Anda di halaman 1dari 322

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN AKHIR RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN


MATERNITAS DENGAN FOKUS PENERAPAN TEORI
KEPERAWATAN NEED FOR HELP WIEDENBACH
DAN CONSERVATION LEVINE PADA
ASUHAN KEPERAWATAN IBU
PERDARAHAN POSTPARTUM

KARYA ILMIAH AKHIR

RITA DEWI SUNARNO


1106122770

PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MATERNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK, 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

KARYA ILMIAH AKHIR

LAPORAN AKHIR RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN


MATERNITAS DENGAN FOKUS PENERAPAN TEORI
KEPERAWATAN NEED FOR HELP WIEDENBACH
DAN CONSERVATION LEVINE PADA
ASUHAN KEPERAWATAN IBU
PERDARAHAN POSTPARTUM

Karya Ilmiah Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Maternitas

OLEH
RITA DEWI SUNARNO
1106122770

PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MATERNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK, 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Nama : Rita Dewi Sunarno
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners Spesialis Keperawatan
Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Judul : Laporan Akhir Residensi Spesialis Keperawatan
Maternitas dengan Fokus Penerapan Teori Keperawatan
“Need for Help Wiedenbach” dan “Conservation Levine”
pada Asuhan Keperawatan Ibu Perdarahan Postpartum

XII + 55 hal + 4 skema + 1 tabel + 6 lampiran

ABSTRAK

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk menentukan derajat
kesehatan ibu. AKI secara nasional masih relatif tinggi. Penyebab AKI antara lain
perdarahan setelah persalinan, eklamsia, dan infeksi. Selain itu, AKI juga disebabkan
oleh faktor tiga terlambat dan empat terlalu. Perdarahan menempati persentase
tertinggi penyebab kematian ibu. Laporan ini memberikan gambaran tentang
pelaksanaan praktik residensi Ners Spesialis Keperawatan Maternitas fokus pada
kasus perdarahan postpartum dengan penerapan kedua teori yaitu “Need for Help
Wiedenbach” pada keadaan emergensi dan teori “Conservation Levine” untuk
pemulihan ibu postpartum dengan perdarahan. Fokus teori keperawatan “Need for
Help Wiedenbach” adalah memberikan pertolongan sesuai dengan kebutuhan pasien
saat ini yaitu pada kasus ini saat terjadi perdarahan. Kemudian setelah fase akut
teratasi, asuhan keperawatan diberikan untuk mempertahankan keseimbangan energi
ibu postpartum setelah mengalami perdarahan. Perawat perlu memahami dan
melaksanakan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, konselor,
advokat, koordinator, kolaborator, peneliti, dan agen pembaharu dalam pelayanan
praktik keperawatan.

Kata kunci: Need for Help Wiedenbach, Conservation Levine, Perdarahan


postpartum

iv

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Name :Rita Dewi Sunarno
Study Program :Professional Nursing Education of Maternity Nursing
Specialty Faculty of Nursing University of Indonesia
Title :The Final Report of Maternity Nursing Specialist Recidence
Focused on Application of Nursing Theories of “Need for
Help Wiedenbach” and “Conservation Levine” in Nursing
Care of Women with Postpartum Hemorrhage

XII + 55 pages + 4 schemes + 1 table + 6 annexes

ABSTRACT

The maternal mortality rate (MMR) is one of the indicators to determine the
maternal health. MMR is still relatively high nationally. The causes of MMR may
include postpartum hemorrhage, eclampsia, and infection. In addition, MMR is also
caused by the “three delays” and “four frequently occurring factors” among
women. Bleeding is the highest percentage of the causes of maternal death. This
report provided an overview of the practice implementation by resident maternity
nursing specialist focused on the application theories of Need for Help from
Wiedenbach during acute stage and Conservation from Levine during recovery stage
with postpartum hemorrhage. The nursing theory of "Need for Help Wiedenbach" is
indented to provide help in accordance with the needs of patients here and now in
case of postpartum hemorrhage. Then after the acute phase is managed, the nursing
care is given to maintain energy balance of postpartum women after bleeding. The
nurses need to understand and carry out their roles as providers of nursing cares,
educator, counselor, advocate, coordinator, collaborator, researcher, and innovator
in the nursing maternity practices.

Key words: Conservation Levine, Need for Help Wiedenbach, postpartum


hemorrhage

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Residensi Spesialis
Keperawatan Maternitas dengan fokus penerapan teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” dan “Conservation Levine” pada asuhan keperawatan ibu perdarahan
postpartum. Laporan Akhir Residensi Spesialis Keperawatan Maternitas merupakan
prasyarat untuk memperoleh gelar Spesialis Keperawatan Maternitas pada Program
Studi Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Selama penyusunan Laporan Akhir Residensi Spesialis ini, penulis banyak


mendapat bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada yang terhormat:

1. Ibu Dra. Setyowati, M.App.Sc, Ph.D selaku supervisor utama yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi selama penyusunan
laporan akhir spesialis ini.

2. Ibu Ns. Tri Budiati, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku supervisor yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan secara teknis selama penyusunan
laporan akhir spesialis ini.

3. Ibu Dr. Yati Afiyanti,S.Kp., MN selaku supervisor dan koordinator yang


telah banyak memberikan bimbingan dan arahan secara teknis selama
penyusunan laporan akhir spesialis ini.

4. Ibu Imami Nur Rachmawati, S.Kp., M.Sc selaku supervisor yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan selama ini.

5. Ibu Yenita Agus, M.Kep., Sp.Kep.Mat., Ph.D selaku penguji yang telah
memberikan arahan demi sempurnanya laporan akhir spesialis ini.

6. dr. Irawan Sumrah, SPOG selaku penguji yang telah memberikan arahan
demi sempurnanya laporan akhir spesialis ini.

vi

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


7. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.

8. Ibu Henny Permatasari, S.Kp, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku Ketua Program


Studi Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

9. Teman-teman seperjuangan program Ners Spesialis Keperawatan Maternitas


angkatan 2013 yang selalu memberikan dukungan selama ini.

10. Suami dan anakku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materiil selama ini.

11. Kedua orang tuaku dan kakakku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan
pengorbanan selama ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan dan bantuan moral selama penyusunan laporan akhir
ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Akhir Residensi Spesialis Keperawatan


Maternitas ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan akhir spesialis ini. Penulis berharap, semoga laporan akhir spesialis ini
dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan praktik keperawatan yang akan dilakukan.

Depok, Juni 2014

Penulis

vii

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas ...................................................................... iii
Abstrak ............................................................................................................ iv
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Daftar Isi.......................................................................................................... viii
Daftar Tabel..................................................................................................... x
Daftar Skema ................................................................................................... xi
Daftar Lampiran............................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan........................................................................................................... 5
1.3 Sistematika.................................................................................................... 5

BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN MATERNITAS PADA


PRAKTIK RESIDENSI
2.1 Gambaran Lima Kasus Kelolaan ................................................................... 7
2.2 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 12
2.3 Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan dalam proses keperawatan pada
kasus perdarahan postpartum......................................................................... 20
2.4 Aplikasi Teori Keperawatan pada kasus perdarahan postpartum .................... 27

BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN


MATERNITAS
3.1 Tujuan pendidikan Ners Spesialis Keperawatan Maternitas ........................... 40
3.2 Penerapan peran Ners Spesialis Keperawatan Maternitas .............................. 41
3.3 Evaluasi pencapaian kompetensi ................................................................... 45

viii
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan penerapan teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach”
dan “Conservation Levine” pada ibu perdarahan postpartum .......................... 46
4.2 Kelebihan dan kelemahan aplikasi teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” dan “Conservation Levine” .......................................................... 52
4.3 Pembahasan praktek spesialis maternitas dalam pencapaian target ................ 52

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN


5.1 SIMPULAN .................................................................................................. 54
5.2 SARAN ....................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL

Halaman
Skema 2.1 Diagnosis perdarahan postpartum ................................................... 17

x
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DAFTAR SKEMA

Halaman
Skema 2.1 Bagan penatalaksanaan perdarahan postpartum............................... 19
Skema 2.2 Integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan pada
klien perdarahan postpartum ............................................................................ 20
Skema 2.3 Konsep teori “Need for Help Wiedenbach” pada ibu perdarahan
postpartum ....................................................................................................... 23
Skema 2.4 Konsep teori “Conservation Levine” pada ibu perdarahan
Postpartum....................................................................................................... 27

xi
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kontrak Belajar


Lampiran 2 : Target Kompetensi
Lampiran 3 : Proyek Inovasi
Lampiran 4 : Daftar Hadir
Lampiran 5 : Askep Kasus Kelolaan
Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup

xii
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan perempuan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas
hidup manusia. Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan
perempuan adalah angka kematian ibu (AKI). Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI, 2012) melaporkan bahwa AKI naik dari 228/100.000 menjadi
359/100.000 kelahiran hidup sehingga tujuan MDGs 2015 untuk mencapai AKI
sebesar 102/100.000 kelahiran hidup menjadi sulit (Depkes RI, 2012).

AKI disebabkan oleh perdarahan setelah persalinan (28%), eklamsia (24%),


infeksi (11%), kurang energi setelah melahirkan (9%), abortus (5%), partus
lama (5%), emboli (3%), dan anemia (3%). Perdarahan menempati persentase
tertinggi penyebab kematian ibu. Perdarahan setelah persalinan menyebabkan
masalah kesehatan berkepanjangan bagi perempuan, seperti anemia (Depkes RI,
2010).

Selain itu, AKI juga disebabkan oleh faktor tiga terlambat dan empat terlalu.
Tiga terlambat penyebab AKI yaitu terlambat memutuskan untuk pencarian
pelayanan kesehatan, terlambat mengidentifikasi dan mencapai tempat
pelayanan kesehatan, dan terlambat menerima pelayanan yang memadai dan
tepat. Terlambat pertama berhubungan dengan masalah kultural, seperti status
perempuan sebagai penentu kebijakan dan pengambil keputusan. Terlambat
kedua berhubungan dengan geografis dan finansial, sedangkan terlambat ketiga
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan kesehatan. Empat terlalu penyebab AKI
adalah terlalu muda mempunyai anak, terlalu banyak melahirkan, terlalu dekat
jarak melahirkan, dan terlalu tua mempunyai anak (UNFPA, 2012).

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah relatif rendahnya cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk
menurunkan AKI yaitu meningkatkan akses pelayanan persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan berkompeten. Upaya strategi lainnya dengan cara
1

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


2

peningkatan puskesmas pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar (PONED)


dan rumah sakit pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif
(PONEK), dan penempatan bidan di daerah terpencil. Strategi berikutnya
adalah penguatan sistem rujukan dan pengembangan sistem komunikasi
informasi maternal dan neonatal (Depkes RI, 2013).

Kesehatan reproduksi perempuan dapat ditingkatkan melalui ketersediaan


fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang terampil. Perawat maternitas
sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan
pelayanan keperawatan profesional kepada individu, keluarga, dan masyarakat
secara mandiri dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Perawat bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan secara langsung maupun
tidak langsung kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat
maternitas sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan
memperhatikan kondisi kebutuhan dasar manusia melalui proses keperawatan
dan menerapkan teori keperawatan (Kozier, 2005).

Perawat maternitas sebagai advokat diharapkan mampu melindungi dan


menjamin hak dan kewajiban klien agar terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Sebagai pendidik, perawat maternitas
berperan mendidik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat dalam
bentuk penyuluhan atau konseling. Sebagai pengelola, perawat berperan dan
bertanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan
keperawatan. Selain itu, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah
penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil
penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan pendidikan
keperawatan (Kozier, 2004; Siegler & Way, 2000).

Perawat maternitas juga berperan memantau komplikasi persalinan, seperti


adanya perdarahan postpartum (Reeder, 2011). Perdarahan postpartum
merupakan kehilangan darah lebih dari 500 cc pada persalinan pervaginam dan
lebih dari 1000 cc pada persalinan sectio secarea (SC). Perdarahan postpartum
menurut waktu terjadinya terdiri dari dua bagian yaitu perdarahan postpartum

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
3

primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi 24 jam setelah melahirkan


dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi
antara 24 jam sampai enam minggu postpartum (Rath, 2011 & Oyelese, 2010).

Kasus perdarahan postpartum ditemukan residen selama praktik di rumah sakit


umum daerah pada periode September sampai Desember 2013 sejumlah enam
kasus. Residen juga menemukan kasus perdarahan postpartum di rumah sakit
pusat periode Maret sampai Mei 2014 sejumlah empat kasus. Penyebab utama
perdarahan postpartum sebesar 70% adalah atonia uteri, sedangkan penyebab
lainnya adalah trauma jalan lahir, ruptur uteri. Hasil penelitian Lubis (2011) di
Medan menunjukkan bahwa penyebab utama perdarahan postpartum adalah
retensio plasenta (53,7%), laserasi jalan lahir (29,3%), atonia uteri (14,6%), dan
inversio uteri (2,4%). Ibu postpartum yang mengalami perdarahan 500
sampai1000 cc berpeluang 15,3 kali (p=0,001) mengalami anemia dan
perdarahan lebih 1000 cc berpeluang 74,7 kali (p = 0,001) mengalami anemia
(Bergmann, et al. 2010).

Perdarahan postpartum perlu mendapat penanganan segera karena merupakan


kasus emergensi (ACOG, 2006). Kondisi perdarahan pada ibu postpartum dapat
menimbulkan masalah fisiologi dan psikologi, seperti perubahan hemodinamik,
penurunan volume urin, risiko syok hipovolemik, anemia, dan cemas.
Perdarahan pada ibu postpartum juga menyebabkan proses laktasi menjadi
terhambat, perubahan status mental pada ibu (psikosis, depresi postpartum), dan
perubahan emosional keluarga (Magan, et al. 2005).

Perawat maternitas berperan memberikan asuhan keperawatan yang cepat dan


tepat dalam penanganan kasus perdarahan postpartum (Walvekar, 2010 &
Ayadi, 2013). Hal ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teori
keperawatan “Need for Help Wiedenbach” untuk mengatasi kondisi emergensi.
Teori ini didefinisikan sebagai kegiatan “here and now” yang diberikan perawat
kepada pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya dan berpusat pada
pasien. Teori ini juga menjelaskan bahwa langkah – langkah pemecahan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
4

masalah melalui empat tahap yaitu identifikasi, seleksi (ministrasi), validasi,


dan koordinasi (Tomey & Alligood, 2006).

Tahap selanjutnya setelah teratasi keadaan emergensinya maka perlu diberikan


asuhan keperawatan untuk mempertahankan kehidupannya yaitu dengan
penerapan teori “Conservation Levine”. Kozier (2011) menjelaskan bahwa
energi seseorang ditentukan dengan membandingkan asupan energi dan
haluaran energi. Ibu perdarahan postpartum mengalami kehilangan energi
selama proses persalinan sehingga perlu mendapat keseimbangan energi. Selain
itu, kondisi perdarahan postpartum dapat menimbulkan kerusakan integritas
struktural. Teori ini terdiri dari konservasi energi, integritas struktural, integritas
personal dan sosial. Proses keperawatan berdasarkan teori ini terdiri dari
pengkajian, trophicognosis (diagnosa keperawatan), hipotesis, intervensi dan
evaluasi (Tomey & Alligood, 2006).

Konservasi energi ditujukan untuk menjaga pemasukan oksigen, nutrisi, cairan


dan pengeluaran energi untuk menghindari kelelahan yang berlebihan.
Keseimbangan energi dan pembaharuan energi yang terus menerus sangat
dibutuhkan oleh individu untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Konservasi
integritas struktural ditujukan untuk memelihara dan memulihkan struktur
tubuh yang mengalami kerusakan. Konservasi integritas personal dilakukan
untuk memelihara identitas diri, harga diri, dan menghargai keunikan individu.
Konservasi integritas sosial ditujukan untuk mendorong manusia berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan sekitar (Leach, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, residen menyusun laporan residensi spesialis


maternitas untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif. Laporan
residensi spesialis maternitas ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan
praktik residensi fokus pada kasus perdarahan postpartum dengan penerapan
kedua teori yaitu “Need for Help Wiedenbach” pada keadaan emergensi dan
teori “Conservation Levine” untuk pemulihan ibu postpartum dengan
perdarahan.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
5

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
pelaksanaan praktik residensi Ners Spesialis Keperawatan Maternitas dengan fokus
penerapan teori Need for Help Wiedenbach dan Conservation Levine pada kasus
perdarahan postpartum.

1.2.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus laporan praktik Spesialis Keperawatan Maternitas ini adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan gambaran pencapaian target kompetensi residen Ners Spesialis
Keperawatan Maternitas.
2. Memberikan gambaran pelaksanaan peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan, konselor, advokat, edukator, koordinator, komunikator, agen
perubahan dan peneliti.
3. Memberikan gambaran aplikasi teori keperawatan Need for Help Wiedenbach
dan Conservation Levine dalam asuhan keperawatan pada kasus perdarahan
postpartum.
4. Memberikan gambaran kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kondisi
saat melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus perdarahan postpartum.

1.3. Sistematika
Sistematika penulisan laporan residensi ini terdiri dari: BAB I berisi pendahuluan
yang mencakup latar belakang, penjelasan tentang berbagai alasan pemilihan topik
kasus kelolaan dan teori yang digunakan, masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan; BAB II berisi aplikasi teori keperawatan maternitas pada praktik residensi
meliputi gambaran lima kasus kelolaan, tinjauan teori tentang perdarahan postpartum
dan pengelolaannya serta teori keperawatan Need for Help Wiedenbach dan
Conservation Levine; BAB III berisi pencapaian kompetensi praktik residensi dengan
pelaksanaan target asuhan keperawatan dan target prosedur; BAB IV berisi
pembahasan kasus kelolaan dan hambatan selama menjalani praktik residensi; dan
BAB V berisi simpulan dan saran. Laporan ini juga dilengkapi dengan kepustakaan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
6

dan lampiran yang terkait dengan pelaksanaan praktik residensi keperawatan


maternitas.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB II
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA PRAKTIK RESIDENSI

2.1. Gambaran Lima Kasus Kelolaan


Asuhan keperawatan yang diberikan pada lima kasus kelolaan ibu perdarahan
postpartum dengan mengaplikasikan teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” dan “Conservation Levine” dapat digambarkan sebagai berikut
(Laporan lengkap kasus ada di lampiran lima) :
1. Kasus satu, Ny. T (29 tahun) P2A0, postpartum satu minggu di Bidan, agama
Islam, pendidikan SMA, suku Sunda, Ibu rumah tangga. Klien datang di
rumah sakit tanggal 28 Oktober dengan keluhan pusing, lemas, dan keluar
darah dari jalan lahir. Perdarahan lebih dari 500 cc. Hasil pemeriksaan
ultrasonografi menunjukkan kesan terdapat sisa plasenta. Riwayat persalinan
yaitu anak pertama kurang lebih delapan tahun yang lalu, persalinan spontan
pervaginam di paraji jenis kelamin laki-laki, berat lahir 3500 gram,
sedangkan anak kedua lahir 19 Oktober 2013, jenis persalinan spontan
pervaginam di bidan, jenis kelamin perempuan, berat lahir 3700 gram.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data kesadaran komposmentis, keadaan


umum baik, klien tampak pucat, konjungtiva palpebra tampak anemia,
sianosis, kontraksi uterus lembek, tinggi fundus uteri satu jari di bawah pusat,
capillary refill lebih dari dua detik. Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi
60x/menit; frekuensi pernafasan 20 x/menit, suhu 36,7 0C. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan hemoglobin 7,8 gr/dl, eritrosit 2,66 juta/uL,
leukosit 20000/uL, trombosit 410.000/uL, hematokrit 22,9%, laju endap
darah 54 mm/jam, glukosa sewaktu 144 mg/dl. Golongan darah O/RH positif.
Klien mendapat terapi packed red cell 500 cc; ringer laktat 500 cc, oksitosin
20 unit, ceftriaxon 2 x 1; viliron 2 x 1.

Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus satu adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis (diagnosa
7

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


8

keperawatan) pada fase pemulihan untuk konservasi energi adalah risiko


kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, risiko gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
(trophicognosis konservasi integritas struktural), risiko kegagalan pemberian
ASI berhubungan dengan perawatan ibu di rumah sakit (trophicognosis
konservasi integritas personal), cemas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan (trophicognosis konservasi integritas sosial), perilaku aktif mencari
informasi kesehatan (trophicognosis konservasi integritas sosial).
2. Kasus dua, Ny. T (41 tahun) P4A0 post sectio secarea hari pertama, agama
Islam, pendidikan SMP, Ibu rumah tangga, suku Betawi. Klien melahirkan
bayi laki – laki berat badan lahir 3080 gram, panjang lahir 50 centimeter.
Klien mengeluh pusing, lemas, dan lelah. Kesadaran komposmentis, keadaan
umum baik. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tekanan darah 100/60
mmHg; nadi 70 x/menit; frekuensi pernafasan 20 x/menit; suhu 36,8 0C;
konjungtiva palpebra tampak anemia, tinggi fundus uteri sepusat, kontraksi
uterus lembek, klien tampak pucat, capillary refill lebih dari dua detik.

Hasil laboratorium menunjukkan hemoglobin 5,3 g/dl, eritrosit 4 juta/uL,


leukosit 14600/uL, trombosit 359000/uL, hematokrit 20,4%, laju endap darah
63mm/jam. Perdarahan intraoperatif 500 cc, urin 200 cc. Perdarahan pasca
melahirkan kurang lebih 1000 cc. Luka operasi di abdomen tertutup kassa
bersih. Klien mendapat terapi oksitosin 20 unit dalam cairan ringer laktat 500
cc, cefotaxim, gentamicin, ketorolac, kalnex, fladex, pronalges suppositoria,
dan transfusi packed red cell 750 cc.

Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus dua adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis (diagnosa
keperawatan) fase pemulihan untuk konservasi energi adalah risiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, risiko gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen, risiko infeksi
berhubungan dengan luka operasi (trophicognosis konservasi integritas
struktural), risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
9

ibu di rumah sakit (trophicognosis konservasi integritas personal), cemas


berhubungan dengan perubahan status kesehatan (trophicognosis konservasi
integritas sosial).
3. Kasus tiga, Ny. N (22 tahun), P1A0, postpartum satu minggu di paraji. Klien
melahirkan anak perempuan, agama Islam, suku Betawi, pendidikan SMP.
Tanggal 10 November klien datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir sejak kurang lebih enam jam yang lalu yang jumlahnya
lebih banyak dari hari sebelumnya saat menstruasi. Perdarahan lebih dari 500
cc. Hasil pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan kesan terdapat sisa
plasenta.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data kesadaran komposmentis, keadaan


umum baik, klien tampak lemas dan pucat. Konjungtiva palpebra anemia,
sianosis, capillary refill lebih dua detik, uterus lembek, kontraksi tidak baik,
tinggi fundus uteri satu jari di bawah pusat, payudara bengkak. Kaki dan
tangan saat digerakkan merasa kesemutan. Tekanan darah 90/60 mmHg; nadi
60x/menit; frekuensi pernafasan 18x/menit; suhu 36,5 0C. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan hemoglobin 2,3g/dl, leukosit 30000/uL. Klien
dirawat di ruang postpartum dan mendapat terapi ceftriaxon 2 x 1; asmet 2 x
1; viliron 2 x 1; PRC 6 kolf (1500 cc); oksitocin 20 unit dalam ringer laktat
500 cc. Klien cemas dengan kondisinya saat ini dan takut akan terjadi
perdarahan berulang.

Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus tiga adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis yang muncul
pada fase pemulihan untuk konservasi energi adalah risiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan perdarahan, risiko gangguan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen (trophicognosis
konservasi integritas struktural), risiko kegagalan pemberian ASI
berhubungan dengan perawatan ibu di rumah sakit (trophicognosis konservasi
integritas personal), cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
10

perilaku aktif mencari informasi kesehatan (trophicognosis konservasi


integritas sosial).
4. Kasus empat, Ny. R (40 tahun) P2A0 post sectio secarea hari kedua. Klien
sectio secarea di rumah sakit atas indikasi letak melintang. Perdarahan
intraoperatif 500 cc, urin 150 cc. Klien datang ke rumah sakit karena
mengalami perdarahan postpartum. Perdarahan kurang lebih 1000 cc. Klien
datang dalam kondisi lemah dan pucat, tetapi sadar. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data tekanan darah 120/80 mmHg; nadi 87 x/menit; frekuensi
pernafasan 20 x/menit, konjungtiva palpebra anemia, capillary refill lebih
dari dua detik, tinggi fundus uteri dua jari bawah pusat, kontraksi uterus
lembek, payudara bengkak, teraba panas, luka operasi tertutup kassa bersih.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hemoglobin 7,99 g/dl,


hematokrit 22,3%, leukosit 30400/uL, trombosit 239000/uL, natrium
139mEq/L, kalium 2,8 mEq/L, chlorida 111 mEq/L. Klien mendapat terapi
transfusi packed red cell 500 ml, ringer laktat 500 ml, oksitosin 20 unit
intravena, 1 ampul metergin, vitamin C 2 x 400 Intravena, dexametason 2 x
100 intravena. Riwayat Keluarga berencana yaitu suntik tiga bulan selama
empat tahun. Riwayat persalinan yaitu klien melahirkan anak pertama tahun
2008 di rumah bersalin, persalinan spontan pervaginam oleh bidan, jenis
kelamin perempuan, berat lahir 3800 gram, panjang lahir 50 cm. Anak kedua
lahir tanggal 23 Maret 2014 di rumah sakit, persalinan dengan sectio secarea,
jenis kelamin laki – laki, berat lahir 3100 gram, panjang lahir 50 centimeter.

Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus empat adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis pada fase
pemulihan untuk konservasi energi adalah risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan, risiko gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dan risiko infeksi
berhubungan dengan luka operasi (trophicognosis konservasi integritas
struktural), risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan
ibu di rumah sakit (trophicognosis konservasi integritas personal), cemas

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
11

berhubungan dengan perubahan status kesehatan, perilaku aktif mencari


informasi kesehatan (trophicognosis konservasi integritas sosial).
5. Kasus lima, Ny. E (36 tahun) P2A0 datang ke rumah sakit dengan keluhan
perdarahan postpartum sejak dua jam sebelum masuk rumah sakit. Klien
rujukan dari puskesmas dengan retensio plasenta. Perdarahan lebih dari 500
cc. Klien melahirkan bayi laki – laki di Puskesmas, berat lahir 2800 gram,
apgar score 9/10. Hasil pemeriksaan ultrasonografi di instalasi gawat darurat
rumah sakit pusat menunjukkan tampak plasenta pada serviks uteri, tidak ada
tanda – tanda akreta, kesan plasenta entrapment.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik, kesadaran


komposmentis, tekanan darah 110/70 mmHg; nadi 118x/menit; suhu 36,5 0C.
Klien tampak pucat, lemas, konjungtiva palpebra anemia, tinggi fundus uteri
satu jari di bawah pusat, uterus lembek, kontraksi tidak baik. Klien diberi
nasal kanul oksigen lima liter setiap menit, kristaloid 500 cc loading melalui
intravena. Klien dilakukan penegangan tali pusat terkendali, lahir plasenta
lengkap, diberikan uterotonika misoprostol 4 x 200 mg per oral, metergin satu
ampul.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hemoglobin 5,8 gr/dl,


hematokrit 16,7%, leukosit 244000/uL, trombosit 160000/uL. Protrombin
time 12,2 detik. Klien mendapat terapi asering 500 cc, ampicilin sulbactam 4
x 1,5 gr Intravena, metronidazole 3 x 500 mg intravena, transfusi Packed red
cell 460 cc. Golongan darah O.

Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus lima adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis fase
pemulihan untuk konservasi energi adalah risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan, risiko gangguan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dan risiko tinggi infeksi
berhubungan dengan laserasi perineum (trophicognosis konservasi integritas
struktural), risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
12

ibu di rumah sakit (trophicognosis konservasi integritas personal), cemas


berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan perilaku aktif mencari
kesehatan (trophicognosis konservasi integritas sosial).

2.2. Tinjauan Pustaka


2.2.1 Pengertian Post Partum
Bobak, Lowdermilk, dan Jensen (2005) menjelaskan bahwa periode
postpartum merupakan periode setelah bayi lahir sampai tubuh beradaptasi ke
keadaan sebelum hamil. Periode postpartum merupakan periode setelah bayi
lahir sampai kondisi di mana organ reproduksi kembali normal seperti keadaan
sebelum hamil (Perry, et al. 2010). Reeder, Martin, dan Griffin (2011)
menjelaskan bahwa masa postpartum merupakan masa antara kelahiran sampai
organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil.
2.2.1.a Adaptasi Fisik Ibu Postpartum
Perry, et al. (2010); Bobak, Lowdermilk, dan Jensen (2005); Pilliteri (2003)
menjelaskan bahwa selama periode postpartum terjadi perubahan anatomi dan
fisiologi ibu postpartum yaitu sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem
urinarius, sistem pencernaan, dan sistem kardiovaskuler.

Perubahan sistem reproduksi selama periode postpartum terjadi pada uterus,


serviks, vagina, dan tuba falopii. Uterus menjadi massa jaringan yang hampir
padat segera setelah kelahiran plasenta karena kontraksi dan relaksasi otot-
ototnya. Fundus uteri kurang lebih tiga jari di bawah pusat. Uterus akan
mengecil dengan cepat setelah dua hari karena involusi, sehingga pada hari
kesepuluh tidak teraba lagi dari luar. Uterus akan mencapai ukuran yang
normal setelah enam minggu. Involusi terjadi karena kontraksi uterus dan
mengecilnya ukuran masing-masing sel miometrium dan proses otolisis, yaitu
zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi, dan dibuang dengan air kencing
(Reeder, Martin, & Griffin, 2011).

Serviks mendatar dan sedikit tonus, tampak lunak dan edema serta mengalami
banyak laserasi kecil segera setelah proses kelahiran. Ukuran serviks mencapai
dua jari dan ketebalannya sekitar satu centimeter selama 24 jam. Mulut serviks

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
13

secara bertahap menutup, dan ukurannya mencapai dua sampai tiga centimeter
setelah beberapa hari dan satu centimeter dalam waktu satu minggu. Robekan
serviks menjadi sembuh karena hiperplasi dan retraksi dari serviks. Vagina
menjadi lunak dan membengkak serta memiliki tonus yang buruk setelah
persalinan (Perry, Hochenberry, Lowdermilk, & Wilson, 2010).

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina


dan hilangnya rugae. Vagina akan kembali ke ukuran sebelum hamil secara
bertahap dalam kurun waktu enam sampai delapan minggu setelah proses
kelahiran. Introitus vagina mengalami edema dan eritematosa segera setelah
melahirkan. Kondisi edema dan eritema pada introitus vagina makin parah
pada area perbaikan, jika terdapat laserasi atau episiotomi. Perubahan
histologik pada tuba falopii menunjukkan pengurangan ukuran sel – sel
sekretorik, penurunan ukuran dan jumlah sel – sel silia, dan atropi epitelium
tuba. Epitelium mencapai suatu kondisi fase folikuler awal siklus menstruasi
setelah enam sampai delapan minggu (Newman, 2008).

Dinding abdomen pulih sebagian dari peregangan yang berlebihan, tetapi tetap
lunak dan kendur selama beberapa waktu. Proses involusi pada struktur
abdomen membutuhkan waktu minimal enam minggu. Tonus dinding abdomen
kembali secara bertahap seperti kondisi sebelum hamil. Proses ini tergantung
pada tonus selama sebelum hamil, latihan, dan jumlah jaringan adiposa. Jika
otot tersebut mengalami regangan yang berlebihan atau kehilangan tonus
ototnya, maka dapat terjadi suatu pemisahan yang jelas atau diastasis otot
rektus. Pemulihan tonus otot dinding abdomen dapat dilakukan dengan
istirahat, diet, latihan yang direkomendasikan, mekanik tubuh yang baik, dan
postur tubuh yang benar (Perry, et al. 2010; Ospina, et al.2012).

Payudara selama kehamilan mengalami perubahan progresif sebagai persiapan


laktasi. Lobulus payudara berkembang di bawah pengaruh stimulasi hormon
estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta. Hormon prolaktin
yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis anterior, kortisol dari kelenjar adrenal
maternal, laktogen plasenta manusia (hPL), dan insulin serta semua hormon

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
14

yang jumlahnya meningkat selama kehamilan berperan pada perubahan


payudara. Prolaktin memiliki peran utama dalam memulai laktasi, tetapi
kerjanya dihambat selama kehamilan akibat tingginya kadar estrogen dan
progesteron. Sel – sel parenkim yang terdapat pada bulan terakhir kehamilan
mengalami hipertropi dan menghasilkan kolostrum (Reeder, Martin, & Griffin,
1997).

Kadar estrogen turun sampai 90% dalam tiga jam setelah persalinan dan
kemudian secara kontinyu menurun secara lambat sampai hari ketujuh
postpartum. Estrogen kembali ke kadar fase folikuler sekitar tiga minggu pada
perempuan yang tidak menyusui. Kadar normal estrogen kembali lambat pada
perempuan yang menyusui. Kadar progesteron turun sampai di bawah kadar
fase luteal pada tiga hari postpartum dan tidak dapat dideteksi pada hari
ketujuh. Produksi progesteron kembali normal setelah ovulasi pertama
(Pilliteri, 2003).

Tekanan darah, frekuensi jantung, konsumsi oksigen, dan jumlah cairan total
umumnya kembali ke kondisi normal sebelum hamil dalam beberapa hari
setelah melahirkan. Perubahan curah jantung meningkat sampai 48 jam pasca
melahirkan karena meningkatnya stroke volum yang disebabkan oleh
kembalinya aliran darah ke sirkulasi sistemik ibu, sehingga terjadi penurunan
aliran darah uterus dan pergerakan cairan ekstravaskuler (Monga, 2009).

Perubahan tekanan abdomen dan kapasitas rongga toraks setelah proses


kelahiran menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada fungsi pulmonal.
Peningkatan terjadi pada volume residu, ventilasi istirahat, dan konsumsi
oksigen. Kapasitas respirasi, kapasitas vital, dan kapasitas pernafasan
maksimum mengalami penurunan. Fungsi pernafasan kembali normal seperti
kondisi sebelum hamil dalam enam bulan postpartum (Ospina, et al. 2012).

Fungsi ginjal berkurang setelah proses kelahiran sebagai akibat penurunan


kadar hormon steroid. Ureter dan piala ginjal akan kembali ke kondisi normal
dalam waktu tiga sampai enam minggu. Laju filtrasi glomerulus (GFR),

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
15

kreatinin plasma, dan kadar nitrogen kembali ke keadaan sebelum hamil pada
enam minggu pascapartum (Lowdermilk & Jensen, 2005).

Pengeluaran janin melewati jalan lahir menyebabkan trauma pada uretra dan
kandung kemih. Mukosa kandung kemih setelah proses kelahiran menunjukkan
berbagai derajat edema dan hiperemia dengan penurunan tonus kandung
kemih. Kondisi ini menyebabkan penurunan sensasi terhadap tekanan dan
kapasitas kandung kemih yang lebih besar (Reeder & Griffin, 2011; Perry, et
al. (2010).

Pillitteri (2003); Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2005); Perry, et al. (2010)
menjelaskan bahwa motilitas dan tonus sistem gastrointestinal kembali normal
dalam dua minggu setelah melahirkan. Sebagian besar perempuan merasakan
sangat haus dua sampai tiga hari pertama karena perpindahan cairan
insterstisial dan sirkulasi akibat diuresis. Keinginan buang air besar dapat
tertunda selama dua sampai tiga hari postpartum karena penurunan tonus dan
motilitas otot akibat penurunan hormon progesteron. Selain itu, ibu seringkali
takut untuk buang air besar karena rasa sakit pada daerah perineum.
2.2.1.b Adaptasi Psikologis Ibu Postpartum
Periode post partum merupakan masa transisi menjadi orang tua, sehingga
dapat menjadi stressor tersendiri bagi ibu yang belum memahaminya. Mercer
(2006) menjelaskan bahwa pencapaian peran maternal merupakan suatu proses
yang terjadi selama tiga sampai sepuluh bulan melalui proses identifikasi,
pengakuan, dan interaksi dengan bayi sehingga meningkatkan kepuasan dan
kompetensi perilaku keibuan serta interaksi ibu dan bayi. Faktor keadaan emosi
ibu memegang peranan dalam membina kedekatan antara ibu dan bayinya.

Perubahan psikologis yang terjadi pada periode postpartum merupakan


penyesuaian ibu terhadap peran barunya sebagai orang tua. Bobak,
Lowdermilk, dan Jensen (2005) menjelaskan bahwa ada tiga fase penyesuaian
ibu terhadap peran barunya sebagai orang tua, yaitu fase taking in (dependen),
fase taking hold (dependen – mandiri), dan fase letting go (interdependen).
Fase taking in berlangsung satu sampai dua hari dan pada fase ini ibu masih

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
16

fokus pada dirinya sendiri. Fase taking hold berlangsung kurang lebih selama
sepuluh hari. Pada fase taking hold, ibu mulai fokus pada bayi. Ibu mulai
belajar melakukan perawatan bayi, sedangkan pada fase letting go ibu mulai
melakukan perawatan bayi secara mandiri. Massa transisi sering menimbulkan
kecemasan pada perempuan. Perempuan diharapkan mampu beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi selama masa transisi (Ospina, et al. 2012).
2.2.1.c Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum merupakan kehilangan darah lebih dari 500 cc pada
persalinan pervaginam dan lebih dari 1000 cc pada persalinan sectio secarea.
Perdarahan postpartum menurut waktu terjadinya terdiri dari dua bagian yaitu
perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi 24
jam setelah melahirkan dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum
hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam sampai enam minggu postpartum.
Faktor – faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah atonia uteri,
perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, dan kelainan pembekuan
darah. Faktor penyebab perdarahan postpartum dapat dikaji melalui empat T
yaitu tonus, jaringan, trauma, dan pembekuan darah (Rath, 2011& Watertown,
2010).
1. Tonus
Atonia uteri merupakan keadaan di mana uterus gagal untuk berkontraksi
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Secara fisiologis perdarahan
postpartum dikontrol oleh kontraksi otot miometrium yang berada di
sekitar pembuluh darah. Atonia uteri terjadi ketika miometrium tidak
berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan
kontraksi lembek. Atonia uteri terjadi karena manajemen kala tiga
persalinan kurang efektif. Atonia uteri merupakan penyebab utama
perdarahan postpartum. Hasil penelitian melaporkan bahwa 70% penyebab
utama perdarahan postpartum adalah atonia uteri (El Alyadi, Robinson,
Giller & Miller, 2013).
2. Jaringan
Perdarahan postpartum disebabkan juga oleh retensio plasenta, sisa
plasenta, dan plasenta akreta. Retensio plasenta merupakan suatu keadaan
di mana plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir. Apabila

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
17

plasenta belum lepas sama sekali maka tidak terjadi perdarahan, tetapi
plasenta terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya. Faktor yang menyebabkan plasenta
belum lepas dari dinding uterus adalah kontraksi uterus kurang kuat dan
plesenta melekat erat pada dinding uterus. Perdarahan postpartum 20
sampai 25 % terjadi karena sisa plasenta. El Alyadi, Robinson, Giller, dan
Miller (2013) melaporkan bahwa kasus perdarahan postpartum karena
faktor jaringan sekitar 10%.
3. Trauma
Kasus perdarahan postpartum sekitar 20% karena trauma jalan lahir, seperti
ruptur uterus, perlukaan jalan lahir, dan hematom vagina.
4. Pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah yang merupakan penyebab perdarahan
postpartum meliputi thrombositopeni, idiopathic trombositopeni purpura,
HELPP syndrome, dan disseminated intravaskuler coagulation (DIC).
Hasil penelitian melaporkan bahwa 1% perdarahan postpartum disebabkan
faktor pembekuan darah.
Diagnosis perdarahan postpartum dapat digolongkan berdasarkan tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1 Diagnosis Perdarahan Postpartum
No. Tanda dan gejala Tanda dan gejala lain Diagnosis
kerja
1 - Uterus tidak berkontraksi dan Syok Atonia uteri
lembek
- Perdarahan segera setelah bayi
lahir (Perdarahan pasca
persalinan primer atau P3)
2 - Perdarahan segera (P3) - Pucat Robekan jalan
- Uterus berkontraksi dan keras - Lemah lahir
- Plasenta lengkap - Menggigil
3 - Plasenta belum lahir setelah 30 - Tali pusat putus Retensio
menit akibat traksi plasenta
- Perdarahan segera (P3) berlebihan
- Uterus berkontraksi dan keras - Inversio uteri akibat
tarikan
- Perdarahan lanjutan
4 - Plasenta atau sebagian selaput - Uterus berkontraksi Tertinggalnya
(mengandung pembuluh tetapi tinggi fundus sebagian

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
18

darah) tidak lengkap tidak berkurang plasenta


- Perdarahan segera (P3)
5 - Uterus tidak teraba - Syok dan neurogenik Inversio uteri
- Lumen vagina terisi massa - Pucat dan limbung
- Tampak tali pusat (bila
plasenta belum lahir)
6 - Sub involusi uterus - Anemia Endometritis
- Nyeri tekan perut bawah - Demam atau sisa
- Perdarahan pada uterus fragmen
- Lokhea mukupurulen dan plasenta
berbau (terinfeksi atau
tidak)
Sumber: Santoso, B.I (2013)

Perdarahan postpartum dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, anemia,


kelelahan yang menimbulkan kesulitan bagi ibu untuk menyusui dan
melakukan perawatan pada bayi (Thompson, 2010 & Sentilhes, 2011). Tanda
dan gejala perdarahan postpartum antara lain perdarahan lebih dari 500 ml
untuk persalinan pervaginam, hipotensi, takikardi, diaporesis, sinkop, pucat,
oliguri, hipoksia, pusing, kelemahan, palpitasi.
2.2.1.d Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum
Penatalaksanaan perdarahan postpartum, antara lain (1) manajemen aktif kala
tiga persalinan meliputi, pemberian uterotonika (oksitosin segera setelah
melahirkan) untuk meningkatkan kontraksi uterus, penegangan tali pusat
terkendali, dan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir. Hasil
penelitian melaporkan bahwa 50% manajemen aktif kala III dapat mencegah
perdarahan postpartum (Prendiville, et al. 2000); (2) penanganan syok
hipovolemik; (3) monitor status hemodinamika; (4) pemberian cairan
kristaloid; (5) inisiasi menyusu dini (IMD); (6) pengosongan kandung kemih;
(7) mencari penyebab perdarahan dan melakukan pemeriksaan untuk
menentukan perdarahan; (8) memberikan transfusi

Ramanathan dan Arulkumaran (2006) menjelaskan bahwa penatalaksanaan


perdarahan postpartum secara umum adalah mengkaji keadaan umum, meliputi
jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi. Penatalaksanaan pertama adalah
stabilisasi keadaan umum dengan pemberian cairan intravena. Langkah
berikutnya adalah mengkaji penyebab perdarahan. Jika penyebab perdarahan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
19

retensio plasenta, maka diberikan oksitosin 20 unit dalam cairan kristaloid dan
dilakukan manual plasenta. Apabila plasenta sudah lahir, lakukan masase
fundus. Jika kontraksi baik, kaji adanya laserasi serviks atau vagina atau
adanya hematoma dan antisipasi untuk periorafi. Sebaliknya, jika kontraksi
tidak baik maka dilakukan kompresi bimanual dan pengosongan kandung
kemih serta memonitor haluaran urin. Langkah selanjutnya adalah pemberian
oksitosin 20 unit dalam cairan kristaloid. Penatalaksanaan dilanjutkan dengan
memonitor jumlah perdarahan, tanda – tanda vital, tingkat kesadaran pasien,
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, haluaran urin, saturasi oksigen dan
pemberian misoprostol, ergometrin.
Skema 2.1 Bagan penatalaksanaan perdarahan postpartum

Masase fundus uteri segera sesudah plesenta lahir Ya Evaluasi rutin


(maksimal 15 detik)

Uterus kontraksi
tidak
- Evaluasi / bersihkan bekuan darah/selaput ketuban
- Kompresi bimanual interna (maksimal 5 menit)

-pertahankan KBI selama 1-2 menit


Uterus kontraksi Ya -keluarkan tangan secara hati-hati
-lakukan pengawasan kala IV
tidak
-ajarkan keluarga melakukan Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
-keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati
-suntikan methyl ergometrin 0,2 mg i.m
-pasang infus RL + 20 IU oksitosin, guyur
-lakukan lagi KBI

Ya Pengawasan kala IV
Uterus kontraksi
tidak
- Rujuk siapkan laparotomi
- Lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc/jam hingga mencapai tempat
rujukan

Ligasi arteri uterina dan /atau Hipogastrika

berhenti Perdarahan Uterus


Perdarahan
tetap
Histerektomi

Sumber: SOGC (2010)

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
20

Intervensi untuk mengatasi perdarahan postpartum adalah masase uterus, pemberian


uterotonika, dan kompresi bimanual (Marasinghe & Condous, 2009). Hasil penelitian
Dasuki, et al. (2008) melaporkan bahwa intervensi untuk mencegah perdarahan
postpartum adalah pijat oksitosin atau pemberian oksitosin untuk memperbaiki
kontraksi uterus dan retraksi otot miometrium. Selain itu, intervensi untuk mencegah
perdarahan postpartum dapat dilakukan melalui inisiasi menyusu dini (IMD) dan
menyusui secara efektif (Newman, 2008).

2.3 Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan dalam Proses Keperawatan


pada Klien Perdarahan Postpartum
Skema 2.2 Integrasi Model Keperawatan Need for Help Wiedenbach dan
Conservation Levine pada kasus Ibu Perdarahan Postpartum

Ibu perdarahan post partum


- Tahap identification /
pengkajian
- Tahap diagnosa keperawatan
Fase akut dengan teori Need - Tahap ministry /
for Help Wiedenbach perencanaan
- Tahap coordination /
implementasi
- Tahap validation / evaluasi

Pengkajian Diagnosa
Fase pemulihan dengan teori keperawatan
Conservation Levine

Evaluasi Perencanaan

Implementasi

Ibu perdarahan postpartum meningkat


kesehatannya (Biopsikososialkulturalspiritual)

Sumber: Parker (2001, 2005); Fawcett (2005); Tomey & Alligood


(2006); Perinatal Service BC (2011); SOGC (2010); ALARM (2010)

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
21

2.3.1 Konsep Model Need for Help Wiedenbach


Tomey dan Alligood (2006) menjelaskan bahwa need for help
merupakan suatu kegiatan tenaga kesehatan profesional di bidang
keperawatan maternitas yang berpotensi memberikan bantuan kepada
klien agar merasa nyaman dan mempunyai koping untuk mengatasi
masalah kesehatannya. Teori yang dikemukakan oleh Wiedenbach
merupakan teori yang menjelaskan bagaimana perawat membuat suatu
kegiatan tertentu untuk meningkatkan kemampuan klien mengatasi suatu
masalah. Teori ini juga menjelaskan bahwa klien adalah penerima
bantuan dari tenaga keperawatan berupa pengetahuan, perawatan, dan
nasihat.

Parker (2001, 2005); Tomey dan Alligood (2006) menjelaskan bahwa


langkah-langkah proses keperawatan “Need for Help Wiedenbach”
meliputi identifikasi, ministrasi, validasi dan koordinasi. Identifikasi,
merupakan tahap pengkajian untuk mengidentifikasi kondisi dan persepsi
klien tentang kebutuhannya, seperti pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemantauan perdarahan postpartum, pemantauan kadar
hemoglobin, pemantauan keadaan umum klien, pemantauan tanda-tanda
vital.

Ministrasi, merupakan tindakan pertolongan sesuai kebutuhan klien,


seperti pemberian transfusi, memberikan cairan melalui infus. Validasi,
merupakan evaluasi apakah masalah teratasi dengan tindakan yang telah
diberikan, seperti observasi perdarahan, observasi kadar hemoglobin,
observasi tanda-tanda vital, observasi keadaan umum klien. Koordinasi,
merupakan penyediaan sumber – sumber yang dibutuhkan dalam
memberi tindakan. Koordinasi meliputi dokumentasi, konsultasi, dan
diskusi yang selanjutnya diinterpretasikan dan dilakukan tindakan.

Dokumentasi proses keperawatan menurut model Need for Help


Wiedenbach dirumuskan dalam bentuk “SOAPIER”. Pada tahap
identifikasi (S dan O), perawat melakukan pengkajian data subjektif dan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
22

data objektif klien. Pengkajian yang dapat dilakukan pada ibu dengan
perdarahan postpartum meliputi aspek fisiologis dan psikologis.
Pengkajian fisiologis meliputi data subjektif, seperti keluhan klien, alasan
membutuhkan pertolongan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan,
riwayat diet, perdarahan yang dialami saat persalinan dan pasca
persalinan. Data objektif klien, meliputi tanda-tanda vital, nilai
laboratorium, tanda klinis klien, kontraksi uterus, perdarahan pasca
persalinan. Pengkajian psikologis meliputi respon ibu terhadap kondisi
yang dialami, harapan dan mekanisme yang dilakukan ibu, serta
dukungan sosial yang diperoleh ibu. Pada tahap analisa (A), perawat
merumuskan permasalahan yang dihadapi klien. Pada tahap intervensi
(P), perawat menetapkan tujuan dan rencana tindakan keperawatan sesuai
permasalahan yang dihadapi klien.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ibu dengan


perdarahan postpartum, misalnya gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan suplai oksigen, kekurangan volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan perdarahan, risiko cidera berhubungan
dengan defisiensi sel darah merah. Tindakan yang diberikan kepada klien
sesuai konsep model keperawatan Need for Help Wiedenbach adalah
tindakan yang bersifat segera. Tindakan keperawatan pada ibu
perdarahan postpartum dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya dan
tanda klinis klien. Misal, jika penyebab perdarahan postpartum adalah
atonia uteri maka dilakukan pengosongan kandung kemih dan kompresi
bimanual. Jika perdarahan masih berlanjut, maka diberikan uterotonika,
seperti misoprostol, ergometrin, metergin.

Pada tahap implementasi (I), perawat melakukan tindakan keperawatan


sesuai rencana yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan permasalahan
klien. Pada tahap evaluasi (E), perawat melakukan evaluasi terhadap
tindakan yang telah dilakukan, apakah dapat menyelesaikan
permasalahan klien. Apabila tindakan yang dilakukan belum dapat
menyelesaikan permasalahan klien, maka perlu dilakukan replanning (R).

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
23

Langkah ini merupakan aplikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap


dari perawat untuk memenuhi kebutuhan klien (need for help). Skema
model keperawatan Need for Help Wiedenbach dapat dilihat pada bagan
di bawah ini :

Skema 2.3 Konsep teori “Need for Help Wiedenbach” pada ibu
perdarahan postpartum

Proses keperawatan pada ibu perdarahan postpartum yang


membutuhkan pertolongan “ Here and Now”

Model Keperawatan Ministry/Perencanaan (P)


Coordinasi/Implementasi (I)
-Mengkaji sumber
Identikasi (pengkajian fisik perdarahan (tonus, jaringan,
dan psikis), Perumusan trauma, pembekuan)
”Need For Diagnosa Keperawatan, - Memonitor status
Help” Validasi (Evaluasi) hemodinamik
Wiedenbach - Berkolaborasi pemberian
oksitosin 20 unit
- Memonitor volume
perdarahan
Perdarahan postpartum berhenti - Melakukan manajemen
aktif kala III
- Melakukan Inisiasi
menyusu dini (IMD)
- Memberikan oksigen 8 –
10L/menit
- Melakukan KBI dan KBE
- Memotivasi ibu untuk
menyusui
- Memonitor haluaran urin

Sumber: Parker (2001, 2005); Tomey & Alligood (2006); WHO (2009);
Ahonen, Stefanovic, Lassila (2010)

2.3.2 Konsep Model Konservasi Levine


Tomey dan Alligood (2006) menjelaskan bahwa model konservasi Levine
berfokus pada adaptasi dan menjaga kesehatan menggunakan prinsip – prinsip
konservasi. Model ini memberikan petunjuk bagi perawat untuk berfokus pada
pengaruh dan respon yang diberikan.
Kehidupan dimaknai oleh manusia sebagai perubahan untuk mencapai adaptasi
dalam mencapai tujuan konservasi. Manusia diharapkan dapat melakukan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
24

proses adaptasi terhadap perubahan yang dialami. Model konservasi Levine


menjelaskan bahwa setiap individu terdiri dari lingkungan internal maupun
eksternal. Lingkungan internal terdiri dari aspek fisiologis dan patofisiologis
sedangkan lingkungan eksternal terdiri dari tiga tingkatan yaitu perseptual,
operasional, dan konseptual. Tingkat perseptual pada lingkungan eksternal
meliputi aspek kemampuan individu dalam menerima dan memahami sesuatu
hal dengan indera yang dimiliki. Tingkat operasional meliputi hal – hal yang
mempengaruhi fisik individu, sedangkan tingkat konseptual memiliki arti
bahwa lingkungan itu dibentuk dari budaya dan bahasa (Fawcett, 2005).

Proses adaptasi menurut Levine berupa tingkatan yang terdiri dari flight –
flight, respon inflamasi, respon terhadap stress, dan respon terhadap sensori.
Flight – flight merupakan respon yang paling primitif di mana ancaman yang
diterima individu baik nyata maupun tidak. Respon terhadap ketakutan untuk
menghindari penyebab bersifat reaksi yang tiba – tiba. Ibu dengan perdarahan
postpartum ketika mengalami perdarahan maka keluarga atau ibu akan
mencari pertolongan yang bersifat segera untuk menghentikan perdarahan dan
menghindari komplikasi selanjutnya (Parker, 2005).

Respon inflamasi, merupakan mekanisme pertahanan yang melindungi diri dari


lingkungan yang merusak. Respon individu adalah menggunakan energi
sistemik yang ada dalam dirinya untuk membuang patogen yang merugikan.
Respon terhadap stres berupa respon menarik diri, perubahan fisik, dan
kehilangan energi untuk beradaptasi secara bertahap. Rasa lelah, pusing dapat
terjadi ketika ibu mengalami perdarahan postpartum. Kondisi ini juga
menyebabkan ibu stres. Respon terhadap sensori berupa aktivitas fisik maupun
tingkah laku. Respon yang diberikan adalah untuk keamanan diri sendiri
dalam menghadapi permasalahan. Periode postpartum merupakan periode di
mana terjadi perubahan transisi menjadi orang tua. Perubahan tersebut
mendorong ibu untuk mencapai peran tersebut.

Individu akan mengalami konservasi untuk menuju proses adaptasi. Konservasi


berarti menyatukan segala sesuatu yang dimiliki secara kompleks untuk

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
25

melakukan fungsinya pada saat mengalami suatu masalah. Proses interaksi dan
intervensi keperawatan menurut model Conservation Levine bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan beradaptasi dan mempertahankan integritas
tersebut. Konservasi tersebut meliputi konservasi energi, integritas struktural,
integritas personal, dan integritas sosial (Parker, 2001).

Konservasi energi, yaitu keseimbangan energi dan memperbaharui energi yang


seimbang untuk mempertahankan aktivitas kehidupan. Contoh konservasi
energi adalah kebutuhan cairan dan elektrolit, istirahat, dan nutrisi. Intervensi
keperawatan bertujuan mengurangi ketergantungan secara bertahap terhadap
pemenuhan kebutuhan untuk proses penyembuhan. Kebutuhan nutrisi adekuat
pada ibu dengan perdarahan postpartum berfungsi untuk meningkatkan kadar
zat besi sehingkan kadar hemoglobin dapat kembali normal.

Konservasi integritas struktural merupakan proses penyembuhan yang


bertujuan untuk mempertahankan keutuhan fungsi tubuh terhadap dampak
penyakit yang diderita, sedangkan konservasi integritas personal, merupakan
konservasi di mana individu menghargai diri sendiri dan menjalankan
perannya. Intervensi keperawatan meliputi menghargai nilai yang diyakini,
menjaga privasi selama melakukan proses keperawatan. Konservasi integritas
sosial, merupakan konservasi di mana individu mendapat dukungan sosial dari
lingkungan sekitarnya dalam menyelesaikan masalah yang dialami. Dukungan
sosial pada ibu dengan perdarahan postpartum sangat diperlukan karena pada
periode ini ibu mengalami perubahan mood. Dukungan sosial bertujuan
meningkatkan kepercayaan diri individu menghadapi masalah.

Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, trophicognosis, hipotesis,


intervensi, dan evaluasi. Pengkajian merupakan pengumpulan data terhadap
perubahan yang terjadi pada pasien dengan mempertimbangkan prinsip –
prinsip konservasi. Perawat diharapkan mampu melakukan pengkajian kepada
pasien secara komprehensif (Parker & Smith, 2008).
Perawat merumuskan diagnosa keperawatan setelah melakukan pengkajian.
Diagnosa keperawatan berdasarkan konsep teori Levine dirumuskan dalam

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
26

rumusan pernyataan atau justifikasi masalah yang disebut dengan istilah


trophicognosis. Diagnosa keperawatan menurut Levine adalah memberi arti
atau makna terhadap data yang telah dikumpulkan sesuai kondisi pasien.

Perawat merumuskan hipotesis setelah menyusun trophicognosis. Hipotesis


merupakan rencana penerapan intervensi keperawatan yang bertujuan
mempertahankan keutuhan pasien. Hipotesis dirumuskan berdasarkan rumusan
masalah yang sudah disusun sebelumnya. Setelah merumuskan hipotesis,
perawat melakukan intervensi keperawatan. Intervensi merupakan rencana
keperawatan yang diberikan kepada pasien berdasarkan hipotesis. Langkah
selanjutnya yang dilakukan perawat adalah evaluasi. Evaluasi merupakan
penilaian respon pasien terhadap implementasi yang diberikan (Alligood,
2010). Model conservation Levine dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
27

Skema 2.4 Konsep Model Keperawatan Conservation Levine


pada ibu perdarahan postpartum

Ibu perdarahan postpartum

Model Keperawatan Konservasi Energi


Levine
Konservasi integritas struktural
Proses Keperawatan
(Pengkajian dan Trophicognosis) Konservasi integritas personal

Konservasi integritas sosial

Hipotesis (Rencana Keperawatan

Intervensi Keperawatan
Konservasi Energi:
Memenuhi kebutuhan istirahat, nutrisi, mengobservasi volume perdarahan, lochea,
haluaran urin, memonitor cairan dan elektrolit, memonitor TTV, memonitor
hemoglobin, memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Konservasi integritas struktural
Memonitor pemberian terapi cairan, membantu aktivitas dan personal hygiene,
menghindari injuri dan risiko infeksi , imobilisasi
Konservasi integritas personal
Menjaga privasi klien, mengajarkan masase fundus uteri, memotivasi untuk
menyusui
Konservasi integritas sosial
Memberikan dukungan pada klien, melibatkan keluarga dalam proses perawatan.

Evaluasi

Adaptasi dan wholeness

Peningkatan kesehatan perempuan pasca


perdarahan postpartum

Sumber: Tomey & Alligood (2006); Parker & Smith (2008); Ahonen,
Stefanovic, & Lassila (2010)

2.4 Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Ibu Perdarahan Postpartum


Proses keperawatan dilakukan dengan menggunakan aplikasi teori keperawtan Need
for Help wiedenbach pada fase akut dan Conservation Levine pada fase
pemeliharaan.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
28

2.4.1 Aplikasi teori keperawatan Need for Help Wiedenbach pada kasus Ny. E (kasus
lima)
A. Tahap satu, Identifikasi (Pengkajian) tanggal 1 April 2014, jam 14.00 WIB
Pengkajian terdiri dari data subjektif dan objektif meliputi kondisi fisik dan
psikologis pasien. Teori keperawatan Need for Help Wiedenbach dilakukan
pada kasus emergensi yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. Hasil
pengkajian diperoleh data subjektif (S) ibu datang dengan keluhan utama
perdarahan postpartum sejak dua jam sebelum masuk rumah sakit. Ibu
mengatakan pusing dan lemas. Ibu mengatakan cemas jika perdarahan tidak
berhenti.

Data objektif (O) keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
118x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5 0C. Tidak ada
sumbatan jalan nafas, pernafasan spontan, capillary refill lebih dari dua detik.
Klien tampak pucat, konjungtiva palpebra anemia, membran mukosa kering,
tinggi fundus uteri satu jari di bawah pusat, uterus lembek, kontraksi tidak
baik. Perdarahan lebih dari 500 cc. Hasil pemeriksaan ultrasonografi
menunjukkan tampak plasenta pada serviks uteri, tidak ada tanda – tanda
akreta, kesan plasenta entrapment. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan hemoglobin 5,8 gr/dl, hematokrit 16,7%, eritrosit 1,81.10^6/uL,
leukosit 24,40.10^3/uL, trombosit 160.10^3/uL, natrium 137 mEq/L; kalium
3,8 mEq/L; chlorida 108 mEq/L; gula darah sewaktu 271 mEq/L. Wajah klien
tampak tegang, kontak mata buruk. Klien tampak sedih dan menangis selama
proses tindakan

B. Tahap dua (Perencanaan Keperawatan)


Pada tahap ini dilakukan penetapan diagnosa keperawatan dan intervensi.
Diagnosa keperawatan (A) yang muncul adalah:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
Perencanaan keperawatan (P) berdasarkan diagnosa keperawatan yang
muncul adalah:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
29

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan


kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil membran mukosa
lembab, turgor kulit elastis, pemasukan dan pengeluaran cairan seimbang,
urin tidak pekat, klien tidak haus, natrium 132 sampai 147 mEq/L, kalium
3,3 sampai 5,4 mEq/L, chlorida 94 sampai 111 mEq/L.

Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah kekurangan volume


cairan yaitu mengkaji penyebab perdarahan, melahirkan plasenta,
melakukan masase fundus uteri, memonitor kontraksi uterus, melakukan
inisiasi menyusu dini (IMD), berkolaborasi pemberian cairan kristaloid,
berkolaborasi pemberian oksitosin 20 unit intravena, melakukan
kolaborasi kompresi bimanual interna (KBI) dan kompresi bimanual
eksterna (KBE), berkolaborasi pemberian uterotonika.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai


oksigen.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, diharapkan perfusi
jaringan menjadi efektif dengan kriteria hasil tekanan darah 110/70
mmHg sampai 130/80 mmHg, nadi 60 sampai 100 kali/menit, capillary
refill kurang dari dua detik, tidak ada tanda – tanda sianosis, tidak ada
clubbing finger, tidak pucat, hemoglobin 12 – 15 g/dl.

Intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan perfusi jaringan pada


pasien dengan perdarahan postpartum adalah memonitor tanda-tanda
vital, memonitor adanya syok hipovolemik, memonitor jumlah
perdarahan, memberikan oksigenasi, memonitor saturasi oksigen,
memonitor haluaran urin, memberikan posisi trendelenburg, memonitor
nilai laboratorium hemoglobin, berkolaborasi pemberian cairan kristaloid.

C. Tahap tiga, Implementasi


Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan
kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan adalah mengkaji
penyebab perdarahan, mengukur tanda – tanda vital, memberikan cairan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
30

kristaloid dua jalur masing – masing 500 cc melalui intravena sesuai advis
dokter, memberikan oksitosin 20 unit dalam cairan kristaloid 500 cc,
melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus,
mengosongkan kandung kemih, berkolaborasi untuk melakukan manual
plasenta, melakukan masase fundus uteri, berkolaborasi untuk melakukan
KBI dan KBE, memonitor perdarahan, memberikan misoprostol dua tablet
dan satu ampul metergin sesuai advis dokter, memonitor keseimbangan
cairan, memotivasi ibu untuk menyusui.

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan


gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
adalah mengukur tanda – tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu),
memonitor adanya syok hipovolemik, memberikan oksigen kanul nasal lima
liter setiap menit, memberi posisi trendelenburg, memonitor saturasi oksigen,
capillary refill, memonitor haluaran urin, memonitor adanya sianosis,
memonitor kadar hemoglobin, memberikan transfusi PRC 230 cc.

D. Tahap empat, Validasi


Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan pada
tanggal 1 April 2014 jam 17.00 didapatkan data subjektif (S) klien
mengatakan haus, perdarahan berkurang, kontraksi uterusnya sudah lebih
baik dari kondisi sebelumnya. Objektif (O) Plasenta lahir lengkap, perdarahan
satu pembalut penuh, balance cairan – 100 cc, TFU dua jari di bawah pusat,
kontraksi uterus baik, membran mukosa kering, Natrium 137mEq/L, Kalium
3,8 mEq/L, Chlorida 108 mEq/L. Analisis (A) kekurangan volume cairan
teratasi sebagian. Planning (P) Memonitor jumlah perdarahan, keseimbangan
cairan, kontraksi uterus dan TFU; Rencana pindah ruangan.
Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan gangguan perfusi jaringan pada
tanggal 1 April 2014 jam 17.30 WIB didapatkan data subjektif (S) ibu
mengeluh pusing berkurang. Objektif (O) klien tampak pucat, konjungtiva
palpebra anemia, hemoglobin 9,25 g/dl, hematokrit 24,6%, tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 98 kali/menit, capillary refill kurang dari dua detik,
frekuensi pernafasan 18 kali/menit, urin 200 cc, saturasi oksigen 92%.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
31

Analisis (A) Masalah perfusi jaringan teratasi sebagian. Planning (P) adalah
memonitor tanda – tanda vital, saturasi oksigen, haluaran urin, berkolaborasi
untuk pemeriksaan darah rutin ulang, berkolaborasi pemberian transfusi;
Rencana pindah ruangan.

2.4.2 Aplikasi Teori keperawatan Conservation Levine


Teori keperawatan Conservation Levine diaplikasikan pada fase pemeliharaan (Kasus
Ny. E pada kasus lima).
A. Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 April 2014 jam 17.45 WIB
1. Lingkungan Internal
Pengkajian lingkungan internal menggambarkan pasien masih keluar darah
lewat jalan lahir meskipun berkurang. Pasien tampak pucat dan konjungtiva
palpebra anemia.
2. Lingkungan eksternal
2.1 Perseptual
Ny. E berasal dari suku Sunda, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan SMA.
Pasien menempati rumah sendiri. Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Ny. E melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin di puskesmas. Pasien menggunakan fasilitas
BPJS. Pekerjaan suami sopir, penghasilan tiga juta rupiah setiap bulan.
2.2 Operasional
Pasien menikah satu kali, menarche pada usia 17 tahun, lama haid tujuh hari,
siklus haid 30 hari, klien tidak nyeri saat haid. Pasien melahirkan anak kedua,
jenis kelamin laki – laki, berat lahir 2800 gram, apgar score 9/10. Anak pertama
berusia tujuh tahun, jenis kelamin laki – laki, berat lahir 2800 gram.
2.3 Konseptual
Pasien beragama Islam, suku Sunda. Bahasa sehari – hari yang digunakan adalah
bahasa Indonesia. Tidak ada nilai – nilai budaya yang bertentangan dengan nilai
kesehatan.
3. Pengkajian Konservasi
3.1 Konservasi energi
Pasien mengatakan saat ini lemas dan pusing. Klien mengatakan nafsu makan
menurun. Klien mengatakan tidak ada pantangan makanan. Klien terbaring di

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
32

tempat tidur. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan natrium 137 mEq/L;


kalium 3,8mEq/L; chlorida 108 mEq/L. Perdarahan satu pembalut penuh.
3.2 Konservasi integritas struktural
Saat ini pasien mengatakan tidak ada gangguan pada eliminasi urin. Pasien dapat
buang air kecil secara spontan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data antara
lain, kesadaran klien komposmentis; konjungtiva palpebra anemia; terdengar
bunyi jantung I dan II, reguler; suara paru vesikuler di seluruh lapang paru,
abdomen tampak supel, lemas, tidak ada bekas operasi, uterus teraba keras
dengan tinggi fundus uteri satu jari dibawah pusat, terdapat jahitan perineum,
ada keluaran darah satu pembalut penuh warna merah segar, tidak ada
pembengkakan pada ekstremitas. Tanda-tanda vital didapatkan data tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 108 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit, suhu
36,5oC. Capillary refill kurang dari dua detik, hemoglobin 5,8 gr/dl, leukosit
24,40.10^3/uL. Ny. E mengatakan ada rasa sakit pada payudaranya karena tidak
dapat menyusui bayinya secara langsung. Klien mendapat terapi metronidazol
3X500 mg dan ampicillin sulbactam 4 X 1,5 gram.
3.3 Konservasi integritas personal
Ny. E merasa siap menerima kelahiran anak kedua karena kehadiran buah
hatinya sangat diharapkan. Ny. E mengatakan belum menyusui bayinya sejak
melahirkan. Ny. E mengatakan ingin segera menyusui bayinya. Ny. E
mengatakan saat terjadi perdarahan setelah melahirkan merasa cemas karena
kelahiran anak yang pertama tidak seperti kondisinya sekarang. Ny. E
mengatakan pasrah dan berharap mendapat pertolongan untuk mengatasi
perdarahannya. Ny. E mengatakan ingin segera merawat anaknya. Ny. E
mengatakan ingin meningkatkan status kesehatannya.
3.4 Konservasi integritas sosial
Suami selalu mendampingi Ny. E selama menjalani perawatan di rumah sakit.
Dukungan lain yang dirasakan klien adalah sikap terbuka dokter yang mau
menjelaskan penyakit dan pengobatan yang akan dijalani sehingga pasien dan
keluarga dapat kooperatif. Perawat di ruangan juga mau mendengarkan keluhan
dan cerita pasien serta memberikan perawatan kepada pasien dengan baik.
Pasien mengatakan ketika ditemani perawat selama menjalani perawatan,

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
33

perasaan cemas menjadi berkurang. Selain itu, selama perawatan di rumah sakit
ia berkomunikasi dan bertukar pengalaman dengan sesama pasien di ruangan.
B. Trophicognosis
Teori konservasi Myra E. Levine merekomendasikan trophicognosis sebagai
alternatif diagnosa keperawatan. Berdasarkan hasil pengkajian, maka
trophicognosis yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi perineum
4. Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di
rumah sakit
5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Perilaku aktif mencari informasi kesehatan
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan rencana penerapan intervensi keperawatan. Hipotesis dibuat
berdasarkan masalah.
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan dari hipotesa adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 24 jam, diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria
hasil membran mukosa lembab, tekanan darah 110/70 mmHg sampai 130/80
mmHg, nadi 60 – 100 kali/menit, turgor kulit elastis, pemasukan dan
pengeluaran seimbang, perdarahan pervaginam berkurang, urin tidak pekat,
volume urin 0,5 sampai 1cc/kgBB/jam, natrium 132 sampai 137mEq/L,
kalium 3,3 sampai 5,4 mEq/L, chlorida 94 sampai 111 mEq/L, kontraksi
uterus kuat, tinggi fundus uteri satu sampai dua jari di bawah pusat.

Rencana intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan masase


fundus uteri, memonitor kontraksi uterus, memberikan cairan kristaloid sesuai
advis dokter, menganjurkan ibu untuk melakukan masase fundus uteri jika
kontraksi lembek, memotivasi ibu untuk menyusui, menganjurkan ibu untuk
istirahat tirah baring, memonitor pengeluaran lochea (warna, konsistensi,
jumlah), memonitor kesimbangan cairan.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
34

2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


suplai oksigen.
Tujuan hipotesa adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam diharapkan tidak terjadi gangguan perfusi jaringan perifer dengan kriteria
hasil tekanan darah 110/70 mmHg sampai 130/80 mmHg, nadi 60 sampai 100
kali/menit, capillary refill kurang dari dua detik, tidak ada tanda – tanda
sianosis, tidak ada clubbing finger, klien tidak pucat, hemoglobin 12 sampai
15 g/dl, urin 0,5 sampai 1 cc/kgBB/jam, saturasi oksigen 90 sampai 100%.

Rencana intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu mengukur tanda –


tanda vital, memberikan posisi trendelenburg, mengukur saturasi oksigen,
melanjutkan pemberian terapi asering sesuai advis dokter, memberikan
transfusi sesuai program, memonitor jumlah perdarahan, memonitor haluaran
urin, memonitor adanya sianosis, memonitor adanya clubbing finger,
memonitor kadar hemoglobin.

3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi perineum


Tujuan hipotesa adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tidak ada tanda –
tanda infeksi seperti tumor, rubor, kalor, dolor, fungsiolesa, pasien
menunjukkan kebersihan pribadi yang adekuat, leukosit 5000 sampai
10000/uL.
Rencana intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu memonitor tanda –
tanda infeksi, memonitor leukosit, menganjurkan pasien melakukan
kebersihan diri dan cebok yang bersih, melakukan perawatan luka perineum,
memonitor tanda – tanda red, ekimosis, edema, discharge, approximation
(REEDA), berkolaborasi pemberian antibiotik.

4. Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di


rumah sakit.
Tujuan hipotesa adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam, diharapkan ibu dapat menyusui secara efektif dengan kriteria hasil ibu
menyusui bayinya, ibu memeras ASI selama perawatan di rumah sakit, ASI

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
35

sudah keluar, tidak ada pembengkakan payudara, menyusui di rumah kembali


efektif.

Rencana intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan risiko kegagalan


pemberian ASI yaitu menganjurkan ibu untuk memerah ASI selama
perawatan di rumah sakit, menganjurkan ibu memberikan ASI perahan pada
bayinya selama ibu dirawat, menganjurkan ibu untuk menyusui setelah
pulang dari rumah sakit, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan hipotesa adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam diharapkan cemas berkurang atau hilang dengan kriteria hasil klien
mengatakan cemas berkurang atau hilang, klien dapat mengungkapkan rasa
cemasnya, klien kooperatif selama tindakan perawatan, nadi 60 sampai 100
kali/menit, frekuensi pernafasan 12 sampai 20 kali / menit, klien tidak tampak
gelisah, kontak mata menatap lawan bicara.

Rencana intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan cemas yaitu


memberi kesempatan kepada pasien mengungkapkan pikiran dan perasaan
cemas, membantu pasien untuk memfokuskan kondisi kesehatannya saat ini,
mendampingi pasien selama prosedur, memotivasi keluarga untuk menemani
pasien sesuai kebutuhan, memberikan penjelasan tentang perdarahan
postpartum.

6. Perilaku aktif mencari informasi kesehatan


Tujuan hipotesa adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam, diharapkan pasien dapat meningkatkan status kesehatannya dengan
kriteria hasil pasien akan mempertahankan diet yang sehat, mencegah
perilaku berisiko seperti mengkonsumsi alkohol, menyeimbangkan latihan
fisik dan istirahat, membuat pilihan untuk hidup sehat.

Rencana intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu mendiskusikan dengan


pasien tentang kebiasaan hidup sehat yang dilakukan, seperti diet, manajemen

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
36

stress, olahraga; menganjurkan pasien menghindari perilaku berisiko yang


berpengaruh terhadap kesehatan, seperti mengkonsumsi alkohol;
menyeimbangkan waktu istirahat dengan bekerja.

D. Intervensi
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Intervensi yang dilakukan yaitu mengukur tanda – tanda vital, memonitor
kontraksi uterus, melakukan palpasi tinggi fundus uteri, mengajarkan ibu cara
melakukan masase fundus uteri ketika kontraksi uterus lembek, memberikan
asering 500 cc selama empat jam sesuai advis dokter, memotivasi ibu untuk
menyusui, menganjurkan ibu untuk istirahat tirah baring, memonitor jumlah
perdarahan, menganjurkan ibu menghabiskan porsi makanan yang diberikan
rumah sakit, memonitor keseimbangan cairan.

2. Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai


oksigen
Intervensi yang dilakukan yaitu mengukur tanda – tanda vital, memberikan posisi
trendelenburg, mengukur saturasi oksigen, memonitor adanya anemia, memonitor
tetesan infus asering, memonitor jumlah perdarahan, memonitor haluaran urin,
memonitor adanya sianosis, capillary refill, memberikan transfusi packed red cell
460 cc.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan laserasi perineum


Intervensi yang dilakukan yaitu memonitor tanda – tanda infeksi seperti tumor,
rubor, kalor, dolor, fungsiolesa; menganjurkan klien untuk cebok bersih,
menganjurkan klien melakukan kebersihan diri, memonitor leukosit,
menyuntikkan ampicillin sulbactam 1,5 gr intravena, memberikan metronidazole
500 mg intravena.

4. Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di rumah


sakit.
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan ini yaitu
memonitor pengeluaran ASI, menjelaskan manfaat menyusui, menganjurkan ibu

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
37

memerah ASI selama perawatan di rumah sakit dan menyimpannya di botol kaca,
menganjurkan ibu untuk memberikan ASI perahan pada bayinya selama
perawatan di rumah sakit, menganjurkan ibu untuk menyusui setelah pulang dari
rumah sakit

5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah cemas adalah
mengidentifikasi faktor penyebab cemas, memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengungkapkan kecemasan atau kekhawatiran yang dialami, mendampingi
klien selama prosedur, memberi kesempatan keluarga untuk mendampingi klien
saat dibutuhkan, memberi penjelasan tentang penyebab perdarahan postpartum,
menjelaskan kondisi kesehatan pasien, menjelaskan prosedur untuk mengatasi
perdarahan postpartum.

6. Perilaku aktif mencari informasi kesehatan


Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu menjelaskan kepada pasien tentang
perilaku hidup sehat seperti diet, olahraga; menganjurkan kepada pasien untuk
mencegah perilaku berisiko, seperti mengkonsumsi alkohol; menganjurkan
kepada pasien untuk memodifikasi lingkungan rumah, seperti membuka jendela
setiap hari, menjaga lingkungan rumah agar tetap bersih; menganjurkan pasien
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan, menjelaskan kepada pasien tentang
penggunaan waktu istirahat dan bekerja.

E. Evaluasi
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan ini yaitu subjektif (S) klien
mengatakan perdarahan berkurang, klien mengatakan perdarahan setengah
pembalut. Objektif (O) lochea rubra, perdarahan setengah pembalut, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu
36,50C, pemasukan dan pengeluaran seimbang, turgor kulit elastis, kontraksi
uterus kuat, tinggi fundus uteri dua jari di bawah pusat, membran mukosa
kering, tidak ada clubbing finger. Analisis (A) Risiko kekurangan volume
cairan teratasi sebagian. Planning (P) yaitu memonitor lochea, memonitor

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
38

kontraksi uterus, memonitor keseimbangan cairan, memonitor tanda – tanda


vital, menganjurkan klien untuk minum minimal 1500 ml.

2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


suplai oksigen
Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan ini yaitu subjektif (S) klien
mengatakan pusing berkurang. Objektif (O) Klien tampak pucat, konjungtiva
palpebra anemia, capillary refill kurang dari dua detik, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, suhu 36,5 0C,
saturasi oksigen 95%, hemoglobin 7,8 g/dl, kontraksi uterus baik, tinggi
fundus uteri dua jari di bawah pusat. Analisis (A) Risiko gangguan perfusi
jaringan teratasi sebagian. Planning (P) yaitu memonitor saturasi oksigen,
memonitor haluaran urin, memonitor tanda – tanda vital, memonitor volume
urin, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan laserasi perineum


Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan risiko infeksi yaitu subjektif (S)
klien mengatakan badan tidak demam, nyeri luka jahitan di jalan lahir
berkurang. Objektif (O) tidak ada tanda – tanda tumor, rubor, kalor, dolor,
fungsiolesa, suhu 36,8 derajat celcius, tidak ada tanda – tanda REEDA (red,
ekimosis, edema, discharge, approximation), klien menunjukkan kebersihan
diri yang baik, leukosit 24, 40.103/uL. Analisis (A) tidak ada tanda – tanda
infeksi. Planning (P) memonitor REEDA

4. Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di rumah


sakit
Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan ini yaitu subjektif (S) Klien
mengatakan bayinya dirawat di rumah sakit karena nafasnya cepat, klien
mengatakan ingin menyusui bayinya. Objektif (O) Payudara teraba keras, ada
nyeri tekan payudara, kolostrum sudah keluar, puting menonjol, ibu mulai
memerah ASI. Analisis (A) Proses menyusui tertunda. Planning (P) memotivasi
ibu untuk memerah ASInya selama dirawat di rumah sakit, menganjurkan ibu
untuk menyusui di ruang perawatan bayi.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
39

5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan cemas yaitu subjektif (S) Klien
mengatakan kekhawatirannya berkurang karena perdarahannya berkurang,
klien mengatakan memahami kondisi kesehatannya saat ini. Objektif (O)
Ekspresi wajah menunjukkan ketegangan berkurang, klien memahami
penjelasan dokter dan perawat terkait kondisi kesehatannya dan prosedur.
Analisis (A) cemas teratasi. Planning (P) memotivasi ibu untuk beradaptasi
terhadap kondisi kesehatannya sekarang.

6. Perilaku aktif mencari kesehatan


Hasil evaluasi yaitu subjektif (S) klien mengatakan akan berperilaku hidup
sehat. Objektif (O) klien menentukan pilihan hidup sehat. Analisis (A)
diagnosa sejahtera. Planning (P) menyusun rencana tindak lanjut dengan klien.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB III
PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS
KEPERAWATAN MATERNITAS

3.1 Tujuan pendidikan Ners Spesialis Keperawatan Maternitas


Program pendidikan ners spesialis keperawatan maternitas merupakan program
lanjutan setelah peserta didik menyelesaikan magister ilmu keperawatan peminatan
keperawatan maternitas. Program pendidikan ini diselenggarakan dalam dua
semester yang terdiri dari 20 sks. Tujuan pendidikan ners spesialis keperawatan
maternitas adalah menghasilkan peserta didik melalui proses pembelajaran klinik
untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan akademik. Peserta didik
diharapkan mampu memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, dan kelompok baik
secara mandiri maupun kolaborasi.

Proses pembelajaran program pendidikan profesi ners spesialis keperawatan


maternitas menekankan pada penerapan evidence based, model keperawatan, teori
keperawatan serta kebijakan pemerintah dalam memberikan asuhan keperawatan
maternitas kepada pasien, keluarga, maupun kelompok. Residen diharapkan mampu
menganalisa dan mensintesa masalah penelitian yang terkait dengan keperawatan.
Selama praktik, residen juga dituntut untuk melakukan penerapan teknik baru dari
hasil penelitian atau pengalaman praktik untuk pengembangan pelayanan
keperawatan. Residen diharapkan dapat bekerja sama dengan multidisiplin dalam
memberikan asuhan keperawatan maternitas kepada klien dan keluarga.

Residen diharapkan dapat berperan secara mandiri pada pelayanan keperawatan


maternitas. Peran residen dalam melaksanakan praktik keperawatan yaitu sebagai
pemberi asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh, konsultan, advokat untuk
klien dan keluarga, pengelola asuhan keperawatan, peneliti, kolaborator,
komunikator, dan pembaharu pada pelayanan keperawatan maternitas.

Kompetensi umum ners spesialis keperawatan maternitas yang harus dicapai selama
proses pendidikan, yaitu (1) memberikan asuhan keperawatan kepada wanita dan

40 Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
41

pasangan usia subur yang berkaitan dengan sistem reproduksi tanpa adanya
kehamilan, wanita hamil, melahirkan, nifas, dan bayi baru lahir sampai 40 hari; (2)
mendidik dan membimbing praktisi keperawatan, tenaga kesehatan, dan klien yang
ada di bawah tanggung jawabnya; (3) mengelola pelayanan keperawatan maternitas;
(4) mengelola riset keperawatan pada area keperawatan maternitas.

Ners spesialis keperawatan maternitas juga memiliki kompetensi khusus dalam


melaksanakan praktik keperawatan selama proses pendidikan. Kompetensi khusus
ners spesialis keperawatan maternitas yaitu memberikan asuhan keperawatan pada
perempuan masa childbearing dan non childbearing. Asuhan keperawatan itu antara
lain memenuhi kebutuhan ibu hamil, ibu melahirkan, bayi baru lahir, ibu postpartum,
pasangan dan wanita usia subur, remaja putri, pra nikah, perimenopause, melakukan
asuhan keluarga dengan ibu hamil. Target kompetensi dicapai oleh residen selama
praktik pelayanan keperawatan yang dimulai tanggal 13 September 2013 sampai 16
Mei 2014. Pencapaian target kompetensi dilaksanakan di RSUD Cibinong,
Puskesmas Pasar Minggu, dan RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta (Kontrak belajar
ada pada lampiran 1).

3.2 Penerapan Peran Ners Spesialis Keperawatan Maternitas


Pencapaian target residen selama praktik baik prosedur maupun asuhan keperawatan
dijelaskan sebagai berikut:
3.2.1 Mampu menerapkan peran pemberi asuhan keperawatan maternitas
(care giver).
Target kompetensi dilakukan di RSUD Cibinong, RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta dan Puskesmas Pasar Minggu. Target kompetensi yang menjadi focus of
interest residen yaitu memberikan asuhan keperawatan pada ibu yang memiliki
masalah perdarahan postpartum. Target lain yang dicapai selama pemberian asuhan
keperawatan di unit rawat jalan adalah melakukan antenatal care 75 kasus dengan
menerapkan teori dan konsep keperawatan maternitas, melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga berencana, memberikan asuhan keperawatan pada
masalah ginekologi seperti gangguan menstruasi. Sedangkan kompetensi yang
dilakukan residen di unit emergensi atau kamar bersalin adalah melakukan
pertolongan persalinan normal sebanyak 50 kasus, melakukan perawatan bayi baru
lahir pasca sectio secarea (SC) di ruang OK sebanyak tujuh kasus, memberikan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
42

asuhan keperawatan pada klien abortus sebanyak 13 kasus, merawat klien dengan
komplikasi atau kegawatan persalinan seperti PEB sebanyak lima kasus. Target yang
dicapai residen di unit rawat inap adalah memberikan asuhan keperawatan pada klien
postnatal normal sebanyak 20 kasus dan post SC 15 kasus dengan menerapkan teori
dan konsep keperawatan maternitas. Kompetensi lain yang dicapai residen adalah
merawat klien dengan kasus ginekologi, seperti kista ovarium, amenorhea sekunder,
mioma uteri sebanyak 15 kasus, merawat klien prenatal risiko tinggi, seperti PEB,
hipertensi dalam kehamilan sebanyak lima kasus, merawat bayi baru lahir dengan
risiko, seperti asfiksia sebanyak lima kasus. Selama praktik, residen juga
memberikan konseling dengan klien yang memiliki masalah laktasi sebayak enam
kasus. Residen juga memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dalam konteks
keperawatan maternitas sebanyak 10 kasus. Salah satu kasus keluarga binaan telah
dilakukan supervisi oleh supervisor akademik (Pencapaian kompetensi ada pada
lampiran 2).

3.2.2 Mampu menerapkan peran konselor dalam pelayanan keperawatan


maternitas
Peran perawat sebagai konselor dalam memberikan asuhan keperawatan diberikan
pada kasus seperti perencanaan keluarga melalui penggunaan alat kontrasepsi,
keluarga yang mengalami infertilitas, dan ibu yang mengalami masalah laktasi.
Peran tersebut dilakukan residen dalam memberikan asuhan keperawatan di
komunitas. Selain itu, residen juga memberikan konseling menyusui di ruang rawat
inap (Pencapaian kompetensi ada pada lampiran 2).

3.2.3 Mampu menerapkan peran advokat dalam pelayanan keperawatan


maternitas
Target kompetensi ini dilakukan di RSUD Cibinong dan RSUPN Cipto
Mangunkusumo serta Puskesmas Pasar Minggu. Advokasi diberikan kepada klien
dan keluarga yang telah mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan sebelum
menandatangani informed concent untuk pengambilan keputusan seperti tindakan
kuretase, manual plasenta, pemberian transfusi khususnya pada klien dengan kasus
perdarahan. Memberikan solusi pada proses administrasi dengan menggunakan
jampersal, SKTM, KJS dan BPJS. Membela klien yang mendapat terapi dengan

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
43

harga yang tidak dijangkau, dengan cara mendiskusikan masalah tersebut dengan
dokter dan bidan di ruangan (Pencapaian kompetensi ada pada lampiran 2).
3.2.4 Mampu menerapkan peran pendidik atau edukator dalam pelayanan
keperawatan maternitas
Peran perawat sebagai sebagai pendidik atau edukator dilakukan dengan
memberikan bimbingan bagi mahasiswa D3 keperawatan dan kebidanan serta S1
profesi keperawatan yang saat itu melakukan praktik bersama residen. Proses
bimbingan diberikan melalui diskusi dan bed side teaching. Peran sebagai pendidik
atau edukator juga dilakukan residen dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada klien dan keluarga, seperti pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif,
perawatan bayi baru lahir, perawatan nifas. Pendidikan kesehatan diberikan juga di
komunitas dengan pelatihan bagi kader di wilayah Puskesmas Pasar Minggu
(Laporan proyek inovasi ada pada lampiran 3).

3.2.5 Mampu menerapkan peran pengelola dalam pelayanan keperawatan


maternitas.
Peran perawat dengan kompetensi sebagai pengelola dilakukan di RSCM, RSUD
Cibinong dan Puskesmas Pasar Minggu melalui kegiatan diskusi dan pelatihan
kepada bidan dan perawat maternitas. Peran ini dilakukan dengan mengelola asuhan
keperawatan maternitas pada klien melalui metode tim, koordinasi dan kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya seperti di pelayanan komunitas dengan
mengidentifikasi masalah kesehatan perempuan, mengembangkan kemampuan
sumber daya yang ada, memberikan pelatihan kepada kader sebagai sumber
kekuatan, dan melakukan evaluasi kegiatan melalui kerja sama dengan puskesmas.

3.2.6 Mampu menerapkan peran koordinator dalam pelayanan keperawatan


maternitas
Peran sebagai koordinator dalam pelayanan keperawatan dilakukan melalui
kerjasama dengan multidisiplin seperti bidan, dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan
lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan klien. Hal ini bertujuan supaya asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien lebih terkoordinasi. Selain itu, melalui
koordinasi dengan multidisiplin dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
44

3.2.7 Mampu menerapkan peran kolaborator dalam pelayanan keperawatan


maternitas.
Peran sebagai kolaborator dalam pemberian asuhan keperawatan dilakukan melalui
kerjasama dengan tim kesehatan lain sehingga asuhan keperawatan kepada pasien
lebih berkualitas dan komprehensif. Residen melakukan kolaborasi dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Misalnya kolaborasi dalam
pemberian terapi cairan, analgetik, antibiotik dengan dokter, kolaborasi dalam
pemberian diet dengan ahli gizi. Selain itu, residen juga melkaukan kolaborasi
dengan pemegang kebijakan untuk melaksanakan program kesehatan yang belum
dilakukan.

3.2.8 Mampu menerapkan peran peneliti dalam pelayanan keperawatan


maternitas
Peran perawat sebagai peneliti dalam pelayanan keperawatan dilakukan residen di
RSUD Cibinong, RSCM serta PKM Pasar Minggu. Peran ini dilakukan dengan
menerapkan tindakan keperawatan berdasarkan evidence base. Selain itu, kegiatan
dalam kompetensi ini dilakukan melalui studi observasi, wawancara dan menganalisa
fenomena yang ada di lapangan serta melakukan penelitian secara mandiri (Laporan
proyek inovasi ada pada lampiran 3).

3.2.9 Mampu menerapkan peran sebagai pembaharu dalam pelayanan


keperawatan maternitas
Peran sebagai pembaharu dilakukan residen melalui strategi perubahan ke arah
positif sesuai kebutuhan rumah sakit dan komunitas. Strategi perubahan ini dilakukan
berdasarkan fenomena yang ditemukan di rumah sakit dan komunitas. Residen
mendapatkan fenomena itu melalui observasi, kuisioner, dan focus group discussion
(FGD). Fenomena itu kemudian didiskusikan bersama manajemen, perawat dan
bidan serta kader, puskesmas, dan kelurahan untuk dicari solusi bersama. Di RSUD
Cibinong, proyek inovasi yang dilakukan adalah Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) di unit Kebidanan. Proyek inovasi di RSCM adalah management care
of symptoms melalui psikoedukasi pada pasien kanker ginekologi, sedangkan proyek
inovasi di komunitas adalah upaya peningkatan promosi kesehatan perempuan
melalui pelatihan kader di Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta
Selatan dengan TOT tentang cara komunikasi di masyarakat, ASI eksklusif, kanker

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
45

payudara, keputihan, menopause, mioma uteri, dan infertil. (Laporan proyek inovasi
ada pada lampiran 3).

3.3 Evaluasi Pencapaian Kompetensi


Evaluasi pencapaian kompetensi dilakukan residen selama menyelesaikan
pendidikan Ners spesialis keperawatan maternitas. Kegiatan evaluasi meliputi
supervisi keperawatan, ronde keperawatan, ujian penampilan klinik, dan penilaian
pelaksanaan proyek inovasi. Evaluasi dilaksanakan di setiap lahan praktik. Residen
wajib membuat dokumentasi pelaksanaan praktik dan kegiatan pencapaian
kompetensi pada lahan praktik tersebut. Pada tahap akhir, residen membuat laporan
yang menggambarkan kegiatan dan pencapaian kompetensi yang dilakukan selama
praktik dua semester mencakup fokus kasus kelolaan dengan penerapan teori
keperawatan.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan analisis penerapan teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” dan “Conservation Levine” pada ibu perdarahan postpartum. Bab ini
juga menjelaskan hambatan dan dukungan dalam pencapaian kompetensi residen
selama praktik.

4.1 Pembahasan penerapan teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach dan
“Conservation Levine” pada ibu perdarahan postpartum
Lima kasus kelolaan residen selama praktik, tiga kasus dari rumah sakit daerah
dan dua kasus dari rumah sakit pusat. Tiga kasus yang menjadi kelolaan residen
selama praktik merupakan perdarahan postpartum primer yang terjadi kurang
dari 24 jam setelah melahirkan. Sedangkan dua kasus merupakan perdarahan
postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam setelah melahirkan.

Faktor risiko perdarahan postpartum pada kasus satu adalah persalinan lama. Hal
ini menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot rahim sehingga mempengaruhi
kontraksi uterus. Selain itu, perdarahan postpartum pada kasus ini disebabkan
penatalaksanaan kala tiga yang kurang tepat. Tindakan mempercepat kala tiga
dengan dorongan dan pemijatan uterus menyebabkan gangguan mekanisme
fisiologis pelepasan plasenta. Hal ini menyebabkan pemisahan sebagian plasenta
yang mengakibatkan perdarahan postpartum (Manuaba, 2007).

Faktor risiko pada kasus dua yaitu usia, paritas, riwayat sectio secarea dua kali,
dan jarak kelahiran yang dekat. Usia lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko
tinggi untuk melahirkan. Hal ini berpengaruh terhadap kekuatan ibu saat
melahirkan. Usia lebih dari 35 tahun menyebabkan otot miometrium semakin
lemah sehingga kontraksi uterus menjadi tidak adekuat. Jarak persalinan kurang
dari dua tahun mengakibatkan kelemahan dan kelelahan otot rahim. Selain itu,
jarak persalinan berturut – turut dalam jarak waktu singkat menyebabkan uterus
menjadi fibrotik. Kondisi ini menyebabkan kelemahan kontraksi uterus. Paritas
tinggi terutama grandemultipara menjadi faktor risiko perdarahan postpartum.

46 Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
47

Kondisi ini menyebabkan peregangan uterus yang berlebihan sehingga otot


rahim kurang mampu berkontraksi dengan baik (Anderson & Etches, 2007).

Faktor risiko pada kasus empat yaitu adanya riwayat hipertensi dalam
kehamilan, sedangkan pada kasus tiga yaitu anemia dalam kehamilan. Hasil
penelitian melaporkan bahwa pada penderita hipertensi selalu dijumpai
peningkatan kadar fibrinogen dalam plasma. Hal ini menyebabkan peningkatan
viskositas plasma yang berakibat meningkatkan agregasi trombosit dan eritrosit
(Wannamethee, et al. 2005).

Kondisi anemia menyebabkan defisiensi sel darah merah dan berkurangnya


jumlah hemoglobin. Kondisi anemia dalam kehamilan berdampak pada
terjadinya atonia uteri saat postpartum. Hal ini karena oksigen yang dikirim ke
uterus berkurang. Jumlah oksigen dalam darah yang berkurang menyebabkan
otot uterus berkontraksi tidak adekuat.

Faktor penyebab perdarahan postpartum pada kasus satu dan tiga yaitu sisa
plasenta. Hal ini sesuai hasil penelitian bahwa 20 sampai 25% perdarahan
postpartum karena sisa plasenta (El Alyadi, Robinson, Giller, & Miller, 2013).
Sisa plasenta yang tertinggal akan mengalami nekrosis dengan pengendapan
fibrin dan pada akhirnya akan membentuk polip plasenta. Apabila tangkai polip
terlepas dari miometrium maka akan terjadi perdarahan. Sedangkan penyebab
perdarahan postpartum pada kasus lima yaitu retensio plasenta karena kontraksi
uterus kurang kuat (Giller & Miller, 2013).

Lima kasus kelolaan residen tidak menyusui secara efektif selama periode
postpartum. Hal ini berpengaruh terhadap proses involusi uterus. Newman
(2008) menjelaskan bahwa menyusui secara efektif selama periode postpartum
membantu rahim berkontraksi secara adekuat. Ibu yang menyusui secara efektif
dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum (Thompson, et al. 2010).

Faktor penyebab perdarahan postpartum pada lima kasus kelolaan secara umum
adalah atonia uteri. Hal ini sesuai hasil penelitian El Alyadi dan Robinson (2013)
yang melaporkan bahwa 70% penyebab utama perdarahan postpartum adalah

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
48

atonia uteri. Kejadian atonia uteri berhubungan dengan adanya sisa plasenta dan
faktor risiko lainnya seperti paritas, kelemahan akibat partus lama. Selain itu,
kejadian atonia uteri juga berhubungan dengan kadar oksitosin ibu. Kadar
oksitosin akan meningkat pada akhir kala dua persalinan, periode postpartum,
dan menyusui. Pengeluaran oksitosin menyebabkan kontraksi dan retraksi uterus
yang kuat sehingga mencegah perdarahan postpartum (Cunningham, et al.
2006).

Intervensi keperawatan untuk merangsang pengeluaran oksitosin yaitu


memfasilitasi ibu melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), pijat oksitosin, dan
memotivasi ibu untuk menyusui secara efektif selama periode postpartum.
Produksi hormon oksitosin pada ibu yang melakukan IMD akan meningkat
secara signifikan. Hal ini karena hisapan bayi merangsang hipofisis posterior
untuk mengeluarkan oksitosin yang berperan dalam kontraksi uterus sehingga
mengurangi perdarahan postpartum (Bramson, et al. 2010).

Upaya untuk mengendalikan perdarahan postpartum dengan memperbaiki


kontraksi dan retraksi otot miometrium melalui pijat oksitosin (Bobak,
Lowdermilk, & Jensen, 2005). Pijat oksitosin merupakan tindakan pemijatan
pada tulang belakang yang dimulai dari costa lima atau enam sampai scapula.
Pijatan ini mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah
ke otak bagian belakang, sehingga oksitosin akan keluar (Morhenn, Beavin, &
Zak, 2012).

Gejala klinik yang muncul pada lima kasus kelolaan yaitu perdarahan
pervaginam, penurunan tekanan darah, dan pucat. Tanda dan gejala yang muncul
pada kasus satu dan tiga adalah perdarahan pervaginam lebih dari 24 jam
postpartum, kontraksi uterus lembek, dan tinggi fundus uteri masih tinggi.
Sedangkan tanda gejala yang muncul pada kasus dua dan empat adalah
perdarahan pervaginam dalam 24 jam postpartum, kontraksi uterus lembek. Pada
kasus lima, tanda gejala yang muncul yaitu plasenta tidak lahir lebih dari 30
menit setelah bayi lahir, kontraksi uterus lembek. Hal ini sesuai pendapat
Winkjosastro (2005) yang menjelaskan bahwa gejala klinik perdarahan
postpartum adalah perdarahan pervaginam terus menerus setelah bayi lahir.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
49

Tanda dan gejala lain yang muncul pada lima kasus kelolaan adalah penurunan
kadar hemoglobin. Hal ini terjadi karena adanya hipovolemia sehingga jumlah
sel darah merah berkurang. Fungsi hepatosit terganggu sehingga protein yang
membawa zat besi hasil pemecahan eritrosit sebagai bahan pembentukan
hemoglobin tidak terbentuk (Hoffbrand, Petit, & Moss, 2005).

Tujuan utama penatalaksanaan perdarahan postpartum adalah menghentikan


perdarahan. Penatalaksanaan pada fase akut yaitu mengkaji keadaan umum
pasien, meliputi jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi. Penatalaksanaan pertama
pada lima kasus kelolaan adalah pemberian cairan kristaloid. Pemberian cairan
kristaloid bertujuan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
perdarahan. Hasil penelitian melaporkan bahwa resusitasi cairan kristaloid dalam
volume besar seperti normal salin atau ringer laktat melalui akses intravena
perifer perlu diberikan pada perdarahan postpartum. Pemberian cairan kristaloid
empat sampai lima liter perlu diberikan pada kehilangan darah satu liter. Hal ini
karena sebagian besar cairan infus tidak tertahan di ruang intravaskuler. Cairan
kristaloid lebih cepat didistribusikan ke seluruh ruang cairan ekstraseluler
(interstisial) bila dibandingkan dengan koloid. Cairan koloid menjaga tekanan
onkotik plasma dan mengisi intravaskuler. Pemberian cairan kristaloid dalam
jumlah cukup sama efektifnya dalam mengembalikan volume intravaskuler.
Oleh karena itu, pemberian cairan kristaloid tetap direkomendasikan pada kasus
perdarahan postpartum (WHO, 2012).

Langkah selanjutnya adalah mengkaji penyebab perdarahan dan melakukan


masase fundus uteri yang bertujuan meningkatkan kontraksi uterus. Masase
uterus merupakan gerakan meremas lembut yang dilakukan berulang – ulang
dengan satu tangan pada perut bagian bawah untuk merangsang kontraksi uterus
(Hofmeyr & Abdelaleem, 2013).

Penatalaksanaan pada kasus satu dan tiga adalah melakukan kuretase, kemudian
memberikan uterotonika. Uterotonika yang diberikan pada kasus kelolaan antara
lain oksitosin, methyl ergometrine, dan misoprosol (cythotec). Oksitosin
menimbulkan kontraksi uterus. Oksitosin pada dosis rendah menguatkan
kontraksi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
50

diberikan secara intramuskuler atau intravena. Oksitosin 20 IU diberikan melalui


cairan kristaloid 500 ml pada kasus perdarahan aktif. Oksitosin melibatkan
stimulasi segmen uterus bagian atas untuk berkontraksi secara ritmik. Oksitosin
mempunyai half life dalam plasma rata – rata tiga menit. Pemberian oksitosin
melalui intravena bertujuan untuk menjaga kontraksi uterus secara kontinyu.
Pemberian oksitosin melalui intravena mencapai puncak konsentrasi setelah 30
menit (Evenson & Anderson, 2013).

Ergometrine menyebabkan kontraksi tonik yang terus menerus melalui stimulasi


reseptor alfa adrenergik miometrium. Pemberian ergometrine melalui
intramuskular dengan dosis standar 0,25 mg. Pemberian ergometrine dapat
diulang setiap dua sampai empat jam apabila masih diperlukan. Metabolisme
ergometrine melalui rute hepar dan half life dalam plasma adalah 30 menit.
Ergometrine tidak boleh diberikan pada perempuan yang menderita tekanan
darah tinggi atau preeklamsia atau eklamsia. Efek samping pemberian
ergometrine seperti sakit kepala, mual, muntah, dan tekanan darah tinggi.
(WHO, 2010). Pemberian ergometrin (alkaloid ergot) pada kondisi hamil harus
diberikan secara hati – hati karena semua golongan obat ini meningkatkan
kontraksi uterus secara nyata. Kepekaan uterus tergantung maturitas dan
kehamilan. Kontraksi uterus yang begitu kuat sebagai efek samping pemberian
obat ini dapat meningkatkan retensio plasenta. Kondisi ini terjadi karena
kontraksi segmen bawah uterus terjadi secara berurutan sehingga perlepasan
plasenta terhalang (Gayat, et al. 2011).

Misoprostol (cytotec) merupakan sintetik prostaglandin E1yang mengikat secara


selektif untuk reseptor prostanoid EP-2 atau EP-3 miometrium sehingga
meningkatkan kontraktilitas uterus. Misoprostol (cytotec) diberikan melalui
sublingual, oral, vagina dan dubur. Misoprostol oral sebagai agen profilaksis
pada kala tiga persalinan kurang efektif untuk mencegah perdarahan postpartum
apabila dibandingkan dengan pemberian oksitosin parenteral (B-Lynch, et al.
2006).

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada lima kasus kelolaan pada


prinsipnya sama yaitu memonitor jumlah perdarahan, memonitor tanda – tanda

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
51

vital, melakukan masase uterus, memonitor kontraksi uterus, memonitor tinggi


fundus uteri, memenuhi kebutuhan cairan, mengosongkan kandung kemih,
memonitor haluaran urin, menganjurkan pasien tirah baring. Inisisasi menyusu
dini pada lima kasus kelolaan tidak dilakukan karena pasien adalah rujukan dari
puskesmas dan bidan. Hasil evaluasi keperawatan menunjukkan bahwa
kekurangan volume cairan dan gangguan perfusi jaringan teratasi sebagian.
Hasil evalusi juga menunjukkan bahwa perdarahan berhenti, tanda – tanda vital
stabil, pasien tidak mengalami syok hipovolemik.

Tropichognosis dirumuskan berdasarkan kondisi pasien dengan fokus pada


prinsip konservasi. Trophicognosis konservasi integritas struktur risiko infeksi
berhubungan dengan luka operasi terdapat pada kasus dua dan empat.
Sedangkan trophicognosis risiko infeksi berhubungan dengan laserasi perineum
terdapat pada kasus lima. Tropichognosis pada lima kasus kelolaan pada
prinsipnya sama. Trophicognosis sejahtera ditemukan pada lima kasus kelolaan
yaitu perilaku aktif mencari informasi kesehatan.

Trophicognosis risiko kegagalan pemberian ASI muncul pada kasus satu, tiga,
empat, dan lima karena bayi dilakukan perawatan di rumah. Sedangkan pada
kasus dua bayi tidak rawat gabung dengan ibu. Intervensi keperawatan
memotivasi ibu menyusui perlu terus dilanjutkan karena menyusui dapat
mencegah perdarahan postpartum (Newman, 2008).

Pasien mampu beradaptasi terhadap kondisi yang dialami. Hal ini sesuai dengan
tujuan model keperawatan konservasi Levine. Berdasarkan prinsip konservasi,
pasien juga tidak mengalami gangguan fungsi vital. Nilai laboratorium pasien
dalam batas normal, kecuali pada kasus lima sampai akhir pemberian asuhan
keperawatan nilai hemoglobin 7,8 g/dl dan pasien diperbolehkan pulang.
Masalah keperawatan pada fase pemulihan dapat teratasi dengan menggunakan
teori keperawatan konservasi Levine.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
52

4.2 Kelebihan dan kelemahan aplikasi teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” dan “Conservation Levine”
4.2.1 Kelebihan aplikasi teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach”
dan “Conservation Levine”
Teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach” efektif diaplikasikan pada
kasus perdarahan postpartum karena membutuhkan penanganan yang cepat dan
tepat untuk menghentikan perdarahan. Penerapan teori keperawatan “Need for
Help Wiedenbach” membutuhkan kemampuan perawat untuk berpikir kritis,
pengetahuan, dan keterampilan dalam memberikan tindakan yang bersifat
segera. Sedangkan teori keperawatan “Conservation Levine sesuai diaplikasikan
pada fase pemeliharaan karena pasien perdarahan postpartum diharapkan dapat
menyeimbangkan energi yang masuk dan keluar. Intervensi konservasi energi
dapat mengurangi kelelahan pada pasien dengan perdarahan postpartum. Tujuan
utama teori keperawatan ini tercapainya keutuhan (wholeness) dan adaptasi
pasien.

4.2.2 Kelemahan aplikasi teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach”


dan “Conservation Levine”
Teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach” hanya dapat diaplikasikan pada
kasus yang bersifat akut dan membutuhkan pertolongan segera. Teori ini hanya
fokus pada aspek fisik dan psikologis pasien, sehingga asuhan keperawatan
belum dapat memenuhi kebutuhan pasien secara komprehensif. Teori
keperawatan ini tidak bisa diaplikasikan pada fase pemeliharaan. Sedangkan
konsep keperawatan konservasi Levine tidak menjelaskan bagaimana menyusun
hipotesis secara rinci. Levine hanya menjelaskan hipotesis sebagai rencana
intervensi keperawatan.

4.3 Pembahasan praktek spesialis maternitas dalam pencapaian target


4.3.1 Dukungan yang dirasakan dalam melaksanakan praktik
Selama menjalani praktek residensi di RSUD Cibinong, RSUP Cipto Mangun
kusumo, dan Puskesmas Pasar Minggu residen merasa mendapat dukungan
dalam pencapaian target dan kompetensi. Hal ini memberikan kesempatan
kepada residen untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai target dan kompetensi yang diinginkan.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
53

Variasi kasus, dukungan dari tim kesehatan dan tokoh masyarakat di lahan
praktik menambah pengetahuan dan keterampilan residen. Residen juga
memiliki kesempatan untuk diskusi dengan tim kesehatan lain seperti dokter,
perawat, serta kader masyarakat di lahan komunitas.

Dukungan juga diberikan oleh pembimbing dari Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Indonesia. Bimbingan diberikan kepada residen sebelum melakukan
praktik di lahan praktik, kemudian juga diberikan saat di lahan praktik melalui
supervisi, diskusi, presentasi dalam penerapan EBN dan proyek inovasi.
Bimbingan ini sangat bermanfaat bagi residen karena menambah pengetahuan
dalam memberikan asuhan kepada pasien serta menerapkan model keperawatan.

4.3.2 Hambatan yang dirasakan saat melaksanakan praktik


Hambatan yang ditemui dan dirasakan pada awal praktek adalah proses
administrasi, khususnya mengenai surat penunjukkan pembimbing selama
praktek residensi. Hal ini menyebabkan keterlambatan residensi untuk mendapat
proses bimbingan di lahan praktik. Selain itu, lahan praktik juga mengharapkan
ada persamaan persepsi antara pembimbing akademik dengan pembimbing lahan
praktik sebelum praktik dimulai.

Selama proses pelaksanaan praktik di lahan praktik, tidak ada pembimbing


keperawatan di ruangan yang mengarahkan residen. Hal ini menyebabkan
praktik keperawatan tidak optimal khususnya dalam menerapkan teori
keperawatan dalam praktik sehari – hari.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
Perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, dan retensio
plasenta. Penilaian faktor risiko pada perempuan saat hamil sangat penting untuk
mengidentifikasi peningkatan risiko perdarahan postpartum. Faktor predisposisi
terjadinya perdarahan postpartum adalah uterus yang teregang berlebihan karena
kehamilan kembar dan polihidramnion, partus lama, grandemultipara, infeksi
uterus, perdarahan antepartum, usia lebih dari 35 tahun.

Asuhan keperawatan yang bersifat segera (here and now) perlu diberikan pada
kasus perdarahan postpartum dalam kondisi emergensi. Teori keperawatan
“Need for Help Wiedenbach” sesuai diaplikasikan pada kasus perdarahan
postpartum dalam kondisi emergensi yang membutuhkan pertolongan segera.
Asuhan keperawatan pada fase akut bertujuan meningkatkan kesehatan ibu
perdarahan postpartum secara biopsikososialkultural dan spiritual. Asuhan
keperawatan fase pemulihan juga perlu diberikan pada kasus perdarahan
postpartum. Teori keperawatan Conservation Levine sesuai diaplikasikan pada
kasus paska perdarahan yang membutuhkan keseimbangan energi untuk
mempertahankan kehidupannya.

Kompetensi residen serta dukungan selama praktik dapat tercapai. Residen


selama praktik dapat berperan sebagai pemberi pelayanan, pendidik, konselor,
advokat, kolaborator, koordinator, komunikator, peneliti, dan agen pembaharu.
Kompetensi dan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat
dicapai residen baik di rumah sakit maupun di komunitas.

5.2 SARAN
6.2.1 Perawat maternitas perlu mengaplikasikan teori dan konsep keperawatan pada
berbagai kasus untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

54 Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
55

6.2.2 Perawat maternitas perlu mengembangkan program promosi kesehatan


perempuan pada massa childbearing dan non childbearing untuk meningkatkan
derajat kesehatan perempuan.
6.2.3 Perawat perlu memahami dan melaksanakan perannya sebagai pemberi
pelayanan keperawatan, pendidik, konselor, advokat, kolaborator, koordinator,
peneliti, dan agen pembaharu.
6.2.4 Perawat perlu mengembangkan intervensi keperawatan mandiri untuk
mencegah perdarahan postpartum.

Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA

ACOG (2006). Practice bulletin : clinical management guidelines for obstetrician


gynecologist .76: postpartum hemorrhage. Obstetrics and Gynecology. 108
(4): 1039 – 1047.

Ahonen, J., Stevanovic, V., & Lassila, R. (2010). Management of postpartum


haemorrhage. Acta Anaesthesiol Scand. 54: 1164 – 1178.

Alligod, M.R., & Tomey, M.A. (2006). Nursing Theory Utilization & Application.
St. Louis: Mosby Company.

Ayadi, A.M., Robinson, N., Geller, S., & Meller, S. (2013). Advances in the
treatment of postpartum hemorrhage. Expert Rev. Obstet Gynecol. 8 (6): 525
– 537.

Anderson, J., & Etches, D. (2007). Prevention and management of postpartum


hemorrhage. American family physician. 75(6): 875 – 882.

Bergmann, R.L., Richter, R., Bergmann, K.E., Dudenhausen, J.W. (2010).


Prevalence and risk factors for early postpartum anemia. European Journal
of Obstetrics & Gynecolog and Reproduvtive Biology. 150 (2): 126 – 131.

B-Lynch, C., Keith, L.G., Lalonde, A.B., & Karoshi, M. (2006). Pospartum
hemorrhage. 1 st ed. UK: Sapiens Publishing.

Bobak, I.M., Lawdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Maternity nursing. 4 th ed.
St. Louis: Mosby Years Book Inc.

Bramson, L., Lee, J.W., Moore, E., Montgomery, S., Neish, C., Bahjri, K., et al.
(2010). Effect of early skin to skin mother infant contact during the first 3
hours following birth on exclusive breastfeeding during the maternity
hospital stay. J Hum Lact XX (X), XXXX: 1 – 8.

Cunningham, J.G. (2006). Obstetri williams. Jakarta: EGC.

Dasuki & Rumekti. (2008). Perbandingan efektivitas misoprostol peroral dengan


oksitosin untuk prevensi perdarahan postpartum.
http://www.chrl.net.publikasi.pdf.MPO.

Depkes RI. (2010). Rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2010 – 2014.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Depkes RI. (2013). Rencana aksi percepatan penurunan angka kematian ibu di
Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Ibu Ditjen Bina Gizi dan KIA
Kementerian Kesehatan RI.

Depkes RI. (2012). Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.

Evensen, A., & Anderson, J. (2013). Postpartum hemorrhage: third stage pregnancy.
ALSO.

Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge. Analysis and evaluation of


nursing models and theories. 2nd ed. Philadelphia: Davis Company.

Gayat, E., Rigon, M.R., Morel, O., Rossignol, M., Mantz, J., Robin, A.N, et al.
(2011). Predictive factors of advanced interventional procedures in a
multicentre severe postpartum haemorrhage study. Intensive Care Med. 37:
1816 – 1825.

Hoffbrand, A.V., Petit, J.E., & Moss. P.A.H. (2005). Kapita selekta hematologi.
Jakarta: EGC.

Hofmeyr, G.J & Abdelaleem,H., & Abdelaleem, M.A. (2013). Uterine massage for
preventing postpartum haemorrhage (Review). The Cochrane
Collaboration.

th
Kozier, B. (2005). Fundamental of nursing: concept, process, and practice. 4 ed.
California: Addison Wesley Publishing CO.

Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Maternity nursing. St. Louis Mosby:
Years Book Inc.

Leach, M.J. (2006). Wound management: using conservation model to guide


practice. Diunduh dari http://www.ids-healthcare.com.

Lubis, I.K. Pengaruh paritas terhadap perdarahan postpartum primer di RSUP dr.
Pringadi Medan tahun 2007 – 2010. Medan: FK USU. Tidak dipublikasikan.

Magan, E.F., Evans. S., Chauhan, S.P., Lanneau, G., Fisk, S.D., & Morrison, J.C.
(2005). The length of the third stage of labor and the risk of postpartum
hemorrhage. Obstetric and gynecology. 105: 290 – 293.

Mercer, J.S., Vohr, B.R., McGrath M.M., Padbury, J.F., & Wallach, M. (2006).
Delayed cord clamping in very preterm infants reduces the incidence sepsis:
a randomized, controlled trials. 117: 1235 – 1242.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Morhenn, V., Beavin, L.E., & Zak, P.J. (2012). Massage increases oxytocin and
reduces adrenocorticotropin hormones in humans. Altern Ter Health Med.
18 (6): 11 – 18.

Newman. (2008). The ultimate breastfeeding book of answers. Jakarta: Buah Hati.

Ospina.A.M., Rodriguez. L.M., & Cardenas, C.H. (2012). Coping and adaptation
process during puerperium. Colombia Medica. 43 (2). 168 – 175.

Oyelese, Y., & Ananth, C.V. (2010). Postpartum hemorrhage: epidemiology, risk
factors, and causes. Clinical obstetrics and gynecology. 53(1) : 147 – 156.

Parker, E.M. (2001). Nursing theories and nursing practice. Philadelphia: Davis
company.

Parker, E.M. (2005). Nursing theories and nursing practice. 2 ed. Philadelphia:
Davis company.

Parker, E.M., & Smith, M.A. (2008). Nursing theories and nursing practices. 3rd ed.
Philadelphia: F.A Davis Company.

Perry, S.E., Hockenberry, M.J., Lowdermilk, D.L., & Wilson, D. (2010). Maternal
child nursing care. 4th ed. Missouri: Mosby.

Pilliteri, A. (2003). Maternal & child health nursing care of the hearing & child
bearing family. 3rd ed. Philadhelpia: Lippincot.

Prindiville, W.J.P., Elbourne, D., & Mc Donald, S.J. (2000). Active versus expectant
management in the third stage of labour (Cochrane review). Chichester: The
Cochrane Library.

Ramanathan, G., & Arulkumaran, S. (2006). Postpartum hemorrhage. J Obstet


Gynaecol Can. 28 (11): 967 – 973.

Rath, W.H. (2011). Postpartum hemorrhage: update on problems of definition and


diagnosis. Acta obstetricia et Gynecologica Scandinavica. 90 (5): 421 –
428.

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (1997). Maternity nursing: family,
newborn, and women’s health care. 18th ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins Inc.

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. Alih bahasa Afiyanti, Y., Rachmawati,
I.N., Djuwitaningsih, S. (2011). Keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Sentilhes, L., Gromez, A., Clavier, E., Resch, B., Deschamps P., & Marpeau, L.
(2011). Long term psychological impact of severe postpartum hemorrhage.
Acta obstetricia et gynecologica Scandinavica. 90: 615 – 620.

Simpson, K.R. (2009). Safe nurse staffing for contemporary nursing practice. MCN
The American Journal of Maternal Child Nursing . 34(6). 396.

Siegler, L., & Whitney, W. (2000). Kolaborasi perawat dokter, perawatan orang
dewasa dan lansia. Jakarta: EGC.

Society of Gynecologists and Obstetricians (SOGC). (2010). Advances in labour and


risk management. Ottawa.

Thompson, J.F., Heal L.J., Roberts, C.L., & Ellwood, D.A. (2010). Women’s
breastfeeding experiences following a significant primary postpartum
haemorrhage: A multicentre cohort study. International Breastfeeding
Journal. 5: 5 – 10.

UNFPA. (2012). People and possibilities in a world of 7 billion.


www.unfpa.org.swp.

Walvekar, V., & Virkud, A. (2006). A textbook of postpartum hemorrhage: A


comprehensive guide to evaluation, management, and surgical intervention:
London, UK: Sapiens Publishing.

Wannamethee, S.G., Shaper, A.G., Morris R.W., & Whincup, P.H. (2005). Measures
of adiposity in the identification of metabolic abnormalities in elderly men.
Am J Clin Nutr. 81: 1313 – 1321.

Watertown. (2010). Prevention, recognition, and management of postpartum


hemorrhage. Pathvider International.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


LAMPIRAN I
KONTRAK BELAJAR

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
LAMPIRAN II
TARGET KOMPETENSI

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


PENCAPAIAN KOMPETENSI
DENGAN PELAKSANAAN TARGET ASUHAN KEPERAWATAN DAN TARGET PROSUDER

Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Waktu dan Dukungan, Hambatan dan Solusi
sebagai Ners Prosedur selama Residensi Tempat
Spesialis
Mampu memberikan pelayanan keperawatan maternitas di tatanan klinik
A. Mampu menerapkan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan maternitas
1. Mampu a. Melakukan pengkajian biopsikososial sebanyak 75 klien Waktu : Dukungan
memberikan b. Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil 23 September s.d 4 1. Kemudahan untuk terlibat dalam program antenatal yang
asuhan c. Memonitor denyut jantung dan kesejahteraan janin Oktober 2014 sudah ada
keperawatan d. Melakukan penyuluhan tentang kebutuhan ibu hamil dan 2. Jumlah ibu hamil yang berkunjung sangat banyak sehingga
maternitas konseling meliputi : memungkinkan residen mendapatkan pengalaman yang
pada ibu hamil  Perubahan fisiologis ibu hamil Tempat : cukup dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu
 Nutrisi ibu hamil Poliklinik hamil
 Persiapan payudara dan menyusui Kebidanan RSUD 3. Kesempatan yang diberikan lahan praktek sangat baik
 Senam hamil dan imunisasi Cibinong sehingga target dapat tercapai
 Kebersihan diri, aktivitas dan istirahat 4. Adanya dukungan dari kabid keperawatan, Dokter spesialis
 Persiapan persalinan Obgyn, perawat/bidan dan supervisor akademik
5. Kesempatan yang diberikan dalam melakukan program
 Perawatan bayi
inovasi keperawatan maternitas
 Tanda bahaya pada kehamilan
 Seksualitas pada kehamilan
Hambatan
e. Menerapkan teori keperawatan dalam praktek
1. Adanya praktikan lain yang mempunyai kepentingan sama
dalam pemenuhan target kompetensi
2. Terbatasnya waktu dan tempat untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada ibu hamil

Solusi
1. Penyuluhan dilakukan perorangan sesuai dengan masalah
yang dihadapi
2. Melakukan asuhan keperawatan diantara kegiatan poliklinik
3. Bekerjasama dengan praktikan lain dalam memecahkan
masalah

2. Memberikan Melakukan asuhan keperawatan pada ibu dengan komplikasi Waktu : Dukungan
asuhan kehamilan lima kasus yang bervariasi 23 September s.d 4 1. Kemudahan untuk terlibat dalam program antenatal yang
keperawatan a. Memberikan asuhan keperawatan pada klien Preeklamsi dan Oktober 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Waktu dan Dukungan, Hambatan dan Solusi
sebagai Ners Prosedur selama Residensi Tempat
Spesialis
maternitas eklamsi sudah ada
pada ibu  Pengkajian fisik dan psikologis Tempat :
dengan  Monitoring TTV Poliklinik 2. Jumlah ibu hamil yang berkunjung sangat banyak sehingga
komplikasi  Kolaborasi pemberian MgSO4, Calcium gluconate, mayo, Kebidanan RSUD memungkinkan residen mendapatkan pengalaman yang
kehamilan oksigenasi Cibinong cukup dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu
 Memberikan pengawasan intake dan out put hamil
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Menganjurkan pasien bedrest dan miring kiri 3. Kesempatan yang diberikan lahan praktek sangat baik
 Pemantauan kesejahteraan janin sehingga target dapat tercapai
 Monitoring gerakan janin 10 x dalam 12 jam
 Monitoring hasil laboratorium 4. Adanya dukungan dari kabid keperawatan, Dokter spesialis
Obgyn, perawat/bidan, supervisor klinik , dan supervisor
b. Memberikan askep pada klien dengan DM akademik
 Pengkajian komprehensif dan pemeriksaan fisik
 Pemantauan kesejahteraan janin 5. Kesempatan yang diberikan dalam melakukan program
 Monitoring hasil laboratorium: gula darah inovasi keperawatan maternitas
 Kolaborasi pemberian insulin
 Monitoring gerakan janin 10 x dalam 12 jam
 Persiapan SC dan resusitassi Hambatan
 Memfasilitasi bedrest Belum samanya persepsi tentang area asuhan keperawatan
 Persiapan pemeriksaan USG maternitas terutama dalam penerapan konsep dan teori
keperawatan antar tim kesehatan
c. Memberikan askep pada klien hamil dengan perdarahan
antepartum Solusi
 Pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual dan pemeriksaan fisik Berusaha menerapkan konsep dan teori keperawatan di ruangan
 Monitoring kesejahteraan ibu dan janin bekerjasama dengan residen yang lain
 Monitoring tanda-tanda vital
 Monitoring tanda – tanda shock
 Pemantauan intake dan output
 Pemantauan nilai laboratorium
 Monitoring perdarahan (jumlah, warna, konsistensi)
 Monitoring balance cairan
 Kolaborasi pemberian cairan elektrolit

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Waktu dan Dukungan, Hambatan dan Solusi
sebagai Ners Prosedur selama Residensi Tempat
Spesialis
d. Memberikan askep pada klien dengan asma
 Pengkajian komprehensif dan pemeriksaan fisik
 Monitoring tanda-tanda vital
 Memberikan posisi semi fowler
 Memberikan oksigenasi
 Monitoring kesejahteraan janin
 Kolaborasi kebutuhan nutrisi
 Pencegahan shock
 Pemantauan intake output
 Persiapan SC
 Kolaborasi pemberian cairan
 Kolaborasi pemberian tranfusi

3. Mampu a. Melakukan pengkajian fisik dan psikologis Waktu Dukungan


memberikan b. Kolaborasi dalam pemberian premedikasi 7 Oktober s.d 20 1. Lahan praktek memberikan kesempatan untuk pencapaian
asuhan c. Memonitor denyut jantung janin Desember 2013 target
keperawatan d. Asistensi dalam melaksanakan kuretase
maternitas e. Melakukan asuhan keperawatan maternitas pada klien kasus Tempat : 2. Adanya dukungan dari kabid keperawatan, Dokter spesialis
pada klien abortus PONEK dan VK Obgyn, perawat/bidan, supervisor klinik, dan supervisor
abortus RSUD Cibinong
akademik
4. Memberikan a. Melakukan pemeriksaaan fisik (50 kasus) Waktu
3. Kemudahan untuk terlibat dalam setiap tindakan
asuhan b. Memonitor denyut jantung janin 7 Oktober s.d 20
keperawatan c. Memonitor kemajuan persalinan melalui lembar partograf (50 Desember 2013 keperawatan yang dilakukan
maternitas kasus)
pada ibu d. Menyiapkan set partus Tempat : 4. Bimbingan langsung supervisor klinik dari FIK-UI
bersalin e. Menolong persalinan presentasi kepala (50 kasus) VK RSUD
f. Memposisikan klien untuk posisi persalinan yang nyaman Cibinong
g. Melatih tehnik meneran Hambatan
h. Mengelola nyeri persalinan secara non-farmakologi Adanya praktikan lain yang mempunyai kepentingan yang sama
i. Menjahit rupture episiotomy/vagina grade I dan II dalam pemenuhan target kompetensi (AKPER & AKBID)
j. Melaksanakan bounding attachment ibu-bayi
k. Memfasilitasi IMD Solusi
l. Melakukan resusitasi bayi baru lahir 1. Bekerja sama dengan praktikan lain dalam memecahkan
m. Melakukan perawatan bayi baru lahir masalah klien

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Waktu dan Dukungan, Hambatan dan Solusi
sebagai Ners Prosedur selama Residensi Tempat
Spesialis
n. Identifikasi bayi 2. Jam dinas double shift

5. Memberikan a. Pemberian MgSo4 Waktu


asuhan b. Kolaborasi induksi persalinan 28 Nopember s.d 13
keperawatan c. Monitoring kesejahteraan janin Januari 2012
maternitas d. Kolaborasi penatalaksanaan gawat janin Tempat :
pada e. Menyiapkan klian dan keluarga secara fisik dan psikologis VK RSUD
komplikasi/ untuk tindakan SC Cibinong
kegawatan f. Asistensi tindakan forcep
persalinan
(12 kasus)

6. Memberikan a. Memberikan asuhan keperawatan postpartum spontan (20 Waktu Dukungan


asuhan kasus) 9 September s.d 20 1. Kesempatan yang diberikan lahan praktek sangat baik
keperawatan  Melakukan pengkajian klien post partum September 2013 sehingga target dapat tercapai
maternitas  Memonitor perdarahan post partum
pada ibu post  Perawatan luka episiotomy Tempat : 2. Adanya dukungan dari kabid keperawatan, Dokter spesialis
partum pasca  Kolaborasi penanganan perdarahan post partum Ruang rawat inap Obgyn, perawat/bidan supervisor klinik dan supervisor
SC dengan  Memonitor proses involusi RSUD Cibinong
akademik
bayinya b. Memberikan asuhan keperawatan post SC (10 kasus)
 Monitor kesadaran klien 3. Kemudahan untuk terlibat dalam setiap tindakan
 Mempasilitasi bedrest dalam 8 jam pertama keperawatan yang dilakukan
 Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan dalam masa
pemulihan
 Membantu ADL dalam masa pemulihan Hambatan
 Memonitor involusi uteri 1. Masih adanya perbedaan persepsi untuk penerapan konsep
 Memonitor perdarahan post partum dan teori keperawatan
 Memonitor luks operasi 2. Bayi tidak rawat gabung dengan kondisi tertentu
 Perawatan luka operasi
 Kolaborasi pemberian terapi Solusi
 Memberikan pendidikan kesehatan Menerapakan konsep dan teori keperawatan bekerjasama
dengan residen lain
7. Mampu Melakukan perawatan bayi pasca sectio secarea (Lima kasus) Waktu
memberikan a. Menerima bayi dari tangan operator persalinan 7 Oktober s.d 20
asuhan b. Membebaskan jalan nafas dan mengeringkan bayi Desember 2013

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Waktu dan Dukungan, Hambatan dan Solusi
sebagai Ners Prosedur selama Residensi Tempat
Spesialis
keperawatan c. Menilai apgar score
maternitas d. Melakukan resusitasi pada bayi Tempat :
pada bayi baru e. Mendeteksi dini kelainan pada bayi OK dan Perina
lahir pasca f. Memfasilitasi bonding attachment RSUD Cibinong
SC g. Memfasilitasi bayi untuk menyusu ibunya

8. Memberikan Memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan Waktu Dukungan :
asuhan risiko tinggi (10 kasus) 23 September s.d Adanya dukungan dari karu, dokter anak, perawat bayi
keperawatan a. Pengkajian pada bayi baru lahir beresiko tinggi 27 September 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
pada bayi baru b. Memberikan asuhan perawatan pada bayi baru lahir berisiko
lahir dengan tinggi 14 April s.d 25 Hambatan
risiko tinggi April 2014 Kasus terbatas

Tempat :
Perina RSUD
Cibinong
IGD lantai 3
RSCM Jakarta
Pusat
9. Mampu Melakukan asuhan keperawatan maternitas pada perempuan Waktu Dukungan
memberikan dengan masalah keganasan pada system reproduksi (ca ovarium, 27 April s.d 16 Mei Adanya dukungan dari karu, perawat, supervisor klinik, dan
asuhan ca cervik, post histerektomi, post kemoterapi) dengan 2014 supervisor pendidikan
keperawatan menerapkan konsep dan teori keperawatan
maternitas a. Melakukan pengkajian fisik dan psikologis Tempat : Hambatan
pada b. Mengatasi perdarahan Gedung A lantai 2 Kasus terbatas
perempuan c. Memonitor pemberian tranfusi Zona A RSCM
dengan d. Persiapan klien kemoradiasi
gangguan e. Interfensi efek kemo radiasi
ginekologi f. Membantu klien beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
akibat penyakit dan intervensi yang dilakukan : vaginoplasti,
histerektomi

10. Mampu Mampu memberikan asuhan keperawatan maternitas pada klien Waktu : Dukungan
memberikan dengan masalah KB 7 April s.d 11 April Adanya dukungan dari karu, perawat, supervisor klinik, dan
asuhan a. Memberikan pelayanan KB dalam bentuk hormonal 2014 supervisor pendidikan
keperawatan (suntikan, pil)

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Waktu dan Dukungan, Hambatan dan Solusi
sebagai Ners Prosedur selama Residensi Tempat
Spesialis
maternitas b. Menjelaskan keuntungan dan kerugian metode kontrasepsi Tempat : Hambatan
pada klien Poliklinik Kasus terbatas, tidak adanya pembimbing saat praktik sehingga
dengan Kebidanan RSCM tidak ada yang mengarahkan
masalah KB

Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Prosedur Waktu dan Tempat Dukungan dan Hambatan
sebagai Ners selama Residensi
Spesialis
B. Mampu menerapkan peran Residen Ners Spesialis Maternitas sebagai perawat Edukator/Konselor dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
1. Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada klien hamil dan keluarga Waktu : Dukungan
memberikan a. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien hamil dan keluarga 9 September s.d 20 Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
edukasi dan b. Melakukan konsultasi kehamilan : Desember 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
konseling  Perubahan fisik dan psikologis wanita hamil
pada ibu hamil  Nutrisi ibu hamil Tempat :
dan keluarga  Perawatan payudara Poliklinik Kebidanan Hambatan
 Tanda bahaya kehamilan RSUP Persahabatan  Belum adanya ruang khusus untuk melakukan
 Keluhan dan cara mengatasinya Jakarta Timur konseling
 Waktu yang terbatas
2. Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada ibu yang akan melahirkan (PK Waktu
memberikan I aktif) 7 Oktober s.d 20 Solusi
edukasi dan a. Mengajarkan manajemen nyeri secara non farmakologi Desember 2014 Konseling dilakukan saat pasien menunggu
konseling b. Mengajarkan dan membimbing cara meneran pemeriksaan dokter
pada ibu yang c. Memberikan dukungan pada pasien dan keluarga Tempat :
akan VK RSUD Cibinong
melahirkan
3. Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada ibu post partum Waktu Dukungan
memberikan a. Melakukan konseling pada masa nifas 9 September s.d 20 Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
edukasi dan  Perubahan fisik dan psikologi masa postpartum September 2014 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
konseling  Masalah nutrisi bayi 24 Maret s.d 4 April
pada ibu post 2014
partum b. Melakukan pendidikan kesehatan tentang : Hambatan
 Rawat gabung Tempat :  Belum adanya ruang khusus untuk melakukan
 Perawatan klien masa nifas dan bayi baru lahir Ruang rawat inap konseling
 Manajemen laktasi RSUD Cibinong

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Prosedur Waktu dan Tempat Dukungan dan Hambatan
sebagai Ners selama Residensi
Spesialis
 Manfaat menyusui Gedung A lantai 2 Solusi
 Stimulasi bonding attachment RSCM Konseling dilakukan di kamar pasien
 Keluarga berencana
 Senam nifas
 Seksualitas

4. Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada perempuan dengan masalah Waktu : Dukungan
memberikan reproduksi 23 September s.d 4  Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
edukasi dan a. Memberikan pendidikan kesehatan yang terkait dengan Oktober 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
konseling permasalahan organ reproduksi, masalah menstruasi, infertilitas,
pada premenopouse dan keganasan Tempat :
perempuan b. Melakukan konsultasi keluarga berencana Poliklinik Kebidanan Hambatan
dengan  Jenis metoda kontrasepsi RSUD Cibinong  Belum adanya ruang khusus untuk melakukan
masalah  Kelebihan dan kekurangan kontrasepsi konseling
reproduksi  Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat  Waktu yang terbatas

Solusi
Konseling dilakukan saat pasien menunggu
pemeriksaan dokter

Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Prosedur Waktu dan Tempat Dukungan dan Hambatan
sebagai Ners selama Residensi
Spesialis
C. Mampu menerapkan peran Residen Ners Spesialis sebagai Advokat dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada klien hamil dan keluarga Waktu Dukungan
melaksanakan a. Solusi proses pembiayaan, misal : misal melalui Jampersal, BPJS 9 September s.d 20  Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
advokasi untuk b. Solusi untuk diberikan obat generic Desember 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
pasien yang c. Melindungi klien dari tindakan malpraktek 24 Maret s.d 16 Mei
mempunyai d. Melindungi hak-hak klien 2014 Hambatan
masalah ekonomi  Terdapat perbedaan persepsi tentang tugas dan
Tempat : wewenang perawat Ners Spesialis Maternitas
RSUD Cibinong dan dengan tenaga kesehataan lain
RSCM  Pengakuan keberadaan Ners Spesialis Maternitas

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Prosedur Waktu dan Tempat Dukungan dan Hambatan
sebagai Ners selama Residensi
Spesialis
masih kurang

Solusi
 Pendekatan interpersonal
D. Mampu menerapkan peran Residen Ners Spesialis sebagai perawat peneliti dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
Mampu Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan evidence base nursing Waktu Dukungan
melaksanakan (EBN) 9 September s.d 20  Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
perannya sebagai Desember 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
peneliti dilingkup 24 Maret s.d 16 Mei Hambatan
keperawatan 2014  Literatur ARCT terkait EBN yang dilakukan masih
maternitas kurang
Tempat :
RSUD Cibinong dan
RSCM

E. Mampu menerapkan peran Residen Ners Spesialis sebagai pengelola dan agen pembaharu dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
1. Mampu Mengelola asuhan keperawatan maternitas pada klien ibu nifas dengan Waktu Dukungan
melakukan masalah menyusui melalui koordinasi dan kolaborasi dengan tim 9 September s.d 20  Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
kordinasi dan kesehatan Desember 2014 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
kolaborasi 24 Maret s.d 16 Mei  Petugas kesehatan sudah ada yang menjadi
dengan tim 2014 konselor ASI.
kesehatan dan
ners spesialis Tempat : Hambatan
lainya RSUD Cibinong dan  Kurangnya kesadaran ibu untuk menyusui
RSCM
Solusi
 Memberikan leaflet kepada pasien untuk dibawa
pulang
2. Mampu a. Mengidentifikasi masalah melalui analisa SWOT Waktu Dukungan
melaksanakan b. Mempresentasikan hasil pengkajian sebagai proyek inovasi 9 September s.d 20 a. Visi dan misi RS merupakan kekuatan dalam
dan c. Menyepakati rencana proyek inovasi dan pembentukan kelompok Desember 2013 melakukan suatu nproyek inovasi
meningkatkan kerja Tempat : b. Adanya dukungan yang baik dari Ka SMF
mutu d. Menetapkan pengeluaran proyek inovasi : tersosialisasinya program RSUD Cibinong obsgyn, diklat, Kabid Keperawatan, Kepala
pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) Ruang, dan bidan/perawat di ruangan
keperawatan e. Melaksanakan proyek inovasi melalui koordinasi dengan KSMF c. Adanya sikap terbuka petugas ruangan untuk

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Prosedur Waktu dan Tempat Dukungan dan Hambatan
sebagai Ners selama Residensi
Spesialis
maternitas Obsgyn, Diklat, Kepala Ruang, Kabid Perawatan dan bidan di Waktu menerima saran
diruang rawat ruangan 2 April s.d 16 Mei d. Perawat dan bidan antusias dalam pelaksanaan
2012 proyek inovasi
Tempat
RSCM Hambatan
Jakarta Pusat  Kurangnya sarana dan prasarana untuk melakukan
proyek inovasi PPI, seperti persediaan tissue yang
terbatas, set peraatan luka yang terbatas
 Belum semua SDM mendapat sosialisasi tentang
PPI

F. Mampu memberikan pelayanan keperawatan maternitas di pelayanan komunitas


1. Mengenal Mengenal pengelola perawatan maternitas di tingkat puskesmas Waktu Dukungan
pengelola a. Melakukan observasi pelaksanaan program KIA-KB sesuai standar 27 Januari s.d 14 Maret a. Kepala Puskesmas dan staf menfasilitasi praktek
perawatan program pokok puskesmas 2013 residensi
maternitas di b. Mengidentifikasi ketenagaan b. Kader kesehatan di daerah binaan aktif
tingkat c. Mengidentifikasi program-program yang terkait dengan kesehatan Tempat : mendukung setiap kegiatan
puskesmas maternal dan bayi baru lahir RW 06 dan 08 Kel. Jati c. Lurah dan staf memfasilitasi pelaksanaan praktik
d. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program Padang Kec. Pasar residensi
KIA-KB Minggu Jakarta Selatan d. Lokasi daerah binaan mudah dijangkau
e. Mengidentifikasi peran dan fungsi petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan KIA-KB Hambatan
f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam  Kader mempunyai banyak kegiatan sehingga
pelaksanaan pelayanan KIA-KB waktu untuk melakukan sosialisasi menyesuaikan
g. Memberikan pelayanan KIA-KB di dalam dan di luar gedung,
pemeriksaan antenatal, post natal, masalah ginekologi, imunisasi,
rujukan dan posyandu
h. Pencatatan dan pelaporan (dalam bentuk laporan observasi
pelaksanaan pengelolaan keperawatan maternitas di Puskesmas)

2. Mampu Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dalam konteks keperawatan Waktu Dukungan
melaksanakan maternitas di komunitas 27 Januari s.d 16 Maret a. Kepala Puskesmas, Lurah, dan staf mendukung
asuhan a. Mengenal wilayah dan keluarga binaan melalui orientasi kasus dan 2014 pelaksanaan praktik residensi
keperawatan wilayah b. Para Ketua RW mendukung pelaksanaan praktik
keluarga  Asuhan keperawatan pada pasangan infertile satu kasus Tempat : residensi
dalam konteks RW 06 dan 08 c. Para kader menfasilitasi kunjungan rumah dan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Prosedur Waktu dan Tempat Dukungan dan Hambatan
sebagai Ners selama Residensi
Spesialis
keperawatan  Asuhan keperawatan Kehamilan dengan kontraksi satu kasus Kelurahan Jati Padang aktif dalam penyelenggaraan program inovasi
maternitas di  Asuhan keperawatan ibu nifas dengan masalah menyusui empat Kecamatan Pasar Hambatan
komunitas kasus. Minggu Jakarta Selatan Kadang sulit untuk mengumpulkan kader dalam
 Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan riwayat obstetri jelek waktu tertentu
satu kasus
 Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan riwayat hipertensi Solusi
satu kasus Kegiatan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
 Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa satu warga, seperti arisan, posyandu
kasus
 Asuhan keperawatan dengan abortus iminens satu kasus
b. Melakukan asuhan keperawatan keluarga dalam konteks
keperawatan maternitas sebanyak 10 keluarga
c. Melakukan pemeriksaan kehamilan di posyandu
d. Melakukan proyek inovasi melalui penyegaran dan pelatihan kader
e. Melaksanakan penyuluhan tentang ASI eksklusif, keputihan,
menopause, kanker payudara, mioma uteri, dan infertil

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


LAMPIRAN III
PROYEK INOVASI

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROYEK INOVASI


PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
(PPI)
DI AREA POSTPARTUM RSUD CIBINONG

Disusun Oleh :
RITA DEWI SUNARNO
NPM 1106122770

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN


MATERNITAS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2013

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kepada Tuhan YME, atas limpahan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan proyek inovasi
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di area postpartum unit
Kebidanan RSUD Cibinong. Kami mendapatkan banyak sekali bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak dalam penyusunan laporan kegiatan proyek inovasi ini.
Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dra. Setyowati¸ S.Kp¸ M.AppSc, Ph.D selaku supervisor utama yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam praktik residensi ini.
2. Dr. Yati Afiyanti, S.Kp, MN selaku supervisor utama yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan dukungan yang bermanfaat
selama praktik residensi
3. Imami Nur R, S.Kp.MSc yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama
praktik residensi.
4. Atik Hodikoh, S.Kp, Sp.Kep.Mat yang telah memberikan bimbingan dan
masukan selama praktik residensi.
5. dr. VB. Haryanto Kasy, SpOG selaku ketua SMF Kebidanan yang telah
memfasilitasi selama praktik residensi dengan bimbingan dan masukan-masukan
yang membangun untuk perkembangan perawat maternitas.
6. DR. Grace S. Rumengan, dr, MARS yang telah memberikan bimbingan dan
masukan dalam penyusunan proyek inovasi
7. Seluruh perawat dan bidan di bagian kebidanan dan kandungan RSUD Cibinong
yang telah banyak membantu kami selama praktik.
Kami berharap semoga laporan kegiatan proyek inovasi ini bermanfaat untuk
mengembangkan program-program selanjutnya yang berkaitan dengan keselamatan
pasien. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir
kata semoga Tuhan memberkati kita semua. AMIN.

Depok, Desember 2013

Mahasiswa Residensi

ii

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul.....................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan Kegiatan............................................................................................6
1.3 Analisa SWOT..............................................................................................7
1.4 Rencana Kegiatan.........................................................................................9
1.5 Plan of Action (POA)...................................................................................12
BAB II IMPLEMENTASI
2.1 Implementasi Kegiatan Area Postpartum.....................................................15
2.2 Evaluasi Kegiatan Area Postpartum.............................................................16
2.3 Bagan Laporan Kegiatan dan Implementasi.................................................22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................26
3.2 Saran.............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat
dengan berbagai permasalahan kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan di RS
adalah pelayanan obstetri dan ginekologi. Ibu dalam masa perinatal dan bayinya
merupakan bagian dari masyarakat yang memanfaatkan pelayanan obstetric. Ibu
beserta pasangan dengan masalah system reproduksi merupakan bagian dari
masyarakat yang juga memanfaatkan pelayanan ginekologi di RS. RS yang baik
akan dapat menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
sebagai salah satu indikator penilaian derajat kesehatan ibu dan anak.

Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan AKI paling tinggi di Asia.
Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007-2008
kematian ibu hamil dan bersalin mencapai 265 per 100.000 kelahiran hidup. Dari
beberapa kota di Indonesia seperti di Jawa dan di Bali kematian maternal mencapai
0,7% dari AKI secara nasional per tahunnya. Penyebab utama kematian ibu,
disebabkan oleh perdarahan yang diperkirakan (55-70%) terutama karena
perdarahan postpartum, partus lama hingga kejadian infeksi 15-20% dan kasus
eklampsia (10-15%),

Disamping ibu angka kematian bayi (AKB) juga masih tinggi, AKB di negara-
negara ASEAN pada tahun 2009, Indonesia berada pada peringkat 10 dengan angka
kematian 30 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama tingginya AKB adalah
masalah pada neonatal. Masalah pada neonatal antara lain asfiksia, bayi berat badan
lahir rendah dan sangat rendah serta infeksi (WHO, 2010).

Pelayanan kesehatan di rumah sakit diharapkan dapat mengatasi masalah para


pengguna layanan kesehatan, Salah satu isu penting yang menjadi perhatian utama
di seluruh rumah sakit di seluruh dunia adalah keselamatan pasien (Patient Safety).
Di Indonesia, Kementrian Kesehatan juga mendorong agar keselamatan pasien
lebih diperhatian sehingga kasus kesalahan medik bisa dihindari. Salah satu upaya

1
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
untuk memastikan hal tersebut adalah mensyaratkan standar keselamatan pasien
dalam program akreditasi rumah sakit.

The American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees tahun 1999


mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety)
merupakan sebuah prioritas strategik. AHA juga menetapkan capaian-capaian
peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun
2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “To Eror Is Human, Building a
Safer Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di
rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event).
Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, World Health Organization (WHO)
mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program bersama dengan
berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula PMKI No.1691/Menkes/PER/VIII/2011


tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk
tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan
memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan
dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian
keselamatan pasien di rumah sakit.

Misi rumah sakit perlu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap
pasien dan mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical
error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan System Patient Safety yang dirancang mampu menjawab
permasalahan yang ada.

Tindakan medis secara umum menyimpan potensi risiko terjadinya kesalahan


medis. Jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf
rumah sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical errors). Kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu
kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti
yang diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk

2
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD).

Kejadian tidak diharapkan yang berkaitan dengan perawatan selama di rumah sakit,
salah satunya berhubungan dengan masalah infeksi. Pusat pencegahan dan
pengendalian penyakit Eropa (ECDC) memperkirakan kejadian infeksi yang
berkaitan dengan perawatan pada pasien selama di rumah sakit sekitar 5% dari total
pasien yang dirawat dan menyebabkan 37.000 kematian setiap tahunnya.

Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi
baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di
rumah sakit atau kilink bersalin, dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi.
Kejadian infeksi sebenarnya dapat dicegah dan diminimalkan kejadiannya, dengan
upaya melaksanakan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Tepatnya ketika melakukan pertolongan persalinan, karena semua ibu
bersalin sangat mendambakan proses persalinan yang aman, bersih dan sehat sesuai
dengan pilar ketiga Safe Motherhood, yang juga merupakan aspek ketiga dari lima
benang merah asuhan persalinan yang dikategorikan sebagai asuhan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan (Saifuddin, 2006).

Petugas kesehatan yang melayani pasien dan staf pendukung semuanya dihadapkan
kepada resiko terinfeksi yang secara potensial dapat membahayakan jiwa.
Penyebaran infeksi yang terjadi di rumah sakit merupakan infeksi nosocomial/
Health Care Assosiated Infections (HAIs). Infeksi sering kali berasal dari alat/
prosedur operasi. Sumber infeksi lainnya bisa berasal dari tangan dokter, perawat dan
pengunjung, alat alat medis dan penggunaan antibiotik yang tidak rasional (Depkes
RI, 2003).

Di Indonesia kejadian infeksi nosokomial pada jenis / tipe rumah sakit sangat
beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2004 diperoleh data
proporsi kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit pemerintah dengan jumlah
pasien 1.527 orang dari jumlah pasien beresiko 160.417 (55,1%), sedangkan untuk

3
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991 pasien dari jumlah pasien beresiko
130.047 (35,7%). Untuk rumah sakit ABRI dengan jumlah pasien 254 pasien dari
jumlah pasien beresiko 1.672 (9,1%). (Depkes RI 2004).

Pelayanan kebidanan sebagai salah satu bagian fasilitas pelayanan rumah sakit tidak
terlepas sebagai sumber infeksi nosokomial. Hal ini disebabkan karena perawatan
pasien melibatkan banyak pihak seperti dokter, perawat/bidan, peralatan medis serta
petugas yang bekerja di kawasan rawat inap/rawat jalan/ruang bersalin/kamar operasi
menjadi perantara terjadinya infeksi silang antara pasien yang satu dengan pasien
yang lainnya. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya penularan penyakit adalah
dengan melakukan tindakan pencegahan infeksi yaitu dengan kewaspadaan standar
dan kewaspadaan transmisi (Depkes RI, 2007).

Tindakan pencegahan universal merupakan salah satu strategi yang telah


direkomendasikan oleh Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dalam
upaya pengendalian infeksi dan penularan penyakit di sarana kesehatan. Tindakan
pencegahan universal atau Universal Precaution (UP) yaitu suatu cara penanganan
untuk meminimalkan paparan darah dan cairan tubuh dari semua pasien tanpa
memandang status infeksi. Metode ini pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat
tahun 1987, salah satu tujuan utamanya yaitu melindungi tenaga perawat kesehatan
dari penularan penyakit di sarana kesehatan dengan menekankan pentingnya untuk
memperlakukan semua pasien sebagai potensi yang dapat menularkan infeksi
sehingga perlu diambil langkah pencegahan yang memadai (Isa, 2006). Prinsip dasar
tindakan pencegahan adalah cuci tangan secara benar, penerapan aseptic antiseptic,
dan penggunaan alat pelindung pribadi dalam upaya mencegah transmisi mikro
organisme melalui darah dan cairan tubuh (Anwar, 2005).

Adapun upaya pokok pengendalian infeksi dan penularan penyakit adalah tindakan
pencegahan infeksi dan penularan penyakit dengan cara memantau dan
meningkatkan perilaku petugas dalam menerapkan prosedur tindakan pencegahan
universal (Pulungsih, 2004). Data CDC yang dikutip oleh Anwar (2005),
menunjukkan bahwa dengan penerapan prosedur tindakan pencegahan universal
sesuai standar yang mengacu pada kebijakan yang direkomendasikan oleh CDC, di
Amerika Serikat angka kejadian infeksi nosokomial pada pasien dapat diturunkan

4
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
27,5% menjadi 9,1% dan angka penularan penyakit pada tenaga kesehatan dapat
diturunkan dari 11,4% menjadi 3,5% (Anwar, 2005). Prosedur tindakan pencegahan
universal mutlak harus diterapkan di rumah sakit termasuk di kamar bedah. Kamar
bedah merupakan suatu unit khusus di rumah sakit tempat melakukan tindakan
pembedahan. Berbagai prosedur pembedahan dan tindakan invasif memungkinkan
perawat terpapar dengan kuman yang berasal dari pasien melalui darah dan cairan
tubuh yang mengandung darah (Anwar, 2005).

RSUD Cibinong Bogor merupakan rumah sakit daerah di kabupaten Bogor memiliki
visi menjadi Rumah Sakit andalan dan dipercaya di Jawa Barat. Banyaknya kasus ibu
hamil yang membutuhkan pelayanan yang berkualitas khususnya pada pelayanan di
unit kebidanan menuntut penerapan prosedur tindakan pencegahan universal pada
seluruh kegiatan di bagian kebidanan terhadap semua pasien, karena tidak semua
pasien yang dilakukan operasi terdeteksi terinfeksi HIV, HBV, ataupun HCV.

Di RSUD Cibinong Bogor standar operasional berfungsi untuk mengontrol tindakan


keperawatan, diantaranya adalah tindakan yang berhubungan dengan pencegahan
infeksi nosokomial. Tindakan pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
meliputi cuci tangan dengan tehnik yang benar, pemakaian alat pelindung diri yang
tepat, sterilisasi yang benar dan pembuangan sampah yang baik (Linda Tietjen,
2004).

Adanya beberapa kejadian di ruangan dimana para perawat belum seluruhnya


melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial sehingga mereka dapat
menularkan ataupun tertular penyakit infeksi. Hasil pengumpulan data melalui
kuisioner dan observasi yang telah dilakukan di unit kebidanan RSUD Cibinong
bulan Oktober 2013 menunjukkan bahwa praktik kebersihan tangan oleh petugas
kesehatan telah dilakukan dengan baik. Namun demikian, masih terdapat 62,5%
petugas kesehatan kadang-kadang melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan 43,4% kadang-kadang mencuci tangan dengan tehnik 6
langkah. Selain itu, masih terdapat petugas kesehatan yang kadang-kadang
menggunakan sarung tangan saat perawatan luka (62,5%) dan 100% tidak pernah
menggunakan sarung tangan saat pengambilan sampel darah dan pemasangan infus.
Selain itu, masih terdapat petugas kesehatan yang kadang-kadang menggunakan

5
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
tehnik septik dan aseptik dalam perawatan luka yaitu sebesar 65%. Hasil wawancara
terhadap 12 perawat di ruang rawat inap menunjukan bahwa ada 5 perawat yang
belum memahami tentang infeksi nosokomial dan bagaimana cara melakukan
tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini terbukti dengan ketidakmampuan
perawat untuk menjelaskan tentang infeksi nosokomial. Selain itu, perilaku
perawat/bidan dalam menerapkan prosedur tindakan pencegahan universal masih
belum sesuai dengan pedoman pengendalian infeksi nosokomial.

Beberapa faktor yang mempengaruhi petugas kesehatan belum melakukan PPI yaitu
kurangnya disiplin dan kesadaran perawat mengenai pentingnya penerapan prosedur
tindakan pencegahan universal khususnya dalam pemakaian alat pelindung diri.
Tindakan perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
pengetahuan. Hasil penyebaran kuisioner menunjukkan bahwa pengetahuan petugas
kesehatan di ruang nifas unit kebidanan RSUD Cibinong tentang PPI masuk ke
kategori cukup sebanyak 68,8 %. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan pikir
dalam menumbuhkan kepercayaan diri maupun dorongan sikap dan perilaku
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimuli terhadap tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2007). Peningkatan pengetahuan merupakan suatu cara
untuk meningkatkan kualitas penerapaan tindakan pencegahan infeksi nosokomial.
Jika kualitas penerapan tindakan pencegahan infeksi nosokomial meningkat maka
jumlah kasus penyakit karena infeksi nosokomial berkurang.

Hal tersebut yang melatarbelakangi pelaksanaan Proyek Inovasi Program Profesi


Ners Spesialis Maternitas di RSUD Cibinong. Berdasarkan fenomena tersebut,
mahasiswa residensi program ners spesialis keperawatan maternitas tertarik untuk
melakukan seminar dan diseminasi mengenai “Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Unit Kebidanan RSUD Cibinong Bogor yang berfokus pada hand hygiene, alat
pelindung perorangan, pencegahan phlebitis dan infeksi luka operasi, serta
dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi”.

1.2.Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Membuat program untuk pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
untuk mencapai keselamatan pasien

6
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi program yang sudah ada di Unit Kebidanan RSUD
Cibinong Bogor
b. Membuat program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berupa
panduan/SOP untuk Unit Kebidanan RSUD Cibinong Bogor
c. Mensosialisasikan program PPI di setiap Unit Kebidanan RSUD Cibinong
Bogor yang berfokus pada hand hygiene, alat pelindung perorangan,
pencegahan phlebitis dan infeksi luka operasi, serta dekontaminasi, desinfeksi
dan sterilisasi.
d. Mengimplementasikan program PPI yang berfokus pada hand hygiene, alat
pelindung perorangan, pencegahan phlebitis dan infeksi luka operasi, serta
dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi di setiap Unit Kebidanan RSUD
Cibinong Bogor
e. Mengevaluasi program PPI yang berfokus pada hand hygiene, alat pelindung
perorangan, pencegahan phlebitis dan luka operasi, serta dekontaminasi,
desinfeksi dan sterilisasi di setiap Unit Kebidanan RSUD Cibinong Bogor
f. Melakukan feedback program PPI pada hand hygiene, alat pelindung
perorangan, pencegahan phlebitis dan infeksi luka operasi, serta
dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi di setiap Unit Kebidanan RSUD
Cibinong Bogor
g. Pelaporan dan rencana tindak lanjut program PPI di setiap Unit Kebidanan
RSUD Cibinong Bogor

1.3.Analisis SWOT
Strength (kekuatan)
a. Memiliki falsafah “Pelayanan paripurna ibu dan bayi risiko tinggi merupakan
prioritas utama pelayanan kami”.
b. Memiliki tujuan:
1) Menciptakan kondisi bagi ibu dan janin agar dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
2) Agar ibu dan janin terhindar dari kesakitan dan kematian
c. RSUD Cibinong merupakan salah satu rumah sakit rujukan untuk wilayah
Bogor dan sekitarnya.
d. Peraturan Kemenkes tentang program pencegahan dan pengendalian infeksi

7
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
e. Pernah dilakukan sosialisasi tentang Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
f. Jumlah SDM staf ruang kebidanan, diantaranya S1 Kesehatan Masyarakat 2
orang, D3 Kebidanan 44 orang, D3 Keperawatan 9 orang
g. Komitmen yang tinggi dari kepala SMF Obstetri dan Kebidanan, kepala
bidang keperawatan dan kepala ruangan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas pelayanan rumah sakit.
h. BOR bulan September 2013: VK 87,96; Anggrek 43,06%; Melati 67,59%¸
Dahlia untuk bayi sehat 47%, Dahlia untuk bayi sakit 90¸50%, ALOS
singkat, BTO tinggi.
i. Sarana pencegahan infeksi yang sudah ada secara lengkap yaitu sarana cuci
tangan dengan air mengalir, cairan desinfektan untuk cuci tangan
j. Di unit kebidanan sudah ada kebijakan yang membahas tentang pemisahan
pasien yang menderita penyakit infeksius dan non infeksius beserta ruang
khusus untuk pasien infeksius
Weakness (kelemahan)
a. Belum optimalnya pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap ibu perinatal di
unit kebidanan RSUD Cibinong.
b. Sudah terbentuk Tim pelaksana program pencegahan dan pengendalian
infeksi di tingkat rumah sakit akan tetapi belum berjalan secara optimal.
c. Masih terbatasnya SDM yang sudah mengikuti kegiatan pelatihan yang
berkaitan dengan program patient safety terutama mengenai Pengurangan
Resiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan
d. SOP tentang hand hygiene, alat pelindung perorangan, pencegahan phlebitis
dan luka operasi, serta dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi belum
lengkap
e. Infection prevention and Control Nurse (IPCN) di Unit Kebidanan belum ada
f. Keterbatasan tenaga kebersihan pada setiap pergantian jaga, sehingga sampah
sering melebihi kapasitas.
Opportunity (kesempatan)
a. Standar akreditasi tentang patient safety di mana di dalamnya terdapat
program pencegahan dan pengendalian infeksi
b. Adanya kebijakan pemerintah dalam asuransi kesehatan berupa SKTM
Jampersal, Jamkesmas, dan Jamkesda

8
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Threats (ancaman)
a. Tuntutan dan harapan masyarakat yang semakin meningkat untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih berkualitas.
b. Konsumen yang lebih kritis dan siap menggugat pelayanan yang diberikan
kepada klien.
c. Adanya UU Kesehatan dan UU RS yang melindungi mayarakat sebagai
konsumen.
d. Banyaknya RS yang memiliki daya saing tinggi dalam pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal

Berdasarkan paparan di atas, RS. Cibinong memiliki suatu kekuatan untuk


melakukan program pencegahan dan pengendalian infeksi menuju patient safety.
Namun demikian, masih terbatasnya SDM yang sudah mengikuti kegiatan pelatihan
yang berkaitan dengan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, khususnya di
Unit Kebidanan RSUD Cibinong Bogor. Oleh karena itu, tergambar adanya suatu
kebutuhan intervensi yang dapat meningkatkan pengetahuan perawat dan bidan
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang berfokus pada hand hygiene, alat
pelindung perorangan, pencegahan phlebitis dan luka operasi, serta dekontaminasi,
desinfeksi dan sterilisasi. Intervensi ini diharapkan dapat menjadi daya ungkit untuk
meningkatkan kualitas penerapan tindakan pencegahan infeksi nosokomial.
Intervensi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas penerapan tindakan
pencegahan infeksi nosokomial sehingga jumlah kasus penyakit karena infeksi
nosokomial berkurang. Dengan demikian, intervensi tersebut juga bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan pasien sehingga mampu
bersaing dengan rumah sakit di sekitarnya.
1.4. Rencana Kegiatan
Kegiatan yang akan diakukan adalah pembuatan seminar dan workshop dengan tema
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Unit Kebidanan RSUD Cibinong
Bogor yang berfokus pada hand hygiene, alat pelindung perorangan, pencegahan
phlebitis dan infeksi luka operasi, serta dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi.
Sasaran
Perawat dan bidan di RSUD Cibinong
Metode (Jenis Kegiatan):
Metode yang akan kami lakukan adalah seminar dan workshop¸ demonstrasi

9
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Media:
Media yang kami gunakan adalah LCD, Flip Chart, dan Spidol
Waktu Pelaksanaan:
Waktu Pelaksanaan Seminar dan Workshop adalah minggu ketiga bulan November
2013
Tempat:
Tempat pelaksanaan kegiatan tersebut di RSUD Cibinong
Susunan Kepanitiaan
Penanggung Jawab Direktur RSUD Cibinong
Penasehat 1. Dra. Setyowati, S.Kp., M.App.Sc., PHD
2. Dr. Yati Afiyanti, MN
3. Imami Nur Rachmawati, S.Kp., MSc.
4. Atik Hodikoh, SKp., Sp.Kep.Mat
5. KA SMF Obsgyn
6. KA Diklat
Ketua Rita Dewi Sunarno
Wakil Ketua Windy Natasya
Sekretaris Mulhaeriah
Bendahara Mulhaeriah
Seksi Acara Windy Natasya
Seksi Konsumsi Mulhaeriah
Seksi Perlengkapan Rita Dewi Sunarno
Seksi Dokumentasi Windy Natasya

Susunan Acara
No. Pukul Acara PJ
1. 09.00-09.15 Sambutan dilanjutkan Pembukaan oleh Windy
Direktur RSUD Cibinong
2. 09.15- 09.45 Presentasi proyek inovasi PPI di Ruang Rita
Kebidanan RSUD Cibinong
3. 09.45-10.00 Penyampaian POA Riri
4. 10.00-10.15 Penutup

Rencana Anggaran
a. Penggandaan proposal Rp 100.000,-
b. ATK (poster, leaflet) Rp 400.000,-
c. Pertemuan awal (presentasi proposal)
Konsumsi 30 X Rp 25.000,- Rp 750.000,-
Kebersihan Rp 30.000,-

10
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
d. Pelaksanaan desiminasi dgn perawat/ bidan Ruang Kebidanan
Konsumsi 20 X Rp 25.000,- Rp 500.000,-
Kebersihan Rp 30.000,-
e. Presentasi akhir
Konsumsi 30 X Rp 25.000,- Rp 750.000,-
Kebersihan Rp 30.000
Penggandaan makalah akhir Rp 100.000,-
f. Lain-lain Rp 100.000,-
Total Rp 2.790.000,-
(Dua Juta Tujuh ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah)

Cibinong, November 2013


Residen:
(……….....………………)
(…………………………)

(…………………………)

1.5. Plan of Action (POA) (Terlampir)

11
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DRAFT PLAN OF ACTION PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI UNIT KEBIDANAN RSUD CIBINONG

N NAMA KEGIATAN TUJUAN SASARAN TEMPAT DAN PENANGGUNG


O WAKTU JAWAB
KEGIATAN
1. Presentasi hasil 1. Tercapainya persamaan persepsi Seluruh tenaga Tempat:Aula RSUD Mahasiswa
pengkajian terkait tentang hasil pengkajian PPI di unit kesehatan dan non Cibinong
program pencegahan dan kebidanan RSUD Cibinong kesehatan di unit
pengendalian infeksi di 2. Tercapainya persamaan persepsi kebidanan RSUD Waktu: Minggu ke 3
unit kebidanan tentang masalah yang akan diangkat Cibinong Nopember 2013
terkait Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Unit
Kebidanan RSUD Cibinong Bogor
yang berfokus pada hand hygiene,
alat pelindung perorangan (APP),
pencegahan phlebitis dan luka operasi,
serta dekontaminasi, desinfeksi dan
sterilisasi.
2. Diseminasi program 1. Tersosialisasinya program PPI untuk Seluruh tenaga Tempat:Aula RSUD 1. Tim PPI Unit
pencegahan dan seluruh tenaga kesehatan dan non kesehatan dan non Cibinong Kebidanan
pengendalian infeksi kesehatan di unit kebidanan RSUD kesehatan di unit 2. Mahasiswa
(PPI) Cibinong kebidanan RSUD Waktu: Minggu ke 4
2. Meningkatkan pengetahaun dan Cibinong Nopember 2013
pemahaman seluruh tenaga kesehatan
dan non kesehatan di unit kebidanan
RSUD Cibinong tentang mekanisme
strategi serta panduan terkait program
Program Pencegahan dan

12
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Pengendalian Infeksi (PPI) di Unit
Kebidanan RSUD Cibinong yang
berfokus pada handhygiene, alat
pelindung perorangan (APP),
pencegahan phlebitis dan luka operasi,
serta dekontaminasi, desinfeksi dan
sterilisasi.
3. Diskusi bersama Terbentuknya mekanisme strategi kerja Seluruh tenaga Tempat:Aula RSUD Mahasiswa
pembuatan mekanisme sekaligus penanggung jawab pelaksana kesehatan dan non Cibinong
strategi kerja sekaligus program PPI yang telah disepakati kesehatan di unit
penanggung jawab bersama kebidanan RSUD Waktu: Minggu ke 3
pelaksanaan program PPI Cibinong November 2013
di unit kebidanan RSUD
Cibinong
4. Diskusi bersama Terbentuknya panduan (SOP) untuk Seluruh tenaga Tempat:Unit 1. Tim PPI unit
pembuatan panduan pelaksanaan program PPI yang telah kesehatan dan non kebidanan RSUD kebidanan
(SOP) program PPI di disepakati bersama kesehatan di unit Cibinong 2. Mahasiswa
unit kebidanan RSUD kebidanan RSUD
Cibinong Cibinong Waktu: Minggu ke 3
November
5. Persamaan persepsi hasil Tercapainya persamaan persepsi tentang Seluruh tenaga Tempat:Unit 1. Tim PPI unit
penyusunan SOP opanduan (SOP) yang telah disusun dapat kesehatan dan non Kebidanan RSUD kebidanan
program PPI yang akan diuji cobakan kesehatan di unit Cibinong 2. Mahasiswa
diterapkan di unit kebidanan RSUD
kebidanan RSUD Cibinong Waktu: Minggu ke 3
Cibinong November

6. Sosialisasi panduan 1. Terlaksananya sosialisasi mekanisme Seluruh tenaga Ruang VK dan ruang 1. Bd. Kakah
(SOP) program PPI kerja dan panduan (SOP) program PPI kesehatan dan non rawat Anggrek (poliklinik)

13
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
di unit kebidanan RSUD Cibinong kesehatan di unit Ruang Poliklinik 2. Bd. Rinanti &
2. Diperoleh hasil evaluasi pelaksanaan kebidanan RSUD Kebidanan Dika (nifas)
program PPI di unit kebidanan RSUD Cibinong Ruang Perinatal 3. Bd.Rini
Cibinong (intranatal)
Waktu : Minggu ke 4. Bd. Yuyun
4 November - (BBL)
minggu ke 1 5. Tiga
Desember 2012 mahasiswa
residen
7. Penyusunan laporan hasil Terbentuknya laporan hasil evaluasi Seluruh tenaga Unit Kebidanan 1. Karu dan
evaluasi kegiatan PPI pelaksanaan PPI kesehatan dan non RSUD cibinong Katim Unit
serta penyusunan rencana kesehatan di unit Kebidanan
tindak lanjut pelaksanaan kebidanan RSUD Waktu minggu ke 2 2. Tim PPI Unit
program PPI di unit Cibinong Desember Kebidanan
kebidanan RSUD 3. Mahasiswa
Cibinong Tim Manejerial
keperawatan
8. Presentasi akhir: Tersampaikannya hasil perkembangan Seluruh tenaga Unit Kebidanan Mahasiswa
pelaporan hasil kegiatan program PPI yang dilaksanakan diunit kesehatan dan non RSUD cibinong
proyek inovasi program kebidanan RSUD Cibinong kesehatan di unit
PPI kebidanan RSUD Waktu minggu ke 3
Cibinong Desember 2013

Tim menajerial
keperawatan, tim
PPI dan Ka. SMF
Obsgyn RSUD
Cibinong.

14
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB II
IMPLEMENTASI

Bagian ini menguraikan tentang implementasi dan evaluasi Pelaksanaan program PPI
di ruang nifas unit kebidanan RSUD Cibinong. Program PPI di rumah sakit sebagai
proyek inovasi mahasiswa residensi keperawatan maternitas 2013 dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan. Implementasi penerapan program PPI
dilaksanakan selama 2 minggu kemudian dilanjutkan dengan evaluasi. Hasil evaluasi
pada masing-masing area di unit kebidanan RSUD Cibinong diperoleh melalui
penyebaran kuisioner, observasi, dan wawancara. Pelaksanaan PPI di area
postpartum unit kebidanan RSUD Cibinong sebagai berikut:
2.1.Implementasi Kegiatan Area Postpartum
1. Cuci tangan
a. Tersedia fasilitas untuk cuci tangan, seperti air mengalir, sabun cair, tissue,
tempat sampah yang dilapisi plastik hitam, dan handrub
b. Tersedia prosedur cuci tangan dengan air mengalir (handwashing) dan
handrub
c. Tersedia langkah cuci tangan dalam bentuk gambar
d. Tersedia media 5 praktik melakukan cuci tangan
2. Pemakaian alat pelindung diri (APD)
a. Penyediaan alat pelindung diri, seperti handskun steril dan non steril,
masker
b. Tersedia gambar jenis alat perlindungan diri (APD)
3. Penerapan tehnik septik dan aseptik
a. Pembuatan SOP perawatan luka
b. Pembuatan SOP pencegahan infeksi aliran darah primer (IADP)
c. Pembuatan algoritme perawatan luka
d. Pembuatan indeks visual plebitis (IVP)
e. Mendesain persiapan alat perawatan luka, seperti bak instrumen, pinset,
gunting debridemen, kom, dan kassa dalam pouches.
4. Penerapan dekontaminasi, pencucian, dan sterilisasi alat
a. Penyediaan bak rendam alat terkontaminasi yang terdiri dari klorin dan DTT
b. Pembuatan SOP tentang dekontaminasi, pencucian, dan sterilisasi

15
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
2.2.Evaluasi Kegiatan Area Postpartum
1. Berdasarkan data kuisioner dan lembar observasi
a. Kuisioner tentang tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan Petugas Kesehatan di area postpartum Unit kebidanan
RSUD Cibinong tentang PPI sebagai berikut:

b. Lembar observasi tentang sikap petugas kesehatan dalam melakukan PPI


1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

2. Mencuci Tangan dengan teknik 6 langkah

16
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
3. Penggunaan instrumen dengan teknik single used

4. Melakukan dekontaminasi dengan merendam alat pada larutan desinfektan


hingga terendam semua setelah melakukan perawatan pada pasien

5. Penggunaan sarung tangan pada saat perawatan luka

17
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
6. Penggunaan sarung tangan saat pengambilan sampel darah, pemasangan
infus.

7. Melakukan teknik Septik dan Aseptik dalam perawatan luka

8. Penggunaan set perawatan luka dengan prinsip steril

18
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
9. Menyimpan instrumen yang steril dengan cara dibungkus menggunakan
kain atau kertas

10. Menerapkan SOP saat melakukan tindakan

c. Audit fasilitas kebersihan tangan


Hasil observasi menunjukkan bahwa audit fasilitas kebersihan tangan 100%.
d. Audit kepatuhan cuci tangan
Audit kepatuhan cuci tangan di area postpartum unit kebidanan RSUD
Cibinong sebesar 75,65%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepatuhan cuci
tangan di area postpartum unit kebidanan RSUD Cibinong termasuk kepatuhan
intermediate.
2. Berdasarkan hasil wawancara
Hasil wawancara dengan staf di ruang postpartum unit kebidanan RSUD
Cibinong tentang aspek posistif dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
PPI sebagai berikut:

19
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
 Aspek Positif
a. Ruangan
Ruangan merasa lebih bersih, nyaman, dan kejadian infeksi dapat
diminimalkan sehingga meningkatkan keselamatan dan kualitas
pelayanan kepada pasien.
b. Peralatan
Peralatan untuk melakukan tindakan seperti perawatan luka lebih tertata
rapi dan mudah saat diperlukan. Lebih mudah melakukan perawatan luka
apabila ada prosedur perawatan luka dan alat tersedia dalam pouches. Cuci
tangan lebih mudah dilakukan apabila fasilitas tersedia. Membersihkan
alat bekas pakai lebih mudah karena alat terendam dalam cairan
dekontaminasi. Lebih mudah mengenal tanda plebitis apabila tersedia
media visual. Lebih mudah menggunakan APD apabila tersedia di
ruangan.
c. Aktivitas
Staf merasa lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada
pasien.
 Kendala yang dihadapi
1. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia untuk melakukan PPI terbatas, seperti tissue
disposible untuk lap cuci tangan, masker untuk APD, dan set perawatan
luka.
2. SDM
a. Kurangnya kesadaran dan kemauan untuk melakukan PPI, seperti
mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, merendam alat setelah
perawatan luka.
b. Belum bisa membudidayakan cuci tangan kepada pengunjung
sebelum dan sesudah kontak dengan klien.
3. Kurangnya sosialisasi dan inhouse training tentang PPI untuk petugas
kesehatan dan non kesehatan
 Rekomendasi
PPI merupakan suatu program yang perlu ditindaklanjuti oleh rumah sakit
karena dapat meningkatkan keselamatan pasien dan petugas kesehatan. Selain
itu, program PPI menjadi standar akreditasi nasional maupun internasional

20
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
untuk meningkatkan keselamatan pasien (patient safety). Oleh karena itu,
supaya program PPI dapat terlaksana dengan baik diperlukan rekomendasi
sebagai rencana tindak lanjut (RTL) sebagai berikut:
1. Sosialisasi PPI secara berkala untuk seluruh petugas kesehatan dan non
kesehatan.
2. Pembentukan tim penanggung jawab PPI rumah sakit untuk setiap
ruangan.
3. Pembuatan tugas pokok tim PPI.
4. Audit kepatuhan cuci tangan secara berkala.
5. Pembuatan laporan tentang kegiatan PPI oleh tim penanggung jawab PPI
ruangan secara berkala.
6. Pembuatan dokumentasi tentang kejadian infeksi (ILO dan ILI) setiap
shift.
7. Pembuatan media audio visual tentang PPI untuk petugas kesehatan dan
non kesehatan, pasien, keluarga, dan masyarakat.
2.3.Bagan Laporan Kegiatan Implementasi dan Evaluasi PPI di area
postpartum unit kebidanan RSUD Cibinong (Terlampir)

21
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
DI UNIT KEBIDANAN RSUD CIBINONG
No Nama Kegiatan Sasaran Tempat dan Waktu Penanggung Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Jawab
1. Persiapan Seluruh tenaga Tempat : Unit Kebidanan Mahasiswa
a. Analisa SWOT tentang kesehatan dan RSUD Cibinong
pencegahan dan non kesehatan di
pengendalian infeksi di unit kebidanan
unit kebidanan RSUD RSUD Cibinong
Cibinong Waktu: 9 September
b. Sosialisasi dengan sampai 20 November 2013
Bidang Perawatan,
Komite PPI, Diklat,
SMF Kebidanan
tentang pentingnya
pelaksanaan
pencegahan dan
pengendalian infeksi di
Unit kebidanan RSUD
Cibinong
c. Presentasi hasil Tempat: Aula 2 RSUD Presentasi proposal pelaksanaan
pengkajian terkait Cibinong pencegahan dan pengendalian
program pencegahan Waktu: 20 November infeksi di unit kebidanan RSUD
dan pengendalian 2013 Cibinong, dihadiri oleh Kepala
infeksi di Unit bidang keperawatan, Kepala
Kebidanan diklat, kepala ruangan dan katim
serta staf di Unit kebidanan
RSUD Cibinong
22

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


2. Pelaksanaan: Seluruh tenaga Tempat : Aula 1 RSUD Mahasiswa dan  Diseminasi diberikan kepada
a. Diseminasi program kesehatan dan Cibinong panitia dari tim seluruh tenaga kesehatan dan
pencegahan dan non kesehatan di IPCLN Unit non kesehatan di unit
pengendalian infeksi di unit kebidanan Waktu : 28 November kebidanan kebidanan
Unit kebidanan RSUD Cibinong 2013  Diseminasi diberikan oleh 4
pembicara (3 dari mahasiswa
residen dan 1 dari tim PPI
RSUD Cibinong)
 Diseminasi dihadiri oleh
Kepala bidang Keperawatan
beserta jajarannya, Ketua dan
Tim PPI RSUD Cibinong, Ka
SMF kebidanan dan staf Unit
kebidanan RSUD cibinong
(dihadiri 36 orang)

b. Diskusi bersama Tempat: Aula 2 RSUD  Tersusun mekanisme strategi


pembuatan mekanisme Cibinong sekaligus penanggung Jawab
strategi kerja sekaligus pelaksanaan lebih lanjut
penanggung jawab Waktu : 20 November program PPI di unit kebidanan
pelaksanaan PPI di 2013 RSUD cibinong
Unit kebidanan RSUD
Cibinong
c. Diskusi bersama Tempat: Aula 1 RSUD  Tersusun SOP PPI tentang
pembuatan panduan Cibinong prosedur cuci tangan (hand
(SOP) program PPI washing) dan handrub,
yang belum ada di unit Waktu : 28 November prosedur pencegahan IADP,
kebidanan RSUD 2013 prosedur perawatan luka,
23

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


cibinong prosedur dekontaminasi,
d. Persamaan persepsi pembersihan, dan sterilisasi,
hasil penyusunan SOP serta prosedur pemakaian
dan sosialisasi SOP google
program PPI yang akan
diterapkan di Unit
Kebidanan RSUD
Cibinong
e. Persiapan Fasilitas
penunjang SOP PPI  Tersusun poster cuci tangan
dan pembuatan poster (hand washing) dan handrub, 5
di Unit kebidanan. praktik saat melakukan cuci
tangan, jenis APD, alur
dekontaminasi, pembersihan,
dan sterilisasi, algoritme
perawatan luka, dan indeks
visual plebitis (IVP)

3. Penyusunan laporan hasil Tempat: Unit kebidanan Mahasiswa, Bidan,  Proses pelaksanaan PPI
evaluasi dan tindak lanjut RSUD Cibinong Perawat, KSMF dilakukan melalui kerjasama
PPI di unit kebidanan Obsgin RSUD dengan Kabid keperawatan,
Waktu : Minggu ke 1-2 Cibinong diklat, KSMF Obsgin, tim
desember 2013 penanggung jaab PPI, Karu,
Katim dan staf di unit
kebidanan. Proses pelaksanaan
PPI perlu dilakukan observasi
perubahan perilaku dan
motivasi kepada seluruh staf
24

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


untuk melaksanakan prosedur
sesuai standar PPI
4. Presentasi akhir: Pelaporan Tempat: Aula 2 RSUD Mahasiswa, Bidan,  Terselenggara presentasi hasil
hasil kegiatan di unit Cibinong Perawat, KSMF akhir dan evaluasi pelaksanaan
kebidanan. Obsgin RSUD PPI di unit kebidanan RSUD
Waktu : 20 Desember Cibinong Cibinong. Presentasi dihadiri
2013 oleh Kepala bidang
Keperawatan beserta
jajarannya, Ketua dan Tim PPI
RSUD Cibinong, Ka SMF
kebidanan, Kepala Diklat,
Karu, Katim dan staf Unit
kebidanan RSUD cibinong
(dihadiri 22 orang)
 Disepakati oleh manajemen
RSUD Cibinong untuk
melakukan PPI dan
menindaklanjuti RTL yang
telah disusun

25

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kegiatan program PPI di area postpartum unit kebidanan RSUD Cibinong telah
dilakukan. Setelah pelaksanaan program PPI dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan
melalui kuisioner untuk melihat perubahan pengetahuan tentang PPI. Evaluasi juga
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat perubahan sikap dan
perilaku terkait dengan pelaksanaan PPI setelah dilakukan diseminasi. Observasi
meliputi kegiatan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien, kepatuhan melakukan cuci tangan, ketersediaan fasilitas cuci tangan,
dekontaminasi, sterilisasi, perawatan luka post operasi, dan wawancara dengan
petugas kesehatan di ruang postpartum tentang aspek positif dan kendala yang
dihadapi dalam melakukan program PPI.

3.2. SARAN
Sosialisasi atau inhouse training tentang PPI sebaiknya dilakukan secara berkala dan
menjadi kebijakan rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan petugas kesehatan dan non kesehatan untuk melakukan
PPI dan meningkatkan keselamatan pasien (patient safety). Selain itu, perlu
dilakukan monitoring evaluasi oleh tim PPI rumah sakit secara berkala dan
pembuatan laporan berkala oleh tim PPI ruangan tentang kegiatan PPI .

26

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Andrew Jackson (1998). Consultant Nurse Intravenous Therapy and Care,


Rotherham General Hospitals, NHS Trust

Anwar, Sufyan. (2005). Faktor-Faktor Yang Mempangaruhi Infeksi Nosokomial


Luka Operasi Oleh Para Medis Di UPF Redah RSUD Cut Nyak Dien
Meulaboh. Skripsi FKM Unmuha Banda Aceh. Tidak dipublikasikan.

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol: 2. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2008). Pedoman buku ajar pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit. Jakarta. Depkes RI.

JNPK-KR. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan


Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Kemenkes RI. (2003). Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta. Depkes RI.

Kemenkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: DepKes RI.

Kemenkes RI. (2010). Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit. . Jakarta.
Depkes RI.

Kemenkes RI.(2011). PMKI No.1691/Menkes/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan


Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Notoatmodjo.(2007). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Saifuddin. A.B. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Tietjen, Linda dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Tim PPIRS Cibinong. (2011). Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial Revisi 1


tahun 2011. Pemkab Bogor¸ RSUD Cibinong.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


FOTO KEGIATAN PROYEK INOVASI
DI RUANG NIFAS RSUD CIBINONG
Ruangan Anggrek 1
Pemakaian APD

Sebelum

Sesudah

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Ruangan Anggrek 2

Dekontaminasi Alat

Sebelum

Sesudah

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Ruangan Anggrek 1

Fasilitas Hand Hygiene

Sebelum

Sesudah

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Ruangan Anggrek

Pencegahan ILO dan ILI

Sebelum Sesudah

Sesudah

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Ruangan Nifas
Roadshow Hand Hygiene

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


LAPORAN PROYEK INOVASI

UPAYA PROMOSI KESEHATAN PEREMPUAN UNTUK


MENINGKATKAN KUALITAS PEREMPUAN MELALUI
PEMBENTUKAN KADER KESEHATAN PEREMPUAN
DI RW 06 DAN 08 KELURAHAN JATI PADANG
KECAMATAN PASAR MINGGU
JAKARTA SELATAN

RESIDENSI KEPERAWATAN MATERNITAS


Supervisor Utama : Dra. Setyowati., S.Kp., M.App.Sc., Ph.D
Supervisor : Ns. Tri Budiati., S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. Mat.

Oleh
Rita Dewi Sunarno
NPM 1106122770

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN MATERNITAS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi merupakan bagian yang penting dari kesehatan perempuan karena
mencakup aspek kehidupan sejak lahir hingga kematian. Kesehatan reproduksi perempuan
juga termasuk dalam target pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) adalah
tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Tujuan MDG’s
ada delapan, salah satunya adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV
dan AIDS, malaria dan penyakit lainnya. Tujuan MDGs dalam meningkatkan kesehatan ibu
adalah dengan menurunkan angka kematian ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya antara 1990
dan 2015 serta mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk perempuan
pada tahun 2015 (United Nations, 2006).

Kesehatan reproduksi juga mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya materi
MDG’s dalam Konferensi Internasional yang diikuti 180 negara tentang Kependidikan dan
Pembangunan (International Conference on Population and Development, ICPD), di Kairo,
Mesir. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan pradigma
dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian
populasi dan penurunan fertilitas atau keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus
pada kesehatan reproduksi. Fokus kesehatan reproduksi yang ditekankan adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya bebas dari penyakit dan
kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi serta prosesnya.
Perubahan paradigma ini menempatkan manusia menjadi subyek, berbeda dari sebelumnya
yang menempatkan manusia sebagai obyek (Depkes RI, 2008).

Hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual, keganasan, gangguan organ
reproduksi merupakan isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Pemenuhan hak
reproduksi perempuan masih rendah, hal ini ditandai dengan masih tingginya AKI dan angka
kematian bayi (AKB). Indonesia merupakan negara dengan AKI yang tergolong tinggi di
Asia Tenggara. Hasil menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2012 menyebutkan bahwa sepanjang periode 2007-2012 kasus kematian ibu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012, AKI mencapai 359 per 100 ribu penduduk atau meningkat

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


sekitar 57 persen bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yang hanya sebesar 228
per 100 ribu kelahiran hidup dari total persalinan (Depkes RI, 2012).

Penyebab masih tingginya AKI karena kurangnya kesadaran dan motivasi ibu untuk
melakukan pemeriksaan di tempat pelayanan kesehatan. Faktor lain yang mempengaruhi
rendahnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan reproduksi perempuan adalah pengaruh
masih banyaknya penduduk dengan tingkat pendidikan yang rendah, adanya diskriminasi
terhadap kaum perempuan sehingga masih banyak perempuan yang mengalami masalah
kesehatan reproduksinya (Amnesty International, 2010).

Kematian ibu dan bayi pada umumnya terjadi akibat komplikasi persalinan. WHO (2012)
melaporkan bahwa penyebab langsung kematian ibu pada tahun 2010 antara lain perdarahan
(25%), infeksi/sepsis (15%), eklampsi (12%), aborsi (13%), partus lama/macet (8%), dan
lain-lain (8%) sedangkan 20-15% penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain
HIV/AIDS, hepatitis, diabetes, malaria, dan anemia. Penyebab AKB pada tahun 2010 antara
lain HIV/AIDS (2%), diare (10%), campak (1%), malaria (7%), pneumonia (18%), prematur
(17%), asfiksia (10%), anomali kongenital (7%), penyakit lain (16%), dan injuri (5%).

Newman (2008) menjelaskan bahwa perdarahan postpartum dapat diatasi dengan kegiatan
menyusui. Perempuan yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan menyusui secara
terus menerus dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum (Thompson et al. 2010). Hal
tersebut terjadi karena menyusui membantu rahim berkontraksi sehingga mengurangi
perdarahan.

Data Riskesdas (2013) menunjukkan cakupan ASI di Indonesia hanya 42%. Angka ini berada
di bawah target WHO yang mewajibkan cakupan ASI hingga 50%. Cakupan ASI meningkat
signifikan apabila Ibu mendapat informasi menyusui secara tepat. Selain itu, Ibu menyusui
juga perlu mendapat dukungan.

Laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu (2012) melaporkan bahwa target
pemberian ASI eksklusif tahun 2012 adalah 80% tetapi pencapaian 9,9%. Laporan tahunan
Puskesmas Pasar Minggu 02 (2012) menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif 19,6%.
Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian ASI eksklusif masih jauh dari target yang diinginkan
karena kurangnya motivasi Ibu untuk menyusui.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Isu kesehatan reproduksi perempuan adalah pemenuhan hak reproduksi, kesehatan seksual,
gangguan organ reproduksi, keganasan, HIV/AIDS, kekerasan dalam rumah tangga dan
perluasan pelayanan kesehatan ke lapisan masyarakat. Masalah keganasan organ reproduksi
yang paling banyak pada perempuan adalah kanker serviks. Kejadian kanker serviks masih
tetap tinggi bila dibandingkan dengan kanker ovarium dan kanker payudara yang diderita
perempuan di seluruh dunia, Asia, Amerika Serikat dan khususnya Indonesia (Riley, Dobson,
Elizabeth & Kirst, 2013; Singh, Azuine & Siahpush, 2012; McDonald, Hertz & Lowenthal,
2007 ;WHO, 2008; Tjindarbumi and Mangunkusumo, 2002; Parkin et al, 2005). Sedangkan
di Indonesia kejadian kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien yang dirawat
inap diseluruh rumah sakit di Indonesia yakni sebesar 16,85% atau 26 per 100.000
perempuan (Depkes RI, 2006). Masalah gangguan organ reproduksi perempuan lainnya
adalaha mioma uteri. Penelitian di Amerika Serikat menunjukan angka kejadian mioma uteri
2-3 lebih tinggi pada perempuan kulit hitam dibandingkan kulit putih. Mioma uteri
merupakan tumor paling umum pada traktus genetalis dan terjadi pada kira-kira 5% pada
perempuan selama masa reproduksi (Rahmi, 2012 ).

Permasalahan perempuan lainnya yang juga banyak adalah masalah keputihan, infertil dan
menopause. Keputihan bukan suatu penyakit tetapi gejala dari beberapa penyakit dari organ
seksual perempuan (vagina, serviks, uterus, tuba dan ovarium). Selain itu infertilitas dengan
berbagai sebab juga menjadi perhatian perempuan. Kebanyakan masyarakat menganggap
masalah infertilitas merupakan salah satu masalah pada pihak istri. Sementara ketidaksuburan
itu sendiri merupakan masalah yang sangat kompleks, karena bukan hanya faktor istri,
bahkan 40% infertilitas berasal dari pihak suami (pria) (UNFPA,2005).

Disisi lain, sebagian besar perempuan Indonesia yang memasuki masa menopause, tidak
mengetahui dengan benar dampak yang bisa timbul dengan datangnya menopause.
Ketidaktahuan itu didasari pada pandangan bahwa menopause merupakan suatu gejala yang
alami. Gangguan fisik ini terjadi hampir 85% pada perempuan dengan menopause
(Goodman, 2011). Selain fisik, menopause juga berdampak pada psikis, karena kebanyakan
perempuan mengganggap menopause merupakan gerbang selamat datang lanjut usia,
berkurangnya daya tarik fisik atau seksual, bahkan ada anggapan bahwa perempuan usia
lanjut adalah anggota keluarga yang sudah tidak produktif dan hanya akan menjadi beban
dalam hidup. Hal merasa tidak disayangi, mudah tersinggung dan marah (Soewondo, 2006).

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Komisi Kesehatan Reproduksi telah mengupayakan koordinasi antar sektor, namun upaya ini
belum menghasilkan penanganan kesehatan reproduksi yang terpadu dan efisien. Sehubungan
dengan hal tersebut telah dibuat Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi
sebagai acuan pelaksanaan bagi seluruh pihak terkait, di pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Kebijakan tersebut dikerjakan harusnya melibatkan peranan kader sebagai lini paling bawah
pelayanan kesehatan sangat besar dalam mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi
perempuan dimasyakat pada tingkat kelurahan (Komisi Kesehatan Reproduksi, 2005).

Mencermati besarnya dampak yang ditimbulkan oleh berbagai masalah kesehatan perempuan
dimasyarakat yang didasari hasil analisis terhadap pengkajian yang telah dilakukan, maka
mahasiswa residen keperawatan maternitas perlu mengambil langkah nyata dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan perempuan dengan permasalahan kesehatan reproduksi secara
berkelanjutan. Residen bekerjasama dengan masyarakat melalui peran serta kader dan tokoh
masyarakat berupaya melaksanakan program kesehatan reproduksi perempuan. Kegiatan ini
diharapkan dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan kaum perempuan di Kelurahan
Jati Padang Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan.

1.2 Tujuan Kegiatan


a. Tujuan Umum:
Meningkatkan kesejahteraan perempuan di Kelurahan Jati Padang Kecamatan Pasar
Minggu, melalui pembentukan kader kesehatan perempuan dan pemberian pelatihan
tentang kesehatan reproduksi perempuan
b. Tujuan Khusus:
1. Terbentuknya kader kesehatan perempuan yang memiliki kemampuan
meningkatkan kesejahteraan perempuan di Kelurahan Jati Padang
2. Diperolehnya peningkatan kemampuan dalam menyampaikan penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi perempuan oleh kader kesehatan perempuan di
Kelurahan Jati Padang
3. Diperolehnya peningkatan kemampuan kader terlatih dalam mengoptimalkan
fungsi media pembelajaran dalam memberikan penyuluhan dan pendampingan
pada perempuan dengan masalah kesehatan reproduksi di Kelurahan Jati Padang

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


BAB II
PENGKAJIAN KESEHATAN PEREMPUAN DI MASYARAKAT
(PRECEDE PROCEED, GREEN, 1974)

Mahasiswa residensi maternitas melakukan pengkajian kesehatan perampuan di kelurahan


Jati Padang mulai tanggal 27 janiari hingga tanggal 18 februari 2014 dengan melakukan
berbagai metode pengambilan data melalui wawancara, FGD dan menggunakan data
sekunder dari kelurahan Jati Padang, puskesmas kelurahan Pasar Minggu 2 dan puskesmas
kecamatan Pasar Minggu. Beberapa hasil pengkajian yang didapatkan dijabarkan sebagai
berikut:

2.1. Fase 1 (Sosial Diagnosis)


Pengkajian sosial Kelurahan Jati Padang merupakan bagian dari Kecamatan Pasar Minggu,
dengan luas wilayah 249,77 ha. Batas wilayah Kelurahan Jati Padang sebelah utara: Jl.
Pejaten Raya, kel. Pejaten Barat, sebelah selatan: Jl. TB Simatupang, Kelurahan Kebagusan,
sebelah timur: Jl. Salihara, Kel. Pasar Minggu, sebelah barat: Jln. Margasatwa/ Jl. Warung
Jati Kel. Ragunan. Kelurahan Jati Padang terdiri dari 10 RW dan sejumlah 101 RT
(Laporan tahunan Puskesmas Kec. Pasar Minggu, 2012).

Status demografi berdasarkan jumlah penduduk kelurahan Jati Padang pada tahun 2011
sejumlah 33.621 jiwa yang terdiri dari 5.582 KK. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 17.958
sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 15.786 jiwa (Laporan Tahunan Puskesmas
Pasar Minggu 02, 2012). Distribusi sebaran jumlah penduduk kelurahan Jati Padang dapat
dilihat pada tabel 1.1.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Tabel 1.1. Sebaran jumlah penduduk di Kelurahan Jati Padang Kecamatan
Pasar Minggu tahun 2011 (n=33.621)

No Rw Jumlah Jumlah Jumlah Jiwa Jumlah


. RT KK L P Jiwa
1. ‘01 10 586 1126 1123 2249
2. ‘02 14 650 2556 2397 4953
3. ‘03 9 539 1764 1343 3075
4. ‘04 8 524 1666 1590 3225
5. ‘05 12 599 1857 1625 3458
6. ‘06 15 640 1966 1889 3824
7. ‘07 9 530 1733 1536 3269
8 ‘08 6 531 1705 1215 2920
9 ‘09 9 478 1734 1533 3267
10 ‘010 9 505 1851 1535 3381
Total 101 5582 17958 15786 33.621
(Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas. Kel. Pasar Minggu 02 tahun 2012).

Jumlah penduduk menurut sebaran umur dibagi dalam kategori balita, anak, remaja, pasangan
usia subur, wanita usia subur serta lansia. Dari data yang terdapat dalam tabel 1.2 diketahui
jumlah wanita usia subur di kelurahan Jati Padang sebanyak 7.154 jiwa, lansia sebanyak
2.631 jiwa. Jumlah wanita usia subur paling banyak pada usia antara 20 tahun sampai 24
tahun. Sedangkan pada kategori lansia, jumlah lansia dengan usia antara 60 tahun sampai 64
tahun sebanyak 1.269 jiwa. Populasi penduduk menurut usia di Kelurahan Jati Padang
dijelaskan pada tabel 1.2.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Tabel 1.2. Populasi penduduk menurut usia di Kelurahan Jati Padang
Kecamatan Pasar Minggu tahun 2011

No. Umur/Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Keterangan


0 1hr – 1 th bayi
1. 1-4 1464 1277 2741 balita
2. 5-9 1412 1325 2737 anak2
3. 10 -14 1340 1113 2453 remaja
4. 15 -19 1532 1343 2875 remaja
5. 20 - 24 1538 1283 2821 Wus / pus
6. 25 - 29 1460 1191 2651 Wus / pus
7. 30 - 34 1340 1183 2523 Wus / pus
8. 35 - 39 1423 1143 2492 Wus / pus
9. 40 - 44 1349 1214 2637 Wus / pus
10. 45 - 49 1423 1140 2442 Wus/ pus
11. 50 - 54 1302 932 2098 Pra Lansia
12. 55 - 59 1166 681 1505 Lansia
13. 60 - 64 824 657 1269 Lansia
14. 65 - 69 612 536 1103 Lansia
15. 70 - 74 467 405 872 Lansia
16. >75 362 352 714 lansia
Total 18. 156 15.776 33.932
(Sumber: Laporan tahunan Puskesmas Kel. Pasar Minggu 02, 2012).

Keadaan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Jati Padang menurut laporan tahunan
Puskesmas Kec. Pasar Minggu tahun 2012, yang bekerja di bagian pemerintahan, yaitu 3,75
%, pedagang 1,96 %, bidang jasa 1,06%, industri 0,66%, bangunan 0,53%, transportasi
0,97% dan lembaga keuangan 0,1%. Fasilitas kesehatan di kelurahan Jati Padang mempunyai
satu Rumah Sakit, enam BPS, 14 praktek dokter, serta 22 posyandu, kader 201 orang dan
dalam waktu dekat akan dibuka puskesmas Jati Padang. Adapun rincian posyandu pada
masing-masing RW dapat dilihat pada tabel 1.3.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Tabel 1.3. Fasilitas kesehatan di Kelurahan Jati Padang Kecamatan
Pasar Minggu tahun 2011
Posyandu Posyandu Jumlah
RW Jumlah RT
balita lansia Kader
01 10 2 1 25
02 14 3 1 24
03 09 2 1 13
04 08 4 1 25
05 12 5 1 31
06 15 6 1 42
07 09 1 1 5
08 06 3 1 21
09 09 2 1 13
10 09 2 1 12
Total 30 9 211
(Sumber: hasil wawancara dengan tokoh masyarakat tahun 2014)

Hasil observasi terhadap kondisi lingkungan di kelurahan Jati Padang menunjukkan bahwa
mayoritas kondisi rumah penduduk semi permanen dan permanen. Fasilitas tempat umum
yang ada meliputi tempat ibadah, salon, rumah makan dan tempat pembuangan sampah.
Kelurahan Jati Padang memiliki daerah rawan banjir diantaranya di RW 06, RW 05, RW 02,
RW 10. Selain itu, berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu 2 tahun
2012, di kelurahan ini masih terdapat daerah kumuh miskin yang tersebar pada masing-
masing RW.

Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan diatas, yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi antara lain diketahuinya jumlah wanita usia subur di kelurahan Jati Padang
sebanyak sebanyak 7.154 jiwa dengan kondisi geografis dekat dengan sungai yang rawan
banjir, ditambah lagi belum adanya petugas kesehatan yang secara khusus menangani
masalah kesehatan perempuan. Kader yang ada di masyarakat masih berfokus pada pelayanan
posyandu balita dan lansia, dengan jumlah kader sebanyak 211 orang. Dalam hal ini terlihat
rasio antara jumlah kader dan WUS sangat jauh sekali sehingga menimbulkan resiko tidak
terdeteksinya masalah kesehatan perempuan khususnya pada usia subur. Sehingga diagnosa
keperawatan yang muncul adalah: resiko tinggi munculnya masalah kesehatan perempuan
berhubungan dengan ketidakmampuan masyarakat mengenal masalah kesehatan reproduksi
pada kelompok usia subur.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


2.2. Fase 2 (Epidemiology Diagnosis)
Hasil pengkajian epidemiologi terkait masalah kesehatan perempuan berdasarkan laporan
tahunan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012 tentang kasus-kasus infeksi
menular seksual (IMS) terbanyak adalah servisitis, kandidiasis, uretritis non GO, sifilis.
Adapun kelompok resiko klinis IMS adalah pasangan risiko tinggi, pelanggan pekerja
seksual, dan waria. Selain itu, ditemukan juga kasus KDRT. Adapun kasus baru KDRT
sebanyak satu kasus dan kasus berulang sebanyak sembilan kasus. Tindak kekerasan berupa
kekerasan fisik, psikis dan pelecehan seksual, dengan pelaku terbanyak adalah laki-laki yang
berstatus sebagai suami. Sedangkan data kesehatan perempuan pada massa usia subur dari
didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1.4. Distribusi perempuan masa usia subur di Kelurahan Jati Padang Kecamatan Pasar
Minggu Tahun 2012 ( n= 3097)

No Kategori Jumlah (jiwa)


1. Ibu hamil normal 811
2. ibu hamil resti 131
3. Ibu melahirkan 352
4. Ibu nifas 236
5. Ibu menyusui
ASI Eksklusif 121
PASI 497
(Sumber: Laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu 2, 2012)

Berdasarkan hasil data tentang kesehatan perempuan masa usia subur di Kelurahan Jati
Padang Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012 dengan jumlah kunjungan ibu datang ke
puskesmas sebesar 3.097 orang, jumlah tertinggi adalah kunjungan ibu hamil, ibu menyusui.
Hal ini dapat dilihat dari data capaian asi eksklusif hanya 9,9% dari 80% yang menjadi
target sasaran, terbukti dengan jumlah ibu yang memberikan PASI sebesar 497 dari 618 bayi
(Laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu 2, 2012). Hasil observasi di lapangan
selama praktek di Kelurahan Jati Padang didapatkan data bahwa masih ada ibu yang
mengeluhkan adanya pembengkakan payudara setelah melahirkan dan kesulitan dalam
menyusui ASI karena puting yang datar. Sehingga hasil ini belum mencapai target sasaran
dari program pemerintah yaitu sayang ibu dan bayi.

Masalah lain yang ditemukan pada perempuan mengenai masalah pada kesehatan reproduksi
berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) yang dilakukan dengan kader pada masing-

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


masing RW antara lain: menopause, keputihan, infertil, mioma uteri dan kanker payudara.
Peserta FGD pun membutuhkan pelatihan tentang teknik memberikan penyuluhan khususnya
tentang kesehatan reproduksi.

Hasil wawancara dengan beberapa kader, mereka menyatakan pernah mendapatkan


sosialisasi tentang masalah perempuan yaitu kanker serviks namun masalah yang lain belum
pernah. Data-data mengenai kesehatan reproduksi hanya diperoleh melalui FGD, karena
pada masing-masing RW belum memiliki dokumentasi data tentang masalah kesehatan
repsoduksi perempuan. Distribusi masalah kesehatan reproduksi perempuan di Kelurahan
jati Padang dapat dilihat pada tabel 1.5.
Tabel 1.5. Distribusi masalah kesehatan reproduksi perempuan
di Kelurahan Jati Padang tahun 2014 (n=573)

No Kasus Jumlah (jiwa)


1. Menopause 386
2. Keputihan 101
3. Infertil 26
4. Mioma Uteri 16
5. Kanker Payudara 13
6. Masalah KB 12
7. Gangguan Menstruasi 6
8. Kanker Serviks 4
9 Kista 4
10. Kanker Ovarium 1
11. Kehamilan Ektopik 1
12. Histerektomi 1
13. Kista Bartolin 1
14. Servisitis 1
(Sumber : Hasil FGD dengan kader di kelurahan Jati Padang, 2014)

Dari hasil pengkajian disimpulkan diagnosa masalah kesehatan perempuan sebagai berikut
resiko tinggi munculnya masalah kesehatan perempuan berhubungan dengan
ketidakmampuan masyarakat mengenal masalah kesehatan reproduksi perempuan pada kasus
asi eksklusif, menopause, keputihan, infertil, mioma uteri dan kanker payudara

2.3. Fase 3 (behavioral and enviromental)


Pengkajian ini berfokus untuk mengidentifikasi praktik kesehatan dan faktor lainnya yang
berhubungan dengan masalah kesehatan perempuan yang didefinisikan pada fase 2, meliputi
penyebab non perilaku (faktor personal dan lingkungan) yang mempengaruhi masalah

10

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


kesehatan perempuan, tetapi tidak dikendalikan oleh perilaku (predisposisi: genetik, usia,
jenis kelamin, iklim dan tempat kerja, serta keadekuatan fasilitas kesehatan). Selain itu, dikaji
juga perilaku yang menyebabkan masalah kesehatan dalam populasi target. Hasil pengkajian
melalui observasi dan FGD diperoleh data sebagai berikut:
2.3.1. Perilaku berisiko
 Kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal pola hidup bersih dan sehat seperti:
masih ada perempuan yang kurang menjaga personal hygiene khususnya area
genitalia
 Pola makan yang beresiko seperti: masih ada warga yang mengkonsumsi gorengan
dengan frekuensi sering dan menggunakan penyedap rasa pada setiap masakan
 Gaya hidup beresiko yaitu masih ditemukan warga yang merokok di tempat umum
seperti fasilitas kesehatan yang secara otomatis mempengaruhi orang yang berada
di sekitarnya (perokok pasif).
 Permasalahan KB seperti: pemakaian kontrasepsi hormonal yaitu suntik dan pil
yang lebih dari lima tahun, selain itu pengguna IUD kurang memperhatikan waktu
untuk kontrol pelepasan IUD
 Adanya perasaan tabu, malu dan takut untuk menceritakan pengalaman terkait
permasalahan kesehatan perempuan
 Berdasarkan FGD, terdapat satu kelurahan yang ibu-ibu hamilnya masih
melakukan proses kelahiran ditolong oleh paraji.
2.3.2. Perilaku pencegahan
 Sudah terlaksananya kegiatan olahraga yang terjadwal setiap minggunya pada
beberapa RW.
 Pola hidup bersih dan sehat: Beberapa warga mengatakan melakukan cebok dari
depan ke belakang, sering ganti celana dalam

2.3.3. Faktor Lingkungan


Hasil observasi menunjukan bahwa beberapa RW berada disekitar aliran sungai yang
beresiko terkena banjir, memiliki sanitasi yang kurang baik, ventilasi dan
pencahayaan kurang, jaraknya berhimpitan dan terkesan kumuh karena terdapat
tumpukan sampah.

11

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Berdasarkan hasil pengkajian diatas, terlihat bahwa masih ada warga di Kelurahan Jati
Padang yang mengkonsumsi makanan yang kurang sehat yang berdampak pada munculnya
penyakit. Beberapa makanan misalnya gorengan, memasak dengan menggunakan penyedap
rasa, vetsin dll, adalah penyebab munculnya penyakit kesehatan reproduksi perempuan
seperti kanker payudara, kanker serviks dan mioma uteri. Selain itu, perilaku merokok dan
perokok yang pasif membawa dampak yang bermacam-macam bagi alat reproduksi wanita.
Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks. Selain perilaku merokok,
faktor lain yang terkait masalah kesehatan yang beresiko adalah sebagian masyarakat masih
belum memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat.

Berdasarkan data-data diatas, maka dapat disimpulkan diagnosa keperawatan sebagai berikut
ketidakmampuan masyarakat mengenal resiko munculnya masalah kesehatan perempuan
yaitu: resiko tinggi munculnya masalah kesehatan perempuan berhubungan dengan
ketidakmampuan masyarakat mengenal perilaku dan lingkungan yang beresiko menimbulkan
masalah kesehatan.

2.4. Fase 4 (educational and ecologichal asessment)


Hasil pengkajian tentang educational & ecological di Kelurahan Jati Padang mayoritas
penduduk di RW satu sampai 10 sudah mendapatkan pendidikan formal, mulai dari SD, SMP
dan SMA. Pengkajian ini berfokus mengkaji penyebab perilaku kesehatan yang diidentifikasi
pada fase tiga yaitu faktor predisposisi, enabling, dan reinforcing:
Predisposing factors merupakan karakteristik populasi yang mendukung perilaku kesehatan
perempuan. Hasil pengkajian diperoleh data:
 Sejumlah 76 dari 102 partisipan mengatakan belum tahu tentang kesehatan perempuan
 Sejumlah 80 dari 102 kader mengatakan kurang percaya diri dalam memberi penyuluhan
 Sejumlah 75 dari 102 partisipan mengatakan bahwa kesadaran masyarakat untuk
melakukan pemeriksaan terkait kesehatan perempuan, seperti papsmear, SADARI masih
kurang
 Sejumlah 50 dari 102 partisipan mengatakan bahwa berbicara tentang kesehatan
perempuan masih dianggap tabu
 Semua partisipan mengatakan belum pernah dilakukan pelatihan kader kesehatan
reproduksi
 Tingkat pendidikan kader di Kelurahan Jati Padang yaitu SD, SMP, SMA, S1

12

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


 Tingkat pendidikan warga di Kelurahan Jati Padang yaitu: SD sebanyak 2.435 orang,
SMP sebanyak 2.358 orang, SMA sebanyak 2758 orang, Akademi sebanyak 768 orang,
S1 sebanyak 432 orang, S2 sejumlah 234 orang, dan S3 sejumlah 153 orang (Profil
Kelurahan, 2013).
 Rata-rata penduduk beragama Islam dengan dengan aktivitas keagamaan yang rutin
dilakukan yaitu pengajian di tiap RW

Reinforcing factors yaitu penghargaan atau hukuman yang mengikuti atau mengantisipasi
sebagai konsekuensi dari perilaku. Hal tersebut diperlukan untuk memperkuat motivasi
perilaku yang berasal dari keluarga, kelompok, dan pengajar. Faktor ini membantu dalam
pengulangan atau keberlangsungan suatu perilaku. Hasil pengkajian diperoleh data:
 Sudah ada kader di masing – masing RW yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
setempat
 Beberapa kader pernah mendapat penyuluhan tentang kanker serviks, HIV
 Beberapa RW pernah dilakukan papsmear, SADARI
 Pemerintah setempat memberikan perhatian terhadap kesehatan reproduksi perempuan
 Puskesmas mendukung dilaksanakannya kegiatan terkait kesehatan reproduksi
perempuan
 Terdapat koordinasi dan kerjasama yang baik antara kader, masyarakat dan pengurus
RW, dengan petugas kesehatan di Puskesmas Kelurahan Jati Padang.
 Adanya dukungan dari Kepala Kelurahan dan Ketua Tim penggerak PKK di Kelurahan
Jati Padang
 Memiliki kader yang proaktif dan memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan
dan pengetahuannya.
 Sebagian besar kader mengatakan perlu dilakukan pelatihan kader tentang kesehatan
perempuan
 Keterampilan yang dimiliki petugas kesehatan seperti dokter, perawat, bidan tentang
kesehatan perempuan sudah optimal.

Enabling factors merupakan karakteristik lingkungan yang memfasilitasi tindakan dan


keterampilan atau sumber yang dibutuhkan untuk mencapai perilaku tertentu. Hasil
pengkajian diperoleh data:

13

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


 Tersedia sumber-sumber kesehatan terkait kesehatan perempuan, seperti klinik KDRT,
klinik kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.
 Beberapa kader mengatakan penyuluhan terkait kesehatan perempuan masih jarang
dilakukan
 Berdasarkan hasil FGD didapatkan kebutuhan akan pembekalan pengetahuan lebih lanjut
tentang keputihan¸ mioma uteri, infertilitas¸ kanker payudara, asi eksklusif, menopause
dan bagaimana melakukan penyuluhan.
 Fasilitas kesehatan di Kelurahan Jati Padang, meliputi RB ada dua; puskesmas ada satu;
posyandu ada 30; dokter praktik swasta ada enam; bidan praktik swasta ada empat; klinik
24 jam ada satu.
 Pelayanan posyandu rutin dilakukan di masing-masing RW
 Sebagian besar kader mengatakan bahwa tanggapan warga kurang antusias saat kader
memberikan penyuluhan sehingga memberikan dampak terhadap kepercayaan diri kader
sehingga pengetahuan yang kader miliki hanya untuk diri sendiri dan mereka akan
memberikan informasi jika warga bertanya.

Determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan perempuan di masyarakat dapat


dilihat dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), seperti pengetahuan,
sikap, persepsi, kepercayaan, norma atau nilai yang diyakini masyarakat terhadap kesehatan
perempuan. Faktor pemungkin (enabling factor) yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi
perilaku seseorang seperti ketersediaan pelayanan kesehatan perempuan dimasyarakat. Faktor
penguat (reinforcing factor) seperti perilaku masyarakat, petugas kesehatan yang
mempengarui perilaku perempuan terhadap kesehatan perempuan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat dan kader
Kelurahan Jati Padang adalah SMA. Pendidikan bertujuan untuk melengkapi sasaran promosi
kesehatan dengan seperangkat pengetahuan, informasi, dan keterampilan yang diperlukan
agar dapat menentukan perilaku yang tepat untuk meningkatkan kesehatannya. Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.

Pengetahuan merupakan faktor penting untuk memasukkan program pendidikan kesehatan


yang akan dilakukan pada tahap perencanaan intervensi keperawatan maternitas. Pengetahuan
yang baik diperlukan untuk perubahan perilaku perempuan dalam upaya meningkatkan

14

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


kesehatan perempuan. Selain itu, kaum perempuan merupakan bagian dari potensi sumber
daya manusia yang perannya sangat diharapkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit kesehatan
masyarakat diantaranya adalah pendidikan. Blum (1974) menyatakan bahwa derajat
kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
serta genetik. Pengetahuan kesehatan akan meningkatkan sikap terhadap kesehatan, dan
selanjutnya berakibat terhadap perubahan praktik hidup sehat. Terjadinya perubahan perilaku
tergantung pada jumlah dan mutu informasi yang diterima dan besarnya kebutuhan untuk
berperilaku.

Jumlah berkiatan dengan seberapa banyak informasi kesehatan perempuan diberikan,


sedangkan mutu berkaitan dengan seberapa efektif informasi dapat mengubah perilaku.
Adapun kebutuhan untuk berperilaku berhubungan dengan seberapa besar suatu masalah
kesehatan dapat dipersepsikan. Peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap serta perilaku
hidup sehat juga dipengaruhi oleh dukungan sosial. Sumber dukungan sosial seperti
keluarga, masyarakat, petugas kesehatan, dan sektor terkait.

Faktor lain yaitu ketersediaan fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau secara ekonomi
maupun sosial budaya dan kualitas pelayanan kesehatan. Keterampilan kader maupun
petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan juga berpengaruh terhadap
perilaku perempuan dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan perempuan, seperti
deteksi dini kanker serviks, perilaku hidup bersih sehat. Berdasarkan paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul adalah: kurangnya kesadaran
masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan perempuan berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengenal dan mengambil keputusan tentang masalah
kesehatan perempuan, dan ketidakmampuan masyarakat dalam meningkatkan perannya
dalam melakukan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan
rehabilitatif.

2.5. Fase 5 (administrave and policy diagnosis)


Kebijakan-kebijakan pemerintah terkait kesehatan perempuan yang dilakukan di puskesmas
kecamatan pasar minggu dan kelurahan pasar minggu 2 sebagai berikut:

15

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


 Terdapat program tentang pelayanan kesehatan ibu anak (KIA), KB, lansia (Posbindu),
posyandu balita dan ibu hamil
 Terdapat program penyuluhan kesehatan masyarakat tentang PSN, HIV AIDS

Hasil FGD dengan kader diperoleh hasil bahwa penyuluhan tentang kesehatan repsoduksi
perempuan sudah pernah dilakukan dari pihak Puskesmas antara lain tentang kanker serviks
dan kanker payudara. Namun untuk kesehatan reproduksi perempuan lainnya belum pernah
dilakukan. Hal ini terjadi karena belum adanya aturan khusus masalah kesehatan reproduksi
di tingkat kelurahan.

Hasil pengkajian masalah kesehatan perempuan dengan menggunakan model Precede


Proceed, Green di Kelurahan Jati Padang muncul beberapa masalah keperawatan yaitu:
a. resiko tinggi munculnya masalah kesehatan perempuan berhubungan dengan
ketidakmampuan masyarakat mengenal masalah kesehatan reproduksi pada kelompok
usia subur.
b. resiko tinggi munculnya masalah kesehatan perempuan berhubungan dengan
ketidakmampuan masyarakat mengenal masalah kesehatan reproduksi perempuan pada
kasus asi eksklusif, menopause, keputihan, infertil, mioma uteri dan kanker payudara
c. resiko tinggi munculnya masalah kesehatan perempuan berhubungan dengan
ketidakmampuan masyarakat mengenal perilaku dan lingkungan yang beresiko
menimbulkan masalah kesehatan.
d. kurangnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
perempuan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengenal dan mengambil
keputusan tentang masalah kesehatan perempuan
e. ketidakmampuan masyarakat dalam meningkatkan perannya dalam melakukan upaya
promotif dan preventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif.
f. belum adanya aturan khusus masalah kesehatan reproduksi di tingkat kelurahan.

Berdasarkan diagnose-diagnosa keperawatan yang muncul di Kelurahan Jati Padang, dapat


diketahui bahwa masalah keperawatan yang sering muncul adalah resiko tinggi munculnya
masalah kesehatan perempuan. Masalah tersebut dapat terjadi oleh berbagai macam sebab
seperti ketidakmampuan masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan perempuan, adanya
perilaku beresiko terjadinya masalah kesehatan perempuan, kurangnya informasi serta belum

16

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


adanya aturan khusus masalah kesehatan perempuan di tingkat kelurahan dan Puskesmas.
Salah satu intervensi yang ditawarkan untuk mulai merubah keadaan tersebut adalah dengan
peningkatan pengetahuan. Melalui kegiatan yang akan diadakan oleh mahasiswa residensi
program ners spesialis keperawatan maternitas FIK UI 2014 yaitu pemberian pengetahuan
dan pembekalan bagi para kader mengenai kesehatan reproduksi perempuan mampu
meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi perempuan

17

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Presentasi Hasil Pengkajian Kesehatan Reproduksi Perempuan


Presentasi hasil pengkajian kesehatan reproduksi perempuan dilaksanakan pada tanggal 19
februari 2014 yang bertempat di Aula lantai 3 kelurahan jati padang.acara tersebut dibuka
oleh bapak Giyanto, SE selaku lurah Jati Padang. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 34
peserta yang dihadiri oleh Bapak Lurah Jati Padang beserta staf dan ibu ketua RW 1 sampai
dengan RW 10, beserta kader dari masing-masing RW. Pada acara tersebut, residen
memaparkan hasil pengkajian masalah kesehatan reproduksi perempuan di wilayah kelurahan
Jati Padang. Tidak lupa pula residen menyelipkan sedikit kegiatan yang berupa refreshing
dan pemberian doorprize yang bertujuan untuk meningkatkan semangat ibu-ibu kader di
kelurahan Jati Padang.

3.2. Pelatihan Kader Kesehatan Reproduksi Perempuan


Pelatihan kader kesehatan reproduksi perempuan dilaksanakan pada tanggal 26 februari 2014
yang bertempat di Aula lantai 3 kelurahan Jati Padang. Jumlah peserta kader yang hadir pada
acara tersebut sebanyak 34 peserta yang melebihi target dari 30 orang yang diundang. Selain
itu acara tersebut dihadiri oleh bapak wakil lurah Jati Padang beserta staf dan ibu ketua Rw
01 sampai dengan RW 10 beserta kader dari masing-masing RW.

Materi pelatihan yang diberikan terkait permasalahan yang muncul di masing-masing RW.
Adapun pemateri adalah residen dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Daftar Pemateri dan Materi Pelatihan KKR


Di Kelurahan Jati Padang 2014
No Pemateri Materi
1 Jum Natosba Keputihan, Menopause
2 Aryanti Wardiyah Mioma uteri
3 Henny Dwi Susanti Deteksi dini kanker payudara
4 Suryani Hartati Infertil
5 Rita Dewi Sunarno ASI eksklusif, Konseling dan cara
komunikasi di masyarakat
(Sumber: Pelatihan KKR Jati Padang tahun 2014)
Sebelum materi disampaikan oleh residen, residen memberikan pretest terhadap ibu-ibu kader
untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu-ibu terkait masalah kesehatan reproduksi

18

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


perempuan di Kelurahan Jati Padang (Nilai Pretest terlampir). Pada saat pelatihan, residen
memberikan booklet yang berisi materi tentang kesehatan reproduksi perempuan.

Kegiatan selanjutnya setelah residen menyampaikan materi adalah simulasi cara memberikan
penyuluhan yang dilakukan oleh kader tentang masalah kesehatan reproduksi perempuan.
Media yang digunakan sebagai bahan untuk pelatihan adalah dengan menggunakan poster,
lembar balik, leaflet dan demonstrasi. Setelah sosialisasi dilaksanakan, disepakati bahwa
informasi tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk disampaikan kepada masyarakat
oleh kader terlatih. Kegiatan pendidikan kesehatan ini akan dilaksanakan di setiap kegiatan
arisan, PKK, atau kegiatan lainnya yang memungkinkan. Sehingga memberikan kesempatan
bagi kader terlatih untuk menyampaikan informasi berupa penyuluhan kepada masyarakat di
kelurahan Jati Padang.

Setelah mendapatkan materi dan pelatihan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat,
sesi selanjutnya adalah residen memberikan post test. Post test tersebut bertujuan untuk
melihat dan mengevaluasi sejauh mana peningkatan dan perubahan pengetahuan yang didapat
oleh kader kesehatan reproduksi perempuan setelah mendapatkan pelatihan tersebut (hasil
post test terlampir).

Pada kegiatan pelatihan tersebut, peserta juga diberikan doorprize bagi kader yang antusias
dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pemateri terkait masalah kesehatan
reproduksi perempuan. Pada saat sesi tanya jawab, sebagian besar kader mampu menjawab
dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh residen.

3.3. Implementasi oleh Kader Kesehatan Reproduksi Perempuan


Implementasi kegiatan kader kesehatan reproduksi perempuan di RW 06 dan 08 Kelurahan
Jati Padang dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dan konseling. Media yang digunakan
adalah lembar balik, leaflet. Adapun kegiatan implementasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kegiatan Implementasi Pelatihan Kader Kesehatan Reproduksi


di RW 06 dan 08 Kelurahan Jati Padang
No RW Jenis Materi Tanggal Jumlah Penyuluh Fasilitator
kegiatan penyuluhan Pelaksanaan Peserta (Residen)
1. 06 Penyuluhan ASI 3 Maret’14 25 Fitra Rita
kelompok eksklusif Fitria Dewi.S

19

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


06 Penyuluhan Mioma 3 Maret’14 25 Emi Rita
kelompok Uteri Tati.M Dewi.S

06 Konseling Masalah 3 Maret’14 5 Fitra dan Rita


kelompok Menyusui Emi Dewi.S

2. 08 Penyuluhan ASI 8 Maret’14 25 Siti Rita D.S


kelompok eksklusif Mardiyah

08 Penyuluhan Keputihan 8 Maret’14 25 Irna Rita D.S


Kelompok Bardiati

08 Penyuluhan Menopause 8 Maret’14 25 Sri Rita D.S


Kelompok Mulyati

08 Konseling Masalah 8 Maret’14 2 Siti Rita D.S


menyusui Mardiyah
(Sumber: Pelatihan KKR Jati Padang tahun 2014)

Implementasi DI RW 6
Implementasi penyuluhan di RW 6 dilaksanakan tanggal 3 Februari 2014 di rumah Ibu Emi
Dasuki dihadiri oleh 25 peserta. Peserta terdiri dari kader dan ibu yang masih memiliki bayi
di bawah usia 6 bulan. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB diawali
dengan pembukaan oleh Ibu Emi selaku tuan rumah dan Ketua Pokja IV dan dilanjutkan
penjelasan tujuan kegiatan oleh Rita Dewi Sunarno selaku Mahasiswa Residensi. Acara
dilanjutkan penyuluhan tentang ASI eksklusif oleh Ibu Fitra Fitria selama kurang lebih 15
menit dan dilanjutkan diskusi selama 20 menit. Penyuluhan berikutnya oleh Ibu Emi tentang
mioma uteri selama 15 menit kemudian dilanjutkan diskusi selama 5 menit. Acara berikutnya
tentang konseling menyusui oleh Ibu Fitra Fitria dan Ibu Emi dan difasilitasi oleh mahasiswa.
Peserta antusias dalam mengikuti acara. Semua peserta mengikuti kegiatan sampai awal dan
akhir. Diskusi dipandu oleh mahasiswa. Kegiatan penyuluhan selesai pukul 12.00 WIB
kemudian dilanjutkan ramah tamah.

Implementasi DI RW 8
Implementasi penyuluhan di RW 8 dilaksanakan tanggal 8 Februari 2014 di rumah Ibu Siti
Mardiyah dihadiri oleh 25 peserta. Peserta terdiri dari kader dan ibu pada usia subur dan
diluar usia subur. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada pukul 13.30 WIB diawali dengan
pembukaan oleh Ibu Siti Mardiyah selaku tuan rumah dan Sekretaris PKK Kelurahan
dilanjutkan penjelasan tujuan kegiatan oleh Rita Dewi Sunarno selaku Mahasiswa Residensi.
Acara dilanjutkan penyuluhan tentang ASI eksklusif oleh Ibu Siti Mardiyah selama kurang

20

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


lebih 15 menit dan dilanjutkan tanya jawab. Penyuluhan berikutnya oleh Ibu Irna Bardiati
tentang keputihan selama 15 menit kemudian dilanjutkan tanya jawab. Penyuluhan
berikutnya oleh Ibu Sri Mulyati tentang menopause dan dilanjutkan tanya jawab. Acara
dilanjutkan dengan diskusi tentang ASI eksklusif, menopause, dan keputihan. Acara
berikutnya tentang konseling menyusui oleh Ibu Siti Mardiyah dan difasilitasi oleh
mahasiswa. Semua peserta antusias dalam mengikuti pelatihan. Diskusi dipandu oleh
mahasiswa. Kegiatan penyuluhan selesai pukul 16.00 WIB.

21

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


BAB IV
EVALUASI KEGIATAN

Bagian ini menguraikan tentang hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan proyek inovasi tentang
pembentukan kader l kesehatan reproduksi. Hasil evaluasi disimpulkan dari evaluasi proses
kegiatan, kemampuan kader melakukan penyuluhan yang diukur melalui pre test, post test
dan hasil penilaian observasi penyuluhan serta hasil wawancara.

4.1. Evaluasi proses kegiatan


Proses kegiatan pelatihan di tingkat kelurahan berlangsung satu hari. Peserta mengikuti acara
dari awal sampai akhir dengan antusias dan aktif bertanya dan berlatih saat simulasi. Semua
materi inti terkait kesehatan reproduksi perempuan disampaikan sesuai rencana pada saat
pelatihan. Kendala pada saat simulasi adalah waktu yang kurang memadai terkait efektivitas
penyampaian seluruh materi termasuk kesempatan bagi peserta untuk mempraktekan tehnik
penyuluhan menjadi sangat terbatas. Oleh karena itu, solusi yang dilakukan adalah peserta
dibagi dalam kelompok kecil berdasarkan RW binaan mahasiswa masing-masing,
dikelompok kecil tersebut kader secara bergantian atau perwakilan kader mensimulasikan
cara melakukan penyuluhan ataupun konseling individu maupun kelompok.

Kegiatan dilanjutkan dengan praktek penyuluhan kader di masing-masing RW. Kader yang
telah mengikuti pelatihan menentukan waktu dan tempat kegiatan mereka akan melakukan
penyuluhan atau konseling kelompok. Sebagian kader melakukan penyuluhan kelompok dan
kader yang lain membantu menyiapkan media atau fasilitasi dalam menjelaskan jawaban dari
beberapa pertanyaan peserta penyuluhan. Selain sudah membantu menyiapakn media atau
memfasilitasi jawaban, kader yang ikut pelatihan lainnya tidak memberikan penyuluhan
dikarenakan masalah waktu dan beberapa kepentingan lainnya yang tidak bisa ditunda.
Kendala lain yang terjadi adalah suasana saat penyuluhan yang digabungkan dengan arisan
ataupun kegiatan lain menyebabkan kurang fokus dalam penyuluhan. Solusi yang dilalukan
adalah meminta bantuan dari bu RW atau RT untuk memfokuskan perhatian peserta
penyuluhan.

Kegiatan konseling kelompok dilakukan oleh kader diacara arissan atau acara saat melakukan
penyuluhan dengan memanggil beberapa anggota arisan atau peserta penyuluhan yang masuk
kreteria menopause dan mempunyai masalah menyusui. Kegiatan dilanjutkan dengan

22

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


penyamaan persepsi tentang menopause atau masalah menyusui yang dialami ibu didalam
kelompok kecil. Kendala kader dalam melakukan konseling adalah belum terbiasanya
menggunakan kalimat-kalimat konseling dan tehnik konseling yang dapat menimbulkan
minat anggota konseling untuk mengungkapkan perasaan dan hingga mampu memutuskan
dan menyimpulkan secara individu. Kelebihan konseling kelompok adalah materi yang
diberikan karena bersumber dari pengalaman pribadi, kader yang melakukan menjadi lebih
bisa memberikan informasi menggunakan bahasa yang dimengerti oleh kelompok kecil.
4.2. Tingkat pengetahuan kader tentang kesehatan perempuan
Tingkat pengetahuan kader tentang kesehatan perempuan di kelurahan Jati Padang sebagai
berikut:

Hasil pre test rata – rata menunjukkan nilai 61 sedangkan nilai post test 82. Secara umum
tingkat pengetahuan kader tentang kesehatan perempuan meningkat setelah dilakukan
pelatihan. Tingkat pengetahuan kader RW 06 dan 08 tentang kesehatan perempuan
berdasarkan pre test dan post test adalah sebagai berikut:

RW 06

23

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


RW 08

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan kader
RW 06 dan 08 meningkat setelah dilakukan pelatihan. Hal ini terjadi karena kader
memperhatikan materi yang disampaikan dalam pelatihan dan penyampaian materi
disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami

4.3. Kemampuan kader melakukan penyuluhan


Kemampuan kader dinilai berdasarkan hasil nilai pretest dan postest serta berdasarkan hasil
observasi saat memberikan penyuluhan dan konseling. Kemampuan berdasarkan nilai pretest
dan postest terdiri dari 15 item pertanyaan yang mencakup semua materi yang diberikan
selama pelatihan. Secara umum terjadi peningkatan . Kemampuan kader RW 06 dan 08
dalam melakukan penyuluhan saat simulasi dan implementasi sebagai berikut
RW 06

24

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kader Fitra dan Emi dalam
melakukan penyuluhan meningkat setelah dilakukan pelatihan. Ibu Fitra lebih percaya diri
dan menguasai materi penyuluhan yang disampaikan yaitu ASI eksklusif. Hal yang belum
dilakukan Ibu Fitra dalam penyuluhan yaitu kontrak waktu. Demikian juga dengan Ibu Emi
dalam memberikan penyuluhan tentang mioma uteri. Hal yang belum dilakukan Ibu Emi
dalam penyuluhan yaitu kontrak waktu dan menjelaskan tujuan penyuluhan.
RW 08

25

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kader RW 08 dalam
melakukan penyuluhan meningkat setelah dilakukan pelatihan. Pada proses kegiatan
implementasi, kader Siti Mardiyah lebih percaya diri dalam menyampaikan materi
penyuluhan tentang ASI eksklusif. Ibu Mardiyah menguasai materi yang disampaikan,
terampil menggunakan media penyuluhan, dan komunikatif dalam berinteraksi dengan
peserta penyuluhan. Saat melakukan konseling Ibu Mardiyah menggunakan komunikasi non
verbal seperti mengatur posisi yang sejajar dengan peserta konseling, memberikan sentuhan
secara wajar. Demikian juga Ibu Irna dalam memberikan penyuluhan tentang keputihan. Ibu
Irna melakukan apersepsi kepada peserta penyuluhan sebelum memberikan materi seperti apa
yang ibu ketahui tentang keputihan. Kemampuan berinteraksi dan memfokuskan peserta
penyuluhan supaya memperhatikan materi yang disampaikan baik. Hal yang belum dilakukan
Ibu Irna dalam melakukan penyuluhan yaitu kontrak waktu dan menjelaskan tujuan
penyuluhan. Ibu Sri Mulyati juga mengalami peningkatan dalam melakukan penyuluhan

26

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


setelah dilakukan pelatihan. Kemampuan untuk memfokuskan peserta penyuluhan baik,
tetapi Ibu Sri Mulyati masih tampak kurang percaya diri dalam menyampaikan materi
penyuluhan. Hal ini terlihat dari sikap Ibu Sri Mulyati yang selalu melihat catatan yang sudah
dibuat. Hal lain yang belum dilakukan Ibu Sri Mulyati adalah kontrak waktu dan
keterampilan memberi penguatan kepada peserta penyuluhan.
4.4. Hasil wawancara
Wawancara yang telah dilakukan dengan tokoh masyarakat (lurah dan wakil), beliau
menyampaikan bahwasanya kegiatan yang dilakukan oleh mahasiwa residen dikemas sangat
bagus dan peserta sangat antusias mengikuti pelatihan. Tanggapan dari pihak puskesmas
Kelurahan dan Kecamatan Pasar minggu menyampaikan materi yang diberikan bagus-bagus
dan menarik, bahasanya mudah diterima oleh masyarakat dan narasumber tampak sangat
menguasai materi sehingga yang mendengarkan dan mengikuti acara pelatihan bisa
memahami dan tidak membosankan.

Tanggapan dari peserta pelatihan kader kesehatan reproduksi perempuan menyampaikan


kader merasa senang mengikuti pelatihan karena langsung praktek, tidak hanya
mendengarkan seminar saja. Kepercayaan diri kader mulai meningkat walaupun masih kaku
berbicara di depan umum, penguasaan materi tentang kesehatan reproduksi perempuan sudah
semakin dikuasai, meskipun perlu belajar lagi. Kader berkeinginan untuk terus melanjutkan
penyuluhan di tingkat RT/RW setelah residen tidak bertugas di RW 06 dan 08.

Kegiatan yang dilaksanakan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya pihak
kelurahan, puskesmas, ketua RW dan kader serta masyarakat kelurahan Jati Padang.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang telah
terlaksana memerlukan rencana tindak lanjut agar dapat dijaga keberlangsungannya. Hal ini
membutuhkan komitmen yang kuat dari berbagai pihak termasuk kader, pihak RW,
puskesmas dan kelurahan. Rencana tindak lanjut disampaikan kepada ketua RW, kepala
puskesmas, ketua PKK dan bapak lurah Jati Padang pada akhir kegiatan mahasiswa pada
tanggal 12 Maret 2014.

Bapak Lurah dan Wakil lurah Jati Padang menyampaikan bahwasanya kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiwa residen dikemas sangat bagus dan peserta sangat antusias
mengikuti pelatihan. Tanggapan dari pihak puskesmas Kelurahan dan Kecamatan Pasar
minggu menyampaikan materi yang diberikan bagus-bagus dan menarik, bahasanya mudah

27

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


diterima oleh masyarakat dan narasumber tampak sangat menguasai materi sehingga yang
mendengarkan dan mengikuti acara pelatihan bisa memahami dan tidak membosankan.

Tanggapan dari peserta pelatihan kader kesehatan reproduksi perempuan menyampaikan


kader merasa senang mengikuti pelatihan karena langsung praktek, tidak hanya
mendengarkan seminar saja, kepercayaan diri kader mulai meningkat walaupun masih kaku
berbicara di depan umum, penguasaan materi tentang kesehatan reproduksi perempuan sudah
semakin dikuasai, meskipun perlu belajar lagi. Masyarakat juga senang dengan adanya
kegiatan residen karena mendapat materi penyuluhan yang dapat menambah pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan khususnya kesehatan perempuan.

4.5 Kendala
Kendala yang dihadapi selama proses implementasi adalah kehadiran peserta penyuluhan
yang tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan oleh faktor kesibukan ibu – ibu di RW 06 dan 08
yang masih menyelesaikan urusan rumah tangga seperti memasak, menjemput anak sekolah.
Bahkan ada beberapa ibu yang masih bekerja.

4.6 Rekomendasi
Berdasarkan evaluasi di atas, maka diperlukan rekomendasi sebagai berikut:
1. Pelatihan kader kesehatan perempuan sebaiknya dilakukan secara berkala
2. Perlu dibentuk wadah untuk kader kesehatan perempuan
3. Perlu disediakan media penyuluhan yang bersifat interaktif untuk memudahkan kader
dalam memberikan informasi kesehatan perempuan
4. Perlu adanya dukungan dari masyarakat, puskesmas, pihak terkait seperti kelurahan,
institusi pendidikan untuk melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
kesehatan perempuan

28

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kegiatan pelatihan kader kesehatan perempuan di Kelurahan Jati Padang telah
dilaksanakan. Setelah pelaksanaan pelatihan dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan
melalui pre test dan post test untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader terkait
masalah kesehatan perempuan dan tehnik konseling serta komunikasi di masyarakat.
Evaluasi kemampuan kader untuk melakukan penyuluhan dilakukan dengan observasi
melalui format penilaian yang terdiri dari sepuluh komponen.

5.2 SARAN
Kegiatan pelatihan kader kesehatan perempuan sebaiknya dilakukan secara berkala.
Penyediaan media edukasi seperti poster, leaflet, lembar balik dan dukungan masyarakat
serta pihak terkait merupakan faktor penting untuk keberhasilan implementasi.

29

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Amnesty International. (2010). Tak ada pilihan: Rintangan atas kesehatan


reproduksi di Indonesia. United Kingdom: Amnesty International
Publication.

Blum, H.L. (1974). Planning for health, development and application of social
changes theory. New York: Human Sciences Press.

Departemen Kesehatan R.I. (2009). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:


Depkes.

Departemen Kesehatan R. I. (2012) Angka Kematian Ibu di Indonesia. Jakarta,


http://www.depkes.go.id/2012/ diunduh tanggal 13 Febuari 2014

Komisi kesehatan reproduksi (2005). Kebijakan dan strategi kesehatan reproduksi di


Indonesia. Jakarta. Depkes RI

Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. (2012). Laporan tahunan Puskesmas


Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012. Jakarta

Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu 02. (2012). Laporan tahunan Puskesmas


Kelurahan Pasar Minggu tahun 2012. Jakarta

Rahmi, I. (2012). Gambaran faktor resiko penyebab terjadinya mioma uteri di


poliklinik kebidanan rumah Sakit umum daerah dr. Zainoel abiding Banda
aceh. Jurnal Kesehatan Masyarakat.1-7

United Nations. (2006). The millenium development goals report. New York: United
Nations Department of Economic and Social Affairs.

UNFPA.(2005). Kebijakan dan strategi nasional kesehatan reproduksi


perempuanhttp://www.kebijakan.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/.
pdf diunduh tanggal 13 Febuari 2013

Riley, M., Dobson, M., Elizabeth & Kirst, N (2013). Health maintenance in
women. American Academy Of Family Physicians, 87:30-37

Parkin, D.M., Bray, F., Ferlay, J & Pisani, P. (2005). Global cancer statistics, 2002.
CA Cancer J Clin 55: 74–108

Singh, G. K., Azuine, R. E.., Siahpush, M (2012). Global inequalities in cervical


cancer incidence and mortality are linked to deprivation, low socioeconomic
status, and human development. International Journal of MCH and AIDS. 1(1):
17-30

McDonald, M., Hertz, R. P., Lowenthal, S. W., Pitman. (2002). The Burden of
Cancer in Asia: Pfizen fact

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


http://www.pfizer.com/files/products/cancer_in_asia.pdf didapat tanggal 25
maret 2013

WHO (2008). Sexual Health. http://www.who.int/topics/sexual_health/en/. Didapat


Tanggal 4 Maret 2013

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


KEGIATAN PROYEK INOVASI

FGD RW 06 Kelurahan Jati Padang FGD RW 06 Kelurahan Jati Padang


Tanggal 10 Februari 2014 Tanggal 10 Februari 2014

FGD RW 08 Kelurahan Jati Padang Tanggal 10 Februari 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


FGD RW 08 Kelurahan Jati Padang Tanggal 10 Februari 2014

Implementasi Penyuluhan ASI Eksklusif di RW Implementasi Penyuluhan ASI Eksklusif di RW


08 Kelurahan Jati Padang Tanggal 8 Maret 2014 08 Kelurahan Jati Padang Tanggal 8 Maret 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Implementasi Penyuluhan ASI Eksklusif di RW 08 Kelurahan Jati Padang Tanggal 8 Maret 2014

Implementasi Penyuluhan Keputihan di RW 08 Implementasi Penyuluhan Keputihan di RW 08


Kelurahan Jati Padang Tanggal 08 Maret 2014 Kelurahan Jati Padang Tanggal 08 Maret 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Implementasi Penyuluhan ASI Eksklusif
Implementasi Penyuluhan Menopause di RW 06 Keluarahan Jati Padang
di RW 08 Kelurahan Jati Padang Tanggal 03 Maret 2014
Tangal 08 Maret 2014

Impelementasi Penyuluhan Mioma Uteri di RW 06 Kelurahan Jati Padang


Tanggal 03 Maret 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Impelementasi di RW 06 Kelurahan Jati Padang Tanggal 03 Maret 2014

Implementasi di RW 06 Kelurahan Jati Implementasi di RW 08 Kelurahan Jati Padang


Padang Tanggal 03 Maret 2014 Tanggal 8 Maret 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Implementasi di RW 06 Kelurahan Jati Padang Tanggal 3 Maret 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROYEK INOVASI


INTERVENSI MANAGEMENT CARE OF SYMPTOMS MELALUI
PSIKOEDUKASI PADA PASIEN KANKER GINEKOLOGI
DI RUANG RAWAT ONKOLOGI GINEKOLOGI
RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA

Disusun Oleh :
RITA DEWI SUNARNO
NPM 1106122770

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN MATERNITAS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat baik didunia maupun di Indonesia. WHO memperkirakan
setiap tahun, 12 juta orang diseluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta
diantaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang
akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030
(WHO, 2005).

Riskesdas (2007) menyatakan kanker merupakan penyebab kematian ke tujuh


(5,7%) setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cidera, peinatal dan diabetes
mellitus. Prevalensi angka kejadian kanker meningkat seiring bertambahnya usia
dimana kelompok usia 44-54 tahun adalah kelompok yang tertinggi yaitu sebanya
1,5% dan paling banyak pada perempuan (Depkes, 2006). Data ini menunjukan
bahwa kanker walaupun saat ini berada pada urutan ketujuh merupakan ancaman
yang serius terhadap kesehatan individu dan cenderung untuk meningkat setiap
tahunnya.

Perempuan dengan kanker gynecologi potensial menghadapi berbagai prosedur


pengobatan, yaitu: kemoterapi, pembedahan, dan radioterapi (Warnock, 2005).
Pasien dengan kanker sering melaporkan lebih dari satu gejala pada waktu
tertentu dan lebih signifikan ketika menerima kemoterapi atau terapi radiasi
(Chang, Hwang, Feuerman, & Kasimis, 2002; Feyer, Kleeberg, Steingraber,
Gunther, & Behrens, 2008). Diagnosa kanker dapat mempengaruhi kondisi
perasaan dan pengalaman pasien terutama perasaan takut, nyeri dan kecemasan.
Pasien kanker berisiko mengalami gangguan mood selama ataupun setelah
pengobatan, gangguan tidur dan kelelahan. Beberapa diantaranya mengalami,
ansietas, kelemahan, gangguan mood, dan depresi (Deng & Cassileth, 2005),
mual (Mansky & Wallerstedt, 2006), nyeri (Gatlin & Sculmeister, 2007).

1
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Keluhan yang dirasakan pasien kanker meliputi gejala fisik, psikologis dan
situasional yang saling berinteraksi antar gejala. Gejala fisik yang muncul antara
lain nyeri, mual muntah, kelelahan, gangguan tidur. Sedangkan gejala piskologis
yang muncul yaitu kecemasan, depresi, harga diri rendah, dan koping tidak
efektif. Gejala situasional yang muncul adalah isolasi sosial dan gangguan
seksual.

Salah satu management of care symptom pada pasien kanker ginekologi adalah
mengatasi masalah psikologi yaitu harga diri. Harga diri merupakan bagian dari
komponen konsep diri . Harga diri merupakan penilaian individu terhadap dirinya
(Wojtyna, Zycinska, & Stawiarska, 2007). Harga diri rendah (HDR) merupakan
gangguan konsep diri. Keliat (2010) menjelaskan bahwa harga diri rendah
merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
HDR dapat terjadi secara situasional dan kronik. HDR situasional terjadinya
secara tiba – tiba , seperti tiba – tiba harus operasi karena kecelakaan, sedangkan
HDR kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat (Stuart & Sundeen, 2005).

Pasien dengan diagnosa kanker dapat mengalami gangguan konsep diri yaitu
HDR. Mereka akan merasa lemah, tidak berdaya, tidak mampu melaksanakan
perannya dalam kehidupan keluarga, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain.
Hasil observasi pasien kanker di ruang onkologi RSCM dengan kuisioner
diperoleh data bahwa 19 dari 22 pasien mengalami HDR (86%), sedangkan
sisanya tidak mengalami HDR. Harga diri dapat diukur dengan menggunakan
Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) yang terdiri dari 10 komponen.

Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan bahwa intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan harga diri rendah dimulai
dengan intervensi keperawatan generalis sampai spesialis yang ditujukan untuk
individu, keluarga, dan kelompok. Intervensi keperawatan generalis bertujuan
untuk membantu pasien mengenal kemampuan yang masih dimiliki setelah ada

2
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
perubahan fisik akibat penyakit kanker. Sedangkan intervensi keperawatan
spesialis diberikan apabila intervensi keperawatan generalis tidak mampu
mengatasi masalah harga diri rendah khususnya pada pasien kanker yang selalu
memandang dirinya seorang yang lemah, tidak berdaya, dan putus asa.

Intervensi keperawatan spesialis yang dapat diberikan pada pasien dengan


masalah keperawatan harga diri rendah adalah terapi individu seperti terapi
kognitif (cognitive therapy), terapi perilaku (behaviour therapy), dan terapi
kognitif perilaku (cognitive behaviour therapy) (Frisch, 2006; Copel, 2007).
Terapi kognitif merupakan salah satu terapi spesialis yang tertuju pada pasien
kanker untuk mengatasi masalah harga diri rendah. Terapi kognitif merupakan
suatu terapi untuk mengidenntifikasi atau mengenal pemikiran negatif. Terapi
kognitif merupakan suatu bentuk psikoterapi yang dapat melatih pasien
menafsirkan dan memnadang segala sesuatu saat pasien mengalami kekecewaan
sehingga pasien merasa lebih produktif (Grandfa, 2007). Terapi kognitif
membantu klien untuk mengubah pola pikiran negatif menjadi positif sehingga
membentuk koping yang posisitif dalam menyelesaikan permasalahannya
(Kazantzis, Reinecke, & Freeman, 2010).

Hasil penelitian Rahayuningsih (2007) yang berjudul “Pengaruh terapi kognitif


terhadap tingkat harga diri dan kemandirian pasien dengan kanker payudara”
melaporkan bahwa 100% responden mengalami HDR sebelum dilakukan terapi
kognitif dan 58,6% mengalami harga diri tinggi setelah dilakukan terapi kognitif
(n = 17). Terapi kognitif merupakan intervensi yang efektif untuk meningkatkan
harga diri dan fungsi sosial (Chatterton, Hall, & Tarrier, 2007). Ando, Morita,
dan Oshima (2011) menjelaskan bahwa terapi kognitif dan perilaku
meningkatkan harga diri pasien kanker.

Terapi kognitif dan perilaku dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk


menemukan pikiran positif pada dirinya. Hasil penelitian melaporkan bahwa
harga diri pasien kanker meningkat 40,0 ± 2,5 sampai 45,2 ± 2,4 (Z= -2, p =
0,042) dengan dilakukan terapi kognitif dan perilaku. Brem dan Kumar (2010)

3
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
menjelaskan bahwa harga diri rendah merupakan salah satu symtom pada pasien
kanker akibat distorsi kognitif terhadap dirinya. Terapi kognitif merupakan salah
satu cara untuk menghilangkan distorsi kognitif sebagai akibat kemoterapi dan
gejala fisik yang muncul pada pasien kanker. Terapi kognitif efektif untuk
menghindari distorsi kognitif sehingga meningkatkan harga diri klien. Hasil
penelitian Parrish, et al. (2009) menunjukkan bahwa terapi kognitif signifikan
terhadap penurunan tanda dan gejala depresi, afek kesedihan setiap hari, pikiran
negatif, dan peningkatan signifikan terhadap afek positif.

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) khususnya di ruang rawat onkologi


ginekologi mulai pada tanggal 26 Maret-11 April 2014 dilakukan pengkajian
terhadap 22 orang pasien yang mengalami kanker ginekologi (kanker serviks,
kanker ovarium dan kanker endometrium) terhadap gejala-gejala yang yang
menyertai penyakit atau akibat dari terapi serta masalah-masalah psikososial yang
dapat mengganggu kualitas hidup pasien seperti nyeri, kelelahan, mual/muntah,
cemas, gangguan tidur, harga diri rendah, masalah seksual, isolasi sosial, dan
koping tidak efektif. Pengkajian dilakukan melalui metode observasi, wawancara
dan penilaian menggunakan kuesioner kualitas hidup pasien.

Hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa residensi keperawatan maternitas


selama tiga minggu didapatkan data sekitar 61 % perawat tidak menyempatkan
waktu untuk mendengarkan keluhan-keluhan pasien mengenai gejala-gejala yang
menyertai penyakit pasien khususnya pada pasien kanker seperti nyeri, kelelahan,
mual muntah dan sebagainya, sekitar 55% tidak memberikan penjelasan mengenai
gejala-gejala yang dialami seperti nyeri, lelah, cemas dan hanya sekitar 50 %
perawat memberika intervensi sesuai dengan masalah yang dikeluhkan pasien
serta 66 % pasien tidak melibatkan keluarga saat penjelasan mengenai kondisi
pasien. Jumlah perawat di ruang onkologi sebanyak 22, hal ini sudah sesuai
dengan tingkat kebutuhan klien. Akan tetapi, perawat di ruangan berdasarkan
hasil observasi belum semuanya memperhatikan atau menangani gejala-gejala
yang dialami klien.

4
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 11 April 2014
terhadap tujuh orang pasien dikatakan bahwa saat mengeluh gejala-gejala yang
dialami seperti nyeri, lelah dan sebagainya, Perawat menganggap bahwa hal
tersebut sesuatu hal yang biasa dialami oleh pasien kanker. Sedangkan wawancara
dengan Kepala Ruangan onkologi dikatakan bahwa belum ada intervensi khusus
untuk mengatasi gejala-gejala yang dialami pasien. Selain itu, belum ada perawat
yang mengikuti pelatihan supportive educative.

Berdasarkan kuesioner tentang kualitas hidup penderita kanker ditemukan


beberapa gejala atau masalah biopskiososial yang dialami pasien sebanyak 22
orang juga disertai instrumen-instrumen yang dapat mengetahui masalah-maslah
yang dialami klien lebih lanjut yaitu yang mengalami nyeri (nyeri ringan 50 %,
sedang 23 %, dan berat 27 %), disfungsi seksual sekitar 64 %, gangguan tidur 68
%, kelelahan 73 %, mual/ muntah terutama setelah kemoterapi sekitar 67 % dan
yang mengalami kecemasan sebanyak 77 %, isolasi sosial sekitar 18 %, harga diri
rendah 86 %, gangguan koping 82 %, dan depresi (Ringan 27 %, sedang 73 %).

RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta sudah memiliki tim palliative care dalam
mengatasi permasalahan pasien terminal, tetapi dalam pelaksanaannya diruang
onkologi Gedung A Lantai 2 didapatkan beberapa kendala. Berdasarkan
wawancara dengan perawat ruangan, didapatkan ungkapan banyaknya beban kerja
yang harus mereka selesaikan, merupakan faktor terbesar terabaikannya
pemenuhan kebutuhan pasien secara psikologis dan situasional. Perawat lebih
memfokuskan pada perawatan secara fisik yang dianggap sebagai masalah
dominan untuk dilakukan penangan. Pasien yang dirawat hanya dikaji terkait
keluhan fisik yang dirasakannya, sehingga pemberian asuhan keperawatan tidak
dilakukan secara holistik dan terintegrasi dengan psikologis dan situasional.

Perawat sebagai profesi yang mandiri diharapkan mampu mengatasi gejala fisik,
psikologis dan situasional yang dikeluhkan oleh pasien. Pendampingan dan
pemberian informasi untuk menambah pengetahuan dan memodifikasi agar gejala
yang dirasakan berkurang sangat diperlukan. Perawat telah menggunakan banyak

5
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
strategi untuk memfasilitasi pengelolaan gejala fisik dan psikologis. Strategi
seperti relaksasi, guidedimagery, dan distraksi telah diidentifikasi oleh berbagai
studi (America Pain Society, 2005; McCaffery & Pasero, 1999), dan cognitive
behaviortherapy(National Center for Complementary and Alternative Medicine,
2009). Bentuk Supportive educative system yang diberikan oleh tenaga kesehatan
dapat berupa psycoeducation, psychosocial support, care coping, symptom
management, sleep promotion and family meeting (Hudson, Remedies & Thomas,
2010).

Bentuk intervensi yang dicoba untuk dikembangkan adalah psikoedukasi. Hal ini
berdasarkan pada psikoedukasi merupakan bentuk edukasi yang bersumber pada
asumsi yang didukung secara ilmiah bahwa sebagian besar reaksi emosi dan
perilaku diperoleh melalui pembelajaran. Tujuan psikoedukasi adalah membantu
klien untuk tidak mempelajari cara bereaksi terhadap tujuan yang tidak
diinginkan, melainkan mempelajari cara baru untuk bereaksi terhadap tujuan yang
diinginkan.

Berbagai bentuk psikoedukasi efektif mengurangi gejala kecemasan dan depresi,


meningkatkan kemampuan koping, menurunkan perasaan yang timbul dari efek
hospitalisasi, meningkatkan efikasi diri, meningkatkan optimisme, dan
mengurangi gejala yang dirasakan pada pasien kanker (Hopko et al., 2008).
Pemberian intervensi psikoedukasi pada nyeri, kelemahan, mual dan muntah,
gangguan tidur dan gangguan spiritual dinilai efektif dilakukan pada pasien
kanker (Chan,Cheng, Lam, Li, Chik & Cheung, 2008; Bennet, Bagnall, & Close,
2009; Kwekkeboom, Abbott-Anderson & Wanta, 2010). Psikoedukasi dapat
meningkatkan pengetahuan, dan perilaku, mengurangi intensitas nyeri serta
memberikan dampak positif bagi pasien kanker yang dirawat di rumah sakit
(Bennet, Bagnall, & Close, 2009; Kwekkeboom, Abbott-Anderson & Wanta,
2010).

Penelitian Kim et al (2002) menemukan bahwa penderita kanker di Korea lebih


menggunakan strategi koping berfokus pada emosi dibandingkan dengan strategi

6
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
koping berfokus pada masalah (Thippayapn, 2000; Kim et al., 2002; Rosenzweig
et al., 2010). Intervensi keperawatan spesialis yang dapat diberikan pada pasien
dengan masalah keperawatan harga diri rendah adalah terapi individu seperti
terapi kognitif (cognitive therapy), terapi perilaku (behaviour therapy), dan terapi
kognitif perilaku (cognitive behaviour therapy) (Frisch, 2006; Copel, 2007).
Selain itu itervensi psikoedukasi pada gangguan seksulitas menggunaka tiga sesi
psychoeducational intervention (PED) yang memberikan efek positif secara
significan pada keinginan seksual, hasrat, orgasme, kepuasan, distress seksual,
depresi dan kesejahteraan umum. Secara kualitatif didapatkan PED sangat mudah
dilaksanakan, jelas dan sangat membantu selain itu meningkatkan respon seksual,
mood dan kualitas hidup pasien kanker ginekologi dan menstabilkan secara
psikologis pasien (Brotto, et al 2008).

Dixon, Keefe, Scipio, Perri, and Abernethy (2007) mengatakan bahwa teknik
relaksasi merupakan bagian dari psikoedukasi mampu secara efektif dalam
penanganan nyeri, efikasi diri, kecemasan, dan depresi. Teknik relaksasi efektif
diterapkan dalam penanganan nyeri pada pasien kanker (Lohnberg, 2007; Vowles
and McCracken, 2008). Studi meta analisis pada 25 studi pasien diabetes, teknik
relaksasi, activity scheduling, problem solving, goal setting, contract setting, dan
manajemen stress secara efektif dapat mengurangi stress psikologi (Ismail,
Winkley, and Rabe-Hesketh, 2004).

Kemudahan psikoedukasi dikarenakan pelaksanaannya yang sangat fleksibel dan


bisa dilakukan dengan beragam media. Metode yang fleksibel dan berusaha
menggabungkan antara informasi terkait perubahan penyakit dengan anjuran
untuk mengatasi perubahan penyakit tersebut, sehingga psikoedukasi sangat
potensial untuk digunakan pada berbagai penyakit dan tahapan perubahan
kehidupan (Luken & McFarlance, 2004). Psikoedukasi dapat dilakukan secara
individu, kelompok, pasangan, dan keluarga, dan terintegrasi dalam bentuk
Cognitive Behavior Therapy (CBT), seperti suportif atau expressive
psychotherapy, koping dan teknik komunikasi, emotion-focused therapy, dyadic
support therapy, relaxation training, social skill training, hypnosis, dan problem

7
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
solving treatments terbukti efektif menurunkan keluhan pasien terhadap gejala
yang dirasakannya (Barsevick et al, 2002).

Intervensi pendidikan lainnya, yang telah difokuskan pada keterampilan


komunikasi telah berhasil meningkatkan kemampuan pasien untuk berbicara
tentang pengalaman nyeri kanker, meskipun efek pada skor nyeri tidak dinilai
(Street, et al., 2009; Wilkie et al., 2010). Penggunaan media pada psikoedukasi
juga beragam, penggunaan video, booklet, program slide atau penggunaan lebih
dari satu media terbukti efektif mengurangi gejala yang dikeluhkan oleh pasien
(Bennett, Bagnall, Closs, 2009; Lovell, Stockler, Briganti, 2010; Yildirim,
Cicek, Uyar, 2009)

RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta merupakan Rumah sakit pusat rujukan


pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat dengan berbagai permasalahan
kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan obstetric
dan ginekologi.Ibu dengan masalah sistem reproduksi dan dalam masa non
childbearing merupakan bagian dari masyarakat yang juga memanfaatkan
pelayanan ginekologi di rumah sakit. Hal tersebut yang melatarbelakangi
pelaksanaan Proyek Inovasi Program Profesi Ners Spesialis Maternitas di RSUPN
Ciptomangunkusumo Jakarta. Berdasarkan fenomena tersebut, mahasiswa
residensi program ners spesialis keperawatan maternitas tertarik untuk melakukan
kegiatan berupa intervensi management care of symptoms melalui psikoedukasi
pada pasien kanker di Unit onkologi ginekologi gedung A lantai 2 RSUPN
Ciptomangunkusumo Jakarta.

B. Analisis Situasi
Pengkajian situasi dilakukan berdasarkan pada analisis SWOT yang didapatkan
beberapa hasil sebagai berikut:
1. Strength (kekuatan)
a. Mempunyai visi, memberikan pelayanan keperawatan paripurna yang
bermutu dan profesional dalam rangka menuju pelayanan keperawatan
terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014

8
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
b. Memiliki visi : memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu
serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, menjadi tempat pendidikan
dan penelitian tenaga kesehatan, dan sebagai tempat penelitian dan
pengembangan dalam rangka meningkatkan derajad kesehatan masyarakat
melalui menajemen yang dinamis dan akuntabel
c. RSUPN mempunyai Motto “ R (respek), S (sigap), C (cermat), M (mulia)
d. Mempunyai komitmen : kesehatan dan kepuasan pelanggan adalah
komitmen kami. Senantiasa memberikan pelayanan paripurna yang prima
untuk meningkatkan kepuasan dan menumbuhkan kepercayaan pasien
sebagai pelanggan utama kami.
e. RSUPN merupakan rumah sakit yang mendapat akreditasi dan lolos JCI
(Joint Commision International)
f. RSUPN adalah rumah sakit pusat rujukan nasional, yang memiliki sarana,
prasarana dan kemampuan tenaga kesehatan yang handal.
g. Sudah tersedianya formulir edukasi untuk pasien terkait kondisi pasien
mulai dari pertama kali masuk sampai dengan edukasi perawatan di rumah
h. Ruang Onkologi : Memiliki jumlah tenaga keperawatan sebanyak 22,
dengan kualifikasi tingkat pendidikan S1 Keperawatan yaitu 5, D3
Keperawatan yaitu 16, dan SPK sebanyak 1.
i. Sudah memiliki timpalliative care di tingkat RSUP Ciptomangunkusuma.
j. Tenaga kesehatan di ruang onkologi seringkali mengirimkan petugas
kesehatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan diintern
rumah sakit terkait kemoterapi, tranfusi darah
k. Dukungan dari kepala Ruang Onkologi untuk melakukan proyek inovasi
berdasarkan Evidence Based Practice: Psikoedukasi pada pasien kanker
yang berfokus pada management care of symptoms
l. Di Ruang Onkologi sudah terdapat format pengkajian nyeri berupa VAS,
dan pengkajian keadaan fungsional, serta formulir pengukuran intake dan
output secara oral.
m. Pemberian intervensi management symptom care pada pasien cancer sudah
diberikan akan tetapi belum optimal

9
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
2. Weakness (kelemahan)
a. Petugas kesehatan di Ruang Onkologi onkologi ginekologi belum pernah
mendapatkan materi tentang pemberian terapi psikoedukasi pada pasien
kanker dengan nyeri, mual/muntah, kelemahan dan kecemasan.
b. Di Ruang Onkologi belum ada panduan / SOP untuk petugas kesehatan
dalam memberikan psikoedukasi kepada pasien, format yang digunakan
masih berupa formulir, yang menunjukkan apakah edukasi sudah
dilaksanakan atau belum.
c. Petugas kesehatan memberikan edukasi masih belum optimal, karena masih
terbebani dengan pendokumentasian yang terlalu banyak, sehingga waktu
yang dibutuhkan masih sangat kurang.

3. Opportunity (kesempatan)
a. RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah rumah sakit pendidikan, yang
menerima praktek mahasiswa dari berbagai tingkat pendidikan dan profesi,
sehingga pengetahuan dapat terus diperbarui dengan melibatkan dan
bekerjasama dengan mahasiswa praktek.
b. Lokasi RS yang strategis yang dapat dilalui oleh kendaraan umum
c. Adanya dukungan dan perhatian dari pihak manajemen IGD dan gedung A
serta kepala ruangan dari masing-masing unit untuk terus mengembangkan
proyek inovasi, sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit.
d. Kepala ruangan, serta staf lainya memiliki sikap terbuka terhadap
perubahan.
e. Hasil wawancara di IGD, Adanya dukungan dari Bapak presiden Susilo
Bambang Yudoyono dalam pengembangan Rumah sakit terutama untuk
pelayanan pasien yang lebih privacy. Misalnya dengan membuat ruangan
Pelayanan Kesehatan Ibu Anak (PKIA) khusus ibu bersalin satu ruangan
satu pasien, serata terdapat pojok edukasi bagi pasien.

4. Threats (ancaman)
a. Tuntutan dan harapan masyarakat yang semakin meningkat untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih berkualitas.

10
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
b. Konsumen yang lebih kritis dan siap menggugat pelayanan yang diberikan
kepada klien.
c. Adanya UU Kesehatan dan UU RS yang melindungi mayarakat sebagai
konsumen.
d. Banyaknya rumah sakit yang memiliki daya saing tinggi dalam pelayanan
kesehatan ibu

C. Solusi yang ditawarkan


Berdasarkan paparan di atas, tergambar adanya suatu kebutuhan intervensi
management care of symptoms sebagai bagian dari asuhan keperawatan yang
berkualitas. Intervensi tersebut juga bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan. Bentuk intervensi yang
dicoba untuk dikembangkan adalah psikoedukasi. Hal ini berdasarkan pada
psikoedukasi merupakan bentuk edukasi yang bersumber pada asumsi yang
didukung secara ilmiah bahwa sebagian besar reaksi emosi dan perilaku diperoleh
melalui pembelajaran.

Tujuan psikoedukasi adalah membantu klien untuk tidak mempelajari cara


bereaksi terhadap tujuan yang tidak diinginkan, melainkan mempelajari cara baru
untuk bereaksi terhadap tujuan yang diinginkan. Melakukan intervensi terintegrasi
terhadap pasien kanker ginekologi untuk meningkatkan kualitas hidup terutama
pada gejala nyeri, kelemahan, mual dan muntah (gangguan nutrisi), gangguan
tidur, harga diri rendah, koping individu tidak efektif, kecemasan, depresi, isolasi
social dan gangguan seksualitas.

Banyak penelitian yang menyebutkan keefektifan psikoedukasi dalam mengatasi


gejala yang dirasakan oleh pasien kanker. Beberapa sumber menyebutkan
hasilnya sebagai berikut:
1. Psikoedukasi efektif mengurangi gejala kecemasan dan depresi,
meningkatkan kemampuan koping, menurunkan perasaan yang timbul
dari efek hospitalisasi, meningkatkan efikasi diri, meningkatkan

11
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
optimisme, dan mengurangi gejala yang dirasakan pada pasien kanker
(Hopko et al., 2008).
2. Penelitian Kim et al (2002) menemukan bahwa penderita kanker di
Korea lebih menggunakan strategi koping berfokus pada emosi
dibandingkan dengan strategi koping berfokus pada masalah
(Thippayapn, 2000; Kim et al., 2002; Rosenzweig et al., 2010).
3. Intervensi keperawatan spesialis yang dapat diberikan pada pasien
dengan masalah keperawatan harga diri rendah adalah terapi individu
seperti terapi kognitif (cognitive therapy), terapi perilaku (behaviour
therapy), dan terapi kognitif perilaku (cognitive behaviour therapy)
(Frisch, 2006; Copel, 2007).
4. Psikoedukasi dapat dilakukan secara individu, kelompok, pasangan, dan
keluarga, dan terintegrasi dalam bentuk Cognitive Behavior Therapy
(CBT), seperti suportif atau expressive psychotherapy, koping dan teknik
komunikasi, emotion-focused therapy, dyadic support therapy, relaxation
training, social skill training, hypnosis, dan problem solving treatments
terbukti efektif menurunkan keluhan pasien terhadap gejala yang
dirasakannya (Barsevick et al, 2002).
5. Intervensi pendidikan lainnya, yang telah difokuskan pada keterampilan
komunikasi telah berhasil meningkatkan kemampuan pasien untuk
berbicara tentang pengalaman nyeri kanker, meskipun efek pada skor
nyeri tidak dinilai (Street, et al., 2009; Wilkie et al., 2010).
6. Penggunaan media pada psikoedukasi juga beragam, penggunaan video,
booklet, program slide atau penggunaan lebih dari satu media terbukti
efektif mengurangi gejala yang dikeluhkan oleh pasien (Bennett,
Bagnall, Closs, 2009; Lovell, Stockler, Briganti, 2010; Yildirim, Cicek,
Uyar, 2009)

D. Rencana Luaran
Pasien sebagai sasaran pelaksanaan proyek inovasi diharapkan mampu meningkat
kualitas hidupnya dengan melalui proses pemberian informasi melalui media
pembelajaran yaitu booklet

12
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
E. Manfaat
1. Bagi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Membantu meningkatkan kualitas layanan asuhan kepererawatan
maternitas dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pasien kanker
gynekologi melalui psikoedukasi.
2. Bagi pasien
Mendapatkan layanan berupa intervensi mandiri keperawatan berupa
psikoedukasi guna menurunkan gejala-gejala yang muncul pada pasien
3. Bagi program ners spesialis keperawatan maternitas
Mampu mengaplikasikan konsep management care of symptoms melalui
psikoedukasi pada pasien kanker gynekologi.

F. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membuat program intervensi management care of symptoms di Unit
Onkologi Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi program yang sudah ada di Unit Onkologi Ginekologi
b. Membuat program management care of symptoms untuk Unit Onkologi
Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
c. Mensosialisasikan program supportive-educative nursing system
d. Mengimplementasikan program management care of symptoms di setiap
Unit Onkologi Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
e. Mengevaluasi program management care of symptoms di Unit Onkologi
Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
f. Melakukan feedback program management care of symptoms di Unit
Onkologi Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
g. Pelaporan dan rencana tindak lanjut program management care of
symptoms di Unit Onkologi Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta

13
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB II
KEGIATAN PROYEK INOVASI

Bagian ini menguraikan tentang implementasi dan evaluasi pelaksanaan management care of
symptoms melalui psikoedukasi pada pasien kanker ginekologi di ruang rawat onkologi
ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Program management care of symptoms
melalui psikoedukasi di rumah sakit sebagai proyek inovasi mahasiswa residensi keperawatan
maternitas 2014 dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Implementasi
penerapan management care of symptoms melalui psikoedukasi dilaksanakan selama empat
hari kemudian dilanjutkan dengan evaluasi. Hasil evaluasi diperoleh melalui penyebaran
kuisioner tentang Quality Of Life (QOL) kepada pasien, observasi, dan wawancara kepada
perawat. Pelaksanaan management care of symptoms melalui psikoedukasi pada pasien
kanker ginekologi di ruang rawat onkologi ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
sebagai berikut:

A. Presentasi awal
Presentasi hasil pengkajian dilakukan pada tanggal 23 April 2014 bertempat di gedung A
lantai 2 zona A ruang 221, kegiatan dimulai pukul 14.30 WIB dan dibuka oleh pemandu
acara. Kegiatan ini dihadiri oleh kepala ruangan onkologi dan obsetri beserta beberapa staf
dari onkologi dan obstetri serta perawat poli dilanjutkan dengan sambutan dari
pembimbing akademik dari FIK UI dan pemaparan hasil pengkajian oleh perwakilan
mahasiswa.

Presentasi hasil pengkajian dilakukan selama 15 menit yang memaparkan hasil pengkajian
di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) khususnya di ruang rawat onkologi
ginekologi mulai pada tanggal 26 Maret hingga 11 April 2014 dilakukan pengkajian
terhadap 22 orang pasien yang mengalami kanker ginekologi (kanker serviks, kanker
ovarium dan kanker endometrium) terhadap gejala-gejala yang yang menyertai penyakit
atau akibat dari terapi serta masalah-masalah psikososial yang dapat mengganggu kualitas
hidup pasien seperti nyeri, kelelahan, mual/muntah, cemas, gangguan tidur, harga diri
rendah, masalah seksual, isolasi sosial, dan koping tidak efektif. Pengkajian dilakukan
melalui metode observasi, wawancara dan penilaian menggunakan kuesioner kualitas
hidup pasien. Beberapa masukan yang didapatkan pada kegiatan diskusi bahwa

14
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
pertimbangkan program yang akan dilakukan di unit onkologi adalah program yang
mampu laksana dengan produk akhir booklet.

B. Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan perawat tentang management care of symptoms melalui
psikoedukasi pada pasien kanker ginekologi diruang rawat onkologi ginekologi RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2014 pukul 08.30 WIB.
Pelatihan management care of symptom dihadiri oleh 21 peserta yang terdiri dari perawat
dan bidan dari Ruang Poli, IGD, Obstetri, Gynekologi, Onkologi dan Boarding. Kegiatan
pelatihan dibuka oleh pembawa acara (Bestfy Anitasari, M.Kep), seksi dokumentasi dan
konsumsi (Suryani Hartati, M.Kep dan Priharyanti Wulandari, M.Kep).

Materi pelatihan yang diberikan terkait management care of symptoms melalui


psikoedukasi. Adapun pemateri adalah residen maternitas dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.1.
Daftar Pemateri dan Materi Pelatihan Psikoedukasi
di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta 2014

No Pemateri Materi
1. Henny Dwi Susanti, M.Kep Kanker, terapi kanker dan dampaknya pada aspek fisik,
psikologi, situasional dan dampakya pada pasien kanker.

2. Windy Natasya, M.Kep Psikoedukasi sebagai intervensi keperawatan dalam


mengelola gejala fisik , psikologi, dan situasional pasien
kanker ginekologi.

3. Mulhaeriah, M.Kep Latihan relaksasi sebagai intervensi keperawatan dalam


mengelola gejala fisik pasien kanker ginekologi.

4. Jum Natosba, M.Kep Latihan tehnik lima jari sebagai intervensi keperawatan
dalam mengelola gejala psikologis pasien kanker
ginekologi.

5. Jum Natosba, M.Kep Latihan fokus sensasi sebagai intervensi keperawatan


dalam mengelola gejala aspek situasional

6. Rita Dewi Sunarno, M.Kep Strategi koping dalam mengelola gejala pasien kanker.
7. Aryanti Wardiyah, M.Kep Perencanaan aktivitas harian.

8. Kartini, M.Kep Role play.


(Sumber: Pelatihan Psikoedukasi tahun 2014).

15
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Diskusi dilaksanakan untuk setiap sesi. Respon peserta cukup antusias dalam mengikuti
kegiatan pelatihan yang diberikan oleh residen. Kegiatan pelatihan diselingi dengan
pemberian doorprize bagi peserta yang cukup aktif dalam memberikan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan serta mendemonstrasikan tehnik dan psikoedukasi. Selanjutnya
peserta mendemonstrasikan sesi satu sampai dengan sesi empat. Pada sesi pertama,
perawat/bidan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Berdasarkan keluhan
pasien, perawat/bidan menjelaskan penyakit yang diderita saat ini dan penyebab
munculnya keluhan pada pasien tersebut. Tindakan selanjutnya adalah mengidentifikasi
dampak penyakit yang diderita oleh pasien dan terapinya terhadap masalah fisik,
psikologis, dan situasional yang dialami oleh pasien. Setelah melakukan identifikasi dan
penjelasan tentang definisi, penyebab dan dampak penyakit yang ditimbulkan oleh
pasien, intervensi selanjutnya adalah melakukan intervensi.

Pada sesi dua, intervensi yang dilakukan adalah melatih pasien untuk melakukan tehnik
relaksasi pernafasan yang bertujuan untuk mengurangi masalah atau keluhan yang
dirasakan oleh pasien saat ini, akibat penyakit yang diderita pasien. Teknik lima jari
bertujuan untuk mengatasi aspek psikologis sedangkan fokus sensasi untuk mengatasi
aspek situasional khususnya masalah seksual pada pasien kanker.

Kegiatan pada sesi tiga berupa intervensi guna mengidentifikasi strategi koping pasien.
Salah satu terapi yang dilakukan adalah terapi kognitif. Intervensi ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pikiran negatif pasien serta membantu pasien untuk meningkatkan
pikiran positif. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien terkait anggapan negatif
tentang diri pasien. Melihat kondisi tersebut, perawat menganjurkan pasien untuk
mengungkapkan pikiran yang mendukung dan mendiskusikan dengan pasien tentang
pikiran negatifnya, serta membantu pasien untuk menemukan pikiran positif untuk
melawan pikiran negatif. Pada saat pasien mengungkapkan pikiran negatif, perawat
juga memberikan dan mendorong pasien melihat dirinya saat ini, kelebihan apa yang
dimiliki oleh pasien. Perawat bersama dengan pasien mengungkapkan manfaat setelah
mengikuti terapi. Kemudian perawat memberikan reinforcement positif atas pikiran
positif yang diungkapkan dan menyusun rencana tindak lanjut.

Sesi terakhir adalah merencanakan aktifitas harian pasien. Tujuannya untuk membantu
pasien mempersiapkan dan menyusun kegiatan sehari-hari yang mampu dilakukan
16
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
pasien setelah menjalani terapi. Perawat menggunakan lembar kerja yang ada dalam
booklet berupa tabel yang dapat diisi pasien setiap hari. Sehingga dari jadwal aktivitas
harian tersebut, pasien dapat memiliki gambaran seberapa banyak aktivitas yang dapat
dilakukan selama berada di rumah, dan dalam mempersiapkan tubuhnya sebelum
jadwal kemoterapi berikutnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan


psikoedukasi berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Peserta yang
mengikuti pelatihan menyampaikan bahwa psikoedukasi dapat diterapkan pada pasien
yang mengalami masalah fisik, psikologi, dan situasional terkait proses penyakitnya.

C. Implementasi
Pelaksanaan implementasi psikoedukasi dilakukan selama empat hari mulai tanggal 9
sampai dengan 14 Mei 2014. Perawat yang melakukan implementasi adalah perawat
yang telah mengikuti pelatihan. Perawat melakukan sesi satu sampai empat.
Implementasi dilakukan diruang onkologi yang sebelumnya sudah mendapatkan ijin
dari kepala ruang dan perawat primer untuk melakukan implementasi.Adapun perawat
yang melakukan implementasi dan diobservasi oleh penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2
Kegiatan Implementasi Psikoedukasi Perawat Di IGD lt.3 dan Ruang Onkologi
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta 2014

Komponen
Sesi & nama
Media Fasilitator keterampilan Nilai
perawat RSCM
1 2 3 4 5 6 7
Booklet, modul
Dwiraissa Rita Dewi
dan format 3 4 4 4 3 4 3 89,28
Maulina, AMK Sunarno
kegiatan harian
(Sumber, Pelatihan Psikoedukasi RSUPN CM, 2014)

D. Evaluasi
Bagian ini menguraikan tentang hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan proyek inovasi
tentang pelatihan psikoedukasi kepada perawat. Hasil evaluasi disimpulkan dari
evaluasi proses kegiatan, kemampuan perawat melakukan psikoedukasi yang diukur
melalui lembar observasi, Quality Of Life (QOL) pasien kanker ginekologi.

17
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
1. Evaluasi proses kegiatan
Proses kegiatan pelatihan psikoedukasi kepada perawat berlangsung satu hari. Peserta
mengikuti acara dari awal sampai akhir dengan antusias dan aktif bertanya dan berlatih
saat role play. Semua materi inti terkait kanker dan psikoedukasi disampaikan sesuai
rencana pada saat pelatihan. Kedala pada saat simulasi adalah waktu yang kurang
memadai terkait adanya keterbatasan waktu yang dimiliki peserta khususnya dari
bagian poliklinik karena harus memberikan pelayanan kepada pasien. Oleh karena itu,
solusi yang dilakukan adalah peserta dibagi dalam kelompok kecil berdasarkan sesi
pelatihan, kemudian secara bergantian atau perwakilan perawat mensimulasikan cara
melakukan psikoedukasi mulai dari sesi satu hingga empat.

Kegiatan dilanjutkan dengan praktek psikoedukasi oleh perawat pada pasien kanker
gynekologi di ruang onkologi dan IGD lantai 3. Perawat yang telah mengikuti
pelatihan menentukan waktu dan tempat kegiatan mereka akan melakukan intervensi.
Implementasi menggunakan booklet yang sudah disiapkan. Kendala yang terjadi
adalah terdapat beberapa perawat yang masih belum percaya diri untuk melakukan
psikoedukasi, sehingga residen harus menggunakan cara yang kreatif untuk membujuk
perawat supaya mau melakukan implementasi. Solusi yang dilalukan adalah meminta
bantuan dari kepala ruangan untuk memberikan motivasi bagi peserta pelatihan dan
perawat lainnya dan juga menyesuaikan jadwal perawat saat akan implementasi.

2. Penilaian kualitas hidup pasien kanker


Penilaian kualitas hidup pasien dilakukan sebelum dan sesudah intervensi dengan
menggunakan kuesioner Quality Of Life Index Cancer Version - III. The QLI - CVIII adalah
variasi dari Ferrans & Powers Indeks Kualitas Hidup (QLI ) (Ferrans & Powers, 1985;
1992). Konsistensi internal dari QLI dilaporkan berkisar antara 0,84-0,98 dan antara
0,62 dan 0,93 untuk subskala keandalan, serta konten dan validitas konstruk, telah
dipakai untuk QLI pada 20 penelitian, yang melibatkan beberapa pasien kanker (Cowan
et al , 1992; Hughes, 1993; Ferrans et al, 1990; Rustoen et al, 1999). Temuan penulis
didukung konsistensi internal instrumen dimodifikasi dengan Koefisien Alpha
Cronbach sebesar 0.95. Koefisien Cronbach Alpha untuk empat subskala adalah
sebagai berikut: kesehatan dan fungsi 0.90, sosial dan ekonomi 0,84, psikologis dan
spiritual 0.93, dan keluarga 0.66. Validitas konkuren didukung melalui korelasi yang
kuat (0.80) antara QLI - CVIII dan penilaian kepuasan hidup (Campbell et al., 1976).
18
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Adapun perawat yang dilakukan evaluasi oleh residen adalah Dwi Raissa, AMK,
dengan hasi sebagai berikut:

Diagram 2.1
Nilai observasi implementasi psikoedukasi oleh perawat

3. Kemampuan perawat melakukan psikoedukasi


Kemampuan perawat dinilai berdasarkan lembar observasi saat melakukan
psikoedukasi pada pasien. Kemampuan berdasarkan nilai yang ada pada lembar
observasi terdiri dari tujuh item. Secara umum terjadi peningkatan kemampuan
perawat dalam melakukan psikoedukasi saat implementasi. Kemampuan berdasarkan
nilai yang ada pada lembar observasi terdiri dari tujuh item sebagai berikut:

Diagram 2.2
Nilai observasi implementasi psikoedukasi oleh perawat

Penilaian kemampuan perawat dalam melakukan psikoedukasi dapat dilihat pada


diagram dua sebagai berikut:

19
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Diagram 2.3
Nilai observasi implementasi psikoedukasi oleh perawat

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa keterampilan membuka dan


menutup sesi telah dilakukan perawat dengan baik. Perawat Dwi Raissa mendapat nilai
di atas 80 dalam melakukan psikoedukasi sehingga dikatakan baik. Pelaksanaan
proyek inovasi berupa pelayanan keperawatan psikoedukasi pada pasien kanker
gynekologi di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan dukungan maupun
hambatan.

Adapun faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan proyek inovasi dapat
dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan proyek inovasi

Faktor pendukung Faktor penghambat


 Antusias perawat dan bidan di  Implementasi yang dilakukan oleh perawat
Ruang Obsgyn dan Onkologi sangat ataupun bidan membutuhkan waktu yang
tinggi untuk melakukan intervensi cukup untuk memahami, kondisi tersebut
dan implementasi terhadap pasien disebabkan oleh banyaknya pendokumentasian
yang dilakukan oleh perawat/bidan selain
 Dukungan dari kepala ruang dari memberikan intervensi kepada pasien.
masing-masing ruangan memberikan
support dan motivasi terhadap  Kemampuan komunikasi efektif masih perlu
perawat yang memberikan ditingkatkan karena merupakan kemampuan
implementasi. utama.

 Mayoritas peserta pelatihan  Suasana lingkungan yang terbuka, sementara


merupakan perawat berusia muda pelayanan psikoedukasi membutuhkan tempat
sehingga masih memiliki daya ingat yang tenang.
yang tinggi terhadap penguasaan
materi.  Butuh waktu latihan dan waktu untuk
mempraktekkan intervensi ini.

20
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
4. Hasil wawancara
Wawancara yang telah dilakukan dengan kepala ruang dan peserta pelatihan, secara
umum menyampaikan bahwasanya kegiatan yang dilakukan oleh residen maternitas
dikemas sangat bagus dan peserta sangat antusias mengikuti pelatihan. Tanggapan dari
pihak manajemen gedung A dan IGD menyampaikan materi yang diberikan bagus-
bagus dan menarik, bahasanya mudah diterima oleh perawat dan narasumber tampak
sangat menguasai materi sehingga yang mendengarkan dan mengikuti acara pelatihan
bisa memahami dan tidak membosankan.

E. Pembahasan
Pelayanan keperawatan psikoedukasi merupakan bentuk edukasi yang bersumber pada
asumsi yang didukung secara ilmiah bahwa sebagian besar reaksi emosi dan perilaku
diperoleh melalui pembelajaran. Tujuan intervensi ini untuk membantu klien untuk
tidak mempelajari cara bereaksi terhadap tujuan yang tidak diinginkan, melainkan
mempelajari cara baru untuk bereaksi terhadap tujuan yang diinginkan.

Berbagai bentuk psikoedukasi efektif mengurangi gejala kecemasan dan depresi,


meningkatkan kemampuan koping, menurunkan perasaan yang timbul dari efek
hospitalisasi, meningkatkan efikasi diri, meningkatkan optimisme, dan mengurangi
gejala yang dirasakan pada pasien kanker (Hopko et al., 2008). Pemberian intervensi
psikoedukasi pada nyeri, kelemahan, mual dan muntah, gangguan tidur dan gangguan
spiritual dinilai efektif dilakukan pada pasien kanker (Chan,Cheng, Lam, Li, Chik &
Cheung, 2008; Bennet, Bagnall, & Close, 2009; Kwekkeboom, Abbott-Anderson &
Wanta, 2010). Pelayanan keperawatan psikoedukasi dapat meningkatkan
pengetahuan, dan perilaku, mengurangi intensitas nyeri serta memberikan dampak
positif bagi pasien kanker yang dirawat di rumah sakit (Bennet, Bagnall, & Close,
2009; Kwekkeboom, Abbott-Anderson & Wanta, 2010).

F. RENCANA TINDAK LANJUT


Kegiatan proyek inovasi intervensi management care of symptoms pada pasien kanker
gynekologi sudah berjalan optimal namun masih perlu upaya tindak lanjut supaya dapat
mencapai pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat.

21
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Adapun rencana tindak lanjutnya sebagai berikut:
1. Ruang onkologi
 Adanya kerjasama dan komitmen dari petugas kesehatan terutama perawat dan
bidan dalam memberikan intervensi kepada pasien
 Pelatihan terkait intervensi mandiri keperawatan dilakukan secara berkala dan
masuk dalam agenda tahunan managemen
 Sosialisasi pelayanan keperawatan psikoedukasi tentang managemen care of
symptoms pada pasien kanker gynekologi dapat dibuat dalam bentuk audiovisual
sehingga dapat dilihat oleh pasien kanker di ruang lain misalnya di poliklinik.
2. IGD lt.3
 Dilakukannya pelatihan yang serupa pada unit gawat darurat dengan kasus yang
berbeda
3. Ruang Obstetri
 Dilakukannya transfer ilmu oleh perawat yang telah mengikuti pelatihan, sehingga
pelaksanaan pelayanan psikoedukasi dapat dilakukan juga pada pasien obstetrik

G. Implikasi praktek
1. Pelayanan keperawatan psikoedukasi merupakan intervensi mandiri keperawatan yang
dapat dilakukan oleh perawat, tidak hanya pada unit onkologi. Intervensi ini bisa juga
diterapkan pada ruangan lain dengan memperhatikan kaidah dan tatacara yang ada
dalam pelayanan keperawatan psikoedukasi.
2. Perawat dapat meningkatkan kemampuan komunikasi efektif dan meningkatkan
keterampilan khususnya mengenai latihan relaksasi pernafasan, latihan lima jari dan
fokus sensasi.
3. Perawat dapat memaksimalkan perannya sebagai pelaksana, educator serta
mencerdaskan pasien
4. Kemandirian perawat dapat ditingkatkan dengan melakukan intervensi mandiri
melalui psikoedukasi, perawat tidak hanya melakukan tugas-tugas kolaborasi.

Pelayanan keperawatan psikoedukasi sudah diimplementasikan oleh perawat yang


mengikuti pelatihan. Implementasi dilaksanakan mulai tanggal 09 – 14 Mei 2014,
terdiri dari 10 perawat dan bidan terlatih yang telah melakukan implementasi ke pasien
dengan didampingi residen maternitas FIK-UI. Implementasi dilakukan di ruang
onkologi, IGD lantai 3 dan ruang ginekologi, yang sebelumnya sudah mendapatkan ijin
22
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
dari kepala ruang dan perawat primer dari masing-masing ruangan yang telah dilakukan
implementasi.

Bentuk implementasi yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan yang diajarkan saat
pelatihan yaitu mulai dari sesi satu sampai empat. Salah satunya adalah melakukan
teknik relaksasi. Dixon, Keefe, Scipio, Perri, and Abernethy (2007) mengatakan bahwa
teknik relaksasi merupakan bagian dari psikoedukasi mampu secara efektif dalam
penanganan nyeri, efikasi diri, kecemasan, dan depresi. Teknik relaksasi efektif
diterapkan dalam penanganan nyeri pada pasien kanker (Lohnberg, 2007; Vowles and
McCracken, 2008). Studi meta analisis pada 25 studi pasien diabetes, teknik relaksasi,
activity scheduling, problem solving, goal setting, contract setting, dan manajemen
stress secara efektif dapat mengurangi stress psikologi (Ismail, Winkley, and Rabe-
Hesketh, 2004).

Semua perawat yang sudah mendapatkan pelatihan dapat melakukan pelayanan


keperawatan psikoedukasi. Begitu juga dengan perawat yang belum mengikuti pelatihan
namun sudah mendapatkan transfer ilmu serta melihat secara langsung rekannya yang
sedang melakukan intervensi psikoedukasi. Hal ini terjadi karena intervensi
psikoedukasi merupakan intervensi mandiri keperawatan yang mudah dilakukan.
Kemudahan intervensi ini dikarenakan pelaksanaannya yang fleksibel. Metode yang
fleksibel dan berusaha menggabungkan antara informasi terkait perubahan penyakit
dengan anjuran untuk mengatasi perubahan penyakit tersebut, sehingga psikoedukasi
sangat potensial untuk digunakan pada berbagai penyakit dan tahapan perubahan
kehidupan (Luken & McFarlance, 2004).

Intervensi mandiri keperawatan berupa pelayanan keperawatan psikoedukasi dapat


dilakukan secara individu, kelompok, pasangan, dan keluarga, dan terintegrasi dalam
bentuk Cognitive Behavior Therapy (CBT), seperti suportif atau expressive
psychotherapy, koping dan teknik komunikasi, emotion-focused therapy, dyadic support
therapy, relaxation training, social skill training, hypnosis, dan problem solving
treatments terbukti efektif menurunkan keluhan pasien terhadap gejala yang
dirasakannya (Barsevick et al, 2002). Intervensi pendidikan lainnya, yang telah
difokuskan pada keterampilan komunikasi telah berhasil meningkatkan kemampuan

23
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
pasien untuk berbicara tentang pengalaman nyeri kanker, meskipun efek pada skor nyeri
tidak dinilai (Street, et al., 2009; Wilkie et al., 2010).

Pasien yang menjadi target dalam pelatihan pelayanan keperawatan psikoedukasi ini
adalah pasien kanker ginekologi yang masih dapat menlakukan aktivitasnya secara
mandiri dan pasien yang menjalani kemoterapi. Kualitas hidup pasien sebelum
mendapatkan intervensi dinilai dengan menggunakan kuesioner Quality Of Life Index
Cancer Version-III. Secara umum terdapat kenaikan kualitas hidup dari pasien kanker yang
mendapatkan intervensi keperawatan psikoedukasi walaupun sedikit.

Penilaian kemampuan perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan psikoedukasi


menggunakan lembar penilaian pelaksanaan psikoedukasi, yang terdiri dari tujuh item.
Rata-rata nilai yang diperoleh perawat sebesar 84,28. Rentang nilai dari sepuluh perawat
yang melakukan implementasi mulai dari 78,57 sampai 96,43. Beberapa komponen
keterampilan perawat yang dinilai saat implementasi, kemampuan membuka dan
menutup sesi merupakan komponen yang mendapatkan nilai maksimal yaitu 4 poin.

24
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan program management care of symptoms melalui psikoedukasi pada pasien
kanker ginekologi di ruang onkologi RSCM telah dilakukan. Setelah pelaksanaan
program management care of symptoms melalui psikoedukasi dilakukan evaluasi.
Evaluasi dilakukan melalui kuisioner pada pasien untuk melihat perubahan quality of
life (QOL) setelah dilakukan management care of symptoms melalui psikoedukasi.
Evaluasi juga dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat
kemampuan perawat dalam melaksanakan implementasi management care of
symptoms melalui psikoedukasi pada pasien kanker ginekologi. Observasi meliputi
kegiatan perawat dalam melakukan psikoedukasi sesi satu sampai empat pada pasien
kanker ginekologi sesuai gejala dan keluhan yang dialami pasien. Evaluasi juga
dilakukan melalui wawancara dengan passien tentang manfaat setelah mengikuti
psikoedukasi. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada perawat dan bidan di
runag onkologi, obstetri ginekologi, poli kebidanan, dan IGD kebidanan tentang
aspek positif dan kendala yang dihadapi dalam melakukan program management
care of symptoms pada pasien kanker ginekologi.

B. SARAN
Management care of symptoms melalui psikoedukasi pada pasien kanker sebagai
intervensi keperawatan perlu dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk
mengatasi gejala yang muncul pada pasien kanker serta meningkatkan kenyamanan
pasien. Selain itu, perlu dilakukan monitoring evaluasi dan motivasi oleh kepala
ruangan kepada perawat untuk melakukan dan mengembangkan program
psikoedukasi.

25

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


PELAKSANAAN PROGRAM MANAGEMENT CARE OF SYMPTOMS MELALUI PSIKOEDUKASI
PADA PASIEN KANKER GINEKOLOGI DI RUANG ONKOLOGI
RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

No Nama Kegiatan Sasaran Tempat dan Waktu Penanggung Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Jawab
1. Persiapan Pasien dan perawat Tempat : Ruang onkologi Mahasiswa
a. Analisa SWOT di ruang onkologi RSUPN
tentang management RSUPN Ciptomangunkusumo
care of symptoms pada Ciptomangunkusumo Jakarta
pasien kanker
ginekologi di ruang
onkologi RSUPN
Ciptomangunkusumo Waktu: 7 April sampai 22
Jakarta April 2014
b. Sosialisasi dengan
manajer gedung A,
kepala ruang dan
perawat di ruang
onkologi RSUPN
Ciptomangunkusumo
Jakarta
c. Presentasi hasil Tempat: Ruang onkologi Presentasi proposal
pengkajian terkait RSCM management care of symptoms
program management Waktu: 23 April 2014 melalui psikoedukasi pada
care of symptoms di pasien kanker ginekologi
ruang onkologi diruang onkologi RSCM,

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


No Nama Kegiatan Sasaran Tempat dan Waktu Penanggung Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Jawab
RSUPN dihadiri oleh Kepala ruang
Ciptomangunkusumo onkologi, obstetri dan ginekologi
Jakarta serta perawat di ruang onkologi,
obstetri ginekologi, dan poli
kebidanan RSCM

2. Pelaksanaan: Perawat dan Tempat : Ruang onkologi Mahasiswa  Diseminasi diberikan kepada
a. Diseminasi program bidan di ruang RSCM perawat dan bidan di ruang
management care of onkologi, onkologi, pili kebidanan, IGD
symptoms melalui obstetri Waktu : 28 Mei 2014 kebidanan, obstetri ginekologi
psikoedukasi pada ginekologi, IGD  Diseminasi diberikan oleh
pasien kanker kebidanan, dan mahasiswa residensi
ginekologi poli kebidanan maternitas FIK UI
RSCM  Diseminasi dihadiri oleh
perawat dan bidan ruang
onkologi, obstetri ginekologi,
poli kebidanan, dan IGD
kebidanan (dihadiri 21 orang)

b. Implementasi Tempat: Ruang onkologi Mahasiswa dan  Terlaksana program


management care of RSCM perawat management care of symptoms
symptoms melalui melalui psikoedukasi pada
psikoedukasi pada Waktu : 9 Mei sampai 14 pasien kanker ginekologi di
pasien kanker Mei 2 ruang onkologi, ginekologi,
ginekologi oleh dan IGD kebidanan RSCM
perawat

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


No Nama Kegiatan Sasaran Tempat dan Waktu Penanggung Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Jawab
3. Penyusunan laporan hasil Tempat: Ruang onkologi Mahasiswa  Proses pelaksanaan
evaluasi dan tindak lanjut RSCM management care of symptoms
program management care melalui psikoedukasi pada
of symptoms melalui Waktu : 14 Mei 2014 pasien kanker ginekologi
psikoedukasi pada pasien dilakukan melalui kerjasama
kanker ginekologi dengan manajer gedung A,
kepala rung, perawat dan bidan
di ruang onkologi, obstetri
ginekologi, poli kebidanan,
IGD kebidanan. Proses
pelaksanaan management care
of symptoms melalui
psikoedukasi pada pasien
kanker ginekologi perlu
dilakukan observasi dan
motivasi agar dapat dilakukan
sebagai intervensi keperawatan
untuk mengurangi symptoms
pada pasien kanker

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


No Nama Kegiatan Sasaran Tempat dan Waktu Penanggung Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Jawab
4. Presentasi akhir: Pelaporan Tempat: Ruang onkologi Mahasiswa, Bidan,  Terselenggara presentasi hasil
hasil kegiatan di ruang RSCM Perawat di ruang akhir dan evaluasi pelaksanaan
onkologi. onkologi RSCM management care of symptoms
Waktu : 16 Mei 2014 melalui psikoedukasi pada
pasien kanker ginekologi.
Presentasi dihadiri oleh
perawat, bidan di ruang
onkologi, poli kebidanan,
obstetri ginekologi, IGD
kebidanan RSCM (dihadiri 22
orang)
 Disepakati oleh perawat dan
bidan di unit kebidanan untuk
melakukan management care
of symptoms pada pasien
kanker ginekologi dan
menindaklanjuti rencana
tindak lanjut (RTL) yang telah
disusun

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Barsevick AM, Sweeney C, Haney E, et al. (2002). A Systematic


Qualitative Analysis Of Psychoeducational Intervensions For
Deression In Patients With Cancer. Oncol Nurs Forum. 2002 jan-
Feb;29:73-81

Beck,S., Schwatz, A., Dudley, W., & Barsevick, A. (2004). Psychometric


Evaluation of the Pittsburgh Sleep Quality Index in Cancer Patients.
Journal of Pain and Symptom Management, 27(2), 140-148.

Beckmann, C., R., B., Ling, F. W., Louber, D. W., Smith, R. P., Barzansky, B.
M., Herbert, W. N. P. (2010). Obstetrics and gynecology.6th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Bennett MI, Bagnall A-M, Closs SJ. (2009). How effective are patient-based
educational interventions in the management of cancer pain? Systematic
review and meta-analysis. Pain 2009; 143:192–199.Depkes RI. (2009).
Profil Kesehatan Indonesia 2008.http://www.depkes.go.id.

Bijur, P,E., Silver, W., Gallagher, J. (2001). Reliability of the Visual Analog Scale
for Measurement of Acute Pain. Journal Academic Emergency Medicine.
12:8

Butt, Z., Rosenbloom, S. K., Abernethy, A. P., Beaumont, J. B., Paul, D.,
Hamptone, D., . . . Cella, D. (2008). Fatigue is the most important
symptom for advanced cancer patients who have had chemotherapy. J Natl
Compr Canc Netw, 6, 448-455.

Campbell, A., Converse, P., & Rodgers, W. (1976). The quality of American New
York, NY: Russell Sage Foundation.

Casey, C., Chen, L., & Rabow, M. W. (2011). Symptom management in


gynecologic malignancies. Expert Review of Anticancer Therapy, 11(7),
1077-1089. doi: 10.1586/ERA.11.83.

Curt, G. A., Breitbart, W., Cella, D., Groopman, J. E., Horning, S. J., Itri, L. M., .
. . Vogelzang, N. J. (2000). Impact of cancer-related fatigue on the lives of
patients: New findings from the fatigue coalition. The Oncologist, 5, 353-
360.

Chan,CWH., Cheng, KK., Lam, LW., Li, CK., Chik, KW & Cheung, JSS (2008).
Psycho-educational intervention for chemotherapy-associated nausea and
vomiting in paediatric oncology patients: a pilot study. Hong Kong Med J
2008;14(Suppl 5):S32-5

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Chang, V.T., Hwang, S.S., Feuerman, M., &Kasimis, B.S. (2000). Symptom
and quality-of-life survey of medical oncology patients at a veteran
affairs medical centre: A role for symptom assessment. Cancer, 88,
1175–1183. doi: 10.1002/(SICI)1097-0142(20000301)88:5<1175::AID -
CNCR30>3.0.CO;2-N

Cowan, M., Young-Graham, K. & Cochrane, B. (1992). Comparison of a theory


of quality of life between myocardial infarction and malignant melanoma:
A pilot study. Progress in Cardiovascular Nursing, 7 (1), 18-28.

Deng, G., & Cassileth, B. (2005). Integrative oncology: Complementary therapies


for pain,anxiety, and mood disturbance. CA: A Cancer Journal for
Clinicians, 55(2), 109. Filippi, V., Ronsmans, C., Campbell, O. M.,
Graham, W. J., Mills, A., Borghi, J. et al. (2006) Maternal health in
poor countries: the broader context and a call for action. Lancet 368,
1535–1541.

Devi & Tang. (2008). Documenting Pain as the Fifth Vital Sign: A Feasibility
Study in an Oncology Ward in Sarawak, Malaysia. Journal Onkology . 75:
34-35

Dible., L, S, et all.,(2007) Acupressure for Chemotherapy-Induced Nausea and


Vomiting: A Randomized Clinical Trial: Oncology Nursing Jurnal : USA

Dixon, K. E., Keefe, F. J., Scipio, C. D., Perri, L. M., & Abernethy, A. P.
(2007). Psychological interventions for arthritis pain management in
adults: A meta-analysis. Health Psychology, 26, 241–250.

Dittnera, A. J., Wesselyb, S. C., & Browna, R. G. (2004). The assessment of


fatigue a practical guide for clinicians and researchers. Journal of
Psychosomatic Research, 56, 157–170. doi: 10.1016/S0022-
3999(03)00371-4.

Edmond, K. M., Zandoh, C., Quigley, M. A., Amenga-Etego, S., Owusu-Agyei,


S., & Kirkwood, B. R. (2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases
Risk of Neonatal Mortality. Pediatrics, 117(3), e380-386.

Everdingen et all (2007). Prevalence of pain in patients with cancer: a systematic


review of the past 40 years. Jounal Annals of Oncology 18: 1437–1449.

Ferrans, C. & Ferrell, B. (1990). Development of a quality of life index for


patients with cancer. Oncology Nursing Forum, 17 (3) suppl, 15-19.

Feyer, P., Kleeberg, U.R., Steingräber, M., Günther, W., & Behrens, M.
(2008).Frequency of side effects in outpatient cancer care and their
influence on patient satisfaction—A prospective survey using the

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


PASQOC® Questionnaire. Supportive Care in Cancer, 16, 567–575. doi:
10.1007/s00520-008-0422-4.

Fisher, D, J., et all (2010). Anxiety, depression, and pain: differences by primary
cancer. Journal Support Care Cancer 18:801–810

Gatlin, C. G., & Schulmeister, L. (2007).When medication is not enough:


Nonpharmacologic management of pain. Clinical Journal of Oncology
Nursing, 11, 699-704.

Glauss, Agnes dkk. (2004). Jurnal : Chemotherapy-Induced Nausea And


Vomiting In Routine Pravtice a European Perspective volume 12 : 708-715

Hjermstad, M..J., Fayers. P.M., Haugen.D.F et all. (2011). Studies Comparing


Numerical Rating Scales, Verbal Rating Scales, and Visual Analogue
Scales for Assessment of Pain Intensity in Adults: A Systematic Literature
Review. Journal of Pain and Symptom Management. 41:6

Hodnett, E. D., Lowe, N. K., Hannah, M. E., Willan, A. R., & et al. (2002).
Effectiveness of nurses as providers of birth labor support in North
American hospitals: A randomized controlled trial. JAMA, 288(11), 1373-
1381.

Hopko, D. R., Colman, L. K., & Carvalho, J. P. (2008). Depression in cancer


patients: Prevalence, impact, assessment, and intervention. Depression:
Mind and Body, 4, 51–62.

Howell et al. (2013). Sleep disturbance in adults with cancer: a systematic review
of evidence for best practices in assessment and management for clinical
practice. Annals of Oncology: 1-10, oi: 10.1093/annonc/mdt506

Hudson, P L., Remedies, C& Thomas, K (2010). A systematic review of


psychosocial interventions for family carers of palliative care
patients.BioMed Central Palliative Care. 9:17

Hughes, K. (1993). Psychosocial and functional status of breast cancer patients.


Cancer Nursing, 16(3), 222-229.

Ismail, K., Winkley, K., &Rabe-Hesketh, S. (2004). Systematic review and meta-
analysis of randomized controlled trials of psychological interventions to
improve glycaemic control in patients with type 2 diabetes. The Lancet,
363, 1569–1570.

Krebs, E., Carey, T., Weinberger, M. (2007). Accuracy of the Pain Numeric
Rating Scale as a Screening Test in Primary Care. Journal General
Internal Medicine. 22(10):1453–8

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Kwekkeboom, Abbott-Anderson, Wanta. (2010). Feasibility of a Patient-
ControlledCognitive-Behavioral Intervention for Pain,Kelemahan, and
Sleep Disturbance in Cancer.Oncology Nursing Forum. 37(3) May 2010.

Larsen, K., E, O’Hara, M., W, Brewer, K.,, K & Wenzel, A. (2001). A


prospective study of self efficacy expectancies and labour pain: Journal of
Reproductive and Infant Psychology. 19 (3)

Liau, Chi-Ting dkk. (2005). Incidence of chemotherapy-induced nausea and


vomiting in Taiwan: physicians and nurses estimation vs. patients’ reported
outcomes volume 13:277-286

Lohnberg, J. A. (2007). A review of outcome studies on cognitive-behavioral


therapy for reducing fear-avoid-ance beliefs among individuals with
chronic pain. Journal of Clinical Psychology in Medical Settings, 14,
113–122.

Lovell MR, Stockler MR, Briganti EM, et al. (2010) A randomized controlled
trial of a S standardized educational intervention for patients with cancer
pain. J Pain Symptom Manage 2010; 40:49–59.

Mansky, P. J., & Wallerstedt, D. B. (2006).Complementary medicine in palliative


care and cancer symptom management. The Cancer Journal, 12, 425-431.

McKinney, E. S &Murray, S. S (2007), Foundations of Maternal-Newborn


Nursing. Elsevier Science Health Science Division.

Mallinson, T., Cella, D., Cashy, J., & Holzner, B. (2006). Giving meaning to
measure: Linking self-reported fatigue and function to performance of
everyday activities. Journal of Pain and Symptom Management, 31(3),
229-241. doi: 10.1016/j.jpainsymman.2005.07.012.

Mollasiotis, A., et all (2013) The effectiveness and cost-effectiveness of


acupressure for the control and management of chemotherapy-related acute
and delayed nausea: Assessment of Nausea in Chemotherapy Research
(ANCHoR), a randomised controlled trial : NHS : UK

Newman., Jack., Pitman., Teresa. (2008). The ultimate brestfeeding book of


answers. Jakarta: Buah Hati

Orem. (2001). Nursing: Concept of Practice (6thed). Mosby: St. Louis.

Olsson, I., Mylketun, A. (2005).The hospital anxiety and depression rating scale:
A cross sectional study of psychometrics and case finding abilities in
general practice. BMC Psychiatritry,5 ,46

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Pazdur. (2001). Mual dan Muntah Pada Pasien dengan Kemoterapi. Diunduh di
http//www.cribd.com/doc/35152956/Evaluasi-Mual-Muntah-Paien-
kemoterapi.html, pada tanggal 12 April 2014

Pilliteri, A. (2003). Maternal and Childbearing nursing care of the childbearing


and childrearing family, 4th ed. Philadelphia: Lippincott.

Piper, B. F., Dibble, S. L., Dodd, M. J., Weiss, M. C., Slaughter, R. E., & Paul, S.
M. (1998). The revised Piper Fatigue Scale: Psychometric evaluation in
women with breast cancer. Oncology Nursing Forum, 25(4), 677-684.

Prue, G., Allen, J., Gracey, J., Rankin, J., & Cramp, F. (2010). Fatigue and
gynecological cancer patients during and after anticancer treatment.
Journal of Pain and Symptom Management, 39(2), 197-210. doi:
10.1016/j.jpainsymman.2009.06.011.

Reeder, S.J., Martin, L.L & Koniak-Griffin, D. (2011).Maternity Nursing: Family,


Newborn, and Women’s Health Care, 18th edition. Alih bahasa Yati
Afiyanti, Imami Nur Rachmawati & Sri Djuwitaningsih. (2011).
Keperawatan maternitas: kesehatan wanita, bayi & keluarga, ed. 18 vol 1.
Jakarta: EGC. Buku asli diterbitkan tahun 1997

Reeve, B. B., Stover, A. M., Alfano, C. M., Smith, A. W., Ballard-Barbash, R.,
Bernstein, L., . . . Piper, B. F. (2012). The Piper Fatigue Scale-12 (PFS-
12): Psychometric findings and item reduction in a cohort of breast cancer
survivors. Breast Cancer Res Treat, 136, 9-20. doi: 10.1007/s10549-012-
2212-4.

Rouhe, H & Aro, k (2012) obstetric outcome after interventions for severe fear
of childbirth in nulliparous women-randimised trial. International
Journal Of Obstetric And Gynecology: 75-84

Rosenberg, M. (1965). Society and the adolescence self image. Princeton, NJ:
Princeton University Press.

Rustoen, T., Moum, T., Wiklund, I., & Hanestad, B. (1999a). Quality of life in
newly diagnosed cancer patients. Journal of Advanced Nursing, 29, 490-
498.

Rustoen, T., Wicklund, I., Hanested, B., & Burckhardt, C. (1999b). Validity and
reliability of the Norwegian version of the Ferrans and Powers Quality of
Life Index. Scandinavian Journal of Caring Science, 13, 96-101.

Savard, J., & Morin, C. (2011). Insomnia in the Context of Cancer: A Review of a
Neglected Problem. Journal of Clinical Oncology, 19(3), pp. 895-908.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Sharma, B., et al. (2013). Midwifery Scope of Practice Among Staff Nurses: A
Grounded Theory Study in Gujarat, India. Midwifery 29 p. 628-636.

Simeit, R., Deck, R., & Marx,B. (2003). Sleep management training for cancer
patients with insomnia. Support Care Cancer (2004) 12:176–183. DOI
10.1007/s00520-004-0594-5

Sood, A., Barton, D. L., Bauer, B. A., & Loprinzi, C. L. (2007). A critical review
of complementary therapies for cancer-related fatigue. Integrative Cancer
Therapies, 6(1), 8-13. doi: 10.1177/1534735406298143.

Stone, P. (2002). The measurement, causes, and effective management of cancer


related fatigue. International Journal of Palliative Nursing 8(3), 120-128.

Stone, P., Ream, E., Richardson, A., Thomas, H., Andrew, P., Cambell, P., . . .
Young, A. (2003). Cancer-related fatigue – a difference of opinion?
Results of a multicentre survey of healthcare professionals, patients and
caregivers. European Journal of Cancer Care, 12, 20-27.

Street RL, Slee C, Kalauokalani DK, et al. (2009). Improving physician-patient


com¬munication about cancer pain with a tailored education-coaching
intervention. Patient Educ Couns 2009; 80:42–47.

Teijlingen, E., V. et al. (2009). Born in UA: Exceptionalism in Maternity Care


organization Among High Income Countries.Sociological research online
14 (1)5.Diakses dari http://www.socresonline.org.uk/14/1/5.html

Vowles, K. E., & McCracken, L. M. (2008). Acceptance and values-based


action in chronic pain: A study oftreatment effectiveness and process.
Journal of Consulting and Clinical Psychology, 76, 397–407.

Wanchai, A., Armer, J. M., & Stewart, B. R. (2011). Nonpharmacologic


supportive strategies to promote quality of life in patients experiencing
cancer-related fatigue: A systematic review. Clinical Journal of Oncology
Nursing, 15(2), 203-214. doi: 10.1188/11.CJON.203-214.

Wilkie D, Berry D, Cain K, et al. (2010). Effects of coaching patients with lung
cancer to report cancer pain.West J Nurs Res 2010; 32:23–46.World
Health Organization (2007) Verbal Autopsy Standards: Ascertaining
and Attributing Causes of Death. WHO, Geneva (available at:
http://www.who.int/whosis/mort/verbalautopsystandards/en/).

WHO. (2003). Mual dan Muntah Pada Pasien dengan Kemoterapi. Diunduh di
http//www.google.co.id/search?q=mual+dan+muntah+pada+pasien+kemot
erapi&ie

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Yildirim YK, Cicek F, Uyar M. (2009). Effects of pain education program on
pain intensity, pain treatment satisfaction, and barriers in Turkish cancer
patients. Pain Manag Nurs 2009; 10:220–228.

Zimet, G., Dahlem, N., Zimet, S.. & Farley, G. (1988). The multidimensional
scale of perceived social support, Journal of Personality Assessment, 52,
30-41.

Zimet, G., Powell, S., Farley, G., Werkman, S., & Berkoff, K. (1990).
Psychometric characteristics of the multidimensional scale of perceived
social support. Journal of Personality Assessment, 55, 610-617

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
FOTO KEGIATAN PROYEK INOVASI DI RSCM
JAKARTA
Seminar Management Care of Symptoms
08 Mei 2014

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Intervensi Psikoedukasi Pada Pasien

Tgl: 9 dan 12 Mei 2014


Residen: Rita Dewi Sunarno
Perawat: Dwi Raissa

Metode: Psikoedukasi

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


LAMPIRAN IV
DAFTAR HADIR

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
LAMPIRAN V
ASKEP KASUS KELOLAAN

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Aplikasi Penerapan Teori Need for Help Wiedenbach dan Konservasi Levine
Pada Asuhan Keperawatan Ny. T (29 tahun) P2A0
dengan Perdarahan Postpartum

KASUS 1
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2013
Ruang Rawat : IGD PONEK dan Anggrek

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat :Cikempang RT 03 RW 11, Pekansari, Cibinong,
Bogor
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. I
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien post partum di bidan satu minggu yang lalu. Pasien rujukan dari
bidan karena keluar darah pervagina.

2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum, satu minggu sesudah
melahirkan.

3. Riwayat kesehatan sekarang


Pasien perdarahan satu minggu sesudah melahirkan di bidan. Pasien
mengalami perdarahan lebih dari 500 cc. Hasil USG menunjukkan kesan
terdapat sisa plasenta. Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma,
jantung, hipertensi, dan DM.

4. Riwayat kesehatan dahulu


Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma, jantung, hipertensi,
DM.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, obat – obatan, dan udara

6. Riwayat persalinan sekarang


Klien melahirkan bayi perempuan spontan pervagina di bidan, berat lahir
3700 gram. Plasenta lahir lengkap, spontan.

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


Hamil Tanggal Jenis Penolong Tempat Penyulit Jenis Kelamin BBL Penyulit
ke Partus Partus Partus Nifas
I 2006 Spontan Paraji Rumah - Laki-laki 3500 -
gram

II 2013 Spontan Bidan BPS - Perempuan 3700 HPP,


gram sisa
plasenta

8. Riwayat menstruasi
Klien menarche usia 13 tahun. Lama menstruasi tujuh hari, siklus haid 28
hari. Tidak ada nyeri haid. Ganti pembalut dua sampai tiga kali setiap hari.
9. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat infertilitas, kista ovarium,
tidak ada massa.
10. Riwayat KB
Klien mengatakan KB suntik satu bulan selama enam tahun.
C. Keadaan Umum
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 100/70mmHg, nadi 60x/menit, suhu
36,70C, frekuensi pernafasan 20x/menit, capillary refill lebih dari tiga detik.
BB: 55kg, TB: 153 cm.
D. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
 Kepala : Bentuk mesosephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
 Mata : Simetris, konjungtiva palpebra anemi, sklera tidak ikterik
 Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada epistaksis
 Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
 Telinga : Tidak ada discharge
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
- Dada
 Jantung : Ictus cordis tidak tampak, HR 60x/meit, reguler, pekak, terdengar
BJ I dan II, tidak ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
 Paru :Dada simetris, tidak ada retraksi dada, fokal fremitus kanan dan
kiri seimbang, sonor, vesikuler di seluruh lapang paru
 Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, pengeluaran
ASI (+), ada nyeri tekan, panas, payudara bengkak.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


- Abdomen
 Fundus uterus : Satu jari di bawah pusat, uterus lembek, kontraksi tidak baik
 Kandung kemih : kosong, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
 DRA : tidak terkaji
 Bising usus : 10x/menit, flatus (+)
- Perineum dan genital
 Tidak ada laserasi perineum
 Perdarahan lebih dari 500 cc
- Ekstremitas
 Ekstremitas atas : Pitting edema (-), tidak ada varises
 Ekstremitas bawah : Pitting edema (-), tidak ada varises
 Tanda homan (-)
E. Pengkajian Psikologis
1. Perasaan ibu terhadap kondisi kesehatannya
Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang karena pada persalinan
sebelumnya tidak mengalami perdarahan. Ibu mengatakan cemas jika
perdarahan berulang.
2. Harapan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan supaya perdarahannya cepat berhenti.
3. Status mental / mood
Ibu tampak cemas, gelisah, dan sedih dengan kondisinya.
F. Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG menunjukkan kesan terdapat sisa plasenta.
G. Terapi
Oksigen nasal kanul tiga liter tiap menit, cairan kristaloid melalui IV 500 cc
loading, oksitosin 20 unit, sythothex 3 x 1.
H. Diagnosa Keperawatan Fase Akut
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
Pengkajian Konservasi Levine
a. Lingkungan internal
1. Fisik
Pasien mengalami perdarahan satu minggu sesudah melahirkan di bidan.
Pasien mengalami perdarahan lebih dari 500 cc. Pasien mengatakan tidak
menderita penyakit asma, jantung, hipertensi, DM. Klien tampak pucat dan
konjungtiva palpebra anemi.
2. Psikologis
Klien mengatakan cemas terjadi perdarahan berulang.
b. Lingkungan eksternal
1. Perseptual :
Ny. T berasal dari suku Sunda, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan
SMA. Klien menempati rumah sendiri. Jarak rumah dengan fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Ny.
T melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di bidan. Klien
menggunakan fasilitas jampersal. Pekerjaan suami swasta, penghasilan dua
juta rupiah / bulan.
2. Operasional :

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Klien menikah satu kali, menarche pada usia 13 tahun, lama haid tujuh
hari, siklus haid 28 hari, klien tidak nyeri saat haid. Klien melahirkan anak
kedua, jenis kelamin perempuan, berat lahir 3700 gram. Anak pertama
berusia 8 tahun, jenis kelamin laki – laki, berat lahir 3500 gram.
3. Konseptual :
Klien beragama Islam, suku Sunda. Bahasa sehari – hari yang digunakan
adalah bahasa Indonesia. Tidak ada nilai – nilai budaya yang bertentangan
dengan nilai kesehatan.

C. Konsevasi Energi
a. Nutrisi
Klien menghabiskan satu porsi makanan yang diberikan oleh rumah
sakit.
b. Eliminasi
BAB: Frekuensi 2 x/hari, Konsistensi berbentuk tidak keras.
BAK: Frekuensi 1-3 x/hari,Kejernihan : jernih, Warna kuing jernih
c. Oksigenisasi
Keluhan : Tidak sesak, Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt, Irama
teratur. Tidak ada Penggunaan Otot bantu pernafasan.
d. Aktifitas dan Istirahat
Aktifitas klien terbatas karena berbaring di tempat tidur, masih terasa
pusing bila melakukan aktifitas karena perdarahan. Pemeriksaan Hb
7,8 g/dl. Terpasang infus asering.
e. Pola Tidur
Siang : Ya/Tidak (2-3 jam), Malam: Ya/Tidak ( 6-8 jam)
Gangguan Tidur : Ya/Tidak (Lingkungan panas)
2. Konservasi Struktural Integritas
Pemeriksaan Fisik Ibu
 Tensi : 100/70 mmhg, nadi 60x/mnt, RR 20x/mnt, Suhu36,7oC .
Kesadaran Compos mentis.
 Mata : Konjugtiva (anemis/Tidak), sclera : (ikterik/Tidak), Pupil
(isokor/anisokor), reflek cahaya (+/-), penglihatan
(Terganggu/Tidak).
 Mammae: inspeksi: (simetris/Tidak), kebersihan : (bersih/tidak),
pembengkakan :
(bengkak/tidak), areola:(hiperpigmentasi/tidak), bentuk puting kiri :
(menonjol/inverted/datar), bentuk puting kanan
(menonjol/inverted/datar). Palpasi: nyeri tekan : (ada/tidak),
kolostrum : (keluar/tidak), ASI: (keluar/tidak).
 Abdomen: Inspeksi: kebersihan: (bersih/tidak), striae (ada/tidak),
Auskultasi: peristaltik usus : 15 x/menit, teraba diatesis rekti 2 jari,
TFU satu jari bawah pusat, kontraksi baik.
 Genetalia: kebersihan : (bersih/tidak), oedem : (ada/tidak),
perdarahan pervaginam (warna merah segar bercampur kecoklatan,
jumlah ½ koteks perhari, tidak berbau busuk),
 Ekstrimitas : Reflek patela (Negatif / Positif) Oedema:
negatif/positif, homan’s sign : negatif/positif.
 Postur Tubuh (Normal / kelainan tulang belakang)

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


5. Konservasi Personal Integritas
a. Konsep diri
 Identitas Diri: klien menyadari dirinya sebagai seorang ibu dan
isteri
 Harga Diri: Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam harga
diri
 Peran: Klien mengatakan perannya sebagai seorang Ibu saat ini
terganggu karena dirawat di rumah sakit
 Gambaran Diri: Klien mengatakan kondisi kesehatannya saat ini
terganggu karena mengalami perdarahan. Klien mengatakan
belum bisa menyusui bayinya.
 Kesesuaian antara Harapan dan Kenyataan
Klien berharap dapat merawat anaknya setelah pulang dari
rumah sakit dan menyusui kembali.
 Kecemasan
Klien mengatakan cemas jika terjadi perdarahan berulang.

6. Konservasi integritas sosial


- Dukungan emosi :
Selama di rumah sakit, klien ditunggu oleh suami dan kakaknya.
- Interaksi sosial
Klien berintersaksi dengan baik ketika keluarga dan tetangga
menjenguk. Di kamar klien pun mau berinteraksi dengan pasien lain.
- System support
Klien selalu di dukung oleh suami dan keluarga besarnya jika ada
permasalahan yang harus diputuskan bersama.
Therapi
- Observasi tanda – tanda vital
- Observasi perdarahan
- Ringer laktat 500 cc
- Ceftriaxon 2 x 1
- Viliron 2 x 1
- Periksa DPL ulang, jika Hb < 10 gr/dl  Lakukan transfusi

Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)


1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi perineum
4. Risiko terhentinya pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di
rumah sakit
5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Perilaku aktif mencari informasi kesehatan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Asuhan Keperawatan Pada Ny. T (29 tahun) P2A0 dengan Perdarahan Postpartum

Bagian ini menguraikan untuk tahap Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengaan teori Konservasi Levine

Tgl MINISTRY VALIDASI

Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


keperawatan Keperawatan

28- Kekurangan Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan
10- volume cairan tindakan keperawatan perdarahan perdarahan perdarahan berkurang
20 b.d perdarahan selama 1 x 24 jam, 2. Monitor tanda – 2. Mengukur tanda – tanda O: TD: 110/70 mmHg, N:
diharapkan tanda vital vital 100x/menit, RR:
13
kekurangan volume 3. Kolaborasi 3. Memberikan cairan 20x/menit; Perdarahan
cairan teratasi dengan pemberian cairan kristaloid 500 cc loading satu pembalut, kontraksi
kriteria hasil kristaloid sesuai advis dokter uterus baik, TFU dua jari
membran mukosa 4. Kolaborasi 4. Mengosongkan kandung di bawah pusat, membran
lembab, turgor kulit pemberian oksitosin kemih mukosa kering.
elastis, input dan 20 unit 5. Melakukan masase fundus A: Kekurangan volume
output seimbang, urin 5. Kosongkan kandung uteri cairan teratasi sebagian
tidak pekat, klien kemih 6. Memonitor kontraksi uterus P:
tidak haus. 6. Kolaborasi untuk 7. Memberikan oksitosin 20 - Monitor TTV,
melakukan kuretase unit intravena dalam cairan perdarahan (jumlah,
7. Masase fundus uteri kristaloid 500 cc konsistensi, warna),
8. Monitor kontraksi 8. Memberikan cythotex 3 x 1 kontraksi uterus, tinggi
uterus 9. Memonitor perdarahan fundus uteri
9. Motivasi ibu untuk (jumlah, warna, - Rencana pindah ruangan
menyusui konsistensi)
10. Monitor perdarahan 10. Memotivasi ibu untuk
(jumlah, warna, menyusui
konsistensi)

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


11. Kolaborasi
pemberian
uterotonika jika
perdarahan masih
berlanjut
28- Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Ibu mengeluh pusing
10- perfusi jaringan tindakan keperawatan vital 2. Memonitor adanya syok berkurang
20 b.d penurunan 1 x 24 jam, 2. Monitor adanya syok hipovolemik O: Klien tampak pucat,
suplai oksigen diharapkan perfusi hipovolemik 3. Memberikan oksigen nasal konjungtiva palpebra
13
jaringan menjadi 3. Kolaborasi kanul lima liter setiap menit anemi, hemoglobin 10,7
efektif dengan pemberian oksigen 4. Memonitor saturasi oksigen. g/dl, hematokrit 36%,
kriteria hasil tekanan 4. Monitor saturasi 5. Memonitor haluaran urin tekanan darah
darah 110/70 mmHg oksigen 6. Memberikan posisi 110/70mmHg, nadi 98
sampai 130/80 5. Monitor haluaran trendelenburg kali/menit, frekuensi
mmHg, nadi 60 urin 7. Memonitor nilai pernafasan 20 kali/menit,
sampai 100 6. Monitor sianosis laboratorium hemoglobin urin 200 cc, saturasi
kali/menit, capilary 7. Monitor capillary 8. Memberikan cairan kristaloid oksigen 98%.
refill kurang dari dua refill 9. Berkolaborasi pemberian A: Masalah perfusi
detik, tidak ada tanda 8. Berikan posisi transfusi jaringan teratasi sebagian
– tanda sianosis, trendelenburg P:
tidak ada clubbing 9. Monitor nilai - Monitor tanda – tanda
finger, tidak pucat, laboratorium vital, saturasi oksigen,
hemoglobin 12 – hemoglobin haluaran urin,
14g/dl. 10. Kolaborasi berkolaborasi untuk
pemberian transfusi pemeriksaan darah
rutin ulang,
berkolaborasi
pemberian transfusi.
- Rencana pindah
ruangan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny.T (29 tahun)
Diagnosa : Haemorrhagic Post Partum hari ke tujuh

N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi


o
1. Risiko kekurangan Setelah dilakukan - Monitor tanda-tanda 28 Oktober 2013 28 Oktober 2013
volume cairan b.d tindakan keperawatan vital - Mengukur tanda-tanda vital S:
perdarahan selama 2 x 24 jam, - Monitor kontraksi - Memeriksa kontraksi uterus - Klien mengatakan darah
diharapkan tidak uterus - Melakukan masase uterus yang keluar sudah
terjadi kekurangan - Massage uterus ketika uterus lembek berkurang
volume cairan dengan ketika uterus lembek - Memonitor pengekuaran O:
kriteria hasil : - Kaji pengeluaran lochea - TD: 110/70mmHg, N:
- Membran mukosa lochea (warna, - Memberikan uterotonika 98x/menit, RR:
lembab konsistensi, jumlah) sesuai advis dokter 20x/menit, S: 36,70C.
- Tekanan darah - Kolaborasi - Menganjurkan ibu istirahat - Perdarahan satu pembalut
110/70 mmHg sampai pemberian tirah baring - Lochea berwarna merah
130/80 mmHg, nadi uterotonika dan - Menganjurkan ibu - Na: 138 mmol/L, K:
60 – 100 kali/menit cairan kristaloid menghabiskan porsi 3,6mmol/L, Cl:
- Turgor kulit elastis makanan yang diberikan 105mmol/L
- Input dan output rumah sakit A : Risiko kekurangan
seimbang volume cairan teratasi
- Perdarahan pervagina sebagian
berkurang, P: Monitor TTV, lochea,
- Urin tidak pekat kontraksi uterus, anjurkan
- Volume urin 0,5 ibu minum minimal 1500
sampai 1cc/kgBB/jam ml/hari
- Kontraksi uterus kuat
- Tinggi fundus uteri 29 Oktober 2013 29 Oktober 2013
satu sampai dua jari di - Mengukur tanda-tanda vital S:
bawah pusat. - Memeriksa kontraksi uterus - Klien mengatakan darah
- Mengajarkan ibu melakukan yang keluar sudah

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
masase uterus ketika uterus berkurang
lembek O:
- Memonitor pengeluaran - TD: 110/70mmHg, N:
lochea 98x/menit, RR:
20x/menit, S: 36,70C.
- Perdarahan setengah
pembalut
- Lochea berwarna merah
A : Risiko kekurangan
volume cairan teratasi
sebagian
P:
- Monitor TTV, lochea,
kontraksi uterus, anjurkan
ibu minum minimal 1500
ml/hari
- Rencana pulang
2. Risiko gangguan Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 28 Oktober 2013 28 Oktober 2013
perfusi jaringan tindakan keperawatan vital - Mengukur tanda – tanda S:
perifer b.d selama 2 x 24 jam - Berikan posisi vital - Klien mengatakan pusing
penurunan suplai diharapkan tidak trendelenburg - Memberikan posisi berkurang
oksigen terjadi gangguan - Monitor saturasi trendelenburg O: Klien masih tampak
perfusi jaringan perifer oksigen - Memonitor saturasi oksigen pucat, konjungtiva palpebra
dengan kriteria hasil: - Lanjutkan pemberian - Memberikan cairan anemi, Hb: 10,7g/dl,
- tekanan darah 110/70 cairan kristaloid kristaloid sesuai advis dokter capillary refill kurang dari
mmHg sampai 130/80 sesuai advis dokter - Memonitor pengeluaran dua detik, SpO2 95%.
mmHg, nadi 60 sampai - Berikan transfusi lochea A: Risiko gangguan perfusi
100 kali/menit sesuai advis dokter - Memberikan terapi PRC 500 jaringan perifer teratasi
- Capillary refill - Monitor jumlah cc sebagian

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
kurang dari dua detik perdarahan - Memonitor haluaran urin P:
- Tidak ada tanda – - Monitor haluaran urin - Memonitor sianosis - Monitor TTV, capillary
tanda sianosis - Monitor adanya - Memonitor clubbing finger refill, sianosis, kadar
- Tidak ada clubbing sianosis - Memonitor hemoglobin hemoglobin
finger - Monitor adanya
- Klien tidak pucat clubbing finger 29 Oktober 2013
- Hemoglobin 12 - Monitor capillary 29 Oktober 2013 S:
sampai 15 g/dl refill - Mengukur tanda – tanda - Klien mengatakan pusing
- Urin 0,5 sampai 1 - Monitor nilai vital berkurang
cc/kgBB/jam hemoglobin. - Memberikan posisi O: Klien tampak tidak
- Saturasi oksigen 90 trendelenburg pucat, Hb: 12,4 g/dl,
sampai 100%. - Memonitor saturasi oksigen capillary refill kurang dari
- Melanjutkan pemberian dua detik, SpO2 98%
cairan kristaloid sesuai advis A: Risiko gangguan perfusi
dokter jaringan perifer teratasi
- Memonitor pengeluaran P:
lochea - Monitor TTV, capillary
- Memonitor haluaran urin refill, sianosis, kadar
- Memonitor sianosis
hemoglobin
- Memonitor clubbing finger
- Rencana pulang
- Memonitor hemoglobin
28 Oktober 2013
3. Risiko kegagalan Setelah dilakukan - Berikan penjelasan 28 Oktober 2013
S: Klien mengatakan akan
pemberian ASI b.d tindakan keperawatan tentang manfaat ASI - Menjelaskan manfaat ASI
menyusui bayinya
perawatan ibu di selama 2 x 24 jam, - Anjurkan ibu untuk - Menganjurkan ibu untuk O: Asi keluar, puting
rumah sakit diharapkan ibu dapat memerah ASI selama memerah ASInya selama menonjol, payudara
menyusui secara efektif perawatan di rumah perawatan di RS bengkak
dengan kriteria hasil : sakit - Menganjurkan ibu untuk A: Risiko menyusui tidak
- Ibu menyusui - Anjurkan ibu memberikan ASI perahan efektif
bayinya memberikan ASI pada bayinya selama

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
- Ibu memeras ASI perahan pada bayinya perawatan di rumah sakit P: Motivasi ibu untuk
selama perawatan di selama ibu dirawat - Menganjurkan ibu untuk memerah ASInya selama
rumah sakit - Anjurkan ibu untuk menyusui setelah pulang perawatan di rumah sakit
- ASI sudah keluar menyusui setelah dari rumah sakit
- Tidak ada pulang dari rumah - Menganjurkan ibu untuk
pembengkakan sakit memberikan ASI eksklusif
payudara - Anjurkan ibu untuk 29 Oktober 2013
- Menyusui di rumah memberikan ASI 29 Oktober 2013 S: Klien mengatakan sudah
secara efektif. eksklusif. - Memotivasi ibu untuk memerah ASI
memerah ASInya selama O: Asi keluar 40 cc, puting
perawatan di RS menonjol, payudara
- Menganjurkan ibu untuk bengkak
memberikan ASI perahan A: Risiko menyusui tidak
pada bayinya selama efektif
perawatan di rumah sakit P:
- Menganjurkan ibu untuk - Motivasi ibu untuk
menyusui setelah pulang menyusui setelah pulang
dari rumah sakit dari rumah sakit
- Memotivasi ibu untuk - Rencana pulang
memberikan ASI eksklusif
28 Oktober 2013
4. Cemas b.d Setelah dilakukan - Beri kesempatan 28 Oktober 2013 S:
perubahan status tindakan keperawatan kepada klien - Memberikan kesempatan - Klien mengatakan
kesehatan selama 2 x 24 jam mengungkapkan kepada klien untuk kekhawatirannya
diharapkan cemas pikiran dan perasaan mengungkapkan pikiran dan berkurang karena
berkurang atau hilang cemas, perasaan cemas perdarahannya berkurang
dengan kriteria hasil - Bantu klien untuk - Membantu klien - Klien mengatakan
- Klien mengatakan memfokuskan kondisi memfokuskan kondisi memahami kondisi
cemas berkurang atau kesehatannya saat ini kesehatannya saat ini kesehatannya saat ini.
hilang, - Dampingi klien - Mendampingi klien selama O:

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
- Klien dapat selama prosedur prosedur - Ekspresi wajah
mengungkapkan rasa - Motivasi keluarga - Memotivasi keluarga untuk menunjukkan ketegangan
cemasnya untuk menemani klien menemani klien sesuai berkurang
- Klien kooperatif sesuai kebutuhan kebutuhan - Klien memahami
selama tindakan - Beri penjelasan - Memberi penjelasan tentang penjelasan dokter dan
perawatan tentang perdarahan perdarahan postpartum perawat terkait kondisi
- Nadi 60 sampai 100 postpartum kesehatannya dan
kali/menit, frekuensi prosedur.
pernafasan 12 sampai A: Cemas teratasi.
20 kali / menit P:
- Klien tidak tampak - Motivasi ibu untuk
gelisah beradaptasi terhadap
- Kontak mata menatap kondisi kesehatannya
lawan bicara. sekarang.
- Anjurkan ibu untuk
kontrol sesuai jadwal

28 Oktober 2013
5. Perilaku aktif Setelah dilakukan - Diskusikan dengan 28 Oktober 2013 S: Klien mengatakan akan
mencari informasi tindakan keperawatan klien tentang - Menjelaskan kepada klien berperilaku hidup sehat.
kesehatan selama 2 x 24 jam kebiasaan hidup tentang perilaku hidup sehat O: Klien menentukan
diharapkan klien dapat sehat yang seperti diet, olahraga; pilihan hidup sehat, klien
meningkatkan status dilakukan, seperti - Menganjurkan kepada klien memanfaatkan fasilitas
kesehatannya dengan diet, manajemen untuk mencegah perilaku kesehatan.
kriteria hasil : stress, olahraga; berisiko, seperti A: Diagnosa sejahtera.
- Klien akan - Anjurkan klien mengkonsumsi alkohol; P:
mempertahankan diet menghindari - Menganjurkan kepada klien - Motivasi klien untuk
yang sehat perilaku berisiko untuk memodifikasi hidup sehat
- Mencegah perilaku yang berpengaruh lingkungan rumah, seperti - Rencana pulang
berisiko seperti terhadap kesehatan, membuka jendela setiap

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
mengkonsumsi seperti hari, menjaga lingkungan
alkohol mengkonsumsi rumah agar tetap bersih;
- Menyeimbangkan alkohol - Menganjurkan klien untuk
latihan fisik dan - Anjurkan klien memanfaatkan fasilitas
istirahat untuk kesehatan,
- Membuat pilihan menyeimbangkan - Menjelaskan kepada klien
untuk hidup sehat. waktu istirahat tentang penggunaan waktu
dengan bekerja. istirahat dan bekerja.
- Anjurkan klien
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan saat sakit

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Penerapan Teori Need for Help Wiedenbach dan Konservasi Levine pada
Asuhan Keperawatan Ny. T (41 tahun) P4A0
dengan Perdarahan Postpartum

KASUS 2
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 2 Desember 2013
Ruang Rawat : IGD PONEK dan Anggrek

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Betawi
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pondok Terong RT 01 RW 03, Bojong
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien direncanakan sectio secarea.
2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum, post sectio secarea hari pertama.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien post sectio secarea hari pertama. Perdarahan intraoperatif 500 cc.
Perdarahan pasca melahirkan lebih dari 1000 cc.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma, jantung, hipertensi,
DM.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, obat – obatan, dan udara
6. Riwayat persalinan sekarang
Klien melahirkan bayi laki – laki, SC, berat lahir 3080 gram. Plasenta lahir
lengkap.
7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Hamil Tanggal Jenis Penolong Tempat Penyulit Jenis BBL Penyulit
ke Partus Partus Partus Kelamin Nifas
I 13 th Spontan Bidan BPS - Perempuan 3000 -
gram

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


II 5 th SC Dokter RS - Laki - laki 2000
gram

III 23 bl SC Dokter RS - Perempuan 2000 -


gram
IV 1 hr SC Dokter RS - Laki-laki 3080 HPP
gram

8. Riwayat menstruasi
Klien menarche usia 12 tahun. Lama menstruasi tujuh hari, siklus haid 28
hari. Tidak ada nyeri haid. Ganti pembalut dua sampai tiga kali setiap hari.
9. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat infertilitas, kista ovarium, dan
tidak ada massa.
10. Riwayat KB
Klien mengatakan tidak KB.
C. Keadaan Umum
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 100/60mmHg, nadi 70x/menit, suhu
36,80C, frekuensi pernafasan 20x/menit, konjungtiva palpebra tampak anemi,
capillary refill lebih dari tiga detik. BB: 60kg, TB: 158 cm.
D. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
 Kepala : Bentuk mesosephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
 Mata : Simetris, konjungtiva palpebra anemi, sklera tidak ikterik
 Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada epistaksis
 Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
 Telinga : Tidak ada discharge
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
- Dada
 Jantung : Ictus cordis tidak tampak, HR 60x/menit, reguler, pekak,
terdengar BJ I dan II, tidak ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
 Paru : Dada simetris, tidak ada retraksi dada, fokal fremitus kanan dan
kiri seimbang, sonor, vesikuler di seluruh lapang paru
 Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, pengeluaran
ASI (+).
- Abdomen
- Luka operasi tertutup kassa bersih
 Fundus uterus : Sepusat, uterus lembek, kontraksi tidak baik.
 Kandung kemih : kosong, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
 DRA : tidak terkaji
 Bising usus : 12 x/menit, flatus (+)
- Perineum dan genital : Lochea rubra
 Perdarahan lebih dari 1000 cc
- Ekstremitas
 Ekstremitas atas : Pitting edema (-), tidak ada varises

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


 Ekstremitas bawah : Pitting edema (-), tidak ada varises
 Tanda homan (-)

E. Pengkajian Psikologis
1. Perasaan ibu terhadap kondisi kesehatannya
Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang.
2. Harapan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan supaya perdarahannya cepat berhenti.
3. Status mental / mood
Ibu tampak cemas, gelisah, dan sedih dengan kondisinya.

F. Pemeriksaan Penunjang
-
G. Terapi
Oksigen nasal kanul tiga liter tiap menit, cairan kristaloid melalui IV 500 cc
loading, oksitosin 20 unit, sythothex 3 x 1.

H. Diagnosa Keperawatan Fase Akut


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

Pengkajian Konservasi Levine


a. Lingkungan internal
1. Fisik
Pasien mengalami perdarahan satu minggu sesudah melahirkan di bidan.
Pasien mengalami perdarahan lebih dari 1000 cc. Pasien mengatakan tidak
menderita penyakit asma, jantung, hipertensi, DM. Klien tampak pucat,
capillary refill lebih dari dua detik dan konjungtiva palpebra anemi.
2. Psikologis
Klien mengatakan cemas jika perdarahan tidak berhenti.

b. Lingkungan eksternal
1. Perseptual :
Ny. T berasal dari suku Sunda, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan
SMA. Klien menempati rumah sendiri. Jarak rumah dengan fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Ny.
T melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di poli RSUD. Klien
menggunakan fasilitas jampersal. Pekerjaan suami swasta, penghasilan dua
juta rupiah / bulan.
2. Operasional :
Klien menikah satu kali, menarche pada usia 12 tahun, lama haid tujuh
hari, siklus haid 28 hari, klien tidak nyeri saat haid. Klien melahirkan anak
kedua, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 3080 gram.
3. Konseptual :
Klien beragama Islam, suku Sunda. Bahasa sehari – hari yang digunakan
adalah bahasa Indonesia. Tidak ada nilai – nilai budaya yang bertentangan
dengan nilai kesehatan.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


C. Konsevasi Energi
a. Nutrisi
Klien menghabiskan satu porsi makanan yang diberikan oleh rumah
sakit.
b. Eliminasi
BAB: Frekuensi 2 x/hari, Konsistensi berbentuk tidak keras.
BAK: Frekuensi 1-3 x/hari,Kejernihan : jernih, Warna kuning jernih
c. Oksigenisasi
Keluhan : Tidak sesak, Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt, Irama
teratur. Tidak ada Penggunaan Otot bantu pernafasan.
d. Aktifitas dan Istirahat
Aktifitas klien terbatas karena berbaring di tempat tidur, masih terasa
pusing bila melakukan aktifitas karena perdarahan. Pemeriksaan Hb
5,3 g/dl.
e. Pola Tidur
Siang : Ya/Tidak (2-3 jam), Malam: Ya/Tidak ( 6-8 jam)
Gangguan Tidur : Ya/Tidak (Lingkungan panas)

2. Konservasi Integritas Struktural


Pemeriksaan Fisik Ibu
 Kesadaran Compos mentis, Tekanan darah : 100/60 mmHg, nadi
70x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8oC.
 Mata : Konjungtiva (anemis/Tidak), sclera : (ikterik/Tidak), Pupil
(isokor/anisokor), reflek cahaya (+/-), penglihatan
(Terganggu/Tidak).
 Mammae: inspeksi: (simetris/Tidak), kebersihan : (bersih/tidak),
pembengkakan :
(bengkak/tidak), areola:(hiperpigmentasi/tidak), bentuk puting kiri :
(menonjol/inverted/datar), bentuk puting kanan
(menonjol/inverted/datar). Palpasi: nyeri tekan : (ada/tidak),
kolostrum : (keluar/tidak), ASI: (keluar/tidak).
 Abdomen: Inspeksi: kebersihan: (bersih/tidak), striae (ada/tidak),
Auskultasi: peristaltik usus : 15 x/menit, tidak teraba diatesis rekti,
TFU satu jari bawah pusat, kontraksi baik.
 Genetalia: kebersihan : (bersih/tidak), oedem : (ada/tidak),
perdarahan pervaginam (warna merah segar bercampur kecoklatan,
jumlah ½ koteks perhari, tidak berbau busuk),
 Ekstremitas :Oedema: negatif/positif, homan’s sign :
negatif/positif.
 Postur Tubuh (Normal / kelainan tulang belakang)

5. Konservasi Integritas Personal


a. Konsep diri
 Identitas Diri: klien menyadari dirinya sebagai seorang ibu dan
isteri
 Harga Diri: Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam harga
diri

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


 Peran: Klien mengatakan perannya sebagai seorang Ibu saat ini
terganggu karena dirawat di rumah sakit
 Gambaran Diri: Klien mengatakan kondisi kesehatannya saat ini
terganggu karena mengalami perdarahan. Klien mengatakan
belum bisa menyusui bayinya.
 Kesesuaian antara Harapan dan Kenyataan
Klien berharap dapat merawat anaknya setelah pulang dari
rumah sakit dan menyusui.
 Kecemasan
Klien mengatakan cemas jika terjadi perdarahan berulang.

6. Konservasi integritas sosial


- Dukungan emosi :
Selama di rumah sakit, klien ditunggu oleh suami dan kakaknya.
- Interaksi sosial
Klien berinteraksi dengan baik ketika keluarga dan tetangga
menjenguk. Klien mau berinteraksi dengan pasien lain.
- System support
Klien selalu di dukung oleh suami dan keluarga besarnya jika ada
permasalahan yang harus diputuskan bersama.
Therapi
- Observasi tanda – tanda vital
- Observasi perdarahan
- Ringer laktat 500 cc
- Cefotaxim
- Gentamicin
- Ketorolac
- Kalnex
- Fladex
- Pronalges
- Periksa DPL ulang, jika Hb < 10 gr/dl  Lakukan transfusi PRC 750 cc

Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)


1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen
3. Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
4. Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di
rumah sakit
5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Asuhan Keperawatan Pada Ny. T (41 tahun) P4A0 dengan Perdarahan Postpartum

Bagian ini menguraikan untuk tahap Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengaan teori Konservasi Levine

Tgl MINISTRY VALIDASI

Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


keperawatan Keperawatan

2- Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan tidak
12- cairan b.d tindakan perdarahan perdarahan haus dan perdarahan
20 perdarahan keperawatan 2. Monitor tanda – 2. Mengukur tanda – tanda vital berkurang
selama 1 x 24 tanda vital 3. Memberikan cairan kristaloid O: TD: 110/70 mmHg, N:
13
jam, diharapkan 3. Kolaborasi 500 cc loading sesuai advis 100x/menit, RR:
kekurangan pemberian cairan dokter 20x/menit; Perdarahan
volume cairan kristaloid 4. Mengosongkan kandung satu pembalut, kontraksi
teratasi dengan 4. Kolaborasi untuk kemih uterus baik, TFU dua jari
kriteria hasil melakukan manual 5. Memberikan oksitosin 20 di bawah pusat, membran
membran mukosa plasenta unit intravena dalam cairan mukosa kering.
lembab, turgor 5. Kolaborasi kristaloid 500 cc A: Kekurangan volume
kulit elastis, input pemberian 6. Melakukan masase fundus cairan teratasi sebagian
dan output oksitosin 20 unit uteri P:
seimbang, urin intravena 7. Memonitor kontraksi uterus - Monitor TTV,
tidak pekat, klien 6. Masase fundus 8. Melakukan inisiasi menyusu perdarahan (jumlah,
tidak haus. uteri dini (IMD) konsistensi, warna),
7. Monitor kontraksi 9. Memberikan cythotex 3 x 1 kontraksi uterus, tinggi
uterus fundus uteri
8. Lakukan inisiasi - Rencana pindah ruangan
menyusu dini
(IMD)
9. Kolaborasi untuk

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


melakukan
kompresi bimanual
interna (KBI) dan
kompresi bimanual
eksterna (KBE)
10. Kolaborasi
pemberian
uterotonika jika
perdarahan masih
berlanjut
2- Gangguan perfusi Setelah 1. Monitor tanda- 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Ibu mengatakan pusing
12- jaringan b.d dilakukan tanda vital 2. Memonitor adanya syok berkurang
20 penurunan suplai tindakan 2. Monitor adanya hipovolemik O: Konjungtiva palpebra
13 oksigen keperawatan syok hipovolemik 3. Memonitor jumlah perdarahan anemi, hemoglobin 7,8
selama 1 x 24 3. Monitor jumlah 4. Memberikan oksigen nasal g/dl, tekanan darah
jam, diharapkan perdarahan kanul tiga liter selama satu 110/70mmHg, nadi 100
perfusi jaringan 4. Kolaborasi menit kali/menit, frekuensi
menjadi efektif pemberian oksigen 5. Memonitor saturasi oksigen pernafasan 20 kali/menit,
dengan kriteria 5. Monitor saturasi 6. Memonitor haluaran urin urin 200 cc, saturasi
hasil tekanan oksigen 7. Memberikan posisi oksigen 95%.
darah 110/70 6. Monitor haluaran trendelenburg A: Masalah perfusi
mmHg sampai urin 8. Memonitor sianosis jaringan teratasi sebagian
130/80 mmHg, 7. Berikan posisi 9. Meminitor clubbing finger P:
nadi 60 sampai trendelenburg 10. Memonitor nilai laboratorium - Monitor tanda – tanda
100 kali/menit, 8. Monitor sianosis hemoglobin vital, saturasi oksigen,
capilary refill 9. Monitor clubbing 11. Berkolaborasi pemberian haluaran urin,
kurang dari dua finger transfusi berkolaborasi untuk
detik, tidak ada 10. Monitor nilai pemeriksaan darah
tanda – tanda laboratorium rutin ulang,
sianosis, tidak hemoglobin berkolaborasi
ada clubbing 11. Kolaborasi pemberian transfusi.
finger, tidak pemberian transfusi - Rencana pindah

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


pucat, ruangan
hemoglobin 12 –
14 g/dl.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny.T (41 tahun)
Diagnosa : Post SC hari ke-1

N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi


o
1. Risiko kekurangan Setelah dilakukan - Monitor tanda-tanda 2 Desember 2013 2 Desember 2013
volume cairan b.d tindakan keperawatan vital - Mengukur tanda-tanda vital S:
perdarahan selama 2 x 24 jam, - Monitor kontraksi - Memeriksa kontraksi uterus - Klien mengatakan darah
diharapkan tidak uterus - Memeriksa tinggi fundus yang keluar sudah
terjadi kekurangan - Massage uterus uteri berkurang
volume cairan dengan ketika uterus lembek - Mengajarkan pasien untuk O:
kriteria hasil : - Monitor tinggi melakukan masase uterus - TD: 110/70mmHg, N:
- Membran mukosa fundus uteri ketika uterus lembek 98x/menit, RR:
lembab - Kaji pengeluaran - Memonitor pengeluaran 20x/menit, S: 36,70C.
- Tekanan darah lochea (warna, lochea - Perdarahan satu pembalut
110/70 mmHg sampai konsistensi, jumlah) - Memberikan cytotex 3 x 1 - Lochea berwarna merah
130/80 mmHg, nadi - Kolaborasi - Memberikan kalnex sesuai A:
60 – 100 kali/menit pemberian advis dokter Risiko kekurangan volume
- Turgor kulit elastis uterotonika dan - Menganjurkan ibu istirahat cairan teratasi sebagian
- Input dan output cairan kristaloid tirah baring P:
seimbang - Motivasi ibu untuk - Menganjurkan ibu - Monitor TTV, lochea,
- Perdarahan pervagina menyusui menghabuskan porsi anjurkan ibu minum
berkurang makanan yang diberikan minimal 1500 ml/hari
- Urin tidak pekat rumah sakit
- Volume urin 0,5 3 Desember 2013 3 Desember 2013
sampai 1cc/kgBB/jam - Mengukur tanda-tanda vital S:
- Kontraksi uterus kuat - Memeriksa kontraksi uterus - Klien mengatakan darah
- Tinggi fundus uteri - Memeriksa tinggi fundus yang keluar sudah
satu sampai dua jari di uteri berkurang
bawah pusat. - Menganjurkan pasien untuk O:
melakukan masase uterus - TD: 110/70mmHg, N:

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
ketika uterus lembek 98x/menit, RR:
- Memonitor pengeluaran 20x/menit, S: 36,70C.
lochea - Perdarahan setengah
- Memfasilitasi ibu untuk pembalut
menyusui - Lochea berwarna merah
- Menganjurkan ibu untuk - Input dan output
menghindari aktivitas yang seimbang
melelahkan A:
Risiko kekurangan volume
cairan teratasi
P:
- Monitor TTV, lochea,
kontraksi uterus anjurkan
ibu minum minimal 1500
ml/hari
- Rencana pulang

2. Risiko gangguan Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 2 Desember 2013 2 Desember 2013
perfusi jaringan tindakan keperawatan vital - Mengukur tanda – tanda S:
perifer b.d selama 2 x 24 jam - Berikan posisi vital - Klien mengatakan pusing
penurunan suplai diharapkan tidak trendelenburg - Memberikan posisi berkurang
oksigen terjadi gangguan - Kolaborasi pemberian trendelenburg O:
perfusi jaringan perifer oksigen - Memberikan oksigen tiga - Klien masih tampak pucat,
dengan kriteria hasil: - Monitor saturasi liter setiap menit Hb: 7,8g/dl
- tekanan darah 110/70 oksigen - Memonitor saturasi oksigen A:
mmHg sampai 130/80 - Berikan transfusi - Memonitor pengeluaran Risiko gangguan perfusi
mmHg, nadi 60 sampai sesuai program lochea jaringan perifer teratasi
100 kali/menit - Monitor jumlah - Memberikan terapi PRC 500 sebagian
- Saturasi oksigen lebih perdarahan cc P:
dari 90% - Monitor haluaran urin - Memonitor haluaran urin

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
- Capillary refill - Monitor adanya - Memonitor sianosis Monitor TTV, saturasi
kurang dari dua detik, sianosis - Memonitor clubbing finger oksigen, capillary refill,
- Tidak ada tanda – - Monitor adanya - Memonitor nilai hemoglobin jumlah perdarahan
tanda sianosis clubbing finger
- Tidak ada clubbing - Monitor nilai 3 Desember 2013 3 Desember 2013
finger hemoglobin - Mengukur tanda – tanda S:
- Klien tidak pucat vital - Klien mengatakan tidak
- Hemoglobin 12 – 14 - Memberikan posisi pusing
g/dl trendelenburg O:
- Memonitor saturasi oksigen - Klien tidak pucat, capillary
- Memonitor pengeluaran refill kurang dari dua detik,
lochea saturasi oksigen 97%,
- Memonitor haluaran urin
perdarahan setengah
- Memonitor sianosis
- Memonitor clubbing finger pembalut, Hb: 11,8 g/dl
- Memonitor nilai hemoglobin A:
Risiko gangguan perfusi
jaringan perifer teratasi
P:
- Monitor TTV, saturasi
oksigen, capillary refill,
jumlah perdarahan
- Rencana pulang
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 2 Desember 2013 2 Desember 2013
berhubungan tindakan keperawatan vital - Mengukur tanda – tanda S: Klien mengatakan tidak
dengan luka post selama 2 x 24 jam - Monitor adanya tanda vital demam
operasi diharapkan tidak terjadi – tanda infeksi - Memonitor tanda – tanda O:Leukosit 14.600/uL, tidak
infeksi dengan kriteria - Monitor leukosit infeksi ada tanda – tanda infesksi
hasil : - Lakukan perawatan - Memonitor nilai leukosit seperti tumor, rubor, kalor,
- Tidak ada tanda – luka dengan tehnik - Menganjurkan ibu dolor, fungsiolesa, luka

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
tanda infeksi seperti steril mengkonsumsi putih telur operasi tertutup kassa bersih
tumor, rubor, kalor, minimal enam butir setiap A: Tidak terjadi infeksi
dolor, fungsiolesa, hari P: Monitor tanda – tanda
- Klien menunjukkan - Memberikan cefotaxim dan infeksi, lakukan perawatan
kebersihan diri yang gentamicin sesuai advis luka dengan prinsip steril
adekuat dokter
- Leukosit 5000 sampai
10000/uL.
- Balutan luka operasi
tampak bersih

4. Risiko kegagalan Setelah dilakukan - Beri penjelasan 2 Desember 2013 2 Desember 2013
pemberian ASI b.d tindakan keperawatan manfaat menyusui - Memberikan penjelasan S: Klien mengatakan akan
perawatan ibu di selama 2 x 24 jam, - Anjurkan ibu untuk tentang menyusui menyusui bayinya
rumah sakit diharapkan ibu dapat menyusui - Menganjurkan ibu untuk O: Asi keluar, puting
menyusui secara efektif - Anjurkan ibu untuk menyusui menonjol
dengan kriteria hasil : memerah ASI selama - Menganjurkan ibu untuk A: Risiko menyusui tidak
- Ibu menyusui perawatan di rumah memerah ASInya selama efektif
bayinya sakit, belum rawat gabung P: Motivasi ibu untuk
- ASI sudah keluar - Anjurkan ibu - Menganjurkan ibu untuk memerah ASInya selama
- Ibu memeras ASI memberikan ASI memberikan ASI perahan belum rawat gabung
selama perawatan di perahan pada bayinya pada bayinya selama belum
rumah sakit selama ibu dirawat rawat gabung
- Tidak ada - Anjurkan ibu untuk - Menganjurkan ibu untuk
pembengkakan menyusui setelah menyusui setelah pulang
payudara pulang dari rumah dari rumah sakit
- Menyusui di rumah sakit - Menganjurkan ibu untuk
secara efektif. - Anjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
memberikan ASI

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
eksklusif. 3 Desember 2014 3 Desember 2014
- Memotivasi ibu untuk S: Klien mengatakan sudah
menyusui di ruang memerah ASInya
perawatan bayi O: Asi keluar 30 cc, puting
- Menganjurkan ibu untuk menonjol, bayi minum ASI
memerah ASInya selama A: Masalah menyusui
belum rawat gabung teratasi sebagian
- Menganjurkan ibu untuk P:
memberikan ASI perahan - Motivasi ibu untuk
pada bayinya selama belum menyusui di ruang
rawat gabung perawatan bayi
- Menganjurkan ibu untuk - Rencana rawat gabung
menyusui setelah pulang - Rencana pulang
dari rumah sakit
- Menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif

5. Cemas b.d Setelah dilakukan - Beri kesempatan 2 Desember 2014 2 Desember 2014
perubahan status tindakan keperawatan kepada klien - Memberikan kesempatan S:
kesehatan selama 2 x 24 jam mengungkapkan kepada klien untuk - Klien mengatakan
diharapkan cemas pikiran dan perasaan mengungkapkan pikiran dan kekhawatirannya
berkurang atau hilang cemas, perasaan cemas berkurang karena
dengan kriteria hasil - Bantu klien untuk - Membantu klien perdarahannya berkurang
- Klien mengatakan memfokuskan kondisi memfokuskan kondisi - Klien mengatakan
cemas berkurang atau kesehatannya saat ini kesehatannya saat ini memahami kondisi
hilang - Dampingi klien - Mendampingi klien selama kesehatannya saat ini.
- Klien dapat selama prosedur prosedur O:
mengungkapkan rasa - Motivasi keluarga - Memotivasi keluarga untuk - Ekspresi wajah
cemasnya untuk menemani klien menemani klien sesuai menunjukkan ketegangan
- Klien kooperatif sesuai kebutuhan kebutuhan berkurang

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
selama tindakan - Beri penjelasan - Memberi penjelasan tentang - Klien memahami
perawatan tentang perdarahan perdarahan postpartum penjelasan dokter dan
- Nadi 60 sampai 100 postpartum perawat terkait kondisi
kali/menit, frekuensi - Berikan sentuhan kesehatannya dan
pernafasan 12 sampai sewajarnya prosedur.
20 kali / menit A: Cemas teratasi.
- Klien tidak tampak P:
gelisah - Motivasi ibu untuk
- Kontak mata menatap beradaptasi terhadap
lawan bicara. kondisi kesehatannya
sekarang.
- Anjurkan ibu untuk
kontrol sesuai jadwal

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Penerapan Teori Need for Help Wiedenbach dan Konservasi Levine
pada Asuhan Keperawatan Ny. N (22 tahun) P1A0
dengan Perdarahan Postpartum

KASUS 3
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 10 November 2013
Ruang Rawat : IGD PONEK dan Anggrek

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Betawi
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kp. Prigi, Mekar RT 04 RW 04
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien datang dengan keluhan perdarahan pervagina setelah postpartum
satu minggu di paraji.
2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien post partum satu minggu di paraji. Perdarahan lebih dari 500 cc.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma, jantung, hipertensi,
DM.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, obat – obatan, dan udara
6. Riwayat persalinan sekarang
Klien melahirkan bayi laki – laki, spontan, berat lahir 2800 gram.
7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Hamil Tanggal Jenis Penolong Tempat Penyulit Jenis Kelamin BBL Penyulit
ke Partus Partus Partus Nifas
I Nov’14 Spontan Paraji Rumah - Laki-laki 2800 -
gram

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


8. Riwayat menstruasi
Klien menarche usia 12 tahun. Lama menstruasi tujuh hari, siklus haid 28
hari. Tidak ada nyeri haid. Ganti pembalut dua sampai tiga kali setiap hari.
9. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat infertilitas, kista ovarium,
tidak ada massa.
10. Riwayat KB
Klien mengatakan tidak KB.
C. Keadaan Umum
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 90/60mmHg, nadi 60x/menit, suhu
36,50C, frekuensi pernafasan 18x/menit, konjungtiva palpebra tampak anemi,
capillary refill lebih dari tiga detik. BB: 55kg, TB: 153 cm.
D. Pemeriksaan Fisik
- Kepala Leher
 Kepala : Bentuk mesosephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
 Mata : Simetris, konjungtiva palpebra anemi, sklera tidak ikterik
 Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada epistaksis
 Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
 Telinga : Tidak ada discharge
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
- Dada
 Jantung : Ictus cordis tidak tampak, HR 60x/meit, reguler, pekak, terdengar
BJ I dan II, tidak ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
 Paru :Dada simetris, tidak ada retraksi dada, fokal fremitus kanan dan
kiri seimbang, sonor, vesikuler di seluruh lapang paru
 Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, pengeluaran
ASI (+), ada nyeri tekan, panas, payudara bengkak.
- Abdomen
 Fundus uterus : Sepusat, uterus lembek, kontraksi tidak baik
 Kandung kemih : kosong, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
 DRA : tidak terkaji
 Bising usus : 12x/menit, flatus (+)
- Perineum dan genital : Lochea rubra
 Perdarahan lebih dari 500 cc
- Ekstremitas
 Ekstremitas atas : Pitting edema (-), tidak ada varises
 Ekstremitas bawah : Pitting edema (-), tidak ada varises
 Tanda homan (-)

E. Pengkajian Psikologis
1. Perasaan ibu terhadap kondisi kesehatannya
Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang.
2. Harapan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan supaya perdarahannya cepat berhenti.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


3. Status mental / mood
Ibu tampak cemas, gelisah, dan sedih dengan kondisinya.

F. Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG menunjukkan kesan terdapat sisa plasenta

G. Terapi
Oksigen nasal kanul tiga liter tiap menit, cairan kristaloid melalui IV 500 cc
loading, oksitosin 20 unit, sythothex 3 x 1.

H. Diagnosa Keperawatan Fase Akut


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

Pengkajian Konservasi Levine


a. Lingkungan internal
1. Fisik
Pasien mengalami perdarahan satu minggu sesudah melahirkan di bidan.
Pasien mengalami perdarahan lebih dari 500 cc. Pasien mengatakan tidak
menderita penyakit asma, jantung, hipertensi, DM. Klien tampak pucat dan
konjungtiva palpebra anemi.
2. Psikologis
Klien mengatakan cemas terjadi perdarahan berulang.

b. Lingkungan eksternal
1. Perseptual :
Ny. N berasal dari suku Betawi, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan
SMP. Klien menempati rumah sendiri. Jarak rumah dengan fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Ny.
N melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di posyandu. Klien
menggunakan fasilitas jampersal. Pekerjaan suami swasta, penghasilan 1,5
juta rupiah / bulan.
2. Operasional :
Klien menikah satu kali, menarche pada usia 12 tahun, lama haid tujuh
hari, siklus haid 28 hari, klien tidak nyeri saat haid. Klien melahirkan anak
kedua, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 2800 gram.
3. Konseptual :
Klien beragama Islam, suku Sunda. Bahasa sehari – hari yang digunakan
adalah bahasa Indonesia. Tidak ada nilai – nilai budaya yang bertentangan
dengan nilai kesehatan.

C. Konsevasi Energi
a. Nutrisi
Klien menghabiskan satu porsi makanan yang diberikan oleh rumah
sakit.
b. Eliminasi
BAB: Frekuensi 2 x/hari, Konsistensi berbentuk tidak keras.
BAK: Frekuensi 1-3 x/hari,Kejernihan : jernih, warna kuning jernih

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


c. Oksigenisasi
Keluhan : Tidak sesak, Frekuensi pernafasan : 20 x/menit, Irama
teratur. Tidak ada Penggunaan Otot bantu pernafasan.
d. Aktifitas dan Istirahat
Aktifitas klien terbatas karena berbaring di tempat tidur, masih terasa
pusing bila melakukan aktifitas karena perdarahan. Pemeriksaan Hb
2,3 g/dl.
e. Pola Tidur
Siang : Ya/Tidak (2-3 jam), Malam: Ya/Tidak ( 6-8 jam)
Gangguan Tidur : Ya/Tidak (Lingkungan panas)

2. Konservasi Integritas Struktural


Pemeriksaan Fisik Ibu
 Tensi : 90/60 mmhg, nadi 60x/mnt, RR 18x/mnt, Suhu36,5oC .
Kesadaran Compos mentis.
 Mata : Konjugtiva (anemis/Tidak), sclera : (ikterik/Tidak), Pupil
(isokor/anisokor), reflek cahaya (+/-), penglihatan
(Terganggu/Tidak).
 Mammae: inspeksi: (simetris/Tidak), kebersihan : (bersih/tidak),
pembengkakan :
(bengkak/tidak), areola:(hiperpigmentasi/tidak), bentuk puting kiri :
(menonjol/inverted/datar), bentuk puting kanan
(menonjol/inverted/datar). Palpasi: nyeri tekan : (ada/tidak),
kolostrum : (keluar/tidak), ASI: (keluar/tidak).
 Abdomen: Inspeksi: kebersihan: (bersih/tidak), striae (ada/tidak),
Auskultasi: peristaltik usus : 15 x/menit, teraba diatesis rekti 2 jari,
TFU satu jari bawah pusat, kontraksi baik.
 Genetalia: kebersihan : (bersih/tidak), oedem : (ada/tidak),
perdarahan pervaginam (warna merah segar bercampur kecoklatan,
jumlah ½ koteks perhari, tidak berbau busuk),
 Ekstrimitas :Oedema: negatif/positif, homan’s sign : negatif/positif.
 Postur Tubuh (Normal / kelainan tulang belakang)

5. Konservasi Integritas Personal


a. Konsep diri
 Identitas Diri: klien menyadari dirinya sebagai seorang ibu dan
isteri
 Harga Diri: Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam harga
diri
 Peran: Klien mengatakan perannya sebagai seorang Ibu saat ini
terganggu karena dirawat di rumah sakit
 Gambaran Diri: Klien mengatakan kondisi kesehatannya saat ini
terganggu karena mengalami perdarahan. Klien mengatakan
belum bisa menyusui bayinya.
 Kesesuaian antara Harapan dan Kenyataan
Klien berharap dapat merawat anaknya setelah pulang dari
rumah sakit dan menyusui kembali.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


 Kecemasan
Klien mengatakan cemas jika terjadi perdarahan berulang.

6. Konservasi integritas sosial


- Dukungan emosi :
Selama di rumah sakit, klien ditunggu oleh suami dan kakaknya.
- Interaksi sosial
Klien berintersaksi dengan baik ketika keluarga dan tetangga
menjenguk. Di kamar klien pun mau berinteraksi dengan pasien lain.
- System support
Klien selalu di dukung oleh suami dan keluarga besarnya jika ada
permasalahan yang harus diputuskan bersama.
Therapi
- Observasi tanda – tanda vital
- Observasi perdarahan
- Ringer laktat 500 cc
- Ceftriaxon 2 x 1
- Asmet 2 x 1
- Viliron 2 x 1
- Lakukan transfusi PRC

Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)


1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen
3. Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di
rumah sakit
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Perilaku aktif mencari informasi kesehatan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Asuhan Keperawatan Pada Ny. N (22 tahun) P1A0 dengan Perdarahan Postpartum

Bagian ini menguraikan untuk tahap Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengaan teori Konservasi Levine

Tgl MINISTRY VALIDASI

Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


keperawatan Keperawatan

10- Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan
11- cairan b.d tindakan perdarahan perdarahan perdarahan berkurang
20 perdarahan keperawatan 2. Monitor tanda – 2. Mengukur tanda – tanda vital O: TD: 110/70 mmHg, N:
selama 1 x 24 tanda vital 3. Memberikan cairan kristaloid 100x/menit, RR:
13
jam, diharapkan 3. Kolaborasi 500 cc loading sesuai advis 20x/menit; Perdarahan
kekurangan pemberian cairan dokter satu pembalut, kontraksi
volume cairan kristaloid 4. Mengosongkan kandung uterus baik, TFU dua jari
teratasi dengan 4. Kolaborasi kemih di bawah pusat, membran
kriteria hasil tindakan kuretase 5. Memberikan oksitosin 20 mukosa kering.
membran mukosa 5. Kolaborasi unit intravena dalam cairan A: Kekurangan volume
lembab, turgor pemberian kristaloid cairan teratasi sebagian
kulit elastis, input oksitosin 20 unit 6. Melakukan asistensi kuretase P:
dan output intravena 7. Melakukan masase fundus - Monitor TTV,
seimbang, urin 6. Masase fundus uteri perdarahan (jumlah,
tidak pekat, klien uteri 8. Memonitor kontraksi uterus konsistensi, warna),
tidak haus. 7. Monitor kontraksi 9. Memberikan cythotex 3 x 1 kontraksi uterus, tinggi
uterus fundus uteri
8. Monitor tinggi - Rencana pindah ruangan
fundus uteri
9. Motivasi ibu untuk
menyusui
10. Kolaborasi

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


kompresi bimanual
interna (KBI) dan
kompresi bimanual
eksterna (KBE)
11. Kolaborasi
pemberian
uterotonika jika
perdarahan masih
berlanjut
2- Gangguan perfusi Setelah 1. Monitor tanda- 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Ibu mengeluh pusing
12- jaringan b.d dilakukan tanda vital 2. Memonitor adanya syok berkurang
20 penurunan suplai tindakan 2. Monitor adanya hipovolemik O: Klien tampak pucat,
oksigen keperawatan 1 x syok hipovolemik 3. Memonitor jumlah perdarahan konjungtiva palpebra
13
24 jam, 3. Monitor jumlah 4. Memberikan oksigen nasal anemi, hemoglobin 6,8
diharapkan perdarahan kanul tiga liter setiap menit g/dl, tekanan darah
perfusi jaringan 4. Kolaborasi 5. Memonitor saturasi oksigen 110/70mmHg, nadi 100
menjadi efektif pemberian oksigen 6. Memonitor haluaran urin kali/menit, frekuensi
dengan kriteria 5. Monitor saturasi 7. Memberikan posisi pernafasan 20 kali/menit,
hasil tekanan oksigen trendelenburg urin 200 cc, saturasi
darah 110/70 6. Monitor haluaran 8. Memonitor sianosis oksigen 90 %.
mmHg sampai urin 9. Memonitor clubbing finger A: Masalah perfusi
130/80 mmHg, 7. Berikan posisi 10. Memonitor nilai laboratorium jaringan teratasi sebagian
nadi 60 sampai trendelenburg hemoglobin P:
100 kali/menit, 8. Monitor sianosis 11. Memberikan cairan kristaloid - Monitor tanda – tanda
capilary refill 9. Monitor clubbing 12. Berkolaborasi pemberian vital, saturasi oksigen,
kurang dari dua finger transfusi haluaran urin,
detik, tidak ada 10. Monitor nilai berkolaborasi untuk
tanda – tanda laboratorium pemeriksaan darah
sianosis, tidak hemoglobin rutin ulang,
ada clubbing 11. Kolaborasi berkolaborasi
finger, tidak pemberian transfusi pemberian transfusi.
pucat, - Rencana pindah

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


hemoglobin 12 – ruangan
14g/dl.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny.N (22 tahun)
Diagnosa : P1A0 postpartum 1 minggu +HPP

N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi


o
1. Risiko Setelah dilakukan - Monitor tanda-tanda 10 November 2013 10 November 2013
kekurangan tindakan keperawatan vital - Mengukur tanda-tanda vital S:
volume cairan selama 2 x 24 jam, - Monitor kontraksi - Memeriksa kontraksi uterus - Klien mengatakan darah
b.d perdarahan diharapkan tidak terjadi uterus - Memeriksa tinggi fundus yang keluar sudah
kekurangan volume - Ajarkan pasien uteri berkurang, membran
cairan dengan kriteria melakukan massage - Melakukan masase uterus mukosa kering
hasil : uterus ketika uterus ketika uterus lembek O:
- Membran mukosa lembek - Memonitor pengeluaran - TD: 110/70mmHg, N:
lembab - Kaji pengeluaran lochea 98x/menit, RR:
- Tekanan darah 110/70 lochea (warna, - Memberikan cairan 20x/menit, S: 36,70C.
mmHg sampai 130/80 jumlah, konsistensi) kristaloid sesuai advis dokter - Perdarahan satu pembalut
mmHg, nadi 60 – 100 - Kolaborasi - Memberikan terapi viliron - Lochea berwarna merah
kali/menit pemberian sesuai advis dokter A : Risiko kekurangan
- Turgor kulit elastis uterotonika dan - Menganjurkan pasien volume cairan teratasi
- Input dan output cairan kristaloid melakukan tirah baring sebagian
seimbang - Anjurkan pasien sesuai advis dokter P:
- Perdarahan pervagina istirahat tirah baring - Menganjurkan pasien - Monitor TTV, lochea
berkurang menghabiskan porsi (warna, jumlah,
- Urin tidak pekat makanan yang diberikan konsistensi)
- Volume urin 0,5 rumah sakit - Motivasi ibu untuk
sampai 1cc/kgBB/jam istirahat tirah baring
- Kontraksi uterus kuat - Anjurkan ibu minum
- Tinggi fundus uteri minimal 1500 ml setiap
satu sampai dua jari di hari
bawah pusat.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
11 November 2013 11 November 2013
- Mengukur tanda-tanda vital S:
- Memeriksa kontraksi uterus - Klien mengatakan darah
- Memeriksa tinggi fundus yang keluar sudah
uteri berkurang, membran
- Menganjurkan ibu mukosa kering
melakukan masase uterus O:
ketika uterus lembek - TD: 110/70mmHg, N:
- Memonitor pengeluaran 98x/menit, RR:
lochea 20x/menit, S: 36,70C.
- Memonitor tetesan infus - Perdarahan satu pembalut
- Memberikan terapi viliron - Lochea berwarna merah
sesuai advis dokter A : Risiko kekurangan
- Memotivasi pasien volume cairan teratasi
menghindari aktivitas yang sebagian
melelahkan P:
- Menganjurkan pasien - Monitor TTV, lochea
menghabiskan porsi (warna, jumlah,
makanan yang diberikan konsistensi)
rumah sakit - Motivasi ibu untuk
menghindari aktivita
yang melelahkan
- Anjurkan ibu minum
minimal 1500 ml setiap
hari
- Rencana pulang

2. Risiko gangguan Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 10 November 2013 10 November 2013
perfusi jaringan tindakan keperawatan vital - Mengukur tanda – tanda S:
perifer b.d selama 2 x 24 jam - Berikan posisi vital - Klien mengatakan pusing

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
penurunan suplai diharapkan tidak terjadi trendelenburg - Memberikan posisi berkurang
oksigen gangguan perfusi - Monitor saturasi trendelenburg O: Klien masih tampak
jaringan perifer dengan oksigen - Memonitor saturasi oksigen pucat, TD: 100/70 mmHg,
kriteria hasil: - Kolaborasi pemberian - Memberikan oksigen nasal nadi: 98x/menit, RR:
- Tekanan darah 110/70 oksigen kanul tiga liter setiap menit 18x/menit, Hb: 5,7g/dl,
mmHg sampai 130/80 - Berikan transfusi - Memonitor pengeluaran capillary refill kurang dari
mmHg, nadi 60 sampai sesuai program lochea dua detik, saturasi oksigen
100 kali/menit - Monitor jumlah - Memberikan terapi PRC 90%
- Capillary refill kurang perdarahan sesuia advis dokter A: Risiko gangguan perfusi
dari dua detik - Monitor haluaran urin - Memonitor haluaran urin jaringan perifer teratasi
- Tidak ada tanda – - Monitor adanya - Memonitor sianosis sebagian
tanda sianosis sianosis - Memonitor clubbing finger P:
- Tidak ada clubbing - Monitor adanya - Memonitor hemoglobin - Monitor TTV, pengeluaran
finger clubbing finger lochea, saturasi oksigen,
- Urin 0,5 sampai 1 - Monitor nilai capillary refill, nilai
cc/kgBB/jam hemoglobin. hemoglobin
- Saturasi oksigen lebih 11 November 2013 11 November2013
dari 90% - Mengukur tanda – tanda S:
- Kadar hemoglobin 12 – vital - Klien mengatakan pusing
14 g/dl. - Memberikan posisi berkurang
trendelenburg O: TD: 100/70 mmHg, nadi:
- Memonitor saturasi oksigen 98x/menit, RR: 18x/menit,
- Memonitor pengeluaran Hb: 8,2g/dl, capillary refill
lochea kurang dari dua detik,
- Memonitor haluaran urin saturasi oksigen 95%
- Memonitor sianosis A: Risiko gangguan perfusi
- Memonitor clubbing finger jaringan perifer teratasi
- Memonitor nilai hemoglobin sebagian
P:
- Monitor TTV, pengeluaran

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
lochea, saturasi oksigen,
capillary refill, nilai
hemoglobin
- Rencana pulang
3. Risiko kegagalan Setelah dilakukan - Beri penjelasan 10 November 2013 10 November 2013
pemberian ASI tindakan keperawatan manfaat menyusui - Memberi penjelasan S: Klien mengatakan akan
b.d perawatan selama 2 x 24 jam, - Anjurkan ibu untuk tentang manfaat menyusui menyusui bayinya dan
ibu di rumah diharapkan ibu dapat memerah ASI - Menganjurkan ibu untuk memerah ASI
sakit menyusui secara efektif sesering mungkin memerah ASInya selama O: Asi keluar, puting
dengan kriteria hasil : selama perawatan di perawatan di RS menonjol, payudara
- Ibu mau menyusui rumah sakit - Menganjurkan ibu untuk bengkak
bayinya - Anjurkan ibu memberikan ASI perahan A: Risiko kegagalan
- Ibu memeras ASI memberikan ASI pada bayinya selama pemberian ASI
selama perawatan di perahan pada bayinya perawatan di rumah sakit P:
rumah sakit selama ibu dirawat - Melakukan kompres - Motivasi ibu untuk
- ASI sudah keluar - Anjurkan ibu hangat memerah ASInya selama
- Tidak ada melakukan perawatan - Menganjurkan ibu untuk perawatan di rumah sakit
pembengkakan payudara dengan menyusui setelah pulang - Anjurkan suami untuk
payudara kompres hangat dari rumah sakit mengantarkan ASI
- Menyusui di rumah - Anjurkan ibu untuk - Menganjurkan ibu untuk perahan dan
secara efektif. menyusui setelah memberikan ASI eksklusif memberikannya kepada
pulang dari rumah bayi selama ibu dirawat
sakit di rumah sakit
- Anjurkan ibu untuk
memberikan ASI 11 November 2013 11 November 2013
eksklusif. - Memotivasi ibu untuk S: Klien mengatakan sudah
memerah ASInya selama memeras ASInya
perawatan di RS O: Asi keluar 50 cc, puting
- Memotivasi ibu untuk menonjol, pembengkakan
memberikan ASI perahan payudara berkurang

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
pada bayinya selama A: Risiko kegagalan
perawatan di rumah sakit pemberian ASI teratasi
- Menganjurkan ibu untuk sebagian
melakukan kompres hangat P:
- Memotivasi ibu untuk - Motivasi ibu untuk
menyusui setelah pulang memerah ASInya selama
dari rumah sakit perawatan di rumah sakit
- Memotivasi ibu untuk - Anjurkan suami untuk
memberikan ASI eksklusif mengantarkan ASI
perahan dan
memberikannya kepada
bayi selama ibu dirawat
di rumah sakit
- Rencana pulang
4. Cemas b.d Setelah dilakukan - Beri kesempatan 10 November 2013 10 November 2013
perubahan status tindakan keperawatan kepada klien - Memberikan kesempatan S:
kesehatan selama 2 x 24 jam mengungkapkan kepada klien untuk - Klien mengatakan
diharapkan cemas pikiran dan perasaan mengungkapkan pikiran dan kekhawatirannya
berkurang atau hilang cemas, perasaan cemas berkurang karena
dengan kriteria hasil - Bantu klien untuk - Membantu klien perdarahannya berkurang
- Klien mengatakan memfokuskan kondisi memfokuskan kondisi - Klien mengatakan
cemas berkurang atau kesehatannya saat ini kesehatannya saat ini memahami kondisi
hilang, - Dampingi klien - Mendampingi klien selama kesehatannya saat ini.
- Klien dapat selama prosedur prosedur O:
mengungkapkan rasa - Motivasi keluarga - Memotivasi keluarga untuk - Ekspresi wajah
cemasnya untuk menemani klien menemani klien sesuai menunjukkan ketegangan
- Klien kooperatif sesuai kebutuhan kebutuhan berkurang
selama tindakan - Beri penjelasan - Memberi penjelasan tentang - Klien memahami
perawatan tentang perdarahan perdarahan postpartum penjelasan dokter dan
- Nadi 60 sampai 100 postpartum perawat terkait kondisi

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesis Intervensi Evaluasi
o
kali/menit, frekuensi - Berikan sentuhan kesehatannya dan
pernafasan 12 sampai sewajarnya prosedur.
20 kali / menit A: Cemas teratasi.
- Klien tidak tampak P:
gelisah - Motivasi ibu untuk
- Kontak mata menatap beradaptasi terhadap
lawan bicara. kondisi kesehatannya
sekarang.
- Motivasi ibu untuk
kontrol sesuai jadwal
6. Perilaku aktif Setelah dilakukan - Diskusikan dengan 10 november 2013 10 November 2013
mencari tindakan keperawatan klien tentang - Menjelaskan kepada klien S: Klien mengatakan akan
informasi selama 2 x 24 jam kebiasaan hidup tentang perilaku hidup sehat berperilaku hidup sehat.
kesehatan diharapkan klien dapat sehat yang seperti diet, olahraga; O: Klien menentukan
meningkatkan status dilakukan, seperti - Menganjurkan kepada klien pilihan hidup sehat.
kesehatannya dengan diet, manajemen untuk mencegah perilaku A: Diagnosa sejahtera.
kriteria hasil : stress, olahraga; berisiko, seperti P: Motivasi klien untuk
- Klien akan - Anjurkan klien mengkonsumsi alkohol; hidup sehat
mempertahankan diet menghindari - Menganjurkan kepada klien
yang sehat perilaku berisiko untuk memodifikasi
- Mencegah perilaku yang berpengaruh lingkungan rumah, seperti
berisiko seperti terhadap kesehatan, membuka jendela setiap
mengkonsumsi alkohol seperti hari, menjaga lingkungan
- Menyeimbangkan mengkonsumsi rumah agar tetap bersih;
latihan fisik dan alkohol - Menganjurkan klien untuk
istirahat - Anjurkan klien memanfaatkan fasilitas
- Membuat pilihan untuk untuk kesehatan,
hidup sehat. menyeimbangkan - Menjelaskan kepada klien
- Memanfaatkan fasilitas waktu istirahat tentang penggunaan waktu
kesehatan jika sakit. dengan bekerja. istirahat dan bekerja

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Penerapan Teori Need for Help Wiedenbach dan Konservasi Levine
pada Asuhan Keperaatan Ny. R (40 tahun) P2A0
dengan Perdarahan Postpartum

KASUS 4
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2014
Ruang Rawat : IGD dan Zona B

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : RT 01 RW 14, Kelurahan Setia Mekar, Kec.
Tambun Selatan, Bekasi
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. J
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien rujukan rumah sakit ibu anak, post sectio secarea dengan
perdarahan postpartum.
2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien post SC empat jam. Perdarahan lebih dari 1000 cc.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma, jantung, DM. Pasien
mengatakan ada riwayat hipertensi dalam kehamilan.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, obat – obatan, dan udara
6. Riwayat persalinan sekarang
Klien melahirkan bayi laki – laki, SC, berat lahir 3100 gram.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Hamil Tanggal Jenis Penolong Tempat Penyulit Jenis BBL Penyulit
ke Partus Partus Partus Kelamin Nifas
I 2008 Spontan Bidan RB - Peremp 3800 -
uan gram
SC
II 2014 Dokter RSIA - Laki- 3100 HPP,
laki gram helpp
syndrome

8. Riwayat menstruasi
Klien menarche usia 12 tahun. Lama menstruasi tujuh hari, siklus haid 28
hari. Tidak ada nyeri haid. Ganti pembalut dua sampai tiga kali setiap hari.
9. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat infertilitas, kista ovarium,
tidak ada massa.
10. Riwayat KB
Klien mengatakan KB suntik satu bulan selama empat tahun.
C. Keadaan Umum
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/80mmHg, nadi 87x/menit, suhu
36,50C, frekuensi pernafasan 20x/menit, konjungtiva palpebra tampak anemi,
capillary refill lebih dari tiga detik. BB: 70kg, TB: 155 cm.
D. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
 Kepala : Bentuk mesosephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
 Mata : Simetris, konjungtiva palpebra anemi, sklera tidak ikterik
 Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada epistaksis
 Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
 Telinga : Tidak ada discharge
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
- Dada
 Jantung : Ictus cordis tidak tampak, HR 87x/meit, reguler, pekak, terdengar
BJ I dan II, tidak ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
 Paru :Dada simetris, tidak ada retraksi dada, fokal fremitus kanan dan
kiri seimbang, sonor, vesikuler di seluruh lapang paru
 Payudara : Simetris, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, pengeluaran
ASI (+), ada nyeri tekan, panas, payudara bengkak.
- Abdomen
 Luka operasi tertutup kassa bersih
 Fundus uterus : Dua jari bawah pusat, kontraksi uterus lembek
 Kandung kemih : kosong, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
 DRA : tidak terkaji
 Bising usus : 15x/menit, flatus (+)
- Perineum dan genital : Lochea rubra
 Perdarahan lebih dari 1000 cc

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


- Ekstremitas
 Ekstremitas atas : Pitting edema (-), tidak ada varises
 Ekstremitas bawah : Pitting edema (-), tidak ada varises
 Tanda homan (-)

E. Pengkajian Psikologis
1. Perasaan ibu terhadap kondisi kesehatannya
Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang.
2. Harapan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan supaya perdarahannya cepat berhenti.
3. Status mental / mood
Ibu tampak cemas, gelisah, dan sedih dengan kondisinya.

F. Pemeriksaan Penunjang
-
G. Terapi
Oksigen nasal kanul lima liter tiap menit, cairan kristaloid dua line IV masing –
masing 500 cc loading, oksitosin 20 unit, metergin satu ampul.

H. Diagnosa Keperawatan Fase Akut


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

Pengkajian Konservasi Levine


a. Lingkungan internal
1. Fisik
Pasien mengalami perdarahan postpartum pasca SC di RSIA. Pasien
mengalami perdarahan lebih dari 1000 cc. Pasien mengatakan tidak
menderita penyakit asma, jantung, DM. Klien tampak pucat dan
konjungtiva palpebra anemi. Pasien didiagnosa PEB Helpp syndrome.
2. Psikologis
Klien mengatakan cemas terjadi perdarahan berulang.

b. Lingkungan eksternal
1. Perseptual :
Ny. R berasal dari suku Sunda, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan
SMA. Klien menempati rumah sendiri. Jarak rumah dengan fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Ny.
R melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di bidan. Klien
menggunakan fasilitas umum. Pekerjaan suami swasta, penghasilan 2,5 juta
rupiah / bulan.
2. Operasional :
Klien menikah satu kali, menarche pada usia 12 tahun, lama haid tujuh
hari, siklus haid 28 hari, klien tidak nyeri saat haid. Klien melahirkan anak
kedua, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 3100 gram.
3. Konseptual :
Klien beragama Islam, suku Sunda. Bahasa sehari – hari yang digunakan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


adalah bahasa Indonesia. Tidak ada nilai – nilai budaya yang bertentangan
dengan nilai kesehatan.

C. Konsevasi Energi
a. Nutrisi
Klien menghabiskan satu porsi makanan yang diberikan oleh rumah
sakit.
b. Eliminasi
BAB: Frekuensi 2 x/hari, Konsistensi berbentuk tidak keras.
BAK: Frekuensi 1-3 x/hari,Kejernihan : jernih, Warna kuning jernih
c. Oksigenisasi
Keluhan : Tidak sesak, Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt, Irama
teratur. Tidak ada Penggunaan Otot bantu pernafasan.
d. Aktifitas dan Istirahat
Aktifitas klien terbatas karena berbaring di tempat tidur, masih terasa
pusing bila melakukan aktifitas karena perdarahan. Pemeriksaan Hb
7,99 g/dl.
e. Pola Tidur
Siang : Ya/Tidak (2-3 jam), Malam: Ya/Tidak ( 6-8 jam)
Gangguan Tidur : Ya/Tidak (Lingkungan panas)

2. Konservasi Integritas Struktural


Pemeriksaan Fisik Ibu
 Kesadaran Compos mentis.Tensi : 120/80 mmhg, nadi 87x/mnt, RR
20x/mnt, Suhu 36,5oC .
 Mata : Konjugtiva (anemis/Tidak), sclera : (ikterik/Tidak), Pupil
(isokor/anisokor), reflek cahaya (+/-), penglihatan (Terganggu/Tidak).
 Mammae: inspeksi: (simetris/Tidak), kebersihan : (bersih/tidak),
pembengkakan :
(bengkak/tidak), areola:(hiperpigmentasi/tidak), bentuk puting kiri :
(menonjol/inverted/datar), bentuk puting kanan (menonjol/inverted/datar).
Palpasi: nyeri tekan : (ada/tidak), kolostrum : (keluar/tidak), ASI:
(keluar/tidak).
 Abdomen: Inspeksi: kebersihan: (bersih/tidak), striae (ada/tidak),
Auskultasi: peristaltik usus : 15 x/menit, teraba diatesis rekti 2 jari, TFU
satu jari bawah pusat, kontraksi baik.
 Genetalia: kebersihan : (bersih/tidak), oedem : (ada/tidak), perdarahan
pervaginam (warna merah segar bercampur kecoklatan, jumlah ½ koteks
perhari, tidak berbau busuk),
 Ekstrimitas : Oedema: negatif/positif, homan’s sign : negatif/positif.
 Postur Tubuh (Normal / kelainan tulang belakang)

5. Konservasi Integritas Personal


a. Konsep diri
 Identitas Diri: klien menyadari dirinya sebagai seorang ibu dan
isteri
 Harga Diri: Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam harga
diri

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


 Peran: Klien mengatakan perannya sebagai seorang Ibu saat ini
terganggu karena dirawat di rumah sakit
 Gambaran Diri: Klien mengatakan kondisi kesehatannya saat ini
terganggu karena mengalami perdarahan. Klien mengatakan
belum bisa menyusui bayinya.
 Kesesuaian antara Harapan dan Kenyataan
Klien berharap dapat merawat anaknya setelah pulang dari
rumah sakit dan menyusui kembali.
 Kecemasan
Klien mengatakan cemas jika terjadi perdarahan berulang.

6. Konservasi integritas sosial


- Dukungan emosi :
Selama di rumah sakit, klien ditunggu oleh suami dan kakaknya.
- Interaksi sosial
Klien berintersaksi dengan baik ketika keluarga dan tetangga
menjenguk. Di kamar klien pun mau berinteraksi dengan pasien lain.
- System support
Klien selalu di dukung oleh suami dan keluarga besarnya jika ada
permasalahan yang harus diputuskan bersama.
Therapi
- Observasi tanda – tanda vital
- Observasi perdarahan
- Pemberian cairan kristaloid
- Adalat oros 1 x 600 gram
- NAC 3 x 600mg
- Vit C 2 x 400 IV
- Dexamethason 2 x 100 IV
- Lakukan transfusi PRC

Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)


1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
4. Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di
rumah sakit
5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Perilaku aktif mencari informasi kesehatan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Asuhan Keperawatan Pada Ny. R (42 tahun) P2A0 dengan Perdarahan Postpartum

Bagian ini menguraikan untuk tahap Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengan teori Konservasi Levine

Tgl MINISTRY VALIDASI

Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


keperawatan Keperawatan

25- Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan
03- cairan b.d tindakan perdarahan perdarahan perdarahan berkurang
20 perdarahan keperawatan 2. Monitor TTV 2. Mengukur tanda – tanda vital O: TD: 120/80 mmHg, N:
selama 1 x 24 3. Kolaborasi 3. Memberikan cairan kristaloid 100x/menit, RR:
14
jam, diharapkan pemberian cairan IV dua line masing – masing 20x/menit; Perdarahan
kekurangan kristaloid 500 cc loading sesuai advis satu pembalut, kontraksi
volume cairan 4. Kolaborasi dokter uterus baik, TFU dua jari
teratasi dengan pemberian 4. Mengosongkan kandung di bawah pusat, membran
kriteria hasil oksitosin 20 unit kemih mukosa kering, natrium
membran mukosa intravena 5. Memberikan oksitosin 20 139 mEq/L, kalium 2,8
lembab, turgor 5. Masase fundus unit intravena dalam cairan mEq/L, chlorida 111
kulit elastis, input uteri kristaloid mEq/L.
dan output 6. Monitor kontraksi 6. Melakukan masase fundus A: Kekurangan volume
seimbang, urin uterus uteri cairan teratasi sebagian
tidak pekat, klien 7. Motivasi ibu untuk 7. Memonitor kontraksi uterus P:
tidak haus, menyusui 8. Memonitor tinggi fundus - Monitor TTV,
natrium 132 8. Kolaborasi uteri perdarahan (jumlah,
sampai 147 pemberian 9. Memberikan metergin satu konsistensi, warna),
mEq/L, kalium uterotonika jika ampul kontraksi uterus, tinggi
3,3 sampai 5,4 perdarahan masih fundus uteri
mEq/L, chlorida berlanjut - Rencana pindah ruangan
94 sampai 111

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


mEq/L.

25- Gangguan perfusi Setelah 1. Monitor tanda- 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Ibu mengeluh pusing
03- jaringan b.d dilakukan tanda vital 2. Memonitor adanya syok berkurang
20 penurunan suplai tindakan 2. Monitor adanya hipovolemik O: Klien tampak pucat,
oksigen keperawatan 1 x syok hipovolemik 3. Memonitor jumlah perdarahan konjungtiva palpebra
14
24 jam, 3. Monitor jumlah 4. Memberikan oksigen nasal anemi, hemoglobin 7,99
diharapkan perdarahan kanul lima liter setiap menit g/dl, tekanan darah
perfusi jaringan 4. Kolaborasi 5. Memonitor saturasi oksigen 110/70mmHg, nadi 100
menjadi efektif pemberian oksigen 6. Memonitor haluaran urin kali/menit, frekuensi
dengan kriteria 5. Monitor saturasi 7. Memberikan posisi pernafasan 20 kali/menit,
hasil tekanan oksigen trendelenburg urin 200 cc, saturasi
darah 110/70 6. Monitor haluaran 8. Memonitor sianosis oksigen 95%.
mmHg sampai urin 9. Memonitor capillary refill A: Masalah perfusi
130/80 mmHg, 7. Berikan posisi 10. Memonitor nilai laboratorium jaringan teratasi sebagian
nadi 60 sampai trendelenburg hemoglobin P:
100 kali/menit, 8. Monitor sianosis 11. Berkolaborasi pemberian - Monitor tanda – tanda
capilary refill 9. Monitor capillary transfusi vital, saturasi oksigen,
kurang dari dua refill haluaran urin,
detik, tidak ada 10. Monitor nilai berkolaborasi untuk
tanda – tanda laboratorium pemeriksaan darah
sianosis, tidak hemoglobin rutin ulang,
ada clubbing 11. Kolaborasi berkolaborasi
finger, tidak pemberian transfusi pemberian transfusi.
pucat, - Rencana pindah
hemoglobin 12- ruangan
14g/dl.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny.R (42 tahun)
Diagnosa : Post SC 4 jam, PEB Helpp syndrome parsial, HPP

N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hipotesis Intervensi Evaluasi


o Hasil
1. Risiko kekurangan Setelah dilakukan - Monitor tanda-tanda 25 Maret 2014 25 Maret 2014
volume cairan b.d tindakan vital - Mengukur tanda-tanda vital S:
perdarahan keperawatan - Monitor kontraksi - Memeriksa kontraksi uterus - Klien mengatakan darah
selama 2 x 24 jam, uterus - Melakukan masase uterus yang keluar sudah
diharapkan tidak - Massage uterus ketika uterus lembek berkurang
terjadi kekurangan ketika uterus lembek - Memonitor pengeluaran O:
volume cairan - Kaji pengeluaran lochea - TD: 110/70mmHg, N:
dengan kriteria lochea (warna, - Memberikan misoprostol 98x/menit, RR:
hasil : konsistensi, jumlah) dua tablet, metergin satu 20x/menit, S: 36,70C.
- Membran mukosa - Kolaborasi ampul - Perdarahan satu pembalut
lembab pemberian - Menganjurkan ibu istirahat - Lochea berwarna merah
- Tekanan darah uterotonika dan tirah baring A : Risiko kekurangan
110/70 mmHg cairan kristaloid - Menganjurkan ibu volume cairan teratasi
sampai 130/80 - Anjurkan ibu untuk menghabiskan porsi sebagian
mmHg, nadi 60 – istirahat tirah baring makanan yang diberikan P: Lanjutkan intervensi
100 kali/menit - Anjurkan ibu rumah sakit (monitor TTV, lochea,
- Turgor kulit menghabiskan porsi anjurkan ibu minum
elastis makanan yang minimal 1500 ml/hari)
- Input dan output diberikan rumah
seimbang sakit 26 Maret 2014 26 Maret 2014
- Perdarahan - Mengukur tanda-tanda vital S:
pervagina - Memeriksa kontraksi uterus - Klien mengatakan darah
berkurang, - Memeriksa tinggi fundus yang keluar sudah
- Urin tidak pekat uteri berkurang
- Volume urin 0,5 - Melakukan masase uterus O:
sampai ketika uterus lembek - TD: 110/70mmHg, N:

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hipotesis Intervensi Evaluasi
o Hasil
1cc/kgBB/jam - Memonitor pengeluaran 98x/menit, RR:
- Natrium 132 lochea 20x/menit, S: 36,70C.
sampai - Memonitor tetesan infus - Perdarahan setengah
137mEq/L, pembalut
kalium 3,3 sampai - Lochea berwarna merah
5,4 mEq/L, - Capillary refill kurang
chlorida 94 dari dua detik
sampai 111 mEq/L A : Risiko kekurangan
- Kontraksi uterus volume cairan teratasi
kuat P:
- Tinggi fundus - Monitor TTV, lochea
uteri satu sampai - Anjurkan ibu minum
dua jari di bawah minimal 1500 ml/hari
pusat. - Rencana pulang

2. Risiko gangguan Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 25 Maret 2014 25 Maret 2014
perfusi jaringan b.d tindakan vital - Mengukur tanda – tanda S:
penurunan suplai keperawatan - Berikan posisi vital - Klien mengatakan pusing
oksigen selama 2 x 24 jam trendelenburg - Memberikan posisi berkurang
diharapkan tidak - Monitor saturasi trendelenburg O: Klien masih tampak
terjadi gangguan oksigen - Memonitor saturasi oksigen pucat, capillary refill kurang
perfusi jaringan - Berikan transfusi - Memonitor pengeluaran dari dua detik, Hb: 7,99 g/dl
dengan kriteria sesuai program lochea A: Risiko gangguan perfusi
hasil: - Monitor jumlah - Memberikan terapi PRC 500 jaringan teratasi sebagian
- tekanan darah perdarahan cc P:
110/70 mmHg - Monitor haluaran urin - Memberikan vitamin C - Monitor TTV, saturasi
sampai 130/80 - Monitor adanya - Memonitor haluaran urin oksigen, capillary refill,
mmHg, nadi 60 sianosis - Memonitor sianosis nilai hemoglobin
sampai 100 - Monitor capillary - Memonitor clubbing finger
kali/menit refill - Memonitor hemoglobin

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hipotesis Intervensi Evaluasi
o Hasil
- Capillary refill - Monitor adanya 26 Maret 2014 26 Maret 2014
kurang dari dua clubbing finger - Mengukur tanda – tanda S:
detik - Monitor nilai vital - Klien mengatakan pusing
- Tidak ada tanda – hemoglobin. - Memberikan posisi berkurang
tanda sianosis trendelenburg O: Klien tampak tidak
- Tidak ada - Memonitor saturasi oksigen pucat, capillary refill kurang
clubbing finger - Memonitor pengeluaran dari dua detik, Hb: 11,8 g/dl
- Klien tidak pucat lochea A: Risiko gangguan perfusi
- Hemoglobin 12 - Memonitor haluaran urin jaringan teratasi sebagian
sampai 15 g/dl - Memonitor sianosis P:
- Urin 0,5 sampai 1 - Memonitor clubbing finger - Monitor TTV, saturasi
cc/kgBB/jam - Memonitor hemoglobin oksigen, capillary refill,
- Saturasi oksigen nilai hemoglobin
90 sampai 100%. - Rencana pulang

3. Risiko infeksi Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 25 Maret 2014 25 Maret 2014
berhubungan dengan tindakan vital - Mengukur tanda – tanda S: Klien mengatakan tidak
adanya luka operasi keperawatan selama - Monitor adanya tanda vital demam
2 x 24 jam – tanda infeksi - Memonitor tanda – tanda O:Leukosit 14.600/uL, tidak
diharapkan tidak - Monitor leukosit infeksi ada tanda – tanda infeksi
terjadi infeksi - Lakukan rawat luka - Memonitor nilai leukosit seperti tumor, rubor, kalor,
dengan kriteria dengan tehnik steril - Menganjurkan ibu dolor, fungsiolesa
hasil : mengkonsumsi putih telur A: Tidak terjadi infeksi
- Tidak ada tanda – minimal enam butir P:
tanda infeksi - Memberikan dexamethason - Monitor tanda – tanda
seperti tumor, 2x100 IV sesuai advis dokter infeksi
rubor, kalor, dolor, - Lakukan perawatan luka
fungsiolesa dengan prinsip steril
- Klien
menunjukkan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hipotesis Intervensi Evaluasi
o Hasil
kebersihan pribadi 26 Maret 2014 26 Maret 2014
yang adekuat - Mengukur tanda – tanda S: Klien mengatakan tidak
- Leukosit 5000 vital demam
sampai 10000/uL. - Memonitor tanda – tanda O:Tidak ada tanda – tanda
- Balutan luka infeksi infeksi seperti tumor, rubor,
tampak bersih - Memonitor nilai leukosit kalor, dolor, fungsiolesa,
- Memotivasi ibu balutan luka tampak bersih
mengkonsumsi putih telur A: Tidak terjadi infeksi
minimal enam butir P:
- Memberikan dexamethason - Monitor tanda – tanda
sesuai advis dokter infeksi
- Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril
- Rencana pulang

4. Risiko kegagalan Setelah dilakukan - Berikan penjelasan 25 Maret 2014 25 Maret 2014
pemberian ASI b.d tindakan manfaat ASI dan - Menjelaskan manfaat ASI S: Klien mengatakan ingin
perawatan ibu di keperawatan selama menyusui dan menyusui cepat pulang dan menyusui
rumah sakit 2 x 24 jam, - Anjurkan ibu untuk - Menganjurkan ibu untuk bayinya
diharapkan ibu memerah ASI selama memerah ASInya selama O: Asi keluar 30 cc, puting
dapat menyusui perawatan di rumah perawatan di RS menonjol
secara efektif sakit - Menganjurkan ibu untuk A: Masalah risiko kegagalan
dengan kriteria - Anjurkan ibu memberikan ASI perahan pemberian ASI teratasi
hasil : memberikan ASI pada bayinya selama sebagian
- Ibu memeras perahan pada bayinya perawatan di rumah sakit P: Motivasi ibu untuk
ASI selama selama ibu dirawat - Menganjurkan ibu untuk memerah ASInya selama
perawatan di - Anjurkan ibu untuk menyusui setelah pulang perawatan di rumah sakit
rumah sakit menyusui setelah dari rumah sakit
- ASI sudah pulang dari rumah - Menganjurkan ibu untuk
keluar sakit memberikan ASI eksklusif

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hipotesis Intervensi Evaluasi
o Hasil
- Tidak ada - Anjurkan ibu untuk 26 Maret 2014 26 Maret 2014
pembengkakan memberikan ASI - Memotivasi ibu untuk S: Klien mengatakan ingin
payudara eksklusif. memerah ASInya selama cepat pulang dan menyusui
- Menyusui di perawatan di RS bayinya
rumah secara - Memotivasi ibu untuk O: Asi keluar 50 cc, puting
efektif. memberikan ASI perahan menonjol, payudara
pada bayinya selama bengkak
perawatan di rumah sakit A: Masalah risiko kegagalan
- Memotivasi ibu untuk pemberian ASI teratasi
menyusui setelah pulang sebagian
dari rumah sakit P:
- Memotivasi ibu untuk - Motivasi ibu untuk
memberikan ASI eksklusif memerah ASInya selama
perawatan di rumah sakit
- Rencana pulang

5. Cemas b.d perubahan Setelah dilakukan - Beri kesempatan 25 Maret 2014 25 Maret 2014
status kesehatan tindakan kepada klien - Memberikan kesempatan S:
keperawatan selama mengungkapkan kepada klien untuk - Klien mengatakan
2 x 24 jam pikiran dan perasaan mengungkapkan pikiran dan kekhawatirannya
diharapkan cemas cemas perasaan cemas berkurang karena
berkurang atau - Bantu klien untuk - Membantu klien perdarahannya berkurang
hilang dengan memfokuskan kondisi memfokuskan kondisi - Klien mengatakan
kriteria hasil: kesehatannya saat ini kesehatannya saat ini memahami kondisi
- Klien mengatakan - Dampingi klien - Mendampingi klien selama kesehatannya saat ini.
cemas berkurang selama prosedur prosedur O:
atau hilang - Motivasi keluarga - Memotivasi keluarga untuk - Ekspresi wajah
- Klien dapat untuk menemani klien menemani klien sesuai menunjukkan ketegangan
mengungkapkan sesuai kebutuhan kebutuhan berkurang
rasa cemasnya - Beri penjelasan - Memberi penjelasan tentang - Klien memahami

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hipotesis Intervensi Evaluasi
o Hasil
- Klien kooperatif tentang perdarahan perdarahan postpartum penjelasan dokter dan
selama dilakukan postpartum perawat terkait kondisi
tindakan medis kesehatannya dan
atau perawatan prosedur.
- Nadi 60 sampai A: Cemas teratasi.
100 kali/menit, P:
frekuensi - Motivasi ibu untuk
pernafasan 12 beradaptasi terhadap
sampai 20 kali / kondisi kesehatannya
menit sekarang.
- Klien tidak - Motivasi ibu untuk kontrol
tampak gelisah di rumah sakit sesuai
- Kontak mata jadwal
menatap lawan
bicara.
6. Perilaku aktif mencari Setelah dilakukan - Diskusikan dengan 25 Maret 2014 25 Maret 2014
informasi kesehatan tindakan klien tentang - Menjelaskan kepada klien S: Klien mengatakan akan
keperawatan selama kebiasaan hidup tentang perilaku hidup sehat berperilaku hidup sehat.
2 x 24 jam sehat yang seperti diet, olahraga; O: Klien menentukan
diharapkan klien dilakukan, seperti - Menganjurkan kepada klien pilihan hidup sehat.
dapat meningkatkan diet, manajemen untuk mencegah perilaku A: Diagnosa sejahtera.
status kesehatannya stress, olahraga; berisiko, seperti P: Beri pujian atas
dengan kriteria - Anjurkan klien mengkonsumsi alkohol; keputusan klien untuk
hasil : menghindari - Menganjurkan kepada klien hidup sehat
- Klien akan perilaku berisiko untuk memodifikasi
mempertahankan yang berpengaruh lingkungan rumah, seperti
diet yang sehat terhadap kesehatan, membuka jendela setiap
- Mencegah seperti hari, menjaga lingkungan
perilaku berisiko mengkonsumsi rumah agar tetap bersih;
seperti alkohol - Menganjurkan klien untuk

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


N Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hipotesis Intervensi Evaluasi
o Hasil
mengkonsumsi - Anjurkan klien memanfaatkan fasilitas
alkohol untuk kesehatan,
- Menyeimbangkan menyeimbangkan - Menjelaskan kepada klien
latihan fisik dan waktu istirahat tentang penggunaan waktu
istirahat dengan bekerja. istirahat dan bekerja.
- Membuat pilihan
untuk hidup sehat.
- Memanfaatkan
fasilitas kesehatan
jika sakit

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Aplikasi Penerapan Teori Need For Help Wiedenbach dan Konservasi Levine
pada Asuhan Keperawatan Ny. E (36 tahun) P2A0
dengan Perdarahan Postpartum

KASUS 5

PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 1 April 2014
Ruang Rawat : IGD dan Gd. A Lt. 2 RSCM

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Sopir
Hubungan dengan pasien : Suami

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien rujukan dari puskesmas karena dua jam setelah melahirkan plasenta
tidak lahir. Pasien sudah dicoba dilakukan manual plasenta di puskesmas
tetapi tidak berhasil.
2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum, dua jam sesudah melahirkan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien perdarahan dua jam sesudah melahirkan di puskesmas. Plasenta
tidak lahir setelah dilakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) selama
dua jam. Pasien mengalami perdarahan lebih dari 500 cc, robekan jalan
lahir tidak jelas. Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma,
jantung, hipertensi, DM.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma, jantung, hipertensi,
DM.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, obat – obatan, dan udara.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


6. Riwayat persalinan sekarang
Klien melahirkan bayi laki – laki spontan pervagina di puskesmas, berat
lahir 2800 gram, apgar score 9/10. Penolong persalinan bidan. Dua jam
setelah melahirkan, plasenta tidak lahir meskipun sudah diberikan oksitosin
dua kali, peregangan talipusat terkendali, dan manual plasenta. Klien
mengalami perdarahan postpartum.
7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Hamil Tanggal Jenis Penolong Tempat Penyulit Jenis BBL Penyulit
ke Partus Partus Partus Kelamin Nifas
I 2007 Spontan Bidan RS - Laki-laki 2800 -
gram
Laki - laki
II 2014 Spontan Bidan PKM - 2800 Retensio
gram plasenta

8. Riwayat menstruasi
Klien menarche usia 17 tahun. Lama menstruasi 7 hari, siklus haid 30 hari.
Tidak ada nyeri haid. Ganti pembalut dua sampai tiga kali setiap hari.
9. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat infertilitas, kista ovarium,
tidak ada massa.
10. Riwayat KB
Klien mengatakan tidak pernah KB.
C. Keadaan Umum
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 118x/menit, suhu
36,50C, frekuensi pernafasan 20x/menit, capillary refill lebih dari tiga detik.
BB: 60kg, TB: 165 cm.
D. Pemeriksaan Fisik
- Kepala Leher
 Kepala : Bentuk mesosephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
 Mata : Simetris, konjungtiva palpebra anemi, sklera tidak ikterik
 Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada epistaksis
 Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
 Telinga : Tidak ada discharge
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
- Dada
 Jantung : Ictus cordis tidak tampak, HR 118x/meit, reguler, pekak,
terdengar BJ I dan II, tidak ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
 Paru :Dada simetris, tidak ada retraksi dada, fokal fremitus kanan dan
kiri seimbang, sonor, vesikuler di seluruh lapang paru
 Payudara : Simetris, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, pengeluaran
ASI (-), tidak ada nyeri tekan, tidak panas.
- Abdomen
 Fundus uterus : Satu jari di bawah pusat, uterus lembek, kontraksi tidak
baik.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


 Kandung kemih : Kosong, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
 DRA : tidak terkaji
 Bising usus : 15x/menit, flatus (+)
- Perineum dan genital
 Vagina : Robekan tidak teratur
 Perdarahan lebih dari 500 cc
- Ekstremitas
 Ekstremitas atas : Pitting edema (-), tidak ada varises
 Ekstremitas bawah : Pitting edema (-), tidak ada varises
 Tanda homan (-)

E. Pengkajian Psikologis
1. Perasaan ibu terhadap kondisi kesehatannya
Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang karena pada persalinan
sebelumnya tidak mengalami perdarahan. Ibu mengatakan cemas jika
perdarahan tidak berhenti.
2. Harapan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan supaya ari – arinya (plasentanya) cepat lahir dan
perdarahannya cepat berhenti.
3. Status mental / mood
Ibu tampak cemas, gelisah, dan sedih dengan kondisinya.

F. Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG tampak plasenta pada serviks uteri, tidak ada tanda – tanda akreta,
kesan plasenta entrapment.

G. Terapi
Oksigen nasal kanul lima liter tiap menit, cairan kristaloid melalui IV dua line
masing – masing 500 cc loading, misoprostol 4 x 200 mg (oral), metergin satu
ampul.

H. Diagnosa Keperawatan Fase Akut


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

Pengkajian Konservasi Levine


a. Lingkungan internal
1. Fisik :
Pasien masih keluar darah lewat jalan lahir meskipun berkurang. Pasien
tampak pucat, membran mukosa kering dan konjungtiva palpebra anemi.
2. Psikologis :
Klien mengatakan cemas jika terjadi perdarahan berulang.
b. Lingkungan eksternal
1. Perseptual :
Ny. E berasal dari suku Sunda, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan
SMA. Klien menempati rumah sendiri. Jarak rumah dengan fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Ny.
E melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di puskesmas. Klien

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


menggunakan fasilitas BPJS. Pekerjaan suami sopir, penghasilan 3 juta
rupiah / bulan.
2. Operasional :
Klien menikah satu kali, menarche pada usia 17 tahun, lama haid tujuh
hari, siklus haid 30 hari, klien tidak nyeri saat haid. Klien melahirkan anak
kedua, jenis kelamin laki – laki, berat lahir 2800 gram, apgar score 9/10.
Anak pertama berusia 7 tahun, jenis kelamin laki – laki, berat lahir 2800
gram.
3. Konseptual :
Klien beragama Islam, suku Sunda. Bahasa sehari – hari yang digunakan
adalah bahasa Indonesia. Tidak ada nilai – nilai budaya yang bertentangan
dengan nilai kesehatan.
C. Konsevasi Energi
a. Nutrisi
Klien menghabiskan satu porsi makanan yang diberikan oleh rumah
sakit.
b. Eliminasi
BAB: Frekuensi 2 x/hari, Konsistensi berbentuk tidak keras.
BAK: Frekuensi 1-3 x/hari,Kejernihan : jernih, Warna kuning jernih
c. Oksigenisasi
Keluhan : Tidak sesak, Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt, Irama
teratur. Tidak ada Penggunaan Otot bantu pernafasan.
d. Aktifitas dan Istirahat
Aktifitas klien terbatas karena berbaring di tempat tidur, masih terasa
pusing bila melakukan aktifitas karena perdarahan. Pemeriksaan Hb
5,8 g/dl. Terpasang infus asering.
e. Pola Tidur
Siang : Ya/Tidak (2-3 jam), Malam: Ya/Tidak ( 6-8 jam)
Gangguan Tidur : Ya/Tidak (Lingkungan panas)

2. Konservasi Integritas Struktural


Pemeriksaan Fisik Ibu
 Kesadaran Compos mentis, Tensi : 100/60 mmHg, nadi 108x/mnt,
RR 20x/mnt, Suhu 36,5oC.
 Mata : Konjugtiva (anemis/Tidak), sclera : (ikterik/Tidak), Pupil
(isokor/anisokor), reflek cahaya (+/-), penglihatan
(Terganggu/Tidak).
 Mammae: inspeksi: (simetris/Tidak), kebersihan : (bersih/tidak),
pembengkakan :
(bengkak/tidak), areola:(hiperpigmentasi/tidak), bentuk puting kiri :
(menonjol/inverted/datar), bentuk puting kanan
(menonjol/inverted/datar). Palpasi: nyeri tekan : (ada/tidak),
kolostrum : (keluar/tidak), ASI: (keluar/tidak).
 Abdomen: Inspeksi: kebersihan: (bersih/tidak), striae (ada/tidak),
Auskultasi: peristaltik usus : 15 x/menit, TFU satu jari bawah
pusat, kontraksi baik.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


 Genetalia: kebersihan : (bersih/tidak), oedem : (ada/tidak),
perdarahan pervaginam (warna merah segar bercampur kecoklatan,
jumlah ½ koteks perhari, tidak berbau busuk).
 Ekstremitas : Oedema: negatif/positif, homan’s sign :
negatif/positif.
 Postur Tubuh (Normal / kelainan tulang belakang)

5. Konservasi Integritas Personal


a. Konsep diri
 Identitas Diri: klien menyadari dirinya sebagai seorang ibu dan
isteri
 Harga Diri: Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam harga
diri
 Peran: Klien mengatakan perannya sebagai seorang Ibu saat ini
terganggu karena dirawat di rumah sakit
 Gambaran Diri: Klien mengatakan kondisi kesehatannya saat ini
terganggu karena mengalami perdarahan. Klien mengatakan
belum bisa menyusui bayinya.
 Kesesuaian antara Harapan dan Kenyataan
Klien berharap dapat menyusui dan merawat anaknya setelah
pulang dari rumah sakit.
 Kecemasan
Klien mengatakan cemas jika terjadi perdarahan berulang.

6. Konservasi integritas sosial


- Dukungan emosi :
Selama di rumah sakit, klien ditunggu oleh suami.
- Interaksi sosial
Klien berinteraksi dengan baik ketika keluarga dan tetangga
menjenguk. Klien juga mau berinteraksi dengan pasien lain.
- System support
Klien selalu di dukung oleh suami dan keluarga besarnya jika ada
permasalahan yang harus diputuskan bersama.
Therapi
- Observasi tanda – tanda vital selama 8 jam
- Observasi perdarahan
- Pemberian Asering 500 cc selama empat jam
- Ampicillin sulbactam 4 x 1,5 gram IV
- Metronidazole 3 x 500 mg IV
- Periksa DPL ulang, jika Hb < 10 gr/dl  Lakukan transfusi

Trophicognosis (Diagnosa Keperawatan)


1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi perineum
4. Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di
rumah sakit

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Perilaku aktif mencari informasi kesehatan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Asuhan Keperawatan Pada Ny. E (36 tahun) P2A0 dengan Perdarahan Postpartum

Bagian ini menguraikan untuk Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengaan teori Konservasi Levine

Tgl MINISTRY VALIDASI

Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


keperawatan Keperawatan

01- Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan haus,
04- cairan b.d tindakan perdarahan perdarahan perdarahan berkurang,
20 perdarahan keperawatan 2. Monitor jumlah 2. Mengukur tanda – tanda vital kontraksi uterus sudah
selama 1 x 24 perdarahan 3. Memberikan cairan kristaloid lebih baik dari sebelumnya
14
jam, diharapkan 3. Kolaborasi IV dua line ( masing – O: TD: 110/70 mmHg, N:
kekurangan pemberian cairan masing) 500 cc loading 100x/menit, RR:
volume cairan kristaloid sesuai advis dokter 20x.menit; Plasenta lahir
teratasi dengan 4. Kolaborasi untuk 4. Mengosongkan kandung lengkap, balance cairan –
kriteria hasil melakukan manual kemih 100 cc, perdarahan satu
membran mukosa plasenta 5. Memberikan oksitosin 20 pembalut, kontraksi uterus
lembab, turgor 5. Masase fundus unit intravena dalam cairan baik, TFU dua jari di
kulit elastis, input uteri kristaloid 500 cc bawah pusat, membran
dan output 6. Monitor kontraksi 6. Berkolaborasi untuk mukosa kering, natrium
seimbang, klien uterus melakukan manual plasenta 137 mEq/L; kalium 3,8
tidak haus, 7. Lakukan inisiasi 7. Melakukan masase fundus mEq/L; chlorida 108
natrium 132 menyusu dini uteri mEq/L.
sampai 147 (IMD) 8. Memonitor kontraksi uterus A: Kekurangan volume
mEq/L, kalium 8. Kolaborasi 9. Memberikan misoprostol 2 cairan teratasi sebagian
3,3 sampai 5,4 pemberian tablet, metergin 1 ampul P:
mEq/L, chlorida oksitosin 20 unit sesuai advis dokter - Monitor TTV,
94 sampai 111 intravena 10. Memonitor perdarahan perdarahan (jumlah,
mEq/L. 9. Kolaborasi untuk (jumlah, warna, konsistensi) konsistensi, warna),

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


melakukan 11. Memonitor keseimbangan kontraksi uterus, tinggi
kompresi bimanual cairan fundus uteri,
interna (KBI) dan keseimbangan cairan
kompresi bimanual - Rencana pindah
eksterna (KBE) ruangan
10. Kolaborasi
pemberian
uterotonika

01- Gangguan perfusi Setelah 1. Monitor tanda- 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Ibu mengeluh pusing
04- jaringan b.d dilakukan tanda vital 2. Memonitor adanya syok berkurang
20 penurunan suplai tindakan 2. Monitor adanya hipovolemik O: Klien tampak pucat,
oksigen keperawatan 1 x syok hipovolemik 3. Memberikan oksigen nasal konjungtiva palpebra
14
24 jam, 3. Kolaborasi kanul 5 liter/menit anemi, hemoglobin 9,25
diharapkan pemberian oksigen 4. Mengukur saturasi oksigen g/dl, hematokrit 24,6%,
perfusi jaringan 4. Monitor saturasi 5. Memonitor haluaran urin tekanan darah
menjadi efektif oksigen 6. Memberikan posisi 110/70mmHg, nadi 98
dengan kriteria 5. Monitor capillary trendelenburg kali/menit, frekuensi
hasil tekanan refill 7. Memonitor nilai laboratorium pernafasan 18 kali/menit,
darah 110/70 6. Monitor sianosis hemoglobin urin 200 cc, saturasi
mmHg sampai 7. Monitor haluaran 8. Memonitor capillary refill oksigen 92%, capillary
130/80 mmHg, urin 9. Memonitor adanya sianosis refill kurang dari dua
nadi 60 sampai 8. Berikan posisi 10. Berkolaborasi pemberian detik.
100 kali/menit, trendelenburg transfusi A: Masalah perfusi
capilary refill 9. Monitor nilai jaringan teratasi sebagian
kurang dari dua laboratorium P:
detik, tidak ada hemoglobin - Monitor tanda – tanda
tanda – tanda 10. Kolaborasi vital, saturasi oksigen,
sianosis, tidak pemberian transfusi haluaran urin,
ada clubbing berkolaborasi untuk
finger, tidak pemeriksaan darah
pucat, rutin ulang,

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


hemoglobin 12 – berkolaborasi
15 g/dl. pemberian transfusi.
- Rencana pindah
ruangan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny.E (36 tahun)
Diagnosa : Haemorrhagic Post Partum hari ke 1

No Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesa Intervensi Evaluasi


1. Risiko kekurangan - Monitor tanda-tanda vital 1 April 2014 1 April 2014
volume cairan b.d - Monitor kontraksi uterus - Mengukur tanda-tanda S:
perdarahan - Monitor tinggi fundus uteri vital - Klien mengatakan
- Massage uterus ketika - Memeriksa kontraksi perdarahan sudah
uterus lembek uterus berkurang, perdarahan satu
- Kaji pengeluaran lochea - Memeriksa tinggi fundus pembalut
(warna, konsistensi, jumlah) uteri - Klien mengatakan
- Kolaborasi pemberian - Mengajarkan ibu kandungannya teraba keras,
uterotonika jika perdarahan melakukan masase uterus lebih baik dari sebelumnya
masih berlanjut ketika uterus lembek O:
- Kolaborasi pemberian - Memonitor pengeluaran - TD: 110/70mmHg, N:
cairan kristaloid lochea 88x/menit, RR: 20x/menit,
- Monitor nilai laboratorium - Memberikan asering 500 S: 36,50C.
(natrium, kalium, chlorida) cc selama empat jam - Perdarahan satu pembalut
- Anjurkan ibu untuk istirahat sesuai advis dokter - Lochea berwarna merah
tirah baring - Memonitor nilai - Hb: 7,8g/dl
- Anjurkan ibu untuk laboratorium (natrium, A : Risiko kekurangan volume
menghabiskan porsi kalium, chlorida) cairan teratasi sebagian
makanan yang diberikan - Memotivasi ibu untuk P: Lanjutkan intervensi:
rumah sakit menyusui monitor TTV, lochea, anjurkan
- Monitor keseimbangan - Menganjurkan ibu untuk ibu minum minimal 1500
cairan istirahat tirah baring ml/hari
- Menganjurkan ibu untuk
menghabiskan porsi
makanan yang diberikan
rumah sakit
- Memonitor kesimbangan
cairan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


No Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesa Intervensi Evaluasi
2 April 2014 2 April 2014
- Mengukur tanda-tanda S:
vital - Klien mengatakan
- Memeriksa kontraksi perdarahan berkurang
uterus - Klien mengatakan
- Memeriksa tinggi fundus perdarahan setengah
uteri pembalut
- Menganjurkan ibu - Klien mengatakan perut
melakukan masase uterus mules
ketika uterus lembek O:
- Memonitor pengeluaran - TD: 110/70mmHg, N:
lochea 88x/menit, RR: 20x/menit,
- Memonitor tetesan infus S: 36,50C.
- Memonitor nilai - Perdarahan setengah
laboratorium (natrium, pembalut
kalium, chlorida) - Lochea berwarna merah
- Memotivasi ibu untuk - Hb: 7,8g/dl
menyusui A : Risiko kekurangan volume
- Memotivasi ibu untuk cairan teratasi sebagian
istirahat tirah baring P:
- Memotivasi ibu untuk - Monitor TTV, lochea,
menghabiskan porsi anjurkan ibu minum
makanan yang diberikan minimal 1500 ml/hari
rumah sakit - Rencana pulang
- Memonitor kesimbangan
cairan

2. Risiko gangguan - Monitor tanda – tanda vital 1 April 2014 1 April 2014
perfusi jaringan - Berikan posisi - Mengukur tanda – tanda S: Klien mengatakan pusing
perifer b.d trendelenburg vital berkurang.
penurunan suplai - Monitor saturasi oksigen - Memberikan posisi O: Klien tampak pucat,
oksigen - Berikan transfusi sesuai trendelenburg konjungtiva palpebra anemi,
advis dokter - Mengukur saturasi capillary refill kurang dari dua
- Monitor jumlah perdarahan oksigen

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


No Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesa Intervensi Evaluasi
- Monitor haluaran urin - Memonitor pengeluaran detik, tekanan darah 110/70
- Monitor capillary refill lochea mmHg, nadi 88 kali/menit,
- Monitor adanya sianosis - Memberikan transfusi frekuensi pernafasan 20
- Monitor adanya clubbing PRC 460 cc kali/menit, suhu 36,50C,
finger - Memonitor haluaran urin saturasi oksigen 95%,
- Monitor nilai hemoglobin. - Memonitor sianosis hemoglobin 7,8 g/dl, kontraksi
- Memonitor capillary refill uterus baik, tinggi fundus uteri
- Memonitor clubbing dua jari di bawah pusat.
finger A: Risiko gangguan perfusi
- Memonitor kadar jaringan teratasi sebagian.
hemoglobin P:
- Monitor tanda – tanda vital,
saturasi oksigen, haluaran
urin
- Anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan
yang bergizi.

2 April 2014 2 April 2014


- Mengukur tanda – tanda S: Klien mengatakan tidak
vital pusing.
- Memberikan posisi O: Konjungtiva palpebra
trendelenburg anemi, capillary refill kurang
- Mengukur saturasi dari dua detik, tekanan darah
oksigen 110/70 mmHg, nadi 88
- Memonitor pengeluaran kali/menit, frekuensi
lochea pernafasan 20 kali/menit, suhu
- Memonitor haluaran urin 36,50C, saturasi oksigen 95%,
- Memonitor sianosis hemoglobin 7,8 g/dl, kontraksi
- Memonitor capillary refill uterus baik, tinggi fundus uteri
- Memonitor clubbing dua jari di bawah pusat.
finger A: Risiko gangguan perfusi
- Memonitor kadar jaringan teratasi sebagian.
hemoglobin P:

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


No Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesa Intervensi Evaluasi
- Monitor tanda – tanda vital,
saturasi oksigen, haluaran
urin
- Anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan
yang bergizi.
- Rencana pulang

3. Risiko infeksi - Monitor tanda – tanda 1 April 2014 1 April 2014


berhubungan infeksi - Memonitor tanda – tanda S: Klien mengatakan badan
dengan adanya - Monitor leukosit infeksi (tumor, rubor, kalor, tidak demam, nyeri luka jahitan
laserasi perineum - Anjurkan pasien dolor, fungsiolesa) di jalan lahir berkurang.
melakukan kebersihan diri - Menganjurkan ibu untuk O:
dan cebok yang bersih cebok bersih dari depan ke - Tidak ada tanda – tanda
- Berikan perawatan luka belakang tumor, rubor, kalor, dolor,
perineum - Memonitor leukosit fungsiolesa, suhu 36,8 derajat
- Monitor REEDA - Menyuntikkan ampicillin celcius, tidak ada tanda –
- Kolaborasi pemberian sulbactam 1,5 gram melalui tanda REEDA (red, ekimosis,
antibiotik. bolus intravena edema, discharge,
- Memberikan metronidazole approximation)
500 mg intravena - Klien menunjukkan
kebersihan diri yang baik
- Leukosit 24, 40.103/uL.
A: Tidak ada tanda – tanda
infeksi.
P: Monitor REEDA

2 April 2014 2 April 2014


- Memonitor tanda – tanda S: Klien mengatakan tidak
infeksi (tumor, rubor, kalor, nyeri pada luka jahitan di jalan
dolor, fungsiolesa) lahir.
- Mengevaluasi cara cebok O:
ibu - Tidak ada tanda – tanda

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


No Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesa Intervensi Evaluasi
- Memonitor leukosit tumor, rubor, kalor, dolor,
- Menyuntikkan ampicillin fungsiolesa, suhu 36,8 derajat
sulbactam 1,5 gram melalui celcius, tidak ada tanda –
bolus intravena tanda REEDA (red, ekimosis,
- Memberikan edema, discharge,
metronidazole 500 mg approximation)
intravena - Klien cebok dari depan ke
belakang
- Leukosit 24, 40.103/uL.
A: Tidak ada tanda – tanda
infeksi.
P:
- Monitor REEDA
- Motivasi ibu untuk menjaga
kebersihan (melakukan vulva
hygiene)
- Rencana pulang

4. Risiko kegagalan - Monitor pengeluaran ASI 1 April 2014 1 April 2014


pemberian ASI b.d - Jelaskan manfaat menyusui - Memonitor pengeluaran S: Klien mengatakan akan
perawatan ibu di - Anjurkan ibu memerah ASI ASI menyusui bayinya
rumah sakit selama perawatan di rumah - Menjelaskan manfaat O: Asi keluar, puting menonjol
sakit dan menyimpannya di menyusui A: Risiko menyusui tidak
botol kaca - Menganjurkan ibu efektif
- Anjurkan ibu untuk memerah ASI selama P: Motivasi ibu untuk
memberikan ASI perahan perawatan di rumah sakit memerah ASInya selama
pada bayinya selama dan menyimpannya di perawatan di rumah sakit
perawatan di rumah sakit botol kaca
- Anjurkan ibu untuk - Menganjurkan ibu untuk
menyusui setelah pulang memberikan ASI perahan
dari rumah sakit pada bayinya selama
perawatan di rumah sakit
- Menganjurkan ibu untuk
menyusui setelah pulang

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


No Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesa Intervensi Evaluasi
dari rumah sakit
2 April 2014 2 April 2014
- Memonitor pengeluaran S: Klien mengatakan telah
ASI memerah ASInya
- Menganjurkan ibu O: Asi keluar, puting
memerah ASI selama menonjol, ASI perahan 50 cc,
perawatan di rumah sakit suami mengantar ASI perahan
dan menyimpannya di di ruang rawat bayi
botol kaca A: Masalah teratasi sebagian
- Memotivasi ibu untuk P:
memberikan ASI perahan - Motivasi ibu untuk
pada bayinya selama memberikan ASI pada
perawatan di rumah sakit bayinya
- Menganjurkan ibu untuk - Rencana pulang
menyusui setelah pulang
dari rumah sakit

5. Cemas b.d - Beri kesempatan kepada 1 April 2014 1 April 2014


perubahan status klien mengungkapkan - Memberikan kesempatan S:
kesehatan pikiran dan perasaan cemas, kepada klien untuk - Klien mengatakan
- Bantu klien untuk mengungkapkan pikiran kekhawatirannya berkurang
memfokuskan kondisi dan perasaan cemas karena perdarahannya
kesehatannya saat ini - Membantu klien berkurang
- Dampingi klien selama memfokuskan kondisi - Klien mengatakan
prosedur kesehatannya saat ini memahami kondisi
- Motivasi keluarga untuk - Mendampingi klien kesehatannya saat ini.
menemani klien sesuai selama prosedur O:
kebutuhan - Memotivasi keluarga - Ekspresi wajah
- Beri penjelasan tentang untuk menemani klien menunjukkan ketegangan
perdarahan postpartum sesuai kebutuhan berkurang
- Memberi penjelasan - Klien memahami penjelasan
tentang perdarahan dokter dan perawat terkait
postpartum kondisi kesehatannya dan

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


No Trophicognosis Tujuan/Kriteria Hasil Hipotesa Intervensi Evaluasi
prosedur.
A: Cemas teratasi.
P:
- Motivasi ibu untuk
beradaptasi terhadap
kondisi kesehatannya
sekarang.
- Anjurkan ibu untuk kontrol
sesuai jadwal
- Rencana pulang

6. Perilaku aktif - Diskusikan dengan klien 1 April 2014 1 April 2014


mencari informasi tentang kebiasaan hidup - Menjelaskan kepada klien S: Klien mengatakan akan
kesehatan sehat yang dilakukan, tentang perilaku hidup berperilaku hidup sehat.
seperti diet, manajemen sehat seperti diet, O: Klien menentukan pilihan
stress, olahraga; olahraga; hidup sehat.
- Anjurkan klien - Menganjurkan kepada A: Diagnosa sejahtera.
menghindari perilaku klien untuk mencegah P: Motivasi klien untuk hidup
berisiko yang berpengaruh perilaku berisiko, seperti sehat
terhadap kesehatan, seperti mengkonsumsi alkohol;
mengkonsumsi alkohol - Menganjurkan kepada
- Anjurkan klien untuk klien untuk memodifikasi
menyeimbangkan waktu lingkungan rumah, seperti
istirahat dengan bekerja. membuka jendela setiap
hari, menjaga lingkungan
rumah agar tetap bersih;
- Menganjurkan klien
untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan,
- Menjelaskan kepada klien
tentang penggunaan waktu
istirahat dan bekerja.

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
LAMPIRAN VI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rita Dewi Sunarno


Tempat/Tanggal lahir : Magetan, 01 September 1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Jl. Grafika I/19 RT.007 RW.003 Padangsari
Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah
Alamat Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo Semarang

Riwayat Pendidikan

SD Negeri Prampelan, Karangrejo, Magetan, Jawa Timur 1989 - 1995


SLTP Negeri 2 Karangrejo, Magetan, Jawa Timur 1995 - 1998
SMU Negeri 1 Maospati, Magetan, Jawa Timur 1998 - 2001
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran 2001 - 2005
Universitas Diponegoro Semarang
Program Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu 2005 - 2006
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan 2011 - 2013
Keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Jakarta
Program Pendidikan Ners Spesialis Keperawatan 2013 - 2014
Maternitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia Jakarta

Riwayat Pekerjaan

Staf Pengajar AKPER St. Elisabeth Semarang 2007 - 2008


Staf Pengajar STIKES Telogorejo Semarang 2008 - sekarang

Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai