Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/318595997

AKTIVITAS BANCASSURANCE DALAM DUNIA PERBANKAN: ADAKAH


PRAKTIK BUNDLING YANG MELANGGAR HUKUM PERSAINGAN USAHA?

Article  in  Refleksi Hukum Jurnal Ilmu Hukum · April 2015


DOI: 10.24246/jrh.2015.v9.i1.p77-90

CITATIONS READS

0 1,662

1 author:

Indirani Wauran
Universitas Kristen Satya Wacana
5 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Indirani Wauran on 13 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


AKTIVITAS BANCASSURANCE DALAM
DUNIA PERBANKAN: ADAKAH PRAKTIK BUNDLING YANG
MELANGGAR HUKUM PERSAINGAN USAHA?

Indirani Wauran-Wicaksono
Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana,
Korespondensi: indirani.wauran@staff.uksw.edu

Abstrak

Perusahaan asuransi mengembangkan strategi pemasaran yang disebut dengan


bancassurance. Penamaan ini sesungguhnya terkait dengan strategi penggabungan
kerjasama antara produk bank dan asuransi. Berdasarkan SE BI No.12/35/DPNP tanggal
23 Desember 2010, aktivitas bancassurance terdiri dari beberapa kategori; dari kategori
tersebut terdapat jenis bancassurance yang termasuk dalam pure product bundling atau
yang serig disebut tying. Jenis budling yang seperti ini berada dibawah pengaturan
mengenai exclusive dealing yang pada dasarnya dilarang oleh UU Anti Monopoli walaupun
dengan menggunakan pendekatan rule of reason. Mempertimbangkan kondisi penguasaan
pasar asuransi (market share) oleh perusahaan asuransi pada saat ini, dapat dikatakan
bahwa pure product bundling atau tying yang terjadi pada aktivitas bancassurance tidak
melanggar UU Persaingan Usaha. Namun demikian, ada kemungkinan kecil dapat
menciptakan situasi monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sehingga melanggar UU
Persaingan Usaha.

Kata-kata Kunci: Bancassurance; Exclusive Dealing; Bundling; Monopoli.

Abstract

Insurance companies develop marketing strategies to promote their product called


bancassurance. According to the SE BI No. 12/35/DPNP dated December 23, 2010,
bancassurance had some category. Furthermore, it is known that there is a kind of
bancassurance that included in the category of pure product bundling or often referred as
tying. This bundling categories fall under exclusive dealing provision that basically prohibited
by the Competition Act, with rule of reason approach. By considering the current condition
of the insurance company’s market share, it could be said that pure product bundling or
tying in bancassurance is not infringe competition law however have a very small potential
to creates monopolistic practices and unfair business competition, therefore violating
Competition Law.

Key Words: Bancassurance; Exclusive Dealing; Bundling; Monopoly.

77
78 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

PENDAHULUAN Tulisan ini hendak menganalisis hal


tersebut dengan terlebih dahulu
Bancassurance adalah produk
membahas mengenai apa itu
asuransi yang dikembangkan dan
bancassurance, kemudian dilanjutkan
didistribusikan melalui jaringan bank.
dengan analisis mengenai praktik
Bisnis ini berbentuk kerja sama antara
bundling dalam bancassurance.
pihak bank dan pihak asuransi tanpa
Penjualan secara bundling terjadi ketika
mengambil alih produk-produk
produk bank dan produk asuransi
asuransi.
sebagai dua produk yang terpisah dijual
secara bundle. Dalam kategori jenis
Pada tanggal 2 April 2014, untuk
bancassurance yang dibuat oleh Bank
pertama kalinya KPPU menggelar sidang
Indonesia (BI) diketahui bahwa terdapat
terkait kasus bancassurance.1 Dalam
jenis bancassurance yang merupakan
perkara Nomor 05/KPPU-I/201, PT.
pure bundling atau disebut juga tying.
Bank Rakyat Indonesia, Tbk., (Persero)
Kemudian pada bagian selanjutnya akan
(Terlapor I), yang melakukan perjanjian
dianalisis apakah pure bundling atau
bancassurance dengan PT. Asuransi
tying dalam bancassurance melanggar
Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera (Terlapor II)
hukum persaingan usaha khususnya
dan PT. Heksa Eka Life Insurance
Pasal 15 ayat (2) UU Persaingan Usaha
(Terlapor III) dilaporkan karena diduga
mengenai Perjanjian Tertutup dan Pasal
melakukan pelanggaran Pasal 15 ayat
19 huruf a UU Persaingan Usaha
(2) dan/atau Pasal 19 huruf a Undang-
mengenai penguasaan pasar. Mengingat
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
pendekatan yang dipakai adalah rule of
Larangan Praktik Monopoli dan
reason maka harus dibuktikan tindakan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU
tersebut menyebabkan praktik monopoli
Persaingan Usaha). Perkembangan
dan persaingan usaha tidak sehat.
praktik bancassurance membuat
Sampai saat ini, potensi bancassurance
otoritas pengawas perbankan
melanggar ketentuan tersebut sangat
menghimbau agar bancassurance
kecil mengingat tidak ada pelaku usaha
terbuka bagi asuransi lain, artinya tidak
perbankan dan/atau asuransi yang
ada perjanjian eksklusif antara satu
menguasai pasar. Terakhir adalah
asuransi tertentu dengan pihak bank.2
bagian penutup yang berisi kesimpulan.
Pertanyaannya adalah apakah benar
strategi pemasaran produk asuransi
dalam bancassurance berpotensi
melanggar hukum persaingan usaha.

1
Yudanov, ‘Dugaan Perjanjian Tertutup dan Penguasaan Pasar oleh BRI’ (2014) <http://
www.kppu.go.id/id/2014/04/dugaan-perjanjian-tertutup-dan-penguasaan-pasar-oleh-bri/>
diakses 17 April 2014. Ilyas Istianur Pradita, ‘Strategi Bisnis Bancassurance berpotensi picu
Monopoli’ (2014) <http://bisnis.liputan6.com/read/2028883/strategi-bisnis-bancassurance-
ri-berpotensi-picu-monopoli> diakses 17 April 2014.
2
FAT, ‘OJK Minta Bancassurance Terbuka Bagi Asuransi lain. Jika Tak Terbuka Bagi Industri
Asuransi Lain, maka Tidak Fair’ <http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5333e8bae1daf/
ojk-minta-bancassurance-terbuka-bagi-asuransi-lain> diakses 17 April 2014.
2015] AKTIVITAS BANCASSURANCE DALAM DUNIA PERBANKAN 79

PEMBAHASAN adalah aktivitas kerjasama antara bank


dengan perusahaan asuransi dalam
Bancassurance Sebagai Praktik Bisnis rangka memasarkan produk asuransi
Perbankan di Indonesia melalui bank. Aktivitas kerjasama ini
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) model
Bancassurance adalah aktivitas
bisnis sebagai berikut:
kerjasama antara bank dengan
perusahaan asuransi dalam rangka a. Referensi
memasarkan produk asuransi melalui
bank. Bancassurance merupakan Referensi merupakan suatu aktivitas
terobosan bagi perusahaan asuransi kerjasama pemasaran produk asuransi,
untuk meningkatkan nasabahnya. Hal dengan Bank berperan hanya
ini bisa dimengerti mengingat hasil mereferensikan atau merekomendasikan
analisis terhadap tingkat penetrasi, suatu produk asuransi kepada nasabah.
density dan kontribusi asuransi Peran bank dalam melakukan
menunjukkan bahwa peningkatan dan pemasaran terbatas sebagai perantara
pertumbuhan asuransi di Indonesia dalam meneruskan informasi produk
sampai dengan sekarang masih belum asuransi dari perusahaan asuransi
mampu memberikan kontribusi yang mitra bank kepada nasabah atau
signifikan terhadap perkembangan menyediakan akses kepada perusahaan
perekonomian nasional.3 Hal itu dapat asuransi untuk menawarkan produk
diartikan bahwa kesadaran asuransi kepada nasabah. Aktivitas ini
“berasuransi” di kalangan masyarakat dapat dibedakan sebagai berikut: 1)
Indonesia masih rendah.4 referensi dalam rangka produk bank; 2)
referensi tidak dalam rangka produk
Pemahaman mengenai bank.
bancassurance dapat diperoleh dari
Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/ Dalam aktivitas yang pertama, yaitu
35/DPNP tanggal 23 Desember 2010 referensi dalam rangka produk bank,
perihal Penerapan Manajemen Risiko bank mereferensikan atau
pada Bank yang Melakukan Aktivitas merekomendasikan produk asuransi
Kerjasama Pemasaran dengan yang menjadi persyaratan untuk
Perusahaan Asuransi (Bancassurance).5 memperoleh suatu produk perbankan
Yang dimaksud dengan aktivitas kepada nasabah. Persyaratan
kerjasama pemasaran antara bank keberadaan produk asuransi tersebut
dengan perusahaan asuransi yang dimaksudkan untuk kepentingan dan
selanjutnya disebut bancassurance perlindungan kepada bank atas risiko
dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini terkait dengan produk yang diterbitkan

3
Hendrisman Rahim, ‘Optimisme Pertumbuhan Asuransi Indonesia; Proyeksi Perkembangan
Lima Tahun (2014-2018)’ (2013) 1 Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko 1, 12.
4
Ibid.
5
Selanjutnya disebut SEBI No. 12/35/DPNP.
80 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

atau jasa yang dilaksanakan oleh Bank asuransi, dengan bank berperan
kepada nasabah. Dalam hal ini, pada memasarkan produk asuransi kepada
hakikatnya produk asuransi juga untuk nasabah dengan cara melakukan
melindungi debitur sebagai pihak modifikasi dan/atau menggabungkan
tertanggung meskipun dalam polis produk asuransi dengan produk bank.
dicantumkan banker’s clause karena
bank sebagai penerima manfaat. Aktivitas kerjasama pemasaran ini
dilakukan oleh bank dengan cara
Sedangkan dalam referensi tidak menawarkan atau menjual bundled
dalam produk bank, bank product kepada nasabah melalui tatap
mereferensikan produk asuransi yang muka dan/atau dengan menggunakan
tidak menjadi persyaratan untuk sarana komunikasi (telemarketing),
memperoleh suatu produk perbankan termasuk melalui surat, media
kepada nasabah. elektronik, dan website bank. Dengan
demikian, peran bank tidak hanya
b. Kerjasama Distribusi meneruskan dan memberikan
penjelasan yang terkait dengan produk
Kerjasama distribusi merupakan
asuransi kepada nasabah, tetapi juga
suatu aktivitas kerjasama pemasaran
menindaklanjuti aplikasi nasabah atas
produk asuransi, dengan bank berperan
bundled product, termasuk yang terkait
memasarkan produk asuransi dengan
dengan produk asuransi kepada
cara memberikan penjelasan mengenai
perusahaan asuransi mitra bank.
produk asuransi tersebut secara
langsung kepada nasabah. Terkait dengan tanggung jawab
pihak bank, SEBI telah menentukan
Peran bank tidak hanya sebagai
bahwa dalam penyusunan perjanjian
perantara dalam meneruskan informasi
kerjasama dalam rangka bancassurance
produk asuransi dari perusahaan
antara bank dengan perusahaan
asuransi mitra bank kepada nasabah,
asuransi mitra bank, wajib disusun
tetapi bank juga memberikan penjelasan
dengan menggunakan bahasa Indonesia
secara langsung yang terkait dengan
dan paling kurang memuat kejelasan
produk asuransi seperti karakteristik,
hak dan kewajiban masing-masing
manfaat, dan risiko dari produk yang
pihak (bank dan perusahaan asuransi
dipasarkan dan meneruskan minat atau
mitra bank), terutama adanya klausula
permintaan pembelian produk asuransi
yang menyatakan tanggung jawab
dari nasabah kepada perusahaan
masing-masing pihak dalam melakukan
asuransi mitra bank.
bancassurance. 6 SEBI menentukan
c. Integrasi Produk terkait dengan tanggungjawab bank
pada produk asuransi antara lain
Integrasi produk merupakan suatu sebagai berikut: 1) untuk model bisnis
aktivitas kerjasama pemasaran produk

6
Lihat SEBI No. 12/35/DPNP bagian II.B.2.a.
2015] AKTIVITAS BANCASSURANCE DALAM DUNIA PERBANKAN 81

referensi dan/atau kerjasama distribusi, sebagai larangan bagi pelaku usaha


bank tidak menanggung risiko atas untuk melakukan penjualan dengan
produk asuransi yang dijual; 2) untuk cara bundling. Bundling adalah
model bisnis integrasi produk, bank penjualan dua atau lebih produk yang
hanya bertanggung jawab sebatas risiko berbeda dalam satu paket.8 Selanjutnya
dari produk bank. Selain itu, dalam juga dikatakan bahwa kata berbeda
perjanjian juga harus memuat secara dalam pengertian bundling tersebut
jelas batas tanggung jawab antara bank mengandung implikasi yang besar.
dan perusahaan asuransi mitra bank Maksud dari produk yang berbeda
pada setiap produk yang dipasarkan adalah setiap produk yang dijual secara
dalam hal terjadi perselisihan dengan bundling pada dasarnya memiliki pangsa
nasabah.7 pasar sendiri. 9 Artinya, konsumen
dimungkinkan membeli masing-masing
Konsep Bundling dalam Hukum produk secara terpisah apabila produk
Persaingan Usaha tersebut tidak dijual secara bundle.

Pada dasarnya pelaku usaha tidak Secara teori, bundling sebagai


dilarang untuk menjual dua atau lebih strategi pemasaran dapat dibedakan
barang secara bersamaan atau menjual menjadi dua dimensi yaitu dilihat dari
secara bundle. Larangan yang the focus of bundling dan the form of
ditetapkan pada Pasal 15 ayat (2) UU bundling. 10 Dari fokusnya bundling
Persaingan Usaha dengan judul dibagi menjadi dua jenis yaitu price
Perjanjian Tertutup adalah larangan bagi bundling dan product bundling. Price
pelaku usaha untuk membuat bundling diartikan sebagai penjualan
perjanjian dengan pihak lain yang dua atau lebih produk yang terpisah
memuat persyaratan bahwa pihak yang dalam satu paket dengan harga diskon,
menerima barang dan atau jasa tertentu tanpa adanya integrasi kedua produk
harus bersedia membeli barang dan atau tersebut.11 Sedangkan product bundling
jasa lain dari pelaku usaha pemasok. diartikan sebagai integrasi dan
Sesuai dengan judul pada Pasal 15 yaitu penjualan dua atau lebih produk yang
perjanjian tertutup, maka yang menjadi terpisah denga harga tertentu. 12
pokok atau inti pengaturan pasal ini Sedangkan dari bentuknya, bundling
adalah adanya perjanjian. dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
pure bundling dan mixed bundling.13 Pure
Pasal 15 ayat (2) UU Persaingan
bundling merujuk pada penjualan dua
Usaha diatas seringkali disalah mengerti

7
Lihat SEBI No. 12/35/DPNP bagian II.B.2.h.
8
Stefan Strernersch dan Gerard J. Tellis, ‘Strategic Bundling of Products and Prices: A New
Synthesis for Marketing’ (2002) 66 Journal of Marketing 55, 56.
9
Ibid.
10
Ibid. 57.
11
Ibid. 56.
12
Ibid. 57.
13
Timoty Derdenger dan Vineet Kumar, ‘The Dynamic Effects of Bundling as a Product Strategy’
(2013) 32 Marketing Science Journal 827, 828.
82 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

atau lebih produk hanya dalam bentuk Sampai pada titik ini dapat dipahami
bundle. Sedangkan mixed bundling bahwa penjualan secara bundling bukan
merujuk pada praktik penjualan dua merupakan hal yang dilarang secara
atau lebih produk dalam bentuk bundle mutlak. Pedoman yang dipakai dalam
atau dapat pula tidak dalam bentuk menilai strategi bundling yang
bundle, artinya produk-produk tersebut diterapkan adalah apakah tindakan ini
dapat juga dijual secara individual. Pure berpotensi menciptakan kondisi anti
bundling sering pula disebut sebagau persaingan dan mengakibatkan pada
tying, yaitu adanya kewajiban bagi terjadinya monopoli. Dengan demikian,
pembeli suatu produk untuk membeli pendekatan yang digunakan dalam
produk lain yang diikatkan ke produk menilai bundling product adalah
utama tersebut.14 Menurut European pendekatan rule of reason. Pendekatan
Commission dan US Antitrust Law, rule of reason digunakan mengingat ada
bundling dikatakan bukan merupakan manfaat dari strategi bundling baik itu
tying kecuali ada pembatasan yang bagi konsumen maupun pelaku usaha,
efektif bagi konsumen dalam memilih sehingga penafsiran yang tidak kaku
untuk membeli produk secara terpisah, layak diterapkan.17
dengan kata lain ada paksaan untuk
Penggunaan rule of reason dalam
membeli yang dialami oleh konsumen.15
tying bukan merupakan hal yang
Ada pula yang mengatakan bahwa universal. sebagai contoh, dalam
tying baru ada jika suatu produk Microsoft Case, European Commission
diikatkan pada produk lain yang menggunakan pendekatan rule of
memiliki kekuatan pasar.16 Jika salah reason 18 akan tetapi putusan ini
satu produk yang di-bundling tersebut kemudian dianulir oleh European Court,
memiliki kekuatan pasar maka akan yang berarti European Court tetap
terjadi kondisi antipersaingan dan menggunakan standar per se rule dalam
berpotensi menimbulkan monopoli. tying agreement.19 Sedangkan di Amerika

14
Ibid.
15
Nicholas Economides dan Ioannis Lianos, ‘The Elusive Antitrust Standard on Bundling in Europe
and In the United States in the Aftermath of the Microsoft Cases’ (2009) 76 Antitrust Law
Journal 483, 528.
16
Robert H. Bork dan J. Gregory Sidak, ‘What Does The Chicago School Teach About Internet
Search and the Antitrust Treatment of Google?’ (2012) 8 Journal of Competition Law & Economics
663, 598-599. Lihat juga Ahmad Adi Nugroho, ‘Strategi Bundling/Tying Sebagai Upaya Abuse
of Dominance: Studi Kasus Penerapan Tying/Bundling oleh Microsoft’ ( 2010) 3 Jurnal Persaingan
Usaha KPPU 53, 58.
17
Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pasal 15 (Perjanjian Tertutup) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 5. Lihat juga Ahmad Adi Nugroho, Op.Cit. 75.
18
European Commission press release of March 24, 2004, ‘Commission Concludes on Microsoft
Investigation, Imposes Conduct Remedies and a Fine’ IP/04/382. <http://europa.eu/rapid/
p r e s s R e l e a s e s A c t i o n . d o ? r e f e r e n c e = I P / 0 4 /
382&format=HTML&aged=0&language=EN&guiLanguage=en> diakses 18 April 2014.
19
Christian Ahlborn dan David S. Evans, ‘The Microsoft Judgement and its Implication for
Competition Policy towards Dominant Firms in Europe’ (2008) 75 Antitrust Law Journal 1, 14
<http://ssrn.com/abstract=1115867> diakses 18 April 2014.
2015] AKTIVITAS BANCASSURANCE DALAM DUNIA PERBANKAN 83

Serikat, untuk beberapa kasus dibuktikan bahwa strategi pemasaran


pendekatan rule of reason digunakan yang dilakukan secara bundling dapat
dalam perkara bundling, dalam hal ini mengakibatkan terjadinya praktik
digunakan enam kriteria untuk menilai monopoli dan atau persaingan usaha
ilegalitas, sebagai berikut: tidak sehat. 21 Adapun pedoman
penafsiran Pasal 15 mengenai perjanjian
We describe the rule of reason in terms
of six conditions, as follows: Bundling is
tertutup memberikan kriteria mengenai
iliegai under the rule of reason when it adanya pelanggaran perjanjian tertutup
involves (I) pure bundling (2) of separate yaitu:22
products (3) by a firm with market power.
(4) involving a substantial amount of a) Perjanjian tertutup yang dilakukan
commerce, (5) which poses a threat that harus menutup volume perdagangan
the bundling firm will acquire additional secara substansial atau mempunyai
market power over at least one of the potensi untuk melakukan hal tersebut.
products that is bundled with the tying Berdasarkan pasal 4, ukuran yang
product, and (6) no plausible consumer digunakan adalah apabila akibat
benefits offset the potential damage to dilakukannya perjanjian tertutup ini,
competition.20 pengusaha memiliki pangsa 10% atau
lebih.23
Apabila dibandingkan, kriteria rule b) Perjanjian tertutup dilakukan oleh
pelaku usaha yang memiliki kekuatan
of reason dan kriteria pelanggaran pasar, dan kekuatan tersebut dapat
perjanjian tertutup memiliki kriteria semakin bertambah karena strategi
yang hampir sama. Perbedaannya perjanjian tertutup yang dilakukan.
Ukuran kekuatan pasar adalah sesuai
adalah dalam kriteria perjanjian tertutup dengan pasal 4 yaitu memiliki pangsa
tidak ada kriteria yang keenam yaitu pasar 10% atau lebih.24
secara masuk akal keuntungan yang c) Dalam perjanjian tying, produk yang
diikatkan dalam suatu penjualan harus
dirasakan oleh konsumen tidak dapat berbeda dari produk utamanya.
mengimbangi kerusakan kompetisi. d) Pelaku usaha yang melakukan
perjanjian tying harus memiliki
Selanjutnya, sekali lagi ditegaskan kekuatan pasar yang signifikan
sehingga dapat memaksa pembeli untuk
bahwa pendekatan yang dipakai untuk membeli juga produk yang diikat.
menilai pelanggaran Pasal 15 UU Ukuran kekuatan pasar adalah sesuai
Persaingan Usaha mengenai perjanjian dengan pasal 4 yaitu memiliki pangsa
tertutup adalah pendekatan rule of pasar 10% atau lebih.25
reason, oleh karenanya harus

20
Stefan Strernersch dan Gerard J. Tellis, Op.Cit. 58-59.
21
Lihat Pasal 17 ayat (1) UU Persaingan Usaha.
22
Bab IV.3. Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pasal 15 (Perjanjian Tertutup) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 22.
23
Ketentuan 10% sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan KPPU tersebut berbeda dengan
Pasal 4 ayat 2 UU Persaingan Usaha “Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-
sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana
dimaksud ayat (1), apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.”
24
Ibid.
25
Ibid.
84 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

Ketentuan Pasal 15 UU Persaingan bertentangan dengan hukum persaingan


Usaha yang ditafsirkan dengan pedoman usaha. Sampai saat tulisan ini dibuat,
diatas, tidak dapat dihindarkan harus belum ada keputusan atas perkara
dihubungkan dengan ketentuan tersebut. Tulisan ini tidak hendak
mengenai penguasaan pasar dalam menganalisis kasus bancassurance BRI
Pasal 19 huruf a UU Persaingan Usaha yang disidangkan oleh KPPU namun
yang melarang pelaku usaha baik sendiri praktik bancassurance secara umum.
maupun bersama pelaku usaha yang
lain untuk menolak dan/atau Memperhatikan pengertian bundling
menghalangi pelaku usaha tertentu sebagaimana telah diuraikan
untuk melakukan kegiatan usaha yang sebelumnya, maka tidak semua jenis
sama pada pasar bersangkutan apabila aktivitas bank26 dalam bancassurance
mengakibatkan terjadinya praktik dapat dikategorikan sebagai bundling.
monopoli dan persaingan usaha tidak Kerjasama bancassurance yang
sehat. menempatkan bank dalam posisi
perantara tidak dapat dikatakan sebagai
Sampai titik pembahasan ini bundling, sedangkan aktivitas
diketahui bahwa praktik bundling bancassurance yang menjual produk
merupakan salah satu strategi bank dan asuransi secara bersamaan
pemasaran yang boleh diterapkan oleh dapat dikatakan sebagai bundling.
pelaku usaha sepanjang tidak
menimbulkan praktik monopoli dan Aktivitas kerjasama dalam bentuk
persaingan usaha yang tidak sehat. referensi bukan dalam rangka produk
Selanjutnya menjadi pertanyaan yang bank dan kerjasama distribusi tidak
akan dijawab terkait dengan tulisan ini dapat dikategorikan sebagai bundling.
adalah apakah strategi bancasurrance Hal ini dapat dijelaskan demikian, dalam
melanggar hukum persaingan usaha, bentuk kerjasama referensi tidak dalam
akan dianalisis pada bagian dibawah ini. rangka produk bank, pihak bank
memberikan referensi mengenai adanya
Benarkah Bancasurrance sebagai produk asuransi tertentu yang tidak
Bentuk Bundling Berpotensi menjadi persyaratan untuk memperoleh
Menyebabkan Terjadinya Praktik suatu produk perbankan kepada
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak nasabah.27 Sehingga dalam hal ini, bank
Sehat? tidak menawarkan produk asuransi
bersamaan dengan menawarkan produk
Seperti telah disinggung pada bagian bank, dengan kata lain, bank hanya
pendahuluan, KPPU mulai menawarkan produk asuransi saja.
menyidangkan dugaan adanya perjanjan
tertutup dan penguasaan pasar yang

26
Jenis aktivitas bank dimaksud sesuai dengan kategori yang dibuat dalam SE BI No. 12/35/
DPNP.
27
Lihat Bagian I.1.a.2).SE BI No. 12/35/DPNP.
2015] AKTIVITAS BANCASSURANCE DALAM DUNIA PERBANKAN 85

Selanjutnya, dalam aktivitas kerugian dijual secara bersamaan


kerjasama distribusi, dikatakan bahwa sebagai suatu paket. Jika dikaitkan
bank berperan memasarkan produk dengan definisi bundling sebagaimana
asuransi dengan cara memberikan dijelaskan di atas, produk bank dan
penjelasan mengenai produk asuransi produk asuransi jelas merupakan dua
secara lansung kepada nasabah jenis produk yang berbeda dan terpisah,
kemudian meneruskan minat nasabah yang kemudian dijual secara bundle.
kepada perusahaan asuransi.28 Sebagai Dilihat dari the focus of bundling, jelas
konsekuensi logis, dalam aktivitas bahwa kerjasama bancassurance
bancassurance referensi tidak dalam dengan jenis referensi dalam rangka
produk bank dan kerjasama distribusi, produk bank merupakan bundling
produk asuransi dijual terpisah dari product. Selanjutnya, apabila dilihat dari
produk bank dengan bank berperan the form of bundling maka
seperti agen asuransi.29 bancassurance jenis ini merupakan pure
bundling atau disebut juga tying.
Praktik bundling dapat ditemui
Dikatakan pure bundling atau tying
dalam dua jenis bancassurance yaitu
karena produk bank tidak mungkin
referensi dalam rangka produk bank dan
diperoleh tanpa membeli produk
integrasi produk. Pertama,
asuransi.31 Dengan demikian produk
bancassurance dengan jenis referensi
bank sebagai produk utama yang
dalam rangka produk bank. Bank
diinginkan oleh pembeli ditempatkan
mereferensikan atau merekomendasikan
sebagai produk pengikat (tying product)
produk asuransi yang menjadi
dan asuransi sebagai produk yang oleh
persyaratan untuk memperoleh suatu
penjual diwajibkan untuk dibeli oleh
produk perbankan kepada nasabah.30
pembeli ditempatkan sebagai produk
Salah satu contoh yang diberikan dalam
ikatan (tied product).
SE BI No. 12/35/DPNP adalah kredit
kendaraan bermotor yang disertai Kemudian yang kedua,
kewajiban asuransi kerugian terhadap bancassurance dengan jenis integrasi
kendaraan bermotor yang dibiayai bank. produk. Integrasi produk merupakan
Kata kunci disini adalah adanya bentuk kerjasama pemasaran produk
kewajiban produk asuransi untuk asuransi dengan cara bank melakukan
mendapatkan produk perbankan yang modifikasi dan/atau menggabungkan
diinginkan nasabah, dalam hal ini kredit produk asuransi dengan produk bank,
kendaraan bermotor. Dengan demikian selanjutnya bank menawarkan dan/
produk perbankan (kredit) dan asuransi atau menjual bundled product kepada

28
Lihat Bagian I.1.b. SE BI No. 12/35/DPNP.
29
Dikatakan seperti agen asuransi karena bank tidak bertindak untuk dan atas nama perusahaan
asuransi.
30
Lihat Bagian 1.1.a.1) SE BI No. 12/35/DPNP.
31
Perlu diingat bahwa asuransi diletakkan sebagai syarat untuk mendapatkan produk bank yang
diinginkan (kredit).
86 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

nasabah. 32 Dalam integrasi produk, produk utama (tying product) diikat


peran bank tidak hanya memberikan dengan produk asuransi (tied product)
penjelasan namun juga menindaklanjuti yang kemudian dijual sebagai satu
aplikasi nasabah atas bundled product, produk. Dalam integrasi produk,
termasuk yang terkait dengan produk nasabah bank tidak dimungkinkan
asuransi kepada perusahaan asuransi membeli salah satu produk secara
mitra bank. 33 Dengan demikian terpisah karena produk tersebut sudah
diketahui bahwa dalam integrasi menyatu.
produk, bank menjual produk bank dan
Sekilas referensi dalam rangka
produk asuransi dalam satu kesatuan
produk bank dan integrasi produk
sebagai konsekuensi logis dari adanya
nampak hampir sama, perbedaan utama
modifikasi dan integrasi antara produk
adalah pada referensi dalam rangka
bank dan asuransi. Oleh karenanya BI
produk bank konsumen tetap melihat
menegaskan bahwa dalam kerjasama
jelas ada dua produk yang terpisah yaitu
pemasaran jenis ini, bundled product
produk bank dan produk asuransi.
yang dipasarkan harus dapat
Sementara itu dalam integrasi produk,
dipisahkan atas bagian produk yang
tied product seolah-olah menyatu/
menjadi risiko bank dan bagian produk
terintegrasi dengan tying product.
yang menjadi resiko perusahaan
Dengan demikian dari luar, konsumen
asuransi mitra bank sehingga resiko
seolah-olah hanya membeli satu produk
masing-masing dapat diidentifikasi,
bank (misalnya tabungan dengan
diukur, dipantau, dan dikendalikan.34
pencapaian jumlah target nominal
BI juga membatasi bahwa integrasi tertentu dalam waktu tertentu) yang
produk bank hanya diperkenankan memiliki fitur tambahan (misalnya, ada
dilakukan dengan produk asuransi yang perlindungan asuransi jiwa selama
bersifat perlindungan.35 Dilihat pada jangka waktu target yang ditawarkan).
pengertian bundling, jelas bahwa Dalam rangka melindungi konsumen, BI
integrasi produk merupakan bentuk mewajibkan pihak bank untuk
bundling karena mengintegrasikan dua menjelaskan nasbah mengenai resiko
produk yang berbeda kemudian dijual terpisah maupun hak dan kewajiban
dalam satu paket. Dilihat berdasar yang ditanggung oleh bank dan
kategori focus bundling, ini merupakan perusahaan asuransi mitra bank.36
bundling product, dan dilihat dari
Sampai pada titik ini menjadi jelas
bentuknya merupakan pure bundling
bahwa jenis bancassurance yang
atau disebut juga sebagai tying. Pure
merupakan bentuk bundling yaitu
bundling menampakkan wujud yang
referensi dalam rangka produk bank dan
jelas karena produk bank sebagai

32
Lihat Bagian I.1.c. SE BI No. 12/35/DPNP.
33
Ibid.
34
Lihat bagian II.C.3.a. SE BI No. 12/35/DPNP.
35
Ibid. huruf b.
36
Ibid. huruf d.
2015] AKTIVITAS BANCASSURANCE DALAM DUNIA PERBANKAN 87

integrasi produk. Dilihat dari the focus No. 5 Tahun 2011 mengenai pedomanan
of bundling keduanya merupakan penafsiran pasal 15 UU Persaingan
bundling product dan dilihat dari the form Usaha, untuk menganalisis adanya
of bundling keduanya merupakan pure perjanjian tertutup harus dibuktikan
bundling atau disebut juga tying. dengan mempelajari latar belakang
dibuatnya perjanjian tertutup tersebut
Selanjutnya, menjadi pertanyaan
serta menganalisis dampak dari
penting untuk dijawab mengenai apakah
dilaksanakannya hak-hak dan
praktik bancassurance dengan cara pure
kewajiban-kewajiban para pihak yang
bundling product atau tying seperti ini
lahir dari perjanjian tersebut.38 Oleh
melanggar hukum persaingan usaha.
karenanya perlu digunakan kriteria
Apabila merujuk pada Pasal 15 ayat 2
sebagai tolok ukur adanya pelanggaran
UU Persaingan Usaha, unsur yang
pasal 15 ayat 2 UU Persaingan Usaha.
membentuk hanyalah adanya perjanjian
antara pelaku usaha satu dengan pelaku Dengan demikian untuk
usaha lain dan adanya kewajiban menentukan terjadinya pelanggaran
pembeli untuk membeli barang dan/ bancassurance perlu dianalisi kasus per
atau jasa lain dari perusahaan pemasok. kasus. Namun demikian apabila dilihat
Apabila unsur ini saja yang dipakai kriteria dalam Peraturan KPPU39 maka
dalam menilai adanya tying sebagai kriteria pada huruf c yang mengenai
bagian dari perjanjian tertutup,37 maka syarat produk yang dijual secara tying
bancassurance memenuhi unsur pasal harus merupakan produk yang terpisah
15 UU Persaingan Usaha. Namun jelas terpenuhi. Kemudian kriteria pada
demikian sebagai konsekuensi logis dari huruf a.b.d terkait dengan adanya
pendekatan rule of reason yang dipakai kekuatan pasar yang signifikan, di mana
maka sesuai dengan Peraturan KPPU ukuran kekuatan paar yang signifikan

37
Hal ini digunakan oleh investigator dalam kasus bank BRI (Perkara Nomor 05/KPPU-I/2014)
yang baru mulai disidangkan di KPPU pada tanggal 2 April 2014. “Dari Laporan Dugaan
Pelanggaran yang dibacakan oleh Investigator tersebut diketahui bahwa dugaan elanggaran
Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terbukti dengan adanya Perjanjian
KPR BRI yang dibuat antara Terlapor I selaku pelaku usaha dengan debitur KPR BRI selaku
pihak lain. Perjanjian KPR BRI tersebut terbukti memuat persyaratan bahwa debitur KPR BRI
selaku pihak yang menerima barang tertentu berupa KPR BRI, diwajibkan membeli barang lain
yaitu dengan membayar premi untuk asuransi jiwa dari Konsorsium Terlapor II dan Terlapor
III selaku pelaku usaha pemasok. Maka dengan demikian seluruh unsur Pasal 15 ayat (2)
terpenuhi.” <http://www.kppu.go.id/id/2014/04/dugaan-perjanjian-tertutup-dan-
penguasaan-pasar-oleh-bri/> Diakses 19 April 2014.
38
Bab IV.3. Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pasal 15 (Perjanjian Tertutup) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 22.
39
Kriterianya adalah: a) Perjanjian tertutup yang dilakukan harus menutup volume perdagangan
secara substansial atau mempunyai potensi untuk melakukan hal tersebut; b) Perjanjian
tertutup dilakukan oleh pelaku usaha yang memiliki kekuatan pasar, dan kekuatan tersebut
dapat semakin bertambah karena strategi perjanjian tertutup yang dilakukan; c) Dalam
perjanjian tying, produk yang diikatkan dalam suatu penjualan harus berbeda dari produk
utamanya; d) Pelaku usaha yang melakukan perjanjian tying harus memiliki kekuatan pasar
yang signifikan sehingga dapat memaksa pembeli untuk membeli juga produk yang diikat.
88 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

adalah pasal 4 UU Persaingan Usaha,40 perusahaan asuransi mitra secara


maka pelanggaran baru muncul bila eksklusif dapat menghalangi
bancassurance mengakibatkan adanya perusahaan asuransi lain untuk
pengusaan 75% dari pangsa pasar. melakukan kegiatan usaha di pasar
Melihat pada kriteria ini, nampaknya bersangkutan.44 Namun demikian harus
tidak ada bank ataupun perusahaan diingat bahwa Pasal 19 UU Persaingan
asuransi pelaku bancassurance yang Usaha juga menggunakan pendekatan
terancam melanggar perjanjian tertutup rule of reason sehingga mensyaratkan
karena pada faktanya tidak ada satupun bahwa perjanjian yang dibuat tersebut
bank atau perusahaan asuransi di mengakibatkan terjadinya praktik
Indonesia yang memiliki market share monopoli dan persaingan usaha tidak
lebih dari 30%.41 Namun hal ini mungkin sehat.45 Dihubungkan dengan Pasal 17
saja berubah mengingat asuransi terus ayat (2) huruf c UU Persaingan Usaha,
mengalami pertumbuhan dalam kurun dikatakan bahwa monopoli terjadi jika
waktu lima tahun terakhir.42 Tingkat ada penguasaan pasar sebesar lebih dari
pertumbuhan rata-rata premi industri 50% oleh satu pelaku usaha atau satu
asuransi di Indonesia dalam lima tahun kelompok pelaku usaha. Dengan
terakhir ini menurut Laporan demikian, perjanjian eksklusif dalam
Perasuransian (2011) adalah sebesar bancassurance harus dipastikan dapat
21,4%.43 membuat bank atau perusahaan
asuransi menguasai pasar lebih dari
Selanjutnya apabila dilihat
50% sehingga berada dalam posisi
kemungkinan pelanggaran Pasal 19
monopoli. Namun demikian melihat
huruf a UU Persaingan Usaha, maka
pada market share perusahaan asuransi,
apabila ada perjanjian antara bank dan

40
Ukuran kekuatan pasar yang dipakai adalah UU Persaingan Usaha dan bukan Peraturan KPPU
karena secara hirarki UU Persaingan Usaha berada dalam tataran yang lebih tinggi sehingga
peraturan dibawahnya termasuk Peraturan KPPU harus merujuk pada UU ini.
41
Pada tahun 2010, Bank Mandiri sebagai bank dengan market share tertinggi hanya menguasai
13,65% disusul dengan BRI dengan market share 13,140% dan BCA 10,750%. Kompas Online,
‘Inilah 10 Besar Bank di Indonesia’ <http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/14/
1707069/Inilah.10.Besar.Bank.di.Indonesia> diakses 19 April 2014. Rina Hutajulu, ‘AIA
Menempati Peringkat 2 Pangsa Pasar Asuransi Jiwa di Indonesia’ <http://www.the-
marketeers.com/archives/aia-menempati-peringkat-2-di-pangsa-pasar-asuransi-jiwa-
indonesia.html#.U1GGyodD-JQ> diakses 19 April 2014.
42
Hendrisman Rahim, Op.Cit. 15.
43
Ibid. 9.
44
Pasal 1 angka 10 UU Persingan Usaha: “Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang
sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut.“
45
Investigator dalam kasus bank BRI (Perkara Nomor 05/KPPU-I/2014) yang disidangkan di KPPU
pada tanggal 2 April 2014. Syarat penguasaan pasar dikaitkan pada adanya akibat terjadi
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Investigator KPPU mengatakan: “Pasal 19
huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 telah terbukti karena Terlapor I melakukan
kegiatan bancassurance bersama dengan pelaku usaha lain yaitu Terlapor II dan Terlapor III,
yang menolak dan atau menghalangi perusahaan asuransi jiwa lain untuk melakukan kegiatan
usaha yang sama pada pasar produk asuransi jiwa bagi debitur KPR BRI di seluruh wilayah
Indonesia.” <http://www.kppu.go.id/id/2014/04/dugaan-perjanjian-tertutup-dan-
penguasaan-pasar-oleh-bri/> diakses 19 April 2014.
2015] AKTIVITAS BANCASSURANCE DALAM DUNIA PERBANKAN 89

maka dapat dikatakan bahwa sampai mengenai penguasaan pasar. Melihat


saat ini tidak ada ada potensi terjadinya pada kondisi perbankan dan
praktik monopoli dan persaingan usaha perasuransian Indonesia, tidak ada satu
tidak sehat dalam bancassurance.46 pelaku usaha pun yang menguasai
pangsa pasar sampai dalam persentase
Pada akhirnya dapat dikatakan
yang dilarang, oleh karenanya praktik
bahwa bancassurance dalam bentuk
bancassurance pada saat ini tidak
pure bundling product berpotensi dalam
melanggar hukum persaingan usaha
skala yang sangat kecil (mengingat fakta
akan tetapi memiliki potensi yang kecil
market share perbankan) menyebabkan
akan menciptakan praktik monopoli dan
terjadinya praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat.
persaingan usaha yang tidak sehat.
Namun demikian, potensi yang sangat
kecil ini dapat berubah jika asuransi
berkembang dengan pesat dan terdapat DAFTAR BACAAN
perusahaan asuransi – dari antara 137
Jurnal
perusahaan asuransi yang ada (sampai
akhir September 2013) 47 – secara Ahlborn, Christian, dan David S. Evans,
mengejutkan mampu menguasai pasar. ‘The Microsoft Judgement and its
Implication for Competition Policy
PENUTUP
towards ominant Firms in Europe’
Praktik bancassurance di dunia 75 Antitrust Law Journal 1. <http:/
perbankan dalam bentuk bundling /ssrn.com/abstract=1115867>
terdiri dari kerjasama pemasaran diakses 18 April 2014.
dengan jenis referensi dalam rangka
Bork, Robert H., dan J. Gregory Sidak,
produk bank dan integrasi produk.
‘What Does The Chicago School
Dilihat dari fokusnya, keduanya
Teach About Internet Search and The
merupakan bundling product dan dilihat
Antitrust reatment of Google?’ (2012)
dari bentuknya keduanya merupakan
8 Journal of Competition Law &
pure bundling atau tying. Pada dasarnya
Economics 663.
penjualan secara bundling tidak
dilarang, namun demikian pelaku usaha
Derdenger, Timoty, dan Vineet Kumar,
perlu berhati-hati agar tidak melanggar
‘The Dynamic Effects of Bundling as
pasal 15 ayat (2) UU Persaingan Usaha
a Product Strategy’ (2013) 32
mengenai perjanjian tertutup dan Pasal
Marketing Science Journal 827.
19 huruf b UU Persaingan Usaha

46
Menurut survei Frontier Consulting Group, perusahaan asuransi Prudential memiliki market
share paling tinggi (25.8%) pada tahun 2012. Lihat, Suhartono Chandra, ‘Brand Diagnostic
dan Hasil Pengukuran Top-Brand Index – Analisis pada Industri Asuransi’ Jiwa. <http://
www.frontier.co.id/brand-diagnostic-dan-hasil-pengukuran-top-brand-index-analisis-pada-
industri-asuransi-jiwa.html> diakses 22 April 2014.
47
Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Triwulan III Tahun 2013, 17.
90 REFLEKSI HUKUM [Vol. 9, No. 1

Economides, Nicholas, dan Ioannis e u r o p a . e u / r a p i d /


Lianos, ‘The Elusive Antitrust pressReleasesAction.do?reference=IP/
Standard on Bundling in Europe and 04/3 8 2 & f o r m a t = H T M L & a
In The United States in The g e d = 0 & l a n g u a g e
Aftermath of The Microsoft Cases’ =EN&guiLanguage=en > diakses 18
(2009) 76 Antitrust Law Journal April 2014.
483.
FAT, ‘OJK Minta Bancassurance
Nugroho, Ahmad Adi, ‘Strategi Terbuka Bagi Asuransi lain. Jika Tak
Bundling/Tying Sebagai Upaya Terbuka Bagi Industri Asuransi Lain,
Abuse of Dominance: Studi Kasus maka Tidak Fair’ (2014) <http://
Penerapan Tying/Bundling oleh www.hukumonline.com/berita/
Microsoft’ ( 2010) 3 Jurnal baca/lt5333e8bae1daf/ojk-minta-
Persaingan Usaha KPPU 53. bancassurance-terbuka-bagi-
asuransi-lain> diakses 17 April
Rahim, Hendrisman, ‘Optimisme 2014.
Pertumbuhan Asuransi Indonesia;
Proyeksi Perkembangan Lima Tahun Pradita, Ilyas Istianur, ‘Strategi Bisnis
(2014-2018)’ (2013) 1 Jurnal Bancassurance berpotensi picu
Asuransi dan Manajemen Resiko 1. monopoli’ (2014) <http://
bisnis.liputan6.com/read/
Strernersch, Stefan, dan Gerard J. Tellis, 2028883/strategi-bisnis-
‘Strategic Bundling of Products and bancassurance-ri-berpotensi-picu-
Prices: A New Synthesis for monopoli> diakses 17 April 2014.
Marketing’ (2002) 66 Journal of
Marketing 55. Yudanov, ‘Dugaan Perjanjian Tertutup
dan Penguasaan Pasar oleh BRI’
Internet <http://www.kppu.go.id/id/2014/
04/dugaan-perjanjian-tertutup-dan-
Chandra, Suhartono, ‘Brand Diagnostic
penguasaan-pasar-oleh-bri/>
dan Hasil Pengukuran TTop-Brand
diakses 17 April 2014.
Index – Analisis pada Industri
Asuransi Jiwa’ <http://
www.frontier.co.id/brand-
diagnostic-dan-hasil-pengukuran-
top-brand-index-analisis-pada-
industri-asuransi-jiwa.html> diakses
22 April 2014.

European Commission, ‘Commission


Concludes on Microsoft
Investigation, Imposes Conduct
Remedies and a Fine’ <http://

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai