Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAAH Subhanahu wata’ala. Karena atas izin dan
karunianya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu tanpa kurang
suatu apapun. Shalawat beserta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
MUHAMMAD sallallahu alaihi wasalama. Beserta keluarga,sahabat, dan para pengikutnya umat
islam sekalian, Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir.

Pada kesempatan yang baik ini kami akan membahas makalah yang berjudul “ pengembangan
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, ssehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukkan
masukkan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palu, 16 Mei 2022

penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….


DAFTAR ISI ………………………………………………………............
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ……………………………………….............
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………….............
C. TUJUAN ……………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A. BAGAIMANA ETIKA GURU TERHADAP DIRI SENDIRI..........
B. BAGAIMANA ETIKA GURU TERHADAP REKAN SEJAWAT...
C. BAGAIMANA ETIKA GURU TERHADAP PESERTA DIDIK......
D. BAGAIMANA ETIKA GURU TERHADAP WALI PESERTA
DIDIK.......................................................................................................
E. BAGAIMANA ETIKA GURU TERHADAP MASYARAKAT.........
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………….............
B. SARAN ………………………………………………………….........
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Guru merupakan sosok sentral dalam pendidikan. Dengan guru maka peserta didik mampu
mendapatkan hal baru yang dapat membantunya untuk bisa bertahan dalam persaingan
kehidupan ini. Adanya guru tentu saja sangat berperan dalam perkembangan pendidikan yang
ada. Selain itu, tentu saja semua perilaku yang ada dalam diri seorang guru menjadi contoh
bagi muridnya. Disisi lain, seorang guru itu sendiri juga harus memiliki etika demi
mewujudkan dan meningkatkan profesionalismenya sebagai guru. Karena guru merupakan
suatu profesi yang harus dibanggakan.

Guru dalam pandangan masyarakat juga merupakan sosok yang luar biasa berpengaruh.
Karena menurut masyarakat guru merupakan sosok yang mampu membuat perubahan dan
perbaikan bagi kondisi masyarakat yang ada. Selain pada masyarakat, tentu seorang guru
sangat diperlukan pula bagi para wali peserta didik, sebab para wali peserta didik tersebut
sudah mempercayakan kepada seorang guru agar mampu mendidik, mengajar, dan
membimbing anaknya. Bukan hanya sampai disitu, guru disini juga harus memiliki etika
terhadap para rekan sejawatnya, karena guru ini akan berkumpul dengan rekan-rekan sesama
guru dalam mendidik, mengajar, dan membimbing para muridnya. Karena sangat pentingnya
kedudukan guru disini, tentu untuk menjaga hubungan tersebut diperlukanlah etika guru itu
sendiri. Maka, untuk mengetahui lebih jelas terkait etika guru, di dalam makalah ini penulis
akan sedikit mengulasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika guru terhadap dirinya sendiri?
2. Bagaimana etika guru terhadap rekan sejawatnya?
3. Bagaimana etika guru terhadap peserta didik?
4. Bagaimana etika guru terhadap wali peserta didik?
5. Bagaimana etika guru terhadap masyarakat?

C . Tujuan
1. Untuk mengetahui etika guru terhadap dirinya sendiri
2. Untuk mengetahui etika guru terhadap rekan sejawat nya
3. Untuk mengetahui etika guru terhadap peserta didik
4. Untuk mengetahui etika guru terhadap wali peserta didik
5. Untuk mengetahui etika guru terhadap masyarakat

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Guru Terhadap Dirinya Sendiri


1. Guru harus berwibawa, tenang, khusyu’ serta memiliki keuletan agar para anak didik
tidak merasa malas dan bosan.
2. Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani profesi mengajar, seperti
pemikiran yang lurus, berpandangan jauh ke depan, cepat tanggap dan dapat mengambil
tindakan yang tepat pada saat-saat kritis agar guru berhasil menjalankan tugasnya serta
mempunyai kemauan yang kuat.
3. Berusaha untuk selalu bersyukur
Kita wajib bersyukur atas karunia yang diberikan Tuhan kepada kita. Walaupun nampaknya
rejeki yang kita terima tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi kalau kita mau
bersyukur Insya Allah akan cukup juga. Dengan bersyukur Tuhan akan menambah rezeki
kita dari arah yang tak disangka-sangka.
Bersyukur merupakan kewajiban bagi hamba Tuhan yang beriman. Kita semua sudah
mafhum akan janji Tuhan di dalam satu firman-Nya bahwa barangsiapa mau bersyukur
Tuhan akan menambah rezekinya, tetapi barangsiapa kufur maka siksa Tuhan sungguh
sangat pedih.
Profesi guru memang bukan profesi yang sangat menjanjikan. Bahkan mungkin kalah
pamor dengan profesi lain meskipun sama-sama pegawai negerinya. Menjadi guru mungkin
alternatif terakhir ketika semua pintu profesi telah tertutup rapat.

4. Berusaha untuk mengolah rasa kecewa


Tak selamanya kita menghadapi kondisi yang menyenangkan, begitulah kehidupan ini.
Kadang-kadang berada diatas, kadang di bawah. Kehidupan memiliki dua kutub ekstrim;
senang susah, siang malam, sukses gagal dan sebagainya. Sebagai manusia beriman kita
harus selalu menerima takdir Tuhan berapapun pedihnya.
Bahagia dan kecewa itu ditentukan oleh kita sendiri, bukan oleh orang lain. Biarpun orang
lain selalu mengecewakan kita tapi jika kita selalu menanggapinya dengan lapang dada kita
tidak mungkin larut dalam kekecewaan. Sumber bahagia dan kecewa itu sama, kitalah yang
membuatnya menjadi bahagia atau kecewa.
6. Berusaha menyikapi perubahan secara positif
5
Dengan berpikir positif kita dapat memperoleh kesempatan untuk memenangkan
perubahan. Pandanglah perubahan dengan apa adanya, dengan pandangan obyektif dan
jujur. Biarkan perubahan terjadi dengan sendirinya, tampil seutuhnya di hadapan kita.
Terimalah apa adanya baik buruknya, karena setiap sesuatu pasti ada baik buruknya.

7. Berusaha untuk tidak egois


Ego harus kita terima sebagai sesuatu yang dikaruniakan Tuhan kepada hamba-Nya.
Dengan sifatnya egoistis manusia bisa mempertahankan diri dari kesulitan yang menerima
hidupnya. Apabila manusia tidak memiliki ego maka ia akan bersikap pasrah walaupun ada
orang lain yang memukulinya. Ego membuat manusia berusaha melawan untuk
mempertahankan dirinya.

Kendati demikian kita tidak boleh berbuat sewenang-wenang kepada orang lain dengan
alasan ego. Inilah yang dinamakan ego pribadi. Setiap orang memiliki ego pribadi, tetapi
ego pribadi ini akan melebur menjadi ego bersama ketika antar pribadi memasuki arena
pergaulan. Disini tidak berlaku lagi ego pribadi, karena kita harus mengedepankan ego
bersama atau lebih populer dengan istilah kepentingan bersama.

B. Etika Guru Terhadap Rekan Sejawat


1. Dalam bergaul dengan sesama guru hendaknya bersifat terus terang, jujur dan terbuka.
2. Diantara sesama guru hendaknya selalu ada kesediaan untuk saling memberi saran,
nasehat dalam rangka melaksanakan jabatan masing-masing.
3. Di dalam menunaikan tugas dan memecahkan persoalan bersama hendaknya saling
tolong menolong dan penuh toleransi.
4. Guru hendaknya tidak saling menggunjing sesama guru.
5. Mengenal dan memahami kepribadian.
6. Menjalin komunikasi.
7. Melakukan persaingan sehat.
8. Suka berdiskusi dan bermusyawarah.

C. Etika Guru Terhadap Peserta Didik


Akhlak guru yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas menghadapi para siswa telah
dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Ibn Jama’ah misalnya, menyebutkan bahwa
seorang guru dalam menghadapi muridnya hendaknya:
1. Bertujuan mengharapkan keridhaan Allah SWT. Menyebarkan ilmu dan
menghidupkan syariat Islam.
6
2. Memiliki niat yang baik.
3. Menyukai ilmu dan mengamalkannya.
4. Menghormati kepribadian para pelajar pada saat pelajar tersebut salah atau lupa,
karena guru sendiri terkadang lupa.
5. Memberikan peluang terhadap pelajar yang menunjukkan kecerdasan dan keunggulan.
6. Memberikan pemahaman menurut kadar kesanggupan murid-muridnya.
7. Mendahulukan pemberian pujian daripada hukuman.
8. Menghormati muridnya.
9. Memberikan motivasi kepada para siswa agar giat belajar.
10. Memperlakukan para siswa secara adil dan tidak pilih kasih.
11. Memberikan bantuan kepada para siswa sesuai dengan tingkat kesanggupannya.
12. Bersikap tawadhu’ (rendah hati) kepada para pelajar antara lain dengan menyebut
namanya yang baik dan sesuatu yang menyenangkan hati.
Sementara itu al-Imam Muhyidin Yahya bin Syarf al-Nawawi, menyatakan bahwa
seorang guru ketika mengajar hendaknya berniat untuk memperoleh keridhaan-Nya dan
jangan menjadikannya sebagai perantara untuk mendapatkan kemewahan duniawi,
melainkan yang harus ditanamkan dalam benaknya adalah untuk beribadah. Untuk itu,
maka diperlukan niat yang baik, walaupun masalah ini terhitung cukup berat, terutama bagi
orang yang pertama kali melaksanakan tugas mengajar. Selain itu, ia juga harus
menunjukkan kecintaan kepada ilmu pengetahuan dengan cara mengingat manfaat dan
keutamaan ilmu dan para ulama’ sebagai pewaris Nabi. Selanjutnya sikap tersebut
dibarengi dengan senantiasa menunjukkan kebaikan pada dirinya dan putra-putranya
dengan bersikap lembut, sungguh-sungguh memperbaiki budi pekertinya, bersikap sabar
dalam menghadapi percobaan dan perlakuan yang kurang menyenangkan dari murid-
muridnya dengan cara melibatkan diri ke dalam perlakuan baik. Hal yang berikutnya yang
perlu dilakukan guru adalah menanyakan muridnya yang tidak hadir, berupaya memperluas
pemahamannya, memberikan nilai manfaat kepadanya, berupaya memberikan pemahaman
sesuai dengan tingkat kecerdasannya, serta tidak memberikan tugas yang terlalu ringan.
Selanjutnya Ibn Khaldun berpendapat bahwa seorang guru harus mengajar secara
bertahap, mengulang-ulang sesuai dengan pokok bahasan dan kesanggupan murid, tidak
memaksakan atau membunuh daya nalar siswa, tidak berpindah satu topik ke topik yang
lain sebelum topik pertama dikuasai, tidak memandang kelupaan sebagai suatu aib, tetapi
agar mengatasinya dengan jalan mengulang, jangan bersikap keras terhadap murid,
mendekatkan murid pada pencapaian tujuan, memperlihatkan tingkat kesanggupan murid
dan menolongnya agar murid tersebut mampu memahami pelajaran.
Dalam kaitannya dengan etika yang wajib dilaksanakan Guru terhadap muridnya, Imam al-
7
Ghazali dalam kitabnya Ihya ulum al-din menyatakan sebagai berikut:
1. Seorang guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid-muridnya dan
memperlakukan mereka seperti perlakuan mereka terhadap anaknya sendiri.
2. Tidak mengharapkan balas jasa atau ucapan terima kasih, tetapi dengan mengajar itu
ia bermaksud mencari keridhaan Allah SWT. Dan mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Mencegah murid dari sesuatu akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran, jika
mungkin dan jangan dengan terus terang, dengan jalan terus halus dan jangan mencela.
4. Supaya diperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara dengan mereka
menurut kadar akalnya dan jangan disampaikan sesuatu yang melebihi tingkat
tangkapannya agar ia tidak lari dari pelajaran, ringkasnya berbicaralah dengan bahasa
mereka.
5. Seorang guru garus mengamalkan ilmunya dan jangan berlain kata dengan
perbuatapelajarn.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa sosok guru yang ideal adalah guru yang memiliki
motivasi mengajar yang tulus, yaitu ikhlas dalam mengamalkan ilmunya, bertindak sebagai
orang tua yang penuh kasih sayang kepada anaknya, mampu menggali potensi yang dimiliki
para siswa, bersikap terbuka dan demokratis untuk menerima dan menghargai pendapat
para siswanya, dapat bekerjasama dengan para siswa dalam memecahkan masalah, dan ia
menjadi tipe ideal atau idola bagi siswanya, sehingga siswa itu mengikuti perbuatan baik
yang dilakukan gurunya menuju jalan akhirat.
Disini terlihat bahwa pada akhirnya para siswa dibimbing menuju taqarrub kepada Allah
SWT, atau berbagai upaya yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya dalam mengajar
pada akhirnya harus dapat membawa siswa menuju ke akhirat Allah SWT. Demikian pula
sikap guru yang berniat ikhlas, tidak mengharapkan imbalan, berakhlak mulia,
mengamalkan ilmu yang diajarkan-Nya dan menjadi panutan serta mengajar pada jalan
Allah SWT., adalah merupakan nilai-nilai ajaran tasawuf, yaitu tentang zuhud, qana’ah,
tawakkal, ikhlas, dan ridha.

D. Etika Guru Terhadap Wali Peserta Didik


Sekolah dalam melaksanakan pendidikan kepada anak-anak harus mengadakan kerjasama
dengan orangtua mereka. Dengan adanya kerjasama, orangtua akan memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya, sebaliknya para
guru dapat pula memperoleh keterangan-keterangan dari orangtua tentang kehidupan dan
sifat-sifat anak-anaknya. Keterangan-keterangan orangtua itu sangat besar gunanya bagi
guru dalam memberikan pelajaran dan pendidikan terhadap siswanya, juga merupakan
informasi bagi guru tentang keadaan alam sekitar tempat siswa-siswanya dibesarkan.
Adapun hubungan guru dengan orangtua siswa adalah sebagai berikut:
8
1. Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan orangtua/wali
siswa, dalam rangka kerjasama untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah dan
pribadi anak.
2. Segala kesalahpahaman yang terjadi antara guru dan orangtua/wali siswa, hendaknya
diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.
3. Guru berusaha membina hubungan kerja sama yang efektif dan efisien dengan orang
tua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
4. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai
perkembangan siswa.
5. Guru merahasiakan informasi setiap siswa kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.
6. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
7. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan siswa dan proses kependidikan pada umumnya.
8. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi dengannya
berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak-anak akan pendidikan.
9. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali
untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

E. Etika Guru Terhadap Masyarakat


Sekolah berada ditengah-tengah masyarakat berfungsi menjaga kelestarian nilai-nilai yang
positif yang ada dalam masyarakat, agar perwarisan nilai-nilai masyarakat itu berlangsung
dengan baik dan sekolah sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan
tradisi itu sesuai dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan oleh sebab
itu diperlukan saling pemahaman antara sekolah dan masyarakat. Adapun etika guru
terhadap masyarakat adalah:
1. Guru hendaknya selalu berusaha berpartisipasi terhadap lembaga serta organisasi-
organisasi di dalam masyarakat yang berhubungan dengan usaha pendidikan, sebab pada
hakekatnya pendidikan itu merupakan tugas pembangunan masyarakat dan kemanusiaan.
2. Guru hendaknya melayani dan membantu memecahkan masalah-masalah yang timbul
dalam masyarakat sesuai fungsi dan kemampuannya.
3. Guru hendaknya menghormati dan menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan
masyarakat dengan sikap membangun.[19]
4. Guru menjalin komunikasi dan kerja sama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan

9
masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
5. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
6. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
7. Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya.
8. Guru melakukan semua usaha untuk bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif
dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan siswanya.
9. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
10. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan siswanya kepada masyarakat.
11. Guru tidak boleh menampilkan diri secara eksklusif dalam kehidupan masyarakat.
12. Menjadi teladan bagi masyarakat
Hendaknya kita menyadari bahwa tugas dan kewajiban untuk mendidik bangsa tidak
sebatas lingkungan sekolah saja. Secara moral tugas dan kewajiban itu kita bawa selamanya
ke manapun kita pergi. Tidak berarti usai bel berakhir berdentang usai segalanya. Justru kita
sedang memasuki tugas dan kewajiban baru di tengah-tengah masyarakat.
Kalau di depan anak didik kita harus bisa menampilkan sikap dan perilaku yang patut
diteladani, begitu pula di tengah-tengah masyarakat. Keteladanan itu merupakan kunci
membuka diri kita agar bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Di sisi lain kita harus
menyadari bahwa keteladanan itu merupakan dambaan masyarakat. Mereka selalu berharap
guru berperan lebih nyata di tengah masyarakat.
13. Memiliki sifat andap asor
Kita lebih mudah diterima oleh masyarakat apabila memiliki sifat apabila kita menampilkan
sikap dan perilaku yang andap asor. Berendah hati itu akan selalu membawa
keberuntungan, masyarakat menyukai pribadi-pribadi yang berendah hati. Berendah hatilah
karena itulah yang seharusnya kita lakukan.
Belajarlah pada tanaman padi, semakin berisi semakin tunduk. Sadarlah bahwa ketika
masyarakat melihat sosok seorang guru citra yang melekat padanya adalah sosok yang
berilmu. Orang yang tinggi ilmunya akan berusaha menyembunyikan ilmunya dalam-dalam
sehingga sikap dan perilakunya andap asor. Sebaliknya orang yang ilmunya hanya seujung
kuku alias cethek biasanya suka memamerkan diri.
14. Mau bergaul dengan masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial, kita semua tahu, kita semua saling membutuhkan, tidak
mungkin seorang manusia mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, interaksi antar sesama menjadi kebutuhan mutlak, walaupun setiap
1
0
manusia memiliki ego, namun pada saat-saat tertentu ego harus ditinggalkan.
Semua guru yang baik semestinya pandai bergaul, ia tidak boleh menutup diri seolah-olah
tidak membutuhkan masyarakat sekitarnya. Ia harus mau srawung dengan masyarakat
sekitarnya, karena dirinya merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Boleh-boleh saja
ia menjaga privasinya, namun hendaknya tidak bertentangan dengan kepentingan
masyarakat.
Ia akan membaurkann dirinya ke tengah-tengah masyarakat. Ia merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari masyarakatnya. Seorang guru yang menyadari bahwa dirinya
dibutuhkan untuk berperan, tidak akan melarikan dari kewajiban moralnya. Justru di
tengah-tengah masyarakat itulah ia bisa menampilkan dirinya secara utuh, secara moral ia
tetap seorang guru di luar lingkup sekolah.
Rasanya kurang etis jika ada guru yang tidak mau bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
Padahal sebagai seorang guru harusnya bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik
di tengah masyarakatnya, tidak malah mementingkan dirinya sendiri dengan tidak mau tahu
kebutuhan masyarakatnya. Ada perasaan kurang pas jika ada guru yang bersikap
individualistis.
15. Peduli terhadap acara lingkungan
Berbicara tentang kepedulian, harus kita akui bahwa para guru memiliki kepedulian tinggi
terhadap lingkungannya. Banyak sekali bapak guru kita yang menjadi tokoh terpandang di
tengah masyarakat karena kepeduliannya yang tinggi terhadap lingkungan.
Semua itu membuktikan bahwa para pendidik kita masih menjadi tumpuan masa depan
bangsa. Di pundak merekalah kita berharap banyak, mereka memikul tanggung jawab besar
dibanding dengan tingkat kesejahteraannya. Kita (yang bukan guru) seharusnya memiliki
kekaguman dan rasa malu karena jerih payah mereka selama ini yang tak kenal keluh kesah.

1
1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan:


1. Etika Guru Terhadap Dirinya Sendiri: a) Ikhlas dalam mengajar , b) Guru harus berwibawa,
c) Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani profesi mengajar, d) Berusaha
untuk selalu bersyukur, e) Berusaha untuk mengolah rasa kecewa, f) Berusaha menyikapi
perubahan secara positif, i) Berusaha untuk tidak egois.
2. Etika Guru Terhadap Rekan Sejawatnya: a) Memahami arti pentingnya kerjasama, b)
Memiliki rasa toleransi, c) Tidak mudah iri hati, d) Suka berdiskusi dan musyawarah, serta e)
Mampu melihat kelebihan teman.
3. Etika Guru Terhadap Peserta Didik: Ikhlas dalam mengamalkan ilmunya, bertindak sebagai
orang tua yang penuh kasih sayang kepada anaknya, mampu menggali potensi yang dimiliki para
siswa, bersikap terbuka dan demokratis untuk menerima dan menghargai pendapat para siswanya,
dapat bekerjasama dengan para siswa dalam memecahkan masalah, dan ia menjadi tipe ideal atau
idola bagi siswanya.
4. Etika Guru Terhadap Wali Peserta Didik: a) Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan
timbal balik dengan orangtua/wali siswa, b) Segala kesalahpahaman hendaknya diselesaikan secara
musyawarah dan mufakat, c) Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan siswa.
1
2
5. Etika Guru Terhadap Masyarakat: a) Guru hendaknya selalu berusaha berpartisipasi
terhadap lembaga serta organisasi-organisasi di dalam masyarakat, b) Guru hendaknya melayani
dan membantu memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat sesuai fungsi dan
kemampuannya, c) Guru hendaknya menghormati dan menyesuaikan

B. SARAN

Demikian makalah ini kami buat, jika terdapat kesalahan dalam penulisan maupun
penyampaiannya,kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca. Atas kritikan dan saran dari
pembaca kami ucapkan terima kassih

DAFTAR PUSTAKA

- Basuki dan Ulum, Miftakul. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: Stain Po Press, 2007.
Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta, 2013.
Irhim, Soejitno. Menjadi Guru yang Digugu dan Ditiru. Jakarta: Seyma Media, 2006.
Nursaidah, Iyay. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Penghayatan Guru Dalam
Etika Profesi Untuk Mewujudkan Produktivitas Kerja Guru.” Jurnal Pendidikan UNIGA 11, no. 1
(2017): 58–66.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Zulhimma. “Eksistensi Etika Profesi Keguruan Dalam Dunia Pendidikan.” Logaritma 1, no. 02
(2015).

1
3

Anda mungkin juga menyukai