TENTANG
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan Di : Jakarta
Pada Tanggal : 20 Juli 2012.
Direktur Utama
Tembusan :
1. Para Direktur RSUP Fatmawati
2. Ketua Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja RSUP Fatmawati.
KATA PENGANTAR
Dengan adanya Buku Panduan Kesiapsiagaan bencana dan evakuasi RSUP Fatmawati ini,
maka diharapkan dapat menjadi media sosialisasi bagi seluruh karyawan RSUP Fatmawati
tentang tanggap darurat terhadap bencana dalam manajemen fasilitas dan keselamatan,
sehingga diharapkan dapat mengetahui tindakan apa yang dilakukan bila terjadi bencana di
RSUP Fatmawati. sehingga proses penangan dan penanggualan bila terjadi bencana dapat
berjalan baik dan lancar.
Harapan kami, semoga Buku Panduan Kesiapsiagaan Bencana dan Evakuasi RSUP
Fatmawati bisa bermanfaat bagi kita semua.
Ditetapkan di : Jakarta
Direktur Utama,
...................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan...........................................................................................
C. Ruang Lingkup ...............................................................................
D. Dasar Hukum...............................................................................
..............................................................................
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawti adalah fasilitas kesehatan umum dengan banyak
mengandung potensi atau risiko bahaya yang sifatnya tidak dapat diduga. Risiko atau
bahaya tersebut dapat bersumber dari manusia ataupun alam, internal atau eksternal yang
berpotensi menimbulkan bencana dan dapat menimpa banyak orang yang memerlukan tata
laksana khusus yang dipersiapkan, agar dapat meminimalisasi korban baik manusia, properti
dan data.Risiko atau bahaya tersebut dapat mengenai pasien, keluarga pasien, pengunjung,
pekerja, pihak ke tiga dan lingkungan. Gangguan kelangsungan operasional rumah sakit
juga dapat disebabkan oleh kegagalan sistem yang ada di rumah sakit, maupun keadaan
darurat epidemik / wabah. Untuk itulah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP
FATMAWATI) menyusun Pedoman Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit (Hospital
disaster management plan).
B. Tujuan
Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur dan proses penanggulangan
keadaan gawat darurat, wabah dan bencana yang dapat mempengaruhi rumah sakit.
Tujuan Khusus
1. Untuk menentukan tipe, probabilitas dan konsekwensi dari setiap bahaya, ancaman dan
bencana.
2. Untuk menentukan peran rumah sakit dalam keadaan gawat darurat, wabah dan
bencana.
3. Untuk menyiagakan strategi komunikasi dalam keadaan bencana.
4. Untuk menyiagakan proses dalam mengelola sumber daya selama bencana, termasuk
alternatifnya.
5. Untuk menyiagakan proses dalam mengelola aktivitas klinis selama bencana, termasuk
alternatifnya.
6. Teridentifikasinya peran dan tanggung jawab karyawan selama bencana.
7. Teridentifikasinya keperluan program pelatihan karyawan dalam penanganan bencana.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku panduan ini meliputi Organisasi, Standar Keselamatan Pasien, Sasaran
Keselamatan Pasien, Penyelenggaraan Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pelaporan
Insiden, Analisis dan solusi, serta pembinaan dan Pengawasan. diperuntukkan bagi seluruh
masyarakat rumah sakit yang terdiri dari pasien, pegawai pengunjung, dan pihak lain yang
berada di lingkungan RSUP. Fatmawati dalam hal penanggulangan dan pengendalian
bencana.
D. Dasar Hukum
2. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
5. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
6. Peraturan Pemerintaah RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
7. Permenaker No. Per/05/Men/1966 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
8. SK Meneg PU No 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Persyaratan Teknis Pengamanan
terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
9. SK Meneg PU no 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Persyaratan Teknis Manajemen
PenanggulanganKebakaran di Perkotaan.
10. Badan Standarisasi Nasional (2000) tentang pencegahan kebakaran pada bangunan
gedung 2000-2001 menyangkut sistem hidran, sprinkler otomatis dan APAR.
11. Standar Pelayanan Administratif dan Pelayanan Medis Instrumen Penilaian Akreditasi
RS Departemen Kesehatan RI Revisi Maret 2007
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/Men/1983, tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Automatik
13. KepDirJen Kimprawil No. 58/KPTS/DM/2002, tentang Petunjuk Teknis Rencana
Tindakan Gempa Pada Bangunan Gedung.
14. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tentang Bangunan Gedung.
15. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang No.28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
16. KepMeneg PU No. 10/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
17. KepMeneg PU No. 11/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
18. SNI 03-1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akases Lingkungan untuk
pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung ( Acuan “ Fire
Precautions in Buildings”, 1997, Fire safety Bureau, Singapore Civil Defence Force).
19. SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan Pemasangan Sarana Jalan Ke Keluar untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung ( acuan NFPA
1001 Life Safety Code, 1997).
20. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1678/MENKES/ PER/XII/2005 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
21. Keputusan Diektur Utama RSUP Fatmawati Nomor : HK.03.05/II.1/9256/2011 tanggal 30
Juni 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSUP Fatmawati.
22. Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati NomorHK.03.05/II.1/972/2011 tanggal 13
Juli 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja RSUP Fatmawati.
BAB II
KETENTUAN – KETENTUAN UMUM
A. Pengertian
Bencana adalah suatu keadaan gawat darurat baik medik mapun non medik, yang
memerlukan mobilisasi pekerja, dan atau pasien, keluarga pasien, pengunjung dan pihak
ke tiga, di luar prosedur rutin dan harus diatasi dalam waktu singkat sehingga jalur
pengambilan keputusan yang normal tidak dapat ditempuh.
Hazard Vulnerability assesement (HVA) adalah cara/ tolls yang dipakai untuk menganalisa
tingkat potensi bahaya (hazard) dan dampak dari hazard tersebut serta tingkat kesiapan rumah
sakit dalam penanggulangannya, baik langsung maupun tidak langsung sesuai rekomendasi
JCI.
c. Direktur Keuangan
Menetapkan kebijakan Rumah Sakit, peraturan Rumah Sakit terkait dengan pendanaan pada
pelaksanaan terkait pencegahan, mitigasi dan penanggulangan bencana.
Memantau, mengawasi dan memberikan arahan dalam pelaksanaan kendali bencana sesuai tugas dan
fungsi.
2. Kurir :
Sekuriti ( di dalam / di luar jam kerja )
Dalam kondisi sarana komunikasi yang terganggu, maka diperlukan tenaga kurir yang bertugas
menyampaikan berita dari Koordinator Lapangan Darurat Bencana, Penanggung Jawab Gedung
dan lainnya.
b. Petugas Evakuasi
· Menginstruksikan semua penghuni /pengguna untuk segera berjalan dengan cepat keluar
dari bangunan melalui tangga darurat dengan tertib.
· Memimpin pelaksanaan evakuasi kelompok-kelompok pasien yang sudah dibagi oleh
petugas / regu evakuasi gedung melalui tangga darurat /ramp menuju lantai dasar dan
berkumpul di titik kumpul aman (Assembly Point).
· Melarang penghuni menggunakan Lift.
· Menginstruksikan penghuni wanita untuk melepaskan sepatu dengan hak yang tinggi.
· Mengevaluasi jumlah pasien dan karyawan gedung yang dievakuasi bersama dengan
kelompok evakuasi gedung.
· Menyelamatkan orang yang yang pakaiannya terbakar dengan selimut tahan api dan
mengguling-gulingkan tubuhnya di atas lantai agar api cepat padam serta memberikan
pertolongan pertama.
· Menghitung jumlah karyawan gedung yang mengalami bencana/kebakaran dan membuat
laporan pelaksanaan tugas.
· Menjaga dengan ketat agar tidak ada lagi orang yang yang masuk gedung yang terbakar
sebelum ada instruksi lebih lanjut.
· Melakukan evakuasi terhadap orang sehat dengan kebutuhan khusus , wanita hamil, lanjut
usia dan orang sakit kelompok A dan B melalui tangga darurat.
· Menyelamatkan orang pingsan akibat kebakaran atau bencana lainya ditandu dan segera
memberikan pertolongan pertama.
· Memberikan peringatan kepada orang-orang untuk tidak membawa barang terlalu besar dan
berat.
· Memeriksa ruangan / kantor untuk kemungkinan masih ada orang yang tertinggal. Bila masih
ada orang yang tertinggal segera lapor kepada Penanggung Jawab Keadaan Darurat
Gedung untuk selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Keadaan Darurat.
· Menghitung jumlah korban (sakit, pingsan, meninggal, luka-luka) dalam usaha evakuasi
korban melalui tangga darurat atau tangga mobil Dinas Pemadam Kebakaran.
· Membuat laporan pelaksanaan tugas.
c. Petugas Sekuriti/Keamanan :
· Bila menerima laporan bencana/kebakaran, catat nama pelapor, hari, tanggal, jam dan lokasi
bencana / kebakaran.
· Menangani urusan keamanan dalam gedung maupun lingkungannya saat keadaan darurat
berlangsung.
· Melaksanakan pengawasan area dan pengamanan guna mencegah orang yang
· dicurigai akan memanfaatkan kesempatan untuk melakukan kejahatan.
· Menangkap orang yang jelas-jelas melakukan kejahatan sesuai prosedur seperti diborgol,
diturunkan melalui tangga darurat, membawanya ke pos sekuriti dan diserahkan pada pihak
kepolisian.
· Bersama Petugas Evakuasi memeriksa ruangan dan memastikan benar bahwa semua orang
telah keluar dengan aman dan mengunci pintu. Tim ini adalah tim terakhir yang
meninggalkan lantai.
· Satu orang sekuriti bertugas menjaga dalam penggunaan lift kebakaran yang dipergunakan
petugas pemadam kebakaran serta membantu evakuasi orang sakit, cidera, meninggal dll.
4. Petugas Pembersih.
Cleaning Service (dipimpin ISP).
· Membersihkan area dari genangan air akibat pecahan sprinkler, tumpahan cairan, dan bekas-
bekas pemadaman.
· Membantu dalam upaya pencarian lokasi bom, dalam kaitan adanya ancaman bom dan sebagai
pelacak dalam pencarian orang/korban, barang dsb.
5. Petugas Parkir.
Petugas parkir ( dipimpin Bag Umum).
· Mengatur arus mobil masuk dan keluar termasuk mobil unit pemadam.
· Bekerja sama dengan kepolisian dan sekuriti untuk mengatur perparkiran pada saat yang
diperlukan
2.4.5. KOORDINATOR TEKNIK KEADAAN DARURAT BENCANA.
Ka IPSRS (dalam jam kerja) / petugas storing ( di luar jam kerja )
Memastikan semua prosedur penanggulangan keadaan darurat ini dipatuhi dan dilaksanakan oleh
setiap personil di dalam koordinasinya.
Memastikan berfungsinya dengan baik dan terpeliharanya alat deteksi bencana (alarm), sarana
komunikasi bencana, sarana penyelamatan dan keselamatan.
Melaporkan status pelaksanaan tanggap darurat sesuai tanggungjawabnya kepada Kepala
Keadaan Darurat Bencana .
Kepala IPSRS berkewajiban membuat evaluasi pasca bencana/ kebakaran untuk mengetahui
sebab-sebab bencana/ kebakaran bersama dengan Tim Balakar. Bersama satuan kerja yang
terkait melakukan inventarisasi kerusakan dan kerugian yang dialami dan estimasi biaya dan waktu
untuk perbaikan.
Melakukan monitoring dan evaluasi secara teratur dan seksama sarana listrik, air, gas medis,
sarana proteksi kebakaran, sarana komunikasi bencana serta sarana keselamatan dan
penyelamatan bencana.
4. Operator Lift .
Petugas Operator lift IPSRS terlatih / Dinas Pemadam)
· Lift service (lift barang) akan dioperasikan sebagai lift kebakaran (bila memungkinkan)
untuk petugas pemadam kebakaran dan sekuriti dalam menolong korban.
· Memantau dan menjaga agar fungsi lift terutama lift kebakaran harus dapat berfungsi dengan
baik.
· Bila terjadi bencana kebakaran, menurunkan semua lift penumpang ke lanti dasar.
· Pada saat terjadi kebakaran, hanya dalam kondisi sangat perlu dan bila memungkinkan,
dapat mengoperasikan Lift kebakaran.
· Kualifikasi : Pernah mengikuti Pelatihan Operator Lift, BLS, Penanggulangan Bencana
Kebakaran dan Evakuasi.
6. Petugas Dapur.
Penyelia Unit Produksi ( Jam Kerja) / Penanggung Jawab Gizi (Di luar Jam Kerja)
· Mengamankan instalasi gas masak (LPG).
· Kualifikasi : Pernah mengikuti Pelatihan BLS, Penanggulangan Bencana Kebakaran dan
Evakuasi.
1. Kelompok Dokter.
Dipimpin oleh Wa Ka IGD Bid Yan Med ( dalam jam kerja) dan Dokter Jaga II Area Kuning
IGD ( di luar jam kerja)
· Terdiri dari kelompok Dokter Umum dan kelompok dokter spesialis : Bedah Umum, Bedah
Digestif, Bedah Ortopedi, Bedah Syaraf, Penyakit Dalam, Anak, Anestesi, Spesialis Syaraf dan
lain-lain yang siaga di IGD dan siap memberikan pelayanan atau didistribusikan sesuai dengan
kebutuhan / jenis bencana.
· Bertugas dalam pelayanan medis, penunjang medis.
2. Kelompok Perawat.
Dipimpin oleh Wa Ka IGD Bid Keperawatan ( dalam jam kerja) dan Duty Nurse II ( di luar
jam kerja).
· Terdiri dari kelompok Perawat terampil bedah, anestesi, kegawat daruratan dan perawat umum.
3. Petugas Ambulans.
Penyelia Ambulans ( Jam Kerja ) / Ka Tim Perawat ( Di luar Jam Kerja ).
· Terdiri dari Ambulans yang lengkap dengan pengemudi , obat-obatan dan peralatan pendukung
kegawat daruratan dan evakuasi
· Bertugas di Titik Kumpul Aman ( Assembly point), area Evakuasi awal dan Area Evakuasi
Lanjutan.
· Memberikan pertolongan kegawatdaruratan sesuai kompetensi dan prosedur.
· Melakukan evakuasi pasien/korban dari assembly point ke Area Evakuasi awal atau lanjutan,
atau ke RS rujukan (bila diperlukan).
k.Duty Manager :
Bertugas sebagai Koordinator Lapangan Darurat Bencana dan Koordinator Logistik (di luar jam
kerja).
Segera menuju lokasi setelah mendapat laporan bencana/kebakaran.
Segera menganalisa jenis bencana, menentukan tingkat kegawatan bencana dan segera
menyatakan pemberlakuan KEADAAN BENCANA sesuai kode komunikasi bencana.
Segera melaporkan kepada Direksi tentang detail kejadian bencana/kebakaran.
Berkoordinasi dengan koordinator informasi dan komunikasi. (Operator telepon).
Berkoordinasi dengan koordinator Keselamatan, keamanan dan pemantauan dalam kegiatan
pemadaman, pengamanan, evakuasi dll. ( Duty Nurse I )
Berkoordinasi dengan koordinator logistik . ( Duty Nurse II ).
Berkoordinasi dengan koordinator teknik / IPSRS / Storing.
Beroordinasi dengan koordinator medis / dokter jaga I Area Kuning
Berkoordinasi dengan pihak luar ( dinas pemadam, kepolisian, TNI, Rumah sakit terdekat, dll
sesuai arahan Direktur Keadaan Darurat Bencana Rumah Sakit).
l. Duty Nurse I
Bertugas sebagai Koordinator Keselamatan, keamanan dan pemantauan (di luar jamkerja) dalam
kegiatan pemadaman, pengamanan, evakuasi dll.
Segera ke lokasi setelah mendapat berita ada bencana/ kebakaran.
Berkoordinasi dengan mempersiapkan Evakuasi setelah mendapat perintah evakuasi dari
komandan bencana/kebakaran.
Membantu proses evakuasi, menghitung jumlah pasien lokasi kebakaran dan yang sampai
tempat di evakuasi.
m. Duty Nurse II
Bertugas sebagai ketua kelompok Perawat (di luar jam kerja) dalam koordinasi Koordinator
Medik.
Segera ke lokasi bencana atau IGD setelah mendapat informasi bencana.
Berkoordinasi dan menyiapkan tenaga perawat Rumah sakit atau siswa perawat (Akper) untuk
didistribusikan dalam membantu upaya evakuasi dalam gedung, ambulans, serta pertolongan di
Titik Kumpul Aman, Area evakuasi awal, Area evakuasi lanjutan dll.
n. Operator Telepon:
Bertugas sebagai koordinator informasi dan komunikasi ( di luar jam kerja).
Membatasi lalulintas telepon dari luar dan ke lokasi bencana/ kebakaran, Pos Satpam, kecuali
yang berhubungan dengan upaya penanggulangan bencana/ pemadaman kebakaran.
Membantu Tim Balakar dalam komunikasi dengan pihak terkait dalam upaya penanggulangan
bencana/ pemadaman kebakaran.
Mengumumkan melalui paging system dan car call kode yang disepakati sesuai dengan manual/
prosedur yang berlaku.
o. Petugas Storing.
Bertugas sebagai koordinator Teknik dan petugas Storing ( di luar jam kerja)
Membuat dan menyerahkan kopi/salinan daftar piket petugas Storing, petugas Boiler, petugas Ac
kepada Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Ketua K3, Duty Manager setiap akhir bulan
untuk bulan berikutnya.
Petugas Storing dibagi dua, Petugas Storing I berada di lokasi kebakaran untuk segera
melakukan langkah-langkah pengamanan sesuai prosedur ( Pengecekan alarm yang aktif,
pemutusan aliran listrik, HVAC, aktifasi pressurized fan) dan Petugas Storing II bersiaga untuk
pembangkitan generator secara manual bila tidak bisa operasi otomatis, dan pembangkitan
generator hydrant bila system otomatis tidak bekerja.
Kepala IPSRS berkewajiban membuat evaluasi pasca bencana/ kebakaran untuk mengetahui
sebab-sebab bencana/ kebakaran bersama dengan Tim Balakar. Bersama satuan kerja yang
terkait melakukan inventarisasi kerusakan dan kerugian yang dialami dan estimasi biaya dan
waktu untuk perbaikan.
Melakukan monitoring dan evaluasi secara teratur dan seksama sarana listrik, air, gas medis,
sarana proteksi kebakaran, sarana komunikasi bencana serta sarana keselamatan dan
penyelamatan bencana.
p. Regu Keselamatan:
Regu Keselamatan yang telah dibentuk akan sangat membantu dalam antisipasi dan
penanggulangan bencana di masing-masing Satuan kerja di RSUP Fatmawati.
Regu Keselamatan bertugas sebagai REGU KESELAMATAN LANTAI, dan bila digabung menjadi
REGU KESELAMATAN GEDUNG yang dipimpin oleh Penanggung Jawab Gedung.
Seluruh karyawan
· Mematuhi peraturan dan ketetapan Rumah Sakit terkait pencegahan dan penanggulangan
bencana.
· M enjaga sarana prasarana di lingkungan Rumah Sakit dan melakukan aktifitas kerja yang
aman dan selamat serta menjaga kebersihan lingkungan.
· Melakukan tugas sesuai yang diinstruksikan terutama yang terkait dengan pengamanan
bencana.
· Melaporkan setiap adanya insiden dan potensial bahaya di area kerja dan area lainnya
yang ditemuinya.
BAB III
PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI
( BISA DIJADIKAN BAHAN MATERI PANDUAN IDENTIFIKASI BAHAYA BENCANA & RISIKO
KECELAKAAN KERJA RS )
3. HASIL HVA
Sesuai dengan pertimbangan dalam menentukan prioritas, maka beberapa jenis bencana/ keadaan
darurat No. 1 (Kegagalan Genset) sampai dengan No. 19 (Pencurian) akan dicantumkan ke dalam
Pedoman Penanggulangan Bencana/ Keadaan Darurat Rumah Sakit ini. Kecuali beberapa jenis bencana/
keadaan darurat dibawah ini, dicantumkan dalam pedoman yang terpisah:
· Kebakaran (internal, external dan kegagalan alarm) di Pedoman Penanggulangan Kebakaran.
· Penculikan Pasien Bayi/Anak di Pedoman Satuan Pengamanan.
· Huru-hara Perorangan/ kelompok di Pedoman Satuan Pengamanan
· Pencurian di Pedoman Satuan Pengamanan
· Ancaman Bom di Pedoman Satuan Pengamanan
· Penculikan Bayi/anak dalam pedoman Satuan Pengamanan
· F-1 Fatmawati – 1 di Pedoman Pelayanan Medik.
· Epidemik / KLB dalam pedoman dari KPPI.
· Kegagalan Genset, Kegagalan Suplai Listrik, Kegagalan HV/AC, Kegagalan Suplai Air akan di bahas
dalam Pedoman dari Utility / IPSRS
1. DEFINISI
Bencana adalah suatu keadaan gawat darurat baik medik mapun non medik, yang memerlukan mobilisasi
pekerja, dan atau pasien, keluarga pasien, pengunjung dan pihak ke tiga, di luar prosedur rutin dan harus
diatasi dalam waktu singkat sehingga jalur pengambilan keputusan yang normal tidak dapat ditempuh.
Keadaan darurat adalah kondisi di mana terjadi situasi yang berpotensi mengganggu pelayanan terhadap
pasien maupun membahayakan pasien , keluarga pasien, pekerja, pihak ke tiga dan pengunjung, yang
memerlukan antisipasi dan penanganan yang cepat.
b. JENIS BENCANA
Rumah sakit telah mengidentifikasi jenis-jenis bencana dan untuk masing-masing bencana diberikan kode
guna mencegah timbulnya kepanikan dan memudahkan komunikasi antar petugas terkait dengan
penanggulangan bencana.
Adapun bencana yang diidentifikasi oleh pimpinan rumah sakit meliputi :
· Kebakaran (fire) - KODE MERAH
· Gempa Bumi (earthequake) - KODE HIJAU - 1
· Ancaman Bom (bomb threat) - KODE KUNING
· Jumlah pasien IGD melebihi kapasitas penanganan (over capacity ) - KODE HITAM 1 & 2
· Epidemik/ wabah - KODE PUTIH
· Kejadian Henti Jantung dan Kegawatdaruratan medik lain - KODE F -1
· Pencurian - KODE COKLAT
· Ancaman huru-hara, keributan - KODE UNGU
· Tumpahan / Kebocoran B3 - KODE ORANYE
· Penculikan Bayi/Anak - KODE PINK
· Kode Evakuasi - KODE HIJAU - 2
· Puting Beliung - KODE HIJAU – 3
F. Kejadian Henti Jantung & Kegawat daruratan medik lain (Kode F – 1/ Fatmawati - one)
Pemberitahuan adanya seseorang dalam kondisi henti nafas/Jantung yang memerlukan tindakan
resusitasi jantung-paru (RJP). Dibahas lebih lanjut dalam prosedur F-1.
c. KEADAAN DARURAT
Sesuai dengan hasil HVA, maka yang termasuk dalam keadaan darurat di rumah sakit yang memerlukan
perhatian khusus meliputi :
1. Kegagalan sistem suplai listrik cadangan (emergency power), termasuk di antaranya Genset dan UPS. /
emergecy power failur
2. Kerusakan sistem HVAC (Heating, Ventilation & Air Conditioning) / HVAC failure
3. Kerusakan sistem pompa & suplai air bersih / pump & clean water disruption
4. Kegagalan sistem gas medik (Oksigen & Vaccum) / medical gas failure
5. Kegagalan Sistem Informasi / Information system
failure d. PENYAKIT KHUSUS
Sesuai dengan hasil HVA, penyakit-penyakit yang memerlukan penanganan khusus di rumah sakit
meliputi:
1. Avian Flu
2. Swine Flu
3. SARS. dll
e. KOMUNIKASI DARURAT
Komunikasi darurat adalah kunci utama dalam cara penyampaian berita darurat secara cepat dan tepat.
Kerjasama Tim tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya sistem dan sarana komunikasi
darurat.
Sarana komunikasi darurat yang diperlukan adalah:
1. Panggilan terbatas
Panggilan yang ditujukan kepada personil organisasi penanggulangan bencana saja, dengan
cara: Telepon
Panggilan melalui telepon yang terpasang di tempat petugas yang termasuk dalam organisasi
penanggulangan bencana.
Handy talki
Panggilan dari pesawat handy talki (HT) pada frekuensi tertentu.
2. Panggilan umum
Pemberian informasi darurat ke semua penghuni bangunan baik di dalam gedung maupun di luar
gedung dengan menggunakan sistem alarm. Informasi darurat tersebut berupa Tanda Bahaya dan diikuti
dengan Pemberitahuan tentang kondisi darurat kepada semua penghuni yang dapat dibagi dalam:
Komunikasi dalam gedung dimana suara akan terdengar ke seluruh bagian dalam bangunan ( paging
system).
Komunikasi di luar gedung seperti car call, dimana semua penghuni yang berada di luar gedung akan
bisa mendengar informasi keadaan darurat.
Isi berita harus disampaikan oleh operator dengan tenang dan jelas.
Agar baku maka perlu ada teks informasi atau pengumumam keadaan darurat yang dibuat secara
tertulis yang dapat dibaca operator melalui sarana komunikasi dalam gedung (paging system) atau
luar gedung / car call.
Contoh :
TEKS 1 : Saat alarm aktif
Pengertian :
Sinyal alarm aktif adalah sinyal alarm bekerja berupa suara bel atau nyala lampu karena adanya
indikasi adanya asap / panas atau karena gangguan instalasi alarm.
Pengertian :
Sinyal alarm palsu adalah sinyal alarm bekerja berupa suara bel atau nyala lampu karena adanya
gangguan teknis, bukan karena adanya kondisi darurat.
Evakuasi adalah pemindahan penghuni gedung dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman.
Pengertian :
Kegiatan uji fungsi adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengujian alarm, sehinga alarm aktif tetapi
bukan karena keadaan darurat.
Pengertian :
Uji fungsi alarm selesai adalah selesainya pelaksanaan pengujian fungsi alarm.
Jakarta adalah kota yang berada di dalam cincin api yaitu berada di kepulauan dalam rangkaian gunung
berapi yang memiliki resiko gempa bumi yang cukup tinggi. Dikarenakan RSUP FATMAWATI terdiri dari
gedung-gedung bertingkat, maka kondisi tersebut meningkatkan resiko bahaya jika terjadi kejadian gempa
bumi.
Prosedur Gempa Bumi (KODE HIJAU-1) adalah prosedur yang diberlakukan dalam penanggulangan
gempa bumi dengan atau tanpa adanya korban dan kerusakan. Bila memerlukan tindakan evakuasi maka
berlaku prosedur evakuasi (KODE HIJAU – 2).
D. Koordinator Logistik.
Melakukan kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain menyediakan obat dan bahan/alat
habis pakai, logistik Gizi, Logistik umum dll sesuai keperluan.
E. Koordinator Teknik
Petugas teknik segera melakukan kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain segera:
· Melakukan pemeriksaan dan perbaikan serta pengamanan sarana yang berbahaya misalkan kabel
listrik, instalasi air, boiler dll.
· Mengamankan instalasi gas medik yang mudah terbakar dan meledak. Mengecek ulang fungsi
instalasi gas medik sebelum proses pengembalian pasien ke ruangan masing-masing pasca
evakuasi.
· Memeriksa keamanan instalasi gas masak.
F. Koordinator Medis
Melakukan kegiatan pertolongan pelayanan medis terhadap korban-korban akibat gempa.
B. PENANGANAN LANJUT
· Setelah gempa betul-betul berhenti, Komandan siaga yaitu KOORDINATOR LAPANGAN
DARURAT BENCANA (pada jam kerja) atau DUTY MANAGER (di luar jam kerja) akan meminta
operator untuk mengumumkan terjadinya KODE HIJAU - 1 melalui paging/Car call. Termasuk
didalamnya himbauan untuk tetap berada di tempat sampai aman untuk pergi keluar.
· Ka Sub Komite Keselamatan Kerja / Duty Nurse I sementara dapat bertindak sebagai Koordinator
Lapangan Darurat Bencana sampai Koordinator Lapangan Darurat Bencana/Duty Manager tiba.
· Tim penanggulangan bencana sementara dapat berkumpul di UGD atau di tempat aman lain jika
UGD mengalami kerusakan akibat gempa.
· Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Duty Manager menerima laporan dari Ka Satker/ PJ Area
/ Ka Tim tentang adanya kerusakan atau korban akibat gempa atau dari anggota tim lainnya.
· Berdasarkan laporan-laporan tersebut, Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Duty Manager
memeriksa lokasi dan memutuskan perlu tidaknya evakuasi pasien, pengunjung dan staf rumah
sakit (prosedur evakuasi akan dibahas pada bab khusus).
· Koordinator Lapangan Darurat Bencana / Ketua Komite K 3 (di dalam jam kerja) atau Duty
Manager melapor kepada Pimpinan Darurat Bencana / Direksi RSUP FATMAWATI tentang
terjadinya gempa.
d. Koordinator Logistik.
Memimpin koordinasi kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain menyediakan obat dan
bahan/alat habis pakai, logistik Gizi, Logistik umum dll sesuai keperluan.
e. Koordinator Teknik
Petugas teknik segera melakukan kegiatan sesuai bidang masing-masing, antara lain segera:
· Melakukan pemeriksaan dan perbaikan serta pengamanan sarana yang berbahaya misalkan kabel
listrik, instalasi air, boiler dll.
· Mengamankan instalasi gas medik yang mudah terbakar dan meledak. Mengecek ulang fungsi
instalasi gas medik sebelum proses pengembalian pasien ke ruangan masing-masing pasca
evakuasi.
· Memeriksa keamanan instalasi gas masak.
f. Koordinator Medis
Koordinator medis dan bagian-bagiannya (Petugas Kelompok Dokter, Petugas Kelompok Perawat,
Petugas Area Evakuasi Awal, Petugas Area Evakuasi Lanjutan, Petugas Ambulans, Petugas
Evakuasi KLB, Petugas Forensik dan Kamar Jenazah) segera merespon dengan melakukan kegiatan
pertolongan pelayanan medis terhadap korban-korban akibat gempa.
* UGD : Untuk pasien yang memerlukan tindakan medis dan support peralatan medis
· Area Merah: Ruang Resusitasi (merah) dan ruang akut (kuning) diprioritaskan untuk pasien
ICU/NICU/ PICU/ ICCU.
· Kuning :
o Ruang tindakan bedah: untuk melanjutkan operasi emergency bagi pasien yang tidak bisa di
transfer ke RS lain.
o Ruang tunggu pasien IGD/ICCU : untuk pasien / pengunjung / karyawan yang cedera selama
proses evakuasi.
· Area Hijau : Koridor depan IW, Cath Lab.
· Area Hitam : Kamar Jenazah IFPJ.
Jika bahaya bencana meluas , dapat dipergunakan Assembly point terdekat dari Assembly Point
semula ( bila memungkinkan)
Di masing-masing daerah evakuasi diatur tempat berkumpul pasien dan keluarga berdasarkan
lantai asal pasien.
Di daerah tujuan evakuasi tersebut, dilakukan penghitungan jumlah pasien oleh tim.
Klasifikasi pasien dilakukan oleh perawat ruang rawat inap untuk setiap pasien (baru dan lama), dan ditulis
dalam daftar pasien. Klasifikasi pasien dilakukan tiap 24 jam, terutama peralihan dari shift pagi ke shift
siang.
Aktifasi Kode Hijau 2 / Perintah evakuasi datang dari Pejabat Berwenang yaitu: Koordinator Lapangan
Keadaan Bencana / Duty Manager / Koordinator Keselamatan, Keamanan dan Pemantauan dll.
Daerah yang belum mendapatkan perintah evakuasi tetap menjalankan aktivitas seperti biasa dengan
tingkat kesiagaan tinggi.
Selama proses penanggulangan bencana dan evakuasi dilakukan, tim tetap berkoordinasi dengan
pihak dinas atau instansi terkait seperti dinas kebakaran, kepolisian dan dinas kesehatan dan lain-lain.
a. Kepala Keadaan Darurat Bencana / Duty Manager memegang data pasien Rawat Inap dan
karyawan (dari IRMIK & Satker) segera setelah mengumumkan evakuasi.
b. Masing masing unit diberi prioritas menggunakan tangga darurat, di mana pengaturan ditentukan
oleh ketua tim.
· Khusus tindakan operasi, diprioritaskan untuk pasien durante operasi diupayakan untuk dalam
kondisi siap ditransport (misal, luka ditutup dulu, dsb). Kamar operasi mendapat giliran terakhir
untuk evakuasi dan mendapat perlindungan maksimal dari segenap sumber daya.
· Evakuasi pasien poliklinik IRJ di lantai 2 dan 3 beroperasi, petugas di lantai 2 mengevakuasi
pengunjung di lantai 2 melalui tangga terdekat (bila tanggatersebut memungkinkan) dan langsung
menuju ke lantai dasar dan keluar ke titik kumpul aman . Petugas di lantai 3 mengevakuasi
pengunjung di lantai 3 melalui tangga utama (bila memungkinkan ) menuju lantai 2 dan kemudian
ke lobby.
· Evakuasi rawat jalan dipimpin Regu Evakuasi dari Regu Keselamatan/ Tim Evakuasi sekuriti
dengan ratio maksimal 1 orang petugas untuk 30 orang.
· Lantai lain yang dapat menggunakan tangga darurat sesuai instruksi tim.
c. Evakuasi dapat dilakukan secara horizontal ( ke lantai sebelah – satu tingkat ), dapat juga
dilakukan vertikal / turun ke lantai dasar menuju Assembly Point.
d. Koordinator evakuasi masing-masing lantai adalah Regu Evakuasi dari Regu Keselamatan dan Tim
Evakuasi dari Sekuriti, atau jika tidak ada, perawat paling senior yang berdinas, atau yang ditunjuk
oleh ketua tim.
f. Setelah pasien semua terangkut, rekam medis diselamatkan sebisanya (oleh Petugas Evakuasi
barang).
g. Prioritas berikut adalah alat medis yang bisa di bawa dengan tangan (hand carry) seperti monitor,
defibrillator, pulse oxymetri, infusion pump, syringe pump, guna melanjutkan proses perawatan di
tempat evakuasi.
h. Di IGD, tim menilai kapasitas tempat evakuasi, dan menghubungi bantuan RS lain untuk mengirim
ambulans guna mentransfer pasien ke RS lain, terutama pasien-pasien kritis, durante operasi, dan
pasien kelas E.
i. Koordinator Medis melakukan set up pelayanan medis di tempat evakuasi. Penilaian ulang kondisi
setiap pasien rawat inap dilakukan mulai dari pasien kelas E ke bawah.
j. Koordinator Logistik menyiapkan tempat evakuasi di luar RS bekerja sama dengan pihak keamanan.
Jalur ambulans diamankan oleh Petugas Keamanan, bekerja sama dengan pihak yang berwajib.
D. OVER CAPACITY/ KODE HITAM
a. BATASAN
Merupakan suatu kode dari Instalasi Gawat Darurat bahwa jumlah pasien yang datang melebihi kapasitas
Unit Gawat Darurat baik dari segi perlengkapan maupun dari segi ketenagaan. Keputusan untuk
mengaktifkan Kode HITAM merupakan kewenangan mutlak dari dokter IGD yang sedang bertugas setelah
dokter IGD menilai kemampuan dari tim IGD yang pada saat itu sedang bertugas.
b. PERLENGKAPAN
1. Rompi Komando sebanyak 1 buah.
2. Rompi Triage sebanyak 3 buah.
3. Kartu Triage, dilengkapi 4 warna triage (hitam-merah-kuning-hijau), nomor rekam medis sementara dan
tali gantung.
Seluruh pasien yang tiba di rumah sakit, dilakukan proses triase. Proses triase ini tergantung kebutuhannya,
dapat dilakukan di IGD ataupun di pintu masuk rumah sakit. Prinsip triase pada saat bencana adalah
menyelamatkan sebanyak mungkin pasien yang tiba di rumah sakit. Proses triase bencana berlangsung
tidak lebih dari 1 menit untuk setiap pasien. Pasien yang telah menjalani proses triase diberikan kartu
berwarna tergantung dari pengelompokannya.
Pengelompokan pasien berdasarkan dari hasil triase di dapatkan :
Pasien hijau di kumpulkan di lobby depan IGD, apabila tidak mencukupi, maka dapat diperluas hingga ke
ruang tunggu pasien IGD.
Pasien kuning langsung di masukkan ke dalam ruang IGD untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dan
mendapatkan prioritas utama dalam penanganan
Pasien merah langsung di arahkan ke dalam ruang resusitasi dan dilakukan pembebasan jalan napas dan
selanjutnya sesuai prosedur, bila kemungkinan tertolong sangat kecil pasien dapat di tinggalkan. Lakukan
prioritas pertolongan pada pasien dengan harapan hidup lebih besar. Apabila ruang resusitasi penuh,
pasien dapat di bawa ke ruang pemeriksaan medical.
Pasien label hitam langsung di bawa ke ruang mortuari / ruang jenazah
Di setiap kartu pasien ada nomor yang berfungsi sebagai nomor rekam medik pasien sementara sampai
pasien dapat didaftarkan secara layak.
E. EPIDEMIK/ KODE PUTIH
1. BATASAN
Epidemik dalam pengertian bencana adalah terjadinya suatu kejadian luar biasa yang merupakan
ancaman terhadap kondisi kesehatan staf rumah sakit, pasien maupun pengunjung.
Kejadian luar biasa yang dimaksud adalah terjadinya penyakit, yang karena secara alamiah berpotensi
untuk dapat mengganggu operasional rumah sakit akibat banyaknya karyawan yang terpaksa tidak
bekerja karena sakit.
Penyakit yang memenuhi kriteria untuk dinyatakan epidemik / Kode Putih adalah :
1. Memiliki jalur transmisi lewat udara (air-borne)
2. Penularan yang mudah, serta onset yang cepat.
3. Gejala sedang sampai berat di mana tidak memungkinkan penderitanya bekerja dengan normal, atau
sampai berresiko fatal.
b. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya wabah guna
menghindari jatuhnya korban jiwa. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat wabah sudah
mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
2. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor
3. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
4. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung
tugas kebencanaan.
5. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
6. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/saranaperalatan)
c. Peringatan Dini
1. Pengamatan gejala wabah
Adalah mengamati adanya perubahan incidence rate dari waktu ke waktu guna mendeteksi
lonjatan insidens diluar kebiasaan yang secara statistik bermakna. Cara yang dilakukan
harus dengan mengumpulkan data secara terus menerus.
2. Analisa hasil pengamatan gejala wabah
Penyelidikan wabah yang mencurigakan dapat menjadi sangat kompleks, sehingga
membutuhkan bantuan dari ahli epidemiologi dan orang yang berpengalaman menangani
pencegahan infeksi dari Badan Nasional maupun internasional (P2M,CDC).
Bila terjadi penularan, identifikasi masalah dilakukan dengan cara yang mudah dan tidak
boleh dengan asumsi, tapi konfimasi diagnosis yang tepat, cari kasus tambahan dan
tetapkan apakah peningkatannya signifikan sebelum menyimpulkan wabah / KLB.
Pembiakan negatif tidak dapat disimpulkan bahwa wabah tidak terjadi, karena pembiakan
negatif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti misal ; penanganan spesimen yang
salah,teknik pembiakan yang buruk,atau penggunaan reagen yang salah dan kesalahan
dalam pengumpulan spesimen yang tepat.
3. Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
Pengambilan keputusan kecurigaan kejadian luar biasa intra rumah sakit adalah ketua
KPPI, dan dalam menjalankan tugasnya, ketua KPPI bertanggung jawab langsung kepada
direktur.
4. Penyebaran informasi kepihak yang terkait
Penyebaran informasi ini ditujukan untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti
departemen kesehatan, dinas kesehatan dll.
1. Mendefinisikan terjadinya kejadian luar biasa, apakah itu tingkat rumah sakit, regional,
nasional, atau global.
2. Jika kejadian luar biasa sifatnya terlokalisir rumah sakit, maka kebijakan disusun sesuai
dengan hasil meeting tim KPPI dan komite medik serta manajemen pada saat itu.
3. Pimpinan investigasi kecurigaan kejadian luar biasa intra rumah sakit adalah ketua KPPI, dan
dalam menjalankan tugasnya, ketua KPPI bertanggung jawab langsung kepada direktur.
4. Hasil investigasi KPPI membuahkan rekomendasi, yang akan dibawa oleh direktur dalam
rapat manajemen untuk ditindak lanjuti.
5. Untuk kejadian luar biasa yang tingkatnya regional, nasional ataupun global, mengikuti
langkah 6 – 12 berikut.
6. Mengadopsi status epidemik kasus ke dinas kesehatan baik kota / propinsi, departemen
kesehatan, ataupun institusi kesehatan global seperti WHO.
7. Mencari protokol deteksi kasus yang telah disepakati, baik untuk kasus suspect, probable,
ataupun confirmed.
8. Menyusun SOP deteksi dan penanganan sesuai dengan protokol yang berlaku secara
regional, nasional ataupun global.
9. Melakukan pengadaan logistik terkait dengan protokol tersebut.
10. Melakukan sosialisasi kepada staf dan pengunjung (public awareness) terhadap protokol
yang dimiliki.
11. Melakukan pemantauan / monitoring terhadap status epidemi kasus tersebut sesuai tingkat
epidemik yang ada.
12. Menyesuaikan kebijakan RSUP Fatmawati dengan kebijakan yang berlaku regional, nasional
ataupun global.
1. Gelas Penduga Pecah, packing Valve ( Man Hole, Hand Hole, Safety Valve,Venting Valve,
Blowdown,:
Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
a) Menekan Stop Emergency untuk boiler yang mengalami Kegagalan system
b) Menutup Ball Valve.
c) Menutup Valve supply di Header untuk boiler yang mengalami Kegagalan
d) Bila ada masih bertekanan, buang tekanan lewat saluran pembuangan Uap atau Venting.
e) Matikan Power panel boiler yang mengalami kegagalan system
f) Operasikan ke Boiler Cadangan
g) Perbaikan untuk system Boiler yang mengalami Kegagalan system
Bila terjadi gangguan pada system Steam dan Air panas, pipa bocor, gate valve bocor untuk segera
melapor kepada :
Tujuan prosedur ini untuk menjelaskan secara singkat langkah-langkah yang harus dilakukan bilamana
terjadi gangguan suplai listrik dari PLN dimana power supply pada gedung tidak terganggu.
4. Gangguan pada system SDP ( Sub Distribusi Panel ) petugas dinas akan melaksanakan:
a. Mengecek Peralatan yang terpasang
b. Mengecek Line power yang terganggu
c. Melapor kepada KaIPSRS
d. Mencari Alternatif untuk memback-up power yang bermasalah jika diperlukan
e. Memperbaiki, mengganti Line power/ peralatan yang bermasalah
5. Gangguan pada System Pada Panel Power ( PP ) dan Panel Lampu ( LP ) petugas dinas akan
melaksanakan:
a. Mengecek Peralatan yang terpasang
b. Mengecek Line power yang terganggu
c. Memperbaiki, mengganti Line power/ peralatan yang bermasalah
Bila terjadi gangguan pada system listrik untuk segera melapor kepada :
No Menghubungi Ext Keterangan
1 Ka IPSRS 1598 Jam 800-1600
2 Supervisor Perawatan 1450 Jam 800-1600
Gedung
3 Storing 3086 24 jam
4 Petugas RSF (Setu) *8344 (081384419685 Setiap waktu
c. GANGGUAN PADA SISTEM LISTRIK CADANGAN (EMERGENCY POWER)
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menjelaskan secara singkat langkah-langkah yang harus
dilakukan bilamana terjadi kegagalan/ gangguan pada sistem listrik cadangan (emergency power)
1. Gangguan pada listrik PLN baik itu internal/external petugas dinas akan melaksanakan:
a. Memeriksa panel di Panel PUTR ( Panel Utama Tegangan Rendah )
b. Memeriksa Panel Tegangan Menengah
c. Memeriksa di Gardu
d. Bila gangguan ini berlangsung Genset akan beroperasi secara auto
e. Melapor ke dinas gangguan PLN
f. Monitoring system
4. Gangguan pada UPS ( Uninterruptible Power System ) petugas dinas akan melaksanakan:
a. Mengalihkan system / Bypass ke listrik PLN
b. Memeriksa / trouble setting system UPS
c. Melapor kepada Manager Maintenance dan supervisor M/E
d. Memperbaiki UPS yang mengalami gangguan
Bila terjadi gangguan pada system Listrik untuk segera melapor kepada :
No Menghubungi Ext/Tlp Keterangan
1 Ka. IPSRS 1598 Jam 800-1600
2 Supervisor M/E 1450 Jam 800-1600
3 Storing 3086 24 jam
7 Dinas Gangguan PLN PLN Bona (021-7660309) Setiap Waktu
Call Center ; 123
1. AC sentral VRV
A. Kebocoran /kerusakan /error pada salah satu condensing unit:
a. Menutup valve/katup
b. Mematikan unit tersebut
c. Mengalihkan ke condensing cadangan
d. Memperbaiki kerusakan jika memungkinkan
e. Melaporkan kepada Ka IPSRS/Supervisor IPSRS
f. Mengajukan penggantian unit/ komponen yang mengalami kerusakan
g. Menghubungi vendor AC
2. AC single split
A. Kerusakan salah satu komponen
a. Analisa kerusakan
b. Ganti komponen yang rusak
c. Pasang back-up dan lapor ke Ka IPSRS/Supervisor IPSRS
d. Pemesanan unit
B. AC mati total
a. Matikan AC
b. Pasang back-up dan lapor ke KaIPSRS/Supervisor IPSRS
c. Pemasanan unit
Bila terjadi gangguan pada system HVAC untuk segera melapor kepada :
No Menghubungi Ext/Tlp Keterangan
1 Ka IPSRS 1598 Jam 800-1600
2 Supervisor IPSRS 1450 Jam 800-1600
3 Storing 3086 24 jam
4 PT. MBM 1578 Setiap Waktu
Pak Aan; 02193011399
i. Identifikasi
1. Adanya kerusakan pada pompa yang menyebabkan pengaliran air bersih ke rooftank
terhenti.
2. Terputusnya suply air baku karena bencana alam.
ii. Penanganan
a. Kerusakan pada pompa yang menyebabkan pengaliran air bersih ke roof tank terhenti.
Apabila terjadi kerusakan pada pompa air baku, proses ataupun transfer yang menyebabkan
pengaliran air bersih terhenti, yang harus dilakukan oleh orang yang bertugas atau
bertanggung jawab adalah :
1. Teknisi IPSRS (petugas storing) yang bertugas
a. Setelah teknisi (petugas storing) yang bertugas mengidentifikasi bahwa pompa air tidak
bisa mengalirkan air sampai ke rooftank, maka orang-orang yang harus dihubungi adalah
:
Ka. IPSRS
Supervisor Pemeliharaan Gedung.
b. Memonitor level air di roof tank dan membantu teknisi maintenance dalam melakukan
perbaikan.
2. Supervisor teknis (IPSRS)
a. Menghubungi Pejabat Terkait, yaitu:
Direktur Umum, SDM dan Pendidikan tentang keadaan ini untuk memutuskan
keadaan darurat.
Ka Bidang Keperawatan
Ka Bidang Pelayanan Medik
Ka ISSB
Pihak luar untuk pembelian air bersih apabila diperlukan
b. Mengekspektasi berapa lama air akan habis dipakai tanpa adanya penambahan air
bersih di rooftank.
c. Melakukan koordinasi dengan departemen lain untuk mendistribusikan air ke tempat-
tempat kritikal yang kehabisan air.
3. Supervisor Perawatan Gedung
a. Melihat dan memastikan kerusakan yang terjadi,
b. Melakukan perbaikan yang diperlukan.
c. Menghubungi pihak luar (vendor) yang berkepentingan untuk melakukan
perbaikan/pembelian spare part.
4. Direktur USP (Umum SDM dan Pendidikan)
Melihat dan mengawasi apakah perbaikan yang diperlukan dikerjakan secara tepat dan
cepat.
5. Direktur Medis dan Keperawatan
a. Memberitahukan kepada seluruh perawat untuk membatasi penggunaan air.
b. Mengawasi dan membantu para perawat untuk menentukan prioritas pemakaian air.
6. Ka Instalasi Gizi
a. Kegiatan dapur masih dapat berfungsi, tetapi tetap harus dapat membatasi penggunaan
air.
b. Peralatan makan sekali pakai dapat dimanfaatkan.
7. Ka ISSB
a. Menghentikan penyiraman yang menggunakan air bersih.
b. Membatasi penggunaan air untuk keperluan pembersihan dan pencucian linen.
I. Pipa Terputus
a. Terinjak
b. Patah Terkena Benda Berat
c. Gempa Bumi (tembok bergeser)
SARANA PRASARANA
a. SARANA KOMUNIKASI
iii. Paging
Media komunikasi lain adalah paging system. Seluruh informasi paging system selama disaster
berasal dari ketua tim. Agar paging system selalu siap dalam keadaan apapun, maka volume
paging selalu harus berada dalam posisi maksimal.
1. Cara Penyampaian
Dalam penyampaian kondisi bencana melalui kode harus dilakukan dengan cara tenang dan
tidak membuat pasian/ pengunjung panik.
Contoh:
“ Kode Merah…….. “ 3X ( diulang 3X)
“ Gedung Teratai Lantai Lima Utara……………….” X3 (diu lang 3X)
Pintu darurat untuk masuk ke tangga diberi nama sesuai lantai dan tangga. Misalnya Pintu darurat
untuk menuju tangga GPS dari lantai 4 disebut pintu 4GPS.
Pintu darurat untuk menuju tangga Gd Teratai Utara Lantai 4 sisi Timur disebut pintu 4Teratai U/
T dan seterusnya. Pintu darurat hanya bisa dibuka dari dalam ruangan menuju tangga dan tidak
bisa sebaliknya. Dari tangga darurat pintu bisa dibuka ke arah dalam ruangan hanya di lantai
dasar.
Tujuan penamaan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan mempermudah komunikasi dalam
keadaan darurat.
v. Denah Lantai
Denah lantai berisi peta situasi setiap lantai dan jalur-jalur menuju tangga darurat. Denah
ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis di setiap lantai bangunan RSUP FATMAWATI.
a. MONITORING
Monitoring merupakan aktivitas guna memantau seberapa jauh program pencegahan dan penanggulangan
bencana di RSUP FATMAWATI berjalan dengan efektif.
METODE
Monitoring dilakukan dengan 2 cara, yakni :
b. EVALUASI
Evaluasi dilakukan terhadap :
Data hasil monitoring
Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik, kemudian dibandingkan dari bulan ke
bulan dan dari tahun ke tahun. Data dibuat trend dan dilakukan analisa setiap periode waktu tertentu. Data
dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan dari setiap indikator / parameter yang diukur.
Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari penyimpangan yang ditemukan dari proses pengumpulan
data.
c. CONTINUOUS IMPROVEMENT
Merupakan perumusan upaya-upaya perbaikan dari hasil analisis. Tujuannya adalah menyusun rencana
atau program kerja dengan tujuan untuk memperbaiki performance / mutu yang diperoleh dari proses
monitoring.
Continuous improvement selain berupa :
Penyusunan program atau rencana kerja baru.
Revisi prosedur dan kebijakan, maupun penyusunan prosedur / kebijakan baru.
Penambahan tenaga baik kuantitas (rekrutment) maupun kualitas (training).
Pengadaan peralatan-peralatan baru
Dan sebagainya
STAFF DEVELOPMENT
a. ORIENTASI UMUM KARYAWAN
Salah satu materi keselamatan (K3RS) pada setiap orientasi karyawan baru adalah hal-hal sebagai
berikut :
a. Kode-kode bencana rumah sakit
b. Prosedur penanganan bencana
c. Perlengkapan deteksi dini dan penanggulangan dini
d. Prosedur evakuasi
e. Jalur evakuasi dan assembly area.
b. PELATIHAN
f. Pelatihan eksternal untuk tim penanggulangan bencana
g. Pelatihan internal untuk semua karyawan tentang prosedur penanganan bencana.
c. SIMULASI / DRILL
Simulasi penanggulangan bencana adalah pelatihan yang diberikan kepada seluruh karyawan RSUP
Fatmawati tentang prosedur penanganan kegawatdaruratan ketika terjadi bencana, dengan
menggunakan skenario pelatihan yang mendekati kenyataan.
Simulasi penanggulangan bencana diselenggarakan sedikitnya dua kali dalam setahun dengan sasaran
seluruh karyawan, pasien dan pengunjung RSUP Fatmawati. Setiap karyawan RSUP Fatmawati
diharapkan mengikuti minimal 1x simulasi penanggulangan bencana dalam setahun.
Beberapa kebijakan dasar terkait simulasi penanganan bencana:
1. Adanya pengumuman terhadap seluruh karyawan, pasien dan pengunjung bahwa akan diadakan
simulasi penanganan bencana, sehingga tidak mengagetkan dan tidak menimbulkan kepanikan.
2. Skenario dibuat seriil mungkin sehingga mendekati kenyataan.
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
A. MONITORING
Monitoring dilakukan melalui pemantauan pelaksanaan standar kewaspadaan bencana dan evakuasi di
RSUP Fatmawati. Monitoring dilaksanakan terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO), serta
monitoring terhadap sarana penunjang dalam antisipasi dan penanganan dalam pengendalian bencana.
yang dilaksanakan oleh komite k3 maupun penanggung jawab K3 dimasing-masing satuan kerja dalam
wadah regu keselamatan dimasing-masing satuan kerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-
masing. Untuk monitoring yang dilakukan oleh Komite K3 yaitu ; ronde K3 yang dilaksanakan seminggu
sekali kepada satuan kerja sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Serta safety patrol/ patroli keselamatan
yang dilaksanakan seminggu sekali pada hari yang berbeda dengan pemantauan terhadap seluruh sarana
rumah sakit secara selintas / work to survey
B. EVALUASI
Evaluasi merupakan Pencatatan dan pelaporan yaitu; pendokumentasian kegiatan dalm antisipasi
bencana secara tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K-3 RS secara
keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K-3 RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan oleh
organisasi K-3 RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di Rumah Sakit. Evalusi yang
dilaksanakan terhadap kesiapsiagaan bencana dan evakuasi dengan melakukan simulasi secara berkala
setahun satu kali.
Tujuan kegiatan simulasi bencana dan evakuasi adalah menguji kehandalan dari prosedur yang telah
disepakati serta kehandalan dan ketersediaan sarana dalam penanganan terhadap bencana di RSUP
Fatmawati.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan simulasi adalah mencatat dan melaporkan
pelaksanaan seluruh kegiatan dalam simulasi bencana.
Pencatatan dan pendokukmentasikan pelaksanaan kegiatan K-3 dilakukan setiap waktu, sesuai dengan
jadual pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak
terjadual).
Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan bencana, wajib dicatat
dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi K-3 di Rumah Sakit (KOMITE K3 RSUP
Fatmawati).
RSUP Fatmawati menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk laporan rutin/berkala, laporan
kasus/kejadian tidak terduga.
BAB V
PENUTUP
Diharapkan dengan adanya buku panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi, Pembinaan Kesehatan dan
Kesehatan Kerja (K-3) yang selama ini sudah dijalankan oleh RSUP Fatmawati melalui Komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (KOMITE K3) RSUP Fatmawati dapat ditingkatkan hasilnya.
Untuk seluruh masyarakat di RSUP Fatmawati, diharapkan standar ini dapat membantu mereka dalam
memahami masalah-masalah pengendalian bencana di RSUP Fatmawati dan dapat melakukan upaya-upaya
antisipasi terdapat akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga bila terjadi bencana.
Buku Panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi di RSUP Fatmawati ini masih memerlukan upaya
penyempurnaan, belum menggambarkan permasalahan dan cara penanggulangan secara menyeluruh terutama
berdasarkan Instalasi yang ada di Rumah Sakit dan akan di evaluasi atau revisi setiap 2 tahun sekali. Kepada
seluruh Karyawan RSUP Fatmawati diharapkan bantuan dan masukan yang berharga bagi penyempurnaan
buku panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi RSUP Fatmawati ini di masa mendatang.