Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDRAULIKA I (+Pr)

Disusun oleh :
KELOMPOK V/ KELAS D/ GENAP/ 2019-2020

Dody Gunawan 19 511 102


Muhammad Faruq Alfiansyah 19 511 103
Gildan Rahmat Fadhillah 19 511 105
Firyal Syifa Mumtaz 19 511 106
Hasnaa Anggia Agustina 19 511 108

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
HIDRAULIKA I (+Pr)

Disusun oleh :
KELOMPOK V/ KELAS D/ GENAP/ 2019-2020

Dody Gunawan 19 511 102


Muhammad Faruq Alfiansyah 19 511 103
Gildan Rahmat Fadhillah 19 511 105
Firyal Syifa Mumtaz 19 511 106
Hasnaa Anggia Agustina 19 511 108

Telah di periksa dan di setujui oleh :

Dosen pengampu, Asisten praktikum,

Dr. Ir. Sri Amini Yuni Astuti, M.T. Miqdad Khosyi Akbar
Tanggal : Tanggal : 16/07/2020
UNTUK MAHASISWA
KARTU KONSULTASI PRAKTIKUM
KELAS :D
KELOMPOK : 5
NO NAMA MAHASISWA NO. MHS.
1 Dody Gunawan 19 511 102
2 Muhammad Faruq Alfiansyah 19 511 103
3 Gildan Rahmat Fadhillah 19 511 105
4 Firyal Syifa Mumtaz 19 511 106
5 Hasnaa Anggia Agustina 19 511 108

JUDUL LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM HIDRAULIKA I (+PR)

MATA KULIAH : HIDRAULIKA I


DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. SRI AMINI YUNI ASTUTI, M.T.
ASISTEN PRAKTIKUM : MIQDAD KHOSYI AKBAR
TAHUN AKADEMIK : GENAP 2019-2020

Yogyakarta, 13 Juli 2020


Asisten Praktikum

Miqdad Khosyi Akbar


CATATAN KONSULTASI LAPORAN

NO TANGGAL KONSULTASI TANDA TANGAN

1 16/07/2020 Acc Laporan


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Hidraulika I.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Sri Amini yang telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan praktikum Hidraulika I yang kami buat
ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Laporan Praktikum Hidraulika I. ini bisa menambah wawasan
para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Yogyakarta, 13 Juli 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
LEMBAR KONSULTASI iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
BAB I PERCOBAAN TEKANAN HIDROSTATIS
1.1 Tujuan 1
1.2 Alat Yang Digunakan 1
1.3 Teori 1
1.3.1 Permukaan Pesawat Terendam Sebagian 2
1.3.2 Permukaan Pesawat Terendam Seluruhnya 5
1.4 Jalannya Percobaan 7
1.5 Pengamatan 7
1.6 Perhitungan 8
1.6.1 Permukaan Pesawat Benda Vertikal Terendam Sebagian 8
1.6.2 Permukaan Pesawat Benda Vertikal Terendam Seluruhnya 12
1.7 Pembahasan 16
1.8 Kesimpulan 17
BAB II PERCOBAAN TINGGI METASENTRUM
2.1 Tujuan 18
2.2 Alat yang Digunakan 18
2.3 Teori 18
2.4 Jalannya Percobaan 21

vi
2.5 Pengamatan 23
2.6 Perhitungan 24
2.7 Pembahasan 33
2.8 Kesimpulan 35
BAB III PERCOBAAN KESETIMBANGAN PONTON
3.1 Tujuan 36
3.2 Alat yang Digunakan 36
3.3 Teori 36
3.4 Jalannya Percobaan 39
3.5 Pengamatan 39
3.6 Perhitungan 41
3.7 Pembahasan 46
3.8 Kesimpulan 47
BAB IV PERCOBAAN VENTURIMETER
4.1 Tujuan 48
4.2 Alat yang Digunakan 48
4.3 Teori 48
4.4 Jalannya Percobaan 50
4.5 Pengamatan 51
4.6 Perhitungan 58
4.7 Pembahasan 63
4.8 Kesimpulan 63
BAB V PERCOBAAN PINTU SORONG
5.1 Tujuan 64
5.2 Alat yang Digunakan 64
5.3 Teori 64
5.4 Jalannya Percobaan 65
5.5 Pengamatan 66

vii
5.6 Perhitungan 67
5.7 Pembahasan 70
5.8 Kesimpulan 71
BAB VI PERCOBAAN PELUAPAN AMBANG LEBAR
6.1 Tujuan 72
6.2 Alat yang Digunakan 72
6.3 Teori 72
6.4 Jalannya Percobaan 74
6.5 Pengamatan 74
6.6 Perhitungan 75
6.7 Pembahasan 78
6.8 Kesimpulan 79
BAB VII PERCOBAAN PELUAPAN AMBANG TAJAM
7.1 Tujuan 80
7.2 Alat yang Digunakan 80
7.3 Teori 80
7.4 Jalannya Percobaan 82
7.5 Pengamatan 82
7.6 Perhitungan 83
7.7 Pembahasan 87
7.8 Kesimpulan 88
PENUTUP 89

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alat Percobaan Tekanan Hidrostatis 2


Gambar 1.2 Gambar Percobaan Tekanan Hidrostatis Terendam Sebagian 3
Gambar 1.3 Percobaan Tekanan Hidrostatis Terendam Seluruhnya 5
Gambar 1.4 Alat Percobaan Tekanan Hidrostatis 7
Gambar 2.1 Kestabilan Benda Terapung 19
Gambar 2.2 Ponton Sampai Kondisi Mengapung 21
Gambar 2.3 Grafik Tinggi Metasentrum dengan Xh= 0 m, Xv= 0 m 27
Gambar 2.4 Grafik Tinggi Metasentrum dengan Xh= 0 m, Xv= 0.03 m 30
Gambar 2.5 Grafik Tinggi Metasentrum dengan Xh= 0 m, Xv= 0.06 m 33
Gambar 3.1 Kestabilan Benda Terapung 37
Gambar 3.2 Sketsa Beban 40
Gambar 3.3 Sketsa Ponton Balok Tampak Atas dan Tampak Depan 41
Gambar 3.4 Kesetimbangan Ponton Balok Tanpa Beban (Percobaan) 42
Gambar 3.5 Kesetimbangan Ponton Balok Tanpa Beban (Teoritis) 43
Gambar 3.6 Kesetimbangan Ponton Balok dengan Beban (Percobaan) 44
Gambar 4.1 Aliran Pada Venturimeter 49
Gambar 4.2 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan 1 (Kondisi
Mendekati) 53
Gambar 4.3 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan 2 (Kondisi
Setengah) 55
Gambar 4.4 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan 3 (Kondisi
Ekstrim) 57
Gambar 5.1 Pintu Sorong 65
Gambar 6.1 Aliran diatas Ambang Lebar 73
Gambar 7.1 Aliran diatas Ambang Tajam 81

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Percobaan Tekanan Hidrostatis 8


Tabel 1.2 Perbandingan Hasil Percobaan dan Teori 16
Tabel 2.1 Data Percobaan Tinggi Metasentrum 24
Tabel 2.2 Tinggi Metasentrum Percobaan dan Teoritis 34
Tabel 3.1 Tinggi Metasentrum Tanpa dan Dengan Beban 47
Tabel 4.1 Dimensi Tabung Venturimeter 49
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan I kondisi Mendekati 52
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan I1 kondisi Setengah 54
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan III kondisi Ekstrim 56
Tabel 4.5 Hasil Analisis Percobaan Venturimeter 63
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Pintu Sorong 66
Tabel 5.2 Perbandingan Nilai Koreksi Debit dengan Tinggi Bukaan Pintu
Berbeda 70
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan Ambang Lebar 74
Tabel 6.2 Perbandingan Qteori dengan Qnyata Ambang Lebar 79
Tabel 7.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan Ambang Tajam 83
Tabel 7.2 Perbandingan Qteori dengan Qnyata Ambang Tajam 87

x
BAB I
TEKANAN HIDROSTATIS

1.1 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan gaya hidrostatis yang bekerja
pada permukaan pesawat (benda) yang terendam dalam air dan menentukan posisi
garis aksi gaya (pusat tekanan hidrostatis) dan membandingkan letak yang
ditentukan oleh percobaan dengan posisi secara teoritis.

1.2 Alat
Pada praktikum tekanan hidrostatis alat-alat yang digunakan adalah
sebagai berikut.
1. Alat tekan hidrostatis.
2. Satu set alat pemberat.
3. Sebuah ciduk.
4. Kaliper atau penggaris.

1.3 Teori
Gambar 1.1 berikut adalah representasi diagram dari alat yang
menjelaskan dimensi. Nomenklatur ini akan digunakan selama pembahasan teori
ini, meskipun teori untuk pesawat yang terendam sebagian dan tenggelam
seluruhnya sama, akan lebih jelas untuk meninjau kedua kasus tersebut secara
terpisah.

1
2

Gambar 1.1 Alat Percobaan Tekanan Hidrostatis


Keterangan :
L = Jarak horizontal antara titik tumpuan dan tempat penyeimbang (m)
D = Tinggi permukaan kuadran (m)
B = Lebar kuadran (m)
H = Jarak vertikal antara dasar permukaan kuadran dan lengan tumpuan (m)
C = Pusat berat kuadran (m)
P = Pusat tekanan pada permukaan kuadran (m)
W = Berat beban pada tempat penyeimbang (kg)

1.3.1 Permukaan Terendam Sebagian


Gambar 1.2 berikut adalah representasi diagram dari alat yang
menjelaskan dimensi fisik, sebagai tambahan seperti yang telah ditunjukkan
sebelumnya. Nomenklatur ini akan digunakan selama pembahasan teori ini
3

Gambar 1.2 Percobaan Tekanan Hidrostatis Terendam Sebagian

Keterangan :
D = Tinggi permukaan kuadran (m)
B = Lebar kuadran (m)
d = Kedalaman yang terendam (m)
F = Gaya hidrostatis yang bekerja pada kuadran (N)
C = Pusat berat kudran (benda yang tercelup air) (m)
P = Pusat tekanan hidrostatis (m)
h = Kedalaman pusat berat (m)
h’ = Jarak pusat tekanan hidrostatis P ke muka air (m)
h” = Jarak pusat tekanan hidrostatis P ke pivot (tumpuan) (m)

1. Gaya pada permukaan


4

Gaya hidrostatis F dapat didefinisikan sebagai:


F = ρ.g.A.h
dengan luas :
A = B.d
dan
d
h = 2

sehingga :
2
F = ρ.g. Bd2 (1.1)
2. Kedalaman pusat tekanan percobaan
Momen (M) bisa didefinisikan sebagai:
M=F.h"
Momen penyeimbang dihasilkan oleh berat (W) yang dikenakan penggantung
pada ujung lengan penyeimbang, panjang lengan penyeimbang (L). Untuk
keseimbangan statis, dua momen adalah sama, yaitu:
Fh"= WL = mgL
Dengan mensubstitusi gaya hidrostatis didapatkan:
mgL 2mL
h"= F
= ρBd2
(1.2)

3. Kedalaman pusat tekanan teoritis


Tekanan teoritis untuk kedalaman pusat tekanan dari muka air sampai titik
P adalah:
Io
y pt = y 0 + Ay o (1.3)

Untuk bidang tegak, α = 90o


Io
hpt = h0 + Ayo (1.4)

h′ = h + Io
A.h (1.5)
1
Bd3
h′ = h + 12
A.h

d2
h′ = h + 12.h
(1.6)

Kedalaman pusat tekanan di bawah titik tumpuan adalah:


5

h" = h′ + H − d (1.7)
d
h" = H − 3 (1.8)

1.3.2 Permukaan Pesawat Vertikal Terendam Seluruhnya


Gambar 1.3 berikut adalah representasi diagram dari alat yang menjelaskan
dimensi fisik, sebagai tambahan yang telah ditunjukkan sebelumnya. Nomenklatur
ini akan digunakan selama pembahasan teori ini.

Gambar 1.3 Percobaan Tekanan Hidrostatis Terendam Seluruhnya

Keterangan:
D = Tinggi permukaan kuadran (m)
B = Lebar kuadran (m)
d = Kedalaman yang terendam (m)
F = Gaya hidrostatis yang bekerja pada kuadran (N)
C = Pusat berat kuadran (benda yang tercelup air) (m)
P = Pusat tekanan hidrostatis (m)
6

h = Kedalaman pusat berat (m)


h’ = Jarak pusat tekanan (m)
h” = Jarak garis aksi gaya di bawah tumpuan. Garis gaya ini akan melewati
pusat tekanan (m)
1. Gaya hidrostatis
Gaya hidrostatis (F) dapat didefinisikan sebagai:
D
F = ρ.g.A.h = ρ.g.B.D. (d − 2 ) (1.9)
2. Kedalaman pusat tekanan percobaan
Momen (M) dapat didefinisikan sebagai berikut:
M = F h"
Momen penyeimbang dihasilkan oleh berat (W) yang dikenakan pada
penggantung pada bagian ujung lengan penyeimbang. Untuk keseimbangan statis,
dua momen adalah sama, yaitu:
F h" = W L = mgL
Dengan mensubstitusikan gaya hidrostatis didapatkan:
mL
h" = ρBD (d− D2 )
(1.10)

3. Kedalaman pusat tekanan teoritis


Hasil teoritis untuk kedalaman pusat tekanan (P) di bawah permukaan
bebas adalah:
h=d− D
2

Io
h′ = h + A.h
1 3
2 BD
h′ = (d − D2 ) + BD (d− D2 )
(1.11)

Kedalaman pusat tekanan di bawah titik tumpuan adalah:


h" = h′ + H − d
Substitusi sebelumnya menghasilkan:
D2 +(d D )2
−2
h" = 12
BD (d− D2 )
(1.12)
7

1.4 Jalannya Percobaan


Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan. Berikut adalah jalannya
percobaan praktikum tekanan hidrostatis.
1. Tangki peralatan hidrostatis ditempatkan di papan hidrolik, kaki nivo
disesuaikan sampai menunjukkan base horizontal. Lengan penyeimbang
diletakkan di knife edges. Penggantung berat ditempatkan di celah terakhir
bagian lengan penyeimbang. Katup drain dipastikan menutup. Alat ukur
keseimbangan berat dipindahkan ke lengan horizontal.
2. Pada penggantung berat massa kecil (100g) ditambahkan.
3. Lengan penyeimbang terangkat disebabkan permukaan akhir kuadran
ditambahkan air sampai gaya hidrostatis di atas ketinggian air, bagian atas
permukaan kuadran atau sisi sampingnya dipastikan air tidak terbuang.
4. Air ditambahkan sampai lengan penyeimbang horizontal, tandai dasar lengan
dengan garis bagian atas dan bawah (konsistensinya tetap dijaga selama
percobaan)
5. Tangki diisi sedikit demi sedikit agar mudah.
6. Pada permukaan kuadran baca kedalaman yang timbul dari skala, pembacaan
garis di bawah permukaan bisa mendapatkan hasil yang akuran dengan cara
pada efek tengangan permukaan dihindari.
7. Setiap penambahan beban dapat mengulangi prosedur di atas dengan 10, 20,
dan 50 gram yang disediakan untuk penambahan berat, tergantung jumlah
sampel.
8. Pada permukaan kuadran ulangi sampai ketinggian air mencapai puncak skala
bagian atas.
9. Faktor yang mungkin mempengaruhi hasil percobaan dicatat.

1.5 Pengamatan
Data dimensi alat percobaan:
L = 0,2725 m
8

D = 0,1000 m
B = 0,0725 m
H = 0,2000 m
ρ =1000 kg/ m3
g =9,81 m/ s2
Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil seperti pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Data Percobaan Tekanan Hidrostatis

No. Massa Momen Kedalam Gaya Pusat Tekanan Pusat Tekanan Pusat
Beban Puntir thd an Hidrost Teoritis thd Teoritis thd Tekanan
(m) Pivot (d) atis Pivot Muka Air Teoritis thd
(m.g.L) (F) h”= ((3)/(5)) (h’= h+ (Io/A.h)) Pivot
m (h”)
kg Nm m m
m N

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Percobaan Tenggelam Sebagian

1 0,080 0,220 0,058 1,221 0,180 0,039 0,181

2 0,090 0,247 0,062 1,395 0,177 0,041 0,179

3 0,100 0,275 0,066 1,581 0,174 0,044 0,178

Percobaan Tenggelam Seluruhnya

1 0,270 0,742 0,113 4,573 0,162 0,076 0,163

2 0,280 0,769 0,115 4,719 0,163 0,078 0,163

3 0,290 0,797 0,118 4,936 0,161 0,080 0,162

1.6 Perhitungan
1.6.1 Permukaan Pesawat Benda Vertikal Terendam Sebagian
1. Percobaan
Massa beban = 0.08 kg
Kedalaman = 0.058 m
a. Momen puntir terhadap pivot
9

M1 = m.g.L

= 0,08.9,81.0,2800
=0,220 Nm
b. Gaya hidrostatis
F = ρ.g.A.h
2
= ρ.g.B. d2

=1000.9,81.0,0740. 0,058
2

=1,221 N
c. Pusat tekanan teoritis terhadap muka air
I₀
h’ =h+ A.h
1
×Bd³
=h+ 2
A.h
1
0,058 × 0,0740 × 0,058³
= 2 + 2
0,0740×0,058×
0,058
2

=0,039 m
d. Pusat tekanan percobaan terhadap pivot
mgL
h” = F1
0,220
= 1,221

= 0,181 m
e. Pusat tekanan teoritis
I₀
h” = h + A.h
+H-d

= h’ + H - d
= 0,039 + 0,2000 - 0,058
= 0,181
f. Kesalahan relatif
h" teoritis−h"percobaan ∣
%KR = ∣∣ h"teoritis ∣ × 100%
1,81−1,80
= ∣∣ 1,81 ∣∣ × 100%
10

= 0,388%
2. Percobaan 2
Massa beban =0.090
Kedalaman =0,062
a. Momen puntir terhadap pivot

M1 = m.g.L

= 0.090.9,81.0,2800
= 0,247 Nm
b. Gaya hidrostatis
F = ρ.g.A.h
2
= ρ.g.B. d2
0,062²
=1000 × 9, 81 × 0,0740 × 2

=1,395 N
c. Pusat tekanan teoritis terhadap muka air
I₀
h’ =h+ A.h
1
2 ×Bd³
=h+ A.h
1
0,062 2 ×0,0740×0,062³
= 2 × 0,062
0,0740× 2

= 0,041 m
d. Pusat tekanan percobaan terhadap pivot
mgL
h” = F1
0,247
= 1,395

= 0,177 m
e. Pusat tekanan teoritis
I₀
h” =h+ A.h
+H-d

= h’ + H - d
= 0,041+ 0,2000 - 0,062
11

= 0,179 m
f. Kesalahan relatif
h" teoritis−h"percobaan ∣
%KR = ∣∣ h"teoritis ∣ × 100%
0,179 − 0,177 ∣
= ∣∣ 0,179 ∣ × 100%
= 1,201%
3. Percobaan 3
Massa beban = 0,100
Kedalaman =0,066
a. Momen puntir terhadap pivot

M1 = m.g.L

= 0,100.9,81.0,2800
= 0,275 Nm
b. Gaya hidrostatis
F = ρ.g.A.h
2
= ρ.g.B. d2
0,066²
=1000 × 9, 81 × 0, 0740 × 2

= 1,581 N
c. Pusat tekanan teoritis terhadap muka air
I₀
h’ =h+ A.h
1
×Bd³
=h+ 2
A.h
1
0,066 2 ×0,0740×0,066³
= 2 × 0,066
0,0740× 2

= 0,044 m
d. Pusat tekanan percobaan terhadap pivot
mgL
h” = F1
0,275
= 1,521
12

= 0,174 m
e. Pusat tekanan teoritis
I₀
h” =h+ A.h
+H-d

= h’ + H - d
= 0,044+ 0,2000 - 0,066
= 0,178 m
f. Kesalahan relatif
h" teoritis−h"percobaan ∣
%KR = ∣∣ h"teoritis ∣ × 100%
0,178 − 0,174 ∣
= ∣∣ 0,178 ∣ × 100%
= 2,400 %

1.6.2 Permukaan pesawat benda vertikal terendam seluruhnya


1. Percobaan 1
Massa beban = 0,270 m
Kedalaman = 0,113 m
a. Momen puntir terhadap pivot

M1 = m.g.L

= 0,270.9,81.0,2800
= 0,742 Nm
b. Gaya hidrostatis
F = ρ.g.A.h
2
= ρ.g.B. d2
0,113²
=1000 × 9, 81 × 0, 0740 × 2

= 4,573 N
c. Pusat tekanan teoritis terhadap muka air
I₀
h’ =h+ A.h
13

1
2 ×Bd³
=h+ A.h
1
0,113 2 ×0,0740×0,113³
= 2 × 0,113
0,0740× 2

= 0,076 m
d. Pusat tekanan percobaan terhadap pivot
mgL
h” = F1
0,742
= 4,573

= 0,162 m
e. Pusat tekanan teoritis
I₀
h” =h+ A.h
+H-d
= h’ + H - d
= 0,076+ 0,2000 - 0,113
= 0,163 m
f. Kesalahan relatif
h" teoritis−h"percobaan ∣
%KR = ∣∣ h"teoritis ∣ × 100%
0,163 − 0,162 ∣
= ∣∣ 0,163 ∣ × 100%
= 0,653 %
2. Percobaan 2
Massa beban = 0,280m
Kedalaman = 0,115 m
a. Momen puntir terhadap pivot

M1 = m.g.L

= 0,280.9,81.0,2800
= 0,769 Nm
b. Gaya hidrostatis
F = ρ.g.A.h
14

2
= ρ.g.B. d2
0,115²
=1000 × 9, 81 × 0, 0740 × 2

= 4,719 N
c. Pusat tekanan teoritis terhadap muka air
I₀
h’ =h+ A.h
1
2 ×Bd³
=h+ A.h
1
0,115 2 ×0,0740×0,115³
= 2 × 0,115
0,0740× 2

= 0,078m
d. Pusat tekanan percobaan terhadap pivot
mgL
h” = F1
0,769
= 4,719

= 0,163m
e. Pusat tekanan teoritis
I₀
h” =h+ A.h
+H-d

= h’ + H - d
= 0,078+ 0,2000 - 0,115
= 0,163 m
f. Kesalahan relatif
h" teoritis−h"percobaan ∣
%KR = ∣∣ h"teoritis ∣ × 100%
0,163 − 0,163 ∣
= ∣∣ 0,163 ∣ × 100%
= 0,106%
3. Percobaan 3
Massa beban = 0,290m
Kedalaman = 0,118 m
a. Momen puntir terhadap pivot
M1 = m.g.L
= 0,290.9,81.0,2800
15

= 0,797Nm
b. Gaya hidrostatis
F = ρ.g.A.h
2
= ρ.g.B. d2
0,118²
=1000 × 9, 81 × 0, 0740 × 2

= 4,936 N
c. Pusat tekanan teoritis terhadap muka air
I₀
h’ =h+ A.h
1
2 ×Bd³
=h+ A.h
1
0,118 2 ×0,0740×0,118³
= 2 × 0,118
0,0740× 2

= 0,080m
d. Pusat tekanan percobaan terhadap pivot
mgL
h” = F1
0,797
= 4,936

= 0,161m
e. Pusat tekanan teoritis
I₀
h” = h + A.h
+H-d

= h’ + H - d
= 0,080+ 0,2000 - 0,118
= 0,162 m
f. Kesalahan relatif
h" teoritis−h"percobaan ∣
%KR = ∣∣ h"teoritis ∣ × 100%
0,162 − 0,161 ∣
= ∣∣ 0,162 ∣ × 100%
= 0,547%
16

1.7 Pembahasan
Gaya tekanan hidrostatis dipengaruhi oleh kedalaman air. Semakin besar
kedalaman, maka semakin besar pula gaya tekanan hidrostatisnya. Nilai momen
puntir diperoleh dari perkalian antara massa beban, gaya gravitasi, dan jarak
horizontal antara titik tumpuan dan tempat penyeimbang. Hasil percobaan yang
memenuhi syarat yaitu dengan persentase kesalahan relatif kurang dari 5%. Dari
perhitungan data di atas didapat hasil seperti pada Tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2 Hasil Percobaan dan Teori Tekanan Hidrostatis

No. Pusat Tekanan Pusat Tekanan Perbedaan (m) Kesalahan


Percobaan h” Teoritis h” (m) Relatif (%)
(m)

Percobaan Terendam Sebagian

1 0,180 0,181 0,039 0,388

2 0,177 0,179 0,002 1,201

3 0,174 0,178 0,004 2,400

Percobaan Terendam Seluruhnya

1 0,162 0,163 0,001 0,653

2 0.163 0,163 0,000 0,106

3 0,161 0,162 0,001 0,547

Dari hasil percobaan didapat selisih yang hampir sama untuk setiap
percobaan baik percobaan pesawat terendam sebagian maupun percobaan pesawat
terendam seluruhnya, yaitu berkisar antara 0,000 m - 0,039 m. Jarak pusat tekanan
teoritis dan jarak pusat tekanan percobaan seharusnya memiliki nilai yang sama.
Pada percobaan di atas hasil yang diperoleh tidak sama persis, namun memiliki
17

selisih yang relatif kecil. Hal ini dikarenakan selama praktikum pembacaan
kedalaman pesawat yang terendam dilakukan dengan cukup teliti.

1.8 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan didapat gaya hidrostatis yang
bervariasi. Nilai data dikatakan memenuhi syarat apabila persentase kesalahan
relatif tidak lebih dari 5%. Selisih terbesar dari pusat tekanan percobaan terhadap
pivot dan pusat tekanan teoritis terhadap pivot jauh berbeda yaitu sebesar 0,001 m
dengan persentase kesalahan sebesar 0,653% dan 0,547%, serta selisih terkecilnya
yaitu sebesar 0,000 m dengan persentase kesalahan sebesar 0,106%
BAB II
TINGGI METASENTRUM

2.1 Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah mengamati kestabilan benda yang mengapung
dan menentukan tinggi metasentrum.

2.2 Alat
Pada praktikum tinggi metasentrum alat yang digunakan adalah sebagai
berikut.
1. Meja hidrolik (f1-10).
2. Alat percobaan tinggi metasentrum (f1-14) (Metacentric height
apparatus).
3. Pisau.
4. Dawai.
5. Beban.
6. Timbangan.
7. Penggaris.
8. Bak air.

2.3 Teori
Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat beratnya
berada di bawah pusat apung. Namun benda terapung dapat pula dalam
keseimbangan stabil meskipun pusat beratnya berada di atas pusat apung.

18
19

Gambar 2.1 Kestabilan Benda Terapung


Gambar 2.1 menunjukkan tampang lintang suatu benda yang terapung di
atas permukaan air. Pusat apung (B) adalah sama dengan pusat berat bagian benda
yang berada di bawah permukaan zat cair, seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 2.1 (a). Pusat apung (B) tersebut berada vertikal di bawah pusat berat (G).
Bidang AE adalah perpotongan permukaan zat cair dan benda. Perpotongan antara
sumbu yang melewati titik B dan G dengan bidang permukaan zat cair dan dasar
benda adalah titik P dan O (Gambar 2.1 (a)). Momen di B sesudah digoyang sama
dengan momen B sebelum digoyang ditambah momen kopel.
Apabila benda digoyang (posisi miring) terhadap sumbu melalui titik P
dari kedudukan seimbang, titik B akan berpindah pada posisi baru yaitu B’ ,
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1 (b). Sudut kemiringan benda terhadap
bidang permukaan zat cair adalah α. Perpindahan pusat apung (B) ke pusat apung
baru (B’) terjadi karena volume zat cair yang dipindahkan mempunyai bentuk
yang berbeda pada waktu posisi benda miring. Dalam gambar 2.1 (b), titik
metasentrum (M) adalah titik potong antara garis vertikal melalui B’ dan
20

perpanjangan garis BG. Titik ini digunakan sebagai dasar di dalam menentukan
stabilitas benda terapung. Apabila titik M berada di atas titik G, gaya apung (FB)
dan gaya berat (W) akan menimbulkan momen yang berusaha mengembalikan
benda pada kedudukan semula, maka kondisi itu disebut stabil. Sebaliknya,
apabila titik M berada di bawah titik G, momen yang ditimbulkan FB dan W akan
menggulingkan benda. Sehingga benda tersebut dalam keadaan labil. Sedang jika
titik M berimpit dengan titik G maka benda dalam keseimbangan netral. Dengan
demikian jarak MG dapat digunakan untuk mengetahui kondisi stabilitas. Apabila
MG positif (M di atas G) maka benda akan stabil. Semakin besar nilai MG,
semakin besar pula nilai kestabilan benda terapung. Sebaliknya jika MG negatif
(M di bawah G) maka benda adalah tidak stabil (labil). Jarak MG disebut dengan
tinggi metasentrum.

V zc . γ zc . BM sin α = 0 + ∫ y ZC . x. tan α. dA. 2. x. cosα (2.1)

( 12 )A
Vzc.BM = 2 ∫ x2 . dA
0
I0
BM = V ZC
(2.2)

Momen inersia penampang benda yang dari permukaan zat cair diambil
yang minimum. Tinggi metasentrum dinyatakan dengan (MG).
MG = MB ± BG
I0
MG = V ZC
± BG (2.3)

Keterangan : + jika G dibawah B


- jika G di atas B
Selanjutnya dasar teori pada percobaan tinggi metasentrum dengan
menggunakan alat metacentnric height apparatus, adalah sebagai berikut:
Untuk keseimbangan statis benda apung, total berat, W (yang bakerja
melalui titik berat G) harus sepadan dengan gaya apung. Pada keseimbangan
stabil. M harus terletak di atas G.
21

Gambar 2.2 Metasentrum Saat Beban Horizontal Digeser


Ketika beban bergerak dipindah ke satu sisi, titik berat (G) bergeser ke
suatu posisi baru (G’), dan pusat daya apung (B) juga bergeser kesuatu posisi baru
(B’) sejak titik pusat gaya berat digeser, yang disebabkan oleh bergeraknya beban
P melalui jarak X sehingga diperlukan bantuan grafik untuk memperoleh nilai MG
saat θ = 0.

2.4 Jalannya Percobaan


Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan. Berikut adalah jalannya
percobaan praktikum tinggi metasentrum.
1. Beban bergerak ditimbang (P) yang digunakan sepanjang lebar ponton.
Benda apung (ponton), tiang vertikal dan kedua-duanya dipasangkan dan
total berat/beban (W) ditentukan.
2. Pada saat mulai eksperimen, kita posisikan beban bergerak vertikal di
tengah tiang vertikal untuk tempat titik berat (G) sampai nantinya pada
puncak tiang benda apung.
Posisi G dapat ditentukan dengan:
a. penggunaan mata pisau, dan
22

b. dawai diikat dengan erat di sekitar tiang kapal dan secara hati-hati
dibiarkan keseluruhan perakitan untuk itu, posisi disesuaikan penunjuk
sampai arah tiang kapal menjadi horizontal.
3. Jarak G diukur dari dasar ponton dan dicatat jarak ini.
4. Tangki meja volumeter hidrolik diisi dengan air, kemudian pengisian ke
tabung cadangan dipindahkan dari tangki (untuk mencegah tumpahan
ketangki yang utama).
5. Ponton diapungkan di dalam tangki dan diukur kedalaman yang terbenam
untuk dibandingkan dengan nilai yang dihitung (secara teori).
6. Beban bergerak dipindahkan ke posisi tengah benda apung. Kemudian
penyesuaian kemiringan tiang vertikal yang terpasang (dengan
mengendorkan sekrup pengaman) untuk memberi nilai θ = 0.
7. Beban bergerak horizontal dipindahkan ke sebelah kanan kenaikan setiap
jarak 10 mm dan besar sudut yang terjadi (θ) terhadap bandul untuk
masing-masing posisi dicatat.
8. Prosedur ini diulangi melintasi massa di sebelah kiri pusat.
9. Posisi titik berat benda apung diubah dengan dinaikkan beban bergerak
yang berada di tiang vertikal. Posisi yang disarankan adalah pada tinggi
maksimum dan kemudian ditempatkan di tengah pada percobaan pertama.
Untuk masing-masing posisi G baru, percobaan di atas kembali diulang
agar tinggi metasentrum MG dapat ditemukan dan diuji. Karenanya,
penempatan posisi metasentrum (M) dari dasar ponton menggunakan hasil
dari tiga percobaan tersebut di atas.
Catatan:
Persamaan untuk perhitungan MG tidak bisa diterapkan ketika θ = 0.
Maka, MG harus ditentukan dengan grafik sebagai diuraikan di
perhitungan.
23

10. Sebuah grafik direncanakan tentang tinggi metasentrum (MG) terhadap


sudut kemiringan θ. Dari grafik ini, dapat ditentukan kemungkinan posisi
MG ketika θ = 0.

2.5 Pengamatan
Panjang ponton (l) = 0,3490 m
Lebar ponton (b) = 0,1990 m
Tinggi ponton (d) = 0,075 m
Berat total (w) = 1,5068 kg
Beban bergerak (P) = Horizontal = 0,3036 kg
Vertikal = 0,2353 kg
Kedalaman terbenam (di) = 0,0225 m
Dari hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut
24

Tabel 2.1 Data Pengamatan Tinggi Metasentrum


Panjan Lebar Tingg Berat Beban Bergerak Kedala Titik Tinggi Jarak Beban Sudu Tinggi
g Ponto i Total man Berat Metase t Metase
Ponton n Ponto Terben ntrum Kem ntrum
n am Teoritis iring Percob
an aan

(l) (b) (d) (W) (P) (di) (YG) (MGth) (X) (θ) (MGp)

m m m kg Kg m m m m (o) m

Horizo Vertik Horizo Verti


ntal al ntal kal

0 0 0,0926

0,02 2,5 0,0923

0,06 0,0979 0,04 0 5 0,0921

0,06 7,5 0,0918

0 0 0,0930

0,349 0,199 0,075 1,5068 0,3036 0,2353 0,0225


0,02 2,5 0,0923

0,07 0,879 0,04 0,03 5,2 0,0886

0,06 7,7 0,0894

0 0 0,0893

0,02 2,6 0,087

0,075 0.0829 0,04 0,06 5,6 0,0822

0,06 8,1 0,0849

2.6 Perhitungan
1. Percobaan 1
a. Tinggi Metasentrum Teoritis
Diketahui titik berat (YG) = 0,06 m
Langkah-langkah mencari MG teoritis :
1) Volume terbenam dalam air (VZC)
VZC = L x b x di
25

= 0,349 x 0,199 x 0,0225


= 1,5626 x 10-3 m3
2) inersia minimum (I0)
1
I0 = 12 x L x b3
1
= 12
x 0,349 x (0,199)3
= 2,2919 x 10-4 m4
3) pusat apung (YB)
di
YB = 2
0,0225
= 2

= 0,01125 m
4) Jarak Pusat beban dengan pusat apung (BG)
BG = YG - YB
= 0,06 - 0,01125
= 0,0488 m
5) MG teoritis
I0
MG = vzc
± BG
2,2919 x 10−4
= 1,5626 x 10−3
- 0,0488

= 0,0979 m
b. Tinggi Metasentrum Percobaan
1) Diketahui data:
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0,02 m, V = 0 m
Kemiringan (θ) = 2,5˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,06 m

P .X
MG1 = W
. cot 2,5˚
0,3036.0,02
= 1,5068 . cot 2,5˚
26

= 0,0923 m
2) Diketahui data:
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0,04 m, V = 0 m
Kemiringan (θ) = 5˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,06 m

P .X
MG2 = W
. cot 5˚
0,3036.0,04
= 1,5068 . cot 5˚

= 0,0921 m
3) Diketahui data:
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0,06 m, V = 0 m
Kemiringan (θ) = 7,5˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,06 m

P .X
MG3 = W
. cot 7,5˚
0,3036.0,06
= 1,5068 . cot 7,5˚

= 0,0918 m
4) Diketahui data:
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0 m, V = 0 m
Kemiringan (θ) = 0˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,06 m
Berdasarkan analisa perhitungan didapatkan grafik seperti pada Gambar
2.3 berikut.
27

Gambar 2.3 Grafik Percobaan 1


Maka, berdasarkan grafik percobaan 1 didapat MG4 yaitu sebesar 0,0926
m.
c. Persentase Kesalahan Relatif
%KR = | M G teori − M G percobaan
M G teori
|x 100%
0,0979 − 0,0926
= 0,0979 x 100%

= 5,433%

2. Percobaan 2
a. Tinggi Metasentrum Teoritis
Diketahui titik berat (YG) = 0,07 m
Langkah-langkah mencari MG teoritis :
1) Volume terbenam dalam air (VZC)
VZC = L x b x di
= 0,349 x 0,199 x 0,0225
= 1,5626 x 10-3 m3
2) Inersia minimum (I0)
1
I0 = 12
x L x b3
1
= 12
x 0,349 x (0,199)3

= 2,2919 x 10-4 m4
3) Pusat apung (YB)
28

di
YB = 2
0,0225
= 2

= 0,01125 m
4) Jarak pusat beban dengan pusat apun (BG)
BG = YG - YB
= 0,07 - 0,01125
= 0,05875 m
5) MG teoritis
I0
MG = V zc
± BG
2,2919 x 10−4
= 1,5626 x 10−3 -0,0587

= 0,0879 m

b. Tinggi Metasentrum Percobaan

1) Diketahui data
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0,02 m, V = 0,03 m
Kemiringan (θ) = 2,5˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,07 m
p.x
MG1 = w
.cotθ
0,3036 x 0,02
= 1,5068 . cot 2,5˚

= 0,0923m
2) Diketahui data
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0,04 m, V = 0,03 m
Kemiringan (θ) = 5,2˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,07 m
p.x
MG2 = w
.cotθ
29

0,3036 x 0,04
= 1,5068 . cot 5,2˚

= 0,0886 m
3) Diketahui data
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0,06 m, V = 0,03 m
Kemiringan (θ) = 7,7˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,07 m
p.x
MG3 = w
.cotθ
0,3036 x 0,06
= 1,5068 . cot 7,7˚

= 0,0894 m
4) Diketahui data
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0 m, V = 0,03 m
Kemiringan (θ) = 0˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,07 m
Berdasarkan analisa perhitungan didapatkan grafik seperti pada Gambar
2.4 berikut.
30

Gambar 2.4 grafik percobaan 2


Maka , berdasarkan grafik percobaan 1 didapat MG4 yaitu sebesar 0,093
c Persentase Kesalahan
M G teori − M G percobaan
% KR = | M G teori
|x 100%
0,879− 0,093
= 0,879i x 100%

= 5,778 %

3. Percobaan 3
a. Tinggi Metasentrum Teoritis
Diketahui titik berat (YG) = 0,075 m
Langkah-langkah mencari MG teoritis
1) Volume terbenam dalam air (VZC)
VZC = L x b x di
= 0,349 x 0,199 x 0,0225
= 1,5626 x 10-3 m3
2) Inersia minimum (I0)
1
I0 = 12
x L x b3
1
= 12
x 0,349 x (0,199)3
31

= 2,2919 x 10-4 m4
3) Pusat apung (YB)
di
YB = 2
0,0225
= 2

= 0,01125 m
4) Jarak pusat beban dengan pusat apun (BG)
BG = YG - YB
= 0,075 - 0,01125
= 0,06375 m
5) MG teoritis
I0
MG = V zc
± BG
2,2919 x 10−4
= 1,5626 x 10−3 -0,06375

= 0,0829 m
b. Tinggi Metasentrum Percobaan
1) Diketahui data
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0,02 m, V = 0,06 m
Kemiringan (θ) = 2,6˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,075 m
MG1= p.x
w
.cotθ
0,3036 x 0,02
= 1,5068 . cot 2,6˚

= 0,0887 m
2) Diketahui data
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0,04 m, V = 0,06 m
Kemiringan (θ) = 5,6˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
32

Titik Berat (YG) = 0,075 m


MG2 = p.x
w
.cotθ
0,3036 x 0,04
= 1,5068 . cot 5,6˚

= 0,0822 m
3) Diketahui data
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0,06 m, V = 0,06 m
Kemiringan (θ) = 8,1˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,075 m
p.x
MG3 = w
.cotθ
0,3036 x 0,06
= 1,5068 . cot 8,1˚

= 0,0849 m
4) Diketahui data
Beban bergerak (p) = H = 0,3036 kg, V = 0,2353 kg
Jarak beban (x) = H = 0 m, V = 0,06 m
Kemiringan (θ) = 0˚
Kedalaman (d) = 0,0225 m
Titik Berat (YG) = 0,075 m
Berdasarkan analisa perhitungan didapatkan grafik seperti pada Gambar
2.5 berikut.
33

Gambar 2.5 Grafik Percobaan 3


Maka, berdasarkan grafik percobaan 1 didapat MG4 yaitu sebesar
0,0893 m
c Persentase Kesalahan
% KR = | MMGGteori
teori
− |x 100%

0,0829− 0,0893
= 0,0893
x 100%

= 7,694%
2.7 Pembahasan
Tinggi metasentrum suatu ponton dipengaruhi oleh momen inersia, volume
tercelup, pusat gaya apung, dan pusat berat benda. Kondisi stabil adalah ketika
nilai MG > 0. Sedangkan benda dikatakan labil apabila nilai MG < 0. Dari
percobaan didapatkan hasil MG lebih besar daripada 0, sehingga benda uji
seluruhnya dalam kondisi stabil.
Keseimbangan labil terjadi karena adanya gangguan kecil pada benda yang
mulanya pada kondisi stabil akan berpindah dan berotasi sedemikian rupa
sehingga benda pada kedudukan baru. Gaya apung dan gaya berat akan
membentuk momen kopel yang berusaha memutar benda hingga menyebabkan
titik berat (G) berada pada bawah titik apung.
34

Efek perubahan titik berat (G) pada tinggi metasentrum adalah ketika
beban bergerak dipindah ke satu sisi, titik berat (G) bergeser ke suatu posisi baru
(G’), dan pusat daya apung (B) juga bergeser ke suatu posisi baru (B’). Perubahan
posisi tersebut dapat menyebabkan berubahnya sudut kemiringan yang
ditimbulkan. Selain itu pula, semakin jauh jarak beban dari titik tengah ponton
akan menyebabkan keseimbangan benda menjadi kurang stabil. Syarat hasil
percobaan yang memenuhi syarat adalah dengan persentase kesalahan relatif
kurang dari 10%.

Tabel 2.2 Perbandingan MGteori dan MGpercobaan

No. MG teoritis MG percobaan Perbedaan Kesalahan Relatif


(m) (m) (m) (%)

1. 0,0979 0,0926 0,0053 5,433

2. 0,0879 0,0930 0,0051 5,778

3. 0,0829 0,0893 0,0064 7,649

Perbedaan tinggi metasentrum antara percobaan dan teori paling besar yaitu
0,0064 m dengan persentase kesalahan sebesar 7,649 % dan perbedaan paling
kecil yaitu 0,0051 m dengan persentase kesalahan sebesar 5,778 %.
Tinggi metasentrum secara teori dan percobaan seharusnya sama, namun
terdapat perbedaan antara tinggi metasentrum secara teori dengan tinggi
metasentrum percobaan dan semua percobaan ini kesalahan relatifnya kurang dari
10%, yaitu pada percobaan 1 sebesar 5,433%, percobaan 2 sebesar 5,778%, dan
pada percobaan 3 sebesar 7,649%, hasil ini sudah memenuhi syarat. Perbedaan
pada percobaan ini kemungkinan terjadi dikarenakan adanya kesalahan pada saat
melakukan percobaan baik kesalahan dari langkah-langkah atau metode percobaan
35

seperti pembacaan titik berat pada dawai yang kurang teliti dan adanya kesalahan
pada saat pembacaan sudut kemiringan pada bandul ponton.

2.8 Kesimpulan
Dalam percobaan yang dilakukan, terdapat selisih antara MGteoritis dan MGpercobaan
yang menimbulkan adanya kesalahan relatif. Kesalahan relatif terbesar yang
didapatkan adalah 7,649% dan yang terkecil 5,433%. Semua percobaan ini
kesalahan relatifnya kurang dari 10%, yaitu pada percobaan 1 sebesar 5,433%,
percobaan 2 sebesar 5,778%, dan pada percobaan 3 sebesar 7,649%, hasil ini
sudah memenuhi syarat
BAB III
KESETIMBANGAN PONTON

3.1 Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah menentukan tinggi metasentrum dan
membandingkan tinggi metasentrum teoritis dan percobaan.

3.2 Alat
Pada praktikum kesetimbangan ponton alat-alat yang digunakan adalah
sebagai berikut.
1. Ponton balok.
2. Beban.
3. Timbangan.
4. Penggaris.
5. Bak air.

3.3 Teori
Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat beratnya
berada di bawah pusat apung. Namun benda terapung dapat pula dalam
keseimbangan stabil meskipun pusat beratnya berada di atas pusat apung seperti
pada Gambar 3.1.

36
37

Gambar 3.1 Kestabilan Benda Terapung

Gambar 3.1 menunjukkan tampang lintang suatu benda yang terapung di


atas permukaan air. Pusat apung (B) adalah sama dengan pusat berat bagian benda
yang berada di bawah permukaan zat cair, seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 3.1 (a). Pusat apung (B) tersebut berada vertikal di bawah pusat berat (G).
Bidang AE adalah perpotongan permukaan zat cair dan benda. Perpotongan antara
sumbu yang melewati titik B dan G dengan bidang permukaan zat cair dan dasar
benda adalah titik P dan O (Gambar 3.1 (a)).
Apabila benda digoyang (posisi miring) terhadap sumbu melalui titik P
dari kedudukan seimbang, titik B akan berpindah pada posisi baru (B’), seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1 (b). Sudut kemiringan benda terhadap bidang
permukaan zat cair adalah α. Perpindahan pusat apung (B) ke pusat apung baru
(B’) terjadi karena volume zat cair yang dipindahkan mempunyai bentuk yang
berbeda pada waktu posisi benda miring. Dalam Gambar 3.1 (b), titik
metasentrum (M) adalah titik potong antara garis vertikal melalui titik B’ dan
38

perpanjangan garis BG. Titik ini digunakan sebagai dasar di dalam menentukan
stabilitas benda terapung. Apabila titik M berada di atas titik G, gaya apung (Fb)
dan gaya berat (W), akan menimbulkan momen yang berusaha mengembalikan
benda pada kedudukan semula, maka kondisi itu disebut stabil. Sebaliknya apabila
titik M berada di bawah titik G, momen yang ditimbulkan Fb dan W akan
menggulingkan benda sehingga benda tersebut dalam keadaan labil. Sedangkan
jika titik M berimpit dengan titik G maka benda dalam keseimbangan netral.
Dengan demikian jarak MG dapat digunakan untuk mengetahui kondisi stabilitas.
Apabila MG positif (M di atas G) maka benda akan stabil. Semakin besar nilai
MG semakin besar pula nilai kestabilan benda terapung. Sebaliknya, jika MG
negatif (M di bawah G) maka benda adalah tidak stabil (labil). Jarak MG disebut
dengan tinggi metasentrum.
Pada Gambar 3.1 (b), setelah benda digoyang, di sebelah kanan sumbu
simetris terjadi penambahan gaya apung sebesar dFB dan di sebelah kiri terjadi
pengurangan sebesar dFB. Pada keadaan tersebut berlaku bahwa besar momen
terhadap B sesudah benda digoyang adalah sama dengan besar momen terhadap B
sebelum digoyang ditambah momen kopel akibat perubahan bentuk benda yang
terendam dalam zat cair. Apabila ditinjau suatu elemen dengan luas tampang dA
dan terletak pada jarak x dari sumbu simetris, maka:
Momen di B sesudah digoyang = momen B sebelum digoyang + momen kopel

V zc .γ zc .BM sin α = 0 + ∫ γ zc .x.tan α.dA.2.x.cos α (3.1)

1A
2

V zc. BM = 2 ∫ x2 .dA
0

= 2.( 12 ). I 0
I0
BM = V zc
(3.2)

Momen inersia penampang benda yang diiris permukaan zat cair diambil yang
minimum. Tinggi metasentrum dinyatakan dengan MG.
39

M G = M B ± BG
I 0min
MG = V zc
± BG (3.3)

Keterangan: + jika G di bawah B


- jika G di atas B

3.4 Jalannya Percobaan


Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan. Berikut adalah jalannya
percobaan praktikum kesetimbangan ponton.
1. Ponton balok diukur dimensinya.
2. Ponton tersebut kemudian ditimbang.
3. Titik berat model ponton tanpa beban dan juga titik berat model ponton
dengan beban dapat ditentukan.
4. Model (ponton balok) tanpa beban diapungkan ke dalam air dan diamati
kedalaman yang tercelup air.
5. Model (ponton balok) diberi beban, diapungkan ke dalam air dan diamati
kedalaman yang tercelup air.

3.5 Percobaan
1. Ponton balok
a. Berat ponton dan beban untuk ponton balok
W ponton = 1,11 kg

W beban = 0,335 kg
W total = 1,445 kg
b. Ukuran ponton balok dan beban
1) Ponton balok
Tinggi ponton (T) = 0,105 m
Lebar ponton (B) = 0,055 m
Panjang ponton (D) = 0,21 m
P = 0,255 m
40

2) Ukuran beban
Beban atas Beban bawah
P = 0,11 m P = 0,1 m
L = 0,055 m L = 0,06 m
T = 0,045 m T = 0,04 m

Gambar 3.2 Sketsa Beban

3) Jarak dari permukaan air


Sebelum dibebani = 0,0475 m
Setelah dibebani = 0,0630 m
41

Gambar 3.3 Sketsa Ponton Balok Tampak Atas dan Tampak


Depan

3.6 Perhitungan
1. Momen Inersia Minimum
1
x = 2
P. 12 B
1
= 2
0,255. 12 0,055
= 0,1000 m
Ix 1
= 2( 12 BD3 + BDy 2 )
1
= 2( 12 × 0, 055 × 0, 213 + 0, 055 × 0, 21 × 02 )

= 8,4892 × 10−5 m4
Iy 1
= 2( 12 B 3 D + BDx2 )
1
= 2( 12 × 0, 0553 × 0, 21 + 0, 055 × 0, 21 × 0, 12 )

= 2,3680 × 10−4 m4
42

Jadi, I min = 8,4892 × 10−5 m4


2. Perhitungan Berat Beban
V beban atas = P×L×T
= 0,11 × 0,055 × 0,045
= 2,7225 × 10−4 m3
V beban bawah = P×L×T
= 0,1 × 0,06 × 0,04
= 2,4000 × 10−4 m3
V total = V beban atas + V beban bawah
= 2,7225 × 10−4 + 2,4000 × 10−4
= 5,1225 × 10−4 m3
W beban .V beban atas
W atas = V total
4
0,335×2,7225×10−
= 5,1225×10−
4

= 0,17805 kg
W bawah = W beban - W atas
= 0,335 - 0,17805
= 0,15695 kg
3. Tinggi Metasentrum Ponton Balok Sebelum Dibebani
a. Tinggi Metasentrum Percobaan

Gambar 3.4 Kesetimbangan Ponton Balok Tanpa Beban (Percobaan)


43

1) Pusat Benda Apung (YB)


di 0,0475
YB = 2 = 2 = 0,02375 m
2) Jarak pusat ponton dengan pusat apung (BG)
BG = YG - YB
= 0,055 - 0,02375
= 0,03125 m
3) Volume benda yang tercelup ( V zc )
V zc = 2 × A × di
= 2 × 0,055 × 0,21 × 0,0475
= 1,10 × 10−3 m3
4) Tinggi Metasentrum (MG)
I min
MG = V zc
- BG
5
8,4892×10−
= 1,10×10−3
- 0,03125

= 0,04612 m
b. Tinggi Metasentrum Secara Teoritis

Gambar 3.5 Kesetimbangan Ponton Balok Tanpa Beban (Teoritis)

1) Kedalaman ponton yang tenggelam (dth)


W ponton
dth = 2.A.ρ
1,11
= 2×0,055×0,21×1000

= 0,04805 m
44

2) Pusat Benda Apung (YB)


dth 0,04805
YB = 2 = 2 = 0,02403 m
3) Jarak pusat ponton dengan pusat apung (BG)
BG = YG - YB
= 0,055 - 0,02403
= 0,03097 m
4) Volume benda yang tercelup ( V zc )
V zc = 2 × A × dth
= 2 × 0,055 × 0,21 × 0,04805
= 1,11 × 10−3 m3
5) Tinggi Metasentrum (MG)
I min
MG = V zc
- BG
5
8,4892×10−
= 1,11×10−3
- 0,03097

= 0,04551 m
c. Kesalahan Relatif
M Gteoritis −M Gpercobaan
%KR = | M Gteoritis | × 100%
0,04551−0,04612
=| 0,04551 | × 100%

= 1,346%
4. Tinggi Metasentrum Ponton Balok dengan Beban
a. Tinggi Metasentrum Percobaan

Gambar 3.6 Kesetimbangan Ponton Balok dengan Beban (Percobaan)


45

1) Tinggi Metasentrum Percobaan (YB)


di 0,0630
YB = 2 = 2 = 0,03150 m
2) Pusat Beban
W ponton .Y p + W beban bawah .Y b + W beban atas .Y a
YG = W ponton + W beban bawah + W beban atas

(1,11×0,055) + ( 0,15695×0,125 )+ (0,17805×0,1675)


= 1,11 + 0,15695 + 0,17805

= 0,07647 m
3) Jarak pusat ponton dengan pusat apung (BG)
BG = YG - YB
= 0,07647 - 0,03150
= 0,04497 m
4) Volume yang tercelup ( V zc )
V zc = 2 × A × db
= 2 × 0,055 × 0,21 × 0,0630
= 1,46 × 10−3 m3
5) Tinggi Metasentrum
I min
MG = V zc
- BG
5
8,4892×10−
= 1,46×10−3
- 0,04497

= 0,01337 m
b. Tinggi Metasentrum Teoritis
1) Kedalaman ponton yang tenggelam (dth)
W total
dth = 2.A.ρ
1,445
= 2×0,055×0,21×1000

= 0,06255 m
2) Pusat Benda Apung (YB)
dth 0,06255
YB = 2 = 2 = 0,03128 m
3) Jarak pusat ponton dengan pusat apung (BG)
46

BG = YG - YB
= 0,0764 - 0,03128
= 0,04519 m
4) Volume benda yang tercelup ( V zc )
V zc = 2 × A × dth
= 2 × 0,055 × 0,21 × 0,06255
= 1,45 × 10−3 m3
5) Tinggi Metasentrum (MG)
I min
MG = V zc
- BG
5
8,4892×10−
= 1,45×10−3
- 0,04519

= 0,01356 m
c. Kesalahan Relatif
M Gteoritis −M Gpercobaan
%KR = | M Gteoritis | × 100%
0,01356−0,01337
=| 0,01356 | × 100%

= 1,422%
3.7 Pembahasan
Tinggi metasentrum suatu ponton dipengaruhi oleh momen inersia, volume
tercelup, pusat gaya apung, dan pusat berat benda. Kondisi stabil adalah ketika
nilai MG > 0, sedangkan benda dikatakan labil apabila nilai MG < 0. Dari
percobaan didapatkan hasil MG lebih besar dari pada 0, sehingga benda uji
seluruhnya dalam kondisi stabil. Syarat hasil percobaan yang memenuhi syarat
adalah dengan persentase kesalahan relatif kurang dari 10%. Data hasil percobaan
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
47

Tabel 3.1 Perbandingan Hasil M Gpercobaan dan M Gteoritis

No. Keterangan MG MG teoritis Perbedaan Kesalahan


percobaan (m) (m) Relatif
(m) (%)

1. Tanpa beban 0,04612 0,04551 0,00061 1,346

2 Dengan 0,01337 0,01356 0,00019 1,422


beban

Perbedaan antara M Gpercobaan dan M Gteoritis percobaan pertama ponton

balok yaitu pada percobaan tanpa beban memiliki perbedaan 0,00061 m dengan
kesalahan relatif sebesar 1,346% dan pada percobaan dengan beban memiliki
perbedaan 0,00019 m dengan kesalahan relatif 1,422%. Dari hasil perhitungan
tinggi metasentrum secara teoritis dan secara percobaan sedikit berbeda, hal
tersebut disebabkan karena kurangnya ketelitian pembacaan pada skala penggaris
dan pembacaan titik berat pada ponton.

3.8 Kesimpulan
Dari percobaan yang kami lakukan didapat hasil yang bervariasi. Hasil
percobaan ini memenuhi syarat karena pesentase kesalahan tidak melebihi batas
maksimum yaitu sebesar 10%. Selisih terbesar (percobaan tanpa beban) dari tinggi
metasentrum percobaan dengan tinggi metasentrum teori yaitu sebesar 0,00061 m
dengan persentasse kesalahan sebesar 1,346% dan selisih terkecil (percobaan
dengan beban) dari tinggi metasentrum percobaan dengan tinggi metasentrum
teori sebesar 0,00019 m dengan persentase kesalahan 1,422%.
BAB IV

VENTURIMETER

4.1 Tujuan

Maksud dan tujuan praktikum venturimeter adalah sebagai berikut.


1. Untuk menyelidiki validitas teorima Bernoulli ketika diaplikasikan untuk aliran
yang tetap (steady) pada pipa venturimeter.
2. Menentukan besar koefisien debit (Cd).
3. Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen – divergen.

4.2 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut.


1. Meja kerja hidraulik.
2. Atopwatch.
3. Alat uni venturimeter (peralatan Bernoulli).
4. Kapiler atau penggaris.

4.3 Teori
Venturimeter adalah suatu alat untuk mengukur debit zat cair yang mengalir
pada suatu pipa. Bentuk paling sederhana dari venturimeter ini terdiri dari tiga
bagian yaitu bagian pipa mengecil (konvergen), leher dan pipa membesar
(divergen).

48
49

Gambar 4.1 Aliran Pada Venturimeter

Tabel 4.1 Dimensi Tabung Venturimeter

No. Posisi Tabung Lambang Diameter (mm) Jarak dari A (m)


Monometer

1. 1 h1 25.0 0.0000

2. 2 h2 13.9 0.0603

3. 3 h3 11.8 0.0687

4. 4 h4 10.7 0.0732

5. 5 h5 10.0 0.0811

6. 6 h6 25.0 0.1415

Bila kehilangan energi sepanjang pengaliran di abaikan maka berlakulah


persamaan Bernoulli yang ditulis sebagai berikut.
P1 V 12 P5 V 52
y
+ 2g
+ Z1 = y
+ 2g
+ Z5 = C (4.1)

Dengan:
P = Tekanan pada titik yang ditinjau
V= Kecepatan aliran
y = Berat volume zat cair
g = percepatan gravitasi
Z = Elevasi titik dari bidang referensi tertentu
50

C = Konstan (menunjukkan jumlah total tinggi energi)


Bila venturimeter diletakkan horizontal maka Z 1 = Z 2 , sehingga:
V 12 V 52 V n2
2g
+ h1 = 2g
+ h5 = 2g
+ hn (4.2)

Dengan V1 adalah kecepatan aliran tampang 1.Karena debit aliran tetap,maka


berlaku persamaan kontinuitas sebagai berikut:

V 1 . A1 = V 5 . A5 = V n . An = Q (4.3)

Dengan Q adalah debit aliran.Dengan mensubstitusikan persamaan (4.3) kedalam


persamaan (4.2), didapat:

V 52
2g ( )
A5
A1
2
+ h1 =
V 52
2g + h5 (4.4)

Dengan menyelesaikan persamaan (4.4) tersebut untuk V2, didapat:


2g(h1 −h5 )
V2 = (4.5)
1− ( )A5
A1
2

Sehingga debit aliran yang melewati venturimeter secara teoritis adalah:


2g(h1 −h5 )
Qth = A2 (4.6)
1− ( )
A5
A1
2

Karena terjadinya kehilangan tenaga, maka besarnya debit nyata adalah Cd.Qth,
dengan Cd adalah koefisien debit.

4.4 Jalannya Percobaan


Jalannya percobaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Peralatan venturimeter (persamaan Bernoulli) diletakkan pada hidraulik
bench kemudian nivo diatur agar dasarnya horizontal, hal ini penting untuk
diukur tinggi yang akurat pada manometer.
51

2. Inlet dihubungkan ke suplai aliran bench, katup bench ditutup dan katup
aliran dikontrol dan pompa dinyalakan. Perlahan lahan katup bench
dibukaagaralat percobaan (testrig)diisioleh air.
3. Air diisi dari keran tekanan dan manometer, kedua katub bench dan katup
kontrol aliran ditutup, dan skrup pengisi udara dibuka dan tutupnya
dipindahkan dari katup pengatur udara. Katup bench dibuka dan alirannya
dibiarkan melalui manometer agar seluruh udara dihilangkan, sekrup pengisi
udara dikencangkan dan katup bench dibuka dan katup kontrol aliran.
Kemudian, dibuka sedikit katup pengisi udara untuk udara dibiarkan masuk
dibagian atas manometer. Sekrup kembali dikencangkan ketika tinggi
manometer mencapai tinggi yang diinginkan. Jika dibutuhkan, tinggi
manometer bisa disesuaikan menggunakan sekrup pengisi udara dan pompa
tangan yang disediakan. Ketika pompa tangan digunakan, sekrup pengisi
harus dibuka. Untuk menahan tekanan pompa tangan dalam sistem,sekrup
harus ditutup setelah pemompaan.
4. Terdapat tiga macam debit yang harus dibaca. set pertama diatur pada debit
maksimum (h1-h5 besar), kemudian dikurangi debit volume untuk hingga
perbedaan tinggi h1-h5 sekitar 50 mm. Lalu diulangi percobaan untuk
dihasilkan perbedaan tinggi yang berada diantara kedua test di atas. Dicatat
semua datanya.
5. Waktu diukur dengan volume yang ditentukan dengan tangki volumetrik.
Lamanya air dikumpulkan sekurang-kurangnya 1 menit agar kesalahan
pengukuran waktu dapat dikurangi.

4.5 Pengamatan
Hasil pengamatan praktikum venturimeter dapat dilihat pada Tabel 4.2,
Tabel 4.3, dan Tabel 4.4 sebagai berikut.
52

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan 1(Kondisi


Mendekati)

Volume Waktu Debit Nyata Titik Luas Tinggi Kecepatan Debit Teori Koef. Debit
Tertampung Penampungan Penampang Tekanan

V T Q A h V Qth Cd

(m3) (s) (m3/s) (m2) (m) (m/s) (m3/s)

0,0010 16,27 6,1462 x 10−5 1 4,9087 x 10−4


0,1500 0,1304

7,8540 x 10−5
5 0,1170 0,8152

6,10874 x 10−5 4,9087 x 10−4


0,0010 16,37 1 0,1500 0,1304

6,4022 x 10−5
5 7,8540 x 10−5
0,1170 0,8152 0,9555

6,09756 x 10−5 4,9087 x 10−4


0,0010 16,40 1 0,1500 0,1304

7,8540 x 10−5
5 0,1170 0,8152
53

Gambar 4.2 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan 1 (Kondisi


Mendekati)
54

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan 2(Kondisi Setengah)

Volume Waktu Debit Nyata Titik Luas Tinggi Kecepatan Debit Teori Koef. Debit
Tertampung Penampungan Penampang Tekanan

V T Q A h V Qth Cd

(m3) (s) (m3/s) (m2) (m) (m/s) (m3/s)

9,33707 x 10−5 4,9087 x 10−4


0,0010 10,71 1 0,1820 0,2189

7,8540 x 10−5
5 0,0890 1,3684

9,33707 x 10−5 4,9087 x 10−4


0,0010 10,71 1 0,1820 0,2189

1,0748 x 10−4
7,8540 x 10−5 0,8653
5 0,0890 1,3684

9,22509 x 10−5 4,9087 x 10−4


0,0010 10,84 1 0,1820 0,2189

7,8540 x 10−5
5 0,0890 1,3684
55

Gambar 4.3 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan 2 (Kondisi


Setengah)
56

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan 3(Kondisi Ekstrim)

Volume Waktu Debit Nyata Titik Luas Tinggi Kecepatan Debit Teori Koef. Debit
Tertampung Penampungan Penampang Tekanan

V T Q A h V Qth Cd

(m3) (s) (m3/s) (m2) (m) (m/s) (m3/s)

1,2270 x 10−4 4,9087 x 10−4


0,0010 8,15 1 0,2230 0,2845

7,8540 x 10−5
5 0,0660 1,7780

1,2165 x 10−4 4,9087 x 10−4


0,0010 8,22 1 0,2230 0,2845

7,8540 x 10−5
5 0,0660 1,7780 1,3964 x 10−4

0,8688
−4 −4
1,1962 x 10 4,9087 x 10
0,0010 8,36 1 0,2230 0,2845

7,8540 x 10−5
5 0,0660 1,7780
57

Gambar 4.4 Hasil Pengamatan dan Pengukuran Percobaan 3 (Kondisi


Ekstrim)
58

4.6 Perhitungan

Berikut merupakan perhitungan percobaan venturimeter.


1. Perhitungan Luas Penampang
1 2
Pada titik 1 ( A1 ) = 4 π × D1
= 1
4
π × 0, 0252

= 4,9087 × 10−4 m2
1 2
Pada titik 5 ( A5 ) = 4 π × D5
= 1
4
π × 0, 012

= 7,8540 × 10−5 m2
2. Percobaan 1 (Kondisi Mendekati)
a. Debit Aliran Terukur
1) Pada saat T = 16,27 detik
V
Q1 = T
0,0010
= 16,27

= 6,1463 × 10−5 m3/detik


2) Pada saat T = 16,37 detik
V
Q2 = T
0,0010
= 16,37

= 6,1087 × 10−5 m3/detik


3) Pada saat T = 16,40 detik
V
Q3 = T
0,0010
= 16,40

= 5,0976 × 10−5 m3/detik


4) Debit Terukur Rata-Rata
Q1 +Q2 +Q3
Qrata−rata = 3
5 5 5
6,1463×10− + 6,1087×10− + 5,0976×10−
= 3

Qrata−rata = 6,11753 × 10−5 m3/detik


59

b. Kecepatan
1) Pada titik 5


2.g.(h1 −h5 )
V5 = 2
A
1−( A5 )
1


2 × 9,81 × (1500−1170)
= 2
7,8540×10−5
1−( )
4,9087×10−4

= 0,8152 m/detik
2) Pada titik 1
A5 .V 5
V1 = A1

7,8540×10−5 ×0,8152
=
4,9087×10−4

= 0,1304 m/detik
c. Debit Teoritis (Qth)
1) Debit Aliran pada Titik 1
Qth = A1 × V 1
= 4,9087 × 10−4 × 0,1304
= 6,4022 × 10−5 m3/detik
2) Debit Aliran pada Titik 5
Qth = A5 × V 5
= 7,8540 × 10−5 × 0,8152
= 6,4022 × 10−5 m3/detik
d. Koefisien Debit (Cd)
Qrata−rata
Cd = Qth

6,1175×10−5
= 6,4022×10−5

= 0,9555
3. Percobaan 2 (Kondisi Setengah)
a. Debit Aliran Terukur
1) Pada saat T = 10,71 detik
60

V
Q1 = T
0,0010
= 10,71

= 9,33707 × 10−5 m3/detik


2) Pada saat T = 10,71 detik
V
Q2 = T
0,0010
= 10,71

= 9,33707 × 10−5 m3/detik


3) Pada saat T = 10,84 detik
V
Q3 = T
0,0010
= 10,84

= 9,22509 × 10−5 m3/detik


4) Debit Terukur Rata-Rata
Q1 +Q2 +Q3
Qrata−rata = 3
5 5 5
9,33707×10− + 9,33707×10− + 9,22509×10−
= 3

Qrata−rata = 9,29974 × 10−5 m3/detik


b. Kecepatan
1) Pada titik 5


2.g.(h1 −h5 )
V5 = 2
A
1−( A5 )
1


2 × 9,81 × (0,1820−0,0890)
= 2
1−( 7,8540×0−4 )
4,9087×10

= 1,3684 m/detik
2) Pada titik 1
A5 .V 5
V1 = A1

7,8540×10−5 ×1,3684
= 4,9087×10−4

= 0,2189 m/detik
c. Debit Teoritis (Qth)
61

1) Debit Aliran pada Titik 1


Qth = A1 × V 1
= 4,9087 × 10−4 × 0,2189
= 1,0748 × 10−4 m3/detik
2) Debit Aliran pada Titik 5
Qth = A5 × V 5
= 7,8540 × 10−5 × 1,3684
= 1,0748 × 10−4 m3/detik
d. Koefisien Debit (Cd)
Qrata−rata
Cd = Qth

9,29974×10−5
= 1,0748×10−4

= 0,8653
4. Percobaan 3 (Kondisi Ekstrim)
a. Debit Aliran Terukur
1) Pada saat T = 8,15 detik
V
Q1 = T
0,0010
= 8,15

= 1,2270 × 10−4 m3/detik


2) Pada saat T = 8,22 detik
V
Q2 = T
0,0010
= 8,22

= 1,2165 × 10−4 m3/detik


3) Pada saat T = 8,36 detik
V
Q3 = T
0,0010
= 8,36

= 1,1962 × 10−4 m3/detik


4) Debit Terukur Rata-Rata
62

Q1 +Q2 +Q3
Qrata−rata = 3
4 4 4
1,2270×10− + 1,2165×10− + 1,1962×10−
= 3

Qrata−rata = 1,2132 × 10−4 m3/detik


b. Kecepatan
1) Pada titik 5


2.g.(h1 −h5 )
V5 = 2
A
1−( A5 )
1


2 × 9,81 × (0,2230−0,0660)
= 2
1−( 7,8540×0−4 )
4,9087×10

= 1,7780 m/detik
2) Pada titik 1
A5 .V 5
V1 = A1

7,8540×10−5 ×1,7780
= 4,9087×10−4

= 0,2845 m/detik
c. Debit Teoritis (Qth)
1) Debit Aliran pada Titik 1
Qth = A1 × V 1
= 4,9087 × 10−4 × 0,2845
= 1,3964 × 10−4 m3/detik
2) Debit Aliran pada Titik 5
Qth = A5 × V 5
= 7,8540 × 10−5 × 1,7780
= 1,3964 × 10−4 m3/detik
d. Koefisien Debit (Cd)
Qrata−rata
Cd = Qth
4
1,2132×10−
= 4
1,3964×10−

= 0,8688
63

4.7 Pembahasan
Nilai Cd dipengaruhi oleh perbandingan tinggi tekanan pipa 1 dan pipa 5.
Semakin besar tinggi permukaan, maka semakin besar kecepatan aliran fluida.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran fluida pada pipa
venturimeter adalah luas permukaan pipa, percepatan gravitasi, dan selisih tinggi
permukaan. Oleh karena itu nilai Cd dari setiap percobaan berbeda-beda seperti
pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Percobaan Venturimeter

Percobaan Debit Teoritis Debit Nyata Koefisien Debit


(Qth) (Q) (Cd)
(m3/detik) (m3/detik)

1 6,4022 x 10-5 6,11753 x 10-5 0,9555

2 1,0748 x 10-4 9,29974 x 10-5 0,8653

3 1,3964 x 10-4 1,2132 x 10-4 0,8688

4.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan venturimeter di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai Cd pada setiap percobaan berbeda-beda, karena nilai tinggi tekanan (h) dan
nilai diameter pipa (d) sangat berpengaruh. Semakin besar tinggi tekanan, maka
semakin besar kecepatan aliran fluida. Dari percobaan ini diperoleh nilai Cd
percobaan 1 sebesar 0,9555; Cd percobaan 2 sebesar 0,8653; dan Cd percobaan 3
sebesar 0,8688. Hasil tersebut sudah sesuai dengan nilai koefisien debit yang
diizinkan yaitu berkisar antara 0,6 – 1,0.
BAB V
PINTU SORONG

5.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah menjelaskan fenomena aliran pada pintu
sorong dan penggunaan pada pintu sorong untuk mengukur debit aliran.

5.2 Alat
Pada praktikum debit aliran melalui pintu sorong alat-alat yang digunakan
adalah sebagai berikut.
1. Saluran multi guna (Multi purpose teaching flume).
2. Pintu sorong (sluice gate).
3. Alat ukur debit.
4. Stopwatch.
5. Point gauge.
6. Penggaris.

5.3 Teori
Pintu sorong merupakan salah satu konstruksi pengukur dan pengatur
debit. Pada aliran saluran terbuka yang diatur dengan pintu dalam keadaan
pengaliran bebas keadaan aliran di hulu pintu adalah sub kritik. Pada keadaan
tersebut berlaku rumus debit jka V0 diperhitungkan.
Q = Cd・b・yg・ √2g(y0 − y1) + v0₂ (5.1)
Jika V0 diabaikan:
Q = Cd・b・yg・ √2g(y0 − y 1) (5.2)
Dengan:
Q = Debit aliran

64
65

Cd = Koefisien debit
b = Lebar pintu sorong
g = Percepatan gravitasi
yg = Tinggi bukaan pintu
y0 = Tinggi air di hulu pintu sorong
y1 = Tinggi air di hilir pintu sorong

Gambar 5.1 Aliran di Pintu Sorong

5.4 Jalannya Percobaan


Jalannya percobaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Saluran diatur hingga mendatar dan pintu pengatur muka air di hilir dalam
keadaan terbuka.
2. Pintu sorong diletakkan pada titik pengamatan.
3. Bukaan pintu (yg) diatur setinggi 5 cm dari dasar saluran.
4. Bagian tepi pintu dan dinding kaca dirapatkan dengan plastisin agar rapat
air.
5. Air dialirkan ke dalam saluran.
66

6. Tinggi muka air di bagian hulu diatur kurang lebih 15cm dengan
menaikkan atau mengurangi debit aliran.
7. Bukaan pintu sorong diturunkan setiap 1 cm dan atur kedalaman muka air
hulu tetap pada 15 cm dengan mengatur debit aliran.
8. Tunggu sampai dihasilkan aliran stabil (steady).
9. Air hulu (y0), tinggi tenaga (H), kecepatan aliran air di hulu dan di hilir
(V), kedalaman air di hilir bukaan pintu pada bagian yang alirannya
sudah mendatar (y1) dan debit (Q) diukur dan dicatat.
10. Percobaan diulangi dengan y0 tetap dan yg berbeda.

5.5 Pengamatan
Hasil pengamatan praktikum aliran melalui pintu sorong dapat dilihat pada
Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran

NO Percobaan ke 1 2 3

1 Tinggi bukaan 0,07 0,06 0,05


(yg) (m)

2 Kedalaman 0,15 0,15 0,15


air Hulu (y0)
(m)

3 Kedalaman 0,049 0,043 0,038


air Hilir (y1)
(m)

4 volume air 0,04 0,04 0,04


terapung (V)
(m3)
67

Lanjutan Tabel 5.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran

5 Waktu 5,6 5,7 5,85 7,04 7,1 7,29 8,1 8,32 8,33
Penampungan 2 8 1 2
(T) (detik)

6 Koefisien 0,7000 0,7167 0,7600


Kontraksi
(Cc)

7 Debit Aliran 0,0 0,0 0,00 0,00 0,0 0,00 0,0 0,00 0,00
Nyata (Q) 071 069 68 57 056 55 049 48 48
(m3/detik)
0,0070 0,0056 0,0048

8 Kecepatan 0,46390 0,37321 0,3202


Awal
(Vo=Q/b.y0)
(m/detik)

0,01038 0,00898 0,00759


9 Debit Teori
(Qth)

10 Koefisien 0,6707 0,6236 0,6387


Debit (Cd)

5.6 Perhitungan
Berikut merupakan perhitungan dari percobaan dari percobaan aliran
melalui pintu sorong.
1. Percobaan 1 (Tinggi Bukaan 0,07 m)
Diketahui data hasil pengukuran pada percobaan 1 sebagai berikut.
a. Tinggi bukaan (y g ) = 0,07
b. Kedalaman air hulu (y0) = 0,15
68

c. Kedalaman air hilir (yi) = 0,049


d. Volume air tertampung (V) =0,04
e. Lebar bukaan (b) = 0,1000
f. Waktu penampung tiap liter:
1) T1 =5,62
2) T2 =5,78
3) T3 =5,85
4) T rata-rata =5,75
g. koefisien kontraksi (Cc)
yi 0,049
Cc = yg = 0,07 = 0, 7000

h. Debit aliran Terukur Nyata (Q)


0,04
Q= volume
T rata rata
= 5,75
= 0, 0070 m3 / detik

i. Kecepatan awal (V 0)
Q 0,0070
V0 = b.y0
= 0,1000.0,15
= 0, 46390 m3 /detik

j. Debit Aliran Teoritis (Qth)

Qth = b.yg. √2g (y0 − yi) + v0 2

= 0, 1000.0, 07 √2 × 9, 81(0, 15 − 0, 049) + 0, 463902

= 0,01038 m3 /detik
k. Koefisien Debit (Cd)
Qnyata 0,0070
Cd = Qteoritis = 0,01038
= 0, 6707

2. Percobaan 2 (tinggi bukaan 0,06 m)


Diketahui data hasil pengukuran pada percobaan 2 sebagai berikut.
a. Tinggi bukaan (y g ) =0,06
b. Kedalaman air hulu (y0) =0,15
c. Kedalaman air hilir (yi) =0,043
d. Volume air tertampung (V) =0,04
e. Lebar bukaan (b) =0,1000
69

f. Waktu penampung tiap liter:


1) T1 =7,04
2) T2 =7,11
3) T3 =7,29
4) Trata-rata =7,14
g. koefisien kontraksi (Cc)
yi 0,043
Cc = yg = 0,06 = 0, 7167

h. Debit aliran Terukur Nyata (Q)


0,04
Q= volume
T rata rata
= 7,14
= 0, 0056 m3 / detik

i. Kecepatan awal (V 0)
Q 0,0056
V0 = b.y0
= 0,1000.0,15
= 0, 37321 m3 /detik

j. Debit Aliran Teoritis (Qth)

Qth = b.yg. √2g (y0 − yi) + v0 2

= 0, 1000.0, 06 √2 × 9, 81(0, 15 − 0, 043) + 0, 373212

= 0,00898 m3 /detik
k. Koefisien Debit (Cd)
Qnyata 0,0056
Cd = Qteoritis = 0,00898
= 0, 6236

3. Percobaan 3 (tinggi bukaan 0,05 m)


Diketahui data hasil pengukuran pada percobaan 3 sebagai berikut.
a. Tinggi bukaan (y g ) =0,05
b. Kedalaman air hulu (y0) =0,15
c. Kedalaman air hilir (yi) =0,038
d. Volume air tertampung (V) =0,04
e. Lebar bukaan (b) =0,1000
f. Waktu penampung tiap liter:
1) T1 =8,12
2) T2 =8,32
70

3) T3 =8,33
4) Trata-rata =8,25
g. koefisien kontraksi (Cc)
yi 0,038
Cc = yg = 0,05 = 0, 7600

h. Debit aliran Terukur Nyata (Q)


0,04
Q= volume
T rata rata
= 8,25
= 0, 0048 m3 / detik

i. Kecepatan awal (V 0)
Q 0,0048
V0 = b.y0
= 0,1000.0,15
= 0, 32302 m3 /detik

j. Debit Aliran Teoritis (Qth)

Qth = b.yg.
√2g (y0 − yi) + v0 2

= 0, 1000.0, 05 √2 × 9, 81(0, 15 − 0, 038) + 0, 32302 2

= 0,00759 m3 /detik
k. Koefisien Debit (Cd)
Qnyata 0,0048
Cd = Qteoritis = 0,00759
= 0, 6387

5.7 Pembahasan
Berikut ini hasil perbandingan nilai koefisien debit berdasarkan perbedaan
tinggi bukaan pintu sorong.

Tabel 5.2 Perbandingan Nilai Koefisien Debit dengan Tinggi Bukaan Pintu
Berbeda

Percobaan Ke- Tinggi Bukaan (m) Koefisien debit

1 0,07 0,6707

2 0,06 0,6236

3 0,05 0,6387
71

Dari Tabel diatas terlihat nilai koefisien debit untuk masing-masing tinggi
bukaan (yg). Hasil dari percobaan yang dilakukan yaitu diperoleh nilai koefisien
debit untuk ketinggian bukaan 0,07 m sebesar 0,6707; koefisien debit untuk
ketinggian bukaan 0,06 m sebesar 0,6236; dan koefisien debit untuk ketinggian
bukaan 0,05 m sebesar 0,6387.

5.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data didapatkan nilai koefisien
debit untuk bukaan pintu 0,07 m sebesar 0,6707; koefisien debit untuk ketinggian
bukaan 0,06 m sebesar 0,6236; dan koefisien debit untuk ketinggian bukaan 0,05
m sebesar 0,6387. Hasil tersebut sudah sesuai dengan nilai koefisien debit yang
diizinkan yaitu berkisar antara 0,55 - 0,75.
BAB VI
BENDUNG AMBANG LEBAR

6.1 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan debit aliran dengan
menggunakan bendung ambang lebar.

6.2 Alat
Pada percobaan bendung ambang lebar alat-alat yang digunakan adalah
sebagai berikut.
1. Saluran multi guna (Multi purpose teaching flume).
2. Bendung ambang lebar.
3. Alat ukur debit.
4. Stopwatch.
5. Point gauge.
6. Penggaris.

6.3 Teori
Peluap disebut ambang lebar apabila t > 0,66H, dengan t adalah lebar
peluap dan H adalah tinggi peluapan. Dasar teori aliran yang terjadi pada bendung
ambang lebar adalah sebagai berikut.

Persamaan Bernoulli:
2 2
P2 V1 P2 V2
z1 + γ + 2g = z2 + γ + 2g (6.1)

Untuk kecepatan awal diabaikan:

V 2
a1 + h1 + 0 = a2 + h2 + 2
2g (6.2)

72
73

Apabila a1 + h1 adalah H, maka menurut penelitian a2 + h2 adalah 2/3 H, maka:

2
V2
2g = 13 H

V2 = √2g. H 1
3 (6.3)

Gambar 6.1 Aliran di Atas Ambang Lebar


Q = A.V

= b. 23 H. √2g. H 1
3 (6.4)

Debit teoritis dirumuskan dengan:


3
Q = 1,705.b. H 2
Sehingga debit nyata dirumuskan dengan:
3
Q = 1,705. C d .b.H 2 (6.5)
Dengan:
Cd = Koefisien debit
b = Lebar ambang
H = Tinggi di atas ambang
74

6.4 Jalannya Percobaan


Adapun jalannya percobaan pada percobaan bendung ambang lebar adalah
sebagai berikut.
1. Saluran mendatar dan pengatur tinggi diatur muka air dalam keadaan terbuka
penuh.
2. Bendung ambang lebar dipasang pada dasar saluran.
3. Air dialirkan ke dalam saluran perlahan-lahan hingga muka air tepat melewati
ambang bendung.
4. Tepi pintu dan dinding kaca dirapatkan dengan plastisin agar rapat air.
5. Air dialirkan ke dalam saluran.
6. Tinggi muka air di bagian hulu pintu diatur mulai dari 14 cm dengan
menaikkan atau mengurangi debit aliran dan tunggu sampai dihasilkan aliran
yang stabil (steady).
7. Muka air hulu (y0) dan Q diukur dan dicatat
8. Pengamatan dan pengukuran dilakukan untuk beberapa nilai (y0) (interval 1
cm).

6.5 Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada percobaan bendung ambang lebar adalah
sebagai berikut.

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Bendung Ambar Lebar

No Percobaan Ke- 1 2 3

1 Kedalaman air hulu 0,16 0,15 0,14


(y0) (m)

2 Tinggi Peluapan 0,0590 0,0490 0,0390


(H = y0-h) (m)
75

Lanjutan Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Bendung Ambar Lebar

No Percobaan Ke- 1 2 3

3 Volume air tertampung 0,04 0,04 0,04


(V) (m3)

4 Waktu Penampungan 17,39 22,61 31,8


(T) (detik)
17,52 22,78 31,89

17,61 22,88 31,93

6.6 Perhitungan
Adapun analisis perhitungan adalah sebagai berikut.
1. Percobaan 1 (y 0= 0,16 m)
a. Tinggi Peluapan (H)
H = y0 – hambang
= 0,16 – 0,1010
H = 0,0590 m
b. Debit Aliran Nyata (Q)
1) Pada saat T1 =17,39 detik
V
Q1 = T1

0,04
= 17,39

= 0,0023 m3 /detik
2) Pada saat T2 =17,52 detik
V
Q2 = T2

0,04
= 17,52

= 0,002283 m3 /detik
76

3) Pada saat T3 =17,61 detik


V
Q3 = T3

0,04
= 17,61

= 0,002271 m3 /detik
4) Q rata-rata
Q1 + Q2 + Q3
Qrata-rata = 3
0,0023 + 0,002283+ 0,002271
= 3

= 0,00228 m3 /detik
c. Debit Aliran Teoritis (Qth)
3
Qth = 1,705 x b x H 2
3
= 1,705 x 0,1 x 0, 059 2
= 0,00244 m3 /detik
d. Koefisien Debit (Cd)
Cd = Qrata−rata
Qth
0,00228
= 0,00244

= 0,9351
2. Percobaan 2 (y 0= 0,15 m)
a. Tinggi Peluapan (H)
H = y0 – hambang
= 0,15 – 0,1010
H = 0,0490 m
b. Debit Aliran Nyata (Q)
1) Pada saat T1 =22,61 detik
V
Q1 = T1

0,04
= 22,61

= 0,001769 m3 /detik
2) Pada saat T2 =22,78 detik
77

V
Q2 = T2

0,04
= 22,78

= 0,001756 m3 /detik
3) Pada saat T3 =22,88 detik
V
Q3 = T3

0,04
= 22,88

= 0,001748 m3 /detik
4) Q rata-rata
Q1 + Q2 + Q3
Qrata-rata = 3
0,001769 + 0,001756+ 0,001748
= 3

= 0,00176 m3 /detik
c. Debit Aliran Teoritis (Qth)
3
Qth = 1,705 x b x H 2
3
= 1,705 x 0,1 x 0, 049 2
= 0,00185 m3 /detik
d. Koefisien Debit (Cd)
Cd = Qrata−rata
Qth
0,00176
= 0,00185

= 0,9505
3. Percobaan 3 (y 0= 0,14 m)
a. Tinggi Peluapan (H)
H = y0 – hambang
= 0,14 – 0,1010
H = 0,0390 m
b. Debit Aliran Nyata (Q)
1) Pada saat T1 =31,8 detik
V
Q1 = T1
78

0,04
= 31,8

= 0,00126 m3 /detik
2) Pada saat T2 =31,89 detik
V
Q2 = T2

0,04
= 31,89

= 0,00125 m3 /detik
3) Pada saat T3 =31,93 detik
V
Q3 = T3

0,04
= 31,93

= 0,00125 m3 /detik
4) Q rata-rata
Q1 + Q2 + Q3
Qrata-rata = 3
0,00126 + 0,00125+ 0,00125
= 3

= 0,00125 m3 /detik
c. Debit Aliran Teoritis (Qth)
3
Qth = 1,705 x b x H 2
3
= 1,705 x 0,1 x 0, 039 2
= 0,00131 m3 /detik
d. Koefisien Debit (Cd)
Cd = Qrata−rata
Qth
0,00125
= 0,00131

= 0,9557

6.7 Pembahasan
Adapun hasil dari perhitungan bendung ambang lebar adalah sebagai
berikut.
79

Tabel 6.2 Perbandingan Qteori dengan Qnyata

Percobaan Q teori Q rata-rata Koefisien Debit


(m3/s) (m3/s) (Cd)

1 0,00244 0,00228 0,9351

2 0,00185 0,00176 0,9505

3 0,00131 0,00125 0,9557

Berdasarkan tabel di atas diperoleh koefisien debit untuk masing-masing


kedalaman air hulu, yaitu koefisien debit percobaan 1 dengan kedalaman air hulu
0,16 m sebesar 0,9351; koefisien debit percobaan 2 dengan kedalaman air hulu
0,15 m sebesar 0,9505 dan koefisien debit percobaan 3 dengan kedalaman air hulu
0,14 m sebesar 0,9557.

6.8 Kesimpulan
Dari percobaan bendung ambang lebar didapat nilai koefisien debit pada
percobaan 1 dengan kedalaman air hulu 0,16 m sebesar 0,9351; koefisien debit
percobaan 2 dengan kedalaman air hulu 0,15 m sebesar 0,9505; dan koefisien
debit percobaan 3 dengan kedalaman air hulu 0,14 m sebesar 0,9557. Hasil
tersebut sudah sesuai dengan nilai koefisien debit yang diizinkan yaitu berkisar
antara 0,85 – 1,2.
BAB VII
BENDUNG AMBANG TAJAM

7.1 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan debit aliran dengan
menggunakan bendung ambang tajam.

7.2 Alat
Pada praktikum bendung ambang tajam alat-alat yang digunakan adalah
sebagai berikut.
1. Saluran multi guna (Multi purpose teaching flume).
2. Bendung ambang tajam.
3. Alat ukur debit (Stopwatch).
4. Point gauge.
5. Penggaris.

7.3 Teori
Peluap ambang tajam merupakan salah satu konstruksi pengukur debit air
pada saluran. Dasar teori yang terjadi pada ambang tajam adalah sebagai berikut.
Persamaan Bernoulli:
2 2
ρ1 V1 ρ2 V2
z1 + γ
+ 2g
= z1 + γ
+ 2g
(7.1)

Untuk kecepatan awal diabaikan:

2
Atm V2
H+ γ
+ 0 = (H - h) + Atm
γ
+ 2g
(7.2)
2
V2
2g
=h

V= √2gh (7.3)

80
81

Q = ∫ V . dA

H
Q= ∫
0
√2gh .b.dh
H
Q = b. √2gh ∫ h1/2 dh
0

Q= 2
3
b √2g . h3/2 ∣0H

Q= 2
3 .Cd.b. √2g H 3/2 (7.4)

Dengan:

Cd = Koefisien debit

b = Lebar ambang

H = Tinggi peluapan

Gambar 7.1 Aliran di Atas Ambang Tajam


82

7.4 Jalannya Percobaan


Adapun jalannya percobaan pada praktikum bendung ambang tajam adalah
sebagai berikut.
1. Saluran mendatar dan pengatur tinggi muka air diatur dalam keadaan
terbuka penuh.
2. Bendung ambang tajam dipasang pada dasar saluran.
3. Air dialirkan ke dalam saluran perlahan-lahan hingga muka air tepat
melewati ambang bendung.
4. Bagian tepi pintu dan dinding kaca dirapatkan dengan plastisin agar rapat
air.
5. Air dialirkan ke dalam saluran.
6. Tinggi muka air di bagian hulu pintu diatur mulai dari 14 cm dengan
menaikkan atau mengurangi debit aliran dan ditunggu sampai dihasilkan aliran
stabil (steady).
7. Tinggi peluapan (H) diukur dan dicatat.
8. Nilai y0 dan Q diukur dan dicatat.
9. Pengamatan dan pengukuran dilakukan untuk beberapa nilai y0 (interval
10 mm).

7.5 Pengamatan
Adapun hasil pengamatan aliran di atas bendung ambang tajam adalah sebagai
berikut.

Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Bendung Ambang Tajam

No. Percobaan ke- 1 2 3

1. Kedalaman air hulu 0,15 0,16 0,17


( y 0 ) (m)

2. Tinggi peluapan 0,0400 0,0500 0,0600


(H = y 0 - h) (m)
83

Lanjutan Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Bendung Ambang Tajam

No. Percobaan ke- 1 2 3

3. Volume air tertampung 0,04 0,04 0,04


(V) ( m3 )

4. Waktu 26,71 19,26 14,44

26,71 19,36 14,65

26,98 19,6 15,72

7.6 Perhitungan

Adapun analisis perhitungan pada percobaan bendung ambang tajam adalah


sebagai berikut.

3. Percobaan 1 (y 0= 0,15 m)
a. Tinggi Peluapan (H)
H = y0 – hambang
= 0,15 – 0,1100
H = 0,0400 m
b. Debit Aliran Nyata (Q)
5) Pada saat T1 = 26,71 detik
V
Q1 = T1

0,04
= 26,71

= 0,001498 m3 /detik
= 1,498 × 10−3 m3 /detik
6) Pada saat T2 =26,71 detik
V
Q2 = T2

0,04
= 26,71
84

= 0,001498 m3 /detik
= 1,498 × 10−3 m3 /detik
7) Pada saat T3 =26,98 detik
V
Q3 = T3

0,04
= 26,98

= 0,001483 m3 /detik
= 1,483 × 10−3 m3 /detik
8) Q rata-rata
Q1 + Q2 + Q3
Qrata-rata = 3
0,001498 + 0,001498+ 0,001483
= 3

= 0,00149 m3 /detik
= 1,49 × 10−3 m3 /detik
c. Debit Aliran Teoritis (Qth)
3
Qth = 2
3
×b× √2g H 2

3
= 2
3
x 0,1010 × √2 × 9, 81 x 0, 04 2

= 0,00239 m3 /detik
= 2,39 × 10−3 m3 /detik
d. Koefisien Debit (Cd)
Cd = Qrata−rata
Qth
0,00149
= 0,00239

= 0,6256
4. Percobaan 2 (y 0= 0,16 m)
a. Tinggi Peluapan (H)
H = y0 – hambang
= 0,16 – 0,1100
H = 0,0500 m
b. Debit Aliran Nyata (Q)
85

5) Pada saat T1 = 19,26 detik


V
Q1 = T1

0,04
= 19,26

= 0,002077 m3 /detik
= 2,077 × 10−3 m3 /detik
6) Pada saat T2 = 19,36 detik
V
Q2 = T2

0,04
= 19,36

= 0,002066 m3 /detik
= 2,066 × 10−3 m3 /detik
7) Pada saat T3 = 19,6 detik
V
Q3 = T3

0,04
= 19,6

= 0,002041 m3 /detik
= 2,041 × 10−3 m3 /detik
8) Q rata-rata
Q1 + Q2 + Q3
Qrata-rata = 3
0,002077 + 0,002066+ 0,002041
= 3

= 0,00206 m3 /detik
= 2,06 × 10−3 m3 /detik
c. Debit Aliran Teoritis (Qth)
3
Qth = 2
3
×b× √2g H 2
3
= 2
3
x 0,1010 × √2 × 9, 81 x 0, 05 2
= 0,00333 m3 /detik
= 3,33 × 10−3 m3 /detik
d. Koefisien Debit (Cd)
Cd = Qrata−rata
Qth
86

0,00206
= 0,00333

= 0,6182
3. Percobaan 3 (y 0= 0,17 m)
a. Tinggi Peluapan (H)
H = y0 – hambang
= 0,17 – 0,1100
H = 0,0600 m
b. Debit Aliran Nyata (Q)
5) Pada saat T1 = 14,44 detik
V
Q1 = T1

0,04
= 14,44

= 0,00277 m3 /detik
= 2,77 × 10−3 m3 /detik
6) Pada saat T2 = 14,65 detik
V
Q2 = T2

0,04
= 14,65

= 0,00273 m3 /detik
= 2,73 × 10−3 m3 /detik
7) Pada saat T3 = 15,72 detik
V
Q3 = T3

0,04
= 15,72

= 0,002545 m3 /detik
= 2,545 × 10−3 m3 /detik
8) Q rata-rata
Q1 + Q2 + Q3
Qrata-rata = 3
0,00277 + 0,00273+ 0,002545
= 3

= 0,00268 m3 /detik
87

= 2,68 × 10−3 m3 /detik


c. Debit Aliran Teoritis (Qth)
3
Qth = 2
3
×b× √2g H 2

3
= 2
3
x 0,1010 × √2 × 9, 81 x 0, 06 2

= 0,00438 m3 /detik
= 4,38 × 10−3 m3 /detik
d. Koefisien Debit (Cd)
Cd = Qrata−rata
Qth
0,00268
= 0,00438

= 0,6118

7.7 Pembahasan
Adapun hasil dari perhitungan aliran di atas bendung ambang tajam adalah
sebagai berikut.

Tabel 7.2 Perbandingan Qteori dengan Qnyata

Percobaan Q teori ( m3 /s ) Q nyata ( m3 /s ) Koefisien Debit


(Cd)

1 2,39 × 10−3 1,49 × 10−3 0,6256

2 3,33 × 10−3 2,06 × 10−3 0,6182

3 4,38 × 10−3 2,68 × 10−3 0,6118

Berdasarkan tabel di atas diperoleh koefisien debit untuk masing-masing


kedalaman air hulu, yaitu koefisien debit percobaan 1 dengan kedalaman air hulu
0,1500 m sebesar 0,6256; koefisien debit percobaan 2 dengan kedalaman air hulu
0,1600 m sebesar 0,6182; dan koefisien debit percobaan 3 dengan kedalaman air
hulu 0,1700 m sebesar 0,6118.
88

7.8 Kesimpulan
Dari percobaan bendung ambang lebar didapat nilai koefisien debit pada
percobaan 1 dengan kedalaman air hulu 0,1500 m sebesar 0,6256; koefisien debit
percobaan 2 dengan kedalaman air hulu 0,1600 m sebesar 0,6182; dan koefisien
debit percobaan 3 dengan kedalaman air hulu 0,1700m sebesar 0,6118. Hasil
tersebut sudah sesuai dengan nilai koefisien debit yang diizinkan yaitu berkisar
antara 0,55 – 0,75.
PENUTUP

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena rahmat
dan hidayah-Nya serta semua kemudahan yang diberikan-Nya sehingga Laporan
Praktikum Hidraulika I ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah menuju zaman pencerahan.
Laporan Hidraulika I ini merupakan sebuah hasil laporan dari pelaksanaan
kegiatan praktikum Hidraulika I yang dilaksanakan pada semester genap
2019/2020 dan merupakan sebuah prasyarat penilaian akhir mata kuliah
Hidraulika I. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan agar
dapat lebih baik dalam penyusunan laporan yang lainnya.
Harapan penyusun semoga Laporan Praktikum Hidraulika I ini dapat
menambah wawasan berpikir bagi semua pihak, terutama bagi penyusun sendiri
dan dapat menjadi bahan diskusi sekaligus bahan komparasi bagi rekan-rekan
yang akan menyusun Laporan Praktikum Hidraulika I selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

89

Anda mungkin juga menyukai