I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAAH Subhanahu wata’ala. Karena atas izin dan
karunianya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu tanpa kurang
suatu apapun. Shalawat beserta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
MUHAMMAD sallallahu alaihi wasalama. Beserta keluarga,sahabat, dan para pengikutnya umat
islam sekalian, Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir.
Pada kesempatan yang baik ini kami akan membahas makalah yang berjudul “ pengembangan
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, ssehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukkan
masukkan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
penyusun
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Guru merupakan sosok sentral dalam pendidikan. Dengan guru maka peserta didik mampu
mendapatkan hal baru yang dapat membantunya untuk bisa bertahan dalam persaingan
kehidupan ini. Adanya guru tentu saja sangat berperan dalam perkembangan pendidikan yang
ada. Selain itu, tentu saja semua perilaku yang ada dalam diri seorang guru menjadi contoh
bagi muridnya. Disisi lain, seorang guru itu sendiri juga harus memiliki etika demi
mewujudkan dan meningkatkan profesionalismenya sebagai guru. Karena guru merupakan
suatu profesi yang harus dibanggakan.
Guru dalam pandangan masyarakat juga merupakan sosok yang luar biasa berpengaruh.
Karena menurut masyarakat guru merupakan sosok yang mampu membuat perubahan dan
perbaikan bagi kondisi masyarakat yang ada. Selain pada masyarakat, tentu seorang guru
sangat diperlukan pula bagi para wali peserta didik, sebab para wali peserta didik tersebut
sudah mempercayakan kepada seorang guru agar mampu mendidik, mengajar, dan
membimbing anaknya. Bukan hanya sampai disitu, guru disini juga harus memiliki etika
terhadap para rekan sejawatnya, karena guru ini akan berkumpul dengan rekan-rekan sesama
guru dalam mendidik, mengajar, dan membimbing para muridnya. Karena sangat pentingnya
kedudukan guru disini, tentu untuk menjaga hubungan tersebut diperlukanlah etika guru itu
sendiri. Maka, untuk mengetahui lebih jelas terkait etika guru, di dalam makalah ini penulis
akan sedikit mengulasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika guru terhadap dirinya sendiri?
2. Bagaimana etika guru terhadap rekan sejawatnya?
3. Bagaimana etika guru terhadap peserta didik?
4. Bagaimana etika guru terhadap wali peserta didik?
5. Bagaimana etika guru terhadap masyarakat?
C . Tujuan
1. Untuk mengetahui etika guru terhadap dirinya sendiri
2. Untuk mengetahui etika guru terhadap rekan sejawat nya
3. Untuk mengetahui etika guru terhadap peserta didik
4. Untuk mengetahui etika guru terhadap wali peserta didik
5. Untuk mengetahui etika guru terhadap masyarakat
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kendati demikian kita tidak boleh berbuat sewenang-wenang kepada orang lain dengan
alasan ego. Inilah yang dinamakan ego pribadi. Setiap orang memiliki ego pribadi, tetapi
ego pribadi ini akan melebur menjadi ego bersama ketika antar pribadi memasuki arena
pergaulan. Disini tidak berlaku lagi ego pribadi, karena kita harus mengedepankan ego
bersama atau lebih populer dengan istilah kepentingan bersama.
9
masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
5. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
6. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
7. Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya.
8. Guru melakukan semua usaha untuk bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif
dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan siswanya.
9. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
10. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan siswanya kepada masyarakat.
11. Guru tidak boleh menampilkan diri secara eksklusif dalam kehidupan masyarakat.
12. Menjadi teladan bagi masyarakat
Hendaknya kita menyadari bahwa tugas dan kewajiban untuk mendidik bangsa tidak
sebatas lingkungan sekolah saja. Secara moral tugas dan kewajiban itu kita bawa selamanya
ke manapun kita pergi. Tidak berarti usai bel berakhir berdentang usai segalanya. Justru kita
sedang memasuki tugas dan kewajiban baru di tengah-tengah masyarakat.
Kalau di depan anak didik kita harus bisa menampilkan sikap dan perilaku yang patut
diteladani, begitu pula di tengah-tengah masyarakat. Keteladanan itu merupakan kunci
membuka diri kita agar bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Di sisi lain kita harus
menyadari bahwa keteladanan itu merupakan dambaan masyarakat. Mereka selalu berharap
guru berperan lebih nyata di tengah masyarakat.
13. Memiliki sifat andap asor
Kita lebih mudah diterima oleh masyarakat apabila memiliki sifat apabila kita menampilkan
sikap dan perilaku yang andap asor. Berendah hati itu akan selalu membawa
keberuntungan, masyarakat menyukai pribadi-pribadi yang berendah hati. Berendah hatilah
karena itulah yang seharusnya kita lakukan.
Belajarlah pada tanaman padi, semakin berisi semakin tunduk. Sadarlah bahwa ketika
masyarakat melihat sosok seorang guru citra yang melekat padanya adalah sosok yang
berilmu. Orang yang tinggi ilmunya akan berusaha menyembunyikan ilmunya dalam-dalam
sehingga sikap dan perilakunya andap asor. Sebaliknya orang yang ilmunya hanya seujung
kuku alias cethek biasanya suka memamerkan diri.
14. Mau bergaul dengan masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial, kita semua tahu, kita semua saling membutuhkan, tidak
mungkin seorang manusia mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, interaksi antar sesama menjadi kebutuhan mutlak, walaupun setiap
1
0
manusia memiliki ego, namun pada saat-saat tertentu ego harus ditinggalkan.
Semua guru yang baik semestinya pandai bergaul, ia tidak boleh menutup diri seolah-olah
tidak membutuhkan masyarakat sekitarnya. Ia harus mau srawung dengan masyarakat
sekitarnya, karena dirinya merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Boleh-boleh saja
ia menjaga privasinya, namun hendaknya tidak bertentangan dengan kepentingan
masyarakat.
Ia akan membaurkann dirinya ke tengah-tengah masyarakat. Ia merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari masyarakatnya. Seorang guru yang menyadari bahwa dirinya
dibutuhkan untuk berperan, tidak akan melarikan dari kewajiban moralnya. Justru di
tengah-tengah masyarakat itulah ia bisa menampilkan dirinya secara utuh, secara moral ia
tetap seorang guru di luar lingkup sekolah.
Rasanya kurang etis jika ada guru yang tidak mau bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
Padahal sebagai seorang guru harusnya bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik
di tengah masyarakatnya, tidak malah mementingkan dirinya sendiri dengan tidak mau tahu
kebutuhan masyarakatnya. Ada perasaan kurang pas jika ada guru yang bersikap
individualistis.
15. Peduli terhadap acara lingkungan
Berbicara tentang kepedulian, harus kita akui bahwa para guru memiliki kepedulian tinggi
terhadap lingkungannya. Banyak sekali bapak guru kita yang menjadi tokoh terpandang di
tengah masyarakat karena kepeduliannya yang tinggi terhadap lingkungan.
Semua itu membuktikan bahwa para pendidik kita masih menjadi tumpuan masa depan
bangsa. Di pundak merekalah kita berharap banyak, mereka memikul tanggung jawab besar
dibanding dengan tingkat kesejahteraannya. Kita (yang bukan guru) seharusnya memiliki
kekaguman dan rasa malu karena jerih payah mereka selama ini yang tak kenal keluh kesah.
1
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
Demikian makalah ini kami buat, jika terdapat kesalahan dalam penulisan maupun
penyampaiannya,kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Atas kritikan dan saran dari
pembaca kami ucapkan terima kassih
DAFTAR PUSTAKA
- Basuki dan Ulum, Miftakul. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: Stain Po Press, 2007.
Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta, 2013.
Irhim, Soejitno. Menjadi Guru yang Digugu dan Ditiru. Jakarta: Seyma Media, 2006.
Nursaidah, Iyay. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Penghayatan Guru Dalam
Etika Profesi Untuk Mewujudkan Produktivitas Kerja Guru.” Jurnal Pendidikan UNIGA 11, no. 1
(2017): 58–66.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Zulhimma. “Eksistensi Etika Profesi Keguruan Dalam Dunia Pendidikan.” Logaritma 1, no. 02
(2015).
1
3