Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA TANI PADI

SAWAH YANG MENGGUNAKAN MESIN PEMANEN PADI (Combine


harvester) TIPE...
(Suatu Kasus di Kelompok Tani Sri Mekar di Desa Keboncau Kecamatan Ujungjaya
Kabupaten Sumedang)

USULAN PENELITIAN

Disusun Oleh:
ILMI FAUZI
NPM  4122.1.16.12.0020
AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
TANJUNGSARI
2020
JUDUL : ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA
TANI PADI SAWAH YANG MENGGUNAKAN MESIN
PEMANEN PADI (Combine harvester) TIPE...
(Suatu Kasus di Kelompok Tani Sri Mekar di Desa Keboncau
Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang)

NAMA : ILMI FAUZI

NPM : 4122.1.16.12.0020

PROGRAM STUDY: SOSIAL EKONOMI - AGRIBISNIS

Sumedang, Mei 2020

Disetujui Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

Dr. Ir.Nataliningsih , MPd.                                          Dr. Nendah Siti Permana Ir.M.P.

NIP.196112251987122001                                 NIP.196306121988032001

Mengesahkan

Ketua Jurusan Dekan Fakultas Pertanian

Ir.Karyana KS.,MSi Dr.R.Budiasih.,Dra.,MP

NIP.195906031984031001 NIP.195907211986032002
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Usulan Penelitian yang berjudul “ANALISIS PENDAPATAN DAN
EFISIENSI USAHA TANI PADI SAWAH YANG MENGGUNAKAN MESIN

PEMANEN PADI (Combine harvester) TIPE... “ (Suatu Kasus di Kelompok tani


Sri Mekar di Desa Keboncau Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang)
Makalah Usulan Penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas akhir sebagai
syarat untuk menyelesaikan perkuliahan. Penyusunan Usulan Penelitian ini penulis banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pada kesempatan yang berbahagia ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan segala dukungannya.
2. Dr. Nataliningsih Dra, Mpd.  Sebagai dosen pembimbing I.                             
3. Dr. Nendah Siti Permana Ir.M.P. Sebagai dosen pembimbing II.
4. Rekan-rekan mahasiswa pertanian UNWIM yang selalu memberi dukungan moril,
sehingga seminar akademik ini dapat terselesaikan.
5. Semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Semoga segala amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga Usulan Penelitian
Ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi yang memerlukannya.

Sumedang,   Mei 2020

Ilmi Fauzi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan komparatif telah berkembang di

Indonesia dalam bentuk pembangunan pertanian yang merupakan salah satu sub sistem

agribisnis. Pengalaman masa lalu membuktikan bahwa pembangunan pertanian yang tidak

disertai dengan pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta jasa –

jasa pendukung secara harmonis dan simultan tidak mampu mendayagunakan keunggulan

komparatif menjadi keunggulan bersaing (Departemen Pertanian, 2001).

Pendekatan pembangunan ekonomi dalam rangka mendayagunakan keunggulan

komperatif menjadi keunggulan bersaing melalui pembangunan sistem dan usahan agribisnis.

Adapun yang menjadi visinya yaitu “terwujudnya perekonomian nasional yang sehat melalui

pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan

dan terdesentralisasi” (Departemen Pertanian, 2010).

Sejalan dengan permasalahan umum dalam upaya peningkatan produksi dan

produktivitas usahatani diperlukan penajaman kembali sasaran utama program pemberdayaan

petani dalam berbagai prioritas kegiatan yang lebih terencana, terjadwal, terorganisir dan

memiliki kemampuan dalam pengelolaan agro input, proses produksi, pengelolaan hasil dan

pasca panen sampai pemasaran hasil pertanian (Bungaran Saragih. 2001).

Pembangunan pertanian merupakan kebijakan strategis yang memerlukan teknologi

untuk menghadapi persaingan yang semakin tinggi sehingga memungkinkan munculnya

teknologi-teknologi terbaru dari masyarakat termasuk petani. Kebijakan umum Pemerintah

Jawa Barat yang dituangkan dalam peraturan Perda No 1 tahun 2000 diorientasikan pada

masalah -masalah a) penanggulangan kemiskinan, b) peningkatan kesempatan kerja di


pedesaan, c) pemberdayaan masyarakat, d) ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan

pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

Menurunnya peran sektor pertanian diikuti pula semakin berkurangnya luas lahan

pertanian sehingga mempengaruhi terhadap berkurangnya produksi padi sawah sementara

jumlah penduduk yang semakin bertambah. Menghadapi permasalahan demikian diperlukan

upaya-upaya penerapan berbagai teknologi baik dalam proses produksi ataupun penggunaan

teknologi lainnya.

Kegiatan pembangunan pertanian tanaman pangan, khusunya padi, subsistem

budidaya (onfarm) merupakan subsistem yang penting karena berpengaruh langsung terhadap

produktivitas dan efesiensi usaha. Mempertahankan produktivitas padi guna mempertahankan

swasembada beras Nasional, serta pencapaian kesejahteraan petani diperlukan adanya upaya

– upaya penerapan berbagai inovasi teknologi yang efektif dan efisien guna menekan

pengeluaran (biaya) dan mendapatkan hasil yang sebesar – besarnya.

Pengembangan tanaman padi sawah merupakan prioritas utama dibanding tanaman

pangan lainnya karena selain untuk memenuhi kebutuhan pangan yang pokok juga menanam

padi sesuai dengan kebiasaan dan potensi keungggulan pada masing-masing daerah. Usaha

pengembangan produksi tanaman padi harus dilaksanakan dalam situasi yang semakin

kompetitif yaitu sistem yang efesien mempunyai produktivitas yang tinggi dan mampu

menghasilkan produk dalam jumlah yang mencukupi, berkelanjutan, berkualitas sehingga

mampu bersaing di pasar global. Tingkat produktivitas padi yang dihasilkan setiap tahunnya

masih memperlihatkan adanya peningkatan, disebabkan terjadinya penggunaan teknologi

yang selalui diperbaiki melalui berbagai cara terutama cara intensifikasi melalui berbagai

teknologi yang selalu disempurnakan. Lebih jelasnya produksi dan produktivitas padi tingkat

Nasional dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :


Tabel 1. Luas Panen, produksi dan produktivitas padi di Indonesia
2014 2015 2016 2017 2018 %
Luas Panen 12,666,347 13,029,237 13,985,140 14,555,996 14,720,942 1.13
(ha)
Produksi (Ton 67,102,361 71,766,496 75,482,556 77,366,049 78,819,137 1.88
GKP)
Produktifitas 52.98 55.08 53.97 53.15 53.54 0.73
(Ton/ha)

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa produksi padi yang dihasilkan dari tahun ke

tahun terjadi peningkatan seiring bertambahnya luas panen. Menurut Tri Bastuti Purwantini

dan Sri Hery Susilowati (2017) Produktivitas padi setiap tahunnya meningkat pula

disebabkan penggunaan berbagai teknologi diantaranya penggunaan mekanisasi pertanian

yaitu penggunaan mesin pemanen padi (Combine Harvester).

Beberapa keunggulan mekanisasi pertanian mesin pemanen padi

(Combine Harvester) antara lain adalah: (1) meningkatkan produksi per satuan luas;

(2) meningkatkan pendapatan petani karena tambahan produksi; (3) meningkatkan

efektivitas, produktivitas, kuantitas, dan kualitas hasil pertanian; (4) mempertahankan mutu

pada penanganan segar, meningkatkan nilai tambah pada hasil produksi dengan proses

pengolahan yang benar dan tepat, tanpa memengaruhi rasa dan aroma; (5) meningkatkan

efisiensi lahan dan tenaga kerja; (6) menghemat energi dan sumber daya (benih, pupuk, dan

air); (7) meminimalkan faktor-faktor penyebab kegagalan dalam produksi; (8) meningkatkan

luas lahan yang ditanami dan menghemat waktu; dan (9) menjaga kelestarian lingkungan dan

produksi pertanian yang berkelanjutan (Hardjosentono et al. 1996).

Penggunaan alat mesin pertanian juga dapat meningkatkan mutu dan nilai tambah

produk pertanian, serta memperluas kesempatan kerja di pedesaan melalui penciptaan

agribisnis terpadu yang pada akhirnya akan memacu kegiatan ekonomi di pedesaan

(Manwan dan Ananto 1994). Penggunaan teknologi selain dapat meningkatkan hasil juga

dapat menghemat penggunaan faktor produksi sehingga usaha tani padi sawah tidak hanya

menjadi efektif juga menjadi lebih efesien. Keadaan demikian tentunya menuntut penerapan
teknologi lebih ditingkatkan lagi sehingga tidak hanya meningkatkan produktivitas, juga akan

mampu meningkatkan kualitas.

Kendala lain yang sering dijumpai pada daerah sentra produksi padi dewasa ini

adalah tidak tersedianya tenaga kerja usia muda sehingga tenaga kerja menjadi faktor

pembatas bagi usahatani padi terutama tenaga kerja untuk kegiatan tanam bibit dan panen.

Kedua kegiatan tersebut memerlukan curahan waktu kerja yang lebih banyak dari

kegiatan lainnya, karena itu dengan terbatasnya jumlah tenaga kerja pada saat panen padi

menyebabkan jadwal tanam musim berikutnya menjadi tidak serempak dan berdampak juga

pada menurunnya produktivitas lahan sehingga berpengaruh terhadap pendapatan usahatani

dan kesejahteraan petani.

Mempertahankan swasembada Beras Nasional ditengah semakin menurunya luas

panen di Indonesia, maka produksi dan produktivitas harus dipertahankan bahkan dinaikan,

sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Upaya mempercepat

peningkatan produktivitas padi sawah melalui penggunaan mesin pemanen padi

(Combine Harvester) pemerintah kabupaten Sumedang memberikan bantuan terhadap

kelompoktani. Lebih jelasnya bantuan mesin pemanen padi dapat di lihat pada Tabel 2 di

bawah ini.

Tabel 2. Bantuan mesin pemanen padi (Combine Harvester) di Kabupaten Sumedang

No Kecamatan Desa Nama poktan/gapoktan/ Tahun


Brigade
1 Cisarua Ciuyah Mekar jaya 2017
2 Paseh Paseh Brigade dinas pkp 2017
3 Situraja Situraja utara Cisadang 2017
4 Situraja Situraja Balingbing 1 2017
5 Ujung jaya Kebon cau Unggul pawenang 2017
6 Ujung jaya Palasari Wahana karya 2017
7 Ujung jaya Kebon cau Sri mekar 2018
8 Ujung jaya Sukamulya Barokah 2018

Memperhatikan Tabel 2 di atas terlihat bahwa tahun 2017 dan tahun 2018 pemerintah

kabupaten Sumedang telah memberikan bantuan mesin pemanen padi terhadap kelompok tani
di berbagai kecamatan. Petani padi sawah yang tergabung dalam kelompok tani Sri Mekar di

desa Kebon cau kecamatan Ujungjaya kabupaten Sumedang pada MT Maret/April Tahun

2019 telah menerapkan teknologi berupa penggunaan mesin pemanen padi (Combine

Harvester). Adanya penerapan teknologi penggunaan mesin pemanen pada usahatani padi

sawah tentunya mempunyai efisiensi ekonomi terhadap pendapatan pada usahatani padi

sawah. Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian

tentang “Analisis Efisiensi Usaha Padi Sawah Dalam Penggunaan Mesin Pemanen Padi

(Combine harvester) Terhadap Pendapatan petani“.

1.2 Identifikasi masalah

1. Berapa besarnya pengeluaran, penerimaan dan pendapatan pada usahatani padi sawah

yang menggunakan combine harvester tipe ....

2. Berapa besarnya nilai efisiensi (R/C) usahatani padi sawah yang menggunakan

Combine Harvester tipe ....

1.3 Tujuan pelitian

Adapun tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui :

1. Besarnya pengeluaran, penerimaan dan pendapatan pada usahatani padi sawah yang

menggunakan combine harvester tipe ....

2. besarnya nilai efisiensi (R/C) usahatani padi sawah yang menggunakan Combine

Harvester tipe ....

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai pengalaman berharga dalam mengembangkan wawasan, khususnya
masalah Analisis Efisiensi Usaha Tani Padi Sawah Yang Menggunakan Mesin
Pemanen Padi (Combine harvester) Terhadap Pendapatan Ekonomi Petani
2. Petani, sebagai informasi yang merupakan dasar pertimbangan dalam penggalian
Analisis Efisiensi Usaha Tani Padi Sawah Yang Menggunakan Mesin Pemanen Padi
(Combine harvester) Terhadap Pendapatan Ekonomi Petani
3. Pemerintah, sebagai bahan masukan untuk evaluasi, rekomendasi dan perbaikan
dalam membuat kebijakan tentang Analisis Efisiensi Usaha Tani Padi Sawah Yang
Menggunakan Mesin Pemanen Padi (Combine harvester) Terhadap Pendapatan
Ekonomi Petani
4. Akademik, sebagai hasil kajian awal untuk pengembangan dan kajian yang lebih
mendalam Analisis Efisiensi Usaha Tani Padi Sawah Yang Menggunakan Mesin
Pemanen Padi (Combine harvester) Terhadap Pendapatan Ekonomi Petani
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENDEKATAN MASALAH

2.1 Kajian Pustaka

Penggunaan mesin pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produk-

tivitas dan efisiensi usaha tani, meningkatkan mutu dan nilai tambah produk, serta pember-

dayaan petani. Pada hakekatnya, penggunaan mesin di pertanian adalah untuk meningkatkan

daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian, di mana setiap tahapan dari proses

produksi tersebut dapat menggunakan alat dan mesin pertanian (Sukirno 1999). Dengan

demikian, mekanisasi pertanian diharapkan dapat meningkatkan efisiensi tenaga

manusia, derajat dan taraf hidup petani, kuantitas dan kualitas produksi pertanian,

memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani dari tipe subsisten (subsistence farming) menjadi

tipe pertanian perusahaan (commercial farming), serta mempercepat transisi bentuk ekonomi

Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri (Wijanto 2002).

Pengembangan produksi ini tercakup alat mesin (alsin) pertanian sebagai salah satu

unsur masukan. Kaitan antara penggunaan alat mesin pertanian dengan peningkatan produksi,

peningkatan daya tampung tenaga kerja dan besar sumbangannya kepada pendapatan daerah

perlu diteliti baik untuk tingkat nasional maupun untuk tingkat wilayah pengembangan

pertanian.

Alat mesin pertanian yang menjadi kebutuhan bagi usaha petani tidak selalu sama

karena beragamnya kondisi dan situasi kebutuhan yang tidak sama diantaranya menyangkut

ukuran dan spesifikasi efektif atau mutu alat mesin pertanian. Gagasan gagasan baru dalam

wujud nyata dan prototipe prototipe alat mesin pertanian yang memiliki prospek cerah harus

dikembangkan lebih lanjut agar dapat memberi manfaat segera.


Penerapan teknologi berarti harus tersedianya tambahan modal baik berupa barang/

uang atau faktor produksi tenaga kerja maupun keterampilan. Petani yang terlibat dalam

program ketahanan pangan ini secara langsung mendapat tambahan modal dan dapat

menerapkan teknologi secara keseluruhan, sehingga produksi dan pendapatan akan

meningkat

Adanya penggunaan mesin panen Cobine Harverter pada usahatani padi sawah

tentunya mempunyai keuntungan diantaranya waktu tanam bisa lebih tepat sehingga saat

pertanaman padi yang ditanam pada musim kemarau tidak sampai mengalami kekeringan.

Keuntungan lainnya lebih efisiennya panen padi yang dilakukan petani dikarenakan tidak

banyak gabah padi yang terbuang di saat panen sehingga kualitas gabah lebih baik maka

keadaan demikian akan mampu meningkatkan produktivitas yang dihasilkan dengan harga

yang lebih tinggi dan ahirnya akan mampu memperoleh pendapatan usahatani padi sawah

yang lebih besar.

Penggunaan teknologi baru dapat memperkecil biaya, meningkatkan pendapatan,

meningkatkan kenyamanan kerja, meningkatkan kualitas kerja dan mengefisienkan

penggunaan waktu, energi, dan sumberdaya yang tersedia dalam keadaan terbatas.

Berkembangnya mekanisasi dalam pengolahan tanah sawah dalam lima tahun terakhir

ini adalah di dorong oleh perubahan pasar tenaga kerja, seperti kenaikan angka nisbah tingkat

upah tenaga kerja ternak terhadap sewa traktor dan juga nisbah upah tenaga kerja manusia

terhadap sewa traktor. Hal ini adalah akibat dari mulai beralihnya lapangan kerja ke sektor

luar pertanian dengan tingkat upah yang lebih tinggi daripada upah di sektor pertanian.

Penerapan teknologi adalah suatu cara untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Penerapan teknologi di dorong oleh adanya perubahan dalam nisbah harga dan upah yang

terjadi sebagai akibat perubahan dalam pasar komoditi dan pasar faktor produksi.

Penggunaan teknologi dapat memperkecil biaya, meningkatkan pendapatan, kenyamanan


kerja, kualitas kerja dan mengefisienkan penggunaan waktu, energi dan sumberdaya yang

tersedia dalam keadaan terbatas.

Alat mesin pertanian yang menjadi kebutuhan bagi usaha petani tidak selalu sama

dikarenakan beragamnya kondisi dan situasi. Perbedaan kebutuhan meliputi ukuran dan

spesifikasi efektip atau mutu alat pertanian.Keadaan ini menunjukan bahwa perlu adanya

dasar yang berbeda-beda dalam membuat evaluasi terhadap kemanfaatan alat pertanian.

Seperti gambar berikut ini :

Gambar 1. Mesin pemanen padi Combine Harvester.

Gambaar diatas yaitu Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat

memotong bulir tanaman yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil

berjalan dilapangan. Dengan demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan dengan

menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja

manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional. Penggunaan alat ini memerlukan

investasi yang besar dan tenaga terlatih yang dapat mengoprasikan alat ini.
Mesin-mesin pertanian telah banyak digunakan pada masa sekarang ini.tetapi

walaupun demikian masih banyak masyarakat petani kita yang mesin bercocok tanan secara

tradisional. Padahal apabila mereka menggunakan alat-alat pertanian tersebut tentunya akan

lebih mudah dan cepat, dan demikian juga pengoperasiannya pun mudah, baik itu traktor,

combine, dan masih banyak alat pertanian lainnya yang tentunya dapat mendukung petani

untuk lebih mudah dalam pekerjaannya tetapihasil panennya dapat maksimal Dengan

demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia

(manual)

Combine harvester merupakan suatu alat yang praktis untuk digunakan dimana alat

ini mempunyai tiga fungsi yakni memotong ,merontokkan dan pengemasan padi.

Secara umum fungsi operasional dasar combine harvester adalah sebagai berikut :

a) Memotong tanaman yang masih berdiri

b) Menyalurkan tanaman yang terpotong ke selinder

c) Merontokkan gabah dari tangkai atau batang

d) Memisahkan gabah dari jerami

e) Membersihkan gabah dengan cara membuang gabah kosong dan benda Asing

Mesin combine harvester terdiri dari beberapa bagian yaitu (reel guider), (cutting

header), pengantar hasil potongan (coveyor), kendali (controller), pemotongan dan pembersih

(thresher dan cleaner), (centrifugal blower), pintu pengeluaran jerami dan kotoran (chaff

outlet), pengeluaran hasil (grain outlet), dan roda (track).


Berikut ini adalah gambar dan penjelasan dari bagian bagiannya :

1). Reel Guider

Gambar 2. Reel guider

Pengait dan pengarah (reel guider) Pengait adalah bagian pada combine harvester

yang fungsinya menarik/mengait batang tanaman padi dari posisi tegak kearah pisau

pemotong., terdapat 4 bagian seperti bentuk sisir lalu akan berputar sesuai dengan pengaturan

kecepatan yang telah ditentukan.

2). Cutting Header

Gambar 3. Cutting Header (pemotong padi)


Pisau pemotong berbentuk segitiga digunakan untuk memotong bagian batang padi

pisau ini bergerak secara horizontal, berjumlah 26 buah dan perlu diperhatikan dalam

perawatannya agar proses pemotongan berjalan dengan baik tanpa mengurangi produktivitas

pemanenan.

3). Conveyor

Gambar 4. Pembawa hasil tanaman padi (conveyor).

Konveyor berfungsi mengumpulkan batang padi yang sudah terpotong kearah tengah

dimana terdapat konveyor kanvas. Konveyor kanvas ini selanjutnya membawa padi ini ke

bagian perontokan, berbeda dengan konveyor mangkuk berfungsi membawa bahan (butiran

gabah) ke bagian atas, sedangkan Konveyor screw membawa bahan (butiran gabah) dalam

arah horizontal.

4). Controller

Gambar 5. Controller (tuas transmisi)


Mesin pemanen padi combine harvester memiliki beberapa tuas yang memiliki fungsi

yang berbeda, sehingga diperlukan operator mesin yang baik untuk mengoperasikan alat

tersebut. Combine dapat bergerak maju jika mesin penggeraknya hidup, kemudian masukkan

gigi transmisi utama dengan kecepatan low, netral, high, dan deep dengan porseneling maju

1,2 dan 3 dan mundur R. Pastikan pandangan operator/ pengemudi lurus ke depan atau

mengontrol semua sistemnya agar tidak terjadi hal-halyang tidak diinginkan atau

menimbulkan kecelakaan.

5). Thresher

Gambar 6. Perontok dan pembersih (thresher dan cleaner)

Berfungsi untuk merontokkan (melepaskan) butiran gabah dari malainya gabah dari

batang yang baru masuk. Gabah yang masih belum terpisah dari malainya yang masih

terkumpul dari hasil penyaringan dibawa kembali oleh konveyor mangkok kebagian perontok

untuk dirontokkan kembali.

6). Centrifugal Blower

Gambar 7. Centrifugal Blower


Adalah mesin atau alat yang digunakan untuk menaikkan atau memperbesar tekanan

udara atau gas yang akan dialirkan dalam suatu ruangan tertentu, dalam hal ini blower

menghembuskan angin untuk membuang jerami, kulit, dan gabah kosong menuju pintu

pengeluaran kotoran.

7). Chaff Outlet

Gambar 8. Chaff Outlet

Pintu pengeluaran jerami dan kotoran (chaff outlet) Pintu pengeluaran jerami terdapat

dibagian belakang combine harvester berfungsi untuk tempat keluarnya kotoran yang terjadi

saat proses pemanenan berlangsung

8). Grain outlet

Gambar 9. Pengeluaran hasil (grain outlet)

Bagian pengeluaran hasil gabah berfungsi untuk mengeluarkan hasil pemanenan padi

kedalam karung, memiliki 4 tusukan beras dan dapat menampung 2 orang helper.
9). Roda

Gambar 10. Roda (ban mesin combine harvester)

Bagian penggerak pada combine harvester berbentuk trak karet (full track rubber

belt), untuk memudahkan jalannya combine harvester dalam kondisi tanah yang kering atau

basah pada saat proses pemanenan berlangsung.

Mekanisme kerja mesin adalah sebagai berikut yaitu tegakan tanaman padi lalu

diarahkan dan dikaitkan oleh reel guider, lalu dipotong bagian bawah oleh cutting header,

kemudian hasil potongan dibawa oleh conveyor menuju thresher untuk dirontok. Kemudian

gabah hasil perontokan sekaligus dibersihkan dan dikeluarkan melalui grain outlet. Kotoran

dan jerami sisa perontokan dikeluarkan melalui chaff outlet, sedangkan gabah masuk ke

dalam kotak penampungan sementara dan siap masuk ke dalam karung.

Keuntungan yang dapat diambil dalam penggunaan mesin pemanen padi Combine

Harvester, merupakan kombinasi dari tiga operasi yang berbeda, yaitu menuai, merontokkan,

dan menampi, dijadikan satu rangkaian operasi.

 Keuntungan yang dirasakan petani saat menggunakan mesin panen adalah :

a) lebih efisien dan biaya panen per hektar dapat lebih rendah dibanding cara tradisional.

Penggunaan combine harvester bisa dioperasikan hanya 1-2 orang, tentu sangat
membantu petani. Karena waktu pemangkasan lebih cepat dan menghemat jumlah

tenaga kerja.

b) Petani tidak perlu kesulitan mencari tenaga panen pada saat panen raya.

c) Sebelum ada mesin combine harvester, petani harus menunggu giliran tim pemanen

menyelesaikan dahulu panen di wilayah lain.

d) Menekan tingkat kehilangan hasil.

Dengan menggunakan mesin ini, kehilangan hasil pada saat panen dan perontokan

padi bisa lebih ditekan. Karena tanaman padi setelah dipotong langsung dirontokkan, dan

gabah langsung dimasukkan ke karung secara otomatis oleh mesin.

2.1.2 Efisiensi Penggunaan Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester)

Secara umum petani mengharapkan penerimaannya selalu lebih besar dari biaya tunai

yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahatani. Faktor - faktor yang dapat

mempengaruhi pendapatan petani diantaranya luas usahatani, efisiensi kerja, efisiensi

produksi. Peningkatan pendapatan usahatani ditentukan pula oleh pembiayaan, pemasaran

dan kepandaian dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang terbatas jumlahnya.

Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi total dengan harga satuan,

sedangkan pengeluaran atau biaya produksi adalah nilai penggunaan sarana produksi dan

lain-lain yang diperlukan atau dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.

Pendapatan adalah sebagai suatu bentuk jasa pengelola (petani), tenaga kerja, keluarga dan

modal yang dimiliki (termasuk didalamnya lahan), yang yang diperoleh dari kegiatan

produksi/ usahatani. Pendapatan usaha tani dihitung dengan mengurangi nilai output

(pengeluaran) dengan input (biaya) yang di namakan pendapatan pengelola.

Petani dalam menyelenggarakan usahataninya bertujuan untuk menghasilkan

produksi yang tinggi sedangkan untuk memperoleh produksi yang tinggi dipengaruhi
pengaturan dan penggunaan sarana produksi sesuai anjuran. Berdasarkan hal tersebut

menuntut pengelola usahatani dapat memanfaatkan penggunaan sarana produksi yang

optimal sehingga mampu memperoleh penerimaan yang tinggi juga besarnya biaya produksi

yang efisien sehingga pendapatan yang diperolehnya menjadi besar pula.

Usahatani dalam menghadapi persaingan terhadap komoditas-komoditas impor harus

berproduksi dalam keadaan efisiensi yang lebih tinggi bukan hanya dari aspek fisik dan

agroekologi (technical efficiency) yang merupakan necessary conditions tetapi juga

berproduksi dalam keadaan effisiensi harga (price or allocative efficiency. Kemungkinan

yang terjadi penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani padi ini belum efisien

dikarenakan tidak sepenuhnya menerapkan teknologi atau menggunakan sarana produksi

yang dilakukan petani masih dibawah atau telah melebihi anjuran penyuluh pertanian.

Mubyarto (1985) mengemukakan bahwa setiap pengelola usahatani dalam

mengalokasikan dan memadukan berbagai sumberdaya harus efrektif dan efisien. Usahatani

yang efisien tercapai apabila ratio penerimaan dengan biaya total cukup besar atau

perbandingan penerimaan dengan biaya total lebih sangat tinggi. Menurut Soekartawi (1986)

mengemukakan bahwa analisis imbangan dan biaya yaitu imbangan antara jumlah

penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap satuan rupiah yang dikeluarkan.

Nilai R/C yang tinggi memperlihatkan bahwa usahataninya semakin tinggi tingkat

efisiensinya dan nilai R/C ini selain menunjukan tingkat efisiensi juga untuk mengukur atau

mengetahui titik impas usahatani yaitu apabila nilai R/C =1 artinya usahataninya tidak untung

tidak rugi dan apabila R/C <1 berarti iusahataninya rugi dan apabila R/C >1 berarti

usahataninya menguntungkan. Tingkat penerimaan tidak selalu linier dengan besarnya

pendapatan usahatani karena besarnya pendapatan dipengaruhi pula oleh biaya produksi

berarti tingkat efisiensi usahatani berkaitan dengan besarnya penerimaan dan biaya total
dimana semakin besar ratio R/C berarti semakin besar perbedaan penerimaan dibandingkan

dengan biaya yang dikeluarkan.

2.1.2 Penggunaan Mesin Pemanen Padi Terhadap Pendapatan Usahatani

Petani dalam menyelenggarakan usaha taninya bertujuan untuk menghasilkan

produksi yang tinggi sedangkan untuk memperoleh produksi yang tinggi dipengaruhi

pengaturan dan penggunaan sarana produksi sesuai anjuran. Berdasarkan hal tersebut

menuntut pengelola usahatani dapat memanfaatkan penggunaan sarana produksi yang

optimal sehingga mampu memperoleh penerimaan yang tinggi juga besarnya biaya produksi

yang efisien sehingga pendapatan yang diperolehnya menjadi besar pula.

Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak mempengaruhi besar kecilnya

produksi, seperti biaya penyusutan alat, sewa lahan, PBB. Biaya variabel merupakan jenis

biaya yang besar kecilnya mempengaruhi produksi, seperti biaya pupuk, tenaga kerja, benih

dan pestisida.

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan

sejumlah produk dalam suatu periode produksi (Mosher, 1991) mengemukakan bahwa, biaya

adalah segala sesuatu yang diikutsertakan di dalam proses produksi.

Menurut Fadholi Hernanto (1995), ada empat kategori atau pengelompokan biaya,

yaitu :

a) Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa

produksi. Yang tergolong dalam kelompok biaya ini adalah : Pajak tanah, penyusutan

alat, pemeliharaan ternak, peralatan, transportasi dan lain sebagainya.

b) Biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variable cost), besar kecilnya tergantung

pada biaya skala reduksi. Tergolong dalam biaya ini adalah : biaya untuk pupuk, bibit,
obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen,

biaya pengolahan tanah.

c) Biaya tunai dari biaya tetap berupa iuran untuk pengadaan air dan pajak tanah,

sedangkan biaya untuk biaya variabel antara lain berupa biaya untuk pemakai bibit,

pestisida dan tenaga kerja.

d) Biaya tidak tunai diperhitungkan meliputi biaya tetap, biaya untuk tenaga keluarga,

sedangkan termasuk biaya variabel antara lain biaya panen dan pengolahan tanah dari

keluarga dan jumlah pupuk kandang yang dipakai.

Secara umum petani mengharapkan penerimaannya selalu lebih besar dari biaya tunai

yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahatani. Faktor- faktor dapat mempengaruhi

pendapatan petani diantaranya luas usahatani, efisiensi kerja, efisiensi produksi. Peningkatan

pendapatan usahatani ditentukan pula oleh pembiayaan, pemasaran dan kepandaian dalam

mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang terbatas jumlahnya.

Selain angka kehilangan padi bisa ditekan, ongkos jasa dan waktunya lebih hemat.

Penggunaan mesin pemanen berakibat pada kehilangan hasil yang semakin rendah arti lain

gabah padi yang biasa jatuh akibat memanen dengan sabit semakin sedikit artinya kualitas

gabah semakin tinggi lebih terpelihara sehingga konversi gabah menjadi beras lebih tinggi hal

ini dikemukakan oleh Sadi, Perbedaan hasil antara tenaga manusia dan mesin bisa mencapai

sekitar satu ton gabah.

Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi total dengan harga satuan,

sedangkan pengeluaran atau biaya produksi adalah nilai penggunaan sarana produksi dan

lain-lain yang diperlukan atau dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan.

Pendapatan adalah sebagai suatu bentuk jasa pengelola (petani), tenaga kerja, keluarga dan

modal yang dimiliki (termasuk didalamnya lahan), yang yang diperoleh dari kegiatan
produksi/ usahatani. Pendapatan usaha tani dihitung dengan mengurangi nilai output

(pengeluaran) dengan input (biaya) yang di namakan pendapatan pengelola.

Hakekatnya usahatani adalah suatu kegiatan dimana petani selaku pengelola usaha

(farm manager) berusaha mengkombinasikan penggunaan faktor produksi untuk

mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya. Hal ini sangat diperlukan untuk menjaga

kelangsungan usahatani yang dikelolanya dan untuk menjadi sumber pendapatan

keluarganya.

Perontokan dengan membanting potongan padi sudah dikenal luas oleh petani.

Potongan padi digenggam dengan tangan lalu dibanting atau dipukulkan pada benda keras

seperti kerangka rgano atau kayu yang diletakkan pada alas penampung gabah. Dengan cara

seperti ini, banyak gabah yang terlempar keluar alas dan kadang masih banyak gabah yang

belum lepas dari malai. Untuk menghindari hal itu, jumlah potongan padi setiap kali banting

jangan terlalu banyak dan jumlah bantingan minimum delapan kali dan alas perontokan

diperluas.

Perontokan padi merupakan salah satu tahapan pascapanen yang memberikan

kontribusi cukup besar terhadap kehilangan hasil secara keseluruhan. Perontokan perlu segera

dilakukan setelah padi dipanen, tidak ditumpuk terlebihdahulu. Penundaan perontokan akan

meningkatkan butir kuning/rusak dan beras patah serta menurunkan rendemen giling. Hal ini

dibuktikan oleh hasil penelitian Iswari dan Sastrodipuro (1996)

2.2 Pendekatan Masalah

Meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti meningkatnya permintaan akan beras

sebagai kebutuhan pokok. Sisi lain meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti

meningkatnya permintaan akan lahan sehingga luas lahan yang diusahakan untuk tanaman

padi sawah akan semakin berkurang sehingga produktivitas lahan harus meningkat. Upaya
meningkatkan produktivitas lahan diantaranya mengurangi kehilangan hasil selama

pemannenan dengan penggunaan alat pemanen padi (Combine Harvester) sehingga produksi

yang dihasilkan akan meningkat.

Penggunaan mesin pemanen padi (Combine Harvester) dilatar belakangi untuk

mengatasi kesulitan tenaga pemanen padi yang sering ditemukan adanya panen yang

serempak sehingga tenaga pemanen menjadi terbatas akibatnya gabah banyak yang rontok

sehingga terjadi kehilangan hasil. Keberadaan alat pemanen ini harganya relative mahal

maka kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan pada beberapa kelompok tani

sehingga tidak hanya mampu mengatasi kehilangan hasil juga beras yang akan diperolehnya

lebih tinggi kualitasnya, Adapun kualitas beras yang dihasilkan mempunyai presentase beras

kepala lebih banyak dan beras yang butir patah, butir menir, butir kuning, butir mengapur dan

adanya campuran varieas lain menjadi terhindarkan, serta nasinya selain tidak berwarna

kuning juga lebih putih dan lebih wangi sehingga petani menjadi lebih suka.

Pemberian fasilitasi atau bantuan kepada pelaku usaha (petani) berupa mesin pemanen

padi (combine harverseter) menjadi salah satu langkah strategis untuk mewujudkan

pencapaian sasaran produksi. Salah satu peran besar dalam pembangunan pertanian dan lebih

lanjut pada peningkatan pendapatan petani, selain itu juga untuk mengatasi kelangkaan

tenaga kerja, terutama sering terjadi pada saat musim panen, sehingga memberi peluang

mundurnya waktu panen, dan berdampak terhadap susut semakin besar, penggunaan combine

harvester mulai digalakkan. Menggunakan combine harvester akan meningkatkan produksi,

produktivitas, dan menggantikan kebutuhan tenaga kerja manusia untuk panen dan

perontokan serta adanya penurunan biaya panen, sehingga meningkatkan effisiensi ekonomi.

Penggunaan mesin pemanen padi (combine harvester) selain mampu mengatasi

sulitnya tenaga kerja pemanen juga dapat meningkatkan mutu dan nilai tambah produk
pertanian. Proses panen dan pasca penen yang lebih cepat akan mampu meningkatkan

kualitas beras yang di hasilkan.

2.3 Penelitian terdahulu

Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan bahan referensi yang

menunjang penulis melakukan penelitian terkait dengn mesin pemanen padi

(combine harevester).

Pertama, Iqbal Maksudi1,Indra1, T.Fauzi1 (2018) dengan judul (Effectiveness Of Use

Harvester (Combine Harvester) Harvesting Of Rice In The District By Pidie Jaya).

Menghasilkan kesimpulan sebagai berikut “Efektifitas penggunaan mesin pemanen padi di

Kabupaten Pidie Jaya adalah sebesar 128,57%. Berdasarkan rasio efektivitas produksi

terhadap efektivitas penggunaan mesin pemanen padi combine berada pada persentase di atas

100% dan dikategorikan sangat efektif. Dampak penggunaan teknologi combine terhadap

pendapatan masyarakat di Kabupaten Pidie Jayasebesar 14.600.000 rupiah/ha (36,04%)

dengan kriteria R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih

besar dari pada pengeluaran. Diharapkan pemerintah terus mengupayakan pemerataan mesin

pemanen padi combine harvester karena teknologi tersebut dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat pretani.”

Kedua, Allan Septiawan (2018) dengan judul (Analisis ekonomi penggunaan mesin

pemanen padi combine harvester di Kecamatan Sragi, Lampung Selatan). Menghasilkan

kesimpulan sebagai berikut “Mesin pemanen padi combine harvester tipe crown yaitu :

1. Mesin pemanen padi combine harvester tipe crown dengan jam kerja 540 jam/tahun,

2. Dari analisis harga sewa Rp 2.400.000 mencapai BEP 45,25 ha/tahun dan biaya pokok

sebesar Rp 1.172.731/ha.sensitifitas penurunan harga sewa hingga Rp 2.000.000


masih layak dengan nilai IRR yang masih tinggi sebesar 37%, dan waktu payback

periode yang masih singkat 2,15.

3. Pada tingkat harga sewa untuk mencapai kondisi BEP adalah Rp 1.635.000/ha.

Ketiga, Tri Bastuti Purwantini*, Sri Hery Susilowati (2017) dengan judul “Dampak

penggunan alat mesin panen terhadap kelembagaan usaha tani padi”. Menghasilkan

kesimpulan sebagai berikut Perubahan cara merontok padi dari cara manual menggunakan

gebot ke penggunaan power thresher berdampak menurunkan upah bawon dari kisaran 14,3–

16,7% menjadi kisaran 12,5–14,3%, sementara perubahan cara panen dengan power thresser

ke combine harvester akan menurunkan bagian bawon panen dari 11,1% menjadi 9,1%.

Perubahan cara panen dengan menggunakan alsintan tersebut juga berdampak pada

bergesernya kelembagaan penggarapan lahan dengan berkurangnya jumlah penyakap berkisar

5–10%. Perubahan cara panen secara manual (digebot) ke penggunaan power thresser juga

berdampak positif pada penurunan kehilangan hasil panen dari kisaran 14–16% menurun

menajdi kisaran 10–12,5%.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Survei dengan tujuan untuk memperoleh fakta-

fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan –keterangan secara faktual serta

mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan kejadian yang sedang berlangsung

(Mohamad Nazir, 1999).

Adapun unit analisis yaitu petani yang melaksanakan usahatani padi sawah yang

menggunakan mesin pemanen padi (Combine Harvester) pada MT 2019/2020, sedangkan

Obyek penelitiannya yaitu variable yang berkaitan dengan Dampak dan Efisiensi

Penggunaan Mesin Pemanen Padi (Cobine Harvester) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi

Sawah dan karakteristik beras yang dihasilkan usaha tani padi sawah.

3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel


Table. 3 Definisi dan Operasionalisasi Variable
No Kategori Komponen Keterangan Satuan Pengukuran
1. Biaya Tetap Pajak Tanah Jumlah uang yang secara Rp/Hektar/Musim
tetap dibayar atau Tanam
dikeluarkan oleh petani atau
pengusaha dan besarnya
tidak dipengaruhi oleh
tingkat output
Sewa Lahan Sejumlah uang yang Rp/Hektar/Musim
dibayarkan sebagai akibat Tanam
penggunaan lahan
Penyusutan Alat Jumlah uang yang harus Rp/Hektar/Musim
dibayarkan sebagai akibat Tanam
pennggunaan alat dan mesin :
Penyusutan Cangkul, Spayer,
Clurit, Combine Harvaster

2. Biaya Benih Padi, Sejumlah uang yang Rp/Hektar/Musim


Variabel Pupuk, Pestisida dibayarkan sebagai akibat Tanam
pembelian sarana produksi
(benih, pupuk, pestisida)
pembayaran tenaga kerja dan
operasional mesin
Tenaga kerja Sejumlah uang yang Rp/Hektar/Musim
dibayarkan kepada pekerja Tanam
Operasional Sejumlah uang yang Rp/Hektar/Musim
Mesin dibayarkan sebagai akibat Tanam
pembelian sarana produksi
Bahan bakar,pelumas dan
spare part yang digunakan
oleh mesin combine
harvester
3. Biaya Total Keseluruhan Seluruh jumlah uang yang Rp/Musim Tanam
dikeluarkan dalam satu kali
produksi (penjumlahan biaya
tetap dan biaya variabel)
4. Penerimaan Hasil Sejumlah uang yang diterima Rp/Hektar/Musim
sebagai hasil dari penjualan Tanam
produk
Jumlah Produksi Volume produksi yang Kg/Hektar/Musim
dihasilkan Tanam
Harga Jual Harga jual produk Rp/Kg
5. Pendapatan Laba Penerimaan Total dikurangi Rp/Hektar/Musim
dengan biaya total Tanam
6. Revenue Neraca adalah untuk mengetahui
Cost Ratio suatu usaha menguntungkan,
(R/C) merugikan atau impas yang
dinyatakan dalam rupiah

3.3 Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data

Data yang akan diperoleh terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu data tentang responden yang diperoleh dari wawancara langsung dengan petani padi

sawah yang mengusahakan mesi pemanen padi (Combine Harvester) disertai dengan

kuesioner terbuka. Data sekunder diperoleh hasil studi pustaka dari Dinas Pertanian, BPP

dan kantor kecamatan. Data sekunder meliputi keadaan daerah penelitian.

3.4 Teknik Penetapan Responden

Responden yaitu petani padi sawah yang menggunakan mesin pemanen

(Cobine Harvester) pada MT 2019/ 2020 berstatus pemilik penggarap, anggota kelompok tani
Sri Mekar di desa Keboncau Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang. Penentuan

responden secara Sensus yaitu petani padi sawah anggota kelompok tani yang menggunakan

mesin pemamanen padi (Combine harvester) sebanyak 22 orang.

3.5 TeknikAnalisis

1). Mengetahui dampak penggunaan mesin pemanen padi (Combine Harvester) terhadap

pendapatan usahatani, dari data primer yang diperoleh dilakukan analisis dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

I = TR–TC

Keterangan :

I = Income/ Pendapatan.

TR = Revenue/ Total Penerimaan ( Poduksi x Harga )

TC = Cost/ Total Biaya ( BiayaTetap + BiayaVariabel)

2). Mengetahui effisiensi eknomi usahatani Padi sawah yang menggunakan mesin pemanen

padi (Combine harvester) dari data - data yang diperoleh dilakukan analisis dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Effisiensi = R/C

R = Revenue/Total Penerimaan (Produksi x Harga ).

C = Cost/Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya Variabel)

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Desa Keboncau Kecamatan Ujungjaya Kabupaten

Sumedang Propinsi Jawa Barat. Penetapan daerah tersebut dikarenakan merupakan salah satu
sentra pengembangan usahatani Padi sawah yang sudah menggunakan mesin Pemanen

(Combine harvester).

Waktu penelitian direncanakan selama empat bulan dari bulan Juni sampai bulan

September tahun 2020 .

1). Tahap persiapan mencakup orientasi daerah dan survei pendahuluan pada bulan April

sampai Juni tahun 2020

2). Tahap pelaksanaan seminar Usulan Penelitian, pengumpulan data primer dan sekunder di

lapangan dan instansi terkait pada bulan JuliTahun 2020.

3). Tahap pengolahan dan editing data pada bulan Juli Tahun 2020.

4). Tahap pengakhiran penyusunan Skripsi dan pelaksanaan sidang komprehensip pada bulan

Agustus Tahun 2020.


DAFTAR PUSTAKA

Adiratma, R. E. 2004. Stop Tanaman Padi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Alihamsyah T. 2007. Teknologi mekanisasi pertanian mendukung sistem pertanian tanaman


pangan industrial. Makalah pada Simposium Tanaman Pangan V di Bogor; 2007 Agu
28-29 Agustus; Bogor, Indonesia.

Allan Septiawan. 2018. Analisis Ekonomi Penggunaan Mesin Pemanen Padi Combine
Harvester, di Kecamatan Sragi,Lampung Selatan. Skripsi. Jurusan Pertanian. Fakultas
pertnian. Lampung. Barokah, N. I. 2001. Uji Kinerja dan Losses Combine Harvester
Type CA 85 ML. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB.Bogor.

Bambang Irawandan Tri Pranadji. 2002. Pemberdayaan Lahan Keringuntuk Pengembangan


Agribisnis Berkelanjutan. Dalam Forum Penelitian Agro Ekonomi FAE Vol.20 No.2
Desember 2002. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Bogor.

Barokah, N. I. 2001. Uji Kinerja dan Losses Combine Harvester Type CA 85


ML.Skripsi.Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB. Bogor.

BBP Mektan. 2016. Laporan akhir: telaah strategis mekanisasi pertanian dalam pembangunan
pertanian berwawasan agribisnis. Tangerang (ID): Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian

Bungaran, Saragih. 2001. Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian.


Agribisnis. Bogor.

Bustanul Arifin. 2013. Ekonomi Pembangunan Pertanian. IPB Press, Bogor.

Handaka. 2012. Kontribusi mekanisasi pertanian dan teknologi pasca panen pada sistem dan
usaha agribisnis. Makalah pada Expose dan Seminar Mekanisasi Pertanian dan
Teknologi Pasca Panen;2002 Jul 30-31. Malang, Indonesia.

Handaka, Joyowinoto. 2002. Proses inovasi teknologi mekanisasi pertanian di Indonesia.


Tangerang (ID): Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.

Hamidah, H. Soedarto, T. 2006. Analisis Operasional Traktor Tangan Pada Usaha


PelayananJasa Alsintan Pola Kerjasama Operasional Di Kab. Gresik. Jurnal Ilmu-
Ilmu Ekonomi. 6 (2) :76-85. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Barat. 2005.
Seminar Nasional Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Pertanian Melalui Akselerasi
Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Mendukung Revitalisasi Pertanian. Balai
PengkajianTeknolgi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Bandung.

Hardjosentono M, Wijarto, Elon R, Badra IW, Dadang TR. 1996. Mesin-mesin pertanian.
Jakarta (ID): Dunia Aksara.
Irwanto KA. 1980. Alat dan mesin budidaya pertanian Bandung (ID): Institut Teknologi
Bandung, Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian.

Joyowinoto. 2004. Pengembangan mekanisasi pertanian kinerja dan tinjauan kelembagaan.


Tangerang (ID) : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.

Pramudya B. 1996. Strategi pengembangan alat dan mesin pertanian untuk usaha tani
tanaman pangan. Agrimedia. 2(2):5-12. Kajian kinerja usaha pelayanan jasa alat dan
mesin pertanian (UPJA) : kontribusi dalam strategi pengembangan alat dan mesin
pertanian (StudiKasus UPJA di DIJ). Agritech. 21(4):149-156.
Lampiran 1. Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini :

A. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Status petani di kelompok tani :

3. Luas lahan UT Padi Sawah : Bata Ha

4. Jumlah anggota keluarga : orang

5. Pengalaman berusahatani Padi : tahun

6. Pendidikan : SD/SLTP/SLTA/PT

7. Umur : tahun

8. UT selain Padi Sawah : Ha

9. Pekerjaan di luar sector pertanian :

B. Usaha tani padi sawah (Luas bata ha)

1. Sarana produksi

a. Pupuk kandang :

b. Pupuk urea :

c. Pupuk SP36 :

d. Pestisida :

2. Tenaga kerja (HOK)

a. Pengolahan lahan :

b. Penyiangan I/II :

c. Pemupukan I/II :

d. Pengairan :

e. Panen :

3. Biaya sewa lahan :

4. Biaya pajak sawah :


5. Biaya alat :

6. Produksi padi sawah (GKP) :

7. Harga /kg :

8. Biaya sewa traktor :

9. Biaya sewa combine harvester :

10. Biaya lainnya :

Anda mungkin juga menyukai