Anda di halaman 1dari 23

KEBIJAKAN

PENGELOLAAN DAN PENATAUSAHAAN


PERSEDIAAN

Disampaikan oleh :
Direktur Barang Milik Negara
Pada:
Sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
PMK No. 247/PMK.06/2014, PMK No. 76/PMK.06/2015 beserta KMK Turunannya
dan Kebijakan Pengelolaan dan Penatausahaan Persediaan.

Direktorat Barang Milik Negara


Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
HASIL PEMERIKSAAN
BPK RI ATAS LKPP 2014

1. Penatausahaan dan Pengamanan Aset Tetap Sebesar


Rp58,52 Triliun pada 56 KL Kurang Memadai dan
Terdapat Kelemahan Pengendalian atas Proses
Normalisasi Data Barang Milik Negara;
2. Pemerintah belum menerapkan Amortisasi atas Aset
Tak Berwujud dan penatausahaannya pada Tujuh KL
tidak memadai; dan
3. Penatausahaan, Pencatatan, dan Pelaporan Persediaan
pada 35 KL Minimal Sebesar Rp1,11 Triliun Belum
Memadai.

2
TEMUAN PEMERIKSAAN ATAS
PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN

Penatausahaan, pencatatan, dan pelaporan persediaan pada 35


KL minimal sebesar Rp1,11 triliun masih belum memadai, yaitu:
1) penatausahaan persediaan sebesar Rp55,71 miliar pada
beberapa satker di 18 KL belum tertib;
2) pencatatan dan pelaporan persediaan sebesar Rp708,47
miliar pada beberapa satker di 16 KL kurang memadai;
3) persediaan sebesar Rp350,24 miliar pada beberapa satker di
lima KL tidak dilakukan inventarisasi fisik pada tanggal
pelaporan; dan
4) perlakuan akuntansi yang berbeda atas pencatatan BMN yang
akan diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pemerintah
daerah.
3
REKOMENDASI BPK
No. Temuan Rekomendasi BPK

1. Penatausahaan, Pencatatan, dan Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan agar Pemerintah:
Pelaporan Persediaan pada 35 a. Melakukan kajian dan evaluasi atas permasalahan persediaan sesuai temuan BPK, serta
KL Minimal Sebesar Rp1,11 menetapkan kebijakan perbaikan sesuai hasil kajian dan evaluasi;
Triliun Belum Memadai b. Meminta para Menteri/Kepala Lembaga agar menginstruksikan APIP melakukan reviu
atas penatausahaan persediaan dan menindaklanjuti hasil reviu tersebut; dan
c. Melakukan pelatihan penatausahaan dan pengelolaan persediaan pada KL sebagai
Pengguna Barang.
2. Penatausahaan dan Pengamanan Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan agar Pemerintah:
Aset Tetap Sebesar Rp58,52 a. Melakukan monitoring dan melakukan perbaikan-perbaikan atas data-data SIMAK BMN
Triliun pada 56 KL Kurang yang abnormal;
Memadai dan Terdapat b. Mengevaluasi metode perhitungan penyusutan pada SIMAK BMN dan melakukan
Kelemahan Pengendalian atas langkah-langkah perbaikan;
Proses Normalisasi Data Barang c. Mengembangkan sistem monitoring update aplikasi SIMAK BMN di setiap Satker;
Milik Negara d. Memetakan seluruh Aset Tetap yang belum dilakukan IP dan menyelesaikan IP atas Aset
Tetap tersebut;
e. Segera melaksanakan IP atas aset-aset yang belum di-IP sesuai dengan temuan BPK;
f. Mengevaluasi pelaksanaan program percepatan sertifikasi tanah milik
Negara/Pemerintah untuk meningkatkan efektivitasnya; dan
g. Melakukan upaya pengamanan aset dengan menertibkan pemanfaatan aset negara oleh
pihak ketiga.
3. Pemerintah belum menerapkan Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan agar Pemerintah:
Amortisasi atas Aset Tak a. Menetapkan peraturan tentang kebijakan akuntansi dan pelaporan terkait amortisasi
Berwujud dan penatausahaannya terhadap ATB; dan
pada Tujuh KL tidak memadai b. Melakukan verifikasi ATB secara keseluruhan untuk memastikan ketepatan substansi
ATB dan manfaat ekonomisnya.

4
HAL-HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN

➢ Agar K/L segera melakukan tindak lanjut sesuai dengan


rekomendasi BPK;
➢ Peran APIP perlu ditingkatkan dalam melakukan monitoring
penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK pada K/L yang
bersangkutan;
➢ Koordinasi K/L sebagai Pengguna Barang dengan DJKN sebagai
Pengelola Barang perlu ditingkatkan guna penyelesaian tindak
lanjut atas rekomendasi BPK;
➢ DJKN akan melakukan monitoring tindak lanjut yang dilakukan
oleh K/L secara berkala untuk dilaporkan sebagai bagian
monitoring tindak lanjut temuan LKPP yang akan disampaikan
kepada BPK;

5
BARANG MILIK NEGARA
(BMN)

Barang Milik Negara Perolehan lainnya yang sah meliputi:


(1) barang yang diperoleh dari
(BMN) meliputi semua hibah/sumbangan atau yang
barang yang dibeli sejenis;
(2) barang yang diperoleh sebagai
atau diperoleh atas pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak;
beban APBN atau (3) barang yang diperoleh sesuai
berasal dari perolehan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
lainnya yang sah. (4) barang yang diperoleh
berdasarkan putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum
tetap.

6
PASAL 2 PP 27 TAHUN 2014 6
Pengertian
Barang Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau


perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
PSAP NOMOR 6
TENTANG AKUNTANSI PERSEDIAAN

7
RUANG LINGKUP BMN
ASAL PEROLEHAN
Jenis belanja:
APBN
- - Belanja barang (52)
Perolehan - - Belanja modal (53)
Lain yang - - Belanja hibah (56)
sah - - Bantuan sosial (57)
➢Hibah/sumbangan - - Belanja Lain-lain (58)
➢Perjanjian/kontrak
➢Peraturan perundang-undangan
➢Putusan pengadilan

AKUN NERACA
• ASET LANCAR
• Persediaan
• ASET TETAP
• Tanah ASET LAINNYA
• Peralatan dan Mesin • Aset Tidak Berwujud
• Gedung dan Bangunan • Kerjasama Pihak Ketiga
• Jalan, Irigasi dan Jaringan • Aset yang tidak digunakan dalam
• Aset Tetap Lainnya operasi pemerintahan
• Konstruksi Dalam Pengerjaan

PP 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BMN/D 8


RUANG LINGKUP BARANG
PERSEDIAAN

1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah, contoh: barang habis pakai seperti suku cadang, barang tak habis pakai seperti
komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi, contoh:
bahan yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat
pertanian, bahan baku konstruksi bangunan yang akan diserahkan ke masyarakat/pemda.
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat, contoh: konstruksi dalam pengerjaan yang akan diserahkan kepada masyarakat,
alat-alat pertanian setengah jadi /barang hasil proses produksi yang belum selesai yang akan
diserahkan kepada masyarakat/pemda.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan, contoh:
a. hewan, tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat/pemda;
b. tanahjbangunanjperalatan dan mesin/aset tetap lainnya untuk diserahkan kepada
masyarakat/pemda, serta
5. Barang-barang untuk tujuan berjaga-jaga atau strategis seperti cadangan minyak dan
cadangan beras.
PMK NO. 219/PMK.05/2013 TENTANG
9
KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
ASAL PEROLEHAN PERSEDIAAN
➢ Non APBN : Hibah/sumbangan, Perjanjian/kontrak, Peraturan perundang-undangan,
Putusan pengadilan;
➢ Sumber APBN: Pembelian
Menggunakan akun belanja yang menghasilkan barang berupa persediaan, antara
lain:

521 BELANJA BARANG 523 BELANJA PEMELIHARAAN

5218 Belanja Barang Persediaan 5231 Belanja Pemeliharaan


52181 Belanja Barang untuk Persediaan 52311 Belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan
521811 Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi 523112 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Gedung dan
Bangunan
521812 Belanja Barang Persediaan Amunisi 52312 Belanja Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
521813 Belanja Barang Persediaan Pita Cukai, Meterai dan Leges. 523123 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan peralatan dan mesin

52182 Belanja Barang Persediaan untuk proses produksi 52313 Belanja Pemeliharaan Jalan, Irigasi dan Jaringan
521821 Belanja Barang Persediaan bahan baku 523134 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

521822 Belanja Barang Persediaan barang dalam proses 523135 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Irigasi
52183 Belanja Barang Persediaan Bahan Lainnya 523136 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jaringan
521831 Belanja Barang Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga 52319 Belanja Pemeliharaan Lainnya
521832 Belanja Barang Persediaan Lainnya 523191 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan lainnya

Catatan:
1) Mata Anggaran di atas adalah akun baru menurut s- 9970 /PB/2014 tanggal 29 Desember 2014 tentang Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan
2) Akun di atas digunakan untuk mencatat belanja barang yang menghasilkan output berupa barang persediaan.

10
PENGGUNAAN AKUN BELANJA YANG
MENGHASILKAN PERSEDIAAN
Prinsipnya, Persediaan tidak dapat dilihat dari bentuk barangnya, melainkan niat awal (intention) pada saat
penyusunan perencanaan kegiatan dan penyusunan RKAKL-nya, sehingga untuk barang-barang yang memang
direncanakan habis pada satu kegiatan tidak dialokasikan dari Belanja Barang Persediaan dan tidak menjadi
persediaan. Suatu barang dapat digolongkan sebagai barang persediaan apabila perencanaan pengadaan
barang tersebut bersifat kontinu atau berkelanjutan, tidak hanya untuk satu kali kegiatan saja.
ILUSTRASI PENGGUNAAN AKUN BELANJA YANG MENGHASILKAN PERSEDIAAN
Uraian Klasifikasi Keterangan

Pengadaan seminar kit untuk peserta diklat oleh Belanja Barang Persediaan - Perencanaan pengadaan secara
BPPK yang dapat dipakai untuk beberapa kali Konsumsi (521811) kontinu/berkelanjutan
kegiatan diklat - Tidak habis dalam sekali kegiatan diklat
Pengadaan seminar kit untuk kegiatan Belanja Bahan (521211) - perencanaan pengadaan hanya untuk satu
Sosialisasi Aplikasi SAIBA oleh KPPN Jakarta II. kali kegiatan saja
- habis dalam sekali kegiatan sosialisasi
Pengadaan perlengkapan gedung seperti Belanja Barang Persediaan untuk tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya
engsel pintu, kunci, lampu, dll untuk Pemeliharaan Gedung dan cadangan atau berjaga-jaga
pemeliharaan gedung kantor oleh KPPN Klaten. Bangunan (523112)
Service rutin dan ganti oli untuk kendaraan Belanja Pemeliharaan Peralatan habis dalam sekali pakai
dinas di bengkel resmi oleh Sekretariat Ditjen dan Mesin (523121)
SDPPI.
Pem"belianoli pelumas dan BBM untuk Belanja Barang Persediaan untuk tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya
peralatan genset oleh pengelola Gedung Kantor Pemeliharaan Peralatan dan cadangan atau berjaga-jaga
BPS Propinsi. Mesin (523123)

S-6478/PB.6/2015 tanggal 3 Agustus 2015 hal Penggunaan Akun Belanja Yang Menghasilkan Persediaan 11
PEMBEDAAN BELANJA BARANG
& BELANJA MODAL

Catatan:
PMK 241/PMK.06/2013
12
BELANJA BARANG

Catatan:
PMK 241/PMK.06/2013
13
BELANJA MODAL

Catatan:
PMK 241/PMK.06/2013
14
PENGELOLAAN
PERSEDIAAN

Penggunaan BMN berupa Persediaan dikecualikan dari objek PSP

Kewenangan dan tanggung jawab memberikan persetujuan


atas permohonan Pemusnahan BMN selain Tanah dan/atau
Penjualan Bangunan, yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan,
dengan nilai perolehan ≤ Rp100juta per unit/satuan berada
di PB

Pemindahtanganan Kewenangan dan tanggung jawab memberikan persetujuan


atas permohonan Pemusnahan BMN, berupa:
1. selain Tanah dan/atau Bangunan, yang tidak mempunyai
Persediaan dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan ≤
Hibah Rp100juta per unit/satuan; dan
2. BMN yang dari awal perolehan dimaksudkan untuk
dihibahkan dalam rangka kegiatan pemerintahan,
berada di PB

Kewenangan dan tanggung jawab memberikan persetujuan


Pemusnahan
atas permohonan Pemusnahan BMN berada di PB

Kewenangan dan tanggung jawab memberikan persetujuan


Penghapusan atas permohonan Penghapusan BMN karena sebab-sebab
lain berada di PB
15
Pengakuan
Persediaan

 Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
 Persediaan diakui pada saat diterima, atau pada saat hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah.
 2 (dua) metode pencatatan Persediaan yakni perpetual dan periodik.
 Pencatatan barang persediaan dilakukan berdasarkan satuan barang yang lazim
dipergunakan untuk masing-masing jenis barang atau satuan barang lain yang
dianggap paling memadai dalam pertimbangan materialitas dan pengendalian
pencatatan.
 Pada akhir periode pelaporan, catatan persediaan disesuaikan dengan hasil
inventarisasi fisik.
 Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam CaLK. Untuk itu, laporan keuangan melampirkan daftar
persediaan barang rusak atau usang.

16
Pengukuran
Persediaan

Persediaan disajikan sebesar:


a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian
b. Harga Pokok Produksi digunakan apabila persediaan
diperoleh dengan memproduksi sendiri. apabila diperoleh
dengan memproduksi sendiri
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya.

17
Pengungkapan
Persediaan

1. Dalam rangka penyajian persediaan di neraca, satuan kerja melaksanakan


Stock Opname (Inventarisasi Fisik) persediaan yang dilakukan setiap
semester. Untuk selanjutnya berdasarkan hasil inventarisasi fisik tersebut
dilakukan penyesuaian data nilai persediaan.

2. Persediaan disajikan di Laporan Persediaan dan neraca sebesar nilai


moneternya serta diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan BMN
(CALBMN), berupa:
✓ Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
✓ Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan
barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat; dan
✓ Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.
✓ Penjelasan atas selisih antara pencatatan dengan hasil inventarisasi fisik.
18
Pengungkapan
Persediaan (Lanjutan)

3. Hal-hal lain yang perlu diungkapkan berkaitan dengan persediaan,


misalnya persediaan yang diperoleh melalui hibah atau rampasan.
4. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek
swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk kontruksi
dalam pengerjaan, tidak dimasukkan sebagai persediaan.

19
Nilai Barang Persediaan

NP = QP x HP
Dimana:
NP : Nilai per jenis persediaan pada tanggal Neraca
QP : kuantitas/jumlah persediaan pada tanggal pelaporan
(dalam unit) berdasarkan Laporan Persediaan
HP : harga pembelian terakhir persediaan (dalam rupiah per
unit), berdasarkan faktur pembelian

20
Pelaporan
Persediaan

 Penyajian Persediaan dalam Neraca sebesar nilai


moneternya.
 Pengungkapan Persediaan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan dan Catatan Ringkas BMN.
 Laporan Persediaan disampaikan secara berjenjang
sebagai bagian dari Laporan Barang Milik Negara.

21
PERLAKUAN KHUSUS
PERSEDIAAN

 Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan


untuk dijual seperti pita cukai dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
 Persediaan berupa barang yang akan diserahkan kepada
masyarakat/pihak ketiga yang masih dalam proses pembangunan sampai
dengan tanggal pelaporan, maka atas pengeluaran-pengeluaran yang
dapat diatribusikan untuk pembentukan aset tersebut tetap disajikan
sebagai persediaan (bukan KDP).
 Ada kalanya unit pemerintah, karena tugas dan fungsinya, menerima
hibah berupa emas, seperti penerimaan Hadiah Tidak Tertebak (HTT)
atau Hadiah Yang Tidak Diambil Oleh Pemenang (contohnya pada
Kementerian Sosial). Dalam hal ini, persediaan berupa emas tersebut
dicatat sebesar harga wajar pada saat perolehan.
22
“Mari Kita Benahi
Aset Negara”

DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA


GEDUNG SYAFRUDIN PRAWIRANEGARA
One Team, One Spirit, One Goal

Anda mungkin juga menyukai