Laporan KLP 36
Laporan KLP 36
Disusun oleh:
KELOMPOK 36/ KELAS I/ GENAP/ 2019-2020
Disusun oleh:
KELOMPOK 36/ KELAS I/ GENAP/ 2019-2020
Yogyakarta, 2020
Asisten Praktikum
iii
CATATAN KONSULTASI LAPORAN
TANDA
NO TANGGAL KONSULTASI
TANGAN
iv
BERITA ACARA PRAKTIKUM
KELAS :I
KELOMPOK : 36
4. UJI TRIAKSIAL
5. UJI KONSOLIDASI
v
KATA PENGANTAR
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
LEMBAR KONSULTASI iii
BERITA ACARA PRAKTIKUM v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Nama dan Sifat Tanah 2
1.3 Struktur Susunan Tanah 3
1.4 Manfaat Tanah 4
1.5 Mekanika Tanah 4
BAB II PENGUJIAN PERMEABILITAS TANAH 5
2.1 Pengujian Falling Head Permeameter 5
2.1.1 Maksud dan Tujuan Pengujian 5
2.1.2 Landasan Teori 5
2.1.3 Alat yang Digunakan 7
2.1.4 Benda Uji yang Digunakan 7
2.1.5 Prosedur Pengujian 8
2.1.6 Analisis Hasil Pengujian 8
2.1.7 Pembahasan 14
2.1.8 Kesimpulan 15
2.2 Pengujian Constant Head Permeameter 15
2.2.1 Maksud dan Tujuan 15
2.2.2 Landasan Teori 15
2.2.3 Alat yang Digunakan 18
vii
2.2.4 Benda Uji yang Digunakan 18
2.2.5 Prosedur Pengujian 18
2.2.6 Analisis Hasil Pengujian 19
2.2.7 Pembahasan 25
2.2.8 Kesimpulan 26
BAB III PENGUJIAN PARAMETER GESER TANAH 27
3.1 Uji Geser Langsung 27
3.1.1 Maksud dan Tujuan 27
3.1.2 Alat yang Digunakan 27
3.1.3 Benda Uji yang Digunakan 27
3.1.4 Prosedur Pengujian 28
3.1.5 Landasan Teori 30
3.1.6 Analisis Hasil Pengujian 32
3.1.7 Pembahasan 47
3.1.8 Kesimpulan 48
3.2 Pengujian Tekan Bebas 48
3.2.1 Maksud dan Tujuan 48
3.2.2 Alat yang Digunakan 49
3.2.3 Benda Uji yang Digunakan 49
3.2.4 Prosedur Pengujian 49
3.2.5 Landasan Teori 50
3.2.6 Analisis Hasil Pengujian 52
3.2.7 Pembahasan 58
3.2.8 Kesimpulan 59
3.3 Pengujian Triaksial 60
3.3.1 Maksud dan Tujuan 60
3.3.2 Alat yang Digunakan 60
3.3.3 Benda Uji yang Digunakan 60
3.3.4 Prosedur Pengujian 60
3.3.5 Landasan Teori 63
3.3.6 Analisis Hasil Pengujian 64
viii
3.3.7 Pembahasan 77
3.3.8 Kesimpulan 78
BAB IV PENGUJIAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN 79
4.1 Maksud dan Tujuan 79
4.2 Alat yang Digunakan 79
4.3 Benda Uji yang Digunakan 79
4.4 Prosedur Pengujian 79
4.5 Landasan Teori 82
4.6 Analisis Hasil Pengujian 83
4.7 Pembahasan 109
4.8 Kesimpulan 110
LAMPIRAN 111
ix
DAFTAR TABEL
x
Tabel 3.12 Rekapitulasi Nilai Tegangan Geser Maksimum Terhadap Regangan 46
Tabel 3.13 Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Sudut Geser Dalam (𝜑) 47
Tabel 3.14 Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Kohesi (c) 48
Tabel 3.15 Data Uji Kadar Air Pengujian Tekan Bebas 52
Tabel 3.16 Data Sampel Tanah Pengujian Tekan Bebas 52
Tabel 3.17 Data Hasil Pengujian Tekan Bebas 52
Tabel 3.18 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Tekan Bebas 56
Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Tegangan Tanah Pengujian Tekan Bebas 56
Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Pengujian Tekan Bebas 56
Tabel 3.21 Hasil Pengolahan Data Tanah Undisturb Pengujian Tekan Bebas 57
Tabel 3.22 Klasifikasi Konsistensi Tanah Lempung Berdasarkan Nilai Kuat
Tekan Tanah (qu) 58
Tabel 3.23 Data Benda Uji Triaksial 65
Tabel 3.24 Data Pengujian Kadar Air Benda Uji Triaksial 65
Tabel 3.25 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling
0,5 kg/cm2 65
Tabel 3.26 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling
1 kg/cm2 66
Tabel 3.27 Hasil Pembacaan Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling
2 kg/cm2 67
Tabel 3.28 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Triaksial 73
Tabel 3.29 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling 0,5
kg/cm2 74
Tabel 3.30 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling 1
kg/cm2 74
Tabel 3.31 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling 2
kg/cm2 75
Tabel 3.32 Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Kohesi 77
Tabel 4.1 Data Uji Kadar Air Sebelum Pengujian Konsolidasi 84
Tabel 4.2 Data Uji Kadar Air Setelah Pengujian Konsolidasi 84
Tabel 4.3 Data Sampel Tanah Pengujian Konsolidasi 84
xi
Tabel 4.4 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 0,5 kg/cm2 84
Tabel 4.5 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 1 kg/cm2 85
Tabel 4.6 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 2 kg/cm2 86
Tabel 4.7 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 4 kg/cm2 87
Tabel 4.8 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 8 kg/cm2 87
Tabel 4.9 Pembacaan Penurunan Tanah Beban 16 kg/cm2 88
Tabel 4.10 Data Rebound Pengujian Konsolidasi 89
Tabel 4.11 Hasil Uji Kadar Air Pengujian Konsolidasi 105
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Sampel Tanah Pengujian Konsolidasi 106
Tabel 4.13 Pengelompokkan Jenis Tanah Berdasarkan Nilai Koefisien Kompresi
Tanah 109
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Sifat dari butiran tanah dapat mempengaruhi analisa granuler dan sebagainya,
sedangkan berdasarkan sifat dan permukaannya dapat diketahui asal dari butirannya
itu.
Tanah umumnya terdiri dari atas 3 bahan, yaitu butiran tanahnya itu sendiri,
kemudian rongga udara yang diantara ruang ruang kosong tersebut. Didalam tanah
yang asli (ada dilapangan) jarang terjadi atau bahkan tidak pernah ditemui tanah
yang kering yang tidak ada kandungan air di dalamnya.
4
5
6
saat t0). Setelah selang waktu tertentu (t1), ketinggian air akan mengalami
penurunan akibat adanya pori-pori pada sampel tanah yang digunakan. Penurunan
ketinggian muka air inilah yang menunjukkan bahwa tanah memiliki nilai
permeabilitas. Ketinggian tersebut dicatat sebagai ketinggian air pada waktu
tertentu (H1 saat t1).
Beberapa aplikasi pengujian Falling Head Permeameter di lapangan yaitu.
1. Penentuan daya serap air untuk mereduksi genangan di suatu wilayah
Pengujian yang dilakukan sama seperti pengujian falling head permeameter
di laboratorium, yaitu menggunakan tabung dengan membiarkan air meresap pada
sampel tanah selama selang waktu tertentu, dengan membaca perubahan level muka
air yang terjadi.
2. Pengukuran sifat permeabilitas campuran pada Porous Asphalt
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan tabung horizontal
dengan sealant pada bagian dasarnya untuk pengujian permeabilias horizontal dan
tabung vertikal untuk pengujian permeabilitas vertikal. Porous Asphalt dimasukkan
ke dalam tabung, kemudian diisi air dan didiamkan selama durasi tertentu sampai
level air pada kedua tabung mengalami penurunan.
Sketsa pengujian Falling Head Permeameter dapat dilihat pada Gambar 2.1
berikut.
.
K = .
𝑙𝑛 (2.1)
Keterangan:
K = koefisien permeabilitas
d = diameter pipa falling head permeameter (cm)
D = diameter sampel tanah (cm)
h = tinggi sampel (cm)
t = interval waktu (detik)
H0 = ketinggian dalam pipa mula-mula saat t0
H1 = ketinggian air pada t1
Bila dikehendaki koefisien permeabilitas pada suhu tertentu (T), maka dapat
dihitung dengan Persamaan 2.2 berikut.
KT = Kt (Vt/VT) (2.2)
Keterangan:
KT = Koefisien permeabilitas tanah pada suhu T
Kt = Koefisien permeabilitas tanah pada t
VT = Viskositas air pada suhu T
2.1.3 Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai berikut.
1. Falling Head Permeameter
2. Jangka sorong
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
4. Stopwatch
5. Mangkuk
2.1.4 Benda Uji yang Digunakana
Benda uji adalah berupa tanah mengandung pasir atau lempung. Contoh tanah
dapat berupa tanah yang tidak terganggu atau terganggu termasuk tanah yang
dipadatkan.
8
2. Analisis Perhitungan
Adapun perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah
sebagai berikut.
a. Kadar air
1) Sampel 1
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 53,00 – 41,53
= 11,47 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 41,53 – 12,50
= 29,03 gram
10
= 39,51 %
2) Sampel 2
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 53,20 – 40,46
= 12,74 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 40,46 – 12,60
= 27,86 gram
Kadar air (w) = x 100%
,
= ,
x 100%
= 45,73 %
3) Rata-rata
Kadar air rerata (wrerata) =
, ,
=
= 42,62 %
b. Berat jenis tanah (Gs) = 2,58 gram/cm3
c. Volume contoh tanah (V)
1) Sampel 1
V1 = 𝑥𝜋𝑥𝐷 𝑥ℎ
= 𝑥 𝜋 𝑥 2,8 𝑥 3,8
= 23,399 cm3
2) Sampel 2
V2 = 𝑥𝜋𝑥𝐷 𝑥ℎ
= 𝑥 𝜋 𝑥 2,8 𝑥 3,5
= 21,551 cm3
3) Rata-rata
Vrerata =
11
, ,
=
= 22,475 cm3
d. Berat volume tanah (γ)
1) Sampel 1
γ1 =
,
= ,
= 1,954 gr/cm3
2) Sampel 2
γ2 =
,
= ,
= 1,915 gr/cm3
3) Rata-rata
γrerata =
, ,
=
= 1,934 gr/cm3
e. Berat volume tanah kering (γd)
1) Sampel 1
γd1 =
,
= ,
= 1,410 gram/cm3
2) Sampel 2
γd2 =
,
= ,
= 1,310 gram/cm3
3) Rata-rata
γdrerata =
, ,
=
12
= 1,360 gram/cm3
f. Angka pori (e)
1) Sampel 1
( )
e1 = –1
,
, ( )
= ,
–1
= 0,842
2) Sampel 2
( )
e2 = –1
,
, ( )
= ,
–1
= 0,963
3) Rata-rata
ererata =
, ,
=
= 0,903 gram/cm3
g. Koefisien permeabilitas
1) Sampel 1
.
k1 = .
𝑙𝑛
, . , ,
= , .
𝑙𝑛 ,
.
k4 = .
𝑙𝑛
, . , ,
= , .
𝑙𝑛 ,
krerata =
, , , ,
=
2.1.7 Pembahasan
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir
melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah.
Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah
yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau
permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun
sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara. Kelolosan air pada
suatu sampel tanah ditandai dengan nilai koefisien permeabilitas (k). Pada
pengujian Falling Head Permeameter diperoleh nilai koefisien permeabilitas rerata
sebesar 5,941 x 10-8 cm/detik. Dari nilai koefisien permeabilitas yang didapat dari
pengujian tersebut, maka dapat dibandingkan dengan nilai koefisien permeabilitas
dengan jenis drainase dan jenis butiran tanah seperti yang tertera pada Tabel 2.7
dan Tabel 2.8 berikut.
15
Tabel 2.7 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitas (K) dengan Jenis Drainase
K (cm/detik) Jenis Drainase
k > 10-4 Good
10-6 < k < 10-4 Poor
k < 10-6 Impervious
Sumber: Hardiyatmo (1992)
Tabel 2.8 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitass (K) dengan Jenis Tanah
K (cm/detik) Jenis Tanah
1 – 10-2 Butiran kasar
10-2 – 10-3 Kerikil halus, butiran kasar bercampur pasir
10-3 – 10-5 Pasir halus
10-5 – 10-6 Tanah padat
10-6 – 10-7 Lempung berlanau, lempung
Sumber: Hardiyatmo (1992)
2.1.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian Falling Head Permeameter diperoleh nilai
koefisien permeabilitas rerata adalah 5,941 x 10-8 cm/detik, sehingga tanah yang
digunakan termasuk jenis tanah lempung dan jenis drainase impervious.
air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara
butiran-butiran lapisan tanah.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan
laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju
infiltrasi dan dengan demikian menurunkan laju air larian. Permeabilitas ini
merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media poros. Secara
kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas
Dalam pengujian kali ini keofisien permeabilitas dicari melalui dua buah
percobaan permeabilitas, yaitu Falling Head Permeameter dan Constant Head
Permeameter. Constant Head Permeameter digunakan sebagai pengujian pada
tanah berbutir kasar atau tanah dengan permeabilitas yang tinggi. Pada pengujian
Constant Head Permeameter sampel tanah dipadatkan dengan nilai pemadatan
yang maksimum. Tanah dimasukkan ke dalam alat permeabilitas yang berupa
cetakan. Kemudian air ditambahkan pada cetakan melalui bak penampung yang
terhubung pipa di bagian atas cetakan. Pipa juga diletakkan pada bagian bawah
cetakan sebagai tempat lewatnya air akibat dari adanya pori-pori pada tanah. Pada
saat air ditambahkan, ketinggian air pada bak penampungan dipertahankan, kondisi
inilah yang menunjukkan tinggi energi konstan (constat head). Selanjutnya air akan
mengalir keluar melalui pipa bagian bawah cetakan dan diukur menggunakan gelas
ukur. Air yang keluar inilah yang menunjukkan bahwa tanah memiliki nilai
permeabilitas. Air yang tertampung pada gelas ukur diukur dan dicatat selama
selang waktu tertentu (hn saat tn).
Beberapa aplikasi pengujian Constat Head Permeameter di lapangan yaitu.
1. Distribusi sebaran konduktivitas hidraulik
Pada pengujian yang dilakukan digunakan uji akuifer-constant head
permeabilitas. Proses pengujian dilakukan dengan satu set alat yang terdiri dari
kompresor udara, tabung air, manometer tekanan, tabung sampel sebagai tempat
contoh tanah, dan tabung ukur volume untuk menentukan dan menjaga tinggi energi
yang digunakan. Nilai K yang dihasilkan merupakan nilai konduktivitas hidraulik
dalam satuan cm/detik.
17
𝑘 = (2.3)
Keterangan:
k = koefisien permeabilitas tanah
18
2. Pembacaan
a. Catat tinggi muka air mula-mula sebagai (h1) dan saat itu dihitung sebagai
waktu (t0).
b. Bacalah tinggi h1, tinggi h2, dan t dalam detik, jika volume telah mencapai
20 cc, 30 cc, 40 cc, 50 cc, 60 cc, 70 cc, 80 cc, 90 cc, 100 cc.
2.2.6. Analisis Hasil Pengujian
1. Data Hasil Pengujian
Hasil pengujian Constant Head Permeameter diperoleh data yang dapat
dilihat pada Tabel 2.9, Tabel 2.10, dan Tabel 2.11 berikut.
2. Analisa Perhitungan
Adapun perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah
sebagai berikut.
a. Kadar air
1) Sampel 1
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 53,40 – 41,29
= 12,11 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 41,29 – 12,70
= 28,59 gram
Kadar air (w) = x 100%
,
= ,
x 100%
= 42,36 %
2) Sampel 2
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 53,60 – 37,60
= 16,00 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 37,60 – 12,80
= 24,80 gram
Kadar air (w) = x 100%
,
= ,
x 100%
= 64,52 %
3) Rata-rata
Kadar air rerata (wrerata) =
, ,
=
= 52,44 %
b. Berat jenis tanah (Gs) = 2,58 gram/cm3
21
= 𝑥𝜋𝑥5
= 19,635 cm3
2) Sampel 2
A1 = 𝑥𝜋𝑥𝐷
= 𝑥𝜋𝑥5
= 19,635 cm3
3) Rata-rata
Arerata =
, ,
=
= 19,635 cm3
d. Volume contoh tanah (V)
1) Sampel 1
V1 = 𝑥𝜋𝑥𝐷 𝑥ℎ
= 𝑥 𝜋 𝑥 5 𝑥 12
= 235,619 cm3
2) Sampel 2
V1 = 𝑥𝜋𝑥𝐷 𝑥ℎ
= 𝑥 𝜋 𝑥 5 𝑥 12
= 235,619 cm3
3) Rata-rata
Vrerata =
, ,
=
= 235,619 cm3
22
= 1,796 gr/cm3
2) Sampel 2
γ2 =
,
= ,
= 1,800 gr/cm3
3) Rata-rata
γrerata =
, ,
=
= 1,798 gr/cm3
f. Berat volume tanah kering (γd)
1) Sampel 1
γd1 =
,
= ,
= 1,262 gram/cm3
2) Sampel 2
γd2 =
,
= ,
= 1,094 gram/cm3
3) Rata-rata
γdrerata =
, ,
=
= 1,178 gram/cm3
23
= 1,045
2) Sampel 2
( )
e2 = –1
,
, ( )
= ,
–1
= 1,358
3) Rata-rata
ererata =
, ,
=
= 1,202 gram/cm3
h. Koefisien permeabilitas
1) Sampel 1
k1 =
,
= ,
krerata =
( , , , , , , )
=
2.2.7 Pembahasan
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir
melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah.
Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah
yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau
permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun
26
sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara. Kelolosan air pada
suatu sampel tanah ditandai dengan nilai koefisien permeabilitas (k). Pada
pengujian Constant Head Permeameter diperoleh nilai koefisien permeabilitas
rerata sebesar 6,434 x 10-3 cm/detik. Dari nilai koefisien permeabilitas yang didapat
dari pengujian tersebut, maka dapat dibandingkan dengan nilai koefisien
permeabilitas dengan jenis drainase dan jenis butiran tanah seperti yang tertera pada
Tabel 2.15 dan Tabel 2.16 berikut.
Tabel 2.16 Hubungan Nilai Koefisien Permeabilitass (K) dengan Jenis Tanah
K (cm/detik) Jenis Tanah
1 – 10-2 Butiran kasar
10-2 – 10-3 Kerikil halus, butiran kasar bercampur pasir
10-3 – 10-5 Pasir halus
10-5 – 10-6 Tanah padat
10-6 – 10-7 Lempung berlanau, lempung
Sumber: Hardiyatmo (1992)
2.2.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian Constant Head Permeameter diperoleh nilai
koefisien permeabilitas rerata adalah 6,434 x 10-3 cm/detik, sehingga tanah yang
digunakan termasuk jenis tanah kerikil halus dan jenis drainase baik (good).
BAB III
PENGUJIAN PARAMETER GESER TANAH
27
28
3. Pelaksanaan penggeseran
a. Membuat sekrup pengunci bagian atas dan bawah, sesudah 3
merenggangkan kedua bagian ring geser sehingga terdapat keregangan
sekitar 0,25 mm memutar sekrup perenggang sebanyak setengah putaran
30
𝜏= (3.1)
𝜎= (3.2)
𝜏 = 𝑐 + 𝜎 tan 𝜑 (3.3)
Keterangan:
𝜏 = tegangan geser
𝜎 = tegangan normal
c = kohesi
𝜑 = sudut geser dalam
S = gaya geser
N = gaya normal
A = luas penampang sampel
Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain:
1. Pengujian geser langsung (Direct shear test)
2. Pengujian tekan bebas (Unconfined compression test)
3. Pengujian triaksial (Triaksial test)
Namun dalam pengujian ini yang digunakan untuk menentukan kuat geser
tanah adalah pengujian geser langsung (Direct shear test). Pengujian kuat geser ini
dilakukan untuk mendapatkan parameter kuat geser, yaitu kohesi (c) dan sudut
geser dalam (𝜑). Pengujian geser langsung biasanya dibagi menjadi dua tingkat
yaitu tingkat pertama pemberian tegangan normal dan tingkat kedua pemberian
tegangan geser sampai terjadi tingkat keruntuhan (failure) yaitu sampai terjadi
tegangan geser maksimum.
Pada alat geser langsung, parameter kuat geser tanah dapat diukur secara
langsung. Sampel tanah yang akan diuji dipasang pada alat dan diberikan tegangan
vertikal yaitu tegangan normal yang konstan. Kemudian sampel diberikan tegangan
geser sampai tercapai nilai tegangan geser maksimum. Tegangan ini diberikan
dengan memakai kecepatan bergerak (strain rate) yang konstan. Dari hasil
percobaan ini akan didapat kohesi dan sudut geser dalam tanah.
Beberapa aplikasi pengujian geser langsung di lapangan, yaitu:
1. Kekuatan geser antarmuka laterit Palangkaraya dan geotekstil berdasarkan uji
geser langsung
32
Tabel 3.2 Data Pengujian Kadar Air Benda Uji Geser Langsung
No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Berat container (W1) gram 13,00 13,10 13,20
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 54,00 54,20 54,40
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 42,49 40,41 38,96
2. Perhitungan
Adapun perhitungan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut.
a. Luas benda uji
1) Beban 0,5 kg
A = xπxd
36
= xπx6
= 28,2743 cm2
2) Beban 1 kg
A = xπxd
= xπx6
= 28,2743 cm2
3) Beban 2 kg
A = xπxd
= xπx6
= 28,2743 cm2
= xπx6 x2
= 56,5487 cm3
2) Beban 1 kg
V = xπxd xt
= xπx6 x2
= 56,5487 cm3
3) Beban 2 kg
V = xπxd xt
= xπx6 x2
= 56,5487 cm3
c. Kadar air benda uji
1) Kadar air 1
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 54,00 – 42,49
37
= 11,51 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 42,49 – 13,00
= 29,49 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %
= 39,03 %
2) Kadar air 2
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 54,20 – 40,41
= 13,79 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 40,41 – 13,10
= 27,31 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %
= 50,49 %
3) Kadar air 3
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 54,40 – 38,96
= 15,44 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 38,96 – 13,20
= 25,76 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
38
,
= ,
x 100 %
= 59,94 %
4) Kadar air rata-rata
= 49,82 %
d. Menghitung tegangan geser dan regangan
1) Beban 0,5 kg pada peralihan horizontal 30 kg/div
. .
Regangan (ε) =
. .
= × 100
= 0,5 %
Beban horizontal = Pembacaan dial beban x kalibrasi
= 19,7 x 0,264
= 5,214 kg
Luas terkoreksi (A’) =
.
= .
= 28,416 cm2
= 0,183 kg/cm2
2) Beban 1 kg pada peralihan horizontal 30 kg/div
. .
Regangan (ε) =
. .
= × 100
= 0,5 %
Beban horizontal = Pembacaan dial beban x kalibrasi
= 26,6 x 0,264
= 7,017 kg
39
.
= .
= 28,416 cm2
= 0,247 kg/cm2
3) Beban 1 kg pada peralihan horizontal 30 kg/div
. .
Regangan (ε) =
. .
= × 100
= 0,5 %
Beban horizontal = Pembacaan dial beban x kalibrasi
= 36,1 x 0,264
= 9,525 kg
Luas terkoreksi (A’) =
.
= .
= 28,416 cm2
= 0,335 kg/cm2
Perhitungan tegangan dan regangan dilakukan dengan cara yang sama seperti
perhitungan di atas. Kemudian dilakukan perhitungan untuk membuat grafik geser
langsung seperti cara di bawah ini.
e. Beban
1) Sampel benda uji 1 = 0,5 kg
2) Sampel benda uji 2 = 1 kg
3) Sampel benda uji 3 = 2 kg
f. Menentukan tegangan normal
1) Beban 0,5 kg
40
σ =
,
= ,
= 0,19 kg/cm2
2) Beban 1 kg
σ =
= ,
= 0,39 kg/cm2
3) Beban 2 kg
σ =
= ,
= 0,78 kg/cm2
g. Menentukan tegangan geser maksimum
1) Beban 0,5 kg
𝜏maks = 0,625 kg/cm2
2) Beban 1 kg
𝜏maks = 0,786 kg/cm2
3) Beban 2 kg
𝜏maks = 1,096 kg/cm2
h. Persanaan linear
𝜏1 = c1 + σ1 tan 𝜑 x 𝜏1 𝜏12 = 𝜏1c1 + 𝜏1σ1 tan 𝜑
𝜏2 = c2 + σ2 tan 𝜑 x 𝜏2 𝜏22 = 𝜏2c2 + 𝜏2σ2 tan 𝜑
𝜏3 = c3 + σ3 tan 𝜑 x 𝜏3 𝜏32 = 𝜏3c3 + 𝜏3σ3 tan 𝜑
1) Persamaan 1
0,625 = c1 + 0,19 tan 𝜑
0,786 = c1 + 0,39 tan 𝜑
1,096 = c1 + 0,78 tan 𝜑 +
2,507 = 3c + 1,36 tan 𝜑
2) Persamaan 2
0,6252 = 0,625 c1 + 0,625 x 0,19 tan 𝜑
0,7862 = 0,786 c2 + 0,786 x 0,39 tan 𝜑
41
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Kadar Air Benda Uji Geser Langsung
No. Uraian Satuan Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 Berat container (W1) gram 13,00 13,10 13,20
2 Berat container + tanah basah (W2) gram 54,00 54,20 54,40
3 Berat container + tanah kering (W3) gram 42,49 40,41 38,96
4 Kadar air (w) % 39,03 50,49 59,94
5 Kadar air rata-rata % 49,82
43
4. Gambar
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh grafik seperti
pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3 berikut.
0,001
Teg. Geser (kg/cm2)
0,001
𝜑 = 38,910
0,001
0,000
c = 0,47
0,000
0,000
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90
Teg. Normal (kg/cm2)
0.6
0.4
Beban 0,5 kg
0.2 Beban 1 kg
Beban 2 kg
0
0,000 0,002 0,004 0,006 0,008 0,010 0,012
Regangan (%)
3.1.7 Pembahasan
Pengujian geser langsung dilakukan untuk menentukan besarnya parameter
kuat geser suatu sampel tanah. Parameter geser tanah terdiri dari sudut geser dalam
(𝜑) dan kohesi (c). Pada pengujian geser langsung diperoleh nilai sudut geser dalam
(𝜑) sebesar 38,910 dan nilai kohesi (c) sebesar 0,47 kg/cm2. Klasifikasi jenis tanah
berdasarkan sudut geser dalam (𝜑) dapat dilihat pada Tabel 3.13. Sedangkan
klasifikasi jenis tanah berdasarkan nilai kohesi (c) dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.13 Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Sudut Geser Dalam (𝜑)
No. Jenis Tanah 𝜑 (0)
3.1.8 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dari hasil pengujian diperoleh nilai sudut geser
dalam (𝜑) sebesar 38,910 dan nilai kohesi (c) sebesar 0,47 kg/cm2, sehingga jenis
tanah yang digunakan adalah tanah lempung lunak.
σ3 adalah nol. Tegangan aksial dilakukan terhadap benda uji secara relatif cepat
sampai mencapai keruntuhan. Pada titik keruntuhan, harga tegangan total utama
kecil (total minor principal stress) adalah nol dan tegangan total utama besar adalah
σ1. Karena kekuatan geser kondisi air termampatkan dari tanah tidak tergantung
pada tegangan penyekap, maka:
𝜏 = = = 𝐶 (3.4)
Keterangan:
qu = kuat tekan bebas
Cu = kuat geser undrained
Beberapa aplikasi pengujian tekan bebas, yaitu:
1. Pengujian kuat tekan bebas pada stabilitas tanah lempung dengan campuran
semen dan abu sekam padi
Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengambilan sampel tanah lempung
dan pengujian di laboratorium menggunakan uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined
Compression Test). Sampel tanah terdiri dari 13 variasi campuran semen dan abu
sekam padi. Dari uji Kuat Tekan Bebas pada sampel tanah asli dan sampel tanah
yang telah dicampur dengan semen dan abu sekam padi, diperoleh kesimpulan
bahwa semakin banyak kadar abu sekam padi yang digunakan, maka daya dukung
tanah akan terus mengalami penurunan.
2. Pengujian kuat tekan bebas untuk mengukur ketahanan air pada campuran
beton aspal
Kuat tekan bebas merupakan salah satu bentuk pengujian untuk mengukur
potensi alur (rutting) dan ketahanan air pada campuran beraspal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan pengujian kuat tekan bebas sehingga parameter
kuat tekan dapat digunakan sebagai indikator ketahanan campuran beraspal
terhadap air. Benda uji dibuat dengan rasio tinggi diameter sekitar 2 dan dilakukan
pengujian kuat tekan bebas atau unconfined compressive strength (UCS). Hasil
pengujian menunjukkan bahwa rasio kuat tekan mampu menunjukkan pengaruh air
pada campuran beton aspal.
52
2. Perhitungan
Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Kadar air
Berat air (Ww) = W2 – W3
= 52,80 – 40,81
= 11,99 gram
Berat tanah kering (Ws) = W3 – W1
= 40,81 – 12,40
= 28,41 gram
Kadar air (w) = 𝑥100%
,
= ,
𝑥100%
= 42,1861%
b. Luas sampel tanah
Luas sampel tanah (A) = 𝜋𝐷
= 𝜋5,4
= 22,902 cm2
54
1,6644 gram/cm3
Berat isi tanah kering (d) =
,
= ,
= 1,1703 gram/cm3
e. Kuat tekan tanah (qu)
Δx = L0 – L1
= 10,8 – 10,4
= 0,4 cm
εf = x 100%
,
= ,
x 100%
= 3,704%
qu =
,
= ,
= 0,295 kg/cm2
Harga maksimum tekanan aksial:
α = 700
φ = 2 (α – 450)
= 2 (700 – 450)
= 500
Cu =
,
=
55
= 0,054 kg/cm2
Modulus Elastisitas (E) =
,
= , %
= 7,970 kg/cm2
f. Contoh Pengolahan Data Tanah
1) Perubahan Panjang
ΔL2 = (Vertikal Dial x 0,01) / 1000
= 20/1000
= 0,020 cm
2) Beban
P2 = Pembacaan dial beban x Kalibrasi
= 4,5 x 0,1339
= 0,6034 kg
3) Regangan
ε2 = x 100%
,
= ,
x 100%
= 0,1852 %
4) Koreksi Luas
CF2 = 1-
,
= 1-
= 0,9981
5) Luas Terkoreksi
A’2 =
,
= ,
= 22,9947 cm2
6) Tegangan
σ2 =
,
= ,
= 0,0263 kg/cm2
56
3. Hasil Pengujian
Adapun hasil pengujian kuat tekan bebas dapat dilihat pada Tabel 3.18
sampai Tabel 3.21 berikut.
Lanjutan Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Pengujian Tekan Bebas
No. Uraian Satuan Sampel Undisturb
4 ɛf 3,704
5 Kuat tekan (qu) kg/cm2 0,295
6 Cu kg/cm2 0,054
7 Modulus Elastisitas (E) kg/cm2 7,970
8 Sudut runtuh (α) (0) 70
9 Sudut geser dalam (φ) (0) 50
Tabel 3.21 Hasil Pengolahan Data Tanah Undisturb Pengujian Tekan Bebas
Beban P
Vertical faktor Luas
Dial (dial
dial x ∆L ɛ koreksi terkoreksi, Tegangan
Beban Beban x
0,01 luas, CF A'
Kalibrasi)
(mm) (div) (cm) Kg % (cm2) (kg/cm2)
0 0.0000 0.00 0.0000 0.0000 1.0000 22.9022 0.0000
20 4.5067 0.02 0.6034 0.1852 0.9981 22.9447 0.0263
40 8.1374 0.04 1.0896 0.3704 0.9963 22.9873 0.0474
60 11.1109 0.06 1.4877 0.5556 0.9944 23.0302 0.0646
80 15.2672 0.08 2.0443 0.7407 0.9926 23.0731 0.0886
100 19.2492 0.10 2.5775 0.9259 0.9907 23.1162 0.1115
140 24.6239 0.14 3.2971 1.2963 0.9870 23.2030 0.1421
180 28.7868 0.18 3.8546 1.6667 0.9833 23.2904 0.1655
220 33.2780 0.22 4.4559 2.0370 0.9796 23.3784 0.1906
260 37.8033 0.26 5.0619 2.4074 0.9759 23.4672 0.2157
300 41.6770 0.30 5.5805 2.7778 0.9722 23.5566 0.2369
340 43.6200 0.34 5.8407 3.1481 0.9685 23.6466 0.2470
380 46.4289 0.38 6.2168 3.5185 0.9648 23.7374 0.2619
420 48.7967 0.42 6.5339 3.8889 0.9611 23.8289 0.2742
460 50.5755 0.46 6.7721 4.2593 0.9574 23.9211 0.2831
500 52.0811 0.50 6.9737 4.6296 0.9537 24.0140 0.2904
540 53.1483 0.54 7.1166 5.0000 0.9500 24.1076 0.2952
580 52.9948 0.58 7.0960 5.3704 0.9463 24.2019 0.2932
620 50.5720 0.62 6.7716 5.7407 0.9426 24.2970 0.2787
660 48.6400 0.66 6.5129 6.1111 0.9389 24.3929 0.2670
4. Gambar
Adapun grafik hasil pengujian tekan bebas dapat dilihat pada Gambar 3.4
sebagai berikut.
58
0,000
0,000
Tegangan (kg/cm2)
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
Regangan (%)
3.2.7 Pembahasan
Berdasarkan perhitungan diperoleh grafik hubungan antara tegangan dan
regangan pada pengujian sampel tanah undisturb. Tegangan aksial diberikan secara
kontinu pada bagian atas benda uji dan dilakukan sampai benda uji mengalami
keruntuhan atau kegagalan (failure). Berdasarkan nilai kuat tekan tanah (qu) yang
diperoleh dari hasil pengujian, maka dapat diketahui jenis tanah yang digunakan
saat pengujian. Klasifikasi konsistensi tanah lempung berdasarkan kuat tekan tanah
(qu) dapat dilihat pada Tabel 3.22 berikut.
dengan mulut. Hal ini membuat membran menempel dengan baik pada
bagian dalam tabung pengencang membran.
g. Memasukkan contoh tanah yang sudah diletakkan di atas pelat dasar sel
triaksial ke dalam tabung pengencang membran. Memompa penghisap
dihisap dan membran karet diluruskan pada ujung-ujung tabung untuk
tempat pada pelat atas.
h. Pelat dasar triaksial yang sudah terselubungi oleh membran diikat dengan
karet supaya air tidak masuk ke dalam sampel tanah melalui daerah ini.
i. Memasang kertas saring dan batu pori di atas sampel tanah dan pasang
pula pelat atas triaksial di dalam membran karet tersebut.
j. Gunakan juga karet untuk mengikat kuat-kuat membran karet dengan pelat
bagian atas tersebut.
k. Memasang tabung sel triaksial dan keraskan baut pengencangnya.
l. Mengatur piston beban dengan pemutar tangan sehingga hampir
menyentuh benda uji, membaca dan mencatat arloji cincin beban yang
akan mengukur gaya akibat tekanan keatas oleh air sel dalam piston, berat
piston dan gesekan, yang dipakai sebagai koreksi pada beban selanjutnya.
m. Mengisi ruang sel triaksial dengan air, dengan cara memutar regulator
pengatur tekanan sel sehingga tekanan menunjukkan 0,20 kg/cm2,
kemudian bukakran yang menghubungkan tangki air dengan sel triaksial,
sehingga air mengalir masuk memenuhi ruang sel triaksial.
n. Berikan tekanan sel (σ3) sesuai dengan tekanan yang diinginkan.
o. Mengatur arloji cincin beban sehingga arloji menunjukan nol.
p. Mengatur arloji regangan (pemendekan) benda uji pada pembacaan nol.
3. Pembacaan dan Pembebanan
a. Menjalankan mesin beban dengan kecepatan 0,5-1,0 % per menit.
Membaca dan mencatat pembacaan arloji cincin beban dan arloji
pemendekan benda uji pada kedudukann pemendekan 0,1; 0,2; 0,3; 0,4;
0,5; %, kemudian pada 1; 1,5; 2,5; 3,0 % dan setelah itu setiap tambahan
1,0 persen, selanjutnya setelah pemendekan mencapai 10 % (jika tanah
belum pecah) dapat dibaca setiap 2 persen. Lanjutkan pembacaan ini
sampai 15% (meskipun tanah sudah pecah atau jika tanah belum pecah
63
ditutup, maka tegangan dari sel triaksial seluruhnya akan ditahan oleh
tegangan air pori dari tanah. Di akhir fase ini akan diperoleh nilai tegangan
yaitu tegangan total, tegangan air pori, dan tegangan efektif.
2. Fase deviatorik (Undrained)
Pada fase ini pelat di bagian atas dan bawah benda uji akan menekan benda
uji dengan tegangan aksial menghasilkan tegangan deviatorik pada benda uji.
Saat proses pemberiak tegangan aksial, akan terjadi penambahan atau
pengurangan tegangan air pori serta terjadi penambahan tegangan efektif
tanah akibat proses shearing pada fase undrained.
Beberapa aplikasi pengujian triaksial di lapangan, yaitu:
1. Penentuan konstanta batuan utuh andesit dengan pengujian triaksial
Pada uji triaksial batuan terdapat tekanan pemampatan yang mempengaruhi
tegangan aksial. Uji triaksial menggunakan beberapa contoh batuan yang
kemudian dilakukan tekanan pemampatan (σ3) yang berbeda-beda. Pada uji
triaksial yang dilakukan menggunakan metode Van Karman dengan diberi
tekanan pemampatan (σ3) dan dibebani secara aksial (σ1) sampai runtuh
sehingga dari pengujian tersebut membuktikan bahwa karakteristik massa
batuan yang berbeda-beda akan mempengaruhi nilai konstanta batuan.
2. Identifikasi karakteristik geoteknik Lereng Panti dengan uji triaksial
Penelitian ini bertujuan untuk mencari karakteristik tanah dengan melakukan
uji di lapanngan serta uji fisik di laboratorium. Pengujian kuat geser tanah
dilakukan dengan cara tanah terkonsolidasi dan tidak terdrainasi (CU).
Penelitian ini menggunakan pembebanan (σ3) tekanan sell (cell pressure)
pada dua buah benda uji, sehingga didapat dua buah lingkaran Mohr. Dari
hasil pengujian dan perhitungan, karakterisitik geoteknik Lereng Panti
menunjukkan pengklasifikasian tanah sedang ke tanah lunak.
3.3.6. Analisis Hasil Pengujian
1. Data Uji
Adapun data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.23 sampai Tabel 3.27
berikut.
65
2. Perhitungan
Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Luas benda uji
1) Tegangan keliling 0,5 kg/cm2
A = xπxd
= x π x 3,85
= 11,642 cm2
2) Tegangan keliling 1 kg/cm2
A = xπxd
= x π x 3,85
68
= 11,642 cm2
3) Tegangan keliling 2 kg/cm2
A = xπxd
= x π x 3,85
= 11,642 cm2
b. Volume benda uji
1) Tegangan keliling 0,5 kg/cm2
V = xπxd xt
= x π x 3,85 x 7,7
= 89,640 cm3
2) Tegangan keliling 1 kg/cm2
V = xπxd xt
= x π x 3,85 x 7,7
= 89,640 cm3
3) Tegangan keliling 1 kg/cm2
V = xπxd xt
= x π x 3,85 x 7,7
= 89,640 cm3
c. Kadar air benda uji
1) Kadar air 1
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 53,40 – 41,29
= 12,11 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 41,29 – 12,70
= 28,59 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
69
,
= ,
x 100 %
= 42,36 %
2) Kadar air 2
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 53,60 – 37,60
= 16,00 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 37,60 – 12,80
= 24,80 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %
= 64,52 %
3) Kadar air 3
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 53,80 – 36,75
= 17,05 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 36,75 – 12,90
= 23,85 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %
= 71,49 %
4) Kadar air rata-rata
= 59,45 %
70
= 0,260
Koreksi Luas (Cf) =1-
,
=1-
= 0,997
Luas terkoreksi (A’) =
,
= ,
= 11,672 cm2
= 0,567 kg/cm2
2) Tegangan keliling 1 kg/cm2 pada pembacaan dial 20 x 0,01 mm
Perubahan Panjang (ΔL) = Pembacaan dial beban x 0,001
= 20 x 0,001
= 0,020 cm
= 0,260
Koreksi Luas (Cf) =1-
,
=1-
= 0,997
,
= ,
= 11,672 cm2
= 0,513 kg/cm2
3) Tegangan keliling 2 kg/cm2 pada pembacaan dial 20 x 0,01 mm
Perubahan Panjang (ΔL) = Pembacaan dial beban x 0,001
= 20 x 0,001
= 0,020 cm
Regangan (ε) = x 100%
,
= ,
x 100%
= 0,260
Koreksi Luas (Cf) =1-
,
=1-
= 0,997
Luas terkoreksi (A’) =
,
= ,
= 11,672 cm2
= 0,568 kg/cm2
e. Pembebanan
1) Tegangan keliling 0,5 kg/cm2
Tegangan keliling (σ3) = 0,5 kg/cm2
Deviator stress max (Δσ) = 2,467 kg/cm2
Normal stress (σ1) = Δσ + σ3
= 2,467 + 0,5
= 2,967 kg/cm2
72
Persamaan 1:
2,967 = 0,5 . m2 + 2 mc
4,160 = 1,0 . m2 + 2 mc
5,958 = 2,0 . m2 + 2 mc +
13,085 = 3,5 . m2 + 6 mc . . . (1)
Persamaan 2:
2,9672 = 2,967 . 0,5 . m2 + 2 . 2,967 . mc
4,1602 = 4,160 . 1,0 . m2 + 2 . 4,160 . mc
5,9582 = 5,958 . 2,0 . m2 + 2 . 5,958 . mc
Tabel 3.29 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan Keliling
0,5 kg/cm2
Vertical Load Luas
Area, Deviator
Waktu dial x Dial ΔL ε Terkoreksi
CF Stress
0,01 Reading (A')
(menit) (mm) (div) (cm) % (cm2) (kg/cm2)
0 0 0 0,000 0,000 1,000 11,642 0,000
0,5 20 49,4 0,020 0,260 0,997 11,672 0,567
1 40 71,0 0,040 0,519 0,995 11,702 0,813
1,5 60 91,4 0,060 0,779 0,992 11,733 1,044
2 80 110,7 0,080 1,039 0,990 11,764 1,260
2,5 100 128,8 0,100 1,299 0,987 11,795 1,462
3 140 146,0 0,140 1,818 0,982 11,857 1,649
3,5 180 162,2 0,180 2,338 0,977 11,920 1,822
4 220 177,2 0,220 2,857 0,971 11,984 1,980
4,5 260 191,1 0,260 3,377 0,966 12,048 2,123
5 300 203,8 0,300 3,896 0,961 12,114 2,253
5,5 340 215,3 0,340 4,416 0,956 12,179 2,367
6 380 225,6 0,380 4,935 0,951 12,246 2,467
6,5 420 226,0 0,420 5,455 0,945 12,313 2,458
7 460 227,3 0,460 5,974 0,940 12,381 2,458
7,5 500 222,9 0,500 6,494 0,935 12,450 2,397
8 540 219,4 0,540 7,013 0,930 12,520 2,347
8,5 580 214,6 0,580 7,532 0,925 12,590 2,283
Lanjutan Tabel 3.30 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan
Keliling 1 kg/cm2
Vertical Load Luas
Area, Deviator
Waktu dial x Dial ΔL ε Terkoreksi
CF Stress
0,01 Reading (A')
(menit) (mm) (div) (cm) % (cm2) (kg/cm2)
1,5 60 73,3 0,060 0,779 0,992 11,733 1,074
2 80 91,3 0,080 1,039 0,990 11,764 1,334
2,5 100 108,3 0,100 1,299 0,987 11,795 1,580
3 140 124,9 0,140 1,818 0,982 11,857 1,812
3,5 180 140,6 0,180 2,338 0,977 11,920 2,029
4 220 155,6 0,220 2,857 0,971 11,984 2,233
4,5 260 169,7 0,260 3,377 0,966 12,048 2,423
5 300 183,0 0,300 3,896 0,961 12,114 2,598
5,5 340 195,4 0,340 4,416 0,956 12,179 2,760
6 380 207,0 0,380 4,935 0,951 12,246 2,907
6,5 420 217,7 0,420 5,455 0,945 12,313 3,041
7 460 227,5 0,460 5,974 0,940 12,381 3,160
7,5 500 228,7 0,500 6,494 0,935 12,450 3,160
8 540 230,0 0,540 7,013 0,930 12,520 3,160
8,5 580 228,3 0,580 7,532 0,925 12,590 3,119
9 620 226,6 0,620 8,052 0,919 12,661 3,079
9,5 660 224,0 0,660 8,571 0,914 12,733 3,025
Lanjutan Tabel 3.31 Hasil Pengolahan Data Uji Triaksial dengan Tegangan
Keliling 2 kg/cm2
Vertical Load Luas
Area, Deviator
Waktu dial x Dial ΔL ε Terkoreksi
CF Stress
0,01 Reading (A')
(menit) (mm) (div) (cm) % (cm2) (kg/cm2)
5 300 209,3 0,300 3,896 0,961 12,114 2,972
5,5 340 224,5 0,340 4,416 0,956 12,179 3,171
6 380 238,9 0,380 4,935 0,951 12,246 3,355
6,5 420 252,5 0,420 5,455 0,945 12,313 3,527
7 460 265,2 0,460 5,974 0,940 12,381 3,684
7,5 500 277,1 0,500 6,494 0,935 12,450 3,828
8 540 288,1 0,540 7,013 0,930 12,520 3,958
8,5 580 289,7 0,580 7,532 0,925 12,590 3,958
9 620 291,4 0,620 8,052 0,919 12,661 3,958
9,5 660 290,0 0,660 8,571 0,914 12,733 3,917
4. Gambar
Berdasarkan perhitungan di atas sehingga diperoleh grafik seperti pada
Gambar 3.5 dan Gambar 3.6 berikut.
0,004
Tegangan Deviator (kg/cm2)
0,004
0,003
0,003
0,002
0,002
0,001
Teg. Keliling 0,5 kg/cm2
0,001 Teg. Keliling 1 kg/cm2
Teg. Keliling 2 kg/cm2
0,000
0,000 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007 0,008 0,009
Regangan (%)
Lingkaran Mohr
3.50
3.00
2.50
φ = 19,29°
(σ1-σ3)/2
2.00
1.50
1.00
0.50
c = 0,74
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
(σ1+σ3)/2
Berdasarkan Gambar 3.6 diperoleh nilai sudut geser dalam (φ) sebesar 19,29°
dan kohesi (c) sebesar 0,74 kg/cm2.
3.3.7. Pembahasan
Pengujian triaksial yang dilakukan adalah dalam kondisi unconsolidated
undrained, yaitu drainase dari spesimen tanah tidak diizinkan selama penerapan
tekanan ruang. Baik pada fase kompresi (unconsolidated) maupun pada fase
deviatorik (undrained), keran ditutup, artinya tidak ada air yang keluar dari sampel
benda uji, sehingga benda uji tidak mengalami perubahan volume sama sekali.
Berdasarkan hasil pengujian, analisis perhitungan, dan analisis grafik
lingkaran mohr diperoleh nilai sudut geser dalam (φ) sebesar 19,29° dan kohesi (c)
sebesar 0,74 kg/cm2. Selanjutnya dapat ditentukan jenis tanah yang digunakan saat
pengujian menggunakan tabel klasifikasi jenis tanah berdasarkan nilai kohesinya
seperti pada Tabel 3.29 berikut.
3.3.8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian, analisis perhitungan, dan analisis grafik diperoleh nilai
sudut geser dalam (φ) sebesar 19,29° dan kohesi (c) sebesar 0,74 kg/cm2. Dari nilai
kohesi (c) tersebut diketahui jenis tanah yang digunakan saat pengujian adalah
tanah lempung sedang, yaitu dengan nilai kohesi antara 0,5 sampai 1,0.
BAB IV
PENGUJIAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN
79
80
gram. Apabila tanah cukup lunak, memasukkan tanah dalam cincin cetak
dengan menekan cincin kedalam tanah yang telah didorong keluar dari
tabung contoh tanah secukupnya, memotong tanah rata bagian atas dan
bagian cincin cetak.
b. Cincin cetak dapat sekaligus merupakan tempat benda uji dalam sel
konsolidasi lalu menimbangnya.
c. Apabila contoh tanah agak keras, dapat memotong contoh tanah dan
dibubut sehingga ukuran sesuai dengan cincin tempat benda uji.
Memasukkan tanah dalam cincin konsolidasi dan memotong permukaan
sehingga rata dengan cincin bagian atas dan bawahnya, lalu ditimbang.
d. Permukaan benda uji harus rata, bila belum dapat ditambal permukaannya
baik bagian atas maupun bagian bawah sehingga rata.
e. Pelaksanaan tersebut dilaksanakan secara hati-hati dan di kerjakan dengan
cepat sehingga kadar air tanah tidak berkurang karena penguapandan
hindarkan gangguan sehingga dapat terjadi perubahan kepadatan tanah
(berat volume tanah).
2. Persiapan alat dan penempatan benda uji sel konsolidasi
a. Memeriksa alat-alat dalam keadaan bersih dan bekerja dengan baik.
b. Juga memeriksa bahwa lengan beban telah seimbang, juga keadaan batu
pori dalam keadaan bersih dan tidak tersumbat.
c. Untuk memudahkan pemasangan dan menjamin rapat air, mengolesi ring
konsolidasi tipis dengan pelumas karet seal.
d. Menempatkan batu pori pada bagian atas dan bawah cincin, sehingga
benda uji yang sudah dilapisi kertas saring terapit oleh dua buah batu pori
lalu dimasukkan kedalam sel konsolidasi.
e. Meletakkan sel konsolidasi yang sudah berisi benda uji pada alat
konsolidasi, sehingga bagian yang runcing dari lengan beban
penumpu/penyentuh tepat pada alat perata pembebanan pada sel
konsolidasi.
f. Mengatur kedudukan arloji kemudian dibaca dan dicatat.
81
dengan berapa lama suatu konsolidasi tanah tertentu akan terjadi. Selain itu
kecepatan konsolidasi dipengaruhi oleh tebal tanah kompresibel serta kondisi
drainase di atas dan di bawah lapisan tanah kompresibel.
Beberapa aplikasi pengujian konsolidasi di lapangan yaitu:
1. Laju pemampatan tanah gambut melallui pengujian konsolidasi primer
Penelitian ini dilakukan melalui pengujian konsolidasi primer dari tanah
sangat lunak (tanah gambut) dengan beberapa kombinasi pembebanan
(loading dan unloading). Pengujian konsolidasi primer di sini menggunakan
oedometer dan dalam perhitungannya menggunakan metode akar waktu
untuk menentukan koefisien kompresi tanah gambut dan koefisien
konsolidasi.
2. Analisis konsolidasi tanah di bawah bendungan dengan menggunakan
metode akar waktu dan metode hyperbola
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar penurunan yang akan
terjadi pada konstruksi Bendungan Kuwil. Penelitian ini dilakukan dengan
pemeriksaan parameter dan pengujian konsolidasi. Sampel tanah diambil
pada proyek Bendungan Kuwil. Pengujian konsolidasi dilakukan dengan
menggunakan alat oedometer berdasarkan ASTM D 2435-90 (tanah tak
terganggu). Pengujian dilakukan untuk mengetahui kecepatan konsolidasi
dan besarnya penurunan tanah dengan memberikan beban (1, 2, 4, 8, 16, dan
32 kg/cm2). Penelitian dilakukan dengan pemeriksaan parameter konsolidasi
yang dimana untuk nilai Cv akan dibandingkan hasilnya antara perhitungan
dengan Metode Akar Waktu dengan perhitungan Metode Hyperbola.
2. Perhitungan
Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Kadar air sebelum pengujian
1) Kadar air 1
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 100,60 – 81,21
= 19,39 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 81,21 – 35,25
= 45,96 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %
= 42,19 %
2) Kadar air 2
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 100,10 – 79,97
90
= 20,13 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 79,97 – 32,25
= 47,72 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %
= 42,20 %
= 42,19 %
b. Kadar air sesudah pengujian
1) Kadar air 1
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 99,22 – 81,21
= 18,01gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
container)
= 81,21 – 35,25
= 45,96 gram
Kadar Air (w) = x 100 %
,
= ,
x 100 %
= 39,19 %
2) Kadar air 2
Berat Air (Ww) = (Berat container + tanah basah) – (Berat
container + tanah kering)
= 98,70 – 80,84
= 17,86 gram
Berat Tanah Kering (Ws) = (Berat container + tanah kering) – (Berat
91
container)
= 80,84 – 35,25
= 45,59 gram
Kadar Air = x 100 %
,
= ,
x 100 %
= 39,19 %
= 39,19 %
c. Luas Ring
A = 𝑥𝜋𝑥𝐷
= 𝑥𝜋𝑥5
= 19,635 cm2
d. Volume (V0)
V0 = A x H0
= 19,63 x 2,00
= 39,270 cm3
e. Berat Volume Tanah Basah (γ)
γ =
, ,
= ,
= 1,664 kg/cm3
f. Berat Volume Tanah Kering (γd)
,
γd = ,
,
= ,
= 1,170 kg/cm3
g. Tinggi Efektif Contoh Tanah (Hs)
Hs =
, ,
= , ,
92
= 0,958 cm
h. Angka Pori (e)
e = -1
. ,
= ,
-1
= 2,475
i. Derajat Kejenuhan (Sr)
Sr =
, ,
= ,
= 0,424
j. Nilai t90 dengan grafik Penurunan (s) vs √t dapat dilihat pada Gambar 4.1
sampai Gambar 4.6 sebagai berikut.
1) Beban 0,5 kg/cm2
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
0.180
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00
√t (menit)
0.350
0.400
0.450
0.500
0.550
0.600
0.650
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00
√t (menit)
3) Beban 2 kg/cm2
4) Beban 4 kg/cm2
2.000
2.200
2.400
2.600
2.800
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000
√t (menit)
3.400
3.600
3.800
4.000
4.200
4.400
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000
√t (menit)
6) Beban 16 kg/cm2
4.500
Penurunan (mm)
5.000
5.500
6.000
6.500
0.000 10.000 20.000 30.000 40.000
√t (menit)
0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
0.180
0.200
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)
Gambar 4.7 Grafik Penurunan (s) vs log t pada Beban 0,5 kg/cm2
2) Beban 1 kg/cm2
0.350
0.400
0.450
0.500
0.550
0.600
0.650
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)
1.000
1.050
1.100
1.150
1.200
1.250
1.300
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)
1.600
1.800
Penurunan (mm)
2.000
2.200
2.400
2.600
2.800
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)
5) Beban 8 kg/cm2
4.900
5.200
5.500
5.800
6.100
6.400
0.09 0.90 9.00 90.00 900.00 9000.00
t (menit)
Beban =
1) Beban 1 = 0
,
2) Beban 2 = ,
= 0,25 kg/cm2
3) Beban 3 = ,
= 0,51 kg/cm2
4) Beban 4 = ,
= 1,02 kg/cm2
5) Beban 5 = ,
= 2,04 kg/cm2
6) Beban 6 = ,
= 4,07 kg/cm2
7) Beban 7 = ,
= 8,15 kg/cm2
ΔH =
1) ΔH =0
2) Antara beban 0 kg/cm2 dan 0,25 kg/cm2
,
ΔH =
= 0,0176 cm
3) Antara beban 0,25 kg/cm2 dan 0,51 kg/cm2
, ,
ΔH =
= 0,0450 cm
4) Antara beban 0,51 kg/cm2 dan 1,02 kg/cm2
, ,
ΔH =
= 0,0613 cm
5) Antara beban 1,02 kg/cm2 dan 2,04 kg/cm2
, ,
ΔH =
= 0,1408 cm
102
= 0,1628 cm
7) Antara beban 4,07 kg/cm2 dan 8,15 kg/cm2
, ,
ΔH =
= 0,1935 cm
n. Perubahan angka pori (∆e)
∆
∆e =
1) ∆e =0
∆ ,
2) ∆e2 = = ,
= 0,0184
∆ ,
3) ∆e3 = = ,
= 0,0470
∆ ,
4) ∆e4 = = ,
= 0,0640
∆ ,
5) ∆e5 = = ,
= 0,1470
∆ ,
6) ∆e6 = = ,
= 0,1700
∆ ,
7) ∆e7 = = ,
= 0,2020
1) Cc1 = 0
,
2) Cc2 = , = 0,061
,
103
,
3) Cc3 = , = 0,156
,
,
4) Cc4 = , = 0,213
,
,
5) Cc5 = , = 0,488
,
,
6) Cc6 = , = 0,565
.
1) d1 = = 2 cm
,
2) d2 = = 1,991 cm
, ,
3) d3 = = 1,969 cm
, ,
4) d4 = = 1,947 cm
, ,
5) d5 = = 1,899 cm
, ,
6) d6 = = 1,848 cm
, ,
7) d7 = = 1,822 cm
, ,
8) d8 = = 1,988 cm
, ,
9) d9 = = 2,183 cm
, .
1) Cv1 = = 0 cm²/detik
,
, .
2) Cv2 = ,
= 0,002767 cm²/detik
,
, .
3) Cv3 = ,
= 0,001950 cm²/detik
,
, .
4) Cv4 = ,
= 0,001193 cm²/detik
,
, .
5) Cv5 = ,
= 0,001170 cm²/detik
,
, .
6) Cv6 = ,
= 0,000653 cm²/detik
,
, .
7) Cv7 = ,
= 0,000488 cm²/detik
, .
1) Cv1 = = 0 cm²/detik
,
, .
2) Cv2 = = 0,001085 cm²/detik
,
, .
3) Cv3 = = 0,000677 cm²/detik
,
, .
4) Cv4 = = 0,000426 cm²/detik
,
, .
5) Cv5 = = 0,000448 cm²/detik
,
, .
6) Cv6 = = 0,000260 cm²/detik
,
, .
7) Cv7 = = 0,000192 cm²/detik
1) av1 =0
, . ,
2) av2 = , . ( , )
= 0,208
105
, . ,
3) av3 = , . ( , , )
= 0,178
, . ,
4) av4 = , . ( , , )
= 0,121
, . ,
5) av5 = , . ( , , )
= 0,139
, . ,
6) av6 = , . ( , , )
= 0,080
, . ,
7) av7 = , . ( , , )
= -0,024
1) mv1 = ,
=0
,
2) mv2 = ,
= 0,060
,
3) mv3 = ,
= 0,051
,
4) mv4 = ,
= 0,035
,
5) mv5 = ,
= 0,040
,
6) mv6 = ,
= 0,023
,
7) mv7 = ,
= -0,007
3. Hasil Pengujian
Hasil pengujian konsolidasi dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12
sebagai berikut.
Grafik Pc
0,003
0,003
0,002
0,002
e
0,002
0,002
0,002
0.100 1.000 10.000
log p
Grafik Cc
0,003
0,003
0,002
0,002
e
0,002
0,002
0,002
0.100 1.000 10.000
log p
Grafik Cr
0,003
0,003
0,002
0,002
e
0,002
0,002
0,002
0.100 1.000 10.000
log p
4.7 Pembahasan
Maksud dari uji konsolidasi adalah memberikan beban secara bertahap
kepada tanah dan mengukur perubahan volume (atau perubahan tinggi) sampel
tanah terhadap waktu. Dengan demikian dapat ditentukan:
1. Sifat kemampuan tanah yang dinyatakan dalam indeks kompresi (Cc) dan
koefisien pemampatan volume (mv).
2. Karakteristik konsolidasinya yang dinyatakan dalam koefisien konsolidasi
(Cv) yang merupakan fungsi permeabilitas tanah. Secara tidak langsung nilai
permeabilitas tanah (k) dapat ditentukan.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan karena adanya
beban adalah sebagai berikut:
1. Kegagalan/keruntuhan geser tanah
2. Kerusakan/defleksi besar pada bagian pondasi
3. Turunnya tanah akibat perubahan angka pori
Berdasarkan hasil analisis pengujian diperoleh nilai koefisien kompresi (Cc)
dari grafik hubungan antara angka pori (e) dan pembebanan (log p).
Pengelompokan jenis tanah berdasarkan nilai koefisien kompresi (Cc) dapat dilihat
pada Tabel 4.13 sebagai berikut.
4.8 Kesimpulan
Berdasarkan grafik hubungan angka pori (e) dengan pembebanan (log p),
maka diperoleh nilai:
1. Pc = 1,35 kg/cm2
2. Cc = 0,565
3. Cr = 0,340
Dari nilai tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jenis tanah yang
digunakan dalam pengujian konsolidasi termasuk jenis tanah lempung kenyal
(stiff).
LAMPIRAN 1
FLOWCHART PENGUJIAN
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 1 dari 13)
Mulai
A
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 2 dari 13)
Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 3 dari 13)
Mulai
B
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 4 dari 13)
Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 5 dari 13)
Mulai
Meletakkan batu pori yang telah direbus dengan air pada bagian paling bawah
dan memasang plat bergigi pada bagian atasnya.
C
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 6 dari 13)
Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 7 dari 13)
Mulai
D
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 8 dari 13)
Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 9 dari 13)
Pengujian Triaksial
Mulai
E
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 10 dari 13)
Membaca dan mencatat pembacaan arloji cincin beban dan arloji regangan
benda uji serta menjaga tekanan sel selalu dalam keadaan konstan.
F
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 11 dari 13)
Selesai
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 12 dari 13)
Mulai
G
Lampiran 1. Flowchart Pengujian (Halaman 13 dari 13)
Mencatat pembacaan arloji yang terakhir, memasang beban kedua sebesar dua
kali beban sebelumnya, dan membaca arloji sesuai dengan waktu di atas.
Melakukan uji kadar air dan mengukur diameter, tinggi, dan berat setelah pengujian.
Selesai
LAMPIRAN 2
GAMBAR ALAT
Lampiran 2. Gambar Alat (Halaman 1 dari 6)
BAB II
PENGUJIAN PERMEABILITAS TANAH
BAB III
PENGUJIAN PARAMETER GESER TANAH
BAB IV
PENGUJIAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN