Anda di halaman 1dari 5

SOAL UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI

TENTANG CDOB

Dosen : Drs. Fakhren Kasim, MH. Kes, Apt.

Disusun Oleh :
Dhian Rachma Maulida (20340073)
Kelas: (B)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
1. Industri farmasi mempunyai fungsi...
a. Pembuatan obat dan atau bahan obat
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Penelitian dan pengembangan
d. A dan b benar
e. Semua benar
2. Jaminan kualitas oleh distributor untuk penyebaran obat merata dan teratur,
pengamanan lalulintas dan keabsahan serta mutu obat dan penyimpanan pbat
aman sesuai kondisi yang dipersyaratkan disebut ...
a. CPOB
b. CPKP
c. CPTB
d. CDOB
e. CPKB
3. Pengelolaan apotek meliputi sebagai berikut ...
a. Pembuatan, pengelolaan racikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan
penyerahan bahan kimia
b. Tidak melayani resep dokter, esep dokter spesialis dan resep dokter hewan
c. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi
d. Tidak melayani informasi mengenai perbekalan farmasi.
e. Semua benar
4. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menker/PER/XII/2010, Badan usaha yang memiliki ijin dari menteri kesehatan
untuk melakukan kegiatan membuat obat atau bahan obat adalah ...
a. Industri farmasi
b. PBF
c. Apotek
d. Toko obat
e. Supermarket
5. Pedagang farmasi adalah
a. Badan hukum yang tidak memiliki ijin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah eceran sesuai ketentuan UU
yang berlaku.
b. Badan hukum yang memiliki ijin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran
perbekalan farmasi dalam jumlah eceran sesuai ketentuan UU yang berlaku
c. Badan hukum yang tidak memiliki ijin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan UU
yang berlaku
d. Badan hukum yang memiliki ijin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan yang
berlaku.
e. Suatu tempat dilakukannya pengerjaan farmasi dan menyalurkan sediaan
farmasi serta perbekalan farmasi lain kepada masyarakat.
6. Larangan distribusi untuk PBF adalah ...
a. Menjual perbekalan farmasi secara eceran baik ditempat kerjanya atau di
tempat lain.
b. Melayani resep dokter
c. Melakukan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran narkotik tanpa ijin
d. Tidak melayani resep dokter
e. A,b dan c benar
7. PBF hanya dapat melaksanakan peyaluran obat keras kepada ...
a. PBF lain
b. Apotek
c. Puskesmas
d. Instansi yang diijinkan oleh menkes
e. Semua benar
8. Perbekalan yang meliputi obat, bahan obat, obat asli Indonesia, bahan obat asli
Indonesia, alat kesehatan dan kosmetik disebut ...
a. Perbekalan obat
b. Perbekalan perawatan
c. Perbekalan farmasi
d. Perbekalan apotek
e. Perbekalan dokter
9. Ijin yang harus dimiliki oleh seorang apoteker untuk dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas kefarmasian adalah ...
a. STRA
b. SIP
c. SIPA
d. STRTTK
e. SIAA
1. Apa saja yang dicantumkan pada label bahan awal di area penyimpanan kecuali yaitu

a. nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan


b. nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan
c. status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak)
d. nomor distribusi dan nama pabrik.
e. tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu

1. bagaimana jalur Distribusi sediaan Farmasi ?


jawab : Jalur distribusi obat diawali dari Industri Farmasi yang kemudian disalurkan
kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan selanjutnya PBF akan menyalurkan atau
mendistribusikan obat tersebut kepada PBF cabang, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, Balai Pengobatan, dan Gudang Farmasi.

2. Apakah Jalur Distribusi Semua Sediaan Farmasi itu Sama ?


Jawab :
 Khusus untuk sediaan farmasi berupa narkotika dan psikotropika memiliki
jalur distribusi khusus. Untuk Narkotika hanya bisa disalurkan dari Industri
Farmasi kepada Pedagang Besar Farmasi tertentu, Apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu, dan Rumah Sakit.
Kemudian dilanjutkan dari PBF disalurkan kepada PBF tertentu lainnya,
apotek, dan lembaga ilmu pengetahuan. Pendistribusian ini sesuai pada
Undang-Undang Republik Indonesia No.35 tahun 2009 untuk Narkotika.
 Selanjutkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun
1997 tentang penyaluran psikotropika dimulai dari Industri Farmasi dapat
menyalurkan kepada PBF, Apotek, Sarana Penyimbanan Sediaan Farmasi
Pemerintah, Rumah Sakit, Lembaga Penelitian atau Lembaga Pendidikan.
Kemudian dari PBF dapat disalurkan kepada PBF lain, Apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, Rumah Sakit, dan lembaga
pendidikan. Sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah dapat
menyalurkannya kepada puskesmas dan balai pengobatan

Anda mungkin juga menyukai