
Setelah alarm kegawatdaruratan selesai ditangani maka bag Pemeliharaan berkoordinasi
dengan setiap kepala ruang untuk memonitor volume tabung emergency. Supervisor MM
membagi Staff MM untuk plotting SDM MM saat penanganan, distribusi gas medis dilapangan
selama central gas blm berjalan normal.
Bila kegagalan distribusi gas medis di central gas belum dapat ditangani maka supply gas
medis akan tetap menggunakan tabung emergency di setiap zone valve setiap area distribusi.
Spv MM harus berkoordinasi dengan unit-unit ("keperawatan & management) untuk
bagaimana penanganan hal ini

SARANA PRASARANA
a. SARANA KOMUNIKASI

i. PABX dan Direct line


Menggunakan sistem informasi RSUP FATMAWATI, berupa PABX yang dapat secara langsung
berhubungan dengan berbagai nomor telepon darurat.
UGD sebagai command center memiliki :
1 telefon direct line 021-7501533
6 extension PABX untuk komunikasi (1111, 1112, 1533, 1538, 1539, 1531)
1 handphone ambulance.

ii. Handie Talkie


Pemegang HT dalam keadaan darurat adalah :
1. Pusat Komando (Normal di Komite K3, di pegang oleh ketua Koordinator Lapangan (baik
definitif maupun sementara)
2. Seluruh Koordinator lapangan (sesuai struktur organisasi di atas)
3. Seluruh Petugas Security di setiap lantai

iii. Paging
Media komunikasi lain adalah paging system. Seluruh informasi paging system selama disaster
berasal dari ketua tim. Agar paging system selalu siap dalam keadaan apapun, maka volume
paging selalu harus berada dalam posisi maksimal.
1. Cara Penyampaian
Dalam penyampaian kondisi bencana melalui kode harus dilakukan dengan cara tenang dan
tidak membuat pasian/ pengunjung panik.
Contoh:
“ Kode Merah…….. “ 3X ( diulang 3X)
“ Gedung Teratai Lantai Lima Utara……………….” X3 (diu lang 3X)

b. SARANA JALAN KELUAR


Bila terjadi bencana dan harus dilakukan evakuasi, evakuasi dilakukan dengan menggunakan tangga dan Ramp. Ada
beberapa tangga di RSUP FATMAWATI yang dapat digunakan untuk evakuasi:
Gd Induk :1 Tangga dari lantai 3-2 . dan 2 tangga: Barat dan Timur dari Lt 2 – 1.
Gedung IRJ :2 tangga Barat dari Lt 3-2-1, dan tangga Timur dari Lt 3-2-1
Gd Farmasi :1 tangga sisi Timur dari Lt 2-1
Gd Radiologi : 1 tangga sisi Timur + Ramp
Gd LAS/Pat :1 tangga utama
Gd IGD/ICU :2 tangga sisi Timur dan Barat Lt 2-1 + Ramp
:1 tangga sisi timur Lt 3-2
Gd IBS : 1 tangga sisi Selatan Lt 3-2-1 + Ramp
Gd Teratai U&S : 2 tangga Timur dan 2 tangga Barat + Ramp
Gedung GPS : 1 tangga Utara + Ramp

i. Penamaan Jalur Evakuasi :


Tangga darurat diberi nama sebagai berikut :
1) Tangga B Gedung Induk : di Gedung Induk sisi Barat
2) Tangga T Gedung Induk : di Gedung Induk sisi Timur
3) Tangga B Teratai U : di Gedung Teratai Utara sisi Barat

Pintu darurat untuk masuk ke tangga diberi nama sesuai lantai dan tangga. Misalnya Pintu darurat
untuk menuju tangga GPS dari lantai 4 disebut pintu 4GPS.
Pintu darurat untuk menuju tangga Gd Teratai Utara Lantai 4 sisi Timur disebut pintu 4Teratai U/
T dan seterusnya. Pintu darurat hanya bisa dibuka dari dalam ruangan menuju tangga dan tidak
bisa sebaliknya. Dari tangga darurat pintu bisa dibuka ke arah dalam ruangan hanya di lantai
dasar.

Tujuan penamaan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan mempermudah komunikasi dalam
keadaan darurat.

ii. Tanda jalan keluar


a. Tanda-tanda emergency exit
b. Iluminasi minimum
c. Penerangan

iii. Kelengkapan Jalur Evakuasi


Di dekat setiap pintu ada perlengkapan pemadam kebakaran yang terdiri dari fire extinguisher,
fire hydrant dan ada tombol untuk mengaktifkan alarm dalam kotak kaca yang dapat dipecahkan
dalam keadaan darurat.
Di ujung koridor dekat pintu darurat di setiap ruang perawatan, terdapat pintu baja, untuk
melindungi tangga evakuasi dari kebakaran, sehingga memberi waktu lebih banyak untuk
evakuasi

iv. Perlengkapan evakuasi pasien


a. Basket stretcher.
b. Ventilator transport. Posisi di UGD, dapat dimobilisasi ke ICU / Kamar Operasi jika diperlukan.
c. Wheel chair
d. Stretcher

v. Denah Lantai
Denah lantai berisi peta situasi setiap lantai dan jalur-jalur menuju tangga darurat. Denah
ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis di setiap lantai bangunan RSUP FATMAWATI.

c. SARANA DI DAERAH EVAKUASI


Meliputi sarana-sarana yang diperlukan untuk perawatan sementara pasien-pasien dan staf/ pengunjung
yang cedera terutama di daerah evakuasi lanjut (di luar gedung RSUP FATMAWATI), diantaranya:
a. Stop Kontak Listrik.
b. Tenda dan kelengkapannya
c. Tempat tidur pasien dan kelengkapannya
d. Tabung Oksigen dan kelengkapannya

d. PENANDA PETUGAS EVAKUASI


Pada saat dilakukan evakuasi, diperlukan penanda khusus untuk membedakan petugas evakuasi,
dengan staf RSUP FATMAWATI dan pengunjung lainnya. Penanda tersebut berupa helm putih yang
akan dikenakan oleh petugas evakuasi setiap ruangan atau lantai.

MONITORING, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

a. MONITORING
Monitoring merupakan aktivitas guna memantau seberapa jauh program pencegahan dan penanggulangan
bencana di RSUP FATMAWATI berjalan dengan efektif.

METODE
Monitoring dilakukan dengan 2 cara, yakni :

Kunjungan Lapangan/Field Survey


Process Monitoring
Di sini diawasi kesesuaian SOP dengan pelaksanaan, serta pengetahuan dan perilaku dari staff RSUP
FATMAWATI mengenai prosedur penanganan bencana.
Facility Monitoring
· Kelengkapan pemeliharaan fasilitas penanggulangan bencana
· Kondisi jalur evakuasi apakan bebas hambatan.

Monitoring Laporan / Report monitoring


Parameter / Indikator :
1. Ketersediaan tenaga ahli dalam tim penanggulangan bencana.
Tim penanggulangan bencana adalah tim yang dibentuk di rumah sakit beranggotakan orang-orang
yang sudah mempunyai sertifikat pelatiihan penanggulangan bencana.
Target yang diharapkan adalah ≥50% untuk setiap jenis bencana.

2. Penguasaan staf akan prosedur penanganan bencana


Seperangkat pertanyaan akan ditanyakan secara random oleh petugas mutu RSUP FATMAWATI,
dan penilaian dilakukan oleh koordinator penanggulangan bencana tim K3 selaku penanggung
jawab utama program penanggulangan bencana rumah sakit.
Penguasaan diharapkan di atas 75%
Judul Penguasaan Prosedur Kebakaran
Tujuan
Definisi Prosentase karyawan yang mampu menyebutkan prosedur
Operasional kebakaran sebagaimana tercantum dalam safety badge.
Sampling dilakukan terhadap 100 karyawan per bulan,
dengan sampling harian ke minimal 3 unit yang berbeda.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa Tiga Bulan
Numerator Jumlah karyawan yang disurvey yang mampu menyebutkan
prosedur kebakaran sebagaimana tercantum dalam safety
badge.
Denominator 100
Sumber Data Survey lapangan
Standar 75%
Penanggung Koordinator Penanggulangan Bencana tim K3
jawab Pengumpul
Data

3. Frekuensi simulasi penanggulangan bencana


Simulasi penaggulangan bencana adalah pelatihan yang diberikan kepada seluruh karyawan RSUP
FATMAWATI tentang prosedur penanganan kegawatdaruratan ketika terjadi bencana.
Frekuensi yang diharapkan adalah 1x/tahun untuk setiap jenis bencana.

4. Data peserta pelatihan simulasi ancaman bom


Simulasi diselenggarakan 4 kali dalam setahun dan diharapkan seluruh karyawan RSUP
FATMAWATI pernah mengikuti simulasi tersebut. Jumlah absolut karyawan yang mengikuti
pelatihan ini diharapkan minimal 150 peserta per simulasi.

5. Penguasaan staf akan prosedur BLS


Judul Prosentase Staf yg BLS certified
Tujuan
Definisi Prosentase seluruh staf yang mengelola pasien (dokter
Operasional fungsional, perawat, nurse aid, radiografer, analis lab, driver
ambulance) yang telah mengikuti pelatihan BLS internal RSUP
Fatmawati dan dibuktikan dengan sertifikasi.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa Tiga bulan
Numerator Jumlah staf yang mengelola pasien (dokter fungsional,
perawat, nurse aid, radiografer, analis lab, driver
ambulance)yang telah mengikuti pelatihan BLS internal RSUP
FATMAWATI dan dibuktikan dengan sertifikasi.
Denominator Jumlah staf yang mengelola pasien (dokter fungsional,
perawat, nurse aid, radiografer, analis lab, driver ambulance)
Sumber Data Bag.SDM & Staff Development
Standar 100%
Penanggung Bag. SDM
jawab Pengumpul
Data

b. EVALUASI
Evaluasi dilakukan terhadap :
Data hasil monitoring
Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik, kemudian dibandingkan dari bulan ke
bulan dan dari tahun ke tahun. Data dibuat trend dan dilakukan analisa setiap periode waktu tertentu. Data
dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan dari setiap indikator / parameter yang diukur.

Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari penyimpangan yang ditemukan dari proses pengumpulan
data.

Hasil process monitoring


Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, analisa juga dilakukan terhadap data subyektif hasil
pengawasan (Observasi) pelaksanaan SOP di lapangan.

c. CONTINUOUS IMPROVEMENT
Merupakan perumusan upaya-upaya perbaikan dari hasil analisis. Tujuannya adalah menyusun rencana
atau program kerja dengan tujuan untuk memperbaiki performance / mutu yang diperoleh dari proses
monitoring.
Continuous improvement selain berupa :
Penyusunan program atau rencana kerja baru.
Revisi prosedur dan kebijakan, maupun penyusunan prosedur / kebijakan baru.
Penambahan tenaga baik kuantitas (rekrutment) maupun kualitas (training).
Pengadaan peralatan-peralatan baru
Dan sebagainya

STAFF DEVELOPMENT
a. ORIENTASI UMUM KARYAWAN
Salah satu materi keselamatan (K3RS) pada setiap orientasi karyawan baru adalah hal-hal sebagai
berikut :
a. Kode-kode bencana rumah sakit
b. Prosedur penanganan bencana
c. Perlengkapan deteksi dini dan penanggulangan dini
d. Prosedur evakuasi
e. Jalur evakuasi dan assembly area.

b. PELATIHAN
f. Pelatihan eksternal untuk tim penanggulangan bencana
g. Pelatihan internal untuk semua karyawan tentang prosedur penanganan bencana.

c. SIMULASI / DRILL
Simulasi penanggulangan bencana adalah pelatihan yang diberikan kepada seluruh karyawan RSUP
Fatmawati tentang prosedur penanganan kegawatdaruratan ketika terjadi bencana, dengan
menggunakan skenario pelatihan yang mendekati kenyataan.
Simulasi penanggulangan bencana diselenggarakan sedikitnya dua kali dalam setahun dengan sasaran
seluruh karyawan, pasien dan pengunjung RSUP Fatmawati. Setiap karyawan RSUP Fatmawati
diharapkan mengikuti minimal 1x simulasi penanggulangan bencana dalam setahun.
Beberapa kebijakan dasar terkait simulasi penanganan bencana:
1. Adanya pengumuman terhadap seluruh karyawan, pasien dan pengunjung bahwa akan diadakan
simulasi penanganan bencana, sehingga tidak mengagetkan dan tidak menimbulkan kepanikan.
2. Skenario dibuat seriil mungkin sehingga mendekati kenyataan.
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A. MONITORING
Monitoring dilakukan melalui pemantauan pelaksanaan standar kewaspadaan bencana dan evakuasi di
RSUP Fatmawati. Monitoring dilaksanakan terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO), serta
monitoring terhadap sarana penunjang dalam antisipasi dan penanganan dalam pengendalian bencana.
yang dilaksanakan oleh komite k3 maupun penanggung jawab K3 dimasing-masing satuan kerja dalam
wadah regu keselamatan dimasing-masing satuan kerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-
masing. Untuk monitoring yang dilakukan oleh Komite K3 yaitu ; ronde K3 yang dilaksanakan seminggu
sekali kepada satuan kerja sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Serta safety patrol/ patroli keselamatan
yang dilaksanakan seminggu sekali pada hari yang berbeda dengan pemantauan terhadap seluruh sarana
rumah sakit secara selintas / work to survey

B. EVALUASI
Evaluasi merupakan Pencatatan dan pelaporan yaitu; pendokumentasian kegiatan dalm antisipasi
bencana secara tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K-3 RS secara
keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K-3 RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan oleh
organisasi K-3 RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di Rumah Sakit. Evalusi yang
dilaksanakan terhadap kesiapsiagaan bencana dan evakuasi dengan melakukan simulasi secara berkala
setahun satu kali.
Tujuan kegiatan simulasi bencana dan evakuasi adalah menguji kehandalan dari prosedur yang telah
disepakati serta kehandalan dan ketersediaan sarana dalam penanganan terhadap bencana di RSUP
Fatmawati.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan simulasi adalah mencatat dan melaporkan
pelaksanaan seluruh kegiatan dalam simulasi bencana.
Pencatatan dan pendokukmentasikan pelaksanaan kegiatan K-3 dilakukan setiap waktu, sesuai dengan
jadual pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak
terjadual).
Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan bencana, wajib dicatat
dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi K-3 di Rumah Sakit (KOMITE K3 RSUP
Fatmawati).
RSUP Fatmawati menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk laporan rutin/berkala, laporan
kasus/kejadian tidak terduga.
BAB V
PENUTUP

Diharapkan dengan adanya buku panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi, Pembinaan Kesehatan dan
Kesehatan Kerja (K-3) yang selama ini sudah dijalankan oleh RSUP Fatmawati melalui Komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (KOMITE K3) RSUP Fatmawati dapat ditingkatkan hasilnya.

Untuk seluruh masyarakat di RSUP Fatmawati, diharapkan standar ini dapat membantu mereka dalam
memahami masalah-masalah pengendalian bencana di RSUP Fatmawati dan dapat melakukan upaya-upaya
antisipasi terdapat akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga bila terjadi bencana.

Buku Panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi di RSUP Fatmawati ini masih memerlukan upaya
penyempurnaan, belum menggambarkan permasalahan dan cara penanggulangan secara menyeluruh terutama
berdasarkan Instalasi yang ada di Rumah Sakit dan akan di evaluasi atau revisi setiap 2 tahun sekali. Kepada
seluruh Karyawan RSUP Fatmawati diharapkan bantuan dan masukan yang berharga bagi penyempurnaan
buku panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi RSUP Fatmawati ini di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai