Anda di halaman 1dari 15

Lanjut ke konten

MENU

‫الر ِحيْ ِم‬


َ ّ ‫الر ْح َم ِن‬ ِ ‫ِب ْســــــــــــــــــ ِم‬
َ ّ ‫الله‬
RISALAH KUNO ALIF TUA}
MUKADIMAH
———————-
1) Bismillahirrohmanirrohim, alhamdulillahi fii kulli hiinin, wa awqaat, wash sholaatu
‘ala rosuulihi asyrofil kholqi wal bariyyaati
—————————————-
2) Bismillahirrohmanirrohim : disunahkan membaca basmalah disaat hendak
mengerjakan semua pekerjaan yang tidak dipandang hina. Jika lupa membacanya
pada permulaan pekerjaan, maka boleh membaca di tengah-tengahnya dengan
bacaan : Bismillahi awwalahu wa akhirohu
—————————————-
3) Alhamdulillahi fii kulli hiinin : segala puji bagi Allah di setiap waktu, yakni segala
waktu, baik yang berjangka pendek maupun panjang.
—————————————-
4) Wa awqaat : dan di setiap masa, yakni masa yang terbatas lamanya.
—————————————-
5) Wash sholaatu ‘ala rosuulihi : salawat atau rahmat, yakni belas kasihan, baik dari
Allah maupun selain-Nya, tercurahkan kepada Rosul-Nya saw yang diutus untuk
semua mahluk.
—————————————-
6) Asyrofil kholqi : mahluk yang paling mulia, yang dimaksud mahluk adalah semua
yang diciptakan oleh Allah berdasarkan kehendak-Nya dan dituntut oleh hikmah-
Nya.
—————————————-
7) Wal bariyyaati : dan semua hamba ciptaan Allah lainnya, yakni semua mahluk
secara mutlak atau yang ada di bumi. Pada garis besarnya baginda kita, Nabi
Muhammad saw adalah mahluk Allah yang paling utama secara mutlak.
—————————————-
8) Bermula syariat tariqat hakikat dan makrifat itu terlalu mulia, Itulah pakaian Wali
Ambiyya, Barangsiapa dapat asalnya, Bolehlah membawa badan serta nyawa
—————————————-
9) ALASTUBIRABBIKUM : Katakanlah bahwa Aku ini adalah tuhan mu
—————————————-
10) KALUBALA : Benar engkau itu adalah tuhanku
—————————————-
11) SHAHIDNA : Menyaksikan
—————————————-
12) Kalaulah benar engkau menjadi saksi
Dimanakah bukti hendak diteliti
Sungguhpun engkau bercerita jalan mati
Manakah mungkin hidup akan kembali
Engkau pahamilah dengan teliti
Kelak dapat membuka yang tersembunyi
—————————————-
13) Adapun mengenal diri itu dimulai dari mengetahui asalnya diri. Asalnya diri itu
ialah dari anasarnya Api, Angin, Air, Tanah, maka turunlah Tanah itu menjadi Tubuh,
Angin itu menjadi Nafas, Air itu menjadi Darah, Api itu menjadi Rasa
—————————————-
14) Adapun kejadiannya TANAH itu bernama BARBA, menjadi Syari’at. Adapun
kejadiannya ANGIN itu bernama ABDU ISAMAS, menjadi Tharikat. Adapun
kejadiannya AIR itu bernama SABANTAHURAN, menjadi Hakikat, Adapun
kejadiannya API itu bernama NUR KADIM, menjadi Ma’rifat
—————————————-
15) Syariat itu umpama Kaki, Tarikat itu umpama Tangan, Hakikat itu umpama
Tubuh, Ma’rifat itu umpama Kepala
—————————————-
16) Adapun Diri Terdiri itu Rahasia namanya, Diri Tajalli itu Roh namanya, Diri
Terperi itu Hati namanya, Diri Diperikan itu Tubuh namanya
—————————————-
17) Syari’at itu adalah Manusia yang Pertama, Tarikat itu adalah Hakikat yang
Muncul, Hakikat itu adalah Asma Allah, Ma’rifat itu adalah Aku semata
—————————————-
18) Yang bernama ASYHADU itu adalah Lidah, ALLA itu adalah Badan, ILLAHA itu
adalah Hati, ILLALLAH itu adalah Roh, dan HUWA itu adalah Rahasia (titik nuktah)
—————————————-
19) Maka tatkala bermula kisah TITIK NUKTAH itu ialah dari Otak bapak, maka
dalam Otak itu ada Lemak, Dalam Lemak ada Minyak, Dalam Minyak ada Nur, Dalam
Nur ada Nur Akal, Dalam Nur Akal ada Hizabbannur, Dalam Hizabbannur ada
Hidayamul Amanah
—————————————-
20) Lalu turun menjadi titik NUKTAH, turun ke Tulang Belakang turun ke Watsulbi
Muntarait turun ke Tulang Dada turun lagi ke Pusat terus ke Kalam, maka
berpindahlah titik NUKTAH itu kedalam Rahim Ibu 9 Bulan + 9hari atau 7 Bulan + 7
hari
—————————————-
21) Tatkala 1 hari HU namanya, 3 hari ALLAH namanya,7 hari INNALLAH namanya
(hanya Allah), 4 bulan + 4 hari TURABBUNNUR namanya (Tanah Nur), tatkala7
bulan + 7 hari SUBHANALLAH namanya (Maha Suci Allah), 8 bulan + 8 hari
ALHAMDULILLAH namanya (Puji Bagi Allah), 9 bulan + 9 hari INNA ANNA AMANNA
namanya (Sesungguhnya Aku beriman atau Pembawa Amanah Allah)
—————————————-
22) Lalu terbitlah Ujud yang artinya Ada, Mustahil Tiada, Mana yang Mustahil tiada
itu, yang mustahil tiada itu adalah prasangkamu saja sebab tidak memahami Aku
—————————————-
23) Jadi yang sebenar-benarnya Ujud itu ialah Ada, yang sebenar-benarnya Ada itu
adalah Diri, Diri itu ialah Nyawa atau Roh, Nyawa atau Roh itu adalah Muhammad,
Muhammad itu adalah Allah, Allah itu adalah segala Sifat Allah, segala Sifat Allah
Ta’ala itu adalah Dzatullahita’ala
—————————————-
24) Adapun Sifat Allah Ta’ala itu adalah wujud Allah Ta’ala yang mempunyai Wujud
dan hakikat daripada segala yang ada, besar maupun kecil
—————————————-
25) Bagaimanapun juga pada pandangan lahir maupun bathin adalah sebenar-
benarnya termasuk satu sifat yang sempurna, tidak bertulang, berdaging, berdarah,
atau berkulit, jadi yang berbagai sifat dan warna adalah hanya satu, menurut yakin
Ma’rifat
—————————————-
26) Adapun yang bernama Wujud Hakiki itu yaitu Dzatullahita’ala dan Wujud Hakiki
itu mustahil pada pandangan awam, Wujud majazi itu tidak ada pada pandangan
wujud hakiki
—————————————-
27) Wujud ‘Am (umum) itu meliputi pada alam, dan nyata pada Dzatullah, Adapun
yang sebenar-benarnya dzatullah itu yaitu Allah, Adapun yang sebenar-benarnya
Allah itu yaitu Muhammad, Adapun sebenar-benarnya Muhammad itu yaitu Manusia,
maka itulah sebabnya manusia dilebihkan Allah Ta’ala dari pada semesta sekalian
alam ini, karena asalnya kejadian sekalian itu daripada Muhammad
—————————————-
28) Maka dari itulah titik NUKTAH adalah penjelmaan dari bapak dan ibu atau yang
disebut Sulbi dan Taraib, jadi NUKTAH itu awal mulanya seberkas cahaya yang
dikeluarkan oleh Allah dari mutu manikam sehingga para Ulama terdahulu
berpendapat yaitu :
—————————————-
29) Nuktah adalah salah satunya Zat Penjelmaan dari dua macam zat (sulbi dan
taraib), Dengan adanya KUDRATULLAHI yaitu berasal dari sulbi bapak dan yang
menjadi IRADATULLAHI yaitu berasal dari ibu
—————————————-
30) Oleh sebab itu bagaimanapun birahinya kaum ibu, hal ini tidak terlalu nampak
karena birahinya kaum ibu ini tidak dapat melampaui batasnya kudratnya kaum
bapak, karena kaum ibu ini hanyalah iradat maka ulama mengistilahkan Surga itu di
Atas Telapak Kaki Ibu, untuk lebih jelasnya saya terangkan bagian-bagian dari
maksud yang diatas :
—————————————-
31) Bagian bapak itu WADI, MADI, MANI, MUTU Atau disebut SULBI, dan bagian ibu
itu TANAH, ANGIN, AIR, API atau disebut TARAIB, bagian Allah itu ROH IDHAFI,
ROH ROHANI, ROH RAHMANI, ROH JASMANI, bagian DARI GUDANG RAHASIA itu
disebut “MUTU MANIKAM”
—————————————-
32) Asalnya Api itu yaitu NAPAS Hurufnya Alif Kalimatnya LA, dan asalnya Angin itu
yaitu TANAPAS Hurufnya Lam Awal Kalimatnya ILLAHA, asalnya Air itu yaitu ANPAS
Hurufnya Lam Akhir Kalimatnya ILLA, serta asalnya Tanah itu yaitu NUPUS Hurufnya
Ha Kalimatnya ALLAH
—————————————-
33) Wadi Ma’anni kalimatnya LAA ILAHA, Madi Ma’annawiyah kalimatnya ILALLAH,
Mani Sulbi kalimatnya ALLAH, serta Mutu Salbiyah kalimatnya HU
—————————————-
34) Ruh Jasmani Kalimatnya (YAHU), Ruh Rahmani Kalimatnya (IYAHU), Ruh Rohani
Kalimatnya (YAMANIHU), Ruh Idhafi Kalimatnya (YAMAN LAYISALAHU), serta Mutu
Manikam Kalimatnya (MA’DAHU)
—————————————-
35) Tujuh Petala Bumi dijadikan 7 (tujuh) Tingkatan Martabat yaitu :
—————————————-
36) 1. Sifat Amarah
2. Sifat Lawwamah
3. Sifat Mulhimah
4. Sifat Mutmainah
5. Sifat Radhiyah
6. Sifat Mardhiyah
7. sifat Ubudiyah
—————————————-
37) Tujuh Petala Langit yang dimaksud dengan Martabat 7 (Tujuh) yaitu :
—————————————-
38) 1. Lathifatul Qolbi
2. Lathifatul Ruuhi
3. Lathifatul Sirri
4. Lathifatul Ahfa
5. Lathifatul Hafi
6. Lathifatul Nafsu Natika
7. Lathifatul Kulu Jasad
—————————————-
39) Jikalau tingkatan semacam ini yang kita ambil Hakikatnya pada Alam kecil yang
tersembunyi (terahasia) dalam diri kita, maka ulama menamakan sebagai berikut :
—————————————-
40) 1. HAYATUN JASADI BIN-NAFASI
2. HAYATUN NAFASI BIR-RUHI
3. HAYATUN RUHI BIS-SIRRI
4. HAYATUN SIRRI BIL IMANI
5. HAYATUN IMANI BINNURI
6. HAYATUN NURI BIL QUDRATI
7. HAYATUN QUDRATI BI MU’ALAMULLAHI TA’ALA DZATULLAH
—————————————-
41) Artinya adalah sebagai berikut :
—————————————-
42) Asalnya Jasad dari Nafas, Asalnya Nafas dari Ruh, Asalnya Ruh dari dalam
Rahasia, Asalnya Rahasia dari dalam Iman, Asalnya Iman dari Nur atau Cahaya,
Asalnya Nur atau Cahaya dari Qudrat, serta Asalnya Qudrat dari ke-Baqa’an ALLAH
—————————————-
43) Kalimatnya jadi seperti ini :
—————————————-
44) Hayatun jasadi hurufnya ALIF kalimatnya LA, Hayatun Nafasi hurufnya LAM
AWAL kalimatnya ILAHA, Hayatun Ruuhi hurufnya LAM AKHIR kalimatnya ILLA, serta
Hayatun Sirri hurufnya HA kalimatnmya ALLAH
—————————————-
45) Hayatun Imani hurufnya Alif (Allah) kalimatnya YAHU, Hayatun Nuri hurufnya
Lam (Jibril) kalimatnya IYAHU, serta Hayatun Qudrati hurufnya Mim (Muhammad)
kalimatnya IYAHU YAMANIHU
—————————————-
46) Dengan demikian apabila kesemuanya ini dilebur kedalam ke-Baqa’an DZAT
ALLAH, maka ulama menamakannya sebagai berikut :
—————————————-
47) WATUJIBUL jASADI FI FASARAL QOLBI, WATUJIBUL QOLBI FI FASARAL RUHI,
WATUJIBUL RUHI FI FASARAL SIRRI, WATUJIBUL SIRRI FI FASARAL IMAN,
WATUJIBUL IMAN FI FASARAL NURI, WATUJIBUL NURI FI FASARAL QUDRATI,
WATUJIBUL QUDRATI FI FASARAL DZATI FIL DZATI
—————————————-
48) Kalau diri manusia itu masih merupakan satu titik Roh Nabati namanya, Kalau ia
segumpal darah Roh Jamadi namanya, Kalau ia segumpal daging Roh Wajdi
namanya, Kalau ia bergerak Roh Hayati namanya, Kalau ia dilahirkan Roh Hayawani
namanya, Kalau ia menyusu Roh Nafsani namanya, Kalau ia berbicara Roh Insani
namanya, Kalau ia mempunyai akal Roh Nurani namanya, Kalau ia sampai umur Roh
Ruhani namanya, Kalau ia setengah umur Roh Rahmani namanya, Kalau ia berumur
40 tahun Roh Jamali namanya, Kalau ia sudah tua Roh Kulli namanya, Kalau ia mati
(mengenal perkataan ma’nawi dari pada mati) Roh Ma’nawiah namanya, Kalau ia di
dalam kubur Roh Rabbani namanya, Kalau ia bangun dari kubur Roh Illahiyah
namanya, Mengenal salah satu dari semua itu Roh Ruhul Arwah namanya, maka
segala galanya ini dengan perintah dari RUHUL QUTUB, dan bernama ROH IDHAFI
dan bernama ROH ‘ULWI dan bernama WUJUD IDHAFI dan WUJUD ‘AAMI
—————————————-
49) Adapun insan itu asalnya daripada Zat karena haqiqat pada wujudnya, dan
haqiqatnya itu esa dengan Zatnya, akan tetapi zahir Zat itu dengan Sifat dan Asma’
dan Af’al
—————————————-
50) Maka Zat itu bernama (Wahdah) dan (Wahdah) itu zahir pula dengan
(Wahdahniah) dan (Wahdahniah) itu zahir pula dengan (Wahdiah)nya, maka Zat itu
bernama (Alam Ruh) dan (Alam Misal) dan (Alam Ijsam) dan (Alam Insan) maka
insanlah kesudahan dari martabat yang tujuh itu
—————————————-
51) Tatkala NUKTAH itu duduk didalam belum Zaratul Qalimuhum namanya, dan
tatkala keluar daripada belumnya itu (seNuktah Awal ) namanya, dan tatkala turun
kepada bapak duduk sama tengah kepala bapak kita itu (Mahmud) namanya, dan
tatkala sehari dikandung oleh bapak kita itu maka turun pula kepada dahi bapak kita
itu (Qiblatul Awal) namanya, dan tatkala tiga hari turun pula kepada mata bapak kita
itu (Nurul Awal) namanya, dan turun pula kepada rahim ibu kita empat puluh hari
dikandung ibu kita (Alqah) namanya, dan sampai tujuh bulan dikandung oleh ibu
kita (Mudhograh) namanya, dan sampai pula lapan bulan dikandung ibu kita (Hiula)
namanya, maka masuklah (Insan) namanya (Muhammad) pun namanya jua
—————————————-
52) Pada waktu Subuh dan waktu Zohor itu keluar daripadanya huruf ALIF, Nabi
Allah Ibrahim, cahayanya merah, asalnya daripada Alqah, yakni dari daging
segumpal, rakaat yang empat itu sebab Tajali Wujud, Ilmu, Nur, Shuhud
—————————————-
53) Dan adapun pada waktu Asar itu keluar daripadanya LAM, Nabi Allah Yunus, asal
daripada Mudhograh, yakni daging segumpal, cahayanya kuning, rakaat yang empat
itu sebab Tajali Api, Angin, Air, Tanah
—————————————-
54) Dan adapun pada waktu Maghrib itu keluarnya daripada HA, Nabi Allah Isa,
cahayanya hijau, asal daripada Azhimah, yakni Tulang, Kulit, Roma, rakaat yang tiga
ini sebab Tajali Ahadiah, Wahdah, Wahdiah
—————————————-
55) Dan adapun pada waktu Isyak itu keluarnya daripada MIM, Nabi Allah Musa,
cahayanya hitam, asal daripada Hiuala, yakni rupa lembaga Nabi Allah Adam, rakaat
yang empat itu sebab Tajali Wadi, Mazi, Mani, Manikam
—————————————-
56) Dan adapun pada waktu Subuh itu keluarnya daripada DAL, Nabi Allah Adam,
cahayanya putih, asal daripada Nuthfah yakni Air Mani, rakaat yang dua itu sebab
Tajali Zat dan Sifat
—————————————-
57) Tatkala sempurna kejadian insan itu maka keluar Nafasnya itu apa kerjanya dan
tatkala ia masuk itu apa kerjanya, maka tatkala ia keluar itu kerjanya Meliputi Alam
dan tatkala ia masuk itu kerjanya Memenuhi Alam
—————————————-
58) Dan tatkala ia keluar itu bertemu dengan apa dan tatkala ia masuk itu bertemu
dengan apa, maka adapun tatkala ia keluar itu Bertemu Dengan Rahman dan tatkala
ia masuk itu Bertemu Dengan Rahim
—————————————-
59) Dan tatkala ia keluar itu apa yang dinyatakan olehnya dan tatkala ia masuk itu
apa yang dinyatakan olehnya, maka adapun tatkala ia keluar itu menyatakan dirinya
Sifat Zat dan takala masuk itu menyatakan dirinya Zat yaitu dengan segala Sifat
Qadim, Biwujudlillah yaitu Sifat Ma’ni dan Sifat Zat itu Wujud
—————————————-
60) Takala ia keluar itu kira kira satu hasta jauhnya ataupun satu jengkal jauhnya
ataupun enam jari jauhnya ataupun empat jari jauhnya apa namanya itu, maka
adapun tatkala keluar satu hasta itu Nafas namanya dan tatkala satu jengkal itu
Tanafas namanya dan tatkala enam jari itu Ampas namanya dan tatkala empat jari
itu Nufus namanya
—————————————-
61) Maka adapun tatkala ia keluar satu hasta jauhnya itu apa cahayanya dan tatkala
satu jengkal itu apa cahayanya dan tatkala enam jari apa cahayanya dan tatkala
empat jari itu apa cahayanya, dan adapun tatkala ia keluar satu hasta itu cahayanya
Kuning dan tatkala satu jengkal itu cahayanya Putih dan tatkala enam jari itu
cahayanya Merah dan tatkala empat jari itu cahayanya Hitam
—————————————-
62) Bagaimana cahaya yang Kuning itu datang ia daripada tempat yang mana dan
cahaya yang Putih itu datang ia daripada tempat yang mana dan cahaya yang Merah
itu datang ia daripada tempat yang mana dan cahaya yang Hitam datang ia daripada
tempat yang mana, maka adapun cahaya yang Kuning itu datang ia daripada
Jantung dan cahaya yang Putih itu datang ia daripada Hati dan cahaya yang Merah
itu datang ia daripada Buah Kayu Sanubari dan cahaya yang Hitam itu datang ia
daripada hempedu
—————————————-
63) Dan adapun Nafas yang keluar masuk itu Lima bagian sebelah Kanan dan
sebelah kiri dan adapun sebelah kanan itu satu keluar sebelah atas dan satu keluar
sebelah bawah dan satu keluar sama tengah, maka adapun ia keluar sebelah atas
itu putih rupanya dan apabila ia keluar sebelah bawah hitam rupanya dan apabila ia
keluar sebelah kanan kuning rupanya dan apabila ia keluar sebelah kiri merah
rupanya
—————————————-
64) Maka jikalau kita duduk dirumah keluar nafas kita itu sebelah kanan melainkan
laki-laki yang merah kulitnya datang kepada kita, jikalau ia membawa jenis barang
makanan yang dibawanya kepada kita itu dengan warna merah rupanya
—————————————-
65) Dan jikalau keluar nafas disebelah kiri kita itu jikalau perempuan yang datang
kepada kita itu melainkan rupanya kuning, maka barang yang dibawanya itu pun
kuning jua
—————————————-
66) Dan jikalau nafas kita itu keluar disebelah atas melainkan laki-laki yang putih
kuning kulitnya yang datang kepada kita, maka jikalau ia membawa jenis barang
kepada kita dengan warna putih ataupun sebagainya
—————————————-
67) Demikian lagi jikalau nafas kita keluar disebelah bawah melainkan laki-laki yang
hitam kulitnya datang kepada kita, maka jikalau ia membawa jenis barang makanan
itu dengan rupanya hitam warnanya
—————————————-
68) Demikian juga kalau nafas kita keluar itu terpecah dua ataupun tiga melainkan
alamatnya datang orang kepada kita dua ataupun tiga orang
—————————————-
69) Demikian juga jikalau nafas kita yang sama tengah itu keluar halus seperti jarum
rasanya inilah yang amat baik, yakni Ketika Selamat namanya
—————————————-
70) Dan demikian jikalau nafas kita itu keras rasanya disebelah kanan maka tiba-tiba
datang orang itu kepada kita membawa khabar hal yang tidak baik
—————————————-
71) Maka orang itu duduk disebelah kiri kita, maka nafas kita pada masa itu keras
sebelah kanan kita, maka khabar orang itu dusta belaka
—————————————-
72) Maka jikalau ia duduk disebelah kira maka nafas kita pun keras disebelah kiri
juga, maka khabar itu nyatalah sungguhannya, tiada ia berdusta sama sekali
—————————————-
73) Tatkala nafas kita keluar itu Jibril namanya dan tatkala masuk itu Jibrail
namanya, dan waktu yang mana dinamakan Jibrail dan waktu yang mana dikatakan
Jibril, adapun waktu ia membawa firman Tuhan kepada hambanya inilah dinamai
Jibrail dan waktu ia menerima puji hambanya itu serta membawa mengadap Tuhan
nya inilah dinamai akan dia Jibril
—————————————-
74) Tatkala nafas kita itu keluar disebelah kanan Jibrail namanya dan takala ia
masuk itu Mikail namanya dan takala ia keluar disebelah kiri itu Israfil namanya dan
takala ia masuk Izrail namanya, dan adapun Istana Nafas itu didalam Otak, inilah
yang bernama Ruhul Nafsi cahayanya putih
—————————————-
75) Dan adapun perbedaan Ruh dengan Nafas itu berlainan, yakni nafas itu keluar
dan masuk, dan adapun Ruh itu tiada keluar dan tiada masuk, tetapi Ruh itu pergi
datang pada Jalan Bathin, Yakni diibarat seumpama kita masuk pada Alam Khayal
dan Alam Misal, seperti kita melihat saudara di negeri yang jauh terbang ke udara
dengan tiada bersayap
—————————————-
76) Demikianlah sabit Hayyat itu adanya, tiada ada didalam dan tiada diluar dan
tiada diatas dan tiada dibawah karena kita ini tempat menerima Tajali Tuhan jua
adanya
—————————————-
77) Maka diri yang Bathin itulah nyawa kita maka tiadalah dapat kita lihat dengan
mata kepala kita karena tidak ada warna padanya akan tetapi kita ketahui diri yang
Bathin itu kenyataannya pada diri yang Zahir jua
—————————————-
78) Tatkala kita lihat sifat yang Zahir itu seperti hidup dan tahu dan kuasa dan
berkehendak dan mendengar dan melihat dan berkata-kata dan gerak dan diam
itulah nyata pada diri kita yang Zahir, itulah sifat diri kita yang Bathin
—————————————-
79) Maka tatkala itu kita lihat nyata pada diri kita yang Zahir sifat diri kita yang
Bathin itu tiada didalam dan tiada di luar dan tiada di atas dan tiada di bawah dan
tiada di kiri dan di kanan melainkan hendaklah kita ketahui dengan yakin bahwa ada
diri kita yang Bathin itulah Nyawa kita, yakni bayang-bayang Sifat Tuhan
—————————————-
80) Maka adalah kelakuan Sifat Tuhan itu nyatalah pada diri kita yang Bathin dan
bagaimana kelakuan sifat diri kita yang Bathin itu nyata pada diri kita yang Zahir,
maka jikalau kita hendak melihat kelakuan diri kita yang Bathin melainkan hendaklah
kita masuk kepada Alam Khayal ataupun Alam Misal melainkan dapatlah kita melihat
kepada kenyataan Sifat Tuhan
—————————————-
81) Apabila sudah faham yang demikian itu maka kita ketahuilah hidup Badan itu
dengan sebab hidup Nyawa dan tahu Badan itu dengan sebab tahu Nyawa dan
kuasa Badan itu dengan sebab kuasa Nyawa dan berkehendak Badan itu dengan
sebab berkehendak Nyawa dan mendengar Badan itu dengan sebab mendengar
Nyawa dan melihat Badan itu dengan dengan sebab melihat Nyawa dan berkata-
kata Badan itu dengan sebab berkata-kata Nyawa dan gerak diam Badan itu dengan
sebab gerak diam Nyawa
—————————————-
82) Maka apabila engkau sudah faham seperti yang tersebut itu engkau akan
mengetahui hidup Nyawa itulah tempat menzahirkan hidup Tuhan dan tahu Nyawa
itulah tempat menzahirkan ilmu Tuhan dan kuasa Nyawa itulah tempat menzahirkan
Qudrat Tuhan dan berkehendak Nyawa itulah tempat menzahirkan Irradat Tuhan
dan mendengar nyawa itulah tempat menzahirkan Sama’ Tuhan dan melihat Nyawa
itulah tempat menzahirkan Bashar Tuhan, berkata-kata Nyawa itulah itulah tempat
menzahirkan Qalam Tuhan dan berkata-kata yang tujuh itu pada diri kita yang
bathin itu seperti nyatalah sifat diri kita yang Bathin dan diri yang Bathin itu
sepertilah pada diri kita yang Zahir ini
—————————————-
83) Maka engkau ketahuilah dan engkau kenalilah bahwa diri kita yang Bathin itulah
Nyawa kita tempat nyata Sifat Tuhan dan diri kita yang Zahir ini tempat tempat
nyata Sifat diri kita yang Bathin, maka janganlah engkau cari Tuhan mu itu tempat
yang lain pada diri kamu sendiri, maka itu sangat nyata karena sekalian alam ini
seperti keadaan engkau jua, tetapi nyata Tuhan mu itu pada diri kamu itu terlebih
nyata daripada yang lain karena manusia itu tempat menerima dan menzahirkan
SifatNya dan Asma’Nya dan Af’alNya
—————————————-
84) Sifat pun Sifat Zat, Asma pun Asma Zat dan Af’al pun Af’al Zat, Qadim keempat-
empat itu Esa pada pihak tanazul dan taqarop inilah rahasia orang yang mengenal
diri yakni kenal diri yang Zahir dan diri yang Bathin itu tiada mempunyai wujud pada
haqiqatnya segala sifat yang tersebut itu sekali-kali melainkan menjadi menghantar
kepada bukan tempatnya untuk menjatuhkan hukum, taklik di atas hambanya yang
mengerjarkan amar dan nahi maka jadilah wasilah ma’rifat kita pada tiga martabat,
Pertama kenal diri yang Zahir dan kedua kenal diri yang Bathin dan ketiga kenal
Tuhan
—————————————-
85) Maka apabila sudah engkau faham segala yang tersebut itu, melainkan
hendaklah engkau meng Esa kan dan menSyahadatkan dan Mujahadah dan
Murakabah dan Muqabalah dengan Tuhan mu itu pada dirimu karena ianya jua
adanya
—————————————-
86) Permulaan nyata pada kita melainkan hendaklah kita senantiasa hadir hati kita
kepada Tuhan kita itu jangan sekali-kali lalai baik dalam keadaan duduk dan berjalan
dan gerak dan diam kita dan barang sebaginya, maka segala hal tersebut itu berlaku
atas diri kita, karena semua perintah Tuhan itu berlaku atas hambanya
—————————————-
87) Maka perintah itu adakalanya baik dan adakalanya jahat dan adakala nikmat dan
adakalanya rahmat, maka jatuh perintahnya itu diatas hambanya, melainkan
wajiblah diatas hamba itu membayar haknya tatkala datang nikmat diatas kita
melainkan wajiblah membayar hakNya dengan segera karena kita anugerah
daripadaNya
—————————————-
88) Maka apabila datang bala diatas kita maka kita pandang dengan haqiqat bahwa
bala itu daripadaNya jua, maka wajiblah atas kita membayar hakNya dengan sabar
dan redha serta taat
—————————————-
89) Maka tatkala datang kebajikan diatas kita maka kita pandanglah kebajikan itu
daripadaNya jua, maka wajiblah diatas kita membayar hakNya dengan segera
karena semuanya itu adalah anugerahNya
—————————————-
90) Maka tatkala datang kejahatan maksiat atas kita maka kita pandang dengan
mata hati kita ianya jua yang menjadikan maksiat itu diatas hambanya melainkan
wajiblah diatas kita membayar hakNya dengan perbanyak Astaghafirullah Alazhim
serta kita minta ampun dan kita minta berlindung kepadaNya jua karena ianya jua
yang menjadikan segala jenis yang tersebut itu melainkan ianya jua yang
mengampunkan dosanya kita melainkan Ianya jua Tuhan mengasihi akan
hambaNya, maka jika tiada hal yang demikian itu niscaya sia-sialah hidup kita dalam
dunia ini melainkan menyesalLah kita dalam akhirat dengan tiada berguna lagi
karena sekaliannya itu kembali kepada mu jua, baik dan jahatnya
—————————————-
91) Maka dari itu ingatlah bahwa Bismillah itu ialah yang bernama Aku atau nyawa
Muhammad, Bermula Muhammad itu nyawa manusia, adapun manusia itu tempat
tajali Qudrat dan Iradat Tuhan
—————————————-
92) Maka segala nyawa manusia itu didalam Qolbi dan bermula Qolbi itu Jantung
yakni Rumah Qolbi dan bermula Jantung itu Rumah Nyawa dan bermula Rumah
Nyawa itu ialah Aku tetapi Aku itu didalam Qolbi seperti firman Allah “Wa Fi Am
Pusakum Apala Tubsirun” Yakni bukankah Aku itu didalam diri kamu mengapa tidak
kamu lihat
—————————————-
93) Dan bermula Qolbi itu yang bernama HA, bermula yang bernama HA itu Hati,
bermula Hati itu ialah bernama Muhammad, maka Nyawa kita dan Sirr kita pada
Muhammad dan adapun HU itu ia sendiri tiada sekalianNya
—————————————-
94) Maka firman Allah Taala Kun Fayakun maka jadilah Nur Muhammad di dalam
Nur Allah Taala setelah lengkap jadi Nur Muhammad, maka Allah pun ghaib didalam
Nur Muhammd maka Nur Muhammad pun menilik keelokan dirinya Lam Jalalah
maka keluarlah nyawa sekalian alam ini
—————————————-
95) Yakni terpancarlah kenyataan Nurnya itu diibarat seperti lampu yang sangat
terang maka jika ditatap lampu itu dengan satu tatapan raga yang dibalut dengan
kertas berbagai macam warnanya maka cahaya lampu itu akan terpancar pada
lobang raga, maka apabila koyak satu kertas pada lobang raga itu niscaya hilanglah
cahayanya kembali kepada lampunya
—————————————-
96) Maka Nur Muhammad itu ghaib ia pada sekalian badan hamba Allah Taala yang
mukmin, yakni bersama dengan cahaya lampu yang terpancar kepada lobang raga
yang tersebut dahulunya, dan adapun Hati itu bermula dari Sirr yang Latif di
taruhkan Allah Taala bagi manusia di dalam dada pada lambung kiri dan dibungkus
dengan daging segumpal serta kenderaan tiap-tiap anggota jasad itu tentaranya
adalah Hati karena Hati itu adalah Raja baginya dan Raja itu dua muka
—————————————-
97) Satu muka menilik kepada Dirinya dan satu muka menilik kepada Tuhan, maka
muka yang awal itu ada di dalam matanya segala rupa Akuan, dan mata Hati itu
ialah Akal dan selama Akal itu dibawah perintah Akuan maka Hati itu ditawannya
hingga apabila hilang perintah Akuan daripadanya
—————————————-
98) Maka hilanglah Akal yang bertambah itu dan zahirlah bekasnya yang ghaib
bercahaya dan cahayanya itulah yang dinamakan Nur Ma’rifat, maka meniliklah
engkau dengan Nur Ma’rifat yang ditaruhkan didalam Bathinmu itu yaitu mata yang
halus dan telah datanglah yang Haq dan hilanglah yang Bathil
—————————————-
99) Adapun HA itu daripada Hati dan jika Sirr pun daripada Hati jua karena inilah
dikatakan bahwa tatkala Hati itu condong kepada segala keinginan dunia seperti
makanan, lemak manis ataupun barang sebagainya, maka tatkala itu dinamai Nafsu
dan apabila Hati itu condong kepada segala kebaktian dunia dan akhirat ibadatlah
namanya
—————————————-
100) Dan tatkala Hati itu birahi kepada Allah Taala syah akan pertemuan itu maka
dinamailah ia Ruh, dan tatkala Hati itu memancarkan sesuatu Akal namanya, dan
Budi pun namanya, dan tatkala Hati itu mengetahui dirinya itubaik dan jahat dan
sakit Hati Yang Halus namanya dan tatkala ia berkehendakan kepada sesuatu Nafsu
namanya dan tatkala ia mengetahui Hamba dan Tuhan Qolbi Zarah namanya dan
Cermin Ikhlas pun namanya
—————————————-
101) Dan Tatkala ia mengesakan Allah Taala Tauhid namanya dan Perisai pun
namanya dan tatkala ia melihat Kebesaran Ma’rifat namanya dan Arash pun
namanya dan tatkala ia sudah mengetahui Zat dan Sifat dan Asma dan Af’al Ummi
Kitab namanya dan Nur pun namanya dan tatkala ia mengetahui Tuhan lengkap
sekalian alam tetap dengan Zat dan Sifat yaitu sekalian alam kepada Tuhan Ma’rifat
Nur namanya dan Ahadiah Takdir pun namanya
—————————————-
102) Dan tatkala ia tetap Ma’rifat dan Tauhidnya Lufh namanya dan Qalamul U’lia
pun namanya dan takala ia sudah mengetahui didalam ghaib Qalamul Arash
namanya dan Qalam Naps pun namanya dan takala ia tetap ketika didalam ghaib
dengan Heran serta tercengang-cengang Iradat namanya dan Qudrat pun namanya
dan Rahsia pun namanya
—————————————-
103) Takdir Rahasia itu mengembalikan Amanah Kepada Yang Empunya Amanah
Amanat namanya dan tatkala ia sudah mengetahui didalam ghaib hamba yang
menanggung Amanah heranlah ia akan dirinya Tercegang-cengang Amanat
namanya dan Khazaan pun namanya dan tatkala ia mengetahui tubuh dan dirinya
Kunhu namanya dan tatkala ia mengetahui keadaan dirinya ada sekalian alam
umpama banjir ditengah pasir ataupun seperti sebuah sampan atau perahu di
tengah laut Kunhu Kazal namanya dan Qolbi Mukmin pun namanya
—————————————-
104) Barang siapa yang bertanya dari mana datangnya ilmu ini sama dengan
menanyakan dari mana datangnya Al Quran itu sendiri, jika bingung silahkan anda
rujuk langsung ke Allah karena hanya Allah saja yang maha benar yang lain
semuanya salah
—————————————-
105) dilihat mata buta, didengar tiada suara, diraba tiada rasa, maka kenali diri rata-
rata, baru kenal tuhan yang nyata
—————————————-
106) Sebagai penutup, sesungguhnya kesempurnaan adalah suatu yang sulit
tercapai, dan untuk mencapainya adalah perkara yang sungguh sangat berat, maka
barang siapa yang mendapati aib pada Risalah ini segeralah untuk menutupinya, dan
barang siapa yang mendapati kekurangan, segeralah menyempurnakannya, dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang selalu mengadakan
perbaikan
—————————————-
107) Hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan, dan kepadaNya kita
menyandarkan diri. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Semoga shalawat beserta salam dan barakah kepada Nabi kita Muhammad dan
kepada keluarganya, dan juga keselamatan yang banyak. Wal hamdu lillahi robbil
‘alamiin
—————————————-
Disusun oleh : Al Alamah Al Aribillah Al kurtubi Al jandai As Syeh yang dipertuan
Agung Abah tuak ilahi Al indragiri
Bagikan ini:

 Twitter

  Facebook

Terkait

Sholat menurut pandangan hakikat

‫ شهد أن ال اله اال الله و أشهد أن محمدا رسول الله‬Sholat dalam pandangan Ilmu Hakekat “ . Pandangan
Hakekat : Sholat bukan menyembah namun Sholat adalah berdiri menyaksikan diri sendiri yaitu
bersaksi diri kita sendiri bahwa Tiada Nyata pada Diri Kita Hanya Allah yaitu Diri Batin
( Muhammad…
dalam "Tak Berkategori"
Dialog antara Allah dengan Malaikat mengenai Nur Muhammad

Qīla Huwa Ādam (`alayhi ‘s-salām), qāla Ādamu bihī unīluhu a`lal marātib (Setelah Allah
memperlihatkan Nur Muhammad (s) di Surga, lalu terjadilah suatu dialog antara malaikat dengan
Allah (swt)): Malaikat bertanya, “Apakah itu Cahaya Nabi Adam (a)?” (Allah): “Bukan, bahkan
dengan Nur ini Nabi Adam (a) Kuberi martabat yang tinggi.”…
dalam "Tak Berkategori"
Dialoh Hebat "ISA AS DENGAN ALLAH SWT" Hingga Rasulullah SAW Menangis

DIALOG HEBAT DALAM AL-QUR'AN Bismillah. Dalam Al Qur'an terdapat banyak dialog (hiwar).
Salah satunya sangat menakjubkan. Nabi SAW pernah menangis ketika sampai di bagian dialog
ini. Ia adalah dialog ANTARA ISA AS DENGAN ALLAH SWT di akhir-akhir Surat Al Maa'idah.
Tepatnya ayat 116-119. Di sini tidak akan diberi banyak penjelasan,…
dalam "Tak Berkategori"
2 SEPTEMBER 2016 ABIT
Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan.Ruas yang wajib ditandai *
Komentar
Nama *
E-mail *
Situs Web
Beri tahu saya komentar baru melalui email.
Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.

Navigasi pos
TULISAN SEBELUMNYABelajar mengenal sang pencipta
TULISAN SELANJUTNYADialog antara Allah dengan Malaikat mengenai Nur
Muhammad
Cari untuk:

TERJEMAHKAN

Pilih
BahasaAfrikansAlbaniaAmharaArabArmeniaAzerbaijanBasqueBelandaBelarussiaBengaliBosniaBulga
riaBurmaCebuanoCekoChichewaChina (Aks. Sederhana)China (Aks.
Tradisional)DenmarkEsperantoEstoniaFarsiFinlandiaFrisiaGaeligGaelik
SkotlandiaGalisiaGeorgiaGujaratiHausaHawaiiHindiHmongIbraniIgboInggrisIslanItaliaJawaJepangJer
manKannadaKatalaKazakKhmerKirghizKoreaKorsikaKreol
HaitiKroatKurdiLaosLatinLatviaLituaniaLuksemburgMagyarMakedoniaMalagasiMalayalamMaltaMaori
MarathiMelayuMongolNepalNorskPashtoPolandiaPortugisPrancisPunjabiRumaniaRusiaSamoaSerbS
esothoShonaSindhiSinhalaSlovakiaSloveniaSomaliSpanyolSundaSwahiliSwenskTagalogTajikTamilT

eluguThaiTurkiUkrainaUrduUzbekVietnamWalesXhosaYiddiYorubaYunaniZulu Diberdayakan oleh


Terjemahan

PENULIS

 abit

o Sholat menurut pandangan hakikat

o MAKAM DIRI

o (NUR SALASIA}

o Dialoh Hebat “ISA AS DENGAN ALLAH SWT” Hingga Rasulullah SAW Menangis

o Dialog antara Allah dengan Malaikat mengenai Nur Muhammad

TULISAN TERAKHIR

 Sholat menurut pandangan hakikat 6 Agustus 2017


 MAKAM DIRI 2 Agustus 2017

 (NUR SALASIA} 1 Agustus 2017

 Dialoh Hebat “ISA AS DENGAN ALLAH SWT” Hingga Rasulullah SAW Menangis 28 Februari 2017

 Dialog antara Allah dengan Malaikat mengenai Nur Muhammad 30 September 2016

Blog di WordPress.com.

Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju
dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie

Anda mungkin juga menyukai