Anda di halaman 1dari 70

MODUL PRAKTIKUM

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Penyusun :
TIM

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
‘AISYIYAH SURAKARTA
TAHUN 2019
BIODATA MAHASISWA

PAS FOTO

NAMA : …………………………………….
NIM : …………………………………….
ALAMAT : …………………………………….
NO TELP : …………………………………….

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
STIKES „AISYIYAH SURAKARTA
VISI
“Menjadi Perguruan Tinggi „Aisyiyah yang unggul dalam bidang kesehatan
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berakhlakul karimah dan
kompetitif di tingkat nasional tahun 2022”

Misi

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan yang unggul bertaraf


nasional di bidang akademik serta non-akademik yang bernafaskan Islam
2. Mengembangkan dan melaksanakan penelitian untuk menghasilkan teori
yang mendukung pembelajaran
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang mendukung peningkatan
mutu pendidikan
4. Mengembangkan jejaring dengan lembaga pendidikan, lembaga penelitian,
lembaga pemerintah dan masyarakat ditingkat nasional

TUJUAN

1. Menghasilkan tenaga kesehatan yang unggul dan berakhlakul karimah


2. Menghasilkan karya penelitian berupa pengetahuan, metode dan teknologi
yang mendukung pembelajaran dan berguna bagi masyarakat
3. Menghasilkan karya pengabdian kepada masyarakat di bidang kesehatan
4. Menghasilkan kerjasama kemitraan yang mendukung kegiatan akademik,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara nasional
PROGRAM STUDI NERS

Visi

Mewujudkan Program Studi Ners dengan unggulan manajemen bencana untuk


menghasilkan sumber daya manusia professional, berakhlakul karimah dan
kompetitif di tingkat nasional pada tahun 2022

Misi Program Studi

1. Menyelenggarakan pendidikan, pembelajaran dan bimbingan profesi Ners


yang bermutu dan Islami.
2. Mengembangkan penelitian yang mendukung pengembangan IPTEK dalam
bidang pelayanan keperawatan, terutama di bidang manajemen bencana
3. Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat terutama yang relevan dengan manjemen bencana
4. Mengembangkan jejaring dengan institusi lain di tingkat nasional

Tujuan Program Studi

1. Menghasilkan Ners yang Profesional, Islami, berakhlakul karimah dengan


unggulan manajemen bencana
2. Menghasilkan penelitian yang menunjang pengembangan IPTEK dalam
bidang pelayanan keperawatan, khususnya dalam manajemen bencana
3. Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis penelitian untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan manajemen bencana
4. Menghasilkan kerjasama dengan pemerintah maupun swasta dalam
penyelenggaraan Catur Dharma PT di tingkat nasional
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr. Wb
Setiap institusi pendidikan perguruan tinggi yang telah melaksanakan
pendidikan keperawatan harus menggunakan kurikulum sebagai dasar utama.
Berdasarkan kompetensi atau kemampuan yang dijabarkan ke dalam keterampilan
pengetahuan dan sikap.
Untuk mencapai kompetensi tersebut diperlukan metode pembelajaran
yang baik. Disamping pemberian kuliah dikelas juga diperlukan pembelajaran
laboratorium dalam bentuk praktek mandiri maupun dengan didampingi atau
dibimbing oleh dosen. Sebagai pedoman dalam melaksanakan praktek
laboratorium, kami telah menyusun “Pedoman Praktek Laboratorium
Keperawatan Dewasa III” yang berisi proses pelaksanaan, tugas mahasiswa
maupun dosen, kompetensi dan keterampilan sesuai dengan tujuan kurikulum
Pendidikan Ilmu Keperawatan beserta SOPnya.
Dengan tersusunnya pedoman praktek ini diharapkan proses pembelajaran
di laboratorium akan lebih terarah dan mahasiswa dapat memanfaatkan buku
pedoman ini dengan sebaik-baiknya. Sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
dengan baik.

Wassalamu’alaikum, wr. Wb
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ...................................................................................... 1


HALAMAN IDENTITAS ............................................................................... 2
VISI MISI TUJUAN....................................................................................... . 3
KATA PENGANTAR...................................................................................... 4
DAFTAR ISI .................................................................................................... 5
RPS.................................................................................................................... 6
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 7
A. Ayat-Ayat Al-Qur‟an yang Relevan..................................................... 8
B. Deskripsi Mata Ajar.............................................................................. 9
C. Tujuan .................................................................................................. 10
BAB II PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM................................. 11
A.Target kompetensi................................................................................. 12
B.Waktu pelaksanaan............................................................................... 13
C.Tempat pelaksanaan.............................................................................. 14
D. Peserta.................................................................................................. 15
E. Pembimbing......................................................................................... 16
F. Mekanisme Bimbingan........................................................................ 17
G. Tata Tertib........................................................................................... 18
H. Alur Proses Pelaksanaan..................................................................... 19
I. Materi.................................................................................................... 20
BAB III EVALUASI...................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP.........................................................................................70
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Pertemu Sub CP-MK Indikator Kriteria dan Bentuk Penilaian Metode Pembelajaran Materi Bobot
an Ke- (Sbg kemampuan akhir yang diharapkan) (Estimasi Waktu) Pembelajaran Penilaian
(Pustaka) (%)
1,2,5,6,7, Mahasiswa mampu melakukan praktek 1. Ketepatan melakukan pemeriksaan kekuatan otot Kriteria: Diskusi dan unjuk Pemeriksaan 50%
8,12 klinik sistem muskuloskeletal dan sistem 2. Ketepatan melakukan pembidaian Ketepatan melakukan pemeriksaan kekuatan kerja kekuatan otot,
imun 3. Ketepatan melakukan ROM otot, pembidaian, ROM, pembalutan, GIBS, 3x(170 menit) pembidaian,
Traksi, perawatan luka bakar ROM,
4. Ketepatan melakukan pembalutan
pembalutan,
5. Ketepatan melakukan GIBS Bentuk non test: demonstrasi pemeriksaan GIBS, Traksi,
6. Ketepatan melakukan Traksi kekuatan otot, pembidaian, ROM, pembalutan, perawatan luka
7. Ketepatan melakukan perawatan luka bakar GIBS, Traksi, perawatan luka bakar bakar
3,4,9,10, Mahasiswa mampu melakukan praktek 1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan refleks fisiologis Kriteria: Diskusi dan unjuk Pemeriksaan 30%
11 klinik sistem neurologi 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan refleks patologis Ketepatan melakukan pemeriksaan reflek kerja reflek fisiologis,
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan GCS fisiologis, refleks patologis, pemeriksaan GCS, 5x(170 menit) refleks
perawatan luka bakar patologis,
4. Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka bakar
pemeriksaan
Bentuk non test: demonstrasi pemeriksaan GCS, perawatan
reflek fisiologis, refleks patologis, pemeriksaan luka bakar
GCS, perawatan luka bakar
13-14 Mahasiswa mampu melakukan praktek 1. Mahasiswa mampu melakukan irigasi mata Kriteria: Diskusi dan unjuk irigasi mata dan 20%
klinik sistem pengindraan 2. Mahasiswa mampu melakukan irigasi telinga Ketepatan melakukan tindakanirigasi mata dan kerja telinga
telinga 2x(170 menit)
Bentuk non test: demonstrasi irigasi mata dan
telinga
15,16 Ujian skill
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Al-Quran Yang Relevan


Surat Asy Syu’ara Ayat 78-82

Artinya :
(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku dan apabila aku
sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku,
kemudian akan menghidupkan aku (kembali) dan Yang amat kuinginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".

Al-Quran Surah Al-Anbiyaa’ :83-84

Artinya :
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah.
B. Deskripsi mata ajar
Praktek laboratorium keperawatan dewasa IIImerupakan penerapan
tentang teori terkait dengan keterampilan dalam implementasai asuhan
keperawatan pada pasien dewasa. Fokus mata ajar ini adalah mempraktekkan
keterampilan yang terkait dengan implementasi untuk mengatasi gangguan
sistem persyarafan, pengindraan, musculoskeletal, integumen dan imun.

C. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah menyelesaikan praktek laboratorium ini mahasiswa mampu
melakukan tindakan keperawatan terkait dengan masalah keperawatan
dewasa.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah menyelesaikan praktek laboratorium ini mahasiswa mampu :
a. Melakukan prainteraksi sehingga terbina dan terpelihara hubungan
terapeutik antara klien dan perawat.
b. Mampu melakukan fase kerja pada setiap SOP sesuai target
kompetensi.
c. Mampu melakukan terminasi dengan baik dalam setiap tindakan
keperawatan sesuai dengan target kompetensi.
d. Mampu melakukan semua tindakan secara mandiri semua kompetensi
keterampilan yang ditargetkan.
BAB II
PETUNJUK PELAKSANAAN PRKATIKUM

A. Target Kompetensi
Pelaksanaan praktikum laboratorium keperawatan medikal bedah III
mampu menghasilkan mahasiswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Oleh karenanya, untuk membantu pencapaian tujuan belajar maka disusunlah
daftar kompetensi praktikum keterampilan dasar keperawatan untuk tingkat
pencapaian kompetensi knowledge (pengetahuan) dan kompetensi skill
(keterampilan) yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar.

NO KETRAMPILAN DOSEN PEMBIMBING


1. Pemeriksaan Kekuatan Otot TIM
2. Pembidaian
3. Refleks Fisiologis
4. Refleks Patologis
5. Rom
6. Pembalutan
7. Gibs
8. Traksi
9 Gcs
10 Nervus Cranialis
11 Nervus Cranialis
12 Perawatan Luka Bakar
13 Irigasi Mata
14 Irigasi Telinga
15 UJIAN LAB
16

B. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan praktikum Kep. Medikal Bedah III akan dilaksanakan pada
pembelajaran semester ganjil.

C. Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktikum yang akan dilaksanakan di Mini Hospital
(Minhos) atau kelas dalam bentuk klasikal kampus 2 Stikes „Aisyiyah
Surakarta.

D. Peserta
Pelaksanaan praktikum Kep. Medikal Bedah III akan diikuti mahasiswa
Sarjana Keperawatan semester V.
E. Mekanisme Bimbingan
Fase Bimbingan Tugas Pembimbing Tugas Peserta Didik
Fase Persiapan  Memfasilitasi waktu  Koordinasi dengan dosen
pelaksanaan, pembimbing
memberikan  Mengebon alat dengan
persetujuan persetujuan dosen
pelaksanaan praktikum pembimbing minimal
sesuai topik sehari sebelum dilakukan
praktikum
 Menyiapkan tempat dan
alat yang dibutuhkan dalam
praktikum sesuai topik
Fase Pelaksanaan  Mengobservasi  Menjawab pertanyaan
mahasiswa, dapat
berupa tes lisan maupun  Memperhatikan
tertulis
 Menjelaskan dan
mempraktekkan secara  Melakukan keterampilan
langsung sesuai dengan yang telah diajarkan
perasat masing-masing
 Memberi kesempatan
pada mahasiswa untuk
mencoba melakukan
secara langsung perasat
yang telah diajarkan
Fase Evaluasi  Melakukan post  Mencatat dan
conference mendengarkan
 Memberikan feed back
peserta didik
 Memberikan nilai
proses pada lembar
penilaian

F. Metode Bimbingan
1. CERAMAH
2. ROLE PLAY
3. DEMONSTRASI

G. Tata Tertib
1. Mahasiswa wajib memakai seragam kuliah beserta atribut lengkap.
2. Mahasiswa wajib membuat resume materi yang akan di praktikumkan.
3. Kehadiran praktikum wajib 100%, jika mahasiswa tidak dapat mengikuti
praktikum, mahasiswa wajib menggantinya dengan mengikuti praktikum
kelompok berikutnya.
4. Jadwal yang telah diberikan dapat berubah sewaktu-waktu disesuaikan
dengan dosen pengampu masing-masing.
5. Mahasiswa wajib meminta penilaian selama proses praktikum kepada
dosen pembimbing praktikum.
6. Mahasiswa wajib mengumpulkan buku pedoman yang telah diisi secara
lengkap baik form penilaian maupun form target kompetensi.
7. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum secara full dengan tiap kali
praktikum 170 menit.
8. Mahasiswa yang berhak mengikuti ujian evaluasi (OSCA atau COMPRE)
adalah mahasiswa yang telah mengikuti seluruh praktikum yang telah
ditentukan.

H. Alur Prosedur Pelaksanaan

Jadwal Mahasiswa konfirmasi fix Mahasiswa melakukan


Praktikum ke Dosen Pengampu pengebonan alat ke
maks. H-1 pelaksanaan labboratorium maks. H-1
praktikum pelaksanaan praktikum

Digantikan dengan Pelaksanaan


jadwal praktikum lain praktikum

Mahasiswa menerima jadwal praktikum yang akan diberikan oleh koordinator


praktikum. Maksimal atau paling lambat 1 hari sebelum pelaksaan praktikum
mahasiswa melakukan konfirmasi kepada dosen pengampu praktikum.
Apabila dosen yang bersangkutan dapat mengisi praktikum sesuai jadwal
(fix) mahasiswa wajib melakukan pengebonan alat sesuai dengan perasat
yang akan dipraktikumkan ke mini hospital (laboratorium) dengan bukti
kertas pengebonan alat yang telah di tandatangani oleh dosen pengampu dan
mahasiswa. Namun apabila dosen yang bersangkutan tidak dapat mengisi
praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, mahasiswa berhak
menggantikan dengan dosen pengampu lain yang dapat memberikan materi
dan mahasiswa tetap wajib melakukan pengebonan alat ke mini hospital
(laboratorium)
Modul 1
Pemeriksaan Kekuatan otot

Kompetensi Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


Dasar memahami dan menjelaskan teori tentang pemeriksaan kekuatan otot
dan mempraktekkan cara pemeriksaan kekuatan otot
Indikator 1. Menjelaskan apa pengertian dari kekuatan otot
Kompetensi 2. Menjelaskan indikasi pemeriksaan kekuatan otot
3. Menjelaskan tentang fungsi dari pemeriksaan kekuatan otot
4. Melakukan prosedur pemeriksaan kekuatan otot dengan baik dan
benar
5. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan kekuatan otot
Teori Pemeriksaan GCS
1. Pengertian
Pengertian kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara
kualitas maupun kuantitas mengembangkan ketegangan otot
untuk melakukan kontraksi ( Waters & Bhattacharya 2009 ).
2. Cara pemeriksaan kekuatan otot:
a. Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan
perhatikan adanya kelainan dan deformitas.
b. Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk
menggerakkan persendian ekstremitas.
c. Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati
adanya tremor, ukuran otot (atropi, hipertropi), serta ukur
lingkar ekstremitasnya (perbedaan >1cm dianggap bermakna).
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot.
d. Sternocleidomastoideus: klien menengok ke salah satu sisi
dengan melawan tahanan tangan pemeriksa.
e. Trapezius: letakkan kedua tangan pada bahu klien, minta klien
menaikkan bahu melawan tahanan tangan pemeriksa.
f. Deltoideus: minta klien mengangkat kedua lengan dan
melawan dorongan tangan pemeriksa ke arah bawah.
g. Otot panggul: posisikan klien telentang dengan kedua tungkai
ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut klien, minta
klien mengangkat salah satu tungkai, dorong tungkai kebawah.
h. Abduksi panggul:posisikan klien telentang dengan kedua
tungkai ekstensi, letakkan tangan pada permukaan lateral
masing-masing lutut klien, minta klien meregangkan kedua
tungkai, melawan tahanan pemeriksa.
i. Adduksi panggul: posisikan klien telentang dengan kedua
tungkai ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut klien,
minta klien mengangkat salah satu tungkai, minta klien
merapatkan kedua tungkai melawan tahanan pemeriksa.
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot,
kekuatan otot.
j. Bisep: minta klien merentangkan kedua lengan dan mencoba
memeluknya, pemeriksa menahan lengan agar tetap ekstensi.
k. Trisep: minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba
merentangkannya melawan usaha pemeriksa untuk membuat
lengan klien tetap fleksi
l. Otot pergelanagan tangan dan jari-jari : minta klien
merengangkan kelima jari dan melawan usaha pemeriksa
untuk mengumpulkan kelima jari.
m. Kekuatan genggaman: minta klien menggenggam jari telunjuk
dan jari tengah pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman
klien.
n. Hamstring: posisikan klien telentang, kedua lutut ditekuk
minta klien meluruskan tungkai melawan tahan pemeriksa
o. Kuadrisep: posisikan klien telentang,lutut setengah
ekstensi,klien menahan usaha pemeriksa untuk memfleksikan
lutut
p. Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha
pemeriksa untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali
melawan usaha pemeriksa untuk memfleksikan kakinya.
q. Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk
menemukan area yang mengalami edema atau nyeri tekan,
tungka, bengkak, krepitasi, dan nodul.
3. Interpretasi
Interpretasi atau hasil pemeriksaan SKALA MRC
Skala Keterangan
0 Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
1 Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi tidak
ada gerak sama sekali
2 Menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi/ tidak
dapat melawan gravitasi (hanya bergesar)
3 Menggerakkan anggota gerak untuk menahan
gravitasi/berat (bisa melawan gravitasi tetapi tidak
dapat menahan atau melawan tahanan pemeriksa)
4 Menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan
tahanan (bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa
tetapi kekuatannya berkurang)
5 Kekuatan normal (melawan tahanan pemeriksa
dengan kekuatan maksimal)
Peralatan Alat tulis

Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta. EGC.
https://www.youtube.com/watch?v=lUCqiLUUFhc
https://sites.google.com/site/agnesdenanda19/website-builder/cara-
pemeriksaan-kekuatan-otot-nilainya

STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA


Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan 2
2. Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan 2
adanya kelainan dan deformitas.
3. Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk 2
menggerakkan persendian ekstremitas.
4. Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya 2
tremor, ukuran otot (atropi, hipertropi), serta ukur lingkar
ekstremitasnya (perbedaan >1cm dianggap bermakna). Palpasi
otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot
5. Sternocleidomastoideus: klien menengok ke salah satu sisi dengan 4
melawan tahanan tangan pemeriksa
6 Trapezius: letakkan kedua tangan pada bahu klien, minta klien 4
menaikkan bahu melawan tahanan tangan pemeriksa.
7 Deltoideus: minta klien mengangkat kedua lengan dan melawan 5
dorongan tangan pemeriksa ke arah bawah
8 Otot panggul: posisikan klien telentang dengan kedua tungkai 5
ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut klien, minta klien
mengangkat salah satu tungkai, dorong tungkai kebawah.
9 Abduksi panggul:posisikan klien telentang dengan kedua tungkai 5
ekstensi, letakkan tangan pada permukaan lateral masing-masing
lutut klien, minta klien meregangkan kedua tungkai, melawan
tahanan pemeriksa.
10 Adduksi panggul: posisikan klien telentang dengan kedua tungkai 5
ekstensi, letakkan tangan di antara kedua lutut klien, minta klien
mengangkat salah satu tungkai, minta klien merapatkan kedua
tungkai melawan tahanan pemeriksa. Palpasi otot untuk
memeriksa apakah ada kelainan otot, kekuatan otot.
11 Bisep: minta klien merentangkan kedua lengan dan mencoba 5
memeluknya, pemeriksa menahan lengan agar tetap ekstensi.
12 Trisep: minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba 5
merentangkannya melawan usaha pemeriksa untuk membuat
lengan klien tetap fleksi
13 Otot pergelanagan tangan dan jari-jari : minta klien erengangkan 5
kelima jari dan melawan usaha pemeriksa untuk mengumpulkan
kelima jari.
14 Kekuatan genggaman: minta klien menggenggam jari telunjuk dan 5
jari tengah pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman klien.
15 Hamstring: posisikan klien telentang, kedua lutut ditekuk minta 4
klien meluruskan tungkai melawan tahan pemeriksa
16 Kuadrisep: posisikan klien telentang,lutut setengah ekstensi,klien 4
menahan usaha pemeriksa untuk memfleksikan lutut
17 Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha pemeriksa 4
untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha
pemeriksa untuk memfleksikan kakinya.
18 Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk 2
menemukan area yang mengalami edema atau nyeri tekan, tungka,
bengkak, krepitasi, dan nodul.
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 3
4. Keamanan klien selama tindakan 3
TOTAL 100
Modul 2
Pembidaian

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


melakukan prosedur pembidaian dengan baik dan benar
Indikator Kompetensi 1. Memahami dan menjelaskan tentang prosedur pembidaian
2. Menjelaskan indikasi prosedur pembidaian
3. Melakukan prosedur pembidaian dengan baik dan benar
Teori Pembidaian
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat, atau
bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk
menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi) memberikan istirahat dan mengurangi
rasa sakit
Prinsip pembidaian :
1. Lakukan pembidaian di tempat dimana anggota badan
mengalami cidera
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang
jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah
tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
Tujuan :
1. Mengurangi nyeri
2. Mencegah gerakan fragmen tulang, sendi yang cidera dan
jaringan lunak yang cidera
3. Mencegah fraktur tertutup menjadi terbuka
4. Memudahkan transportasi
5. Mencegah gangguan sirkulasi pada bagian distal yang
cidera
6. Mencegah kelumpuhan pada cidera tulang belakang

Prinsip pemasangan bidai :


1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Lepas pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai
cidera
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah.
Sebelum dipasang, diukur dulu pada anggota badan korban
yang tidak sakit
4. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
5. Bidai balut dengan pembalut sebelum digunakan
6. Ikatan harus cukup jumlahnya
7. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas
8. Periksa adanya luka terbuka atau tanda-tanda patah dan
dislokasi
9. Periksa dan catat ada dan tidaknya gangguan sirkulasi
vaskuler dan neurologis
10. Tutup luka terbuka dengan kasa steril
11. Imobilisasi bagian proksimal dan distal daerah trauma
12. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan
imobilisasi kecuali ada di tempat bahaya
Macam-macam Bidai/Splint:
1. Rigid Splint
2. Pneumatic splint dan gips
3. Traction splint
Peralatan 1. Kain mitella
2. Plester
3. Kassa
4. Gunting perban
5. Alat bidai
6. Kain perban
Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta. EGC.
Brunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. EGC.
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271)
631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIANPEMBIDAIAN

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Mengatur posisi pasien 5
3. Memilih bidai yang sesuai 5
4. Memasang bidai
a. Ketepatan lokasi pemasangan 5
b. Ketepatan cara pemasangan bidai diantara 2 9
sendi
5. Menutup bidai dengan balutan kasa dari distal ke 9
proksimal
6. Menjaga balutan tidak terlalu kencang 9
7. Memasang pengait 9
8. Menganjurkan pasien untuk membatasi gerakan 9
pada bagian yang patah
9. Mencuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
Modul 3
Pemeriksaan Refleks bisep, trisep dan patella (REFLEKS
FISIOGIS)

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan teori dasar tentang pemeriksaan
refleks bisep, trisep, patela dan melakukan prosedur
pemeriksaan bisep, trisep dan patela dengan baik dan benar
Indikator 1. Menjelaskan indikasi pemeriksaan refleks bisep, trisep dan
Kompetensi patella
2. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks bisep, trisep dan
patela dengan baik dan benar
Teori 1. Definisi
Refleks adalah suatu respons involunter terhadap stimulus.
Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai
refleks fisiologis. Kerusakan pada sistem saraf dapat
menimbulkan refleks yang seharusnya tidak terjadi atau
refleks patologis.
2. Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas
a. Refleks bisep
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon
musculus bisep bachii, posisi lengan setengah ditekuk
pada sendi aku. Respon : fleksi lengan pada sen siku
b. Refleks trisep
Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps brachii,
posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
.Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku
3. Refleks fisiologis ekstremitas bawah
Refleks patella: ketukan pada tendon patella. Respon :
ekstensi tungkai bawah karena kontraksi musculus
quadriceps femoris.
Peralatan Hammer
Daftar Pustaka Sidharta, P. 2000. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.
Jakarta. Dian Rakyat
Syaifudin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa
Keperawatan Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika
Ganong, W. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC.
Desopoulos, A. 2003. Colour Atlas of Physiology. Germany.
Georg Thieme Verlag.
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271)
631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN REFLEKS BISEPS,TRISEPS, PATELA

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
Refleks Biceps
1. Mencuci tangan 3
2. Meminta pasien duduk dengan rileks 3
3. Memfleksikan lengan bawah dalam posisi antara fleksi 4
dan ekstensi serta sedikit pronasi
4. Memegang siku pasien dengan tangan pemeriksa 5
5. Meletakkan ibu jari pemeriksa pada tendo biceps 5
6. Memukulkan reflleks hammer pada ibu jari 8
Refleks Triceps
7. Meminta pasien untuk merilekskan lengan bawah 3
sepenuhnya
8. Menyangga lengan bawah dalam posisi antara fleksi dan 5
ekstensi serta supinasi
9. Meraba triceps untuk memastikan bahwa otot tidak tegang 5
10. Memukul tendo otot triceps pada fossa olekrani dengan 8
reflek hammer
Refleks Patela
11. Meminta pasien duduk dengan tungkai menjuntai 5
12. Meraba daerah kiri tendo patela untuk menetapkan daerah 5
yang tepat
13. Dengan satu tangan memegang paha bagian distal, tangan 8
lain memukul tendo patela dengan tepat.
14. Mencuci tangan 3
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga Keamanan pasien 3
4. Menjaga Keamanan perawat 2
TOTAL 100
Modul 4
Pemeriksaan Refleks Babinski dan Hoffmann (REFLEKS
PATOLOGIS)

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan teori tentang refleks patologis
Babinski dan Hoffmann dan melakukan prosedur pemeriksaan
refleks patologis Babinski dan Hoffmann dengan baik dan
benar
Indikator Kompetensi 1. Memahami dan menjelaskan tentang refleks patologis
Babinski dan Hoffmann
2. Menjelaskan indikasi prosedur pemeriksaan refleks
patologis Babinski dan Hoffmann
3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks patologis Babinski
dan Hoffmann dengan baik dan benar
Teori 1. Refleks Patologis
Secara umum refleks adalah respons motorik spesifik
akibat rangsang sensorik spesifik. Ada 3 unsur yang
berperan yaitu jaras afere, busur sentral, dan jaras referen.
Pengetahuan tentang refleks dapat digunakan untuk
menentukan jenis kerusakan yang terjadi pada sistem
persarafan.
Refleks patologis adalah refleks-reflek yang tidak dapat
dibangkitkan pada orang-orang yang sehat kecuali pada bayi
dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik
defendif atau postural pada orang dewasa yang sehat
terkelola dan ditekan oleh aktifitas susunan piramidalis.
Reflek-reflek patologik itu sebagian bersifat refleks
dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisialis.
Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologik itu
sebagian besar adalah sama akan tetapi mendapatkan
julukan yang bermacam-macam karena cara
membangkitkannya berbeda-beda. Adapun refleks-reflek
patologi yang sering diperiksa di dalam klinik antara lain
refleks Hoffman, refleks trommer, dan ekstensor lantar atau
tanda Babinski
2. Refleks Babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah
jari melalui sisi lateral, orang normal akan memberikan
respons fleksi jari-jari kaki dan penarikan tungkai.
Ket. Gambar :
A. Cara Menggores
B. Ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari-jari kaki

Interpretasi : Positif (+) apabila didapatkan gerakan dorso


fleksi ibu jari yang dapat disertai mekarnya jari-jari lainnya.

3. Refleks Hoffmann

Interpretasi : Refleks positif (+) apabila goresan kuat tadi


mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan adduksi
ibu jari, kadang disertai fleksi jari lainnya.

Ada 5 gradasi dari kekuatan refleks :


0 : absen
1 : minimal tetapi ada
2 : normal
3 : hiperativity
4 : hiperactivity with clonus

Peralatan Hammer Refleks


Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta. EGC.
Brunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. EGC.
Sidharta, P. 1999. Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.
Jakarta. Dian Rakyat.
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271)
631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

PENILAIAN REFLEKS PATOLOGIS HOFFMANN

No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT EVALUASI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Menjaga privasi 5
3. Meminta pasien berbaring telentang atau duduk dengan 10
rileks
4. Tangan pasien kita pegang pada pergelangan dan jari- 10
jarinya disuruh fleksi (entengkan)
5. Jari tengah penderita kita jepit diantara telunjuk dan jari 10
tengah kita
6. Dengan ibu jari, kita “gores kuat” ujung jari tengah klien 10
7. Melakukan interpretasi 6
8. Mencuci tangan 6
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 6
2. Merencanakan tindak lanjut 5
3. Berpamitan dan berterima kasih atas kerja samanya 5
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan klien 3
4. Menjaga keamanan perawat 3
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271)
631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

PENILAIAN REFLEKS PATOLOGIS BABINSKI

No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT EVALUASI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Menjaga privasi 5
3. Meminta pasien berbaring dan istirahat dengan tungkai 10
diluruskan
4. Kita (pemeriksa) memegang pergelangan kaki pasien 15
supaya tetap pada tempatnya
5. Telapak kaki pasien digores dengan menggunakan ujung 15
gagang palu refleks secara perlahan dan tidak
menimbulkan rasa nyeri untuk menghindari refleks
menarik kaki
- Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral,
mulai tumit menuju pangkal ibu jari
6. Melakukan interpretasi 6
7. Mencuci tangan 6
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 6
2. Merencanakan tindak lanjut 5
3. Berpamitan dan berterima kasih atas kerja samanya 5
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan klien 3
4. Menjaga keamanan perawat 3
TOTAL 100
Modul 5
ROM (Range of Motion)

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


melakukan prosedur ROM dengan baik dan benar
Indikator Kompetensi 1. Memahami dan menjelaskan tentang prosedur ROM
2. Menjelaskan tujuan prosedur ROM
3. Melakukan prosedur ROM dengan baik dan benar
Teori 1. Definisi
Range of Motion (ROM) adalah tindakan atau latihan
otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang
mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, viabilitas atau
trauma.
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan
oleh otot atau pun gaya eksternal lain dalam ruang geraknya
melalui persendian. Apabila terjadi gerakan, maka seluruh
struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan
terpengaruh yaitu otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia,
pembuluh darah, dan saraf.
Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus
digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya secara
periodik. Faktor-faktor yang dapat menurunkan ROM yaitu
penyakit-penyakit sistemik, sendi, neurologis, ataupun otot,
akibat pengaruh cidera atau pembedahan, inaktifitas atau
mobilitas.
2. Tujuan
Untuk mengurangi kekakuan sendi dan kelemahan pada otot
yang dapat dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan
keadaan pasien
3. Jenis-jenis Latihan ROM
a. Passive ROM
b. Active ROM
4. Indikasi dan sasaran Passive ROM
a. Indikasi
- Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut
yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan
menghambat proses penyembuhan.
- Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan
untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh
misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bedrest
total
b. Sasaran
- Memepertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat
- Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktor
- Mempertahankan elastisitas
- Memperlancar kelancaran sirkulasi
- Menurunkan atau mencegah rasa nyeri
- Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak
dari pasien
5. Indikasi Aktive ROM
a. Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara
aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan
bantuan atau tidak
b. Dapat digunakan untuk program latihan aerobik
c. Dapat digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas di
atas dan di bawah daerah yang tidak dapat bergerak
6. Kontaindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada
latihan ROM
- Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan
dapat mengganggu proses penyembuhan cidera
- ROM tidak boleh dilakukan apabila respons atau kondisi
pasien membahayakan
7. Teknik
- Fleksi, ekstensi, hiperekstensi
- Dorsal fleksi, plantar fleksi
- Abduksi dan Adduksi
- Supinasi
- Pronasi
- Rotasi
- Inversi-Eversi
- Sircumduction
Peralatan Alat tulis/ dokumentasi
Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta. EGC.
Brunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. EGC.
STIKES ‘AISYIAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10. Kentingan, Jebres, Surakarta Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang, Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

PENILAIAN : ROM EKSTREMITAS ATAS

No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT Nilai


Ya Tidak
A. Alat Dan Bahan
1. Penghangat / buli-buli panas dengan sarungnya 5
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam/ menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur tindakan 2
5. Menanyakan kesiapan klien 2
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan 3
2. Menghangatkan sendi yang akan dilatih 4
3. Melatih sendi-sendi secara bergantian
a. Bahu
Menggerakkan fleksi-ekstensi 4
Menggerakkan hiperekstensi 3
Menggerakkan abduksi-adduksi 4
Menggerakkan rotasi internal-eksternal 4
Menggerakkan sircumduction 3
b. Siku
Menggerakkan fleksi-ekstensi 4
c. Lengan bawah
Menggerakkan supinasi-pronasi 3
d. Pergelangan tangan
Menggerakkan fleksi-ekstensi 4
Menggerakkan hiperekstensi 3
Menggerakkan abduksi-adduksi 4
e. Jari-jari tangan
Menggerakkan fleksi-ekstensi 4
Menggerakkan hiperekstensi 3
Menggerakkan abduksi-adduksi 4
Menggerakkan oposisi 3
4. Merapikan alat dan klien 3
5. Mencuci tangan 3
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan 3
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3. Berpamitan 3
E. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik 4
3. Menjaga ketertiban 2
4. Menjaga keamanan perawat dan klien 4
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10. Kentingan, Jebres, Surakarta Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang, Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

PENILAIAN : ROM EKSTREMITAS BAWAH

No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT Nilai


Ya Tidak
A. Alat Dan Bahan
1. Penghangat / buli-buli panas dengan sarungnya 5
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan klien 2
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan 4
2. Menghangatkan sendi yang akan dilatih 4
3. Melatih sendi-sendi secara bergantian
a. Panggul
Menggerakkan fleksi-ekstensi 5
Menggerakkan hiperekstensi 4
Menggerakkan abduksi-adduksi 5
Menggerakkan rotasi internal-eksternal 4
Menggerakkan sircumduction 4
b. Lutut
Menggerakkan fleksi-ekstensi 5
c. Pergelangan kaki
Menggerakkan dorsal fleksi-plantar fleksi 5
Menggerakkan inversi-eversi 5
d. Jari-jari kaki
Menggerakkan fleksi-ekstensi 5
Menggerakan abduksi-adduksi 5
4. Merapikan alat dan klien 4
5. Mencuci tangan 4
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan 3
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3. Berpamitan 3
E. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik 4
3. Menjaga ketertiban 2
4. Menjaga keamanan perawat dan klien 4
TOTAL 100
Modul 6
Pembalutan

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


melakukan prosedur pemasangan pembalutan dengan baik dan
benar
Indikator Kompetensi 1. Memahami dan menjelaskan tentang prosedur pembalutan
2. Menjelaskan indikasi prosedur pembalutan
3. Melakukan prosedur pembalutan dengan baik dan benar
Teori Pembalutan
1. Definisi
Tekanan pembalutan harus tidak melebihi tekanan
hidrostatik intravaskuler, jika membalut bertujuan untuk
mengurangi pembentukan oedema tanpa meningkatkan
tahanan vaskuler yang dapat merusak aliran darah
2. Tujuan pembalutan
a. Menahan bagian tubuh supaya tidak bergeser dari
tempatnya
b. Menahan pembengkakan yang dapat terjadi pada luka
c. Menyokong bagian tubuh yang cidera dan mencegah agar
bagian itu tidak bergeser
d. Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi
e. Melindungi atau mempertahankan dressing lain pada
tempatnya
3. Macam-macam pembalutan
a. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
b. Dasi adalah mitella yang berlipat-lipat sehingga
berbentuk seperti dasi
c. Pita adalah pembalut gulung
d. Plester adalah pembalut yang berperekat
e. Pembalut yang spesifik : snelverband, sufratulle

Peralatan 1. Lastik perban


2. Kain mitella
3. Plester
4. Pembalut yang spesifik
5. Kassa
6. Gunting perban
7. Kain perban
Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta. EGC.
Brunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. EGC.
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIANPEMBALUTAN

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 10
2. Membalut bagian dorsotarsal 20
3. Membentuk balutan reversa 20
4. Mengaitkan pengaitpada balutan 10
5. Mencuci tangan 10
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
Modul 7
Pemasangan Gips

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


melakukan prosedur pemasangan gips dengan baik dan benar
Indikator 1. Memahami dan menjelaskan tentang prosedur pemasangan gips
Kompetensi 2. Menjelaskan indikasi prosedur pemasangan gips
3. Melakukan prosedur pemasangan gips dengan baik dan benar
Teori 1. Definisi
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang.
Gips memiliki sifat menyerap air dan bila terjadi reaksi
eksoterm, gips akan menjadi keras. Sebelum menjadi keras,
gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang
ekstremitas dan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas.
Gips yang melingkari ekstremitas disebut gips sirkuler
sedangkan jika gips dipasang pada salah satu sisi ekstremitas
disebut gips bidai
2. Tujuan pemasangan gips
a. Imobilisasi kasus dislokasi sendi
b. Fiksasi fraktur yang telah direduksi
c. Mengoreksi deformitas
d. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan
operasi
3. Jenis-jenis Gips
e. Gips lengan pendek
f. Gips lengan panjang
g. Gips tungkai pendek
h. Gips tungkai panjang
i. Gips spika
4. Bahan-bahan Gips
Plester, Nonplester, nonplester berpori-pori
Peralatan 1. Bahan gips dengan ukuran sesuai
2. Baskom berisi air
3. Gunting perban
4. Bengkok
5. Pelak
6. Waslap
7. Pemotong gips
8. Alat cukur
9. Sabun dalam tempatnya
10. Handuk
11. Kasa
12. Bak instrumen
Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta.
EGC.
Brunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.
EGC.
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIANPEMASANGAN GIPS

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 3
2. Memberikan posisi nyaman pada klien 3
3. Mendekatkan alat 3
4. Memasang perlak dibawah area pemasangan gips 3
5. Membersihkan/ mencuci daerah yang akan dipasang gips 3
6. Mengeringkan daerah yang akan dipasang gips dengan 3
handuk
7. Menaburkan bedak pada daerah yang akan dipasang gips 3
8. Memasang gibs
a. Ketepatan lokasi 7
b. Melakukan reposisi pada lokasi pemasangan 7
c. Memasang softband secara sirkuler dari distal ke 7
proksimal
d. Mengambil pembalut gibs dan mencelupkan ke dalam air 7
sampai semua gibs basah (tidak lebih dari 5 detik)
e. Memeras gibs di waskom tidak terlalu keras 7
f. Memasang gibs secara sirkuler dari distal ke proksimal 7
g. Membentuk gibs 7
9. Mencuci tangan 3
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 3
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 2
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
Modul 9
Pemasangan TRAKSI

Kompetensi Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


Dasar memahami dan menjelaskan teori tentang pemasangan TRAKSI dan
mempraktekkan cara pemasangan TRAKSI
Indikator 1. Menjelaskan apa pengertian dari traksi
Kompetensi 2. Menjelaskan indikasi pemasangan TRAKSI
3. Menjelaskan tentang fungsi dari pemasangan TRAKSI
4. Melakukan prosedur pemasangan TRAKSI dengan baik dan benar
5. Mengevaluasi hasil pemasangan TRAKSI
Teori Pemeriksaan GCS
1. Pengertian
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi
digunakan untuk meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi,
mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur; untuk mengurangi
deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan
patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang
diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang
mengganggu keefektifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer &
Bare, 2001 )
2. Tujuan
a. Mengurangi dan untuk immobilisasi fraktur tulang agar terjadi
pemulihan
b. Mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat
c. Mencegah cidera dari jaringan lunak
d. Memperbaiki, mengurangi, atau mencegah deformitas
e. Mengurangi spaseme otot dan nyeri

Peralatan Sarung tangan, beban (bantal pasir/ botol infus), traksi, pisau cukur,
bantal, gunting, tensocrap
Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta. EGC.
www.childneuro.org.uk/content/publish/algorithms/article_211.shtml-
51k
www.chems.alaska.gov/EMS/documents/GCS_Activity_2003.
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMASANGAN TRAKSI

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Cuci tangan dan gunakan handscoen 2
2. Atur posisi pasien supine 3
3. Bila banyak bulu kaki cukur, bila ada luka rawat luka dan 3
tutup
4. Beri tanda pemasangan plester gips menggunakan bolpoint 5
5. Ambil skintraksi kit kemudian lekatkan pada bagian 15
medial dan lateral kaki secara simetris dengan tetap
menjaga immobilisasi fraktur
6. Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur, 10
Masukkan tali pada pulley katrol
7. Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 15
kg)
8. Pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga 10
kaki
9. Atur posisi pasien nyaman dan rapikan 2
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 3
3. Berpamitan 3
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
Modul 9
Pemeriksaan GCS

Kompetensi Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


Dasar memahami dan menjelaskan teori tentang pemeriksaan Glascow
Coma Scale (GCS) dan mempraktekkan cara pemeriksaan GCS
dengan tepat
Indikator 6. Menjelaskan apa pengertian dari Glascow Coma Scale (GCS)
Kompetensi 7. Menjelaskan indikasi pemeriksaan GCS
8. Menjelaskan tentang fungsi dari pemeriksaan GCS
9. Melakukan prosedur pemeriksaan GCS dengan baik dan benar
10. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan GCS
Teori Pemeriksaan GCS
3. Pengertian
Glascow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk
menentukan atau menilai tingkat kesadaran pasien, mulai sadar
sepenuhnya sampai keadaan koma. Teknik penilaian ini terdiri
dari tiga penilaian terhadap respons yang ditunjukkan oleh pasien
setelah diberi stimulus tertentu yaitu respon membuka mata,
respons motorik, dan respons verbal.
4. Jenis pemeriksaaan
Respon membuka mata (Eye opening)
- Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang) : 4
- Respon terhadap suara (suruh buka mata) : 3
- Respon terhadap nyeri (dicubit) :2
- Tidak ada respons (meski sudah dicubit) : 1

Respon Verbal (V)


- Berorientasi baik :5
- Berbicara kacau (bingung) :4
- Kata-kata tidak teratur (kata-kata jelas dengan :3
substansi tidak jelas dan non kalimat)
- Suara tidak jelas (tanpa arti, mengerang) :2
- Tidak ada respons :1

Respon Motorik (M)


- Mengikuti perintah :6
- Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan : 5
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
- Fleksi normal (menarik anggota tubuh :4
yang dirangsang nyeri)
- Fleksi abnormal (dekortikasi) :3
- Ekstensi abnormal (deserebrasi) :2
- Tidak ada respons :1
5. Interpretasi
Interpretasi atau hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan
GCS disajikan dalam simbol E...V....M. Sebagai contoh nilai GCS
tertinggi adalah 15 yaitu E4 V5 M6 dan terendah adalah 3 yaitu
E1 V1 M1.
Berdasarkan buku Advanced Trauma Life Support, GCS berguna
untuk menentukan derajat atau trauma cedera kepala
Derajad cidera kepala berdasarkan GCS :
GCS 14-15 : CKR (Cidera Kepala Ringan)
GCS 9 – 13 : CKS (Cidera Kepala Sedang)
GCS 3 – 8 : CKB (Cidera Kepala Berat)

Peralatan Alat tulis

Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta. EGC.
www.childneuro.org.uk/content/publish/algorithms/article_211.shtml-
51k
www.chems.alaska.gov/EMS/documents/GCS_Activity_2003.
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PENGUKURAN GCS

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Melakukan uji pembukaan mata 15
2. Melakukan uji verbal respon 15
3. Melakukan uji motorik respon 15
4. Menilai dan menuliskan hasil pemeriksaan dengan benar 20
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 3
3. Berpamitan 3
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
Modul 10-11
Pemeriksaan Nervus Cranial I s/d IV

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan teori dasar tentang pemeriksaan
syaraf kranialis I - IV dan melakukan prosedur pemeriksaan
nervus kranialis I – IV dengan baik dan benar
Indikator Kompetensi 1. Menjelaskan indikasi pemeriksaan nervus kranialis
2. Melakukan prosedur pemeriksaan nervus kranialis dengan
baik dan benar
Teori Pemeriksaan Nervus Kranialis
- Saraf I (N. Olfactorius)
Mensarafi indera penciuman. Pemeriksaan dapat secara
subyektif dan obyektif. Subyektif hanya ditanyakan apakah
penderita masih dapat membaui bermacam-macam bau
dengan benar. Obyektif dengan beberapa bahan yang
biasanya sudah dikenal oleh penderita dan biasanya bersifat
aromatik dan tidak merangsang seperti golongan minyak
wangi, sabun, tembakau, kopi, vanili dan sebagainya (3 atau
4 macam). Bahan yang merangsang mukosa hidung (alkohol,
amonia) tidak dipakai karena merangsang saraf V.
Cara Pemeriksaan :
a. Kedua mata ditutup
b. Lubang hidung ditutup
c. Dilihat apakah tidak ada gangguan pengaliran udara
d. Kemudian bahan satu persatu didekatkan pada lubang
hidung yang terbuka dan penderita diminta menarik
nafas panjang, kemudian diminta mengidentifikasi
bahan tersebut.
Yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah :
a. Penyakit pada mukosa hidung, baik yang konstruktif
atau tropik akan menimbulkan positif palsu
b. Pada orang tua fungsi pembauan bisa menurun
(hiposmia)
c. Yang penting adalah gangguan pembauan yang sesisi
(unilateral) tanpa kelainan intranasal dan kurang disadari
penderita (kronik), perlu dipikirkan suatu glioma globus
frontalis, meningioma pada crista sphenoidalis dan
tumor parasellar. Fungsi pembauan juga bisa hilang pada
trauma kapita.
- Saraf II (N. Opticus)
Mensarafi indera penglihatan, tajam penglihatan.
Pemeriksaannya meliputi :
a. Penglihatan sentral
Dapat menggunakan optotype Snellen, atau yang lebih
sederhana lagi memakai jari-jari tangan dimana secara
normal dapat dilihat pada jarak 60 meter dan gerakan
tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak
300 meter.

b. Penglihatan perifer
Dapat diperiksa dengan menggunakan :
1) Tes Konfrontasi
2) Perimetri/ Kampimetri
c. Melihat Warna
Persepsi warna dengan gambar stilling Ishihara. Untuk
mengetahui adanya polineuropati pada N II
d. Pemeriksaan Fundus Occuli
Pemeriksaan ini menggunakan alat oftalmoskop

- Saraf III (N. Okulomotorius)


Mensarafi gerakan bola mata dari dalam keluar.
Pemeriksaannya meliputi :
a. Retraksi kelopak mata atas
b. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan,
maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada
titik yang sama secara bilateral.
c. Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi bentuk dan ukuran pupil,
perbandingan pupil kanan dengan kiri, refleks pupil
- Saraf IV (N. Troklearis)
Mensarafi gerakan bola mata ke bawah dan samping kanan
kiri.
Peralatan 1. Snellen chart
2. Kapas
3. Penlight
4. Kampimeter
5. Ishihara
6. Minyak wangi, sabun, tembakau, kopi, vanili
7. Tongue spatel
Daftar Pustaka Sidharta, P. 2000. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.
Jakarta. Dian Rakyat
www.childneuro.org.uk/content/publish/algorithms/article_211.
shtml-51k
www.chems.alaska.gov/EMS/documents/GCS_Activity_2003.
http://medinfo.ufl.edu/year1/bes/clist/neuro.html.Accessed

Modul 10-11
Pemeriksaan Nervus Cranial V s/d VII

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan teori dasar tentang pemeriksaan
syaraf kranialis V - VII dan melakukan prosedur pemeriksaan
nervus kranialis V - VII dengan baik dan benar

Indikator Kompetensi 1. Menjelaskan indikasi pemeriksaan nervus kranialis V - VII


2. Melakukan prosedur pemeriksaan nervus kranialis V - VII
dengan baik dan benar

Teori Pemeriksaan Nervus Kranialis


- Saraf V (N. Trigeminus)
Mensarafi kulit wajah, reflek kornea, kepekaan lidah dan
gigi. Pemeriksaannya meliputi :
a. Sensibilitas : sensibilitas N V terdapat di bagian dahi,
pipi, dan bagian dagu
b. Motorik
Penderita disuruh menggigit yang keras dan kedua
tangan pemeriksa diletakkan kira-kira di daerah otot
maseter. Jika kedua otot maseter berkontraksi maka akan
terasa pada tangan pemeriksa. Kalau ada parese maka
dirasakan salah satu otot lebih keras.

c. Reflek
Penderita diminta melirik ke arah laterosuperior,
kemudian dari arah lain tepi kornea disentuhkan dengan
kapas agak basah. Apabila refleks kornea mata positif,
maka mata akan ditutupkan.

- Saraf VI (N. Abdusen)


Mensarafi gerakan bola mata ke samping

- Saraf VII (N. Facialis)


Mensarafi otot wajah, lidah (pengecapan).
Dalam keadaan diam, perhatikan :
a. Asimetri muka (lipatan nasolabial)
b. Gerakan-gerakan abnormal
Atas perintah pemeriksa :
a. Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri
b. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudian
pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut
(bandingkan kekuatan kanan dan kiri)
c. Memperlihatkan gigi (asimetri)
d. Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir)
e. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi
masing-masing)
f. Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi
otot platisma kanan dan kiri). Pada kelemahan ringan,
kadang-kadang tes ini dapat untuk mendeteksi
kelemahan saraf fasialis pada stadium dini.
Sensorik khusus (pengecapan 2/3 depan lidah :
Melalui chorda tympani. Pemeriksaan ini membutuhkan zat-
zat yang mempunyai rasa :
- Manis (dipakai gula)
- Pahit (dipakai kinine)
- Asin (dipakai garam)
- Asam (Dipakai cuka)
Paling sedikit menggunakan 3 macam. Penderita tidak boleh
menutup mulut dan mengatakan perasaannya dengan
menggunakan kode-kode yang telah disetujui bersama antara
pemeriksa dan penderita. Zat-zat diletakkan di 2/3 bagian
depan lidah. Kanan dan kiri diperiksa sendiri-sendiri, mula-
mula diperiksa yang normal.

Peralatan 1. Kapas
2. Minyak kayu putih atau sumber bau lain
3. Penlight
4. Perasa manis, asin, asam, pahit
5. Tongue spatel
Daftar Pustaka Sidharta, P. 2000. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.
Jakarta. Dian Rakyat
www.childneuro.org.uk/content/publish/algorithms/article_211.
shtml-51k
www.chems.alaska.gov/EMS/documents/GCS_Activity_2003.
http://medinfo.ufl.edu/year1/bes/clist/neuro.html.Accessed
Modul 10-11
Pemeriksaan Nervus Cranial VIII s/d XII

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan teori dasar tentang pemeriksaan
syaraf kranialis VIII - XII dan melakukan prosedur pemeriksaan
nervus kranialis VIII - XII dengan baik dan benar

Indikator Kompetensi 1. Menjelaskan indikasi pemeriksaan nervus kranialis VIII -


XII
2. Melakukan prosedur pemeriksaan nervus kranialis VIII - XII
dengan baik dan benar

Teori Pemeriksaan Nervus Kranialis


- Saraf VIII (N. Auditorius)
Mensarafi indera pendengaran, menjaga keseimbangan.
Pemeriksaan pendengaran meliputi :
a. Detik arloji
Arloji ditempelkan di telinga, kemudian dijauhkan
sedikit demi sedikit, sampai tak mendengar lagi,
dibandingkan kanan dan kiri.

b. Gesekan jari

c. Tes Weber
d. Tes Rinne
e. Tes Swabach

- Saraf IX dan X (N. Glosofaringeus, N. Vagus)


Pemeriksaan saraf IX dan X terbatas pada sensasi bagian
belakang rongga mulut atau 1/3 belakang lidah dan faring,
otot-otot faring dan pita suara serta refleks
muntah/menelan/batuk
a. Gerakan Palatum
Penderita diminta mengucapkan huruf “a” atau “ah”
dengan panjang, sementara itu pemeriksa melihat
gerakan uvula dan archus pharyngeus.

b. Reflek muntah dan pemeriksaan sensorik


Pemeriksa meraba dinding belakang faring dan
bandingkan refleks muntah kanan dengan kiri. Refleks
ini mungkin menghilang pada pasien lanjut usia.
c. Kecepatan menelan dan kekuatan batuk

- Saraf XI (N. Ascesoris)


Mensarafi gerakan kepala dan bahu
Pemeriksaannya meliputi :
a. Kekuatan otot sternokleidomastoideus diperiksa dengan
menahan gerakan fleksi lateral dari kepala atau leher
penderita atau sebaliknya

b. Kekuatan M. Trapezius bagian atas diperiksa dengan


menekan kedua bahu penderita ke bawah, sementara itu
penderita berusaha mempertahankan posisi kedua bahu
terangkat (sebaiknya posisi penderita duduk dan
pemeriksa berada di belakang penderita)

- Saraf XII (N. Hipoglosus)


Mensarafi gerakan lidah. Pemeriksaannya meliputi :
a. Menjulurkan lidah : pada lesi unilateral, lidah akan
berdeviasi ke arah lesi. Pada Bell’s palsy (kelumpuhan
saraf VII) bisa menimbulkan positif palsu.
b. Menggerakkan lidah ke lateral : pada kelumpuhan
bilateral dan berat, lidah tidak bisa digerakkan ke arah
samping kanan dan kiri
c. Tremor lidah : diperhatikan apakah ada tremor lidah dan
atropi
d. Artikulasi : diperhatikan bicara dari penderita, apabila
terdapat parese maka didapatkan dysarthria.
Peralatan 1. Penlight
2. Garputala
3. Tongue spatel
Daftar Pustaka Sidharta, P. 2000. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.
Jakarta. Dian Rakyat
www.childneuro.org.uk/content/publish/algorithms/article_211.
shtml-51k
www.chems.alaska.gov/EMS/documents/GCS_Activity_2003.
http://medinfo.ufl.edu/year1/bes/clist/neuro.html.Accessed
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN SYARAF CRANIAL


(N. Olfactorius / N.I)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mengatur posisi klien (klien duduk) 7
2. Memeriksa apakah ada gangguan pada lubang 10
hidung (tersumbat, pilek, polip, dll) dengan cara
meminta klien untuk menghembuskan udara lewat
hidung
3. Meminta klien untuk memejamkan mata atau 12
menutup mata klien
4. Meminta klien untuk menutup salah satu lubang 12
hidung
5. Memberi bau-bauan 8
6. Memperhatikan asas simetris 8
7. Menanyakan respon klien (bau apa yang dicium) 8
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN SYARAF CRANIAL


(N. Optikus / N.II)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
Pemeriksaan ketajaman penglihatan :
1. Mengatur posisi klien (klien berdiri/ duduk dengan 7
jarak 6 meter)
2. Meminta klien untuk menutup salah satu mata klien 7
3. Meminta klien untuk menyebutkan huruf yang 11
ditunjuk oleh pemeriksa
4. Memperhatikan asas simetris 8
Pemeriksaan Lapang Pandang
5. Mengatur posisi klien (berdiri berhadapan dengan 7
pemeriksa)
6. Meminta klien untuk menatap lurus ke depan 7
7. Pemeriksa menggerakkan jari dengan jarak 30 cm di 11
depan hidung klien menuju ke arah atas, bawah,
samping kanan, samping kiri sampai klien
mengatakan tidak melihat bayangan
8. Mengobservasi respon klien 7
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN SYARAF CRANIAL


(N. Oculomotorius, N. Troclearis, N. Abdusen / N.III, N.IV, N.VI)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mengatur posisi klien (klien duduk) 8
2. Mengobservasi kelopak mata dan gerakannya 10
3. Menyalakan penlight dari samping ke tengah dan 15
mengobservasi diameter pupil
4. Meminta klien untuk menggerakkan bola mata 15
ke atas, bawah, kanan, dan kiri
5. Memperhatikan asas simetris 9
7. Mengobservasi respon klien (adakah ptosis, 8
diamater pupil)
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama 3
tindakan
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN SYARAF CRANIAL


(N. Trigeminus / N.V)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mengatur posisi klien (klien duduk) 8
2. Meminta klien untuk membuka mulut dan 10
mengobservasi rahang
3. Meminta klien untuk menggigit kuat-kuat dan palpasi 15
M.Masseter dan M.Temporalis
4. Pemeriksaan refleks kornea : 15
- Meminta klien untuk menutup salah satu mata
- Meminta klien untuk melirik ke atas samping
- Menyentuhkan ujung kapas yang dipilin pada kornea
5. Memperhatikan asas simetris 9
7. Menanyakan respon klien (adakah deviasi rahang 8
bawah, adakah kelemahan otot, apakah mata berkedip)
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN SYARAF CRANIAL


(N. Facialis / N.VII)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mengatur posisi klien (klien duduk) 6
2. Memeriksa gangguan otot-otot wajah yaitu meminta klien
untuk :
- Mengangkat alis 5
- Mengerutkan dahi 5
- Memejamkan mata 5
- Memperlihatkan gigi 5
- Menyentuhkan air hangat / dingin di kening, dagu, dan pipi 5
- Mengobservasi respon klien (adakah gangguan otot wajah) 7
3. Test rasa kecap :
- Meminta klien untuk mejulurkan lidah 5
- Menaburkan rasa (manis, asam, asin, pahit) pada lidah 5
klien
- Meminta klien untuk tidak menarik lidahnya pada saat 5
merasakan
- Mengobservasi respon klien (merasakan apa, di daerah 7
mana)
4. Memperhatikan asas simetris 5
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN SYARAF CRANIAL


(N. Statoacusticus / N.VIII)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Test keseimbangan (Test Romberg) :
- Mengatur posisi klien (klien berdiri) 3
- Meminta klien untuk menutup mata atau menutup mata klien 5
secara pasif
- Meminta klien untuk melipat lengan 5
- Mengobservasi respon klien selama 30 detik 3
2. Test pendengaran (Test Swabach) :
- Menggetarkan garputala 3
- Mendekatkan garputala di depan telinga klien, kemudian 6
membandingkan dengan telinga pemeriksa
- Menempelkan ujung garputala pada tulang mastoideus klien, 6
kemudian membandingkan dengan pemeriksa
- Mengobservasi respon klien yaitu meminta klien untuk 3
mengangkat tanganyya jika sudah tidak mendengarkan suara
garputala lagi
3. Test pendengaran (Test Rinne) :
- Menggetarkan garputala 3
- Menempelkan ujung garputala pada tulang mastoideus klien, 6
kemudian dipindahkan ke depan telinga klien
- Mengobservasi respon klien yaitu meminta klien untuk 3
mengangkat tangannya jika sudah tidak mendengarkan suara
garputala lagi
4. Test pendengaran (Test Weber) :
- Menggetarkan garputala 3
- Menempelkan ujung garputala pada dahi bagian tengah atau 6
puncak kepala bagian tengah
- Mengobservasi respon klien (intensitas bunyi antar telinga 5
kanan dan kiri)
5. Memperhatikan asas simetris 5
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN SYARAF CRANIAL


(N. Glossofaringeus, N. Vagus / N.IX, N.X)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mengatur posisi klien (klien duduk) 8
2. Meminta klien untuk menggembungkan pipi 12
3. Meminta klien untuk membuka mulut dan mengobservasi uvula 12
dengan menggunakan penlight
4. Meminta klien untuk membuka mulut dan menyentuhkan ujung 12
tongue spatel pada pangkal lidah
5. Memperhatikan asas simetris 10
6. Mengobservasi respon klien (adakah deviasi pallatum mole, 11
reflek muntah, deviasi ovula)
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN SYARAF CRANIAL


(N. Ascesorius / N.XI)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mengatur posisi klien (klien duduk) 12
2. Meminta klien untuk menoleh ke kanan dan pemeriksa 15
memberi tahanan
3. Meminta klien untuk mengangkat bahu dan pemeriksa 15
memberi tahanan
4. Memperhatikan asas simetris 10
5. Mengobservasi respon klien (apakah klien dapat 13
melawan tahanan)
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN SYARAF CRANIAL


(N. Hipoglossus / N.XII)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mengatur posisi klien (klien duduk) 8
2. Meminta klien untuk menjulurkan lidah dan 12
mengobservasi lidah
3. Meminta klien untuk menggerakkan lidah ke kanan, 12
kiri, bawah, atas
4. Meminta klien untuk menjulurkan lidah dan 12
pemeriksa memberi tahanan pada lidah dengan
menggunakan tongue spatel
5. Memperhatikan asas simetris 10
6. Mengobservasi respon klien (adakah atrofi, kedutan, 11
deviasi, dan kelemahan otot lidah)
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan klien 2
2. Mencuci tangan 2
3. Berpamitan 2
4. Mencatat hasil pemeriksaan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 3
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian selama tindakan 5
4. Keamanan klien selama tindakan 6
TOTAL 100
Modul 12
Perawatan Luka Bakar

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


melakukan prosedur perawatan luka bakar dengan baik dan
benar
Indikator Kompetensi 1. Memahami dan menjelaskan tentang prosedur perawatan
luka bakar
2. Menjelaskan indikasi prosedur perawatan luka bakar
3. Melakukan prosedur perawatan luka bakar dengan baik dan
benar
Teori 1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah jenis cidera yang disebabkan oleh
api, listrik, bahan kimia, radiasi, gesekan, sinar matahari,
benda atau cairan panas. Luka bakar dapat menjadi masalah
medis ringan atau keadaan darurat yang mengancam jiwa.
Perawatan luka bakar tergantung dari ukuran dan
keparahan luka. Perbedaan luka bakar ringan sampai berat
ditentukan oleh seberapa besar kasus kerusakan pada kulit
dan jaringan di bawah kulit.
2. Tujuan
a. Mencegah dan mengobati infeksi
b. Mencegah parut hipertrofi
c. Mempercepat proses penyembuhan
d. Memperbaiki bagian integritas kulit yang rusak
3. Derajad luka bakar
Derajad kedalaman luka bakar bisa dilihat dari permukaan
kulit paling luar. Derajad kedalaman luka bakar pada
umumnya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Luka bakar tingkat I
Luka bakar ringan ini hanya terjadi pada lapisan luar
kulit (epidermis). Kulit biasanya memerah dan mungkin
muncul bengkak dan rasa sakit, dan lapisan kulit luar ini
tidak terbakar sampai mencapai lapisan bawahnya, kecuali
luka bakar ini terjadi pada porsi luas di tangan, kaki,
wajah, selangkangan, bokong atau sendi utama, maka
luka ini bisa dikategorikan sebagai luka bakar ringan
yang bisa dirawat sendiri dengan oba-obat luka yang
dijual bebas.
b. Luka Bakar tingkat II
Bila lapisan pertama kulit terbakar sampai tembus ke
lapisan kedua kulit (dermis) yang juga ikut terbakar,
maka luka ini dikategorikan sebagai luka bakar tingkat
kedua. Pada luka ini, kulit melepuh dan sangat
kemerahan, dan tampak bercak-bercak. Luka kategori ini
biasanya menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit dari
sedang sampai parah.
Jika lebar luka tidak lebih dari 3 inci (7,6 cm), ikuti
cara perawatan sendiri di bawah ini. Bila luka lebih lebar
atau bila yang terluka bakar adalah wajah, kaki, tangan,
selangkangan, bokong, sendi utama atau melingkari
tungkai dan lengan, segera minta bantuan medis.
c. Luka bakar tingkat III
Luka bakar paling serius terjadi pada semua lapisan
kulit. Lemak, saraf, otot dan bahkan tulang mungkin
terpengaruh. Biasanya beberapa bagian hangus atau
tampak putih kering.
Rasa sakit mungkin sangat parah atau malah tidak
terasa sakit sama sekali jika terjadi kerusakan saraf yang
berat. Meminta bantuan medis dengan segera sangat
penting dalam semua kasus luka bakar tingkat ketiga ini.
4. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengobati luka bakar
a. Pendinginan luka bakar
Begitu terkena api, benda panas atau cairan panas,
langsung singkirkan pakaian di sekitar luka bakar.
Lakukan sesegera mungkin jangan sampai benda atau
cairan panas itu mengenai pakaian yang lelehannya bisa
jatuh ke kulit.
Lalu tempatkan area yang terbakar di bawah air
mengalir yang dingin selama 10 atau 15 menit atau
sampai nyeri reda. Jika hal ini tidak praktis, rendam luka
bakar dalam air atau dinginkan dengan kompres dingin.
Kompres luka dengan kain kasa. Jangan gunakan kapas
atau bahan lain yang sekiranya bisa menempel di kulit.
Pendinginan luka bakar akan mengurangi pembengkakan
dan mengurangi rasa sakit. Namun jangan taruh es di atas
luka bakar. Menempatkan es langsung pada luka bakar
dapat menyebabkan tubuh seseorang menjadi terlalu
dingin dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada
luka.
Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan
yang kotor dan sukar larut dalam air seperti mentega,
kecap, putih telur, odol atau bahan yang lengket, karena
salah-salah luka bakar akan semakin parah.
b. Memakai lotion
Setelah luka bakar telah benar-benar dingin, oleskan
losion, antara lain yang mengandung aloe vera atau
oleskan pelembab untuk luka bakar guna mencegah
kekeringan dan agar Anda lebih nyaman. Untuk luka
bakar akibat sinar matahari, cobalah krim yang
mengandung hydrocortisone 1%.
c. Membalut luka bakar
Tutup luka bakar dengan perban kasa steril. Jangan
gunakan kapas halus atau bahan lain yang membuat
seratnya lengket pada luka. Bungkus kain kasa dengan
longgar untuk menghindari tekanan pada kulit terbakar.
Perban dapat mencegah terlalu banyak udara mengenai
luka bakar, untuk mengurangi rasa sakit dan melindungi
kulit yang melepuh

d. Minum obat pereda rasa sakit


Obat yang bisa diminum antara lain aspirin,
ibuprofen, atau acetaminophen. Jangan memberikan
aspirin pada anak di bawah 12 tahun
e. Jangan memecah lepuhan atau bula
Lepuhan berisi cairan bisa melindungi kulit dari
infeksi. Jika lepuhan pecah segera bersihkan setiap hari
dengan air. Oleskan salep antibiotik, tetapi jika muncul
ruam atau kemerahan hentikan penggunaan salep
f. Perhatikan tanda-tanda infeksi
Luka bakar ringan biasanya sembuh tanpa perawatan
lebih lanjut dalam 1-2 minggu. Perhatikan adanya tanda-
tanda infeksi, jika infeksi berkembang segera mencari
bantuan medis. Hindari terjadinya luka baru di bekas luka
bakar dan hindari berjemur di bawah sinar matahari jika
luka bakar kurang dari 1 tahun, karena dapat
menyebabkan perubahan pigmentasi yang lebih luas.
Gunakan tabir surya pada daerah tersebut selama
setidaknya satu tahun
Peralatan 1. Handscon steril dan non steril
2. Bengkok
3. Gunting debridement
4. NaCl 0,9%
5. Kom
6. Perlak dan pengalas
7. Plester
8. Bak instrumen
9. Pinset
10. Kassa steril
11. Salep antibiotik
Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta. EGC.
Brunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. EGC.
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIAN PERAWATAN LUKA BAKAR DENGAN


DEBRIDEMENT

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 3
2. Mengatur posisi klien hingga luka terlihat jelas 3
3. Memasang perlak 3
Membuka peralatan
4. Mendekatkan bengkok 3
5. Memakai sarung tangan 4
6. Membasahi plester dengan alkohol 3
Membersihkan bekas plester
7. Membuka balutan dalam 3
8. Membersihkan luka dengan cairan NaCl 8
9. Melakukan debridement 8
10. Membersihkan luka dengan cairan NaCl 9
11. Mengeringkan luka dengan kassa 3
12. Memberikan burnasin 6
13. Menutup luka dengan balutan 5
14. Mencuci tangan 3
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga Keamanan pasien 3
4. Menjaga Keamanan perawat 2
TOTAL 100
Modul 13
Irigasi mata

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


memahami dan menjelaskan teori tentang irigasi mata dan
melakukan prosedur irigasi mata dengan baik dan benar
Indikator Kompetensi 4. Memahami dan menjelaskan tentang irigasi mata
5. Menjelaskan indikasi prosedur irigasi mata
6. Melakukan prosedur irigasi mata dengan baik dan benar
Teori Irigasi mata adalah suatu cara untuk membersihkan dan atau
mengeluarkan benda asing dari mata. Irigasi mata diberikan
untuk mengaluarkan sekret atau kotoran dan benda asing dan
zat kimia dari mata. Larutan garam fisiologis atau RL biasa
dipergunakan karena merupakan larutan isotonik yang tidak
merubah komposisi elektrolit yang diperlukan mata. Bila hanya
memerlukan sedikit cairan, kapas steril dapat dipergunakan
untuk meneteskan cairan kedalam mata.

Irigasi okuler diindikasikan untuk menangani berbagai


inflamasi konjungtiva, mempersiapkan pasien untuk
pembedahan mata, dan untuk mengangkat sekresi inflamasi.
Juga dipergunakan untuk efak antiseptiknya. Irigan yang
dipakai bergantung pada kondisi pasien.
Indikasinya yaitu:
a. Cidera kimiawi pada mata
b. Benda asing dalam mata
c. Inflamasi mata

Peralatan 1. Botol irigasi berisi larutan oftalmik steril (Blinx, Dacrios)


2. Mangkuk lengkung kecil
3. Sarung tangan
4. Kapas untuk menyerap cairan dan eksresi
5. Dispenser plastik dengan penutup dan label untuk tempat
larutan
Cara Kerja 1.Mencuci tangan
2.Menyiapkan klien dengan posisi miring kearah kanan
3.Meletakkan bantal atau handuk dibawah wajah pasien
4.Memasang pengalas & perlak
5.Meletakkan bengkok dibawah dagu
6.Memakai sarung tangan
7.Bersihkan garis kelopak mata dan bulu mata dengan kapas
basah
8.Isi spuit irigasi atau penetes mata
9.Regangkan kelopak mata bawah dan atas (kantung
conjungtiva) dengan tekanan pada tonjolan tulang mata bawah
alis
10.Pegang spuit irigasi 2,5 cm diatas kantus dalam
11.Minta pasien melihat keatas perlahan lakukan irigasi
12.Keringkan kelopak mata dengan bola kapas
13.Mengambil pengalas
14.Melepas sarung tangan
15.Mencuci tangan
Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta. EGC.
Brunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. EGC.
Adams, L George. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT.
Jakarata: EGC
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

FORMAT PENILAIANIRIGASI MATA

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 3
2. Menyiapkan klien dengan posisi miring kearah kanan 6
3. Meletakkan bantal atau handuk dibawah wajah pasien 3
4. Memasang pengalas & perlak 2
5. Meletakkan bengkok dibawah dagu 2
6. Memakai sarung tangan 3
7. Bersihkan garis kelopak mata dan bulu mata dengan kapas 6
basah
8. Isi spuit irigasi atau penetes mata 6
9. Regangkan kelopak mata bawah dan atas (kantung 10
conjungtiva) dengan tekanan pada tonjolan tulang mata
bawah alis
10. Pegang spuit irigasi 2,5 cm diatas kantus dalam 6
11. Minta pasien melihat keatas perlahan lakukan irigasi 10
12. Keringkan kelopak mata dengan bola kapas 6
13. Mengambil pengalas 2
14. Melepas sarung tangan 2
15. Mencuci tangan 3
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
Modul 14
Irigasi Telinga

Kompetensi Dasar Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu


memahami dan mempraktekkan prosedur tindakan Irigasi
Telinga
Indikator 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian irigasi telinga
Kompetensi 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan irigasi telinga
3. Mahasiswa mengetahui alat dan bahan yang digunakan
untuk melakukan tindakan irigasi telinga
4. Mahasiswa mampu mempraktekkan prosedur tindakan
irigasi telinga dengan tepat
Teori Irigasi Telinga
1. Pengertian
Suatu tindakan medis yang bertujuan untuk membersihkan
liang telinga luar dari nanah, serumen dan benda-benda
asing dengan cara memasukkan cairan ke dalam telinga
2. Tujuan
Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari
dalam telinga
3. Ruang lingkup
a. Pasien dengan gangguan serumen atau sumbatan
b. Pasien dengan adanya benda asing di dalam telinga
4. Kontra Indikasi
a. Gangguan pada membran tympani
b. Sesudah operasi
c. Bila ada perdarahan telinga
5. Kemungkinan komplikasi
Ruptur (pecah) pada membran tympani
6. Prinsip Kerja
Irigasi telinga dapat dilakukan dengan menggunakan jarum
suntik. Beberapa memilih untuk menggunakan lubang yang
besar IV cateter (jarum dilepas). Dengan menggunakan
metode ini, cairan yang disedot ke dalam jarum suntik dan
disemprotkan ke dalam liang telinga.
7. Persiapan Klien
Mengatur posisi pasien dengan memiringkan kepala ke arah
telinga, lindungi pakaian klien dengan handuk atau bahan
tahan air
Peralatan 1. Alat irigasi telinga (Spuit 10 cc)
2. Air (suhu sama dengan suhu tubuh)
3. Bengkok
4. Pelak pengalas
5. Handuk kecil
6. Bak instrumen
7. Sarung tangan
8. Kassa kering
9. NaCl
10. Cutton Bud
Daftar Pustaka Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta. EGC.
Engram, Barbara. 2012, Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 3. Jakarta : EGC
Adam, L.G. 2008. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta. EGC.
Kozier & Erb. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis. Jakarta.
EGC.
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta.Telp. (0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

PENILAIAN : IRIGASI TELINGA


No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT Evaluasi
Ya Tidak
A. Alat Dan Bahan
1. Handscoon 1
2. Alat irigasi telinga (suit 10 cc) 1
3. Kateter IV 1
4. Bengkok 1
5. Perlak pengalas 1
6. Bak instrumen 1
7. Kassa 1
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam/ menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur tindakan 2
5. Menanyakan kesiapan klien 2
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan 4
2. Menyiapkan dan mendekatkan peralatan 4
3. Memasang pelak pengalas 4
4. Memakai sarung tangan bersih 4
5. Memasukkan cairan irigasi ke dalam suit irigasi 5
6. Membersihkan telinga luar dengan kassa lembab 5
7. Meminta pasien untuk memegang bengkok di samping telinga 6
8. Menarik daun telinga ke atas kemudian ke belakang 6
9. Menyemprotkan cairan irigasi ke dalam liang telinga bagian dinding atas 7
dan menahan posisi kepala tetap miring ± 2-3 detik
10. Memiringkan kepala untuk mengeluarkan cairan 4
11. Memeriksa apakah telinga sudah bersih 4
12. Mengeringkan daun telinga 4
13. Melepas sarung tangan 4
14. Mencuci tangan 4
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3. Berpamitan 3
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 2
3. Menjaga ketertiban 2
4. Menjaga keamanan perawat dan klien 2
TOTAL 100
BAB III
EVALUASI

A. Nilai Proses (60%)


1. Kedisiplinan (20%)
2. Keaktifan (20%)
3. Tugas Pra Lab (20%)

B. Nilai Evaluasi (40%)


Mahasiswa yang telah memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan 8
perasat praktikum berhak mengikuti ujian evaluasi yang akan dilaksanakan
pada akhir keseluruhan praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
oleh program studi. Evaluasi akhir dapat dilakukan dengan metode OSCA
maupun COMPRE.

C. Nilai Akhir Praktikum


No Penilaian Prosentase Nilai
1. Nilai Proses 60 %
2 Nilai Evaluasi 40 %
Total

GRADING SCHEME DAN KRITERIA PENILAIAN AKHIR


Nilai Skor Deskripsi Kemampuan
A 81 – 100 Mencapai capaian pembelajaran dengan sangat memuaskan
A- 71 – 80 Mencapai capaian pembelajaran dengan memuaskan
B 66 – 70 Mencapai capaian pembelajaran dengan baik
B- 61 – 65 Mencapai capaian pembelajaran dengan cukup
C 51 – 60 Mencapai capaian pembelajaran dengan kurang
D 41– 50 Tidak mencapai capaian pembelajaran
E 0 – 40 Tidak mencapai Capaian Pembelajaran
BUKTI PENCAPAIAN KOMPETENSI
NAMA MAHASISWA :
NIM :
KELOMPOK :

NO KOMPETENSI TTD DOSEN MAMPU TIDAK MAMPU


1. Pemeriksaan Kekuatan Otot
2. Pembidaian
3. Refleks Fisiologis
4. Refleks Patologis
5. Rom
6. Pembalutan
7. Gibs
8. Traksi
9. Gcs
10 Nervus Cranialis
11. Nervus Cranialis
12. Perawatan Luka Bakar
13. Irigasi Mata
14. Irigasi Telinga
NILAI PROSES PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
NAMA MAHASISWA :
NIM :
KELOMPOK :

NO KOMPETENSI KEDISIPLINAN KEAKTIFAN TUGAS PRE TEST & NILAI AKHIR


POST TES
60-90 60-90 60-90
1. Pemeriksaan Kekuatan Otot
2. Pembidaian
3. Refleks Fisiologis
4. Refleks Patologis
5. Rom
6. Pembalutan
7. Gibs
8. Traksi
9. Gcs
10 Nervus Cranialis
11. Nervus Cranialis
12 Perawatan Luka Bakar
13. Irigasi Mata
14. Irigasi Telinga
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikian Modul Praktikum Kep. Medikal Bedah III kami susun. Besar harapan kami
semoga pelaksanaan praktikum dapat berjalan sesuai rencana dan lancar. Atas perhatian
dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

B. Saran
Proses penyusunan dan pelaksanaan praktikum ini mungkin masih jauh dari harapan,
kami sebagai penyusun serta koordinator praktikum menerima masukan serta saran dari
semua pihak.

Surakarta, Pebruari 2019

Ketua Prodi Sarjana Keperawatan Koordinator Praktikum

(Anjar Nurrohmah, S.Kep., Ns., M.Kep.) (Endah Sri Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep.)

70

Anda mungkin juga menyukai