Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SIMPANG SEBIDANG

DOSEN PEMBIMBING : ANTON BUDI DHARMA ST,MT

MATA KULIAH : PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

PEYUSUN : FARLY WALYADIN

NIM : 1822201014

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUMAI


TEKNIK SIPIL
T.A 2018 / 2019
Jl. Utama Karya Bukit Batrem, Dumai – Riau – 28811

Telp. 082174342828, Fax. (0765)35461


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Perencanaan
Geometrik Jalan Raya, dengan judul makalah Simpang Sebidang.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar - besarnya.

Dumai, 19 Juli 2020

Peyusun

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Persimpangan jalan adalah daerah atau tempat dimana dua atau lebih
jalan raya bertemu atau berpotongan, termasuk fasilitas jalan dan sisi jalan
untuk pergerakan lalu lintas pada daerah itu. Fungsi operasional utama dari
persimpangan adalah untuk menyediakan perpindahan atau perubahan arah
perjalanan. Persimpangan merupakan bagian penting dari jalan raya karena
sebagaian besar efesiensi, keamanan, kecepatan, biaya operasional dan
kapasitas lalu lintas tergantung pada perencanaan persimpangan. Pada waktu
berpisah (diverging) dan memotong (crossing ) jalan lain akan terjadi konflik
antara dua atau lebih pemakai jalan atau pengemudi. Untuk mengendalikan
konflik ini ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa yang
mempunyai hak terlebih dahulu untuk menggunakan persimpangan. Sedangkan
Ruas adalah bagian atau penggal jalan di antara dua simpul atau persimpangan
sebidang / tidak sebidang baik yang dilengkapi dengan (APILL) Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas ataupun tidak.
Titik kemacetan yang umum ditemukan adalah permasalahan kemacetan
yang terjadi pada persimpangan. Untuk mengatasi kemacetan dan mengurangi
titik konflik kendaran yang terjadi di persimpangan adalah dengan pemasangan
APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas). APILL umumnya dipasang pada
simpang dengan arus lalu lintas yang tinggi dan memiliki banyak titik konflik
pergerakan lalu lintas.Tujuan pemasangan APILL adalah untuk mengurangi
titik konflik pada persimpangan sehingga dapat meningkatkan kapasitas
simpang. Dengan begitu, diharapkan akan dapat mengurangi angka tundaan
(delay) dan antrian (queueing) yang terjadi di simpang tersebut. Pada beberapa
persimpangan tidak terdapat APILL, hal ini disebabkan oleh arus kendaraan
yang melewati persimpangan tersebut tidak terlalu besar

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


1.2. Rumusan masalah
1. Apa itu simpang
2. Apa fungsi dari simpang
3. Bentuk - bentuk simpang
1.3. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui fungsi dari simpang
2. Mengetahui bentuk bentuk dari simpang

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Persimpangan

Persimpangan jalan adalah simpul pada jaringan jalan dimana ruas jalan
bertemu dan lintasan arus kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-
masing kaki persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan secara
bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Olehnya itu persimpangan merupakan
faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan
pada suatu jaringan jalan khususnya di daerah - daerah perkotaan.

Simpang merupakan tempat sumber konflik lalu lintas yang rawan


terhadap kecelakaan karena terjadi konflik antara kendaraan dengan kendaraan
lainnya ataupun antara kendaraan dengan pejalan kaki. Oleh karena itu
merupakan aspek penting didalam pengendalian lalu lintas. Masalah utama
yang saling kait mengkait pada simpang adalah :

a. Volume dan kapasitas, yang secara lansung mempengaruhi hambatan.


b. Desain geometrik dan kebebasan pandang
c. Kecelakaan dan keselamatan jalan, kecepatan, lampu jalan.
d. Parkir, akses dan pembangunan umum
e. Pejalan kaki.
f. Jarak antar simpang.

2.1.1. Jenis – jenis simpang

Secara garis besarnya persimpangan terbagi dalam 2 bagian  :


1. Simpang sebidang.
2. Simpang tak sebidang

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


2.1.2. Simpang Sebidang
Simpang sebidang adalah simpang dimana berbagai jalan atau
ujung jalan masuk simpang mengarahkan lalu lintas masuk kejalan yang
dapat berlawanan dengan lalu lintas lainnya. Pada simpang sebidang
menurut jenis fasilitas pengatur lalu lintasnya dipisahkan menjadi 2 (dua)
bagian :
1. Simpang bersinyal (signalised intersection) adalah persimpangan
jalan yang pergerakan atau arus lalu lintas dari setiap pendekatnya
diatur oleh lampu sinyal untuk melewati persimpangan secara
bergilir.
2. Simpang tak bersinyal (unsignalised intersection) adalah pertemuan
jalan yang tidak menggunakan sinyal pada pengaturannya.

2.2.2. Simpang Tak


Sebidang

Gambar Simpang Sebidang

Sedangkan simpang tak sebidang, sebaiknya yaitu memisah-


misahkan lalu lintas pada jalur yang berbeda sedemikian rupa
sehingga simpangjalur dari kendaraan-kendaraan hanya terjadi pada

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


tempat dimana kendaraan-kendaraan memisah dari atau bergabung
menjadi satu lajur gerak yang sama. (contoh jalan layang), karena
kebutuhan untuk menyediakan gerakan membelok tanpa
berpotongan, maka dibutuhkan tikungan yang besar dan sulit serta
biayanya yang mahal. Pertemuan jalan tidak sebidang juga
membutuhkan daerah yang  luas serta penempatan dan tata letaknya
sangat dipengaruhi oleh topografi. Adapun contoh simpang susun
disajikan secara visual pada gambar berikut.

Gambar Simpang Tak Sebidang

2.2. Volume Lalu Lintas (Q)

Volume lalu lintas merupakan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik
pengamatan dari suatu segmen jalan dalam satu satuan waktu (hari,jam,menit). 
Jumlah kendaraan dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Satuan
volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan penentuan
jumlah dan lebar lajur adalah :

2.2.1. Lalu Lintas Harian Rata – Rata

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam
satu hari. Dari cara memperoleh data tersebut dikenal 2 jenis lalu lintas
harian rata-rata yaitu lalu lintas harian  rata-rata  tahunan  (LHRT)  dan
lalu lintas harian  rata-rata  (LHR). 

LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati


satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun
penuh.

                  LHRT = Jumlah Lalu Lintas Dalam 1 Tahun / 365

Untuk dapat menghitung  LHRT haruslah tersedia data jumlah


kendaraan  yang terus menerus selama 1 tahun penuh. Mengingat akan
biaya yang akan diperlukan dan membandingkan  dengan  ketelitian 
yang  dicapai  serta  tak  semua  tepatdi Indonesia mempunyai data
volume lalu lintas selama 1 tahun, maka untuk kondisi tersebut dapat pula
dipergunakan satuan Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR).

2.2.2. Prediksi Lalu Lintas

Peramalan lalu lintas menggunakan metode exponential sbb :

                     LHRT n = LHRT to (1 + i )n

                     Dimana :

                     LHRT  n = Perkiraam/peramalan lalu lintas ke-n

                     i              = angka pertumbuhan lalu lintas

                     n             = umur prediksi

Komposisi Lalu Lintas dan prosentase LHR pada jam puncak

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


Komposisi lalu lintas terdiri dari kendaraan ringan (KR), kendaraan
berat (KB) dan sepeda motor (SM) yang biasanya diperoleh dari survey
pencatatan lalu lintas (traffic counting) selama 24 jam dalam 3 hari.

Sedangkan nilai prosentase jam puncak (k) dapat diambil 8 – 12 %


dan faktor jam puncak – peak hour faktor (PHF) adalah 0,9-0,95.

2.2.3. Volume Jam Perencanaan (VJP)

Lalu lintas yang digunakan pada perencanaan dan perancangan


adalah volume jam perencanaan (VJP) dengan rumus :

VJP = k (LHRTn)/PHF (kend/jam/2arah)

Untuk satu arahnya diambil split 50/50

VJP = 0,5 x k (LHRTn)/PHF (kend/jam)

2.3. Marka jalan

Marka jalan adalah suatu tanda yang berupa garis, simbol, angka, hurup
atau tanda-tanda lainnya yang digambarkan. Marka  jalan  berfungsi  sebagai 
penuntun / pengarah  pengemudi  selama  per jalanan.

Warna marka jalan umumnya putih terdiri dari :

·   Marka garis;

·   Marka huruf;

·   Marka simbol;

Pemakaian warna marka jalan selain warna putih harus sesuai petunjuk/
ijin Pembina Jalan. Adapun bagian dari marka jalan adalah sebagai berikut :

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


·     Zebra cross  

    Zebra cross selalu dibuat  bersama-sama  Garis  Stop  dengan   daerah  
penempatan terutama pada 

Gambar Zebra Cross

Gambar Ketentuan Ukuran Zebra Cross

Sumber Bina Marga 1990

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


·  Marka Pengarah Jalur

   
Terutama dipakai pada pertemuan jalan dengan tanda gambar adalah tanda pana
h yang terdiri dari Panah Awal dan  Panah Akhir.

 Gambar Marka Pengarah Jalur

2.4. Rambu lalu lintas

Rambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk
tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di
antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah
dan petunjuk bagi pemakai jalan. Agar rambu dapat terlihat baik siang ataupun
malam atau pada waktu hujan maka bahan harus terbuat dari material yang
reflektif (memantulkan cahaya).

Adapun beberapa rambu yang digunakan dalam perencanaan


persimpangan sebidang tersebut yaitu :

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


1. Rambu Larangan Parkir

Rambu ini merupakan contoh rambu untuk  memberitahukan


pengendara bahwa ada larangan untuk memarkir kendaraan pada tempat
yang sudah diberikan tanda.  

Gambar Rambu Larangan Parkir

2. Rambu Larangan Berhenti

Rambu ini merupakan rambu peringatan untuk  memberitahukan


pengendara bahwa ada larangan untuk memberhentikan kendaraan pada
jalur yang sudah diberi tanda.

Gambar Rambu Dilarang Berhenti

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


3. Rambu Lampu Pengatur Lalu Lintas

Rambu ini merupakan rambu peringatan untuk memberitahukan


pengguna jalan bahwa akan ada rambu lampu pengatur lalu lintas
atau trafficlight didepan pengguna jalan.

Gambar Rambu Pengatur Lalu Lintas

4. Rambu Penyebrangan

Rambu perintah terebut memberitahukan kepada pengguna jalan


bahwa wilayah dekat rambu tersebut merupakan tempat penyebrangan
jalan.

Gambar Rambu Penyebrangan

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


2.5. Jarak Pandang
Tipe jarak pandang dapat dibedakan :
· Jarak pa 4ndang pendekat (JPP) disediakan pada masing – masing kaki dan
lajur belok persimpangan. JPP dihitung dari tinggi mata pengendara
permukaan jalan (1,5 m).
· Jarak pandang masuk (JPM) perlu ditentukan untuk persimpangan dengan
prioritas dan untuk pengendara di jalan Minor membelok ke kanan atau ke
kiri masuk ke jalan major.
· Jarak pandang aman persimpangan disediakan untuk kendaraan di jalan
major cukup untuk menyeberang ke kaki persimpangan yang lainnya.

2.6. Alinemen
Secara umum dapat dikatakan bahwa alinemen horizontal untuk jalan
menerus harus tetap bila melewati persimpangan. Lengkung yang tajam atau
perubahan alinemen di dalam persimpangan baiknya dihindari. Jari – jari
lengkung dan alinemen vertikal pada suatu persimpangan sebaiknya sama
dengan bagian ruas jalan. Alinemen vertikal sebaiknya 2,5%, sejauh mana
kondisi tepi jalan tersebut masih aman dan lancer bagi lalu – lintas. Disarankan
jarak minimum bagian yang datar sama dengan hasil perkalian banyaknya
kendaraan yang berhenti dikalikan dengan Headway dalam satu cycle time.

2.7. Kaki / Lengan Persimpangan


Jumlah kaki/lengan persimpangan disarankan tidak lebih dari 4. Jalan baru
sebaiknya tidak dirancang untuk dihubungkan dengan suatu persimpangan yang
telah ada. Untuk hal – hal dimana kondisi medan sangat sulit maka
persimpangan saling tegak lurus sulit diperoleh, maka persimpangan bisa tidak
saling tegak lurus. Panjang daerah persimpangan ditentukan oleh perkiraan
panjang antrian kendaraan yang terjadi.
Untuk simpang tiga ganda memiliki parameter perencanaan :

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


· Jarak antara lengan persimpangan harus lebih kecil dari 40 m.
· Lintasan lalu lintas utama dilayani oleh jalur lurus.
· Jarak antara persimpangan harus sejauh mungkin.
· Jarak minimum harus lebih besar jumlah : panjang jalinan, perkiraan
panjang antrian yang terjadi selama satu siklus periode berhenti, panjang
lajur perlambatan.

2.8. Lajur
Lajur merupakan bagian dari jalur yang memanjang, lebar lajur tergantung
kepada kecepatan rencana dan kendaraan rencana, terutama dalammelakukan
maneuver pergerakan membelok. Kebutuhan lajur membelok dan jumlah lajur
di persimpangan ditetapkan dengan mengacu pada MKJI. Pergeseran poros
lajur tambahan (jika diperlukan) harus dengan lengkung/taper yang tepat.
Kaki/Lengan persimpangan untuk lalu lintas menerus, lajur masuk dan lajur
keluar harus berada pada satu lintasan/poros garis lurus.

2.9. Kanal
Kanal adalah lajur khusus untuk belok kiri, lajur khusus belok kiri harus
dilengkapi pulau lalu lintas. Lebar kanal merupakan fungsi dari manuver
kendaraan rencana membelok. Selain itu kanal memiliki fungsi sebagai
pengarah dan pengontrol arus lalu lintas. Kanalisasi ini secara fisik dapat
berupa marka jalan atau kerb, pagar, ataupun pagar pengaman, dan patok
pengarah. Dan dalam perencanaanya perlu dipertimbangkan luas lahan yang
ada, jenis pengatur lalu lintas, kendaraan rencana, kecepatan rencana dan
volume lalu lintas. Karena factor – factor tersebut akan menentukan panjang
jari – jari kanal.

2.10.Pulau Lalu Liintas

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


Pulau lalu lintas memiliki fungsi : mengatur lalu lintas, memperlancar arus
lalu lintas, bisa dimanfaatkan sebagai tempat berlindung bagi pejalan kaki yang
melakukan penyeberangan jalan. Pulau lalu lintas dibagi dalam 3 kelompok
yaitu pulau – pulau kanal (pengatur lalu lintas), pulau pemisah (pemisah arus
yang berlawanan atau searah) dan pulau pengaman (untuk pejalan kaki).

2.11.Budaran
Volume lalu lintas rencana yang digunkan dalam perencanaan bundaran
adalah volume lalu lintas seluruh kaki/lengan yang diperkiran akan memasuki
bundaran pada akhir umur rencana. Kendaraan rencana yang digunakan adalah
kendaraan dengan radius putar yang paing besar.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Persimpangan jalan adalah simpul pada jaringan jalan dimana ruas jalan
bertemu dan lintasan arus kendaraan berpotongan.
2. Persimpangan berfungsi menyediakan ruang untuk perpindahan atau
perpindahan arah perjalanan.
3. Secara garis besarnya persimpangan terbagi dalam 2 bagian  : Simpang
sebidang dan simpang tak sebidang.

3.2. Saran
Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan krtik yang ingin disampaikan, silakan
sampaikan pada saya. Apabila ada terdapata kesalahan mohon dimaafkan dan
dapat memakluminya.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

Anda mungkin juga menyukai