Anda di halaman 1dari 145

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA TANAH II (+Pr)

Disusun oleh:
KELOMPOK 36/ KELAS I/ GENAP/ 2019-2020

Miqdad Khosyi Akbar 18 511 221


Alvira Dirgahayu Putri 18 511 249
Ricky Ajufebrida Budhimeida 18 511 256
Okta Nurganandra 18 511 257
Fahriza Luth 18 511 273
Irfan Fadhlurrohman 18 511 274
Fakhri Pratama Nurfauzi 18 511 284

PRODI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

MEKANIKA TANAH II (+Pr)

Disusun oleh:
KELOMPOK 36/ KELAS I/ GENAP/ 2019-2020

Miqdad Khosyi Akbar 18 511 221


Alvira Dirgahayu Putri 18 511 249
Ricky Ajufebrida Budhimeida 18 511 256
Okta Nurganandra 18 511 257
Fahriza Luth 18 511 273
Irfan Fadhlurrohman 18 511 274
Fakhri Pratama Nurfauzi 18 511 284

Telah di periksa dan di setujui oleh :

Dosen pengampu, Asisten praktikum,

Muhammad Rifqi Abdurrozak, S.T., Muhammad Taufiq Hidayat


M.Eng.
Tanggal : Tanggal :
LEMBAR KONSULTASI PRAKTIKUM
KELAS :I
KELOMPOK : 36

NO NAMA MAHASISWA NO. MHS.

1 Miqdad Khosyi Akbar 18 511 221

2 Alvira Dirgahayu Putri 18 511 249

3 Ricky Ajufebrida Budhimeida 18 511 256

4 Okta Nurganandra 18 511 257

5 Fahriza Luth 18 511 273

6 Irfan Fadhlurrohman 18 511 274

7 Fakhri Pratama Nurfauzi 18 511 284

JUDUL LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH II (+ Pr)

MATA KULIAH : MEKANIKA TANAH II (+ Pr)


DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD RIFQI ABDURROZAK, S.T.,
M.ENG.
ASISTEN PRAKTIKUM : MUHAMMAD TAUFIQ HIDAYAT
TAHUN AKADEMIK : GENAP 2019-2020

Yogyakarta, 2020
Asisten Praktikum

Muhammad Taufiq Hidayat

iii
CATATAN KONSULTASI LAPORAN
TANDA
NO TANGGAL KONSULTASI
TANGAN

iv
BERITA ACARA PRAKTIKUM
KELAS :I
KELOMPOK : 36

JUDUL LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH II (+ Pr)

MATA KULIAH : MEKANIKA TANAH II (+ Pr)


DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD RIFQI ABDURROZAK, S.T.,
M.ENG.
ASISTEN PRAKTIKUM : MUHAMMAD TAUFIQ HIDAYAT
TAHUN AKADEMIK : GENAP 2019-2020

NO. JENIS PENGUJIAN PARAF/TGL

1. UJI PERMEABILITAS TANAH

2. UJI GESER LANGSUNG

3. UJI TEKAN BEBAS

4. UJI TRIAKSIAL

5. UJI KONSOLIDASI

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
pelatihan asisten praktikum dari mata kuliah Mekanika Tanah II ini.
Selama proses menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum ini,
penyusun banyak mendapat bantuan dari pihak lain baik dari segi bimbingan,
arahan, serta saran dan kritik demi terselesaikannya laporan praktikum ini dengan
hasil yang baik. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penyusun ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Muhammad Rifqi Abdurrozak, S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu Bahan
Perkerasan Jalan Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia,
2. Rekan asisten Mekanika Tanah II, Muhammad Taufiq Hidayat
3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhirnya dengan selesainya laporan praktikum ini penyusun menyadari
adanya kekurangan pada laporan praktikum ini, untuk itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi lebih baik
pada waktu yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 23 Juli 2020

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
LEMBAR KONSULTASI iii
BERITA ACARA PRAKTIKUM v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Nama dan Sifat Tanah 2
1.3 Struktur Susunan Tanah 3
1.4 Manfaat Tanah 4
1.5 Mekanika Tanah 4
BAB II PENGUJIAN PERMEABILITAS TANAH 5
2.1 Pengujian Falling Head Permeameter 5
2.1.1 Maksud dan Tujuan Pengujian 5
2.1.2 Landasan Teori 5
2.1.3 Alat yang Digunakan 7
2.1.4 Benda Uji yang Digunakan 7
2.1.5 Prosedur Pengujian 8
2.1.6 Analisis Hasil Pengujian 8
2.1.7 Pembahasan 14
2.1.8 Kesimpulan 15
2.2 Pengujian Constant Head Permeameter 15
2.2.1 Maksud dan Tujuan 15
2.2.2 Landasan Teori 15
2.2.3 Alat yang Digunakan 18

vii
2.2.4 Benda Uji yang Digunakan 18
2.2.5 Prosedur Pengujian 18
2.2.6 Analisis Hasil Pengujian 19
2.2.7 Pembahasan 25
2.2.8 Kesimpulan 26
BAB III PENGUJIAN PARAMETER GESER TANAH 27
3.1 Uji Geser Langsung 27
3.1.1 Maksud dan Tujuan 27
3.1.2 Alat yang Digunakan 27
3.1.3 Benda Uji yang Digunakan 27
3.1.4 Prosedur Pengujian 28
3.1.5 Landasan Teori 30
3.1.6 Analisis Hasil Pengujian 32
3.1.7 Pembahasan 47
3.1.8 Kesimpulan 48
3.2 Pengujian Tekan Bebas 48
3.2.1 Maksud dan Tujuan 48
3.2.2 Alat yang Digunakan 49
3.2.3 Benda Uji yang Digunakan 49
3.2.4 Prosedur Pengujian 49
3.2.5 Landasan Teori 50
3.2.6 Analisis Hasil Pengujian 52
3.2.7 Pembahasan 58
3.2.8 Kesimpulan 59
3.3 Pengujian Triaksial 60
3.3.1 Maksud dan Tujuan 60
3.3.2 Alat yang Digunakan 60
3.3.3 Benda Uji yang Digunakan 60
3.3.4 Prosedur Pengujian 60
3.3.5 Landasan Teori 63
3.3.6 Analisis Hasil Pengujian 64

viii
3.3.7 Pembahasan 77
3.3.8 Kesimpulan 78
BAB IV PENGUJIAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN 79
4.1 Maksud dan Tujuan 79
4.2 Alat yang Digunakan 79
4.3 Benda Uji yang Digunakan 79
4.4 Prosedur Pengujian 79
4.5 Landasan Teori 82
4.6 Analisis Hasil Pengujian 83
4.7 Pembahasan 109
4.8 Kesimpulan 110
LAMPIRAN 111

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Diameter Butiran 2


Tabel 2.1 Data Uji Kadar Air Falling Head Permeameter 9
Tabel 2.2 Data Uji Falling Head Permeameter 9
Tabel 2.3 Data Pembacaan Penurunan Falling Head Permeameter 9
Tabel 2.4 Hasil Pengujian Kadar Air Falling Head Permeameter 13
Tabel 2.5 Hasil Pengujian Falling Head Permeameter 13
Tabel 2.6 Hasil Pembacaan Penurunan Air Falling Head Permeameter 14
Tabel 2.7 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitas (K) dengan Jenis Drainase 15
Tabel 2.8 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitass (K) dengan Jenis Tanah 15
Tabel 2.9 Data Uji Kadar Air Constant Head Permeameter 19
Tabel 2.10 Data Uji Constant Head Permeameter 19
Tabel 2.11 Data Pengamatan Constant Head Permeameter 19
Tabel 2.12 Hasil Pengujian Kadar Air Constant Head Permeameter 24
Tabel 2.13 Hasil Pengujian Constant Head Permeameter 24
Tabel 2.14 Hasil Pembacaan Penurunan Air Constant Head Permeameter 25
Tabel 2.15 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitas (K) dengan Jenis Drainase 26
Tabel 2.16 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitass (K) dengan Jenis Tanah 26
Tabel 3.1 Data Benda Uji Geser Langsung 32
Tabel 3.2 Data Pengujian Kadar Air Benda Uji Geser Langsung 33
Tabel 3.3 Data Uji Geser Langsung Beban 0,5 kg 33
Tabel 3.4 Data Uji Geser Langsung Beban 1 kg 34
Tabel 3.5 Data Uji Geser Langsung Beban 2 kg 34
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Benda Uji Geser Langsung 41
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Kadar Air Benda Uji Geser Langsung 42
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Geser Langsung Beban 0,5 kg 43
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Geser Langsung Beban 1 kg 44
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Geser Langsung Beban 2 kg 45
Tabel 3.11 Rekapitulasi Nilai Tegangan Geser Maksimum Terhadap Tegangan
Normal 46

x
Tabel 3.12 Rekapitulasi Nilai Tegangan Geser Maksimum Terhadap Regangan 46
Tabel 3.13 Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Sudut Geser Dalam (𝜑) 47
Tabel 3.14 Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Kohesi (c) 48
Tabel 3.15 Data Uji Kadar Air Pengujian Tekan Bebas 52
Tabel 3.16 Data Sampel Tanah Pengujian Tekan Bebas 52
Tabel 3.17 Data Hasil Pengujian Tekan Bebas 52
Tabel 3.18 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Tekan Bebas 56
Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Tegangan Tanah Pengujian Tekan Bebas 56
Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Pengujian Tekan Bebas 56
Tabel 3.21 Hasil Pengolahan Data Tanah Undisturb Pengujian Tekan Bebas 57
Tabel 3.22 Klasifikasi Konsistensi Tanah Lempung Berdasarkan Nilai Kuat
Tekan Tanah (qu) 58
Tabel 3.23 Data Benda Uji Triaksial 65
Tabel 3.24 Data Pengujian Kadar Air Benda Uji Triaksial 65
Tabel 3.25 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling
0,5 kg/cm2 65
Tabel 3.26 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling
1 kg/cm2 66
Tabel 3.27 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling
2 kg/cm2 67
Tabel 3.28 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Triaksial 73
Tabel 3.29 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling 0,5
kg/cm2 74
Tabel 3.30 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling 1
kg/cm2 74
Tabel 3.31 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling 2
kg/cm2 75
Tabel 3.32 Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Kohesi 77
Tabel 4.1 Data Uji Kadar Air Sebelum Pengujian Konsolidasi 84
Tabel 4.2 Data Uji Kadar Air Setelah Pengujian Konsolidasi 84
Tabel 4.3 Data Sampel Tanah Pengujian Konsolidasi 84

xi
Tabel 4.4 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 0,5 kg/cm2 84
Tabel 4.5 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 1 kg/cm2 85
Tabel 4.6 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 2 kg/cm2 86
Tabel 4.7 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 4 kg/cm2 87
Tabel 4.8 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 8 kg/cm2 87
Tabel 4.9 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 16 kg/cm2 88
Tabel 4.10 Data Rebound Pengujian Konsolidasi 89
Tabel 4.11 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Konsolidasi 105
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Sampel Tanah Pengujian Konsolidasi 106
Tabel 4.13 Pengelompokkan Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Koefisien Kompresi
Tanah 109

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sketsa Pengujian Permeabilitas Tipe Falling Head Permeameter 7


Gambar 2.2 Sketsa Pengujian Permeabilitas Tipe Constant Head
Permeameter 17
Gambar 3.1 Sketsa Pengujian Geser Langsung 29
Gambar 3.2 Grafik Hubungan Tegangan Geser dengan Tegangan Normal
Pengujian Geser Langsung 46
Gambar 3.3 Grafik Hubungan Tegangan Geser dengan Regangan Pengujian
Geser Langsung 47
Gambar 3.4 Grafik Uji Tekan Bebas Tanah Undisturb 58
Gambar 3.5 Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan Deviator 76
Gambar 3.6 Grafik Lingkaran Mohr 77
Gambar 4.1 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 0,5 kg/cm2 92
Gambar 4.2 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 1 kg/cm2 93
Gambar 4.3 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 2 kg/cm2 94
Gambar 4.4 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 4 kg/cm2 94
Gambar 4.5 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 8 kg/cm2 95
Gambar 4.6 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 16 kg/cm2 96
Gambar 4.7 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 0,5 kg/cm2 97
Gambar 4.8 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 1 kg/cm2 98
Gambar 4.9 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 2 kg/cm2 98
Gambar 4.10 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 4 kg/cm2 99
Gambar 4.11 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 8 kg/cm2 100
Gambar 4.12 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 16 kg/cm2 100
Gambar 4.13 Grafik e vs log P untuk Menentukan Nilai Pc 106
Gambar 4.14 Grafik e vs log untuk Menentukan Nilai Cc 107
Gambar 4.15 Grafik e vs log untuk Menentukan Nilai Cr 108

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Flowchart Pengujian 111


Lampiran 2 Gambar Alat 125

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral padat yang
tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan berasal dari bahan-
bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1985).
Tanah merupakan suatu bagian yang sangat menentukan dalam perencanaan
suatu konstruksi, karena menentukan kestabilan konstruksi tersebut. Kekuatan
tanah tersebut tidak sama untuk tempat-tempat yang berbeda, sehingga hal ini
mengharuskan para perencana untuk memperhatikan kondisi tanah sebagai suatu
elemen kestabilan konstruksi yang sangat menentukan keadaan konstruksi pada
masa penggunaannya.
Untuk menentukan kondisi tanah yang akan digunakan sebagai tempat
dibangunnya suatu konstruksi, tidak cukup dilakukan perhitungan tanpa suatu
pemeriksaan yang mendalam dari suatu pemeriksaan yang mendalam atau spesifik.
Jadi diperlukan pengujian atau percobaan yang dilakukan secara ilmiah yakni
melalui pengujian laboratorium.
Kekuatan suatu tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat komplek
dari parameter-parameter yang didapatkan dari suatu pemeriksaan yang mendalam.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat tanah tersebut, yang melalui
sifat fisis dari mekanis tanah. Pemeriksaan identifikasi terhadap tanah tersebut,
antara lain.
1. Pengujian sifat fisis tanah meliputi.
a. kadar air,
b. berat jenis tanah dan berat volume tanah (specific gravity),
c. batas cair (liquid limit),
d. batas plastis (plastic limit),
e. batas kerut/batas susust (shrinkage limit), dan
f. pembagian butir (grain size analisys).

1
2

2. Pengujian sifat mekanis tanah meliputi.


a. uji kelolosan air,
b. uji konsolidasi dan penurunan,
c. uji tekan bebas (Unconfined Shear Test),
d. uji geser langsung (Direct Shear Test), dan
e. uji triaksial (Triaxial Test).

1.2 Nama dan Sifat Tanah


Dalam pandangan teknis tanah dapat digolongkan beberapa macam yang
pokok, antara lain.
1. Batu kerikil (Gravel)
Batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, kadang-kadang batu,
diameternya 2-80 mm.
2. Pasir (Sand)
Pasir hampir selalu terdiri atas satu macam zat mineral terutama lawatts,
diameternya berkisar antara 0,6-0,075 mm.
3. Lanau (Silt)
Lanau adalah batuan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir
yang mempunyai kohesi, diameternya 0,06-0,005 mm.
4. Lempung (Clay)
Lempung terdiri atas butiran yang sangat halus yang mempunyai sifat kohesi
dan mempunyai diameter 0,002 mm.
Golongan batu kerikil dan pasir sering dikenal sebagai bahan berbutir kasar
atau bahan non kohesif, sedangkan lanau atau lempung dikenal sebagai bahan
berbutir halus atau bahan kohesif.
Sebagai garis besar klasifikasi tanah menurut diameter butirannya dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Diameter Butiran


No. Macam Tanah Diameter
1. Brangkal (Boulder) 8 inch
2. Krakal (Gabble Stone) 3-8 inch
3

Lanjutan Tabel 1.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Diameter Butiran


No. Macam Tanah Diameter
3. Kerikil (Gravel 2-3 inch
4. Pasir Kasar 0,6-2 inch
5. Pasir Sedang 0,2-0,6 mm
6. Pasir Halus 0,06-0,2 mm
7. Lanau 0,002-0,06 mm
8. Lempung 0,002 mm
Sumber: AASHTO M 146 (1991)

1.3 Struktur Susunan Tanah


Susunan butiran tanah bermacam-macam menurut jenis tanah di mana dan
bagaimana tanah itu terjadi. Tanah yang terjadi di tempat yang kering atau basah,
dalam air tawar atau air laut, akan berlainan susunan butir-butirnya.
Pasir umumnya mempunyai butir yang lepas dan struktur butirannya tunggal.
Pada tanah yang pekat seperti lempung sering terdapat butir-butir yang kecil. Sifat
permukaan dan susunan mineral tanah terjadi akibat pembelahan oleh panas, hujan,
dan angin atau reaksi kimia. Secara kimia terjadi dari S1O2 dan dipisahkan dengan
cara dipanasi asam Hidroslone (HE) menurut reaksi pada Persamaan 1.1 berikut.

S1O2 + 4HE --> 2H2O + S1E4 (1.1)

Sifat dari butiran tanah dapat mempengaruhi analisa granuler dan sebagainya,
sedangkan berdasarkan sifat dan permukaannya dapat diketahui asal dari butirannya
itu.
Tanah umumnya terdiri dari atas 3 bahan, yaitu butiran tanahnya itu sendiri,
kemudian rongga udara yang diantara ruang ruang kosong tersebut. Didalam tanah
yang asli (ada dilapangan) jarang terjadi atau bahkan tidak pernah ditemui tanah
yang kering yang tidak ada kandungan air di dalamnya.
4

1.4 Manfaat Tanah


Adapun manfaat dari tanah adalah sebagai berikut.
1. sebagai alas, yaitu tanah sebagai sarana meletakkan atau menempatkan
bangunan suatu konstruksi, misalnya gedung, jalan raya, bendungan, tanggul,
dan sebagainya, dan
2. sebagai bahan, yaitu tanah dapat juga berfungsi sebagai bahan dari bangunan-
bangunan itu sendiri, misalnya sebagai bendungan.

1.5 Mekanika Tanah


Manfaat Mekanika Tanah dalam kaitannya dengan Teknik Sipil adalah
dengan mempelajari Mekanika Tanah, kita dapat ketahui masalah-masalah yang
ada pada tanah dimana tanah sebagai bahan konstruksi maupun tempat didirikannya
suatu bangunan. Masalah yang di hadapi mengenai tanah antara lain.
1. tegangan tanah pada kedalaman tertentu, akibat adanya pembebanan dapat
atau tidaknya tanah menahan tegangan tersebut tanpa terjadi suatu penurunan
tanah,
2. besar penurunan yang terjadi pada tanah, akibat adanya suatu bangunan dan
kerusakan struktur bangunan tersebut, dan
3. keruntuhan pada tanah/galian tanah akibat kemiringan yang melebihi atau
keruntuhan pada pondasi.
BAB II
PENGUJIAN PERMEABILITAS TANAH

2.1 Pengujian Falling Head Permeameter


2.1.1 Maksud dan Tujuan Pengujian
Pengujian ini dimaksudkan untuk menghitung daya kelolosan/rembesan air
(coeficient of permeability) dari suatu sampel tanah dengan metode Falling Head
(pengujian permeabilitas dengan tinggi energi turun). Satuan dari kelolosan air
adalah cm/dt.
2.1.2 Landasan Teori
Permeabilitas timbul karena adanya pori kapiler yang saling bersambungan
satu dengan yang lainnya. Secara kuantitatif permeabilitas dapat dinyatakan sebagai
kecepatan bergeraknya suatu cairan (dalam hal ini air) pada media berpori (dalam
hal ini tanah) dalam keadaan jenuh. Semua jenis tanah bersifat permeabel di mana
air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara
butiran-butiran lapisan tanah.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan
laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju
infiltrasi dan dengan demikian menurunkan laju air larian. Permeabilitas ini
merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media poros. Secara
kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas
Dalam pengujian kali ini keofisien permeabilitas dicari melalui dua buah
percobaan permeabilitas, yaitu Falling Head Permeameter dan Constant Head
Permeameter. Falling Head Permeameter digunakan sebagai pengujian pada tanah
berbutir halus atau tanah dengan permeabilitas yang rendah. Pada pengujian Falling
Head Permeameter sampel tanah dipadatkan dengan nilai pemadatan yang
maksimum. Alat permeabilitas yang berupa tabung sebagai tempat air yang
diletakkan di atas sampel tanah uji. Kemudian air ditambahkan pada tabung dengan
ketinggian atau kedalaman tertentu sebagai tinggi air pada kondisi mula-mula (H0

5
6

saat t0). Setelah selang waktu tertentu (t1), ketinggian air akan mengalami
penurunan akibat adanya pori-pori pada sampel tanah yang digunakan. Penurunan
ketinggian muka air inilah yang menunjukkan bahwa tanah memiliki nilai
permeabilitas. Ketinggian tersebut dicatat sebagai ketinggian air pada waktu
tertentu (H1 saat t1).
Beberapa aplikasi pengujian Falling Head Permeameter di lapangan yaitu.
1. Penentuan daya serap air untuk mereduksi genangan di suatu wilayah
Pengujian yang dilakukan sama seperti pengujian falling head permeameter
di laboratorium, yaitu menggunakan tabung dengan membiarkan air meresap pada
sampel tanah selama selang waktu tertentu, dengan membaca perubahan level muka
air yang terjadi.
2. Pengukuran sifat permeabilitas campuran pada Porous Asphalt
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan tabung horizontal
dengan sealant pada bagian dasarnya untuk pengujian permeabilias horizontal dan
tabung vertikal untuk pengujian permeabilitas vertikal. Porous Asphalt dimasukkan
ke dalam tabung, kemudian diisi air dan didiamkan selama durasi tertentu sampai
level air pada kedua tabung mengalami penurunan.
Sketsa pengujian Falling Head Permeameter dapat dilihat pada Gambar 2.1
berikut.

Gambar 2.1 Sketsa Pengujian Permeabilitas Tipe Falling Head Permeameter


7

Nilai K pada pengujian Falling Head Permeameter dapat dihitung dengan


Persamaan 2.1 berikut.

.
K = .
𝑙𝑛 (2.1)

Keterangan:
K = koefisien permeabilitas
d = diameter pipa falling head permeameter (cm)
D = diameter sampel tanah (cm)
h = tinggi sampel (cm)
t = interval waktu (detik)
H0 = ketinggian dalam pipa mula-mula saat t0
H1 = ketinggian air pada t1
Bila dikehendaki koefisien permeabilitas pada suhu tertentu (T), maka dapat
dihitung dengan Persamaan 2.2 berikut.

KT = Kt (Vt/VT) (2.2)
Keterangan:
KT = Koefisien permeabilitas tanah pada suhu T
Kt = Koefisien permeabilitas tanah pada t
VT = Viskositas air pada suhu T
2.1.3 Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai berikut.
1. Falling Head Permeameter
2. Jangka sorong
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
4. Stopwatch
5. Mangkuk
2.1.4 Benda Uji yang Digunakana
Benda uji adalah berupa tanah mengandung pasir atau lempung. Contoh tanah
dapat berupa tanah yang tidak terganggu atau terganggu termasuk tanah yang
dipadatkan.
8

2.1.5 Prosedur Pengujian


Adapun persiapan yang diperlukan adalah sebagai berikut.
1. Persiapan Benda Uji
a. Ambil contoh tanah dari hasil pengujian kepadatan.
b. Cetak sampel dengan menggunakan stik pencetak sampel.
c. Ukur/catat diameter (cm) dan tinggi (cm) sampel serta timbanglah
beratnya (gram).
d. Masukkan pasir ke dalam falling head.
e. Tutup sela-sela antara tutup tanah dengan dinding falling head
permeameter menggunakan lilin cair, tunggu sampai lilin membeku
seluruhnya.
f. Keluarkan pasir dari dalam falling head permeameter kemudian letakkan
diatas mangkuk berisi pasir, lalu falling head permeameter disisi air
secukupnya untuk menjauhkan contoh tanah (didiamkan selama 24 jam).
2. Pembacaan
a. Tetapkan ketinggian air pada falling head permeameter kira-kira hampir
penuh dengan cara menambah air.
b. Catat tinggi muka air mula-mula sebagai tinggi (H0) dan saat itu dihitung
sebagai waktu (t0).
c. Kemudian setelah selang waktu 1 atau 2 jam baca tinggi air sehingga (H1)
pada (t1) dan seterusnya.
d. Kemudian pekerjaan pengamatan dilakukan berulang-ulang hingga
diperoleh beberapa data.
2.1.6 Analisis Hasil Pengujian
1. Data Hasil Pengujian
Hasil pengujian Falling Head Permeameter dapat dilihat pada Tabel 2.1,
Tabel 2.2, dan Tabel 2.3 berikut.
9

Tabel 2.1 Data Uji Kadar Air Falling Head Permeameter


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
1 Berat container (W1) gram 12,50 12,60
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 53,00 53,20
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 41,53 40,46

Tabel 2.2 Data Uji Falling Head Permeameter


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
1 Diameter pipa (d) cm 0,5 0,5
2 Diameter contoh tanah (D) cm 2,8 2,8
3 Tinggi contoh tanah (h) cm 3,8 3,5
4 Berat contoh tanah (W) gram 45,71 41,27
0
5 Suhu air (t) C 27 27

Tabel 2.3 Data Pembacaan Penurunan Falling Head Permeameter


No. Uraian Sampel 1 Sampel 2
T0 T1 T2 T0 T1 T2
1 Waktu Pengamatan (detik)
0 10810 17246 0 11413 17317
H0 H1 H2 H0 H1 H2
2 Tinggi muka air (cm)
30,8 16,6 10,6 31,5 19,1 15,8

2. Analisis Perhitungan
Adapun perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah
sebagai berikut.
a. Kadar air
1) Sampel 1
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 53,00 – 41,53
= 11,47 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 41,53 – 12,50
= 29,03 gram
10

Kadar air (w) = x 100%


,
= ,
x 100%

= 39,51 %
2) Sampel 2
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 53,20 – 40,46
= 12,74 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 40,46 – 12,60
= 27,86 gram
Kadar air (w) = x 100%
,
= ,
x 100%

= 45,73 %
3) Rata-rata
Kadar air rerata (wrerata) =
, ,
=

= 42,62 %
b. Berat jenis tanah (Gs) = 2,58 gram/cm3
c. Volume contoh tanah (V)
1) Sampel 1
V1 = 𝑥𝜋𝑥𝐷 𝑥ℎ

= 𝑥 𝜋 𝑥 2,8 𝑥 3,8

= 23,399 cm3
2) Sampel 2
V2 = 𝑥𝜋𝑥𝐷 𝑥ℎ

= 𝑥 𝜋 𝑥 2,8 𝑥 3,5

= 21,551 cm3
3) Rata-rata
Vrerata =
11

, ,
=

= 22,475 cm3
d. Berat volume tanah (γ)
1) Sampel 1
γ1 =
,
= ,

= 1,954 gr/cm3
2) Sampel 2
γ2 =
,
= ,

= 1,915 gr/cm3
3) Rata-rata
γrerata =
, ,
=

= 1,934 gr/cm3
e. Berat volume tanah kering (γd)
1) Sampel 1
γd1 =

,
= ,

= 1,410 gram/cm3
2) Sampel 2
γd2 =

,
= ,

= 1,310 gram/cm3
3) Rata-rata

γdrerata =
, ,
=
12

= 1,360 gram/cm3
f. Angka pori (e)
1) Sampel 1
( )
e1 = –1
,
, ( )
= ,
–1

= 0,842
2) Sampel 2
( )
e2 = –1
,
, ( )
= ,
–1

= 0,963
3) Rata-rata
ererata =
, ,
=

= 0,903 gram/cm3
g. Koefisien permeabilitas
1) Sampel 1
.
k1 = .
𝑙𝑛
, . , ,
= , .
𝑙𝑛 ,

= 6,929 x 10-8 cm/detik


.
k2 = .
𝑙𝑛
, . , ,
= , .
𝑙𝑛 ,

= 7,495 x 10-8 cm/detik


2) Sampel 2
.
k3 = .
𝑙𝑛
, . , ,
= , .
𝑙𝑛 ,

= 4,892 x 10-8 cm/detik


13

.
k4 = .
𝑙𝑛
, . , ,
= , .
𝑙𝑛 ,

= 4,447 x 10-8 cm/detik


3) Rata-Rata

krerata =
, , , ,
=

= 5,941 x 10-8 cm/detik


3. Tabel Hasil
Hasil perhitungan pada pengujian Falling Head Permeameter ini dapat dilihat
pada Tabel 2.4, Tabel 2.5, dan Tabel 2.6 sebagai berikut.

Tabel 2.4 Hasil Pengujian Kadar Air Falling Head Permeameter


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
1 Berat container (W1) gram 12,50 12,60
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 53,00 53,20
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 41,53 40,46
4 Berat air (Ww = W2-W3) gram 11,47 12,74
5 Berat tanah kering (Ws = W3-W1) gram 29,03 27,86
6 Kadar air (Ww/Ws)x100% % 39,51 45,73
7 Kadar air rata-rata (w) % 42,62

Tabel 2.5 Hasil Pengujian Falling Head Permeameter


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Rerata
Diameter pipa gelas d (cm) 0,5 0,5 0,5
Diameter contoh tanah D (cm) 2,8 2,8 2,8
Tinggi contoh tanah h (cm) 3,8 3,5 3,65
Volume contoh tanah V (cm3) 23,399 21,551 22,475
Berat contoh tanah W (gram) 45,710 41,270 43,490
Berat volume tanah γ (gr/cm3) 1,954 1,915 1,934
Kadar air tanah w (%) 39,51 45,73 42,62
14

Lanjutan Tabel 2.5 Hasil Pengujian Falling Head Permeameter


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Rerata
Berat volume tanah kering γd (gr/cm3) 1,410 1,310 1,360
Berat jenis tanah Gs 2,58 2,58 2,58
Angka pori e 0,842 0,963 0,903
Suhu air t (0C) 27 27 27

Tabel 2.6 Hasil Pembacaan Penurunan Air Falling Head Permeameter


No. Uraian Sampel 1 Sampel 2
T0 T1 T2 T0 T1 T2
1 Waktu Pengamatan (detik)
0 10810 17246 0 11413 17317
H0 H1 H2 H0 H1 H2
2 Tinggi muka air (cm)
30,8 16,6 10,6 31,5 19,1 15,8
k0 k1 k2 k0 k1 k2
Koefisien permeabilitas
3 6,929 x 7,495 x 4,892 x 4,447 x
(k) (cm/detik) 0 0
10-8 10-8 10-8 10-8
Koefisien permeabilitas
4 5,941 x 10-8
rata-rata (cm/detik)

2.1.7 Pembahasan
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir
melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah.
Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah
yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau
permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun
sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara. Kelolosan air pada
suatu sampel tanah ditandai dengan nilai koefisien permeabilitas (k). Pada
pengujian Falling Head Permeameter diperoleh nilai koefisien permeabilitas rerata
sebesar 5,941 x 10-8 cm/detik. Dari nilai koefisien permeabilitas yang didapat dari
pengujian tersebut, maka dapat dibandingkan dengan nilai koefisien permeabilitas
dengan jenis drainase dan jenis butiran tanah seperti yang tertera pada Tabel 2.7
dan Tabel 2.8 berikut.
15

Tabel 2.7 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitas (K) dengan Jenis Drainase
K (cm/detik) Jenis Drainase
k > 10-4 Good
10-6 < k < 10-4 Poor
k < 10-6 Impervious
Sumber: Hardiyatmo (1992)

Tabel 2.8 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitass (K) dengan Jenis Tanah
K (cm/detik) Jenis Tanah
1 – 10-2 Butiran kasar
10-2 – 10-3 Kerikil halus, butiran kasar bercampur pasir
10-3 – 10-5 Pasir halus
10-5 – 10-6 Tanah padat
10-6 – 10-7 Lempung berlanau, lempung
Sumber: Hardiyatmo (1992)

2.1.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian Falling Head Permeameter diperoleh nilai
koefisien permeabilitas rerata adalah 5,941 x 10-8 cm/detik, sehingga tanah yang
digunakan termasuk jenis tanah lempung dan jenis drainase impervious.

2.2 Pengujian Constant Head Permeameter


2.2.1. Maksud dan Tujuan
Pengujian ini dimaksudkan untuk menghitung daya kelolosan/rembesan air
(coeficient of permeability) dari suatu sampel tanah dengan metode Constant Head
(pengujian permeabilitas dengan tinggi energi tetap). Satuan dari kelolosan air
adalah cm/dt.
2.2.2. Landasan Teori
Permeabilitas timbul karena adanya pori kapiler yang saling bersambungan
satu dengan yang lainnya. Secara kuantitatif permeabilitas dapat dinyatakan sebagai
kecepatan bergeraknya suatu cairan (dalam hal ini air) pada media berpori (dalam
hal ini tanah) dalam keadaan jenuh. Semua jenis tanah bersifat permeabel di mana
16

air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara
butiran-butiran lapisan tanah.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan
laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju
infiltrasi dan dengan demikian menurunkan laju air larian. Permeabilitas ini
merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media poros. Secara
kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas
Dalam pengujian kali ini keofisien permeabilitas dicari melalui dua buah
percobaan permeabilitas, yaitu Falling Head Permeameter dan Constant Head
Permeameter. Constant Head Permeameter digunakan sebagai pengujian pada
tanah berbutir kasar atau tanah dengan permeabilitas yang tinggi. Pada pengujian
Constant Head Permeameter sampel tanah dipadatkan dengan nilai pemadatan
yang maksimum. Tanah dimasukkan ke dalam alat permeabilitas yang berupa
cetakan. Kemudian air ditambahkan pada cetakan melalui bak penampung yang
terhubung pipa di bagian atas cetakan. Pipa juga diletakkan pada bagian bawah
cetakan sebagai tempat lewatnya air akibat dari adanya pori-pori pada tanah. Pada
saat air ditambahkan, ketinggian air pada bak penampungan dipertahankan, kondisi
inilah yang menunjukkan tinggi energi konstan (constat head). Selanjutnya air akan
mengalir keluar melalui pipa bagian bawah cetakan dan diukur menggunakan gelas
ukur. Air yang keluar inilah yang menunjukkan bahwa tanah memiliki nilai
permeabilitas. Air yang tertampung pada gelas ukur diukur dan dicatat selama
selang waktu tertentu (hn saat tn).
Beberapa aplikasi pengujian Constat Head Permeameter di lapangan yaitu.
1. Distribusi sebaran konduktivitas hidraulik
Pada pengujian yang dilakukan digunakan uji akuifer-constant head
permeabilitas. Proses pengujian dilakukan dengan satu set alat yang terdiri dari
kompresor udara, tabung air, manometer tekanan, tabung sampel sebagai tempat
contoh tanah, dan tabung ukur volume untuk menentukan dan menjaga tinggi energi
yang digunakan. Nilai K yang dihasilkan merupakan nilai konduktivitas hidraulik
dalam satuan cm/detik.
17

2. Pengujian infiltrasi Final Clay Cover pada bangunan sanitary landfill


Pengujian infiltrasi atau resapan bertujuan untuk mengetahui fungsi final clay
cover pada tanah lempung asli dan tanah lempung stabilisasi semen. Metode
penguian yang digunakan adalah constant heat method yaitu dengan pemodelan
resapan berbentuk kolom. Penelitian eksperimental dengan model ini dapat
digunakan untuk mengamati resapan yang terjadi, yaitu dengan mengukur jumlah
air yang tertampung pada bak air selama interval waktu yang telah ditentukan.
Sketsa pengujian Constant Head Permeameter dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut.

Gambar 2.2 Sketsa Pengujian Permeabilitas Tipe Constant Head


Permeameter
Untuk menghitung nilai koefisien permeabilitas dengan pengujian Constant
Head (tinggi energi tetap) dinyatakan dengan Persamaan 2.3 berikut.

𝑘 = (2.3)

Keterangan:
k = koefisien permeabilitas tanah
18

Q = volume air yang masuk ke dalam gelas ukur (ml)


L = tinggi sampel tanah (cm)
A = luas sampel tanah (cm2)
h = tinggi energi hilang (cm)
t = waktu (detik)
2.2.3. Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut.
1. Constant head permeameter
2. Jangka sorong
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
4. Stopwatch
5. Gelas ukur
2.2.4. Benda Uji yang Digunakan
Benda uji yang digunakan adalah berupa tanah yang mengandung pasir atau
lempung. Contoh tanah dapat berupa tanah yang tidak terganggu atau terganggu
termasuk tanah yang dipadatkan.
2.2.5. Prosedur Pengujian
Adapun persiapan yang diperlukan adalah sebagai berikut.
1. Persiapan Benda Uji
a. Ukur cetakan, berat, tinggi, diameter.
b. Ambil contoh tanah dari tabung atau tanah yang sudah diketahui berat
volumeya.
c. Masukkan contoh tanah ke dalam cetakan permeabilitas.
d. Ukur berat tanah + cetakan.
e. Tutup bagian atas dengan sekrup yang ada lubangnya.
f. Pasang pipa plastik pada keempat sisi pada 2 bagian atas dan 2 bagian
bawah.
g. Ambil gelas ukur untuk mengukur tumpahan air.
h. Isilah bak penampungan dengan air, jaga airnya agar tingginya tetap
konstan.
i. Jika air sudah mengalir keluar dari contoh tanah artinya sampel sudah
jenuh sehingga pembacaan dapat dimulai.
19

2. Pembacaan
a. Catat tinggi muka air mula-mula sebagai (h1) dan saat itu dihitung sebagai
waktu (t0).
b. Bacalah tinggi h1, tinggi h2, dan t dalam detik, jika volume telah mencapai
20 cc, 30 cc, 40 cc, 50 cc, 60 cc, 70 cc, 80 cc, 90 cc, 100 cc.
2.2.6. Analisis Hasil Pengujian
1. Data Hasil Pengujian
Hasil pengujian Constant Head Permeameter diperoleh data yang dapat
dilihat pada Tabel 2.9, Tabel 2.10, dan Tabel 2.11 berikut.

Tabel 2.9 Data Uji Kadar Air Constant Head Permeameter


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
1 Berat container (W1) gram 12,70 12,80
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 53,40 53,60
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 41,29 37,60

Tabel 2.10 Data Uji Constant Head Permeameter


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
1 Diameter pipa gelas (d) cm 0,5 0,5
2 Diameter contoh tanah (D) cm 5 5
3 Tinggi contoh tanah (H) cm 12 12
4 Berat contoh tanah (W) gram 423,173 424,115
0
5 Suhu air (t) C 27 27
6 Tinggi muka air (h) cm 68 72

Tabel 2.11 Data Pengamatan Constant Head Permeameter


No. Uraian Sampel 1 Sampel 2
Waktu Pengamatan T1 T2 T3 T4 T5 T6
1
(detik) 641 708 761 313 337 337
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6
2 Volume air (cm3)
620,91 405,00 504,30 239,99 233,47 254,48
20

2. Analisa Perhitungan
Adapun perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah
sebagai berikut.
a. Kadar air
1) Sampel 1
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 53,40 – 41,29
= 12,11 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 41,29 – 12,70
= 28,59 gram
Kadar air (w) = x 100%
,
= ,
x 100%

= 42,36 %
2) Sampel 2
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 53,60 – 37,60
= 16,00 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 37,60 – 12,80
= 24,80 gram
Kadar air (w) = x 100%
,
= ,
x 100%

= 64,52 %
3) Rata-rata
Kadar air rerata (wrerata) =
, ,
=

= 52,44 %
b. Berat jenis tanah (Gs) = 2,58 gram/cm3
21

c. Volume contoh tanah (V)


1) Sampel 1
A1 = 𝑥𝜋𝑥𝐷

= 𝑥𝜋𝑥5

= 19,635 cm3
2) Sampel 2
A1 = 𝑥𝜋𝑥𝐷

= 𝑥𝜋𝑥5

= 19,635 cm3
3) Rata-rata
Arerata =
, ,
=

= 19,635 cm3
d. Volume contoh tanah (V)
1) Sampel 1
V1 = 𝑥𝜋𝑥𝐷 𝑥ℎ

= 𝑥 𝜋 𝑥 5 𝑥 12

= 235,619 cm3
2) Sampel 2
V1 = 𝑥𝜋𝑥𝐷 𝑥ℎ

= 𝑥 𝜋 𝑥 5 𝑥 12

= 235,619 cm3
3) Rata-rata
Vrerata =
, ,
=

= 235,619 cm3
22

e. Berat volume tanah (γ)


1) Sampel 1
γ1 =
,
= ,

= 1,796 gr/cm3
2) Sampel 2
γ2 =
,
= ,

= 1,800 gr/cm3
3) Rata-rata
γrerata =
, ,
=

= 1,798 gr/cm3
f. Berat volume tanah kering (γd)
1) Sampel 1
γd1 =

,
= ,

= 1,262 gram/cm3
2) Sampel 2
γd2 =

,
= ,

= 1,094 gram/cm3
3) Rata-rata

γdrerata =
, ,
=

= 1,178 gram/cm3
23

g. Angka pori (e)


1) Sampel 1
( )
e1 = –1
,
, ( )
= ,
–1

= 1,045
2) Sampel 2
( )
e2 = –1
,
, ( )
= ,
–1

= 1,358
3) Rata-rata
ererata =
, ,
=

= 1,202 gram/cm3
h. Koefisien permeabilitas
1) Sampel 1
k1 =
,
= ,

= 8,706 x 10-3 cm/detik


k2 =
,
= ,

= 5,141 x 10-3 cm/detik


k3 =
,
= ,

= 5,956 x 10-3 cm/detik


2) Sampel 2
k4 =
,
= ,
24

= 6,508 x 10-3 cm/detik


k5 =
,
= ,

= 5,881 x 10-3 cm/detik


k6 =
,
= ,

= 6,410 x 10-3 cm/detik


3) Rata-Rata

krerata =
( , , , , , , )
=

= 6,434 x 10-3 cm/detik


3. Hasil Pengujian
Hasil pada pengujian Constant Head Permeameter ini dapat dilihat pada
Tabel 2.12, Tabel 2.13, dan Tabel 2.14 sebagai berikut.

Tabel 2.12 Hasil Pengujian Kadar Air Constant Head Permeameter


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
1 Berat container (W1) gram 12,70 12,80
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 53,40 53,60
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 41,29 37,60
4 Berat air (Ww = W2-W3) gram 12,11 16,00
5 Berat tanah kering (Ws = W3-W1) gram 28,59 24,80
6 Kadar air (Ww/Ws)x100% % 42,36 64,52
7 Kadar air rata-rata (w) % 52,44

Tabel 2.13 Hasil Pengujian Constant Head Permeameter


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Rerata
Diameter pipa gelas d (cm) 0,5 0,5 0,5
Diameter contoh tanah D (cm) 5 5 5
25

Lanjutan Tabel 2.13 Hasil Pengujian Constant Head Permeameter


Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Rerata
Tinggi contoh tanah h (cm) 12 12 12
Luas contoh tanah A (cm2) 19,635 19,635 19,635
Volume contoh tanah V (cm3) 235,619 235,619 235,619
Berat contoh tanah W (gram) 423,173 424,115 423,644
Berat volume tanah γ (gr/cm3) 1,796 1,800 1,798
Kadar air tanah w (%) 42,36 64,52 52,44
Berat volume tanah kering γd (gr/cm3) 1,262 1,094 1,178
Berat jenis tanah Gs 2,58 2,58 2,58
Angka pori e 1,045 1,358 1,202
Suhu air t (0C) 27 27 27

Tabel 2.14 Hasil Pembacaan Penurunan Air Constant Head Permeameter


No. Uraian Sampel 1 Sampel 2
Waktu Pengamatan T1 T2 T3 T4 T5 T6
1
(detik) 641 708 761 313 337 337
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6
2 Volume air (cm3)
620,91 405,00 504,30 239,99 233,47 254,48
Koefisien k1 k2 k3 k4 k5 k6
3 permeabilitas (k) 8,706 5,141 5,956 6,508 5,881 6,410
(cm/detik) x 10-3 x 10-3 x 10-3 x 10-3 x 10-3 x 10-3
Koefisien
3 permeabilitas 6,434 x 10-3
rerata (cm/detik)

2.2.7 Pembahasan
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir
melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah.
Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah
yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau
permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun
26

sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara. Kelolosan air pada
suatu sampel tanah ditandai dengan nilai koefisien permeabilitas (k). Pada
pengujian Constant Head Permeameter diperoleh nilai koefisien permeabilitas
rerata sebesar 6,434 x 10-3 cm/detik. Dari nilai koefisien permeabilitas yang didapat
dari pengujian tersebut, maka dapat dibandingkan dengan nilai koefisien
permeabilitas dengan jenis drainase dan jenis butiran tanah seperti yang tertera pada
Tabel 2.15 dan Tabel 2.16 berikut.

Tabel 2.15 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitas (K) dengan Jenis


Drainase
K (cm/detik) Jenis Drainase
k > 10-4 Good
10-6 < k < 10-4 Poor
k < 10-6 Impervious
Sumber: Hardiyatmo (1992)

Tabel 2.16 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitass (K) dengan Jenis Tanah
K (cm/detik) Jenis Tanah
1 – 10-2 Butiran kasar
10-2 – 10-3 Kerikil halus, butiran kasar bercampur pasir
10-3 – 10-5 Pasir halus
10-5 – 10-6 Tanah padat
10-6 – 10-7 Lempung berlanau, lempung
Sumber: Hardiyatmo (1992)

2.2.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian Constant Head Permeameter diperoleh nilai
koefisien permeabilitas rerata adalah 6,434 x 10-3 cm/detik, sehingga tanah yang
digunakan termasuk jenis tanah kerikil halus dan jenis drainase baik (good).
BAB III
PENGUJIAN PARAMETER GESER TANAH

3.1 Uji Geser Langsung


3.1.1 Maksud dan Tujuan
Tujuan pengujian geser langsung adalah untuk menentukan besar parameter
geser langsung pada kondisi Unconsolidated Undrained. Parameter geser tanah
terdiri atas sudut gesek dalam (φ) dan kohesi (c). Kondisi Unconsolidated
Undrained berarti pelaksanaan penggeseran dilakukan sebelum mengalami
konsolidasi. Kondisi drained berarti selama penggeseran, air pori tanah tidak diberi
kesempatan untuk mengalir keluar, Consolidated-undrainated test disebut juga
quick test.
3.1.2 Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Alat pengeluar contoh tanah (Extruder)
2. Kotak geser untuk benda uji berbentuk bulat atau berbentuk persegi
3. Perlengkapan pembebanan normal
4. Perlengkapan untuk menggeser tanah (dengan motor listrik atau dengan
tangan)
5. Cincin beban dengan arloji pengukurannya untuk mengukur gaya geser
6. Arloji pengukur untuk penurunan benda uji
7. Arloji pengukur untuk regangan penggeseran
8. Stopwatch
9. Alat penyiapan benda uji dan alat-alat pemeriksa kadar air
Untuk lebih jelasnya alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar L-3.1
3.1.3 Benda Uji yang Digunakan
Benda uji berupa tanah kohesif atau non kohesif berbentuk silinder, tinggi
silinder 2,0 cm, diameter benda uji 6,00 cm. Sampel tanah dapat berupa sampel
tanah tak terganggu (undisturbed) atau sampel tanah yang dicetak ulang
(remolded).

27
28

3.1.4 Prosedur Pengujian


Prosedur pengujian praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Persiapan benda uji
a. Benda uji yang disediakan untuk pengujian ini sekurang-kurangnya
sebanyak 3 buah.
b. Apabila contoh tanah yang dipersiapkan berupa tanah asli dari tabung,
maka contoh tanah dikeluarkan (dengan arah dari ujung tabung) dan
mendesak cincin cetakan ke dalam tanah. Kemudian memotong tanah agak
lebih sedikit dan ratakan sehingga contoh tanah rata dengan permukaan
cincin cetakan bagian atas maupun bagian bawah.
c. Apabila yang diuji berupa tanah yang dipadatkan dalam laboratorium
maka dapat digunakan alternative cara:
1) Tanah dipadatkan dalam silinder pemadatan dengan kadar air dan
kepadatan sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian mendesak contoh
tanah keluar dari tabung pemadatan masuk kedalam cincin cetak.
Memasukkan pelan-pelan sambil irislah tanah diluar cincin. Kemudian
memotong rata dengan cincin cetak atas dan bawah.
2) Tanah padat dari silinder pemadat, dikeluarkan dari silinder pemadatan
kemudian dipotong dan dibubut sesuai dengan bentuk benda uji yang
akan diperiksa.
3) Memadatkan contoh tidak dalam silinder tetapi langsung dalam ruang
contoh tanah dalam kotak geser dengan kadar air dan kepadatan yang
dikehendaki.
4) Memeriksa dan mencatat kadar air dan berat volume contoh tanah.
2. Persiapan alat
a. Kotak geser terdiri atas dua bagian yaitu bagian atas dan bawah.
Menyatukan kedua bagian tersebut dengan sekrup pengunci yang ada.
b. Pasang dan atur pada kotak geser, berturut-turut:
1) Paling bawah ditempatkan batu pori yang sebelumnya dikenyangkan
air (direbus dalam air sekitar 15 menit atau direndam dalam waktu 4 –
8 jam).
29

2) Memasang diatasnya plat bergigi menghadap keatas. Membuat arah


gigi tegak lurus pada arah geseran.
3) Memasukkan benda uji diatas pelat bergigi dengan mendorong benda
uji keluar dari cincin cetakan.
4) Memasang diatasnya lagi pelat bergigi ke dua (berlubang-lubang)
dengan gigi menghadap ke bawah tegak lurus arah geseran. Menekan
secara merata plat ini sehingga gigi plat bagian atas dan bawah masuk
tertanam didalam benda uji.
5) Memasang batu pori kedua yang sebelumnya dibuat kenyang air, di atas
pelat bergigi.
6) Paling atas pelat penerus beban secara sentris.
c. Mengatur perlengkapan alat untuk menggeser benda uji, sehingga setiap
untuk melakukan penggeseran, termasuk cincin benda (proving ring).
Mengatur arloji cincin benda pada pembacaan nol.
d. Atur perlengkapan beban normal diatas pelat penerus beban.
e. Menambahkan beban pada perlengkapan beban. Benda yang dipasang
adalah sedemikian sehingga berat benda dan berat rangka penggantung
akan memberikan tekanan normal pada benda uji yang diinginkan. Sketsa
pengujian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Sketsa Pengujian Geser Langsung

3. Pelaksanaan penggeseran
a. Membuat sekrup pengunci bagian atas dan bawah, sesudah 3
merenggangkan kedua bagian ring geser sehingga terdapat keregangan
sekitar 0,25 mm memutar sekrup perenggang sebanyak setengah putaran
30

dihitung setelah sekrup menempel pada bagian bawah. Memutar kedua


sekrup secara bersama-sama.
b. Setelah kedua ring geser merenggang melepaskan kedua sekrup
perenggang, benda uji siap digeser.
c. Penggeseran benda uji dilakukan relative cepat sehingga selama
penggeseran air pori tidak sempat mengalir keluar dari benda uji lewat batu
pori.
d. Kecepatan penggeseran diambil antara 1 mm/menit (untuk tanah
lempung).
e. Melakukan penggeseran ini sampai gaya geser konstan atau mengalami
penurunan atau sampai panjang penggeseran mencapai 10% dari diameter
benda uji.
f. Melakukan pembacaan pada interval penggeseran tertentu, semakin kecil
interval pembacaan maka data yang diperoleh akan semakin baik.
g. Mencatat hasil pembacaan dial perubahan vertical dan dial geser pada
proving ring dan catat dalam formulir pengujian.
h. Setelah selesai penggeseran, melepas beban normal dan mengangkat
lengan pembeban kemudian, mengeluarkan benda uji dari ring geser,
melakukan lagi pengujian kadar air terhadap benda uji.
i. Melanjutkan lagi untuk benda uji kedua dan ketiga.
3.1.5 Landasan Teori
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir
tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila tanah
mengalami pembebanan akan ditahan oleh:
1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak
tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.
2. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan
tegangan normal pada bidang gesernya
Persamaan yang digunakan dalam menentukan nilai kedua parameter tersebut
dapat dilihat pada Persamaan 3.1, Persamaan 3.2, dan Persamaan 3.3 berikut.
31

𝜏= (3.1)

𝜎= (3.2)

𝜏 = 𝑐 + 𝜎 tan 𝜑 (3.3)
Keterangan:
𝜏 = tegangan geser
𝜎 = tegangan normal
c = kohesi
𝜑 = sudut geser dalam
S = gaya geser
N = gaya normal
A = luas penampang sampel
Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain:
1. Pengujian geser langsung (Direct shear test)
2. Pengujian tekan bebas (Unconfined compression test)
3. Pengujian triaksial (Triaksial test)
Namun dalam pengujian ini yang digunakan untuk menentukan kuat geser
tanah adalah pengujian geser langsung (Direct shear test). Pengujian kuat geser ini
dilakukan untuk mendapatkan parameter kuat geser, yaitu kohesi (c) dan sudut
geser dalam (𝜑). Pengujian geser langsung biasanya dibagi menjadi dua tingkat
yaitu tingkat pertama pemberian tegangan normal dan tingkat kedua pemberian
tegangan geser sampai terjadi tingkat keruntuhan (failure) yaitu sampai terjadi
tegangan geser maksimum.
Pada alat geser langsung, parameter kuat geser tanah dapat diukur secara
langsung. Sampel tanah yang akan diuji dipasang pada alat dan diberikan tegangan
vertikal yaitu tegangan normal yang konstan. Kemudian sampel diberikan tegangan
geser sampai tercapai nilai tegangan geser maksimum. Tegangan ini diberikan
dengan memakai kecepatan bergerak (strain rate) yang konstan. Dari hasil
percobaan ini akan didapat kohesi dan sudut geser dalam tanah.
Beberapa aplikasi pengujian geser langsung di lapangan, yaitu:
1. Kekuatan geser antarmuka laterit Palangkaraya dan geotekstil berdasarkan uji
geser langsung
32

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai sudut gesek antarmuka


geotekstil dan tanah laterit. Alat yang digunakan adalah alat uji geser
langsung (direct shear test). Pada penelitian ini digunakan material tanah
laterit yang telat dipadatkan dan geotekstil. Uji geser langsung dilakukan
untuk mendapatkan parameter kuat geser antarmuka dengan berbagai jenis
geotekstil.
2. Analisis campuran semen dan tras pada tanah pasir terhadap kuat geser
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai kuat geser
dari tanah pasir dengan pengaruh penambahan semen dan tras. Metode
penelitian yang digunakan meliputi uji berat jenis, uji kadar air, uji analisa
saringan, uji standar proctor test, dan uji geser langsung. Pada pengujian ini
ditambahkan semen dan tras pada tanah pasir untuk mengetahui seberapa
besar pengaruhnya terhadap nilai kuat geser tanah. Hasil yang didapat berupa
nilai kohesi dan sudut geser dalam dari campuran tanah pasir dengan semen
dan tras.
3.1.6 Analisis Hasil Pengujian
Analisis hasil pengujian pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Data Uji
Data uji pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 sampai Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.1 Data Benda Uji Geser Langsung


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Diameter cm 6 6 6
2 Tinggi cm 2,00 2,00 2,00
3 Berat gram 94,0970 96,3589 94,0970
4 Kalibrasi kg/div 0,264 0,264 0,264
Kecepatan
5 mm/menit 0,15 0,15 0,15
Peralihan
33

Tabel 3.2 Data Pengujian Kadar Air Benda Uji Geser Langsung
No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Berat container (W1) gram 13,00 13,10 13,20
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 54,00 54,20 54,40
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 42,49 40,41 38,96

Tabel 3.3 Data Uji Geser Langsung Beban 0,5 kg


Pengujian Sampel Tanah 1
Waktu Peralihan Horizontal Pembacaan dial beban Pembacaan dial
(menit) (x 0,01 mm) (div) (div)
0 0 0,0 500,00
0,5 30 19,7 499,92
1 60 31,3 499,89
1,5 90 41,8 499,82
2 120 48,7 499,79
2,5 150 55,4 499,75
3 180 61,5 499,73
3,5 210 65,1 499,69
4 240 68,1 499,63
4,5 270 70,1 499,64
5 300 70,4 499,66
5,5 330 70,5 499,70
6 360 68,7 499,70
6,5 390 67,2 499,68
7 420 66,4 499,70
7,5 450 63,7 499,68
8 480 62,2 499,64
8,5 510 61,4 499,64
9 540 59,1 499,62
9,5 570 57,8 499,62
10 600 56,6 499,60
34

Tabel 3.4 Data Uji Geser Langsung Beban 1 kg


Pengujian Sampel Tanah 2
Waktu Peralihan Horizontal Pembacaan dial beban Pembacaan dial
(menit) (x 0,01 mm) (div) (div)
0 0 0,0 300,00
0,5 30 26,6 299,78
1 60 40,4 299,70
1,5 90 50,9 299,58
2 120 58,9 299,48
2,5 150 64,7 299,43
3 180 72,2 299,38
3,5 210 75,8 299,33
4 240 79,0 299,31
4,5 270 81,7 299,29
5 300 86,2 299,27
5,5 330 87,5 299,26
6 360 89,5 299,25
6,5 390 88,6 299,22
7 420 87,2 299,19
7,5 450 85,3 299,18
8 480 84,0 299,17
8,5 510 82,0 299,13
9 540 81,3 299,15
9,5 570 79,3 299,10
10 600 78,5 299,08

Tabel 3.5 Data Uji Geser Langsung Beban 2 kg


Pengujian Sampel Tanah 2
Waktu Peralihan Horizontal Pembacaan dial beban Pembacaan dial
(menit) (x 0,01 mm) (div) (div)
0 0 0,0 350,00
35

Lanjutan Tabel 3.5 Data Uji Geser Langsung Beban 2 kg


Pengujian Sampel Tanah 2
Waktu Peralihan Horizontal Pembacaan dial beban Pembacaan dial
(menit) (x 0,01 mm) (div) (div)
0,5 30 36,1 349,64
1 60 51,1 349,50
1,5 90 66,6 349,32
2 120 76,7 349,26
2,5 150 88,5 349,13
3 180 97,8 349,03
3,5 210 105,2 348,92
4 240 109,0 348,89
4,5 270 111,5 348,82
5 300 117,4 348,74
5,5 330 120,2 348,71
6 360 122,6 348,66
6,5 390 124,5 348,59
7 420 126,2 348,59
7,5 450 125,6 348,58
8 480 123,8 348,58
8,5 510 121,1 348,57
9 540 119,9 348,56
9,5 570 117,2 348,55
10 600 113,4 348,55

2. Perhitungan
Adapun perhitungan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut.
a. Luas benda uji
1) Beban 0,5 kg
A = xπxd
36

= xπx6

= 28,2743 cm2
2) Beban 1 kg
A = xπxd

= xπx6

= 28,2743 cm2
3) Beban 2 kg
A = xπxd

= xπx6

= 28,2743 cm2

b. Volume benda uji


1) Beban 0,5 kg
V = xπxd xt

= xπx6 x2

= 56,5487 cm3
2) Beban 1 kg
V = xπxd xt

= xπx6 x2

= 56,5487 cm3
3) Beban 2 kg
V = xπxd xt

= xπx6 x2

= 56,5487 cm3
c. Kadar air benda uji
1) Kadar air 1
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 54,00 – 42,49
37

= 11,51 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 42,49 – 13,00
= 29,49 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %

= 39,03 %
2) Kadar air 2
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 54,20 – 40,41
= 13,79 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 40,41 – 13,10
= 27,31 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %

= 50,49 %
3) Kadar air 3
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 54,40 – 38,96
= 15,44 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 38,96 – 13,20
= 25,76 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
38

,
= ,
x 100 %

= 59,94 %
4) Kadar air rata-rata

Kadar air rata-rata =


, , ,
=

= 49,82 %
d. Menghitung tegangan geser dan regangan
1) Beban 0,5 kg pada peralihan horizontal 30 kg/div
. .
Regangan (ε) =
. .
= × 100

= 0,5 %
Beban horizontal = Pembacaan dial beban x kalibrasi
= 19,7 x 0,264
= 5,214 kg
Luas terkoreksi (A’) =

.
= .

= 28,416 cm2

Tegangan geser (𝜏) =


.
= .

= 0,183 kg/cm2
2) Beban 1 kg pada peralihan horizontal 30 kg/div
. .
Regangan (ε) =
. .
= × 100

= 0,5 %
Beban horizontal = Pembacaan dial beban x kalibrasi
= 26,6 x 0,264
= 7,017 kg
39

Luas terkoreksi (A’) =

.
= .

= 28,416 cm2

Tegangan geser (𝜏) =


,
= .

= 0,247 kg/cm2
3) Beban 1 kg pada peralihan horizontal 30 kg/div
. .
Regangan (ε) =
. .
= × 100

= 0,5 %
Beban horizontal = Pembacaan dial beban x kalibrasi
= 36,1 x 0,264
= 9,525 kg
Luas terkoreksi (A’) =

.
= .

= 28,416 cm2

Tegangan geser (𝜏) =


,
= .

= 0,335 kg/cm2
Perhitungan tegangan dan regangan dilakukan dengan cara yang sama seperti
perhitungan di atas. Kemudian dilakukan perhitungan untuk membuat grafik geser
langsung seperti cara di bawah ini.
e. Beban
1) Sampel benda uji 1 = 0,5 kg
2) Sampel benda uji 2 = 1 kg
3) Sampel benda uji 3 = 2 kg
f. Menentukan tegangan normal
1) Beban 0,5 kg
40

σ =
,
= ,

= 0,19 kg/cm2
2) Beban 1 kg
σ =

= ,

= 0,39 kg/cm2
3) Beban 2 kg
σ =

= ,

= 0,78 kg/cm2
g. Menentukan tegangan geser maksimum
1) Beban 0,5 kg
𝜏maks = 0,625 kg/cm2
2) Beban 1 kg
𝜏maks = 0,786 kg/cm2
3) Beban 2 kg
𝜏maks = 1,096 kg/cm2
h. Persanaan linear
𝜏1 = c1 + σ1 tan 𝜑 x 𝜏1 𝜏12 = 𝜏1c1 + 𝜏1σ1 tan 𝜑
𝜏2 = c2 + σ2 tan 𝜑 x 𝜏2 𝜏22 = 𝜏2c2 + 𝜏2σ2 tan 𝜑
𝜏3 = c3 + σ3 tan 𝜑 x 𝜏3 𝜏32 = 𝜏3c3 + 𝜏3σ3 tan 𝜑
1) Persamaan 1
0,625 = c1 + 0,19 tan 𝜑
0,786 = c1 + 0,39 tan 𝜑
1,096 = c1 + 0,78 tan 𝜑 +
2,507 = 3c + 1,36 tan 𝜑
2) Persamaan 2
0,6252 = 0,625 c1 + 0,625 x 0,19 tan 𝜑
0,7862 = 0,786 c2 + 0,786 x 0,39 tan 𝜑
41

1,0962 = 1,096 c3 + 1,096 x 0,78 tan 𝜑

0,3906 = 0,625 c1 + 0,1188 tan 𝜑


0,6178 = 0,786 c2 + 0,3065 tan 𝜑
1,2012 = 1,096 c3 + 0,8549 tan 𝜑 +
2,2096 = 2,507 c + 1,2802 tan 𝜑
3) Eliminasi persamaan 1 dan persamaan 2 untuk mencari nilai 𝜑
2,507 = 3c + 1,36 tan 𝜑 x 2,507
2,2096 = 2,507 c + 1,2802 tan 𝜑 x3

6,285 = 7,521c + 3,4095 tan 𝜑


6,6288 = 7,521 c + 3,8406 tan 𝜑 -
-0,3438 = -0,4311 tan 𝜑
tan 𝜑 = 0,7975
𝜑 = 38,570
4) Substitusi nilai 𝜑 ke dalam salah satu persamaan untuk mencari
nilai c
2,507 = 3c + 1,36 tan 𝜑
2,507 = 3c + 1,36 tan 38,570
2,507 = 3c + 1,0845
c = 0,4742 kg/cm2
3. Hasil Pengujian
Data hasil pengujian geser langsung dapat dilihat pada Tabel 3.6 sampai
Tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Benda Uji Geser Langsung


Sampel
No. Uraian Satuan
1 2 3
1 Diameter (D) cm 6 6 6
2 Tinggi (H) cm 2,00 2,00 2,00
3 Berat (W) gram 94,0970 96,3589 94,0970
42

Lanjutan Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Benda Uji Geser Langsung


Sampel
No. Uraian Satuan
1 2 3
4 Luas (A) cm2 28,2743 28,2743 28,2743
5 Volume (V) cm3 56,5487 56,5487 56,5487

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Kadar Air Benda Uji Geser Langsung
No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Berat container (W1) gram 13,00 13,10 13,20
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 54,00 54,20 54,40
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 42,49 40,41 38,96
4 Kadar air (w) % 39,03 50,49 59,94
5 Kadar air rata-rata % 49,82
43

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Geser Langsung Beban 0,5 kg


Pengujian Sampel Tanah 1
Pergerakan Vertikal
Waktu Peralihan Horisontal x 0,01 Regangan Pembacaan Luas Terkoreksi Tegangan Geser
(menit) Dial Beban (A') Pembacaan Defleksi
() () ()
Dial Vertikal
(menit) (mm) (div) (cm2) (kg/cm2) (div) (mm)
0 0 0,000 0 28,2743 0 500 5
0,5 30 0,500 19,7487 28,4164 0,1835 499,924 4,9992
1 60 1,000 31,2814 28,5599 0,2892 499,890 4,9989
1,5 90 1,500 41,7834 28,7049 0,3843 499,816 4,9982
2 120 2,000 48,7273 28,8514 0,4459 499,791 4,9979
2,5 150 2,500 55,4136 28,9993 0,5045 499,746 4,9975
3 180 3,000 61,5294 29,1488 0,5573 499,727 4,9973
3,5 210 3,500 65,0916 29,2998 0,5865 499,689 4,9969
4 240 4,000 68,1072 29,4524 0,6105 499,631 4,9963
4,5 270 4,500 70,0615 29,6066 0,6247 499,638 4,9964
5 300 5,000 70,4471 29,7625 0,6249 499,657 4,9966
5,5 330 5,500 70,5188 29,9199 0,6222 499,700 4,9970
6 360 6,000 68,7362 30,0791 0,6033 499,695 4,9970
6,5 390 6,500 67,1692 30,2399 0,5864 499,682 4,9968
7 420 7,000 66,4288 30,4025 0,5768 499,695 4,9970
7,5 450 7,500 63,6549 30,5668 0,5498 499,682 4,9968
8 480 8,000 62,2179 30,7330 0,5345 499,638 4,9964
8,5 510 8,500 61,3962 30,9009 0,5245 499,638 4,9964
9 540 9,000 59,0667 31,0707 0,5019 499,620 4,9962
9,5 570 9,500 57,7564 31,2424 0,4880 499,620 4,9962
10 600 10,000 56,5537 31,4159 0,4752 499,599 4,9960
44

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Geser Langsung Beban 1 kg


Pengujian Sampel Tanah 2
Pergerakan Vertikal
Waktu Peralihan Horisontal x 0,01 Regangan Pembacaan Luas Terkoreksi Tegangan Geser
Pembacaan Defleksi
(menit) () () Dial Beban (A') ()
Dial Vertikal
(menit) (mm) (div) (cm2) (kg/cm2) (div) (mm)
0 0 0,000 0 28,2743 0 300 3
0,5 30 0,500 26,5806 28,4164 0,2469 299,780 2,9978
1 60 1,000 40,4318 28,5599 0,3737 299,700 2,9970
1,5 90 1,500 50,9036 28,7049 0,4682 299,580 2,9958
2 120 2,000 58,8744 28,8514 0,5387 299,478 2,9948
2,5 150 2,500 64,6843 28,9993 0,5889 299,434 2,9943
3 180 3,000 72,2393 29,1488 0,6543 299,380 2,9938
3,5 210 3,500 75,7658 29,2998 0,6827 299,332 2,9933
4 240 4,000 78,9542 29,4524 0,7077 299,312 2,9931
4,5 270 4,500 81,7038 29,6066 0,7285 299,293 2,9929
5 300 5,000 86,1942 29,7625 0,7646 299,268 2,9927
5,5 330 5,500 87,4516 29,9199 0,7716 299,255 2,9926
6 360 6,000 89,5217 30,0791 0,7857 299,249 2,9925
6,5 390 6,500 88,6017 30,2399 0,7735 299,220 2,9922
7 420 7,000 87,1750 30,4025 0,7570 299,191 2,9919
7,5 450 7,500 85,3485 30,5668 0,7371 299,180 2,9918
8 480 8,000 84,0399 30,7330 0,7219 299,166 2,9917
8,5 510 8,500 82,0302 30,9009 0,7008 299,128 2,9913
9 540 9,000 81,3428 31,0707 0,6911 299,147 2,9915
9,5 570 9,500 79,2518 31,2424 0,6697 299,100 2,9910
10 600 10,000 78,4746 31,4159 0,6595 299,083 2,9908
45

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Geser Langsung Beban 2 kg


Pengujian Sampel Tanah 3
Pergerakan Vertikal
Waktu Peralihan Horisontal x 0,01 Regangan Pembacaan Luas Terkoreksi Tegangan Geser
Pembacaan Defleksi
(menit) () () Dial Beban (A') ()
Dial Vertikal
(menit) (mm) (div) (cm2) (kg/cm2) (div) (mm)
0 0 0,000 0 28,2743 0 350 4
0,5 30 0,500 36,0813 28,4164 0,3352 349,644 3,4964
1 60 1,000 51,0717 28,5599 0,4721 349,504 3,4950
1,5 90 1,500 66,5989 28,7049 0,6125 349,319 3,4932
2 120 2,000 76,7376 28,8514 0,7022 349,255 3,4926
2,5 150 2,500 88,4932 28,9993 0,8056 349,128 3,4913
3 180 3,000 97,7540 29,1488 0,8854 349,026 3,4903
3,5 210 3,500 105,1722 29,2998 0,9476 348,924 3,4892
4 240 4,000 108,9923 29,4524 0,9770 348,885 3,4889
4,5 270 4,500 111,5371 29,6066 0,9946 348,815 3,4882
5 300 5,000 117,3774 29,7625 1,0412 348,740 3,4874
5,5 330 5,500 120,1814 29,9199 1,0604 348,713 3,4871
6 360 6,000 122,5521 30,0791 1,0756 348,656 3,4866
6,5 390 6,500 124,4937 30,2399 1,0869 348,590 3,4859
7 420 7,000 126,2146 30,4025 1,0960 348,585 3,4859
7,5 450 7,500 125,5783 30,5668 1,0846 348,580 3,4858
8 480 8,000 123,8269 30,7330 1,0637 348,580 3,4858
8,5 510 8,500 121,0730 30,9009 1,0344 348,570 3,4857
9 540 9,000 119,9478 31,0707 1,0192 348,560 3,4856
9,5 570 9,500 117,2203 31,2424 0,9905 348,550 3,4855
10 600 10,000 113,4078 31,4159 0,9530 348,545 3,4855
46

Tabel 3.11 Rekapitulasi Nilai Tegangan Geser Maksimum Terhadap


Tegangan Normal
Beban (kg)
No. Uraian Satuan
0,5 1 2
1 Tegangan Normal kg/cm2 0,19 0,39 0,78
2 Tegangan Geser Maks kg/cm2 0,625 0,786 1,096

Tabel 3.12 Rekapitulasi Nilai Tegangan Geser Maksimum Terhadap


Regangan
Beban (kg)
No. Uraian Satuan
0,5 1 2
1 Regangan % 5 6 7
2 Tegangan Geser Maks kg/cm2 0,625 0,786 1,096

4. Gambar
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh grafik seperti
pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3 berikut.

Tegangan Normal & Tegangan Geser Maks


0,001

0,001
Teg. Geser (kg/cm2)

0,001
𝜑 = 38,910
0,001

0,000
c = 0,47
0,000

0,000
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90
Teg. Normal (kg/cm2)

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Tegangan Geser dengan Tegangan Normal


Pengujian Geser Langsung
47

Tegangan & Regangan Geser


1.2

Tegangan Geser (kg/cm2)


0.8

0.6

0.4

Beban 0,5 kg
0.2 Beban 1 kg
Beban 2 kg

0
0,000 0,002 0,004 0,006 0,008 0,010 0,012
Regangan (%)

Gambar 3.3 Grafik Hubungan Tegangan Geser dengan Regangan Pengujian


Geser Langsung

3.1.7 Pembahasan
Pengujian geser langsung dilakukan untuk menentukan besarnya parameter
kuat geser suatu sampel tanah. Parameter geser tanah terdiri dari sudut geser dalam
(𝜑) dan kohesi (c). Pada pengujian geser langsung diperoleh nilai sudut geser dalam
(𝜑) sebesar 38,910 dan nilai kohesi (c) sebesar 0,47 kg/cm2. Klasifikasi jenis tanah
berdasarkan sudut geser dalam (𝜑) dapat dilihat pada Tabel 3.13. Sedangkan
klasifikasi jenis tanah berdasarkan nilai kohesi (c) dapat dilihat pada Tabel 3.14.

Tabel 3.13 Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Sudut Geser Dalam (𝜑)
No. Jenis Tanah 𝜑 (0)

Pasir butiran padat : a. Regangan Lepas 27 – 30


1 b. Menengah 30 – 35
c. Padat 35 - 38
48

Lanjutan Tabel 3.13 Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan


Sudut Geser Dalam (𝜑)
No. Jenis Tanah 𝜑 (0)

Pasir butiran bersudut : a. Regangan Lepas 30 – 35


2 b. Menengah 35 – 40
c. Padat 40 - 45
3 Kerikil bercampur pasir 38 - 48
4 Lanau 26 - 27

Tabel 3.14 Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Kohesi (c)


No. Jenis Tanah c (kg/cm2)
1 Lempung keras > 4,1
2 Lempung sangat kaku 2,0 – 4,0
3 Lempung kaku 1,0 – 2,0
4 Lempung sedang 0,5 – 1,0
5 Lempung lunak 0,25 – 0,5
6 Lempung sangat lunak < 0,25

3.1.8 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dari hasil pengujian diperoleh nilai sudut geser
dalam (𝜑) sebesar 38,910 dan nilai kohesi (c) sebesar 0,47 kg/cm2, sehingga jenis
tanah yang digunakan adalah tanah lempung lunak.

3.2 Pengujian Tekan Bebas


3.2.1 Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan besar sudut geser
dalam (φ) dan kuat tekan bebas tanah. Pengertian kuat tekan bebas tanah adalah
besarnya tekanan aksial (kg/cm2) yang diperlukan untuk menentukan suatu silinder
tanah sampai pecah atau besarnya tekanan tanah yang memberikan pemendekan
tanah hingga 20%, apabila tanah sampai pemendekan 20% tersebut, tanah tidak
pecah maka dianggap runtuh.
49

3.2.2 Alat yang Digunakan


Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Mesin penekan
2. Alat pengeluar contoh tanah
3. Tabung cetak belah
4. Timbangan ketelitian 0,1gr
5. Stopwatch
6. Jangka Sorong
7. Pisau
8. Satu unit pengujian kadar air
3.2.3 Benda Uji yang Digunakan
Benda uji beberapa berupa tanah kohesif berbentuk silinder, tinggi silinder
harus antara 2 sampai 3 kali diameter. Diameter minimum benda 3,30 cm. Jika
diameter benda 3,3 cm, butir tanah terbesar yang diizinkan ada dalam benda uji
1/10 kali diameter benda uji 7,10 cm butir tanah terbesar yag diizinkan dalam benda
uji adalah 1/6 kali diameter benda uji.
3.2.4 Prosedur Pengujian
Adapun prosedur pengujian tekan bebas adalah sebagai berikut.
1. Persiapan Benda Uji
a. Contoh tanah yang diuji adalah tanah hasil (Undisturbed) dari tabung yang
sudah sesuai dengan benda uji yang diinginkan, maka mengeluarkan
contoh tanah dari tabung dengan pengeluaran contoh tanah (extruder).
Memasukkan dalam tabung cetak belah, memotong benda uji bagian atas
dan bawahnya sehingga rata dengan cetakan.
b. Contoh tanah tidak asli (disturb) ukurannya lebih besar dari pada benda uji
yang diinginkannya, maka memotongn benda uji dengan pisau atau gergaji
kawat sehingga sesuai dengan benda uji yang diinginkan.
c. Contoh tanah dapat berupa tanah padat, batuan dapat berupa:
1) Dapat dibentuk kembali dalam kantong plastik / karet, remas dengan
jari sampau rata seluruhnya. Hindarkan bertambahnya udara dalam pori
tanah. Kemudian contoh tanah yang rusak (gagal dalam pelaksanaan
50

atau pengujian) bentuk kembali dan bentuk dalam cetakan sehingga


kepadatannya sama dengan aslinya.
2) Contoh tanah padat bantuan dapat diperoleh dengan memadatkan
contoh tanah dengan kadar air dan kepadatan sesuai dengan menumbuk
tanah pada silinder pemadatan kemudian dorong keluar dengan alat
pengeluar tanah (extruder) kemudian dipotong atau dibubut sesuai
dengan benda uji yang diinginkan. Pemadatan dapat pula dilakukan
langsung dengan cetakan belah.
d. Mengukur dengan teliti dan catat ukuran diameter dan tinggi dari benda
uji. Menimbang benda uji untuk menghitung berat volumenya.
2. Pembebanan
a. Menempatkan sampel tanah diatas mesin secara vertical dan sentris pada
plat dasar alat tekan.
b. Mengatur alat tekan sehingga plat atas menyentuh permukaan tanah.
c. Dial pada penunujuk beban diatur sehingga menunjukkan angka nol,
demikian pula pada dial pengukur regangannya.
d. Melakukan penekanan dengan mengatur kecepatan pembebanan, dengan
kecepatan 1% tiap menit atau 1,4 mm/menit.
e. Pembacaan dilakukan pada interval 30 detik.
f. Pembebanan dihentikan apabila dial penunjuk beban sudah mengalami
penurunan dua kali. Atau regangan sudah mencapai 20% dari tinggi
semula.
g. Ambil sampel tanah tadi kemudian ukur sudut pecahnya dengan mengukur
sudut (α).
h. Ambil benda uji, memamasukkan kedalam kantong plastik, diremas-
remas (dihancurkan) setelah itu dicetak kembali dalam tabung cetak belah.
i. Benda uji hasil cetakan ini (remolded) diuji lagi sesuai prosedur
pembebanan.
j. Mencari kadar air tanahnya.
3.2.5 Landasan Teori
Pengujian unconfined-compression adalah bentuk khusus dari uji UU yang
umum dilakukan terhadap sampel tanah lempung. Pada uji ini tegangan penyekap
51

σ3 adalah nol. Tegangan aksial dilakukan terhadap benda uji secara relatif cepat
sampai mencapai keruntuhan. Pada titik keruntuhan, harga tegangan total utama
kecil (total minor principal stress) adalah nol dan tegangan total utama besar adalah
σ1. Karena kekuatan geser kondisi air termampatkan dari tanah tidak tergantung
pada tegangan penyekap, maka:

𝜏 = = = 𝐶 (3.4)

Keterangan:
qu = kuat tekan bebas
Cu = kuat geser undrained
Beberapa aplikasi pengujian tekan bebas, yaitu:
1. Pengujian kuat tekan bebas pada stabilitas tanah lempung dengan campuran
semen dan abu sekam padi
Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengambilan sampel tanah lempung
dan pengujian di laboratorium menggunakan uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined
Compression Test). Sampel tanah terdiri dari 13 variasi campuran semen dan abu
sekam padi. Dari uji Kuat Tekan Bebas pada sampel tanah asli dan sampel tanah
yang telah dicampur dengan semen dan abu sekam padi, diperoleh kesimpulan
bahwa semakin banyak kadar abu sekam padi yang digunakan, maka daya dukung
tanah akan terus mengalami penurunan.
2. Pengujian kuat tekan bebas untuk mengukur ketahanan air pada campuran
beton aspal
Kuat tekan bebas merupakan salah satu bentuk pengujian untuk mengukur
potensi alur (rutting) dan ketahanan air pada campuran beraspal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan pengujian kuat tekan bebas sehingga parameter
kuat tekan dapat digunakan sebagai indikator ketahanan campuran beraspal
terhadap air. Benda uji dibuat dengan rasio tinggi diameter sekitar 2 dan dilakukan
pengujian kuat tekan bebas atau unconfined compressive strength (UCS). Hasil
pengujian menunjukkan bahwa rasio kuat tekan mampu menunjukkan pengaruh air
pada campuran beton aspal.
52

3.2.6 Analisis Hasil Pengujian


1. Data Uji
Adapun analisis hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.15 sampai Tabel
3.17 berikut.

Tabel 3.15 Data Uji Kadar Air Pengujian Tekan Bebas


No. Uraian Satuan Sampel
1 Berat container (W1) gram 12,40
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 52,80
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 40,81

Tabel 3.16 Data Sampel Tanah Pengujian Tekan Bebas


No. Uraian Satuan Sampel
1 Berat sampel tanah gram 411,58
2 Diameter sampel tanah (D) cm 5,4
3 Tinggi awal sampel tanah (L0) cm 10,8
4 Tinggi sampel setelah pengujian (L1) cm 10,4

Tabel 3.17 Data Hasil Pengujian Tekan Bebas


Vertical Dial x 0,01 Pembacaan Dial Beban
(mm) (div)
0 0
20 4,5
40 8,1
60 11,1
80 15,3
100 19,2
140 24,6
180 28,8
220 33,3
260 37,8
53

Lanjutan Tabel 3.17 Data Hasil Pengujian Tekan Bebas


Vertical Dial x 0,01 Pembacaan Dial Beban
(mm) (div)
300 41,7
340 43,6
380 46,4
420 48,8
460 50,6
500 52,1
540 53,1
580 53,0
620 50,6
660 48,6

2. Perhitungan
Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Kadar air
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 52,80 – 40,81
= 11,99 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 40,81 – 12,40
= 28,41 gram
Kadar air (w) = 𝑥100%
,
= ,
𝑥100%

= 42,1861%
b. Luas sampel tanah
Luas sampel tanah (A) = 𝜋𝐷

= 𝜋5,4

= 22,902 cm2
54

c. Volume sampel tanah


Volume sampel tanah (V) = A x L0
= 22,902 x 10,8
= 247,344 cm3
d. Berat isi tanah sampel
Berat isi tanah basah (  
,
  ,

 1,6644 gram/cm3
Berat isi tanah kering (d) =
,
= ,

= 1,1703 gram/cm3
e. Kuat tekan tanah (qu)
Δx = L0 – L1
= 10,8 – 10,4
= 0,4 cm

εf = x 100%
,
= ,
x 100%

= 3,704%
qu =
,
= ,

= 0,295 kg/cm2
Harga maksimum tekanan aksial:
α = 700
φ = 2 (α – 450)
= 2 (700 – 450)
= 500
Cu =
,
=
55

= 0,054 kg/cm2
Modulus Elastisitas (E) =
,
= , %

= 7,970 kg/cm2
f. Contoh Pengolahan Data Tanah
1) Perubahan Panjang
ΔL2 = (Vertikal Dial x 0,01) / 1000
= 20/1000
= 0,020 cm
2) Beban
P2 = Pembacaan dial beban x Kalibrasi
= 4,5 x 0,1339
= 0,6034 kg
3) Regangan

ε2 = x 100%
,
= ,
x 100%

= 0,1852 %
4) Koreksi Luas
CF2 = 1-
,
= 1-

= 0,9981
5) Luas Terkoreksi

A’2 =
,
= ,

= 22,9947 cm2
6) Tegangan
σ2 =
,
= ,

= 0,0263 kg/cm2
56

3. Hasil Pengujian
Adapun hasil pengujian kuat tekan bebas dapat dilihat pada Tabel 3.18
sampai Tabel 3.21 berikut.

Tabel 3.18 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Tekan Bebas


No. Uraian Satuan Sampel Undisturb
1 Berat container (W1) gram 12,40
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 52,80
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 40,81
4 Berat tanah basah (W) gram 40,40
5 Berat air (Ww) gram 11,99
6 Berat tanah kering (Ws) gram 28,41
7 Kadar air (w) % 42,186

Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Tegangan Tanah Pengujian Tekan Bebas


No. Uraian Satuan Sampel Undisturb
1 Berat sampel tanah (W) gram 411,58
2 Diameter sampel tanah (D) cm 5,4
3 Tinggi awal sampel tanah (L0) cm 10,8
4 Luas sampel tanah (A) cm2 22,902
5 Volume sampel tanah (V) cm3 274,344
6 Kalibrasi Ring kg/div 0,1339
7 Kadar air (w) % 42,186
8 Berat isi tanah basah ( gram/cm3 1,6644
9 Berat isi tanah kering (d) gram/cm3 1,1703

Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Pengujian Tekan Bebas


No. Uraian Satuan Sampel Undisturb
1 Tinggi sampel awal (L0) cm 10,8
2 Tinggi sampel setelah pengujian (L1) cm 10,4
3 ∆x cm 0,4
57

Lanjutan Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Pengujian Tekan Bebas
No. Uraian Satuan Sampel Undisturb
4 ɛf 3,704
5 Kuat tekan (qu) kg/cm2 0,295
6 Cu kg/cm2 0,054
7 Modulus Elastisitas (E) kg/cm2 7,970
8 Sudut runtuh (α) (0) 70
9 Sudut geser dalam (φ) (0) 50

Tabel 3.21 Hasil Pengolahan Data Tanah Undisturb Pengujian Tekan Bebas
Beban P
Vertical faktor Luas
Dial (dial
dial x ∆L ɛ koreksi terkoreksi, Tegangan
Beban Beban x
0,01 luas, CF A'
Kalibrasi)
(mm) (div) (cm) Kg % (cm2) (kg/cm2)
0 0.0000 0.00 0.0000 0.0000 1.0000 22.9022 0.0000
20 4.5067 0.02 0.6034 0.1852 0.9981 22.9447 0.0263
40 8.1374 0.04 1.0896 0.3704 0.9963 22.9873 0.0474
60 11.1109 0.06 1.4877 0.5556 0.9944 23.0302 0.0646
80 15.2672 0.08 2.0443 0.7407 0.9926 23.0731 0.0886
100 19.2492 0.10 2.5775 0.9259 0.9907 23.1162 0.1115
140 24.6239 0.14 3.2971 1.2963 0.9870 23.2030 0.1421
180 28.7868 0.18 3.8546 1.6667 0.9833 23.2904 0.1655
220 33.2780 0.22 4.4559 2.0370 0.9796 23.3784 0.1906
260 37.8033 0.26 5.0619 2.4074 0.9759 23.4672 0.2157
300 41.6770 0.30 5.5805 2.7778 0.9722 23.5566 0.2369
340 43.6200 0.34 5.8407 3.1481 0.9685 23.6466 0.2470
380 46.4289 0.38 6.2168 3.5185 0.9648 23.7374 0.2619
420 48.7967 0.42 6.5339 3.8889 0.9611 23.8289 0.2742
460 50.5755 0.46 6.7721 4.2593 0.9574 23.9211 0.2831
500 52.0811 0.50 6.9737 4.6296 0.9537 24.0140 0.2904
540 53.1483 0.54 7.1166 5.0000 0.9500 24.1076 0.2952
580 52.9948 0.58 7.0960 5.3704 0.9463 24.2019 0.2932
620 50.5720 0.62 6.7716 5.7407 0.9426 24.2970 0.2787
660 48.6400 0.66 6.5129 6.1111 0.9389 24.3929 0.2670

4. Gambar
Adapun grafik hasil pengujian tekan bebas dapat dilihat pada Gambar 3.4
sebagai berikut.
58

UJI TEKAN BEBAS


0,000

0,000

0,000
Tegangan (kg/cm2)

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000
0,000 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
Regangan (%)

Gambar 3.4 Grafik Uji Tekan Bebas Tanah Undisturb

3.2.7 Pembahasan
Berdasarkan perhitungan diperoleh grafik hubungan antara tegangan dan
regangan pada pengujian sampel tanah undisturb. Tegangan aksial diberikan secara
kontinu pada bagian atas benda uji dan dilakukan sampai benda uji mengalami
keruntuhan atau kegagalan (failure). Berdasarkan nilai kuat tekan tanah (qu) yang
diperoleh dari hasil pengujian, maka dapat diketahui jenis tanah yang digunakan
saat pengujian. Klasifikasi konsistensi tanah lempung berdasarkan kuat tekan tanah
(qu) dapat dilihat pada Tabel 3.22 berikut.

Tabel 3.22 Klasifikasi Konsistensi Tanah Lempung Berdasarkan Nilai Kuat


Tekan Tanah (qu)
Kuat Tekan Tanah (qu)
Konsistensi
kg/cm2
Lempung keras > 4,00
Lempung sangat kaku 2,00 – 4,00
59

Lanjutan Tabel 3.22 Klasifikasi Konsistensi Tanah Lempung Berdasarkan


Nilai Kuat Tekan Tanah (qu)
Kuat Tekan Tanah (qu)
Konsistensi
kg/cm2
Lempung kaku 1,00 – 2,00
Lempung sedang 0,50 – 1,00
Lempung lunak 0,25 – 0,50
Lempung sangat lunak < 0,25

Berdasarkan tabel klasifikasi konsistensi tanah lempung di atas dan dengan


nilai qu hasil pengujian sebesar 0,295 kg/cm2, maka sampel tanah yang digunakan
pada pengujian kali ini termasuk jenis tanah lempung lunak.
3.2.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.
1. Sudut geser dalam (φ) = 500
2. Sudut runtuh (α) = 700
3. Kohesi tanah (c) = 0,054 kg/cm2
4. Kuat tekan tanah (qu) = 0,295 kg/cm2
5. Jenis tanah = Lempung lunak

3.3 Pengujian Triaksial


3.3.1. Maksud dan Tujuan
Pengujian triaksial adalah pengujian sampel tanah dengan tiga dimensi
tekanan.Pada pengujian ini disamping dapat diketahui tegangan geser (τ) juga
diperoleh tegangan normal (σ). Kegunaan dari pengujian ini adalah untuk
mendapatkan nilai cohesi (c) dan sudut geser dalam (φ) dari suatu sampel tanah,
serta sifat-sifat elastik tanah seperti; modulus tegangan-regangan (modulus
elastis,Es), modulus geser (G), dan nilai banding (angka) Poisson (μ).
3.3.2. Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut.
1. Alat triaksial
60

2. Silinder dan Mold contoh


3. Penumbuk untuk memadatkan pasir
4. Membran karet
5. Pengatur ketinggian
6. Pengatur hampa udara
7. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
8. Oven pengering
9. Cawan penguap yang besar
10. Plester (karet untuk pengikat)
11. Sendok
12. Pencatat waktu
3.3.3. Benda Uji yang Digunakan
Benda uji yang perlu disiapkan sekurang-kurangnya 3 buah.Benda uji berupa
silinder tanah dengan perbandingan antara tinggi dengan diameter 2:1 sampai 3:1.
Jika diameter benda uji < 7,10 cm, butir tanah terbesar yang diijinkan ada dalam
benda uji adalah 1/10 kali diameter benda uji, sedangkan diameter lebih besar >
7,10 cm, butir tanah terbesar yang diijinkan ada dalam benda uji adalah 16 kali
diameter benda uji.
3.3.4. Prosedur Pengujian
Adapun prosedur pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Benda Uji
a. Bila tanah yang diuji adalah tanah asli (undisturbed) dari tabung yang
sudah sesuai dengan benda uji yang diinginkan, maka mengeluarkan
contoh tanah dari tabung pengeluar contoh tanah (extruder), memasukkan
dalam tabung cetak belah. Memotong benda uji bagian atas dan bawahnya
sehingga rata dengan cetakan, menambal permukaan benda uji apabila ada
yang tidak rata.
b. Bila contoh tanah tidak asli (disturbed) ukurannya lebih besar dari pada
benda uji yang diinginkan, memotong benda uji dengan pisau atau gergaji
kawat sehingga sesuai dengan benda uji yang diinginkan.
c. Bila contoh tanah padat, batuan, maka dapat berupa:
61

1) Contoh tanah yang rusak (gagal dalam persiapan/pelaksanaan


pengujian) dapat dibentuk kembali dalam kantong plastik/karet, remas
dengan jari sampai merata seluruhnya. Hindarkan tambahnya udara
dalam pori. Kemudian membentuk kembali dan memadatkan dalam
cetakan sehingga kepadatannya sama dengan aslinya.
2) Contoh tanah padat/batuan dapat diperoleh dengan memadatkan contoh
tanah dengan kadar air dan kepadatan sesuai dengan yang diinginkan.
Pemadatan dapat dilaksanakan dengan menumbuk tanah dalam silinder
pemadatan kemudian dorong keluar dengan alat pengeluar (extruder),
kemudian dipotong atau dibubut sesuai dengan benda uji yang
diinginkan.
d. Pemadatan dapat langsung dilaksanakan pada cetakan belah.
e. Bila dikehendaki contoh tanah dalam keadaan jenuh, maka dapat
dijenuhkan sebelum pengujian. Bila demikian catat dan cantumkan pada
laporan.
f. Mengukur dengan teliti dan mencatat ukuran diameter dan tinggi dari
benda uji.
g. Menimbang benda uji untuk menghitung berat volumennya.
2. Pemasangan Benda Uji
a. Mengambil dua batu pori dan rebus batu tersebut untuk menghilangkan
gelembung udara dalam batu pori tersebut.
b. Membebaskan udara dari pipa-pipa penghubung pada pelat dasar sel
triaksial.
c. Menghubugkan plat bawah dengan dasar sel.
d. Menempatkan batu pori yang telah dibersihkan di atas plat dasar.
e. Mengambil membran karet dengan ukuran hampir sama dengan ukuran
contoh tanah.
f. Meletakan membran karet pada tabung kecil yang dilengkapi dengan
tempat penyedot udara (Ring O/tabung membuat kencang membran). Pada
umumnya tabung berdiameter ¼ inci (±6 mm), dan lebih besar dari contoh
tanah yang digunakan. Meletakkan membran karet di dalam tabung
pengencang membran, kemudian dihisap dengan pompa penghisap atau
62

dengan mulut. Hal ini membuat membran menempel dengan baik pada
bagian dalam tabung pengencang membran.
g. Memasukkan contoh tanah yang sudah diletakkan di atas pelat dasar sel
triaksial ke dalam tabung pengencang membran. Memompa penghisap
dihisap dan membran karet diluruskan pada ujung-ujung tabung untuk
tempat pada pelat atas.
h. Pelat dasar triaksial yang sudah terselubungi oleh membran diikat dengan
karet supaya air tidak masuk ke dalam sampel tanah melalui daerah ini.
i. Memasang kertas saring dan batu pori di atas sampel tanah dan pasang
pula pelat atas triaksial di dalam membran karet tersebut.
j. Gunakan juga karet untuk mengikat kuat-kuat membran karet dengan pelat
bagian atas tersebut.
k. Memasang tabung sel triaksial dan keraskan baut pengencangnya.
l. Mengatur piston beban dengan pemutar tangan sehingga hampir
menyentuh benda uji, membaca dan mencatat arloji cincin beban yang
akan mengukur gaya akibat tekanan keatas oleh air sel dalam piston, berat
piston dan gesekan, yang dipakai sebagai koreksi pada beban selanjutnya.
m. Mengisi ruang sel triaksial dengan air, dengan cara memutar regulator
pengatur tekanan sel sehingga tekanan menunjukkan 0,20 kg/cm2,
kemudian bukakran yang menghubungkan tangki air dengan sel triaksial,
sehingga air mengalir masuk memenuhi ruang sel triaksial.
n. Berikan tekanan sel (σ3) sesuai dengan tekanan yang diinginkan.
o. Mengatur arloji cincin beban sehingga arloji menunjukan nol.
p. Mengatur arloji regangan (pemendekan) benda uji pada pembacaan nol.
3. Pembacaan dan Pembebanan
a. Menjalankan mesin beban dengan kecepatan 0,5-1,0 % per menit.
Membaca dan mencatat pembacaan arloji cincin beban dan arloji
pemendekan benda uji pada kedudukann pemendekan 0,1; 0,2; 0,3; 0,4;
0,5; %, kemudian pada 1; 1,5; 2,5; 3,0 % dan setelah itu setiap tambahan
1,0 persen, selanjutnya setelah pemendekan mencapai 10 % (jika tanah
belum pecah) dapat dibaca setiap 2 persen. Lanjutkan pembacaan ini
sampai 15% (meskipun tanah sudah pecah atau jika tanah belum pecah
63

lanjutkan sampai pemendekan 20%). Pembacaan yang lebih teliti perlu


dilakukan apabila benda uji mendekati pecah.
b. Selama pembacaan selalu mengamati menometer tekanan sel dan
mengatur agar tekanan selalu dalam keadaan konstan.
c. Setelah pembebanan selesai, kemudianmenghentikan mesin pembebanan
dan mengeluarkan air dalam sel, kemudian buka sel dan mengeluarkan
benda uji.
d. Membuka membran karet dan catat atau gambar sket bentuk pecahnya
tanah.
e. Menimbang dan mencatat berat benda uji.
f. Melaksanakan pengujian kadar air pada benda uji tersebut.
g. Mengerjakan benda uji kedua dan ketiga dangan cara yang sama, dengan
menaikkan harga tekanan selnya.
3.3.5. Landasan Teori
Tegangan geser triaksial adalah salah satu metode untuk menentukan
parameter kuat geser. Sampel tanah yang digunakan terbungkus membran karet
tipis dan ditempatkan di dalam ruang silinder plastik yang diisi air. Spesimen
dikenakan tekanan keliling oleh kompresi cairan dalam ruang menyebabkan
kegagalan geser dalam spesimen dan juga menerapkan tegangan aksial melalui ram
beban vertikal (deviator stress).
Pengujian triaksial merupakan pengujian sampel tanah dengan tiga dimensi
tekanan. Pada pengujian ini disamping dapat diketahui tegangan geser (τ) juga
diperoleh tegangan normal (σ). Kegunaan dari pengujian adalah untuk
mendapatkan nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ) dari suatu sampel tanah.
Pengukuran kekuatan geser dilakukan dengan memberikan tekanan vertikal pada
sampel, dari proving ring dapat diketahui tekanan vertikal maksimum, yaitu pada
waktu terjadi failure.
Tahapan pengujian triaksial unconsolidated undrained (UU) dibagi menjadi
dua fase:
1. Fase kompresi (Unconsolidated)
Pada fase ini benda uji diberi tekanan sel Δσc secara bertahap hingga
mencapai tegangan kekangan yang diharapkan. Karena pada fase ini keran
64

ditutup, maka tegangan dari sel triaksial seluruhnya akan ditahan oleh
tegangan air pori dari tanah. Di akhir fase ini akan diperoleh nilai tegangan
yaitu tegangan total, tegangan air pori, dan tegangan efektif.
2. Fase deviatorik (Undrained)
Pada fase ini pelat di bagian atas dan bawah benda uji akan menekan benda
uji dengan tegangan aksial menghasilkan tegangan deviatorik pada benda uji.
Saat proses pemberiak tegangan aksial, akan terjadi penambahan atau
pengurangan tegangan air pori serta terjadi penambahan tegangan efektif
tanah akibat proses shearing pada fase undrained.
Beberapa aplikasi pengujian triaksial di lapangan, yaitu:
1. Penentuan konstanta batuan utuh andesit dengan pengujian triaksial
Pada uji triaksial batuan terdapat tekanan pemampatan yang mempengaruhi
tegangan aksial. Uji triaksial menggunakan beberapa contoh batuan yang
kemudian dilakukan tekanan pemampatan (σ3) yang berbeda-beda. Pada uji
triaksial yang dilakukan menggunakan metode Van Karman dengan diberi
tekanan pemampatan (σ3) dan dibebani secara aksial (σ1) sampai runtuh
sehingga dari pengujian tersebut membuktikan bahwa karakteristik massa
batuan yang berbeda-beda akan mempengaruhi nilai konstanta batuan.
2. Identifikasi karakteristik geoteknik Lereng Panti dengan uji triaksial
Penelitian ini bertujuan untuk mencari karakteristik tanah dengan melakukan
uji di lapanngan serta uji fisik di laboratorium. Pengujian kuat geser tanah
dilakukan dengan cara tanah terkonsolidasi dan tidak terdrainasi (CU).
Penelitian ini menggunakan pembebanan (σ3) tekanan sell (cell pressure)
pada dua buah benda uji, sehingga didapat dua buah lingkaran Mohr. Dari
hasil pengujian dan perhitungan, karakterisitik geoteknik Lereng Panti
menunjukkan pengklasifikasian tanah sedang ke tanah lunak.
3.3.6. Analisis Hasil Pengujian
1. Data Uji
Adapun data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.23 sampai Tabel 3.27
berikut.
65

Tabel 3.23 Data Benda Uji Triaksial


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Diameter (D) cm 3,85 3,85 3,85
2 Tinggi (L0) cm 7,7 7,7 7,7
3 Berat (W) gram 127,456 127,456 127,456
4 Kalibrasi kg/div 0,1339 0,172 0,172
Kecepatan
5 mm/menit 0,1542 0,1542 0,1542
Peralihan

Tabel 3.24 Data Pengujian Kadar Air Benda Uji Triaksial


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Berat container (W1) gram 12,70 12,80 12,90
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 53,40 53,60 53,80
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 41,29 37,60 36,75

Tabel 3.25 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan


Keliling 0,5 kg/cm2
Waktu Vertical dial Load Dial
x 0,01 Reading
(menit) (mm) (div)
0 0 0
0,5 20 49,4
1 40 71,0
1,5 60 91,4
2 80 110,7
2,5 100 128,8
3 140 146,0
3,5 180 162,2
4 220 177,2
4,5 260 191,1
5 300 203,8
5,5 340 215,3
6 380 225,6
6,5 420 226,0
7 460 227,3
7,5 500 222,9
66

Lanjutan Tabel 3.25 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan


Keliling 0,5 kg/cm2
Waktu Vertical dial Load Dial
x 0,01 Reading
(menit) (mm) (div)
8 540 219,4
8,5 580 214,6

Tabel 3.26 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan


Keliling 1 kg/cm2
Waktu Vertical dial Load Dial
x 0,01 Reading
(menit) (mm) (div)
0 0 0
0,5 20 34,8
1 40 54,5
1,5 60 73,3
2 80 91,3
2,5 100 108,3
3 140 124,9
3,5 180 140,6
4 220 155,6
4,5 260 169,7
5 300 183,0
5,5 340 195,4
6 380 207,0
6,5 420 217,7
7 460 227,5
7,5 500 228,7
8 540 230,0
8,5 580 228,3
9 620 226,6
9,5 660 224,0
67

Tabel 3.27 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan


Keliling 2 kg/cm2
Waktu Vertical dial Load Dial
x 0,01 Reading
(menit) (mm) (div)
0 0 0
0,5 20 38,6
1 40 60,6
1,5 60 81,7
2 80 102,1
2,5 100 121,6
3 140 140,7
3,5 180 159,0
4 220 176,5
4,5 260 193,3
5 300 209,3
5,5 340 224,5
6 380 238,9
6,5 420 252,5
7 460 265,2
7,5 500 277,1
8 540 288,1
8,5 580 289,7
9 620 291,4
9,5 660 290,0

2. Perhitungan
Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Luas benda uji
1) Tegangan keliling 0,5 kg/cm2
A = xπxd

= x π x 3,85

= 11,642 cm2
2) Tegangan keliling 1 kg/cm2
A = xπxd

= x π x 3,85
68

= 11,642 cm2
3) Tegangan keliling 2 kg/cm2
A = xπxd

= x π x 3,85

= 11,642 cm2
b. Volume benda uji
1) Tegangan keliling 0,5 kg/cm2
V = xπxd xt

= x π x 3,85 x 7,7

= 89,640 cm3
2) Tegangan keliling 1 kg/cm2
V = xπxd xt

= x π x 3,85 x 7,7

= 89,640 cm3
3) Tegangan keliling 1 kg/cm2
V = xπxd xt

= x π x 3,85 x 7,7

= 89,640 cm3
c. Kadar air benda uji
1) Kadar air 1
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 53,40 – 41,29
= 12,11 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 41,29 – 12,70
= 28,59 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
69

,
= ,
x 100 %

= 42,36 %
2) Kadar air 2
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 53,60 – 37,60
= 16,00 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 37,60 – 12,80
= 24,80 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %

= 64,52 %
3) Kadar air 3
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 53,80 – 36,75
= 17,05 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 36,75 – 12,90
= 23,85 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %

= 71,49 %
4) Kadar air rata-rata

Kadar air rata-rata =


, , ,
=

= 59,45 %
70

d. Tegangan dan Regangan


1) Tegangan keliling 0,5 kg/cm2 pada pembacaan dial 20 x 0,01 mm
Perubahan Panjang (ΔL) = Pembacaan dial beban x 0,001
= 20 x 0,001
= 0,020 cm
Regangan (ε) = x 100%
,
= ,
x 100%

= 0,260
Koreksi Luas (Cf) =1-
,
=1-

= 0,997
Luas terkoreksi (A’) =
,
= ,

= 11,672 cm2

Deviator Stress (Δσ) =


, ,
= ,

= 0,567 kg/cm2
2) Tegangan keliling 1 kg/cm2 pada pembacaan dial 20 x 0,01 mm
Perubahan Panjang (ΔL) = Pembacaan dial beban x 0,001
= 20 x 0,001
= 0,020 cm

Regangan (ε) = x 100%


,
= ,
x 100%

= 0,260
Koreksi Luas (Cf) =1-
,
=1-

= 0,997

Luas terkoreksi (A’) =


71

,
= ,

= 11,672 cm2

Deviator Stress (Δσ) =


, ,
= ,

= 0,513 kg/cm2
3) Tegangan keliling 2 kg/cm2 pada pembacaan dial 20 x 0,01 mm
Perubahan Panjang (ΔL) = Pembacaan dial beban x 0,001
= 20 x 0,001
= 0,020 cm
Regangan (ε) = x 100%
,
= ,
x 100%

= 0,260
Koreksi Luas (Cf) =1-
,
=1-

= 0,997
Luas terkoreksi (A’) =
,
= ,

= 11,672 cm2

Deviator Stress (Δσ) =


, ,
= ,

= 0,568 kg/cm2
e. Pembebanan
1) Tegangan keliling 0,5 kg/cm2
Tegangan keliling (σ3) = 0,5 kg/cm2
Deviator stress max (Δσ) = 2,467 kg/cm2
Normal stress (σ1) = Δσ + σ3
= 2,467 + 0,5
= 2,967 kg/cm2
72

2) Tegangan keliling 1 kg/cm2


Tegangan keliling (σ3) = 1 kg/cm2
Deviator stress max (Δσ) = 3,160 kg/cm2
Normal stress (σ1) = Δσ + σ3
= 3,610 + 1
= 4,160 kg/cm2
3) Tegangan keliling 2 kg/cm2
Tegangan keliling (σ3) = 2 kg/cm2
Deviator stress max (Δσ) = 3,958 kg/cm2
Normal stress (σ1) = Δσ + σ3
= 3,958 + 2
= 5,958 kg/cm2

f. Persamaan mencari nilai c dan φ


σ1 = σ3 m2 + 2 mc x σ1 σ1 2 = σ1σ3 m2 + 2 σ1 mc
σ1 = σ3 m2 + 2 mc x σ1 σ1 2 = σ1σ3 m2 + 2 σ1 mc
σ1 = σ3 m2 + 2 mc x σ1 σ1 2 = σ1σ3 m2 + 2 σ1 mc

Persamaan 1:
2,967 = 0,5 . m2 + 2 mc
4,160 = 1,0 . m2 + 2 mc
5,958 = 2,0 . m2 + 2 mc +
13,085 = 3,5 . m2 + 6 mc . . . (1)

Persamaan 2:
2,9672 = 2,967 . 0,5 . m2 + 2 . 2,967 . mc
4,1602 = 4,160 . 1,0 . m2 + 2 . 4,160 . mc
5,9582 = 5,958 . 2,0 . m2 + 2 . 5,958 . mc

8,804 = 1,484 . m2 + 5,934 . mc


17,306 = 4,160 . m2 + 8,320 . mc
73

35,498 = 11,916 . m2 + 11,916 . mc +


61,607 = 17,560 . m2 + 26,170 . mc . . . (2)

Substitusi dan eliminasi Persamaan 1 dan Persamaan 2


13,085 = 3,5 . m2 + 6 mc x 4,362
61,607 = 17,560 . m2 + 26,170 . mc x1

57,073 = 15,266 . m2 + 26,170 . mc


61,607 = 17,560 . m2 + 26,170 . mc -
-4,534 = -2,294 . m2 + 0
m2 = 1,977
m = 1,406
Mencari nilai φ:
m = tan (45° + ½ φ)
φ = (arc tan m - 45°) x 2
φ = (arc tan 1,406 - 45°) x 2
φ = (54,58° - 45°) x 2
φ = 19,16°

Substitusi nilai m ke Persamaan 1 untuk mencari nilai c:


13,085 = 3,5 . m2 + 6 mc
13,085 = 3,5 . 1,4062 + 6 . 1,406 . c
13,085 = 6,918 + 8,436 . c
c = 0,73 kg/cm2
3. Hasil Pengujian
Adapun hasil pengujian triaksial dapat dilihat pada Tabel 3.26 sampai Tabel
3.29 berikut.

Tabel 3.28 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Triaksial


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Berat container (W1) gram 12,70 12,80 12,90
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 53,40 53,60 53,80
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 41,29 37,60 36,75
74

Lanjutan Tabel 3.28 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Triaksial


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
4 Kadar air (w) % 42,36 64,52 71,49
5 Kadar air rata-rata % 59,45

Tabel 3.29 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling
0,5 kg/cm2
Vertical Load Luas
Area, Deviator
Waktu dial x Dial ΔL ε Terkoreksi
CF Stress
0,01 Reading (A')
(menit) (mm) (div) (cm) % (cm2) (kg/cm2)
0 0 0 0,000 0,000 1,000 11,642 0,000
0,5 20 49,4 0,020 0,260 0,997 11,672 0,567
1 40 71,0 0,040 0,519 0,995 11,702 0,813
1,5 60 91,4 0,060 0,779 0,992 11,733 1,044
2 80 110,7 0,080 1,039 0,990 11,764 1,260
2,5 100 128,8 0,100 1,299 0,987 11,795 1,462
3 140 146,0 0,140 1,818 0,982 11,857 1,649
3,5 180 162,2 0,180 2,338 0,977 11,920 1,822
4 220 177,2 0,220 2,857 0,971 11,984 1,980
4,5 260 191,1 0,260 3,377 0,966 12,048 2,123
5 300 203,8 0,300 3,896 0,961 12,114 2,253
5,5 340 215,3 0,340 4,416 0,956 12,179 2,367
6 380 225,6 0,380 4,935 0,951 12,246 2,467
6,5 420 226,0 0,420 5,455 0,945 12,313 2,458
7 460 227,3 0,460 5,974 0,940 12,381 2,458
7,5 500 222,9 0,500 6,494 0,935 12,450 2,397
8 540 219,4 0,540 7,013 0,930 12,520 2,347
8,5 580 214,6 0,580 7,532 0,925 12,590 2,283

Tabel 3.30 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan


Keliling 1 kg/cm2
Vertical Load Luas
Area, Deviator
Waktu dial x Dial ΔL ε Terkoreksi
CF Stress
0,01 Reading (A')
(menit) (mm) (div) (cm) % (cm2) (kg/cm2)
0 0 0 0,000 0,000 1,000 11,642 0,000
0,5 20 34,8 0,020 0,260 0,997 11,672 0,513
1 40 54,5 0,040 0,519 0,995 11,702 0,801
75

Lanjutan Tabel 3.30 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan
Keliling 1 kg/cm2
Vertical Load Luas
Area, Deviator
Waktu dial x Dial ΔL ε Terkoreksi
CF Stress
0,01 Reading (A')
(menit) (mm) (div) (cm) % (cm2) (kg/cm2)
1,5 60 73,3 0,060 0,779 0,992 11,733 1,074
2 80 91,3 0,080 1,039 0,990 11,764 1,334
2,5 100 108,3 0,100 1,299 0,987 11,795 1,580
3 140 124,9 0,140 1,818 0,982 11,857 1,812
3,5 180 140,6 0,180 2,338 0,977 11,920 2,029
4 220 155,6 0,220 2,857 0,971 11,984 2,233
4,5 260 169,7 0,260 3,377 0,966 12,048 2,423
5 300 183,0 0,300 3,896 0,961 12,114 2,598
5,5 340 195,4 0,340 4,416 0,956 12,179 2,760
6 380 207,0 0,380 4,935 0,951 12,246 2,907
6,5 420 217,7 0,420 5,455 0,945 12,313 3,041
7 460 227,5 0,460 5,974 0,940 12,381 3,160
7,5 500 228,7 0,500 6,494 0,935 12,450 3,160
8 540 230,0 0,540 7,013 0,930 12,520 3,160
8,5 580 228,3 0,580 7,532 0,925 12,590 3,119
9 620 226,6 0,620 8,052 0,919 12,661 3,079
9,5 660 224,0 0,660 8,571 0,914 12,733 3,025

Tabel 3.31 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan


Keliling 2 kg/cm2
Vertical Load Luas
Area, Deviator
Waktu dial x Dial ΔL ε Terkoreksi
CF Stress
0,01 Reading (A')
(menit) (mm) (div) (cm) % (cm2) (kg/cm2)
0 0 0 0,000 0,000 1,000 11,642 0,000
0,5 20 38,6 0,020 0,260 0,997 11,672 0,568
1 40 60,6 0,040 0,519 0,995 11,702 0,890
1,5 60 81,7 0,060 0,779 0,992 11,733 1,198
2 80 102,1 0,080 1,039 0,990 11,764 1,493
2,5 100 121,6 0,100 1,299 0,987 11,795 1,774
3 140 140,7 0,140 1,818 0,982 11,857 2,041
3,5 180 159,0 0,180 2,338 0,977 11,920 2,294
4 220 176,5 0,220 2,857 0,971 11,984 2,534
4,5 260 193,3 0,260 3,377 0,966 12,048 2,760
76

Lanjutan Tabel 3.31 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan
Keliling 2 kg/cm2
Vertical Load Luas
Area, Deviator
Waktu dial x Dial ΔL ε Terkoreksi
CF Stress
0,01 Reading (A')
(menit) (mm) (div) (cm) % (cm2) (kg/cm2)
5 300 209,3 0,300 3,896 0,961 12,114 2,972
5,5 340 224,5 0,340 4,416 0,956 12,179 3,171
6 380 238,9 0,380 4,935 0,951 12,246 3,355
6,5 420 252,5 0,420 5,455 0,945 12,313 3,527
7 460 265,2 0,460 5,974 0,940 12,381 3,684
7,5 500 277,1 0,500 6,494 0,935 12,450 3,828
8 540 288,1 0,540 7,013 0,930 12,520 3,958
8,5 580 289,7 0,580 7,532 0,925 12,590 3,958
9 620 291,4 0,620 8,052 0,919 12,661 3,958
9,5 660 290,0 0,660 8,571 0,914 12,733 3,917

4. Gambar
Berdasarkan perhitungan di atas sehingga diperoleh grafik seperti pada
Gambar 3.5 dan Gambar 3.6 berikut.

Regangan - Tegangan Deviator


0,005

0,004
Tegangan Deviator (kg/cm2)

0,004

0,003

0,003

0,002

0,002

0,001
Teg. Keliling 0,5 kg/cm2
0,001 Teg. Keliling 1 kg/cm2
Teg. Keliling 2 kg/cm2
0,000
0,000 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007 0,008 0,009
Regangan (%)

Gambar 3.5 Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan Deviator


77

Lingkaran Mohr
3.50

3.00

2.50
φ = 19,29°
(σ1-σ3)/2

2.00

1.50

1.00

0.50
c = 0,74
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
(σ1+σ3)/2

Grafik 3.6 Grafik Lingkaran Mohr

Berdasarkan Gambar 3.6 diperoleh nilai sudut geser dalam (φ) sebesar 19,29°
dan kohesi (c) sebesar 0,74 kg/cm2.
3.3.7. Pembahasan
Pengujian triaksial yang dilakukan adalah dalam kondisi unconsolidated
undrained, yaitu drainase dari spesimen tanah tidak diizinkan selama penerapan
tekanan ruang. Baik pada fase kompresi (unconsolidated) maupun pada fase
deviatorik (undrained), keran ditutup, artinya tidak ada air yang keluar dari sampel
benda uji, sehingga benda uji tidak mengalami perubahan volume sama sekali.
Berdasarkan hasil pengujian, analisis perhitungan, dan analisis grafik
lingkaran mohr diperoleh nilai sudut geser dalam (φ) sebesar 19,29° dan kohesi (c)
sebesar 0,74 kg/cm2. Selanjutnya dapat ditentukan jenis tanah yang digunakan saat
pengujian menggunakan tabel klasifikasi jenis tanah berdasarkan nilai kohesinya
seperti pada Tabel 3.29 berikut.

Tabel 3.32 Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Kohesi


Jenis Tanah Kohesi (c) (kg/cm2)
Lempung keras > 4,0
Lempung sangat kaku 2,0 – 4,0
Lempung kaku 1,0 – 2,0
78

Lanjutan Tabel 3.32 Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Kohesi


Jenis Tanah Kohesi (c) (kg/cm2)
Lempung sedang 0,5 – 1,0
Lempung lunak 0,25 – 0,5
Lempung sangat lunak < 0,25

3.3.8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian, analisis perhitungan, dan analisis grafik diperoleh nilai
sudut geser dalam (φ) sebesar 19,29° dan kohesi (c) sebesar 0,74 kg/cm2. Dari nilai
kohesi (c) tersebut diketahui jenis tanah yang digunakan saat pengujian adalah
tanah lempung sedang, yaitu dengan nilai kohesi antara 0,5 sampai 1,0.
BAB IV
PENGUJIAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN

4.1 Maksud dan Tujuan


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan nilai koefisien konsolidasi (Cv),
serta sifat pemampatan tanah atau indeks kompresi (Cc) suatu jenis tanah, yaitu
sifat-sifat perubahan volume dan proses keluarnya air dari dalam tanah yang di
akibatkan adanya perubahan tekanan vertikal pada tanah tersebut.

4.2 Alat yang Digunakan


Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Satu set alat konsolidasi (Rapidmeter/Oedometer) yang terdiri dari alat
pembebanan dan sel konsolidasi.
2. Arloji pengukur dengan ketelitian 0,01 mm dan panjang gerak minimal 1 cm.
3. Beban-beban Normal.
4. Alat pengeluar contoh tanah (Extruder).
5. Pemotong yang terdiri dari pisau tipis dan tajam serat pisau kawat.
6. Pemegang cincin contoh.
7. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
8. Satu set alat uji kadar air.
9. Stopwatch.

4.3 Benda Uji yang Digunakan


Bahan yang digunakan dapat berupa tanah lempung contoh tanah dapat
berupa tanah yang tidak terganggu terganggu, termasuk tanah yang dipadatkan.

4.4 Prosedur Pengujian


Adapun prosedur pengujian konsolidasi adalah sebagai berikut.
1. Persiapan benda uji
a. Membersihkan dan mengeringkan cincin cetak atau bagian dari sel
konsolidasi, setelah itu menimbangnya dengan timbangan ketelitian 0,01

79
80

gram. Apabila tanah cukup lunak, memasukkan tanah dalam cincin cetak
dengan menekan cincin kedalam tanah yang telah didorong keluar dari
tabung contoh tanah secukupnya, memotong tanah rata bagian atas dan
bagian cincin cetak.
b. Cincin cetak dapat sekaligus merupakan tempat benda uji dalam sel
konsolidasi lalu menimbangnya.
c. Apabila contoh tanah agak keras, dapat memotong contoh tanah dan
dibubut sehingga ukuran sesuai dengan cincin tempat benda uji.
Memasukkan tanah dalam cincin konsolidasi dan memotong permukaan
sehingga rata dengan cincin bagian atas dan bawahnya, lalu ditimbang.
d. Permukaan benda uji harus rata, bila belum dapat ditambal permukaannya
baik bagian atas maupun bagian bawah sehingga rata.
e. Pelaksanaan tersebut dilaksanakan secara hati-hati dan di kerjakan dengan
cepat sehingga kadar air tanah tidak berkurang karena penguapandan
hindarkan gangguan sehingga dapat terjadi perubahan kepadatan tanah
(berat volume tanah).
2. Persiapan alat dan penempatan benda uji sel konsolidasi
a. Memeriksa alat-alat dalam keadaan bersih dan bekerja dengan baik.
b. Juga memeriksa bahwa lengan beban telah seimbang, juga keadaan batu
pori dalam keadaan bersih dan tidak tersumbat.
c. Untuk memudahkan pemasangan dan menjamin rapat air, mengolesi ring
konsolidasi tipis dengan pelumas karet seal.
d. Menempatkan batu pori pada bagian atas dan bawah cincin, sehingga
benda uji yang sudah dilapisi kertas saring terapit oleh dua buah batu pori
lalu dimasukkan kedalam sel konsolidasi.
e. Meletakkan sel konsolidasi yang sudah berisi benda uji pada alat
konsolidasi, sehingga bagian yang runcing dari lengan beban
penumpu/penyentuh tepat pada alat perata pembebanan pada sel
konsolidasi.
f. Mengatur kedudukan arloji kemudian dibaca dan dicatat.
81

g. Menyentuhkan pengunci beban pada lengan beban kemudian dipasang


pembebanan pertama sebesar 0,25 kg/cm2. Beban ini belum bekerja karena
masih tertahan pengunci lengan beban.
h. Mengisi sel konsolidasi dengan air sehingga sampel terendam.
i. Selama pengujian sel konsolidasi harus tetap penuh dengan air.
j. Pada beberapa macam tanah tertentu, ada kemungkinan pembebanan
pertama mengelami pengembangan (swelling) setelah konsolidasi diisi
dengan air, bila hal ini terjadi maka segera pasang beban kedua, dan
lakukan lagi pembacaan seperti di atas.
3. Pembebanan dan pembacaan penurunan
a. Melepas pengunci lengan beban sehingga tekanan pada benda uji
sebesar 0,25 kg/cm2,mulai bekerja dan pada saat itu menghidupkan
stopwatch kemudian arloji dibaca pada saat 6 detik, 12 detik, 18 detik,
30 detik, 1 menit, 2 menit, 4 menit, 9 menit, 16 menit, 25 menit, 36
menit, 49 menit, 1 jam 21 menit, 2 jam 40 menit, 3 jam 45 menit,
beban dibiarkan bekerja sampai pembacaan arloji tetap, biasanya
cukup sampai 24 jam. Menjaga agar selama pengujian, benda uji
selalu terendam air, dengan muka air kirakira sama tinggi dengan
permukaan atas benda uji.
b. Setelah pembacaan menunjukkan angka yang tetap atau setelah 24
jam, mencatat pembacaan arloji yang terakhir. Kemudian memasang
beban yang kedua sebesar dua kali beban sebelumnya, sehingga
tekanan menjadi dua kalinya. Membaca arloji sesuai dengan waktu
diatas.
c. Untuk beban-beban selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama.
Beban tersebut harus menimbulkan tekanan normal terhadap benda
uji masingmasing sebesar 0,25 ; 0,50 ; 1 ; 2 ; 4 dan 8 kg/cm2.
d. Besarnya beban maksimum ini sebetulnya tergantung pada
kebutuhan, yakni sesuai dengan beban yang bekerja terhadap lapisan
tanah tersebut.
82

e. Setelah pembacaan maksimum dan sudah menunjukkan pembacaan


tetap mengurangi pembebanan dalam dua langkah yaitu menjadi 2
kg/cm2, dan 0,5 kg/cm2 (beban rebound).
f. Pada waktu mengurangi beban, setiap pembebanan harus dibiarkan
bekerja sekurang-kurangnya selama 5 jam, kemudian mencatat
pengembangannya.
g. Segera setelah pembacaan terakhir dicatat, mengeluarkan cincin dan
benda uji dari sel konsolidasi lalu dikeringkan.
h. Mengeluarkan benda uji dari cincin kemudian melakukan pengujian
kadar air, dan menghitung berat keringnya serta tinggi sampel kering.

4.5 Landasan Teori


Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan-lahan
pada tanahjenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian
air pori. Dengankata lain, pengertian konsolidasi adalah proses terperasnya air
tanah akibat bekerjanya beban,yang terjadi sebagai fungsi waktu karena
kecilnya permeabilitas tanah. Proses iniberlangsung terus sampai kelebihan
tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangantotal telah benar-benar
hilang. Konsolidasi terjadi apabila memenuhi syarat – syarat tertentu, yaitu tanah
dalam keadaan jenuh air, adanya beban di atasnya, dan adanya air yang mengalir.
Pada umumnya konsolidasi terjadi dalam satu arah saja atau disebut juga one
dimensional consolidation. Pergerakan arah horizontal dabat diabaikan, karena
tertahan oleh lapisan tanah yang berada di sekelilingnya. Parameter-parameter
konsolidasi suatu tanah yaitu Koefisien Kompresi (Cc) dan Koefisien Konsolidasi
(Cv).
Koefisien kompresi (Cc) berhubungan dengan berapa besarnya penurunan
yang terjadi. Nilai koefisien kompresi (Cc) adalah kemiringan garis penurunan dari
garis konsolidasi tanah teoritis atau sama dengan garis konsolidasi tanah asli. Garis
konsolidasi lebih landai dari garis konsolidasi di lapangan, karena dipengaruhi oleh
ketidaksempurnaan keasliannya misalnya kurang baiknya pengambilan sampel.
Koefisien konsolidasi (Cv) adalah parameter yang menghubungkan
perubahan tekanan air pori terhadap waktu. Koefisien konsolidasi berhubungan
83

dengan berapa lama suatu konsolidasi tanah tertentu akan terjadi. Selain itu
kecepatan konsolidasi dipengaruhi oleh tebal tanah kompresibel serta kondisi
drainase di atas dan di bawah lapisan tanah kompresibel.
Beberapa aplikasi pengujian konsolidasi di lapangan yaitu:
1. Laju pemampatan tanah gambut melallui pengujian konsolidasi primer
Penelitian ini dilakukan melalui pengujian konsolidasi primer dari tanah
sangat lunak (tanah gambut) dengan beberapa kombinasi pembebanan
(loading dan unloading). Pengujian konsolidasi primer di sini menggunakan
oedometer dan dalam perhitungannya menggunakan metode akar waktu
untuk menentukan koefisien kompresi tanah gambut dan koefisien
konsolidasi.
2. Analisis konsolidasi tanah di bawah bendungan dengan menggunakan
metode akar waktu dan metode hyperbola
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar penurunan yang akan
terjadi pada konstruksi Bendungan Kuwil. Penelitian ini dilakukan dengan
pemeriksaan parameter dan pengujian konsolidasi. Sampel tanah diambil
pada proyek Bendungan Kuwil. Pengujian konsolidasi dilakukan dengan
menggunakan alat oedometer berdasarkan ASTM D 2435-90 (tanah tak
terganggu). Pengujian dilakukan untuk mengetahui kecepatan konsolidasi
dan besarnya penurunan tanah dengan memberikan beban (1, 2, 4, 8, 16, dan
32 kg/cm2). Penelitian dilakukan dengan pemeriksaan parameter konsolidasi
yang dimana untuk nilai Cv akan dibandingkan hasilnya antara perhitungan
dengan Metode Akar Waktu dengan perhitungan Metode Hyperbola.

4.6 Analisis Hasil Pengujian


1. Data Uji
Adapun data pengujian konsolidasi dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2,
dan Tabel 4.3 sebagai berikut.
84

Tabel 4.1 Data Uji Kadar Air Sebelum Pengujian Konsolidasi


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
1 Berat container (W1) gram 35,25 35,25
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 100,60 100,10
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 81,21 79,97

Tabel 4.2 Data Uji Kadar Air Setelah Pengujian Konsolidasi


No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2
1 Berat container (W1) gram 35,25 35,25
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 99,22 98,70
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 81,21 80,84

Tabel 4.3 Data Sampel Tanah Pengujian Konsolidasi


Sebelum Setelah
No. Uraian Satuan
Pengujian Pengujian
1 Berat jenis tanah (Gs) 2,444 2,444
2 Berat ring (W) gram 35,25 35,25
3 Diameter (D) cm 5,00 5,00
4 Tinggi (H0) cm 2,00 2,00
5 Berat ring + tanah basah (W2) gram 100,60 99,22

Tabel 4.4 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 0,5 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
0,00 0,000
0,09 0,036
0,11 0,038
0,26 0,048
0,49 0,058
1,00 0,073
1,96 0,086
85

Lanjutan Tabel 4.4 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 0,5 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
4,00 0,100
6,81 0,112
16,56 0,129
25,00 0,134
36,00 0,139
49,00 0,144
81,00 0,151
144,00 0,157
225,00 0,160
1440,00 0,167

Tabel 4.5 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 1 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
0,00 0,176
0,09 0,275
0,11 0,278
0,26 0,305
0,49 0,321
1,00 0,345
1,96 0,379
4,00 0,420
6,81 0,461
16,56 0,514
25,00 0,541
36,00 0,555
49,00 0,571
81,00 0,589
86

Lanjutan Tabel 4.5 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 1 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
144,00 0,607
225,00 0,615
1440,00 0,626

Tabel 4.6 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 2 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
0,00 0,626
0,09 0,890
0,11 0,900
0,26 0,922
0,49 0,933
1,00 0,952
1,96 0,975
4,00 1,013
6,81 1,047
16,56 1,111
25,00 1,139
36,00 1,163
49,00 1,185
81,00 1,206
144,00 1,221
225,00 1,231
1440,00 1,239
87

Tabel 4.7 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 4 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
0,00 1,239
0,09 1,687
0,11 1,689
0,26 1,746
0,49 1,794
1,00 1,868
1,96 1,962
4,00 2,052
6,81 2,143
16,56 2,304
25,00 2,393
36,00 2,455
49,00 2,494
81,00 2,548
144,00 2,585
225,00 2,616
1440,00 2,647

Tabel 4.8 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 8 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
0,00 2,647
0,09 2,978
0,11 2,980
0,26 3,019
0,49 3,090
1,00 3,161
1,96 3,245
88

Lanjutan Tabel 4.8 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 8 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
4,00 3,342
6,81 3,426
16,56 3,627
25,00 3,703
36,00 3,810
49,00 3,917
81,00 4,058
144,00 4,126
225,00 4,156
1440,00 4,275

Tabel 4.9 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 16 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
0,00 4,275
0,09 4,350
0,11 4,357
0,26 4,396
0,49 4,476
1,00 4,585
1,96 4,721
4,00 4,840
6,81 4,979
16,56 5,222
25,00 5,344
36,00 5,484
49,00 5,603
81,00 5,789
89

Lanjutan Tabel 4.9 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 16 kg/cm2


Waktu (t) Penurunan
(menit) (mm)
144,00 5,947
225,00 6,048
1440,00 6,180

Tabel 4.10 Data Rebound Pengujian Konsolidasi


Waktu (t) Penurunan (mm)
(menit) Beban 4 kg/cm2 Beban 1 kg/cm2
1440,00 4,51 2,55

2. Perhitungan
Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Kadar air sebelum pengujian
1) Kadar air 1
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 100,60 – 81,21
= 19,39 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 81,21 – 35,25
= 45,96 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %

= 42,19 %
2) Kadar air 2
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 100,10 – 79,97
90

= 20,13 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 79,97 – 32,25
= 47,72 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %

= 42,20 %

3) Kadar air rata-rata (w) =


, ,
=

= 42,19 %
b. Kadar air sesudah pengujian
1) Kadar air 1
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 99,22 – 81,21
= 18,01gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 81,21 – 35,25
= 45,96 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %

= 39,19 %
2) Kadar air 2
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 98,70 – 80,84
= 17,86 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
91

container)
= 80,84 – 35,25
= 45,59 gram
Kadar Air = x 100 %
,
= ,
x 100 %

= 39,19 %

3) Kadar air rata-rata (w) =


, ,
=

= 39,19 %
c. Luas Ring
A = 𝑥𝜋𝑥𝐷

= 𝑥𝜋𝑥5

= 19,635 cm2
d. Volume (V0)
V0 = A x H0
= 19,63 x 2,00
= 39,270 cm3
e. Berat Volume Tanah Basah (γ)
γ =
, ,
= ,

= 1,664 kg/cm3
f. Berat Volume Tanah Kering (γd)
,
γd = ,
,
= ,

= 1,170 kg/cm3
g. Tinggi Efektif Contoh Tanah (Hs)

Hs =
, ,
= , ,
92

= 0,958 cm
h. Angka Pori (e)

e = -1
. ,
= ,
-1

= 2,475
i. Derajat Kejenuhan (Sr)

Sr =
, ,
= ,

= 0,424
j. Nilai t90 dengan grafik Penurunan (s) vs √t dapat dilihat pada Gambar 4.1
sampai Gambar 4.6 sebagai berikut.
1) Beban 0,5 kg/cm2

t90 beban 0,5 kg/cm2


0.000
0.020
0.040
Penurunan (mm)

0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
0.180
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00
√t (menit)

Gambar 4.1 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 0,5 kg/cm2

Langkah menentukan nilai t90:


a) Buat grafik penurunan terhadap waktu untuk setiap pembebanan
(dengan skala biasa). Sebagian grafik ini merupakan garis lurus, jika
diteruskan (diperpanjang) akan memotong sumbu y pada titik O.
Titik ini merupakan titik 0 (nol) yang sebenarnya. Kemudian bila
93

dilanjutkan akan memotong sumbu x yang berjarak a dari


perpotongan salib sumbu (A).
b) Buat garis OB, titik B terdapat pada sumbu x dengan jarak 1,15a dari
titik A.
c) Tititk potong garis OB dengan garis lengkung pada grafik penurunan
adalah √t90. Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
konsolidasi 90%.
Nilai yang didapat dari Gambar 4.1 sebesar:
√t90 = 2,25 menit
t90 = 2,252 menit
= 5,06 menit
= 5,06 x 60 detik
= 303,75 detik
2) Beban 1 kg/cm2

t90 beban 1 kg/cm2


0.200
0.250
0.300
Penurunan (mm)

0.350
0.400
0.450
0.500
0.550
0.600
0.650
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00
√t (menit)

Gambar 4.2 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 1 kg/cm2

Nilai yang didapat dari Gambar 4.2 sebesar:


√t90 = 2,65 menit
t90 = 2,652 menit
= 7,02 menit
= 7,02 x 60 detik
= 421,35 detik
94

3) Beban 2 kg/cm2

t90 beban 2 kg/cm2


0.800
0.850
0.900
0.950
Penurunan (mm)
1.000
1.050
1.100
1.150
1.200
1.250
1.300
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00
√t (menit)

Gambar 4.3 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 2 kg/cm2

Nilai yang didapat dari Gambar 4.2 sebesar:


√t90 = 3,35 menit
t90 = 3,352 menit
= 11,22 menit
= 11,22 x 60 detik
= 673,35 detik

4) Beban 4 kg/cm2

t90 beban 4 kg/cm2


1.400
1.600
1.800
Penurunan (mm)

2.000
2.200
2.400
2.600
2.800
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000
√t (menit)

Gambar 4.4 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 4 kg/cm2


95

Nilai yang didapat dari Gambar 4.2 sebesar:


√t90 = 3,3 menit
t90 = 3,32 menit
= 10,89 menit
= 10,89 x 60 detik
= 653,40 detik
5) Beban 8 kg/cm2

t90 beban 8 kg/cm2


2.800
3.000
3.200
Penurunan (mm)

3.400
3.600
3.800
4.000
4.200
4.400
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000
√t (menit)

Gambar 4.5 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 8 kg/cm2

Nilai yang didapat dari Gambar 4.2 sebesar:


√t90 = 4,3 menit
t90 = 4,32 menit
= 18,49 menit
= 18,49 x 60 detik
= 1109,40 detik
96

6) Beban 16 kg/cm2

t90 beban 16 kg/cm2


4.000

4.500
Penurunan (mm)
5.000

5.500

6.000

6.500
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000
√t (menit)

Gambar 4.6 Grafik Penurunan (s) vs √t pada Beban 16 kg/cm2

Nilai yang didapat dari Gambar 4.2 sebesar:


√t90 = 4,9 menit
t90 = 4,92 menit
= 24,01 menit
= 24,01 x 60 detik
= 1440,60 detik
k. Nilai t50 dengan grafik Penurunan (s) vs Log t dapat dilihat pada Gambar
4.7 sampai Gambar 4.12 sebagai berikut.
97

1) Beban 0,5 kg/cm2

t50 beban 0,5 kg/cm2


0.000
0.020
0.040
0.060
Penurunan (mm)

0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
0.180
0.200
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)

Gambar 4.7 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 0,5 kg/cm2

Langkah menentukan nilai t50:


a) Menggambar grafik penurunan waktu terhadap log waktu dari setiap
pembebanan (skala semi log).
b) Dua bagian tengah dan akhir dari grafik diteruskan hingga
berpotoongan pada suatu titik, R100 (100% konsolidasi).
c) Menentukan titik koreksi R0 yang terletak di atas rata-rata dari dua
pembacaan 0,2 menit dan 0,3 menit ddengan jarak yang sama dengan
jarak vertikal titik tersebut, dengan titik pada grafik yang waktunya
4 kali dari R0,1 dan R0,2.
d) R50 adalah rata-rata dari R0 dan R100
Nilai yang didapat dari Gambar 4.7 sebesar:
t50 = 3 menit
= 3 x 60 detik
= 180 detik
98

2) Beban 1 kg/cm2

t50 beban 1 kg/cm2


0.200
0.250
0.300
Penurunan (mm)

0.350
0.400
0.450
0.500
0.550
0.600
0.650
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)

Gambar 4.8 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 1 kg/cm2

Nilai yang didapat dari Gambar 4.8 sebesar:


t50 = 4,7 menit
= 4,7 x 60 detik
= 282 detik
3) Beban 2 kg/cm2

t50 beban 2 kg/cm2


0.800
0.850
0.900
0.950
Penurunan (mm)

1.000
1.050
1.100
1.150
1.200
1.250
1.300
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)

Gambar 4.9 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 2 kg/cm2


99

Nilai yang didapat dari Gambar 4.9 sebesar:


t50 = 7,3 menit
= 7,3 x 60 detik
= 438 detik
4) Beban 4 kg/cm2

t50 beban 4 kg/cm2


1.400

1.600

1.800
Penurunan (mm)

2.000

2.200

2.400

2.600

2.800
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)

Gambar 4.10 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 4 kg/cm2

Nilai yang didapat dari Gambar 4.10 sebesar:


t50 = 6,6 menit
= 6,6 x 60 detik
= 396 detik
100

5) Beban 8 kg/cm2

t50 beban 8 kg/cm2


2.800
3.000
Penurunan (mm) 3.200
3.400
3.600
3.800
4.000
4.200
4.400
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)

Gambar 4.11 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 8 kg/cm2

Nilai yang didapat dari Gambar 4.11 sebesar:


t50 = 10,8 menit
= 10,8 x 60 detik
= 648 detik
6) Beban 16 kg/cm2

t50 beban 16 kg/cm2


4.000
4.300
4.600
Penurunan (mm)

4.900
5.200
5.500
5.800
6.100
6.400
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)

Gambar 4.12 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 16 kg/cm2


101

Nilai yang didapat dari Gambar 4.12 sebesar:


t50 = 14,2 menit
= 14,2 x 60 detik
= 852 detik
l. Perhitungan Beban

Beban =

1) Beban 1 = 0
,
2) Beban 2 = ,
= 0,25 kg/cm2

3) Beban 3 = ,
= 0,51 kg/cm2

4) Beban 4 = ,
= 1,02 kg/cm2

5) Beban 5 = ,
= 2,04 kg/cm2

6) Beban 6 = ,
= 4,07 kg/cm2

7) Beban 7 = ,
= 8,15 kg/cm2

m. Perubahan Tebal (ΔH)

ΔH =

1) ΔH =0
2) Antara beban 0 kg/cm2 dan 0,25 kg/cm2
,
ΔH =

= 0,0176 cm
3) Antara beban 0,25 kg/cm2 dan 0,51 kg/cm2
, ,
ΔH =

= 0,0450 cm
4) Antara beban 0,51 kg/cm2 dan 1,02 kg/cm2
, ,
ΔH =

= 0,0613 cm
5) Antara beban 1,02 kg/cm2 dan 2,04 kg/cm2
, ,
ΔH =

= 0,1408 cm
102

6) Antara beban 2,04 kg/cm2 dan 4,07 kg/cm2


, ,
ΔH =

= 0,1628 cm
7) Antara beban 4,07 kg/cm2 dan 8,15 kg/cm2
, ,
ΔH =

= 0,1935 cm
n. Perubahan angka pori (∆e)

∆e =

1) ∆e =0
∆ ,
2) ∆e2 = = ,
= 0,0184
∆ ,
3) ∆e3 = = ,
= 0,0470
∆ ,
4) ∆e4 = = ,
= 0,0640
∆ ,
5) ∆e5 = = ,
= 0,1470
∆ ,
6) ∆e6 = = ,
= 0,1700
∆ ,
7) ∆e7 = = ,
= 0,2020

o. Angka Pori (e)


e = e1 - ∆e
1) e1 = 2,475 – 0 = 2,475
2) e2 = 2,475 – 0,0184 = 2,457
3) e3 = 2,457 – 0,0470 = 2,410
4) e4 = 2,410 – 0,0640 = 2,346
5) e5 = 2,346 – 0,1470 = 2,199
6) e6 = 2,199 – 0,1700 = 2,029
7) e7 = 2,029 – 0,2020 = 1,827
p. Koefisien Kompresi (Cc)

Cc =

1) Cc1 = 0
,
2) Cc2 = , = 0,061
,
103

,
3) Cc3 = , = 0,156
,

,
4) Cc4 = , = 0,213
,

,
5) Cc5 = , = 0,488
,

,
6) Cc6 = , = 0,565
.

q. Tebal Akhir (H)


H = H0 - ∆H
1) H1 = 2,00 – 0 = 2,000 cm
2) H2 = 2,00 – 0,0176 = 1,982 cm
3) H3 = 2,00 – 0,0450 = 1,955 cm
4) H4 = 2,00 – 0,0613 = 1,939 cm
5) H5 = 2,00 – 0,1408 = 1,859 cm
6) H6 = 2,00 – 0,1628 = 1,837 cm
7) H7 = 2,00 – 0,1935 = 1,807 cm
r. Tebal Rata-Rata (d)
d=

1) d1 = = 2 cm
,
2) d2 = = 1,991 cm
, ,
3) d3 = = 1,969 cm
, ,
4) d4 = = 1,947 cm
, ,
5) d5 = = 1,899 cm
, ,
6) d6 = = 1,848 cm
, ,
7) d7 = = 1,822 cm
, ,
8) d8 = = 1,988 cm
, ,
9) d9 = = 2,183 cm

s. Koefisien Konsolidasi untuk t90 (Cv)


, .
Cv =
104

, .
1) Cv1 = = 0 cm²/detik
,
, .
2) Cv2 = ,
= 0,002767 cm²/detik
,
, .
3) Cv3 = ,
= 0,001950 cm²/detik
,
, .
4) Cv4 = ,
= 0,001193 cm²/detik
,
, .
5) Cv5 = ,
= 0,001170 cm²/detik
,
, .
6) Cv6 = ,
= 0,000653 cm²/detik
,
, .
7) Cv7 = ,
= 0,000488 cm²/detik

t. Koefisien Konsolidasi untuk t50 (Cv)


, .
Cv =

, .
1) Cv1 = = 0 cm²/detik
,
, .
2) Cv2 = = 0,001085 cm²/detik
,
, .
3) Cv3 = = 0,000677 cm²/detik
,
, .
4) Cv4 = = 0,000426 cm²/detik
,
, .
5) Cv5 = = 0,000448 cm²/detik
,
, .
6) Cv6 = = 0,000260 cm²/detik
,
, .
7) Cv7 = = 0,000192 cm²/detik

u. Koefisien Komprebilitas (av)


, .
av = , . ( )

1) av1 =0
, . ,
2) av2 = , . ( , )
= 0,208
105

, . ,
3) av3 = , . ( , , )
= 0,178
, . ,
4) av4 = , . ( , , )
= 0,121
, . ,
5) av5 = , . ( , , )
= 0,139
, . ,
6) av6 = , . ( , , )
= 0,080
, . ,
7) av7 = , . ( , , )
= -0,024

v. Koefisien Komprebilitas Volume (mv)


mv =

1) mv1 = ,
=0
,
2) mv2 = ,
= 0,060
,
3) mv3 = ,
= 0,051
,
4) mv4 = ,
= 0,035
,
5) mv5 = ,
= 0,040
,
6) mv6 = ,
= 0,023
,
7) mv7 = ,
= -0,007

3. Hasil Pengujian
Hasil pengujian konsolidasi dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12
sebagai berikut.

Tabel 4.11 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Konsolidasi


Sebelum Sesudah
No. Kadar Air
Pengujian Pengujian
1 Berat Container (cup), gr 35,25 32,25 35,25 35,25
2 Berat Cup + Tanah Basah, gr 100,60 100,10 99,22 98,70
3 Berat Cup + Tanah Kering, gr 81,21 79,97 81,21 80,84
4 Kadar Air % 42,19 42,20 39,19 39,19
5 Kadar Air rata-rata % 42,19 39,19
106

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Sampel Tanah Pengujian Konsolidasi


No. Uraian Satuan Hasil
1 Berat Jenis Tanah 2,444
2 Berat Ring gram 35,250
3 Diameter cm 5,000
4 Luas Ring cm2 19,635
5 Tinggi (Ho) cm 2,000
6 Volume (Vo) cm3 39,270
7 Berat Ring + Tanah Basah gram 100,595
8 Berat Volume Tanah Basah gr/cm3 1,664
9 Berat Volume Tanah Kering gr/cm3 1,170
10 Tinggi Efektif Contoh Tanah (Hs) cm 0,958
11 Angka Pori (e) 2,475
12 Derajat Kejenuhan (Sr) 0,424

a. Nilai Pc dari grafik e vs Log P


Grafik hubungan antara e dengan Log P dapat dilihat pada Gambar 4.13
berikut.

Grafik Pc
0,003

0,003

0,002

0,002
e

0,002

0,002

0,002
0.100 1.000 10.000
log p

Gambar 4.13 Grafik e vs log P untuk Menentukan Nilai Pc


107

Untuk menentukan nilai Pc adalah sebagai berikut:


1) Membuat garis singgung terhadap kurva dengan sudut terkecil.
2) Membuat garis horizontal terhadap titik singgung.
3) Membuat garis bagi antara garis singgung dengan garis horizontal.
4) Memperpanjang kurva linier yang memotong garis bagi.
5) Gambar garis vertikal yang melalui titik perpotongan antara garis bagi
dengan garis singgung. Perpotongan garis horizontal terhadap sumbu x
merupakan nilai Pc.
Berdasarkan Gambar 4.13 diperoleh nilai Pc sebesar 1,35 kg/cm2
b. Nilai Koefisien Kompresi (Cc)
Grafik hubungan antara nilai e dengan Log P untuk mencari nilai Cc dapat
dilihat pada Gambar 4.14 sebagai berikut.

Grafik Cc
0,003

0,003

0,002

0,002
e

0,002

0,002

0,002
0.100 1.000 10.000
log p

Gambar 4.14 Grafik e vs log untuk Menentukan Nilai Cc

Berdasarkan Gambar 4.14 didapat nilai:


P1 = 2,04 kg/cm2
P2 = 4,07 kg/cm2
e1 = 2,199
e2 = 2,029
108

Sehingga koefisien kompresi (Cc) dapat dihitung dengan:


, ,
Cc = = , = 0,565
( ) ( )
,

c. Nilai Koefisien Kompresi Rebound (Cr)


Grafik hubungan antara nilai e dengan Log P untuk mencari nilai Cr dapat
dilihat pada Gambar 4.15 sebagai berikut.

Grafik Cr
0,003

0,003

0,002

0,002
e

0,002

0,002

0,002
0.100 1.000 10.000
log p

Gambar 4.15 Grafik e vs log untuk Menentukan Nilai Cr

Berdasarkan Gambar 4.15 didapat nilai:


P1 = 0,51 kg/cm2
P2 = 2,04 kg/cm2
e1 = 2,209
e2 = 2,004
Sehingga koefisien kompresi rebound (Cr) dapat dihitung dengan:
, ,
Cr = = , = 0,340
( ) ( )
,
109

4.7 Pembahasan
Maksud dari uji konsolidasi adalah memberikan beban secara bertahap
kepada tanah dan mengukur perubahan volume (atau perubahan tinggi) sampel
tanah terhadap waktu. Dengan demikian dapat ditentukan:
1. Sifat kemampuan tanah yang dinyatakan dalam indeks kompresi (Cc) dan
koefisien pemampatan volume (mv).
2. Karakteristik konsolidasinya yang dinyatakan dalam koefisien konsolidasi
(Cv) yang merupakan fungsi permeabilitas tanah. Secara tidak langsung nilai
permeabilitas tanah (k) dapat ditentukan.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan karena adanya
beban adalah sebagai berikut:
1. Kegagalan/keruntuhan geser tanah
2. Kerusakan/defleksi besar pada bagian pondasi
3. Turunnya tanah akibat perubahan angka pori
Berdasarkan hasil analisis pengujian diperoleh nilai koefisien kompresi (Cc)
dari grafik hubungan antara angka pori (e) dan pembebanan (log p).
Pengelompokan jenis tanah berdasarkan nilai koefisien kompresi (Cc) dapat dilihat
pada Tabel 4.13 sebagai berikut.

Tabel 4.13 Pengelompokkan Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Koefisien


Kompresi Tanah
Jenis Tanah Cc
Pasir padat 0,005 – 0,010
Pasir tidak padat 0,025 – 0,050
Lempung agak pasir 0,030 – 0,060
Lempung kenyal (stiff) 0,060 – 0,150
Lempung medium yang lunak 0,150 – 1,000
Lempung sangat lunak >1,000
Tanah organik 1,000 – 4,300
Batu/cadas 0,000
110

4.8 Kesimpulan
Berdasarkan grafik hubungan angka pori (e) dengan pembebanan (log p),
maka diperoleh nilai:
1. Pc = 1,35 kg/cm2
2. Cc = 0,565
3. Cr = 0,340
Dari nilai tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jenis tanah yang
digunakan dalam pengujian konsolidasi termasuk jenis tanah lempung kenyal
(stiff).
LAMPIRAN 1
FLOWCHART PENGUJIAN
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 1 dari 13)

Pengujian Falling Head Permeameter

Mulai

Mengambil contoh tanah dari hasil uji kepadatan.

Mencetak sampel dengan menggunakan stik pencetak sampel.

Mengukur diameter, tinggi, dan berat sampel.

Memasukkan sampel tanah ke dalam alat falling head.

Menutup sela-sela pada dinding falling head permeameter menggunakan lilin.

Mengeluarkan sampel dari falling head permeameter, kemudian meletakkan di


atas mengkuk berisi pasir, lalu diisi air secukupnya untuk menjauhkan contoh
tanah.

Menetapkan ketinggian air pada falling head permeameter.

Mencatat tinggi muka air mula-mula sebagai H0 dan


mencatat waktu sebagai t0.

A
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 2 dari 13)

Setelah selang waktu tertentu, membaca tinggi muka air


sebagai H1 dan waktu sebagai t1 dan seterusnya

Melakukan pengamatan tinggi muka air secara berulang-


ulang hingga diperoleh beberapa data.

Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 3 dari 13)

Pengujian Constant Head Permeameter

Mulai

Mengukur diameter, tinggi, dan berat cetakan.

Mengambil contoh tanah dari tabung atau tanah yang sudah


diketahui berat volumenya.

Memasukkan contoh tanah ke dalam cetakan.

Mengukur berat tanah + cetakan.

Menutup bagian atas dengan sekrup

Memasang pipa plastik pada keempat sisi, yaitu


pada dua bagian atas dan dua bagian bawah.

Mengambil gelas ukur untuk mengukur tumpahan air.

Mengisi bak penampung dengan air dan menjaga


ketinggian muka air konstan.

B
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 4 dari 13)

Mencatat tinggi muka air pada bak penampungan


sebagai H0 dan waktu sebagai t0.

Membaca tinggi H1, H2, dst dan waktu jika volume


telah mencapai 20 cc, 30 cc, 40 cc, s.d. 100 cc.

Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 5 dari 13)

Pengujian Geser Langsung

Mulai

Mengeluarkan contoh tanah dari tabung dengan menggunakan


pengeluaran contoh tanah (extruder) dan meratakan permukaannya.

Menyatukan kedua bagian kotak geser dengan sekrup pengunci.

Meletakkan batu pori yang telah direbus dengan air pada bagian paling bawah
dan memasang plat bergigi pada bagian atasnya.

Memasukkan benda uji di atas plat berigigi.

Memasang plat pada bagian atas benda uji dan


memasang batu pori kedua di atas plat.

Mengatur arloji cincin benda pada pembacaan nol.

Mengatur perlengkapan beban normal di atas plat penerus beban.

Menambahkan beban sebagai tekanan normal pada benda uji.

C
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 6 dari 13)

Membuka sekrup pengunci bagian atas dan bawah


sampai merenggang sekitar 0,25 mm.

Melepaskan kedua sekrup perenggang.

Melakukan penggeseran pada benda uji dengan relatif cepat sekitar 1


mm/menit sampai gaya geser konstan atau mengalami penurunan atau
sampai panjang penggerseran 10% diameter benda uji.

Melakukan pembacaan pada interval penggeseran tertentu.

Mencatat hasil pembacaan dial vertikal dan dial geser.

Melepas beban normal dan mengangkat lengan


pembebanan, mengeluarkan benda uji, dan melakukan
pengujian kadar air.

Mengulangi pengujian untuk variasi beban kedua dan ketiga.

Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 7 dari 13)

Pengujian Tekan Bebas

Mulai

Mengeluarkan contoh tanah dari tabung dengan


extruder dan meratakan permukaannya.

Mengukur dan mencatat diameter, tinggi, dan berat benda uji.

Menempelkan sampel tanah di atas mesin secara


vertikal dan sentris pada plat dasar.

Mengatur alat tekan sehingga plat atas menyentuh permukaan tanah.

Mengatur kedua dial sehingga menunjukkan angka nol.

Melakukan penekanan dengan mengatur kecepatan


pembebanan 1,4 mm/menit.

Melakukan pembacaan dial setiap interval 30 detik.

Menghentikan pembebanan apabila dial sudah mengalami dua kali penurunan.

D
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 8 dari 13)

Mengeluarkan benda uji dari mesin dan mengukur sudut


pecahnya (α).

Mengambil sampel dari benda uji untuk pengujian kadar air.

Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 9 dari 13)

Pengujian Triaksial

Mulai

Mengeluarkan contoh tanah dari tabung menggunakan


extruder dan meratakan permukaannya.

Mengukur dan mencatat diameter, tinggi, dan berat benda uji.

Menempatkan batu pori yang sudah dibersihkan di atas plat dasar.

Meletakkan membran karet di dalam tabung pengencang membran.

Meletakkan contoh tanah di atas plat dasar sel triaksial dan


memasukkannya ke dalam tabung pengencang membran.

Meletakkan contoh tanah di atas plat dasar sel triaksial dan


memasukkannya ke dalam tabung pengencang membran.

Mengikat plat dasar sel triaksial dengan karet.

Memasang kertas saring dan batu pori di atas sampel tanah


dan memasang plat atas triaksial di dalam membran karet.

E
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 10 dari 13)

Mengikat bagian plat bagian atas dengan karet.

Memasang tabung sel triaksial dan mengencangkan bautnya.

Mengatur piston beban dengan pemutar tangan


sehingga hampir menyentuh benda uji.

Mengisi ruang sel triaksial dengan air.

Memberikan tekanan sel (σ3).

Mengatur kedua arloji sehingga menunjukkan angka nol.

Menjalankan mesin beban dengan kecepatan 0,5 – 1,0 % per menit.

Membaca dan mencatat pembacaan arloji cincin beban dan arloji regangan
benda uji serta menjaga tekanan sel selalu dalam keadaan konstan.

Menghentikan mesin pembebanan dan mengeluarkan air


dalam sel, kemudian mengeluarkan benda uji.

F
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 11 dari 13)

Membuka membran karet dan menggambar


sket bentuk pecah tanah.

Menimbang dan mencatat berat benda uji.

Mengerjakan benda uji kedua dan ketiga


dengan menaikkan tekanan selnya.

Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 12 dari 13)

Pengujian Konsolidasi dan Penurunan

Mulai

Membersihkan dan mengeringkan bagian sel konsolidasi, menimbang,


memasukkan tanah ke dalam cincin cetak dan meratakannya.

Membersihkan alat dan batu pori.

Memeriksa lengan beban dalam kondisi seimbang.

Mengolesi ring konsolidasi tipis dengan pelumas karet seal.

Menempatkan batu pori pada bagian bawah dan atas cincin.

Meletakkan sel konsolidasi yang sudah berisi


benda uji pada alat konsolidasi.

Mengatur kedudukan arloji dalam kondisi nol.

Mengatur pengunci beban pada lengan beban, kemudian


memasang pembebanan pertama 0,5 kg/cm2.

G
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 13 dari 13)

Mengisi sel konsolidasi dengan air.

Melepas pengunci lengan beban, sehingga tekanan


pada benda uji sebesar 0,5 kg/cm2 mulai bekerja.

Membaca arloji pada saat 6 detik, 12 detik, 18 detik, 30 detik, 1 menit,


2 menit, 4 menit, 9 menit, 16 menit, 25 menit, 36 menit, 49 menit, 1
jam 21 menit, 2 jam 40 menit, 3 jam 45 menit. Pembebanan dibiarkan
sampai pembacaan arloji tetap.

Mencatat pembacaan arloji yang terakhir, memasang beban kedua sebesar dua
kali beban sebelumnya, dan membaca arloji sesuai dengan waktu di atas.

Melakukan pembebanan sampai beban 16 kg/cm2.

Melakukan pembebanan dengan mengurangi beban dalam dua


langkah yaitu menjadi 4 kg/cm2 dan 1 kg/cm2 sebagai beban rebound.

Melakukan pembacaan terakhir, kemudian mengeluarkan cincin


dan benda uji dari sel konsolidasi serta mengeringkannya.

Melakukan uji kadar air dan mengukur diameter, tinggi, dan berat setelah pengujian.

Selesai
LAMPIRAN 2
GAMBAR ALAT
Lampiran 2. Gambar Alat (Halaman 1 dari 6)

BAB II
PENGUJIAN PERMEABILITAS TANAH

Gambar L-2.1 Falling Head Permeameter

Gambar L-2.2 Jangka Sorong

Gambar L-2.3 Stopwatch


Lampiran 2. Gambar Alat (Halaman 2 dari 6)

Gambar L-2.4 Constant Head Permeameter

Gambar L-2.5 Timbangan

Gambar L-2.6 Gelas Ukur


Lampiran 2. Gambar Alat (Halaman 3 dari 6)

BAB III
PENGUJIAN PARAMETER GESER TANAH

Gambar L-3.1 Extruder

Gambar L-3.2 Stopwatch

Gambar L-3.3 Timbangan


Lampiran 2. Gambar Alat (Halaman 4 dari 6)

Gambar L-3.4 Set Uji Tekan Bebas

Gambar L-3.5 Set Uji Triaksial

Gambar L-3.6 Oven


Lampiran 2. Gambar Alat (Halaman 5 dari 6)

BAB IV
PENGUJIAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN

Gambar L-4.1 Extruder

Gambar L-4.2 Rapidmeter

Gambar L-4.3 Stopwatch


Lampiran 2. Gambar Alat (Halaman 6 dari 6)

Gambar L-4.4 Pisau Perata

Gambar L-4.5 Timbangan

Anda mungkin juga menyukai