1. Jiwa Keikhlasan
1. Jiwa Kesederhanaan
2. Jiwa Berdikari
3. Jiwa Ukhuwah Islamiyah
4. Jiwa Kebebasan
14 KUALIFIKASI PEMIMPIN
1. Ikhlas
5. Amanah
6. Jujur dan Terbuka
7. Tegas
8. Mau berkorban
9. Bekerja keras dan sungguh-sungguh
10. Memiliki kemampuan berkomunikasi
11. Menguasai masalah dan dapat
menyelesaikannya
12. Membuat network dan memanfaatkannya
13. Selalu mengambil inisiatif
14. Mempunyai nyali besar dan berani mengambil
resiko
15. Baik bermu’amalah ma’allah dan ma’annaas.
FUNGSI
Adapun fungsi OSPEK adalah sebagai:
TUJUAN
Adapun tujuan OSPEK adalah:
SASARAN
Sasaran kegiatan OSPEK adalah:
1. Mahasiswa baru semester 1 sebagai peserta
kegiatan
2. Mahasiswa semester 5 sebagai penyelenggara
kegiatan
~ Sekapur Sirih ~
َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسَي َرى اللَّهُ َع َملَ ُك ْم َوَر ُسولُهُ َوال ُْم ْؤِمنُو َن
اد ِة َف ُينَبِّئُ ُك ْم بِ َم ا ُك ْنتُ ْم َت ْع َملُ و َن ِ َو َس ُت َردُّو َن إِلَى َع الِ ِم الْغَْي
َّ ب َو
َ الش َه
.…
Manusia Maksimalis
Sejak masih menjadi santri KMI, kita pasti sudah
tahu trifungsi peran utama ustadz Gontor: mengajar,
membantu pondok, dan kuliah.
Pengabdian yang sukses adalah pengabdian yang
bisa memerankan tiga hal tersebut secara seimbang dan
maksimal. Jadi, jika ditanya, berapa persen pembagian
kualitas mengajar, bantu pondok, dan kuliah? Maka
jawabannya adalah: Mengajar 100%, Bantu pondok
100%, dan Kuliah juga 100%!
Pondok menggunakan konsep totalitas kehidupan
dan PDLT (Prestasi, Dedikasi, Loyalitas, Tanpa cacat)
dalam setiap kegiatannya. Sehingga tidak ada istilah
'setengah-setengah' dalam berbuat. Bekerja setengah-
setengah merupakan tanda seorang yang berpikir
pragmatis, bukan idealis.
Tidak ada pemisahan antara satu kegiatan dengan
lainnya. Semuanya saling mendukung dan bersangkutan
menjadi sebuah integritas yang kuat. Kuliah mendukung
kualitas proses pengajaran. Mengajar merupakan salah
satu bentuk nyata membantu pondok. Kuliah berkualitas
ikut membantu pondok menaikkan kualitas pendidikan
UNIDA. Tidak ada satupun kegiatan yang berdiri sendiri.
Semuanya dapat dilaksanakan dengan baik di bawah
integritas sistem pesantren yang unik dan total quality
control.
Beratkah? (Ikhlaskan)
Seringkali kita mengeluh: tugas kuliah bertumpuk,
tugas bagian belum beres, mengajar dikejar-kejar batas
pelajaran. Seakan waktu 24 jam sehari itu sangat kurang
bagi seorang guru mahasiswa. BERAT!
Benarkah? Mungkin. Tapi, hati-hati. Mengeluh
adalah tanda keikhlasan yang KURANG.
Seorang mukhlis tidak takut resiko dari amalnya.
Capek, penat, dan lelah tidaklah masalah baginya.
Bahkan, jika ia enjoy dan menikmati setiap kegiatannya,
tidak akan ada lelah yang terasa.
Tanda lain dari ikhlas adalah ia tidak mempan
dengan pujian ataupun celaan. Dipuji, ia tidak
bangga/besar kepala. Dicela, ia pun tidak putus
semangat. Orang berkata apa, seorang mukhlis hanya
menanggapi dengan diam dan senyuman.
Ia tidak akan pusing dengan tidak adanya balas
budi dari orang yang ia bantu. Bahkan jika ia dizalimi
oleh orang yang ia tolong, ia tidak akan menyebut
kebaikannya terhadap orang itu. Ia berbuat baik hanya
karena mengharap surga dan ridha-Nya.
Susah? Allah kan tidak terlihat? Mana dosa dan
pahala kita? Kita juga tidak tahu bentuk surga, kan?
Itulah ujian bagi orang beriman. Barangsiapa beriman, ia
akan percaya dan beramal untuknya.
Pelanggaran Tahunan Ustadz Jadid
Namanya juga guru baru, belum kenal baik dengan
ahwal sekitar ustadz. Dan sudah maklum, guru baru jadi
sorotan dari semua generasi sebelumnya. Salah sedikit,
hujatan menyerang. Meskipun, kalau baik terus,
seringkali, hanya didiamkan saja (Sekali lagi, keikhlasan
diuji). Intinya, guru tahun pertama SELALU SALAH.
Cukuplah bersabar.
Di antara sorotan itu adalah pelanggaran tahunan
guru baru:
1. Kecelakaan Motor: Setiap tahun pasti ada.
Menjadi santri 6 tahun tanpa sepeda motor, tentu
ketagihan. Ngebut, nge-trip jauh setiap Jum’at,
sering keluar pondok, dan kecelakaan motor
seakan 'hal wajib' di tahun pertama. Lalu, kalau
tahu itu jelek, untuk apa diikuti? Cukup gunakan
motor seperlunya saja.
2. Bisnis: Sudah mendapat 'beasiswa' malah
mencari untung. Jadinya, tugas pondok
terbengkalai, keikhlasan pun hilang.
3. Handphone: Guru baru fokus kepada pengabdian
yang menentukan ijazah dan kualitas dirinya
sebagai alumni. Tapi, bagaimana bisa fokus,
kalau ia selalu terpaku pada game dan medsos di
hape androidnya?
4. Terlambat: Entah kenapa, Kamisan selalu dihiasi
dengan 'artis' dari tahun pertama. Terlambat (atau
tembus) mengajar, terlambat piket, terlambat
laporan, dan terlambat taftisy hanya sederet
alasan klasik untuk menjadi 'artis'.
5. Malas: Baik di kamar bagian maupun di acara
bantu pondok, sekali malas, hujatan akan banyak
menghampiri, entah terang-terangan maupun dari
belakang. Cukuplah jadikan setahun ini setahun
yang berarti.
6. Adab: Dengan kawan seangkatan apalagi senior,
gunakan panggilan 'ustadz'; bukan panggilan
sekedar nama; apalagi julukan. Dengan begitu,
sikap akan lebih terjaga, berbicara pun akan lebih
terkontrol.
7. Masa Bodoh: Kamar berantakan, WC kotor,
tugas bagian terbengkalai, acara pondok tidak
tahu seakan 'biasa saja'. Lebih parah lagi, kalau
guru baru masa bodoh dengan itu semua, alias
hanya diam di kamar. Orang bertanya-tanya,
mana pengabdiannya? Bagaimanapun, guru baru
selalu dinilai.
8. Uswah: Baju slim-fit, kemeja bermotif, ikat
pinggang mengkilat, dan rambut gondrong itu
bukan konsumsi seorang ustadz; apalagi guru
baru. Sedikit saja melanggar, hujatan menghajar.
9. Komunikasi Jelek: Membuat acara/inovasi baru,
namun tanpa komunikasi (memberitahu) pihak
yang berwenang/bertanggung jawab, termasuk
komunikasi yang jelek.
10. Penggelapan Uang: Uang bagian pondok
dipakai untuk kebutuhan pribadi. Pinjam uang
atas nama pondok/kampus, dibelokkan ke
dompet. Pegang uang konsulat/klub, dipakai
untuk makan-makan. Ingatlah hadis, tidaklah
beriman orang yang tidak bisa memegang
amanah (HR Ahmad).
Bahasa Seorang Guru
KMI Gontor Dua masih berusia balita, memasuki
tahun ke-4 saat ini. Tren nilai yang selalu turun menjadi
pertanyaan: ada apa gerangan? Usut punya usut, ternyata
itu berawal dari lemahnya bahasa santri. Mereka lemah
akibat kekurangan contoh yang ideal dalam berbahasa.
Lalu, siapa lagi yang bisa menjadi contoh selain kita para
guru?
Santri hanya menjadi pemeran pasif dalam sistem
belajar KMI. Mereka hanya mendengarkan setiap kalimat
yang disampaikan para guru. Mereka tidak akan bisa
berperan aktif dalam berkata dan menulis kecuali dari
kata yang mereka dengar dulu ketika menjadi santri.
Mereka sering mendengar bahasa Arab, maka lancarlah
ia berkata dengannya. Lebih sering mendengar bahasa
Indonesia, ia akan lebih lancar dengannya.
Guru merupakan sosok yang paling banyak ditemui
santri dalam pondok. Ia diibaratkan sebagai pengganti
orang tua. GURU dijabarkan: diGUgu dan ditiRU.
Digugu, ditaati para santri. Ditiru, dalam pakaian,
ucapan, sikap, dan perbuatan. Guru berbahasa Arab,
ditiru. Selalu berbahasa Indonesia, ya ditiru juga.
Semuanya ada di tangan kita, ingin santri lancar
berbahasa Arab atau berbahasa Indonesia? Kalau dilihat
dari pelajaran KMI yang 85% berbahasa Arab, tentulah
kita tahu wajibnya berbahasa Arab bagi guru.
Wadah Olahraga Dewan Guru
Olahraga adalah bagian dari kehidupan khas
Gontor Dua. Seorang guru bisa dikatakan kurang bergaul
jika tidak aktif dalam olahraga. Toh, olahraga juga
bermanfaat untuk kita sendiri.
Para dewan guru memiliki tempat khusus di sini.
Khususnya adalah: depan Sintesa dan belakang masjid.
Selebihnya adalah hak khusus milik santri. Meskipun
begitu, waktu olahraga sangatlah luas dibandingkan
santri, bisa pagi buta ataupun larut sore.
Andaikan guru masih lemah dalam olahraga, ada
banyak sekali wadah olahraga berupa klub futsal, basket,
takraw, dan sepak bola. Tidak perlu malu, karena hak
belajar manusia tidak pernah dibatasi oleh umur, dari
buaian hingga liang lahad. Lebih baik lagi, jika kita
memang memiliki kemampuan lebih di olahraga untuk
mengajarkannya kepada orang lain di wadah-wadah
tersebut.
Kegiatan olahraga pun sangat intens. Sewaktu-
waktu ada event lomba dari pengurus DEMA seperti:
lomba antar fans club Eropa, Muharrom Cup, DEMA
Cup, dan Festival UNIDA. Di sinilah event pembuktian
diri dari kualiltas diri kita di bidang olahraga.
~ Pengabdian ~
2. Akan
muncul
footnote di
bawah,
ketiklah sumber kutipan.
Mengatur garis Footnote ke arah kanan (makalah Arab)
1. Klik ribbon tab View >> Draft
2. Ketik nama
buku/nama
pengarang (di
kotak bawah),
tekan Enter
jika hasil
pencarian
belum sesuai.
Klik dua kali
pada hasil
pencarian
3. Buk
u
aka
n
terb
uka
dan
siap
diba
ca
per
bab
yan
g
ada
di
pan
el
kan
an.
MENCARI KATA KUNCI
di beberapa buku bisa dilakukan dengan cepat oleh
program Shamela.
1. Klik ikon pencarian (teropong) di toolbar atas
Tips:
untu
k
men
cari
biog
rafi
pen
ulis
dan
kete
rang
an
sepu
tar
buk
u
(pen
erbit
,
tahu
n,
kota
,
pen
gara
ng),
klik
pada
ikon
nom
or 4
dari
kiri
(iko
n
kert
as
puti
h).