Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH

ASESMEN PSIKOLOGIS : TES PSIKOLOGI

S TAN FO R D B I N E T

Kelompok 8

Yoedhi Limantara - 150114011


Tiffani Narulita - 150114018
Eva Karunia C. R. - 150114093
Ni Putu Sartika. M - 150114112
Nashrulloh Putra Amwinsyah - 150114224
Dzulfikar Satrio. P - 150114250
Claudia Angela - 150114304
Giovanny Christabella Lempang - 150114397

Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya
2015 / 2016
I. TUJUAN
Mengukur kecerdasan (IQ) anak-anak usia 6 – 14 tahun.

II. SEJARAH PERKEMBANGAN

Pencetus: Alfred Binet ( 1857 – 1911 ) adalah ahli psikologi, direktur lab. psikologi di
Universitas Sorbonne.
 Sebelum 1895, Alfred Binet melakukan pengukuran intelegensi menggunakan
metode Paul Broca yaitu dengan mengukur diameter tempurung anak – anak, yang
biasa disebut metode kraniometri.
 Tahun 1895 menulis jurnal ilmiah berjudul “L’anne Psychologique” membahas
tentang kraniometri tetapi kemudian meragukan hasil penelitiannya terhadap hasil
kraniometri.
 Oktober 1904 Binet dan Theodore Simon membuat skala intelegensi pertama yaitu
skala Binet Simon (Skala 1905), merupakan alat ukur utama untuk membedakan
anak yang lemah mental dan normal. Binet berasumsi bahwa kecederdasan dapat
diukur melalui tugas-tugas yang menggunakan penalaran dan pemecahan masalah
bukan kemampuan motorik. Cirinya adalah terdiri dari 30 soal yang disusun
berdasarkan tingkat kesukaran yang semakin meningkat, penekanan pada daya
penilaian, daya pemahaman dan kemampuan penalaran. Menghindari pertanyaan –
pertanyaan berkaitan dengan pelajaran sekolah dan hasil pendidikan tidak
mempunyai petunjuk pasti.
 Pada tahun 1908, terbit revisi bersama Theodore Simon. Tes ini mengalami
penambahan jumlah soal, sejumlah 58 soal serta membuang beberapa soal yang
kurang memuaskan dihapuskan. Semua tes dikelompokan berdasarkan kinerja 300
anak normal yang berusia antara 3-13 tahun. Selain itu, revisi tes ini adalah adanya
pembatasan usia subjek, adanya pengelompokan item, perluasan proses mental yang
diukur , diterapkan konsepsi usia mental.
 Tahun 1911 Skala Binet – Simon diterbitkan. Tes ini mengalami revisi namun bukan
revisi yang mendasar melainkan hanya merevisi bagian-bagian kecil, perbaikan
penempatan item(sampel yang lebih representatif) serta melakukan rekalasi beberapa
alat tes khusus. Serta dilakukan pula perluasan usia subjek dan perhitungan usia
mental yang lebih rinci. Subjek yang awalnya hanya 3-13 tahun diperluas jangkauan
tesnya sampai usia dewasa.
 Tahun 1916 Lewis Madison Terman menyatakan kelemahan skala Binet – Simon
karena keterbatasan jumlah anak (1000 anak – anak dari California saja). Lewis
Terman mengadakan banyak perbaikan dari Tes Binet-Simon, yang dilakukan di
Universitas Stanford. Tes direvisi dengan mempertahankan karakteristik Binet-
Simon, item dalam tes diperbaiki - dipindah – digugurkan - ditambah, konsep I.Q.
rasio diterapkan, istilah IQ muncul pertama kali dalam tes ini, disediakan instruksi
administrasi & skoring, menambah kecermatan skala psikometri, skor dinyatakan
dalam umur mental age. Standarisasi tes ini diuji dengan 1000 anak dan 400 orang
dewasa. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford-Binet.
 Terbit revisi dari Yerkes (1915 & 1923)
Item dikelompokkan dalam bentuk subtes
 Terbit revisi I Stanford-Binet bersama Merrill (1937)
Aktivitas mental diperluas, disediakan 2 bentuk yg paralel: Form L dan Form M
dengan 129 item disetiap tesnya, restandardisasi dengan sampel yang lebih banyak
(100: I-6 – V-6; 200: VI – XIV; 100: XIV – XVIII)
 Terbit revisi II Stanford-Binet Intelligence Scale (1960)
Form L dan form M digabung: Form L-M dan merevisi beberapa soal bergambar,
sampel untuk analisis item dikelompokkan berdasarkan MA, disediakan tes
pengganti , tidak dilakukan restandardisasi
 Terbit revisi III Stanford-Binet Intelligence Scale (1972)
Bentuk skala tidak berubah, restandardisasi dengan sampel yang lebih representatif
(± 200 000 orang)
 Tahun 1986 versi terbaru dari Stanford – Binet terbit dan memuat 4 kelompok
penalaran dan terdiri dari berbagai macam tes.
 Sub tes tersebut adalah:
1.Verbal Reasoning Vocabulary (perbendaharaan kata), comprehension
(pemahaman), absurdities ( berkaitan dengan ke norma / di luar norma ), verbal
Relation ( hubungan antar kata )
2. Quatitative Reasoning, Quantitative Number Series (hitungan), Equation Building
(bentuk bangun / balok)
3. Abstrak / Visual Reasoning, Pattern Analysis (analisi pola), Copying, Matrices,
Paper folding & Cutting
4. Shortterm Memory
III. DASAR TEORI

A. Teori belajar ( Mahoney & Waltz )


Dasarnya adalah hukum pembentukan tingkah laku, yaitu pemahaman terhadap
intelegensi tergantung pada hukum – hukum dan prinsip umum individu dalam
memahami tingkah laku tertentu atau bentuk perilaku baru, implikasinya adalah
intelegensi dilihat berdasarkan perilaku yang nampak bukan berdasarkan konsep
mental intelegensi (pengukuran menggunakan tes).
Menurut para ahli perilaku intelegensi adalah :
1. Perilaku yang berisi proses belajar pada level fungsional tinggi dan merupakan
respon khusus terhadap tuntutan dari luar.
2. Intelegensi tidak bersifat konkrit kepribadian , tetapi merupakan kualitas hasil
belajar yang telah terjadi.

B. Pendekatan Neurobiologis ( Halstead dan Cattel )


Dasarnya adalah intelegensi dapat ditelusuri berdasarkan neuro anatomis dan
neurobiologisnya. Pendekatan ini sangat mementingkan penelitian korelasi antara
intelegensi dan aspek – aspek anatomi, elektrokimia dan fisiologis.

C. Pendekatan Psikometris
Dasarnya adalah suatu konstruksi / sifat psikologis yang tarafnya berbeda – beda untuk
setiap individu.
Pendekatan ini mengutamakan pada cara – cara praktis dalam melakukan klasifikasi
dan reduksi berdasarkan hasil pengukuran intelegensi.
Arah studi pendekatan ini adalah :
1. Bersifat praktis dan lebih menekankan pada penyelesaian masalah.
2. Menekankan pada konsep dan penyusunan teori tes.
Kelemahan adalah setelah alat tes dibuat dan ketika pengukuran dilakukan
menggunakan alat tes tersebut. Seagel mengkritik bahwa pendekatan ini terlalu
menekankan pada aspek kuantitatif, intelegensi dilihat berdasarkan skor IQ saja,
sedangkan aspek kualitatif kurang mendapatkan perhatian.
D. Pendekatan Teori Perkembangan ( Piaget dan Erikson )
Dasarnya adalah perkembangan intelegensi secara kualitatif yaitu berkaitan dengan
tahap – tahap perkembangan individu secara biologis. Misalnya melihat intelegensi
individu dewasa dan anak kecil dari cara berpikir mereka

Alfred Binet membuat gebrakan baru dari pendahulunya yakni anak-anak yang gagal
pada sekolah normal diperiksa untuk memberikan respon dan jika anak-anak tersebut
dianggap bisa dididik akan ditempatkan pada kelas khusus. Binet bekerja di bidang tes-
tes yang menunjukkan sampel tingkah laku anak dan membedakan kemampuan dari
tingkat umur yang berbeda. Binet memandang bahwa selama masa kanak-kanak,
inteligensi bertambah sejalan dengan pertambahan umur. Oleh sebab itu, item-item tes
harus disusun dengan memperhatikan tingkat umur yang berbeda-beda. Misalnya item
diberikan 10% untuk anak umur 5 tahun, 40% untuk anak umur 6 tahun, dan 60% untuk
anak umur 7 tahun. Sehingga ia mendapatkan teori bahwa pada tiap tingkatan umur,
beberapa anak memiliki kemampuan yang lebih baik daripada anak yang lainnya. Dengan
rekannya Frechman dan Theodore Simon, mereka membentuk sekelompok tugas yang
harus diselesaikan di sekolah untuk melihat kesuksesan seorang anak di masa depan.

Binet mengemukakan konsep mental age (MA) (usia mental) yaitu tingkat
perkembangan mental seseorang dibandingkan dengan orang lain. Rumusan usia mental
ini menentukan tingkat mental seorang anak. Ia melihat hasil tes pada perbandingan anak
tertentu dengan kelompok umurnya :
- Seorang anak yang berada di atas rata-rata dalam hal inteligensinya dapat
menjawab pertanyaan lebih banyak daripada kebanyakan anak dari kelompok
umurnya.
- Seorang anak hanya dapat menjawab pertanyaan yang sama dengan kelompok
umurnya, maka ia dianggap memiliki inteligensi rata-rata.
- Anak yang performance-nya di bawah rata-rata dari kelompok umurnya maka ia
dianggap memiliki inteligensi di bawah rata-rata.
Skor rata-rata usia mental (MA) berkaitan dengan “Chronological Age” (CA) atau
usia kronologis yaitu usia sejak seseorang lahir. Istilah IQ diciptakan pada tahun 1912
oleh William Stern. IQ adalah usia mental anak dibagi dengan usia kronologis dan
dikalikan 100. Bila usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ orang tersebut
adalah 100, bila usia mental diatas usia kronologis, maka IQ orang tersebut diatas 100,
jika usia mental dibawah usia kronologis, maka IQ orang tersebut dibawah 100. Setelah
Binet melakukan berkali-kali tes, binet menemukan adanya suatu penyebaran normal.
Penyebaran normal (normal distribution) berbentu simetris, sebagian skor tes berada di
daerah tengah-tengah rentang skor, dan sejumlah kecil skor, dan sejumlah kecil skor
berada di ujung-ujung rentang skor.

Faktor kecerdasan yang diukur (Robert E. Valett):


 General Comprehension
 Visual-motor Ability
 Arithmetic reasoning
 Memory & Concentration
 Vocabulary & Verbal Fluency
 Judgement & Reasoning

IV. VALIDITAS

Makin tinggi M.A. makin tinggi korelasi dengan tes Perbendaharaan Kata secara content
(isi), Stanford-Binet sarat dengan pengukuran verbal, Criterion-related validity :
Membaca = 0,73
Biologi = 0,54
Geometri = 0,48
Berhitung = 0,64
Bahasa = 0,70

Validitas dalam sampel, korelasi IQ penyimpangan pada Binet Standford sebelumnya


(LM bentuk) dengan nilai komposit adalah 0,81, korelasi tertinggi berikutnya adalah
dengan bidang penalaran verbal (0,76), dan terendah itu dengan penalaran abstrak / visual
(0.56). (Permatasari, 2013)

V. RELIABILITAS

Pengujian Fels Research Institute dengan test-retest menunjukkan bahwa makin lama
interval waktu, korelasi makin kecil. Bila interval waktunya konstan, korelasi membesar,
Kesalahan pengukuran sebesar ± 5 poin I.Q.
VI. NORMA

VII. ADMINISTRASI

 PROLOGUE:
- Ucapan terimakasih
- Menjelaskan tujuan pemeriksaan psikologis
- Menjelaskan prosedur pemeriksaan
- Penjelasan tentang alat yang digunakan
- Prosedur ijin kebelakang
- Menayakan kesiapan testee
- Etika hasil
- Mengecek alat-alat yang digunakan
- Melaksanakan test binet
- Melakukan scoring test binet
- Membuat laporan
Hal yang perlu di perhatikan ketika melaksanakan test:
- Memperhatikan usia anak
- Tes dimulai pada titik yang memiliki kemungkinan anak dapat berhasil menjawab
disertai dengan usaha
- Umumnya tes dimulai dari setengah tahun atau satu tahun lebih muda dari usia
anak.
- Menentukan umur basal dan celling anak

Syarat yang paling penting untuk menentukan suatu skor tes mental yang valid bagi skala
Stanford Binet adalah tester yang mengetahui alatnya dan yang peka akan kebutuhan
subjek yang dites. 3 kondisi yang menentukan apakah tes itu valid atau tidak:
1. Mengikuti prosedur standar
2. Usaha subjek yang maksimal harus ditimbulkan dengan jalan menciptakan dan
memelihara ”Rapport” yang cukup memadai
3. Jawaban atau respon harus diskor secara tepat

Pelaksanaan tes tidak boleh terlalu lama karena akan menimbulkan kelelahan bagi
testee/ Pemberian tes selama satu jam cukup ideal kecuali pada anak yang sangat muda.
Testing dapat diperpanjang menjadi satu setengah jam jika testee tidak kehilangan fokus
dan kelelahan. Pemberian waktu istirahat dapat dilakukan selama beberapa menit jika
diperlukan. Penyelenggaraan tes untuk anak kecil biasanya dapat diberikan dalam waktu
setengah jam sampai empat puluh menit. Sedangkan pada anak-anak yang lebih besar
sering membutuhkan waktu setengah jam.

 PENGGUNAAN TES
Beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan awal tes binet adalah menentukan
umur kronologis anak ( CA ). Tes dimulai pada titik dimana anak mempunyai
kemungkinan untuk berhasil, akan tetapi dengan usaha. Pada umumnya tes binet dimulai
setengah tahun atau 1 tahun dibawah umur kronologis anak. Misal usia anak 5 tahun pada
umur III III-6 IV IV-6 V VI VII dst.

 MENENTUKAN TINGKAT UMUR BASAL DAN CELLING


Umur “basal” jika seorang testee dapat menjawab seluruh item pada suatu subtest.
Umur “celling” jika seorang testee tidak dapat menjawab seluruh item pada suatu subtest.
PERHITUNGAN IQ
IQ = MA X 100
CA
MA = Umur mental didapatkan dengan cara : umur basal ditambah dengan kredit
tambahan yang diperoleh subjek diatas umur basalnya
CA = Chronological age diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal
kelahian atau umur kalender.

VIII. SKORING

Perhitungan IQ

IQ = MA X 100
CA

MA = Umur mental didapatkan dengan cara : umur basal ditambah dengan kredit
tambahan yang diperoleh subjek diatas umur basalnya
CA = Chronological age diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal kelahian
atau umur kalender.

Klasifikasi IQ
140 Keatas Very  Superior
120-139 Superior
110-119 Rata-rata Atas (High average)
90-109 Normal atau Rata-rata
80-89 Rata-rata Bawah (Low average)
70-79 Boderline Deffective
69-Kebawah Cacat Mental
DAFTAR PUSTAKA

Reynolds, In C. R.& Kamphaus , R. W. (2003) . Handbook of psychological and


educational assessment: Intelligence, aptitude, and achievement. 2, 217-242.

Rahmawati, Nadia, Septiana, Ajeng, Setya Rini, Riris, Santoso, Iwan, UlilArmina,
Nisa. (2009). Pengenalan Tes Inteligensi. Fakultas psikologi. Universitas Gadjah Mada.

Santrock, John W. (2003). Adolescence: edisi keenam. Jakarta. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai