Usulan Penelitian Ilmi ACC
Usulan Penelitian Ilmi ACC
USULAN PENELITIAN
Disusun Oleh:
ILMI FAUZI
NPM 4122.1.16.12.0020
AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
TANJUNGSARI
2020
JUDUL : ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA
TANI PADI SAWAH YANG MENGGUNAKAN MESIN
PEMANEN PADI (Combine harvester) TIPE...
(Suatu Kasus di Kelompok Tani Sri Mekar di Desa Keboncau
Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang)
NPM : 4122.1.16.12.0020
Ketua Anggota
NIP.196112251987122001 NIP.196306121988032001
Mengesahkan
NIP.195906031984031001 NIP.195907211986032002
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Usulan Penelitian yang berjudul “ANALISIS PENDAPATAN DAN
EFISIENSI USAHA TANI PADI SAWAH YANG MENGGUNAKAN MESIN
Ilmi Fauzi
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia dalam bentuk pembangunan pertanian yang merupakan salah satu sub sistem
agribisnis. Pengalaman masa lalu membuktikan bahwa pembangunan pertanian yang tidak
disertai dengan pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta jasa –
jasa pendukung secara harmonis dan simultan tidak mampu mendayagunakan keunggulan
komperatif menjadi keunggulan bersaing melalui pembangunan sistem dan usahan agribisnis.
Adapun yang menjadi visinya yaitu “terwujudnya perekonomian nasional yang sehat melalui
pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan
petani dalam berbagai prioritas kegiatan yang lebih terencana, terjadwal, terorganisir dan
memiliki kemampuan dalam pengelolaan agro input, proses produksi, pengelolaan hasil dan
Jawa Barat yang dituangkan dalam peraturan Perda No 1 tahun 2000 diorientasikan pada
Menurunnya peran sektor pertanian diikuti pula semakin berkurangnya luas lahan
upaya-upaya penerapan berbagai teknologi baik dalam proses produksi ataupun penggunaan
teknologi lainnya.
budidaya (onfarm) merupakan subsistem yang penting karena berpengaruh langsung terhadap
swasembada beras Nasional, serta pencapaian kesejahteraan petani diperlukan adanya upaya
– upaya penerapan berbagai inovasi teknologi yang efektif dan efisien guna menekan
pangan lainnya karena selain untuk memenuhi kebutuhan pangan yang pokok juga menanam
padi sesuai dengan kebiasaan dan potensi keungggulan pada masing-masing daerah. Usaha
pengembangan produksi tanaman padi harus dilaksanakan dalam situasi yang semakin
kompetitif yaitu sistem yang efesien mempunyai produktivitas yang tinggi dan mampu
mampu bersaing di pasar global. Tingkat produktivitas padi yang dihasilkan setiap tahunnya
yang selalui diperbaiki melalui berbagai cara terutama cara intensifikasi melalui berbagai
teknologi yang selalu disempurnakan. Lebih jelasnya produksi dan produktivitas padi tingkat
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa produksi padi yang dihasilkan dari tahun ke
tahun terjadi peningkatan seiring bertambahnya luas panen. Menurut Tri Bastuti Purwantini
dan Sri Hery Susilowati (2017) Produktivitas padi setiap tahunnya meningkat pula
(Combine Harvester) antara lain adalah: (1) meningkatkan produksi per satuan luas;
efektivitas, produktivitas, kuantitas, dan kualitas hasil pertanian; (4) mempertahankan mutu
pada penanganan segar, meningkatkan nilai tambah pada hasil produksi dengan proses
pengolahan yang benar dan tepat, tanpa memengaruhi rasa dan aroma; (5) meningkatkan
efisiensi lahan dan tenaga kerja; (6) menghemat energi dan sumber daya (benih, pupuk, dan
air); (7) meminimalkan faktor-faktor penyebab kegagalan dalam produksi; (8) meningkatkan
luas lahan yang ditanami dan menghemat waktu; dan (9) menjaga kelestarian lingkungan dan
Penggunaan alat mesin pertanian juga dapat meningkatkan mutu dan nilai tambah
agribisnis terpadu yang pada akhirnya akan memacu kegiatan ekonomi di pedesaan
(Manwan dan Ananto 1994). Penggunaan teknologi selain dapat meningkatkan hasil juga
dapat menghemat penggunaan faktor produksi sehingga usaha tani padi sawah tidak hanya
menjadi efektif juga menjadi lebih efesien. Keadaan demikian tentunya menuntut penerapan
teknologi lebih ditingkatkan lagi sehingga tidak hanya meningkatkan produktivitas, juga akan
Kendala lain yang sering dijumpai pada daerah sentra produksi padi dewasa ini
adalah tidak tersedianya tenaga kerja usia muda sehingga tenaga kerja menjadi faktor
pembatas bagi usahatani padi terutama tenaga kerja untuk kegiatan tanam bibit dan panen.
Kedua kegiatan tersebut memerlukan curahan waktu kerja yang lebih banyak dari
kegiatan lainnya, karena itu dengan terbatasnya jumlah tenaga kerja pada saat panen padi
menyebabkan jadwal tanam musim berikutnya menjadi tidak serempak dan berdampak juga
panen di Indonesia, maka produksi dan produktivitas harus dipertahankan bahkan dinaikan,
sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Upaya mempercepat
kelompoktani. Lebih jelasnya bantuan mesin pemanen padi dapat di lihat pada Tabel 2 di
bawah ini.
Memperhatikan Tabel 2 di atas terlihat bahwa tahun 2017 dan tahun 2018 pemerintah
kabupaten Sumedang telah memberikan bantuan mesin pemanen padi terhadap kelompok tani
di berbagai kecamatan. Petani padi sawah yang tergabung dalam kelompok tani Sri Mekar di
desa Kebon cau kecamatan Ujungjaya kabupaten Sumedang pada MT Maret/April Tahun
2019 telah menerapkan teknologi berupa penggunaan mesin pemanen padi (Combine
Harvester). Adanya penerapan teknologi penggunaan mesin pemanen pada usahatani padi
sawah tentunya mempunyai efisiensi ekonomi terhadap pendapatan pada usahatani padi
sawah. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian
tentang “Analisis Efisiensi Usaha Padi Sawah Dalam Penggunaan Mesin Pemanen Padi
1. Berapa besarnya pengeluaran, penerimaan dan pendapatan pada usahatani padi sawah
2. Berapa besarnya nilai efisiensi (R/C) usahatani padi sawah yang menggunakan
1. Besarnya pengeluaran, penerimaan dan pendapatan pada usahatani padi sawah yang
2. besarnya nilai efisiensi (R/C) usahatani padi sawah yang menggunakan Combine
Penggunaan mesin pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produk-
tivitas dan efisiensi usaha tani, meningkatkan mutu dan nilai tambah produk, serta pember-
dayaan petani. Pada hakekatnya, penggunaan mesin di pertanian adalah untuk meningkatkan
daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian, di mana setiap tahapan dari proses
produksi tersebut dapat menggunakan alat dan mesin pertanian (Sukirno 1999). Dengan
manusia, derajat dan taraf hidup petani, kuantitas dan kualitas produksi pertanian,
memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani dari tipe subsisten (subsistence farming) menjadi
tipe pertanian perusahaan (commercial farming), serta mempercepat transisi bentuk ekonomi
Pengembangan produksi ini tercakup alat mesin (alsin) pertanian sebagai salah satu
unsur masukan. Kaitan antara penggunaan alat mesin pertanian dengan peningkatan produksi,
peningkatan daya tampung tenaga kerja dan besar sumbangannya kepada pendapatan daerah
perlu diteliti baik untuk tingkat nasional maupun untuk tingkat wilayah pengembangan
pertanian.
Alat mesin pertanian yang menjadi kebutuhan bagi usaha petani tidak selalu sama
karena beragamnya kondisi dan situasi kebutuhan yang tidak sama diantaranya menyangkut
ukuran dan spesifikasi efektif atau mutu alat mesin pertanian. Gagasan gagasan baru dalam
wujud nyata dan prototipe prototipe alat mesin pertanian yang memiliki prospek cerah harus
uang atau faktor produksi tenaga kerja maupun keterampilan. Petani yang terlibat dalam
program ketahanan pangan ini secara langsung mendapat tambahan modal dan dapat
meningkat
Adanya penggunaan mesin panen Cobine Harverter pada usahatani padi sawah
tentunya mempunyai keuntungan diantaranya waktu tanam bisa lebih tepat sehingga saat
pertanaman padi yang ditanam pada musim kemarau tidak sampai mengalami kekeringan.
Keuntungan lainnya lebih efisiennya panen padi yang dilakukan petani dikarenakan tidak
banyak gabah padi yang terbuang di saat panen sehingga kualitas gabah lebih baik maka
keadaan demikian akan mampu meningkatkan produktivitas yang dihasilkan dengan harga
yang lebih tinggi dan ahirnya akan mampu memperoleh pendapatan usahatani padi sawah
penggunaan waktu, energi, dan sumberdaya yang tersedia dalam keadaan terbatas.
Berkembangnya mekanisasi dalam pengolahan tanah sawah dalam lima tahun terakhir
ini adalah di dorong oleh perubahan pasar tenaga kerja, seperti kenaikan angka nisbah tingkat
upah tenaga kerja ternak terhadap sewa traktor dan juga nisbah upah tenaga kerja manusia
terhadap sewa traktor. Hal ini adalah akibat dari mulai beralihnya lapangan kerja ke sektor
luar pertanian dengan tingkat upah yang lebih tinggi daripada upah di sektor pertanian.
Penerapan teknologi di dorong oleh adanya perubahan dalam nisbah harga dan upah yang
terjadi sebagai akibat perubahan dalam pasar komoditi dan pasar faktor produksi.
Alat mesin pertanian yang menjadi kebutuhan bagi usaha petani tidak selalu sama
dikarenakan beragamnya kondisi dan situasi. Perbedaan kebutuhan meliputi ukuran dan
spesifikasi efektip atau mutu alat pertanian.Keadaan ini menunjukan bahwa perlu adanya
dasar yang berbeda-beda dalam membuat evaluasi terhadap kemanfaatan alat pertanian.
Gambaar diatas yaitu Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat
memotong bulir tanaman yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil
berjalan dilapangan. Dengan demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan dengan
menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja
manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional. Penggunaan alat ini memerlukan
investasi yang besar dan tenaga terlatih yang dapat mengoprasikan alat ini.
Mesin-mesin pertanian telah banyak digunakan pada masa sekarang ini.tetapi
walaupun demikian masih banyak masyarakat petani kita yang mesin bercocok tanan secara
tradisional. Padahal apabila mereka menggunakan alat-alat pertanian tersebut tentunya akan
lebih mudah dan cepat, dan demikian juga pengoperasiannya pun mudah, baik itu traktor,
combine, dan masih banyak alat pertanian lainnya yang tentunya dapat mendukung petani
untuk lebih mudah dalam pekerjaannya tetapihasil panennya dapat maksimal Dengan
demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia
(manual)
Combine harvester merupakan suatu alat yang praktis untuk digunakan dimana alat
ini mempunyai tiga fungsi yakni memotong ,merontokkan dan pengemasan padi.
Secara umum fungsi operasional dasar combine harvester adalah sebagai berikut :
e) Membersihkan gabah dengan cara membuang gabah kosong dan benda Asing
Mesin combine harvester terdiri dari beberapa bagian yaitu (reel guider), (cutting
header), pengantar hasil potongan (coveyor), kendali (controller), pemotongan dan pembersih
(thresher dan cleaner), (centrifugal blower), pintu pengeluaran jerami dan kotoran (chaff
Pengait dan pengarah (reel guider) Pengait adalah bagian pada combine harvester
yang fungsinya menarik/mengait batang tanaman padi dari posisi tegak kearah pisau
pemotong., terdapat 4 bagian seperti bentuk sisir lalu akan berputar sesuai dengan pengaturan
pisau ini bergerak secara horizontal, berjumlah 26 buah dan perlu diperhatikan dalam
perawatannya agar proses pemotongan berjalan dengan baik tanpa mengurangi produktivitas
pemanenan.
3). Conveyor
Konveyor berfungsi mengumpulkan batang padi yang sudah terpotong kearah tengah
dimana terdapat konveyor kanvas. Konveyor kanvas ini selanjutnya membawa padi ini ke
bagian perontokan, berbeda dengan konveyor mangkuk berfungsi membawa bahan (butiran
gabah) ke bagian atas, sedangkan Konveyor screw membawa bahan (butiran gabah) dalam
arah horizontal.
4). Controller
yang berbeda, sehingga diperlukan operator mesin yang baik untuk mengoperasikan alat
tersebut. Combine dapat bergerak maju jika mesin penggeraknya hidup, kemudian masukkan
gigi transmisi utama dengan kecepatan low, netral, high, dan deep dengan porseneling maju
1,2 dan 3 dan mundur R. Pastikan pandangan operator/ pengemudi lurus ke depan atau
mengontrol semua sistemnya agar tidak terjadi hal-halyang tidak diinginkan atau
menimbulkan kecelakaan.
5). Thresher
Berfungsi untuk merontokkan (melepaskan) butiran gabah dari malainya gabah dari
batang yang baru masuk. Gabah yang masih belum terpisah dari malainya yang masih
terkumpul dari hasil penyaringan dibawa kembali oleh konveyor mangkok kebagian perontok
udara atau gas yang akan dialirkan dalam suatu ruangan tertentu, dalam hal ini blower
menghembuskan angin untuk membuang jerami, kulit, dan gabah kosong menuju pintu
pengeluaran kotoran.
Pintu pengeluaran jerami dan kotoran (chaff outlet) Pintu pengeluaran jerami terdapat
dibagian belakang combine harvester berfungsi untuk tempat keluarnya kotoran yang terjadi
Bagian pengeluaran hasil gabah berfungsi untuk mengeluarkan hasil pemanenan padi
kedalam karung, memiliki 4 tusukan beras dan dapat menampung 2 orang helper.
9). Roda
Bagian penggerak pada combine harvester berbentuk trak karet (full track rubber
belt), untuk memudahkan jalannya combine harvester dalam kondisi tanah yang kering atau
Mekanisme kerja mesin adalah sebagai berikut yaitu tegakan tanaman padi lalu
diarahkan dan dikaitkan oleh reel guider, lalu dipotong bagian bawah oleh cutting header,
kemudian hasil potongan dibawa oleh conveyor menuju thresher untuk dirontok. Kemudian
gabah hasil perontokan sekaligus dibersihkan dan dikeluarkan melalui grain outlet. Kotoran
dan jerami sisa perontokan dikeluarkan melalui chaff outlet, sedangkan gabah masuk ke
Keuntungan yang dapat diambil dalam penggunaan mesin pemanen padi Combine
Harvester, merupakan kombinasi dari tiga operasi yang berbeda, yaitu menuai, merontokkan,
a) lebih efisien dan biaya panen per hektar dapat lebih rendah dibanding cara tradisional.
Penggunaan combine harvester bisa dioperasikan hanya 1-2 orang, tentu sangat
membantu petani. Karena waktu pemangkasan lebih cepat dan menghemat jumlah
tenaga kerja.
b) Petani tidak perlu kesulitan mencari tenaga panen pada saat panen raya.
c) Sebelum ada mesin combine harvester, petani harus menunggu giliran tim pemanen
Dengan menggunakan mesin ini, kehilangan hasil pada saat panen dan perontokan
padi bisa lebih ditekan. Karena tanaman padi setelah dipotong langsung dirontokkan, dan
Secara umum petani mengharapkan penerimaannya selalu lebih besar dari biaya tunai
yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahatani. Faktor - faktor yang dapat
Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi total dengan harga satuan,
sedangkan pengeluaran atau biaya produksi adalah nilai penggunaan sarana produksi dan
lain-lain yang diperlukan atau dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.
Pendapatan adalah sebagai suatu bentuk jasa pengelola (petani), tenaga kerja, keluarga dan
modal yang dimiliki (termasuk didalamnya lahan), yang yang diperoleh dari kegiatan
produksi/ usahatani. Pendapatan usaha tani dihitung dengan mengurangi nilai output
produksi yang tinggi sedangkan untuk memperoleh produksi yang tinggi dipengaruhi
pengaturan dan penggunaan sarana produksi sesuai anjuran. Berdasarkan hal tersebut
optimal sehingga mampu memperoleh penerimaan yang tinggi juga besarnya biaya produksi
berproduksi dalam keadaan efisiensi yang lebih tinggi bukan hanya dari aspek fisik dan
yang terjadi penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani padi ini belum efisien
yang dilakukan petani masih dibawah atau telah melebihi anjuran penyuluh pertanian.
mengalokasikan dan memadukan berbagai sumberdaya harus efrektif dan efisien. Usahatani
yang efisien tercapai apabila ratio penerimaan dengan biaya total cukup besar atau
perbandingan penerimaan dengan biaya total lebih sangat tinggi. Menurut Soekartawi (1986)
mengemukakan bahwa analisis imbangan dan biaya yaitu imbangan antara jumlah
penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap satuan rupiah yang dikeluarkan.
Nilai R/C yang tinggi memperlihatkan bahwa usahataninya semakin tinggi tingkat
efisiensinya dan nilai R/C ini selain menunjukan tingkat efisiensi juga untuk mengukur atau
mengetahui titik impas usahatani yaitu apabila nilai R/C =1 artinya usahataninya tidak untung
tidak rugi dan apabila R/C <1 berarti iusahataninya rugi dan apabila R/C >1 berarti
pendapatan usahatani karena besarnya pendapatan dipengaruhi pula oleh biaya produksi
berarti tingkat efisiensi usahatani berkaitan dengan besarnya penerimaan dan biaya total
dimana semakin besar ratio R/C berarti semakin besar perbedaan penerimaan dibandingkan
produksi yang tinggi sedangkan untuk memperoleh produksi yang tinggi dipengaruhi
pengaturan dan penggunaan sarana produksi sesuai anjuran. Berdasarkan hal tersebut
optimal sehingga mampu memperoleh penerimaan yang tinggi juga besarnya biaya produksi
Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak mempengaruhi besar kecilnya
produksi, seperti biaya penyusutan alat, sewa lahan, PBB. Biaya variabel merupakan jenis
biaya yang besar kecilnya mempengaruhi produksi, seperti biaya pupuk, tenaga kerja, benih
dan pestisida.
sejumlah produk dalam suatu periode produksi (Mosher, 1991) mengemukakan bahwa, biaya
Menurut Fadholi Hernanto (1995), ada empat kategori atau pengelompokan biaya,
yaitu :
a) Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi. Yang tergolong dalam kelompok biaya ini adalah : Pajak tanah, penyusutan
b) Biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variable cost), besar kecilnya tergantung
pada biaya skala reduksi. Tergolong dalam biaya ini adalah : biaya untuk pupuk, bibit,
obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen,
c) Biaya tunai dari biaya tetap berupa iuran untuk pengadaan air dan pajak tanah,
sedangkan biaya untuk biaya variabel antara lain berupa biaya untuk pemakai bibit,
d) Biaya tidak tunai diperhitungkan meliputi biaya tetap, biaya untuk tenaga keluarga,
sedangkan termasuk biaya variabel antara lain biaya panen dan pengolahan tanah dari
Secara umum petani mengharapkan penerimaannya selalu lebih besar dari biaya tunai
yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahatani. Faktor- faktor dapat mempengaruhi
pendapatan petani diantaranya luas usahatani, efisiensi kerja, efisiensi produksi. Peningkatan
pendapatan usahatani ditentukan pula oleh pembiayaan, pemasaran dan kepandaian dalam
Selain angka kehilangan padi bisa ditekan, ongkos jasa dan waktunya lebih hemat.
Penggunaan mesin pemanen berakibat pada kehilangan hasil yang semakin rendah arti lain
gabah padi yang biasa jatuh akibat memanen dengan sabit semakin sedikit artinya kualitas
gabah semakin tinggi lebih terpelihara sehingga konversi gabah menjadi beras lebih tinggi hal
ini dikemukakan oleh Sadi, Perbedaan hasil antara tenaga manusia dan mesin bisa mencapai
Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi total dengan harga satuan,
sedangkan pengeluaran atau biaya produksi adalah nilai penggunaan sarana produksi dan
lain-lain yang diperlukan atau dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.
Pendapatan adalah sebagai suatu bentuk jasa pengelola (petani), tenaga kerja, keluarga dan
modal yang dimiliki (termasuk didalamnya lahan), yang yang diperoleh dari kegiatan
produksi/ usahatani. Pendapatan usaha tani dihitung dengan mengurangi nilai output
Hakekatnya usahatani adalah suatu kegiatan dimana petani selaku pengelola usaha
mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya. Hal ini sangat diperlukan untuk menjaga
keluarganya.
Perontokan dengan membanting potongan padi sudah dikenal luas oleh petani.
Potongan padi digenggam dengan tangan lalu dibanting atau dipukulkan pada benda keras
seperti kerangka rgano atau kayu yang diletakkan pada alas penampung gabah. Dengan cara
seperti ini, banyak gabah yang terlempar keluar alas dan kadang masih banyak gabah yang
belum lepas dari malai. Untuk menghindari hal itu, jumlah potongan padi setiap kali banting
jangan terlalu banyak dan jumlah bantingan minimum delapan kali dan alas perontokan
diperluas.
kontribusi cukup besar terhadap kehilangan hasil secara keseluruhan. Perontokan perlu segera
dilakukan setelah padi dipanen, tidak ditumpuk terlebihdahulu. Penundaan perontokan akan
meningkatkan butir kuning/rusak dan beras patah serta menurunkan rendemen giling. Hal ini
sebagai kebutuhan pokok. Sisi lain meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti
meningkatnya permintaan akan lahan sehingga luas lahan yang diusahakan untuk tanaman
padi sawah akan semakin berkurang sehingga produktivitas lahan harus meningkat. Upaya
meningkatkan produktivitas lahan diantaranya mengurangi kehilangan hasil selama
pemannenan dengan penggunaan alat pemanen padi (Combine Harvester) sehingga produksi
mengatasi kesulitan tenaga pemanen padi yang sering ditemukan adanya panen yang
serempak sehingga tenaga pemanen menjadi terbatas akibatnya gabah banyak yang rontok
sehingga terjadi kehilangan hasil. Keberadaan alat pemanen ini harganya relative mahal
maka kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan pada beberapa kelompok tani
sehingga tidak hanya mampu mengatasi kehilangan hasil juga beras yang akan diperolehnya
lebih tinggi kualitasnya, Adapun kualitas beras yang dihasilkan mempunyai presentase beras
kepala lebih banyak dan beras yang butir patah, butir menir, butir kuning, butir mengapur dan
adanya campuran varieas lain menjadi terhindarkan, serta nasinya selain tidak berwarna
kuning juga lebih putih dan lebih wangi sehingga petani menjadi lebih suka.
Pemberian fasilitasi atau bantuan kepada pelaku usaha (petani) berupa mesin pemanen
padi (combine harverseter) menjadi salah satu langkah strategis untuk mewujudkan
pencapaian sasaran produksi. Salah satu peran besar dalam pembangunan pertanian dan lebih
lanjut pada peningkatan pendapatan petani, selain itu juga untuk mengatasi kelangkaan
tenaga kerja, terutama sering terjadi pada saat musim panen, sehingga memberi peluang
mundurnya waktu panen, dan berdampak terhadap susut semakin besar, penggunaan combine
produktivitas, dan menggantikan kebutuhan tenaga kerja manusia untuk panen dan
perontokan serta adanya penurunan biaya panen, sehingga meningkatkan effisiensi ekonomi.
sulitnya tenaga kerja pemanen juga dapat meningkatkan mutu dan nilai tambah produk
pertanian. Proses panen dan pasca penen yang lebih cepat akan mampu meningkatkan
Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan bahan referensi yang
(combine harevester).
Kabupaten Pidie Jaya adalah sebesar 128,57%. Berdasarkan rasio efektivitas produksi
terhadap efektivitas penggunaan mesin pemanen padi combine berada pada persentase di atas
100% dan dikategorikan sangat efektif. Dampak penggunaan teknologi combine terhadap
dengan kriteria R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih
besar dari pada pengeluaran. Diharapkan pemerintah terus mengupayakan pemerataan mesin
pemanen padi combine harvester karena teknologi tersebut dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat pretani.”
Kedua, Allan Septiawan (2018) dengan judul (Analisis ekonomi penggunaan mesin
kesimpulan sebagai berikut “Mesin pemanen padi combine harvester tipe crown yaitu :
1. Mesin pemanen padi combine harvester tipe crown dengan jam kerja 540 jam/tahun,
2. Dari analisis harga sewa Rp 2.400.000 mencapai BEP 45,25 ha/tahun dan biaya pokok
3. Pada tingkat harga sewa untuk mencapai kondisi BEP adalah Rp 1.635.000/ha.
Ketiga, Tri Bastuti Purwantini*, Sri Hery Susilowati (2017) dengan judul “Dampak
penggunan alat mesin panen terhadap kelembagaan usaha tani padi”. Menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut Perubahan cara merontok padi dari cara manual menggunakan
gebot ke penggunaan power thresher berdampak menurunkan upah bawon dari kisaran 14,3–
16,7% menjadi kisaran 12,5–14,3%, sementara perubahan cara panen dengan power thresser
ke combine harvester akan menurunkan bagian bawon panen dari 11,1% menjadi 9,1%.
Perubahan cara panen dengan menggunakan alsintan tersebut juga berdampak pada
5–10%. Perubahan cara panen secara manual (digebot) ke penggunaan power thresser juga
berdampak positif pada penurunan kehilangan hasil panen dari kisaran 14–16% menurun
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Survei dengan tujuan untuk memperoleh fakta-
fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan –keterangan secara faktual serta
Adapun unit analisis yaitu petani yang melaksanakan usahatani padi sawah yang
Obyek penelitiannya yaitu variable yang berkaitan dengan Dampak dan Efisiensi
Penggunaan Mesin Pemanen Padi (Cobine Harvester) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi
Sawah dan karakteristik beras yang dihasilkan usaha tani padi sawah.
Data yang akan diperoleh terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data tentang responden yang diperoleh dari wawancara langsung dengan petani padi
sawah yang mengusahakan mesi pemanen padi (Combine Harvester) disertai dengan
kuesioner terbuka. Data sekunder diperoleh hasil studi pustaka dari Dinas Pertanian, BPP
(Cobine Harvester) pada MT 2019/ 2020 berstatus pemilik penggarap, anggota kelompok tani
Sri Mekar di desa Keboncau Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang. Penentuan
responden secara Sensus yaitu petani padi sawah anggota kelompok tani yang menggunakan
3.5 TeknikAnalisis
1). Mengetahui dampak penggunaan mesin pemanen padi (Combine Harvester) terhadap
pendapatan usahatani, dari data primer yang diperoleh dilakukan analisis dengan
I = TR–TC
Keterangan :
I = Income/ Pendapatan.
2). Mengetahui effisiensi eknomi usahatani Padi sawah yang menggunakan mesin pemanen
padi (Combine harvester) dari data - data yang diperoleh dilakukan analisis dengan
Effisiensi = R/C
Sumedang Propinsi Jawa Barat. Penetapan daerah tersebut dikarenakan merupakan salah satu
sentra pengembangan usahatani Padi sawah yang sudah menggunakan mesin Pemanen
(Combine harvester).
Waktu penelitian direncanakan selama empat bulan dari bulan Juni sampai bulan
1). Tahap persiapan mencakup orientasi daerah dan survei pendahuluan pada bulan April
2). Tahap pelaksanaan seminar Usulan Penelitian, pengumpulan data primer dan sekunder di
3). Tahap pengolahan dan editing data pada bulan Juli Tahun 2020.
4). Tahap pengakhiran penyusunan Skripsi dan pelaksanaan sidang komprehensip pada bulan
Allan Septiawan. 2018. Analisis Ekonomi Penggunaan Mesin Pemanen Padi Combine
Harvester, di Kecamatan Sragi,Lampung Selatan. Skripsi. Jurusan Pertanian. Fakultas
pertnian. Lampung. Barokah, N. I. 2001. Uji Kinerja dan Losses Combine Harvester
Type CA 85 ML. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB.Bogor.
BBP Mektan. 2016. Laporan akhir: telaah strategis mekanisasi pertanian dalam pembangunan
pertanian berwawasan agribisnis. Tangerang (ID): Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian
Handaka. 2012. Kontribusi mekanisasi pertanian dan teknologi pasca panen pada sistem dan
usaha agribisnis. Makalah pada Expose dan Seminar Mekanisasi Pertanian dan
Teknologi Pasca Panen;2002 Jul 30-31. Malang, Indonesia.
Hardjosentono M, Wijarto, Elon R, Badra IW, Dadang TR. 1996. Mesin-mesin pertanian.
Jakarta (ID): Dunia Aksara.
Irwanto KA. 1980. Alat dan mesin budidaya pertanian Bandung (ID): Institut Teknologi
Bandung, Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian.
Pramudya B. 1996. Strategi pengembangan alat dan mesin pertanian untuk usaha tani
tanaman pangan. Agrimedia. 2(2):5-12. Kajian kinerja usaha pelayanan jasa alat dan
mesin pertanian (UPJA) : kontribusi dalam strategi pengembangan alat dan mesin
pertanian (StudiKasus UPJA di DIJ). Agritech. 21(4):149-156.
Lampiran 1. Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini :
A. Karakteristik Responden
1. Nama :
6. Pendidikan : SD/SLTP/SLTA/PT
7. Umur : tahun
1. Sarana produksi
a. Pupuk kandang :
b. Pupuk urea :
c. Pupuk SP36 :
d. Pestisida :
a. Pengolahan lahan :
b. Penyiangan I/II :
c. Pemupukan I/II :
d. Pengairan :
e. Panen :
7. Harga /kg :