Karya Ilmiah Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Maternitas
OLEH
RITA DEWI SUNARNO
1106122770
ABSTRAK
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk menentukan derajat
kesehatan ibu. AKI secara nasional masih relatif tinggi. Penyebab AKI antara lain
perdarahan setelah persalinan, eklamsia, dan infeksi. Selain itu, AKI juga disebabkan
oleh faktor tiga terlambat dan empat terlalu. Perdarahan menempati persentase
tertinggi penyebab kematian ibu. Laporan ini memberikan gambaran tentang
pelaksanaan praktik residensi Ners Spesialis Keperawatan Maternitas fokus pada
kasus perdarahan postpartum dengan penerapan kedua teori yaitu “Need for Help
Wiedenbach” pada keadaan emergensi dan teori “Conservation Levine” untuk
pemulihan ibu postpartum dengan perdarahan. Fokus teori keperawatan “Need for
Help Wiedenbach” adalah memberikan pertolongan sesuai dengan kebutuhan pasien
saat ini yaitu pada kasus ini saat terjadi perdarahan. Kemudian setelah fase akut
teratasi, asuhan keperawatan diberikan untuk mempertahankan keseimbangan energi
ibu postpartum setelah mengalami perdarahan. Perawat perlu memahami dan
melaksanakan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, konselor,
advokat, koordinator, kolaborator, peneliti, dan agen pembaharu dalam pelayanan
praktik keperawatan.
iv
ABSTRACT
The maternal mortality rate (MMR) is one of the indicators to determine the
maternal health. MMR is still relatively high nationally. The causes of MMR may
include postpartum hemorrhage, eclampsia, and infection. In addition, MMR is also
caused by the “three delays” and “four frequently occurring factors” among
women. Bleeding is the highest percentage of the causes of maternal death. This
report provided an overview of the practice implementation by resident maternity
nursing specialist focused on the application theories of Need for Help from
Wiedenbach during acute stage and Conservation from Levine during recovery stage
with postpartum hemorrhage. The nursing theory of "Need for Help Wiedenbach" is
indented to provide help in accordance with the needs of patients here and now in
case of postpartum hemorrhage. Then after the acute phase is managed, the nursing
care is given to maintain energy balance of postpartum women after bleeding. The
nurses need to understand and carry out their roles as providers of nursing cares,
educator, counselor, advocate, coordinator, collaborator, researcher, and innovator
in the nursing maternity practices.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Residensi Spesialis
Keperawatan Maternitas dengan fokus penerapan teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” dan “Conservation Levine” pada asuhan keperawatan ibu perdarahan
postpartum. Laporan Akhir Residensi Spesialis Keperawatan Maternitas merupakan
prasyarat untuk memperoleh gelar Spesialis Keperawatan Maternitas pada Program
Studi Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
1. Ibu Dra. Setyowati, M.App.Sc, Ph.D selaku supervisor utama yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi selama penyusunan
laporan akhir spesialis ini.
2. Ibu Ns. Tri Budiati, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku supervisor yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan secara teknis selama penyusunan
laporan akhir spesialis ini.
4. Ibu Imami Nur Rachmawati, S.Kp., M.Sc selaku supervisor yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan selama ini.
5. Ibu Yenita Agus, M.Kep., Sp.Kep.Mat., Ph.D selaku penguji yang telah
memberikan arahan demi sempurnanya laporan akhir spesialis ini.
6. dr. Irawan Sumrah, SPOG selaku penguji yang telah memberikan arahan
demi sempurnanya laporan akhir spesialis ini.
vi
10. Suami dan anakku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materiil selama ini.
11. Kedua orang tuaku dan kakakku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan
pengorbanan selama ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan dan bantuan moral selama penyusunan laporan akhir
ini.
Penulis
vii
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas ...................................................................... iii
Abstrak ............................................................................................................ iv
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Daftar Isi.......................................................................................................... viii
Daftar Tabel..................................................................................................... x
Daftar Skema ................................................................................................... xi
Daftar Lampiran............................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan........................................................................................................... 5
1.3 Sistematika.................................................................................................... 5
viii
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan penerapan teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach”
dan “Conservation Levine” pada ibu perdarahan postpartum .......................... 46
4.2 Kelebihan dan kelemahan aplikasi teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” dan “Conservation Levine” .......................................................... 52
4.3 Pembahasan praktek spesialis maternitas dalam pencapaian target ................ 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Halaman
Skema 2.1 Diagnosis perdarahan postpartum ................................................... 17
x
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1 Bagan penatalaksanaan perdarahan postpartum............................... 19
Skema 2.2 Integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan pada
klien perdarahan postpartum ............................................................................ 20
Skema 2.3 Konsep teori “Need for Help Wiedenbach” pada ibu perdarahan
postpartum ....................................................................................................... 23
Skema 2.4 Konsep teori “Conservation Levine” pada ibu perdarahan
Postpartum....................................................................................................... 27
xi
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, AKI juga disebabkan oleh faktor tiga terlambat dan empat terlalu.
Tiga terlambat penyebab AKI yaitu terlambat memutuskan untuk pencarian
pelayanan kesehatan, terlambat mengidentifikasi dan mencapai tempat
pelayanan kesehatan, dan terlambat menerima pelayanan yang memadai dan
tepat. Terlambat pertama berhubungan dengan masalah kultural, seperti status
perempuan sebagai penentu kebijakan dan pengambil keputusan. Terlambat
kedua berhubungan dengan geografis dan finansial, sedangkan terlambat ketiga
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan kesehatan. Empat terlalu penyebab AKI
adalah terlalu muda mempunyai anak, terlalu banyak melahirkan, terlalu dekat
jarak melahirkan, dan terlalu tua mempunyai anak (UNFPA, 2012).
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah relatif rendahnya cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk
menurunkan AKI yaitu meningkatkan akses pelayanan persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan berkompeten. Upaya strategi lainnya dengan cara
1
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
3
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
5
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
pelaksanaan praktik residensi Ners Spesialis Keperawatan Maternitas dengan fokus
penerapan teori Need for Help Wiedenbach dan Conservation Levine pada kasus
perdarahan postpartum.
1.3. Sistematika
Sistematika penulisan laporan residensi ini terdiri dari: BAB I berisi pendahuluan
yang mencakup latar belakang, penjelasan tentang berbagai alasan pemilihan topik
kasus kelolaan dan teori yang digunakan, masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan; BAB II berisi aplikasi teori keperawatan maternitas pada praktik residensi
meliputi gambaran lima kasus kelolaan, tinjauan teori tentang perdarahan postpartum
dan pengelolaannya serta teori keperawatan Need for Help Wiedenbach dan
Conservation Levine; BAB III berisi pencapaian kompetensi praktik residensi dengan
pelaksanaan target asuhan keperawatan dan target prosedur; BAB IV berisi
pembahasan kasus kelolaan dan hambatan selama menjalani praktik residensi; dan
BAB V berisi simpulan dan saran. Laporan ini juga dilengkapi dengan kepustakaan
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB II
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA PRAKTIK RESIDENSI
Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus satu adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis (diagnosa
7
Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus dua adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis (diagnosa
keperawatan) fase pemulihan untuk konservasi energi adalah risiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan, risiko gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen, risiko infeksi
berhubungan dengan luka operasi (trophicognosis konservasi integritas
struktural), risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
9
Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus tiga adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis yang muncul
pada fase pemulihan untuk konservasi energi adalah risiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan perdarahan, risiko gangguan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen (trophicognosis
konservasi integritas struktural), risiko kegagalan pemberian ASI
berhubungan dengan perawatan ibu di rumah sakit (trophicognosis konservasi
integritas personal), cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
10
Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus empat adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis pada fase
pemulihan untuk konservasi energi adalah risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan, risiko gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dan risiko infeksi
berhubungan dengan luka operasi (trophicognosis konservasi integritas
struktural), risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan
ibu di rumah sakit (trophicognosis konservasi integritas personal), cemas
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
11
Diagnosa keperawatan fase akut pada kasus lima adalah kekurangan volume
cairan berhubungan dengan perdarahan dan gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Trophicognosis fase
pemulihan untuk konservasi energi adalah risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan, risiko gangguan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dan risiko tinggi infeksi
berhubungan dengan laserasi perineum (trophicognosis konservasi integritas
struktural), risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
12
Serviks mendatar dan sedikit tonus, tampak lunak dan edema serta mengalami
banyak laserasi kecil segera setelah proses kelahiran. Ukuran serviks mencapai
dua jari dan ketebalannya sekitar satu centimeter selama 24 jam. Mulut serviks
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
13
secara bertahap menutup, dan ukurannya mencapai dua sampai tiga centimeter
setelah beberapa hari dan satu centimeter dalam waktu satu minggu. Robekan
serviks menjadi sembuh karena hiperplasi dan retraksi dari serviks. Vagina
menjadi lunak dan membengkak serta memiliki tonus yang buruk setelah
persalinan (Perry, Hochenberry, Lowdermilk, & Wilson, 2010).
Dinding abdomen pulih sebagian dari peregangan yang berlebihan, tetapi tetap
lunak dan kendur selama beberapa waktu. Proses involusi pada struktur
abdomen membutuhkan waktu minimal enam minggu. Tonus dinding abdomen
kembali secara bertahap seperti kondisi sebelum hamil. Proses ini tergantung
pada tonus selama sebelum hamil, latihan, dan jumlah jaringan adiposa. Jika
otot tersebut mengalami regangan yang berlebihan atau kehilangan tonus
ototnya, maka dapat terjadi suatu pemisahan yang jelas atau diastasis otot
rektus. Pemulihan tonus otot dinding abdomen dapat dilakukan dengan
istirahat, diet, latihan yang direkomendasikan, mekanik tubuh yang baik, dan
postur tubuh yang benar (Perry, et al. 2010; Ospina, et al.2012).
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
14
Kadar estrogen turun sampai 90% dalam tiga jam setelah persalinan dan
kemudian secara kontinyu menurun secara lambat sampai hari ketujuh
postpartum. Estrogen kembali ke kadar fase folikuler sekitar tiga minggu pada
perempuan yang tidak menyusui. Kadar normal estrogen kembali lambat pada
perempuan yang menyusui. Kadar progesteron turun sampai di bawah kadar
fase luteal pada tiga hari postpartum dan tidak dapat dideteksi pada hari
ketujuh. Produksi progesteron kembali normal setelah ovulasi pertama
(Pilliteri, 2003).
Tekanan darah, frekuensi jantung, konsumsi oksigen, dan jumlah cairan total
umumnya kembali ke kondisi normal sebelum hamil dalam beberapa hari
setelah melahirkan. Perubahan curah jantung meningkat sampai 48 jam pasca
melahirkan karena meningkatnya stroke volum yang disebabkan oleh
kembalinya aliran darah ke sirkulasi sistemik ibu, sehingga terjadi penurunan
aliran darah uterus dan pergerakan cairan ekstravaskuler (Monga, 2009).
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
15
kreatinin plasma, dan kadar nitrogen kembali ke keadaan sebelum hamil pada
enam minggu pascapartum (Lowdermilk & Jensen, 2005).
Pengeluaran janin melewati jalan lahir menyebabkan trauma pada uretra dan
kandung kemih. Mukosa kandung kemih setelah proses kelahiran menunjukkan
berbagai derajat edema dan hiperemia dengan penurunan tonus kandung
kemih. Kondisi ini menyebabkan penurunan sensasi terhadap tekanan dan
kapasitas kandung kemih yang lebih besar (Reeder & Griffin, 2011; Perry, et
al. (2010).
Pillitteri (2003); Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2005); Perry, et al. (2010)
menjelaskan bahwa motilitas dan tonus sistem gastrointestinal kembali normal
dalam dua minggu setelah melahirkan. Sebagian besar perempuan merasakan
sangat haus dua sampai tiga hari pertama karena perpindahan cairan
insterstisial dan sirkulasi akibat diuresis. Keinginan buang air besar dapat
tertunda selama dua sampai tiga hari postpartum karena penurunan tonus dan
motilitas otot akibat penurunan hormon progesteron. Selain itu, ibu seringkali
takut untuk buang air besar karena rasa sakit pada daerah perineum.
2.2.1.b Adaptasi Psikologis Ibu Postpartum
Periode post partum merupakan masa transisi menjadi orang tua, sehingga
dapat menjadi stressor tersendiri bagi ibu yang belum memahaminya. Mercer
(2006) menjelaskan bahwa pencapaian peran maternal merupakan suatu proses
yang terjadi selama tiga sampai sepuluh bulan melalui proses identifikasi,
pengakuan, dan interaksi dengan bayi sehingga meningkatkan kepuasan dan
kompetensi perilaku keibuan serta interaksi ibu dan bayi. Faktor keadaan emosi
ibu memegang peranan dalam membina kedekatan antara ibu dan bayinya.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
16
fokus pada dirinya sendiri. Fase taking hold berlangsung kurang lebih selama
sepuluh hari. Pada fase taking hold, ibu mulai fokus pada bayi. Ibu mulai
belajar melakukan perawatan bayi, sedangkan pada fase letting go ibu mulai
melakukan perawatan bayi secara mandiri. Massa transisi sering menimbulkan
kecemasan pada perempuan. Perempuan diharapkan mampu beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi selama masa transisi (Ospina, et al. 2012).
2.2.1.c Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum merupakan kehilangan darah lebih dari 500 cc pada
persalinan pervaginam dan lebih dari 1000 cc pada persalinan sectio secarea.
Perdarahan postpartum menurut waktu terjadinya terdiri dari dua bagian yaitu
perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi 24
jam setelah melahirkan dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum
hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam sampai enam minggu postpartum.
Faktor – faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah atonia uteri,
perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, dan kelainan pembekuan
darah. Faktor penyebab perdarahan postpartum dapat dikaji melalui empat T
yaitu tonus, jaringan, trauma, dan pembekuan darah (Rath, 2011& Watertown,
2010).
1. Tonus
Atonia uteri merupakan keadaan di mana uterus gagal untuk berkontraksi
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Secara fisiologis perdarahan
postpartum dikontrol oleh kontraksi otot miometrium yang berada di
sekitar pembuluh darah. Atonia uteri terjadi ketika miometrium tidak
berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan
kontraksi lembek. Atonia uteri terjadi karena manajemen kala tiga
persalinan kurang efektif. Atonia uteri merupakan penyebab utama
perdarahan postpartum. Hasil penelitian melaporkan bahwa 70% penyebab
utama perdarahan postpartum adalah atonia uteri (El Alyadi, Robinson,
Giller & Miller, 2013).
2. Jaringan
Perdarahan postpartum disebabkan juga oleh retensio plasenta, sisa
plasenta, dan plasenta akreta. Retensio plasenta merupakan suatu keadaan
di mana plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir. Apabila
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
17
plasenta belum lepas sama sekali maka tidak terjadi perdarahan, tetapi
plasenta terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya. Faktor yang menyebabkan plasenta
belum lepas dari dinding uterus adalah kontraksi uterus kurang kuat dan
plesenta melekat erat pada dinding uterus. Perdarahan postpartum 20
sampai 25 % terjadi karena sisa plasenta. El Alyadi, Robinson, Giller, dan
Miller (2013) melaporkan bahwa kasus perdarahan postpartum karena
faktor jaringan sekitar 10%.
3. Trauma
Kasus perdarahan postpartum sekitar 20% karena trauma jalan lahir, seperti
ruptur uterus, perlukaan jalan lahir, dan hematom vagina.
4. Pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah yang merupakan penyebab perdarahan
postpartum meliputi thrombositopeni, idiopathic trombositopeni purpura,
HELPP syndrome, dan disseminated intravaskuler coagulation (DIC).
Hasil penelitian melaporkan bahwa 1% perdarahan postpartum disebabkan
faktor pembekuan darah.
Diagnosis perdarahan postpartum dapat digolongkan berdasarkan tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1 Diagnosis Perdarahan Postpartum
No. Tanda dan gejala Tanda dan gejala lain Diagnosis
kerja
1 - Uterus tidak berkontraksi dan Syok Atonia uteri
lembek
- Perdarahan segera setelah bayi
lahir (Perdarahan pasca
persalinan primer atau P3)
2 - Perdarahan segera (P3) - Pucat Robekan jalan
- Uterus berkontraksi dan keras - Lemah lahir
- Plasenta lengkap - Menggigil
3 - Plasenta belum lahir setelah 30 - Tali pusat putus Retensio
menit akibat traksi plasenta
- Perdarahan segera (P3) berlebihan
- Uterus berkontraksi dan keras - Inversio uteri akibat
tarikan
- Perdarahan lanjutan
4 - Plasenta atau sebagian selaput - Uterus berkontraksi Tertinggalnya
(mengandung pembuluh tetapi tinggi fundus sebagian
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
18
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
19
retensio plasenta, maka diberikan oksitosin 20 unit dalam cairan kristaloid dan
dilakukan manual plasenta. Apabila plasenta sudah lahir, lakukan masase
fundus. Jika kontraksi baik, kaji adanya laserasi serviks atau vagina atau
adanya hematoma dan antisipasi untuk periorafi. Sebaliknya, jika kontraksi
tidak baik maka dilakukan kompresi bimanual dan pengosongan kandung
kemih serta memonitor haluaran urin. Langkah selanjutnya adalah pemberian
oksitosin 20 unit dalam cairan kristaloid. Penatalaksanaan dilanjutkan dengan
memonitor jumlah perdarahan, tanda – tanda vital, tingkat kesadaran pasien,
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, haluaran urin, saturasi oksigen dan
pemberian misoprostol, ergometrin.
Skema 2.1 Bagan penatalaksanaan perdarahan postpartum
Uterus kontraksi
tidak
- Evaluasi / bersihkan bekuan darah/selaput ketuban
- Kompresi bimanual interna (maksimal 5 menit)
Ya Pengawasan kala IV
Uterus kontraksi
tidak
- Rujuk siapkan laparotomi
- Lanjutkan pemberian infus + 20 IU oksitosin minimal 500 cc/jam hingga mencapai tempat
rujukan
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
20
Pengkajian Diagnosa
Fase pemulihan dengan teori keperawatan
Conservation Levine
Evaluasi Perencanaan
Implementasi
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
22
data objektif klien. Pengkajian yang dapat dilakukan pada ibu dengan
perdarahan postpartum meliputi aspek fisiologis dan psikologis.
Pengkajian fisiologis meliputi data subjektif, seperti keluhan klien, alasan
membutuhkan pertolongan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan,
riwayat diet, perdarahan yang dialami saat persalinan dan pasca
persalinan. Data objektif klien, meliputi tanda-tanda vital, nilai
laboratorium, tanda klinis klien, kontraksi uterus, perdarahan pasca
persalinan. Pengkajian psikologis meliputi respon ibu terhadap kondisi
yang dialami, harapan dan mekanisme yang dilakukan ibu, serta
dukungan sosial yang diperoleh ibu. Pada tahap analisa (A), perawat
merumuskan permasalahan yang dihadapi klien. Pada tahap intervensi
(P), perawat menetapkan tujuan dan rencana tindakan keperawatan sesuai
permasalahan yang dihadapi klien.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
23
Skema 2.3 Konsep teori “Need for Help Wiedenbach” pada ibu
perdarahan postpartum
Sumber: Parker (2001, 2005); Tomey & Alligood (2006); WHO (2009);
Ahonen, Stefanovic, Lassila (2010)
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
24
Proses adaptasi menurut Levine berupa tingkatan yang terdiri dari flight –
flight, respon inflamasi, respon terhadap stress, dan respon terhadap sensori.
Flight – flight merupakan respon yang paling primitif di mana ancaman yang
diterima individu baik nyata maupun tidak. Respon terhadap ketakutan untuk
menghindari penyebab bersifat reaksi yang tiba – tiba. Ibu dengan perdarahan
postpartum ketika mengalami perdarahan maka keluarga atau ibu akan
mencari pertolongan yang bersifat segera untuk menghentikan perdarahan dan
menghindari komplikasi selanjutnya (Parker, 2005).
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
25
melakukan fungsinya pada saat mengalami suatu masalah. Proses interaksi dan
intervensi keperawatan menurut model Conservation Levine bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan beradaptasi dan mempertahankan integritas
tersebut. Konservasi tersebut meliputi konservasi energi, integritas struktural,
integritas personal, dan integritas sosial (Parker, 2001).
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
26
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
27
Intervensi Keperawatan
Konservasi Energi:
Memenuhi kebutuhan istirahat, nutrisi, mengobservasi volume perdarahan, lochea,
haluaran urin, memonitor cairan dan elektrolit, memonitor TTV, memonitor
hemoglobin, memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Konservasi integritas struktural
Memonitor pemberian terapi cairan, membantu aktivitas dan personal hygiene,
menghindari injuri dan risiko infeksi , imobilisasi
Konservasi integritas personal
Menjaga privasi klien, mengajarkan masase fundus uteri, memotivasi untuk
menyusui
Konservasi integritas sosial
Memberikan dukungan pada klien, melibatkan keluarga dalam proses perawatan.
Evaluasi
Sumber: Tomey & Alligood (2006); Parker & Smith (2008); Ahonen,
Stefanovic, & Lassila (2010)
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
28
2.4.1 Aplikasi teori keperawatan Need for Help Wiedenbach pada kasus Ny. E (kasus
lima)
A. Tahap satu, Identifikasi (Pengkajian) tanggal 1 April 2014, jam 14.00 WIB
Pengkajian terdiri dari data subjektif dan objektif meliputi kondisi fisik dan
psikologis pasien. Teori keperawatan Need for Help Wiedenbach dilakukan
pada kasus emergensi yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. Hasil
pengkajian diperoleh data subjektif (S) ibu datang dengan keluhan utama
perdarahan postpartum sejak dua jam sebelum masuk rumah sakit. Ibu
mengatakan pusing dan lemas. Ibu mengatakan cemas jika perdarahan tidak
berhenti.
Data objektif (O) keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
118x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5 0C. Tidak ada
sumbatan jalan nafas, pernafasan spontan, capillary refill lebih dari dua detik.
Klien tampak pucat, konjungtiva palpebra anemia, membran mukosa kering,
tinggi fundus uteri satu jari di bawah pusat, uterus lembek, kontraksi tidak
baik. Perdarahan lebih dari 500 cc. Hasil pemeriksaan ultrasonografi
menunjukkan tampak plasenta pada serviks uteri, tidak ada tanda – tanda
akreta, kesan plasenta entrapment. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan hemoglobin 5,8 gr/dl, hematokrit 16,7%, eritrosit 1,81.10^6/uL,
leukosit 24,40.10^3/uL, trombosit 160.10^3/uL, natrium 137 mEq/L; kalium
3,8 mEq/L; chlorida 108 mEq/L; gula darah sewaktu 271 mEq/L. Wajah klien
tampak tegang, kontak mata buruk. Klien tampak sedih dan menangis selama
proses tindakan
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
29
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
30
kristaloid dua jalur masing – masing 500 cc melalui intravena sesuai advis
dokter, memberikan oksitosin 20 unit dalam cairan kristaloid 500 cc,
melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus,
mengosongkan kandung kemih, berkolaborasi untuk melakukan manual
plasenta, melakukan masase fundus uteri, berkolaborasi untuk melakukan
KBI dan KBE, memonitor perdarahan, memberikan misoprostol dua tablet
dan satu ampul metergin sesuai advis dokter, memonitor keseimbangan
cairan, memotivasi ibu untuk menyusui.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
31
Analisis (A) Masalah perfusi jaringan teratasi sebagian. Planning (P) adalah
memonitor tanda – tanda vital, saturasi oksigen, haluaran urin, berkolaborasi
untuk pemeriksaan darah rutin ulang, berkolaborasi pemberian transfusi;
Rencana pindah ruangan.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
32
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
33
perasaan cemas menjadi berkurang. Selain itu, selama perawatan di rumah sakit
ia berkomunikasi dan bertukar pengalaman dengan sesama pasien di ruangan.
B. Trophicognosis
Teori konservasi Myra E. Levine merekomendasikan trophicognosis sebagai
alternatif diagnosa keperawatan. Berdasarkan hasil pengkajian, maka
trophicognosis yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Risiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi perineum
4. Risiko kegagalan pemberian ASI berhubungan dengan perawatan ibu di
rumah sakit
5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Perilaku aktif mencari informasi kesehatan
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan rencana penerapan intervensi keperawatan. Hipotesis dibuat
berdasarkan masalah.
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan dari hipotesa adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 24 jam, diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria
hasil membran mukosa lembab, tekanan darah 110/70 mmHg sampai 130/80
mmHg, nadi 60 – 100 kali/menit, turgor kulit elastis, pemasukan dan
pengeluaran seimbang, perdarahan pervaginam berkurang, urin tidak pekat,
volume urin 0,5 sampai 1cc/kgBB/jam, natrium 132 sampai 137mEq/L,
kalium 3,3 sampai 5,4 mEq/L, chlorida 94 sampai 111 mEq/L, kontraksi
uterus kuat, tinggi fundus uteri satu sampai dua jari di bawah pusat.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
35
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
36
D. Intervensi
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Intervensi yang dilakukan yaitu mengukur tanda – tanda vital, memonitor
kontraksi uterus, melakukan palpasi tinggi fundus uteri, mengajarkan ibu cara
melakukan masase fundus uteri ketika kontraksi uterus lembek, memberikan
asering 500 cc selama empat jam sesuai advis dokter, memotivasi ibu untuk
menyusui, menganjurkan ibu untuk istirahat tirah baring, memonitor jumlah
perdarahan, menganjurkan ibu menghabiskan porsi makanan yang diberikan
rumah sakit, memonitor keseimbangan cairan.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
37
memerah ASI selama perawatan di rumah sakit dan menyimpannya di botol kaca,
menganjurkan ibu untuk memberikan ASI perahan pada bayinya selama
perawatan di rumah sakit, menganjurkan ibu untuk menyusui setelah pulang dari
rumah sakit
E. Evaluasi
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan ini yaitu subjektif (S) klien
mengatakan perdarahan berkurang, klien mengatakan perdarahan setengah
pembalut. Objektif (O) lochea rubra, perdarahan setengah pembalut, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu
36,50C, pemasukan dan pengeluaran seimbang, turgor kulit elastis, kontraksi
uterus kuat, tinggi fundus uteri dua jari di bawah pusat, membran mukosa
kering, tidak ada clubbing finger. Analisis (A) Risiko kekurangan volume
cairan teratasi sebagian. Planning (P) yaitu memonitor lochea, memonitor
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
39
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB III
PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS
KEPERAWATAN MATERNITAS
Kompetensi umum ners spesialis keperawatan maternitas yang harus dicapai selama
proses pendidikan, yaitu (1) memberikan asuhan keperawatan kepada wanita dan
40 Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
41
pasangan usia subur yang berkaitan dengan sistem reproduksi tanpa adanya
kehamilan, wanita hamil, melahirkan, nifas, dan bayi baru lahir sampai 40 hari; (2)
mendidik dan membimbing praktisi keperawatan, tenaga kesehatan, dan klien yang
ada di bawah tanggung jawabnya; (3) mengelola pelayanan keperawatan maternitas;
(4) mengelola riset keperawatan pada area keperawatan maternitas.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
42
asuhan keperawatan pada klien abortus sebanyak 13 kasus, merawat klien dengan
komplikasi atau kegawatan persalinan seperti PEB sebanyak lima kasus. Target yang
dicapai residen di unit rawat inap adalah memberikan asuhan keperawatan pada klien
postnatal normal sebanyak 20 kasus dan post SC 15 kasus dengan menerapkan teori
dan konsep keperawatan maternitas. Kompetensi lain yang dicapai residen adalah
merawat klien dengan kasus ginekologi, seperti kista ovarium, amenorhea sekunder,
mioma uteri sebanyak 15 kasus, merawat klien prenatal risiko tinggi, seperti PEB,
hipertensi dalam kehamilan sebanyak lima kasus, merawat bayi baru lahir dengan
risiko, seperti asfiksia sebanyak lima kasus. Selama praktik, residen juga
memberikan konseling dengan klien yang memiliki masalah laktasi sebayak enam
kasus. Residen juga memberikan asuhan keperawatan pada keluarga dalam konteks
keperawatan maternitas sebanyak 10 kasus. Salah satu kasus keluarga binaan telah
dilakukan supervisi oleh supervisor akademik (Pencapaian kompetensi ada pada
lampiran 2).
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
43
harga yang tidak dijangkau, dengan cara mendiskusikan masalah tersebut dengan
dokter dan bidan di ruangan (Pencapaian kompetensi ada pada lampiran 2).
3.2.4 Mampu menerapkan peran pendidik atau edukator dalam pelayanan
keperawatan maternitas
Peran perawat sebagai sebagai pendidik atau edukator dilakukan dengan
memberikan bimbingan bagi mahasiswa D3 keperawatan dan kebidanan serta S1
profesi keperawatan yang saat itu melakukan praktik bersama residen. Proses
bimbingan diberikan melalui diskusi dan bed side teaching. Peran sebagai pendidik
atau edukator juga dilakukan residen dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada klien dan keluarga, seperti pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif,
perawatan bayi baru lahir, perawatan nifas. Pendidikan kesehatan diberikan juga di
komunitas dengan pelatihan bagi kader di wilayah Puskesmas Pasar Minggu
(Laporan proyek inovasi ada pada lampiran 3).
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
44
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
45
payudara, keputihan, menopause, mioma uteri, dan infertil. (Laporan proyek inovasi
ada pada lampiran 3).
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan analisis penerapan teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” dan “Conservation Levine” pada ibu perdarahan postpartum. Bab ini
juga menjelaskan hambatan dan dukungan dalam pencapaian kompetensi residen
selama praktik.
4.1 Pembahasan penerapan teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach dan
“Conservation Levine” pada ibu perdarahan postpartum
Lima kasus kelolaan residen selama praktik, tiga kasus dari rumah sakit daerah
dan dua kasus dari rumah sakit pusat. Tiga kasus yang menjadi kelolaan residen
selama praktik merupakan perdarahan postpartum primer yang terjadi kurang
dari 24 jam setelah melahirkan. Sedangkan dua kasus merupakan perdarahan
postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam setelah melahirkan.
Faktor risiko perdarahan postpartum pada kasus satu adalah persalinan lama. Hal
ini menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot rahim sehingga mempengaruhi
kontraksi uterus. Selain itu, perdarahan postpartum pada kasus ini disebabkan
penatalaksanaan kala tiga yang kurang tepat. Tindakan mempercepat kala tiga
dengan dorongan dan pemijatan uterus menyebabkan gangguan mekanisme
fisiologis pelepasan plasenta. Hal ini menyebabkan pemisahan sebagian plasenta
yang mengakibatkan perdarahan postpartum (Manuaba, 2007).
Faktor risiko pada kasus dua yaitu usia, paritas, riwayat sectio secarea dua kali,
dan jarak kelahiran yang dekat. Usia lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko
tinggi untuk melahirkan. Hal ini berpengaruh terhadap kekuatan ibu saat
melahirkan. Usia lebih dari 35 tahun menyebabkan otot miometrium semakin
lemah sehingga kontraksi uterus menjadi tidak adekuat. Jarak persalinan kurang
dari dua tahun mengakibatkan kelemahan dan kelelahan otot rahim. Selain itu,
jarak persalinan berturut – turut dalam jarak waktu singkat menyebabkan uterus
menjadi fibrotik. Kondisi ini menyebabkan kelemahan kontraksi uterus. Paritas
tinggi terutama grandemultipara menjadi faktor risiko perdarahan postpartum.
46 Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
47
Faktor risiko pada kasus empat yaitu adanya riwayat hipertensi dalam
kehamilan, sedangkan pada kasus tiga yaitu anemia dalam kehamilan. Hasil
penelitian melaporkan bahwa pada penderita hipertensi selalu dijumpai
peningkatan kadar fibrinogen dalam plasma. Hal ini menyebabkan peningkatan
viskositas plasma yang berakibat meningkatkan agregasi trombosit dan eritrosit
(Wannamethee, et al. 2005).
Faktor penyebab perdarahan postpartum pada kasus satu dan tiga yaitu sisa
plasenta. Hal ini sesuai hasil penelitian bahwa 20 sampai 25% perdarahan
postpartum karena sisa plasenta (El Alyadi, Robinson, Giller, & Miller, 2013).
Sisa plasenta yang tertinggal akan mengalami nekrosis dengan pengendapan
fibrin dan pada akhirnya akan membentuk polip plasenta. Apabila tangkai polip
terlepas dari miometrium maka akan terjadi perdarahan. Sedangkan penyebab
perdarahan postpartum pada kasus lima yaitu retensio plasenta karena kontraksi
uterus kurang kuat (Giller & Miller, 2013).
Lima kasus kelolaan residen tidak menyusui secara efektif selama periode
postpartum. Hal ini berpengaruh terhadap proses involusi uterus. Newman
(2008) menjelaskan bahwa menyusui secara efektif selama periode postpartum
membantu rahim berkontraksi secara adekuat. Ibu yang menyusui secara efektif
dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum (Thompson, et al. 2010).
Faktor penyebab perdarahan postpartum pada lima kasus kelolaan secara umum
adalah atonia uteri. Hal ini sesuai hasil penelitian El Alyadi dan Robinson (2013)
yang melaporkan bahwa 70% penyebab utama perdarahan postpartum adalah
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
48
atonia uteri. Kejadian atonia uteri berhubungan dengan adanya sisa plasenta dan
faktor risiko lainnya seperti paritas, kelemahan akibat partus lama. Selain itu,
kejadian atonia uteri juga berhubungan dengan kadar oksitosin ibu. Kadar
oksitosin akan meningkat pada akhir kala dua persalinan, periode postpartum,
dan menyusui. Pengeluaran oksitosin menyebabkan kontraksi dan retraksi uterus
yang kuat sehingga mencegah perdarahan postpartum (Cunningham, et al.
2006).
Gejala klinik yang muncul pada lima kasus kelolaan yaitu perdarahan
pervaginam, penurunan tekanan darah, dan pucat. Tanda dan gejala yang muncul
pada kasus satu dan tiga adalah perdarahan pervaginam lebih dari 24 jam
postpartum, kontraksi uterus lembek, dan tinggi fundus uteri masih tinggi.
Sedangkan tanda gejala yang muncul pada kasus dua dan empat adalah
perdarahan pervaginam dalam 24 jam postpartum, kontraksi uterus lembek. Pada
kasus lima, tanda gejala yang muncul yaitu plasenta tidak lahir lebih dari 30
menit setelah bayi lahir, kontraksi uterus lembek. Hal ini sesuai pendapat
Winkjosastro (2005) yang menjelaskan bahwa gejala klinik perdarahan
postpartum adalah perdarahan pervaginam terus menerus setelah bayi lahir.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
49
Tanda dan gejala lain yang muncul pada lima kasus kelolaan adalah penurunan
kadar hemoglobin. Hal ini terjadi karena adanya hipovolemia sehingga jumlah
sel darah merah berkurang. Fungsi hepatosit terganggu sehingga protein yang
membawa zat besi hasil pemecahan eritrosit sebagai bahan pembentukan
hemoglobin tidak terbentuk (Hoffbrand, Petit, & Moss, 2005).
Penatalaksanaan pada kasus satu dan tiga adalah melakukan kuretase, kemudian
memberikan uterotonika. Uterotonika yang diberikan pada kasus kelolaan antara
lain oksitosin, methyl ergometrine, dan misoprosol (cythotec). Oksitosin
menimbulkan kontraksi uterus. Oksitosin pada dosis rendah menguatkan
kontraksi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
50
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
51
Trophicognosis risiko kegagalan pemberian ASI muncul pada kasus satu, tiga,
empat, dan lima karena bayi dilakukan perawatan di rumah. Sedangkan pada
kasus dua bayi tidak rawat gabung dengan ibu. Intervensi keperawatan
memotivasi ibu menyusui perlu terus dilanjutkan karena menyusui dapat
mencegah perdarahan postpartum (Newman, 2008).
Pasien mampu beradaptasi terhadap kondisi yang dialami. Hal ini sesuai dengan
tujuan model keperawatan konservasi Levine. Berdasarkan prinsip konservasi,
pasien juga tidak mengalami gangguan fungsi vital. Nilai laboratorium pasien
dalam batas normal, kecuali pada kasus lima sampai akhir pemberian asuhan
keperawatan nilai hemoglobin 7,8 g/dl dan pasien diperbolehkan pulang.
Masalah keperawatan pada fase pemulihan dapat teratasi dengan menggunakan
teori keperawatan konservasi Levine.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
52
4.2 Kelebihan dan kelemahan aplikasi teori keperawatan “Need for Help
Wiedenbach” dan “Conservation Levine”
4.2.1 Kelebihan aplikasi teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach”
dan “Conservation Levine”
Teori keperawatan “Need for Help Wiedenbach” efektif diaplikasikan pada
kasus perdarahan postpartum karena membutuhkan penanganan yang cepat dan
tepat untuk menghentikan perdarahan. Penerapan teori keperawatan “Need for
Help Wiedenbach” membutuhkan kemampuan perawat untuk berpikir kritis,
pengetahuan, dan keterampilan dalam memberikan tindakan yang bersifat
segera. Sedangkan teori keperawatan “Conservation Levine sesuai diaplikasikan
pada fase pemeliharaan karena pasien perdarahan postpartum diharapkan dapat
menyeimbangkan energi yang masuk dan keluar. Intervensi konservasi energi
dapat mengurangi kelelahan pada pasien dengan perdarahan postpartum. Tujuan
utama teori keperawatan ini tercapainya keutuhan (wholeness) dan adaptasi
pasien.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
53
Variasi kasus, dukungan dari tim kesehatan dan tokoh masyarakat di lahan
praktik menambah pengetahuan dan keterampilan residen. Residen juga
memiliki kesempatan untuk diskusi dengan tim kesehatan lain seperti dokter,
perawat, serta kader masyarakat di lahan komunitas.
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, dan retensio
plasenta. Penilaian faktor risiko pada perempuan saat hamil sangat penting untuk
mengidentifikasi peningkatan risiko perdarahan postpartum. Faktor predisposisi
terjadinya perdarahan postpartum adalah uterus yang teregang berlebihan karena
kehamilan kembar dan polihidramnion, partus lama, grandemultipara, infeksi
uterus, perdarahan antepartum, usia lebih dari 35 tahun.
Asuhan keperawatan yang bersifat segera (here and now) perlu diberikan pada
kasus perdarahan postpartum dalam kondisi emergensi. Teori keperawatan
“Need for Help Wiedenbach” sesuai diaplikasikan pada kasus perdarahan
postpartum dalam kondisi emergensi yang membutuhkan pertolongan segera.
Asuhan keperawatan pada fase akut bertujuan meningkatkan kesehatan ibu
perdarahan postpartum secara biopsikososialkultural dan spiritual. Asuhan
keperawatan fase pemulihan juga perlu diberikan pada kasus perdarahan
postpartum. Teori keperawatan Conservation Levine sesuai diaplikasikan pada
kasus paska perdarahan yang membutuhkan keseimbangan energi untuk
mempertahankan kehidupannya.
5.2 SARAN
6.2.1 Perawat maternitas perlu mengaplikasikan teori dan konsep keperawatan pada
berbagai kasus untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
54 Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Alligod, M.R., & Tomey, M.A. (2006). Nursing Theory Utilization & Application.
St. Louis: Mosby Company.
Ayadi, A.M., Robinson, N., Geller, S., & Meller, S. (2013). Advances in the
treatment of postpartum hemorrhage. Expert Rev. Obstet Gynecol. 8 (6): 525
– 537.
B-Lynch, C., Keith, L.G., Lalonde, A.B., & Karoshi, M. (2006). Pospartum
hemorrhage. 1 st ed. UK: Sapiens Publishing.
Bobak, I.M., Lawdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Maternity nursing. 4 th ed.
St. Louis: Mosby Years Book Inc.
Bramson, L., Lee, J.W., Moore, E., Montgomery, S., Neish, C., Bahjri, K., et al.
(2010). Effect of early skin to skin mother infant contact during the first 3
hours following birth on exclusive breastfeeding during the maternity
hospital stay. J Hum Lact XX (X), XXXX: 1 – 8.
Depkes RI. (2010). Rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2010 – 2014.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Depkes RI. (2012). Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Evensen, A., & Anderson, J. (2013). Postpartum hemorrhage: third stage pregnancy.
ALSO.
Gayat, E., Rigon, M.R., Morel, O., Rossignol, M., Mantz, J., Robin, A.N, et al.
(2011). Predictive factors of advanced interventional procedures in a
multicentre severe postpartum haemorrhage study. Intensive Care Med. 37:
1816 – 1825.
Hoffbrand, A.V., Petit, J.E., & Moss. P.A.H. (2005). Kapita selekta hematologi.
Jakarta: EGC.
Hofmeyr, G.J & Abdelaleem,H., & Abdelaleem, M.A. (2013). Uterine massage for
preventing postpartum haemorrhage (Review). The Cochrane
Collaboration.
th
Kozier, B. (2005). Fundamental of nursing: concept, process, and practice. 4 ed.
California: Addison Wesley Publishing CO.
Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Maternity nursing. St. Louis Mosby:
Years Book Inc.
Lubis, I.K. Pengaruh paritas terhadap perdarahan postpartum primer di RSUP dr.
Pringadi Medan tahun 2007 – 2010. Medan: FK USU. Tidak dipublikasikan.
Magan, E.F., Evans. S., Chauhan, S.P., Lanneau, G., Fisk, S.D., & Morrison, J.C.
(2005). The length of the third stage of labor and the risk of postpartum
hemorrhage. Obstetric and gynecology. 105: 290 – 293.
Mercer, J.S., Vohr, B.R., McGrath M.M., Padbury, J.F., & Wallach, M. (2006).
Delayed cord clamping in very preterm infants reduces the incidence sepsis:
a randomized, controlled trials. 117: 1235 – 1242.
Newman. (2008). The ultimate breastfeeding book of answers. Jakarta: Buah Hati.
Ospina.A.M., Rodriguez. L.M., & Cardenas, C.H. (2012). Coping and adaptation
process during puerperium. Colombia Medica. 43 (2). 168 – 175.
Oyelese, Y., & Ananth, C.V. (2010). Postpartum hemorrhage: epidemiology, risk
factors, and causes. Clinical obstetrics and gynecology. 53(1) : 147 – 156.
Parker, E.M. (2001). Nursing theories and nursing practice. Philadelphia: Davis
company.
Parker, E.M. (2005). Nursing theories and nursing practice. 2 ed. Philadelphia:
Davis company.
Parker, E.M., & Smith, M.A. (2008). Nursing theories and nursing practices. 3rd ed.
Philadelphia: F.A Davis Company.
Perry, S.E., Hockenberry, M.J., Lowdermilk, D.L., & Wilson, D. (2010). Maternal
child nursing care. 4th ed. Missouri: Mosby.
Pilliteri, A. (2003). Maternal & child health nursing care of the hearing & child
bearing family. 3rd ed. Philadhelpia: Lippincot.
Prindiville, W.J.P., Elbourne, D., & Mc Donald, S.J. (2000). Active versus expectant
management in the third stage of labour (Cochrane review). Chichester: The
Cochrane Library.
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (1997). Maternity nursing: family,
newborn, and women’s health care. 18th ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins Inc.
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. Alih bahasa Afiyanti, Y., Rachmawati,
I.N., Djuwitaningsih, S. (2011). Keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Simpson, K.R. (2009). Safe nurse staffing for contemporary nursing practice. MCN
The American Journal of Maternal Child Nursing . 34(6). 396.
Siegler, L., & Whitney, W. (2000). Kolaborasi perawat dokter, perawatan orang
dewasa dan lansia. Jakarta: EGC.
Thompson, J.F., Heal L.J., Roberts, C.L., & Ellwood, D.A. (2010). Women’s
breastfeeding experiences following a significant primary postpartum
haemorrhage: A multicentre cohort study. International Breastfeeding
Journal. 5: 5 – 10.
Wannamethee, S.G., Shaper, A.G., Morris R.W., & Whincup, P.H. (2005). Measures
of adiposity in the identification of metabolic abnormalities in elderly men.
Am J Clin Nutr. 81: 1313 – 1321.
Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Waktu dan Dukungan, Hambatan dan Solusi
sebagai Ners Prosedur selama Residensi Tempat
Spesialis
Mampu memberikan pelayanan keperawatan maternitas di tatanan klinik
A. Mampu menerapkan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan maternitas
1. Mampu a. Melakukan pengkajian biopsikososial sebanyak 75 klien Waktu : Dukungan
memberikan b. Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil 23 September s.d 4 1. Kemudahan untuk terlibat dalam program antenatal yang
asuhan c. Memonitor denyut jantung dan kesejahteraan janin Oktober 2014 sudah ada
keperawatan d. Melakukan penyuluhan tentang kebutuhan ibu hamil dan 2. Jumlah ibu hamil yang berkunjung sangat banyak sehingga
maternitas konseling meliputi : memungkinkan residen mendapatkan pengalaman yang
pada ibu hamil Perubahan fisiologis ibu hamil Tempat : cukup dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu
Nutrisi ibu hamil Poliklinik hamil
Persiapan payudara dan menyusui Kebidanan RSUD 3. Kesempatan yang diberikan lahan praktek sangat baik
Senam hamil dan imunisasi Cibinong sehingga target dapat tercapai
Kebersihan diri, aktivitas dan istirahat 4. Adanya dukungan dari kabid keperawatan, Dokter spesialis
Persiapan persalinan Obgyn, perawat/bidan dan supervisor akademik
5. Kesempatan yang diberikan dalam melakukan program
Perawatan bayi
inovasi keperawatan maternitas
Tanda bahaya pada kehamilan
Seksualitas pada kehamilan
Hambatan
e. Menerapkan teori keperawatan dalam praktek
1. Adanya praktikan lain yang mempunyai kepentingan sama
dalam pemenuhan target kompetensi
2. Terbatasnya waktu dan tempat untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada ibu hamil
Solusi
1. Penyuluhan dilakukan perorangan sesuai dengan masalah
yang dihadapi
2. Melakukan asuhan keperawatan diantara kegiatan poliklinik
3. Bekerjasama dengan praktikan lain dalam memecahkan
masalah
2. Memberikan Melakukan asuhan keperawatan pada ibu dengan komplikasi Waktu : Dukungan
asuhan kehamilan lima kasus yang bervariasi 23 September s.d 4 1. Kemudahan untuk terlibat dalam program antenatal yang
keperawatan a. Memberikan asuhan keperawatan pada klien Preeklamsi dan Oktober 2014
8. Memberikan Memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dengan Waktu Dukungan :
asuhan risiko tinggi (10 kasus) 23 September s.d Adanya dukungan dari karu, dokter anak, perawat bayi
keperawatan a. Pengkajian pada bayi baru lahir beresiko tinggi 27 September 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
pada bayi baru b. Memberikan asuhan perawatan pada bayi baru lahir berisiko
lahir dengan tinggi 14 April s.d 25 Hambatan
risiko tinggi April 2014 Kasus terbatas
Tempat :
Perina RSUD
Cibinong
IGD lantai 3
RSCM Jakarta
Pusat
9. Mampu Melakukan asuhan keperawatan maternitas pada perempuan Waktu Dukungan
memberikan dengan masalah keganasan pada system reproduksi (ca ovarium, 27 April s.d 16 Mei Adanya dukungan dari karu, perawat, supervisor klinik, dan
asuhan ca cervik, post histerektomi, post kemoterapi) dengan 2014 supervisor pendidikan
keperawatan menerapkan konsep dan teori keperawatan
maternitas a. Melakukan pengkajian fisik dan psikologis Tempat : Hambatan
pada b. Mengatasi perdarahan Gedung A lantai 2 Kasus terbatas
perempuan c. Memonitor pemberian tranfusi Zona A RSCM
dengan d. Persiapan klien kemoradiasi
gangguan e. Interfensi efek kemo radiasi
ginekologi f. Membantu klien beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
akibat penyakit dan intervensi yang dilakukan : vaginoplasti,
histerektomi
10. Mampu Mampu memberikan asuhan keperawatan maternitas pada klien Waktu : Dukungan
memberikan dengan masalah KB 7 April s.d 11 April Adanya dukungan dari karu, perawat, supervisor klinik, dan
asuhan a. Memberikan pelayanan KB dalam bentuk hormonal 2014 supervisor pendidikan
keperawatan (suntikan, pil)
Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Prosedur Waktu dan Tempat Dukungan dan Hambatan
sebagai Ners selama Residensi
Spesialis
B. Mampu menerapkan peran Residen Ners Spesialis Maternitas sebagai perawat Edukator/Konselor dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
1. Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada klien hamil dan keluarga Waktu : Dukungan
memberikan a. Memberikan pendidikan kesehatan pada klien hamil dan keluarga 9 September s.d 20 Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
edukasi dan b. Melakukan konsultasi kehamilan : Desember 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
konseling Perubahan fisik dan psikologis wanita hamil
pada ibu hamil Nutrisi ibu hamil Tempat :
dan keluarga Perawatan payudara Poliklinik Kebidanan Hambatan
Tanda bahaya kehamilan RSUP Persahabatan Belum adanya ruang khusus untuk melakukan
Keluhan dan cara mengatasinya Jakarta Timur konseling
Waktu yang terbatas
2. Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada ibu yang akan melahirkan (PK Waktu
memberikan I aktif) 7 Oktober s.d 20 Solusi
edukasi dan a. Mengajarkan manajemen nyeri secara non farmakologi Desember 2014 Konseling dilakukan saat pasien menunggu
konseling b. Mengajarkan dan membimbing cara meneran pemeriksaan dokter
pada ibu yang c. Memberikan dukungan pada pasien dan keluarga Tempat :
akan VK RSUD Cibinong
melahirkan
3. Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada ibu post partum Waktu Dukungan
memberikan a. Melakukan konseling pada masa nifas 9 September s.d 20 Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
edukasi dan Perubahan fisik dan psikologi masa postpartum September 2014 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
konseling Masalah nutrisi bayi 24 Maret s.d 4 April
pada ibu post 2014
partum b. Melakukan pendidikan kesehatan tentang : Hambatan
Rawat gabung Tempat : Belum adanya ruang khusus untuk melakukan
Perawatan klien masa nifas dan bayi baru lahir Ruang rawat inap konseling
Manajemen laktasi RSUD Cibinong
4. Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada perempuan dengan masalah Waktu : Dukungan
memberikan reproduksi 23 September s.d 4 Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
edukasi dan a. Memberikan pendidikan kesehatan yang terkait dengan Oktober 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
konseling permasalahan organ reproduksi, masalah menstruasi, infertilitas,
pada premenopouse dan keganasan Tempat :
perempuan b. Melakukan konsultasi keluarga berencana Poliklinik Kebidanan Hambatan
dengan Jenis metoda kontrasepsi RSUD Cibinong Belum adanya ruang khusus untuk melakukan
masalah Kelebihan dan kekurangan kontrasepsi konseling
reproduksi Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat Waktu yang terbatas
Solusi
Konseling dilakukan saat pasien menunggu
pemeriksaan dokter
Kompetensi Pencapaian Kompetensi Target asuhan Keperawatan Dan Prosedur Waktu dan Tempat Dukungan dan Hambatan
sebagai Ners selama Residensi
Spesialis
C. Mampu menerapkan peran Residen Ners Spesialis sebagai Advokat dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
Mampu Memberikan edukasi dan konseling pada klien hamil dan keluarga Waktu Dukungan
melaksanakan a. Solusi proses pembiayaan, misal : misal melalui Jampersal, BPJS 9 September s.d 20 Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
advokasi untuk b. Solusi untuk diberikan obat generic Desember 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
pasien yang c. Melindungi klien dari tindakan malpraktek 24 Maret s.d 16 Mei
mempunyai d. Melindungi hak-hak klien 2014 Hambatan
masalah ekonomi Terdapat perbedaan persepsi tentang tugas dan
Tempat : wewenang perawat Ners Spesialis Maternitas
RSUD Cibinong dan dengan tenaga kesehataan lain
RSCM Pengakuan keberadaan Ners Spesialis Maternitas
Solusi
Pendekatan interpersonal
D. Mampu menerapkan peran Residen Ners Spesialis sebagai perawat peneliti dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
Mampu Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan evidence base nursing Waktu Dukungan
melaksanakan (EBN) 9 September s.d 20 Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
perannya sebagai Desember 2013 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
peneliti dilingkup 24 Maret s.d 16 Mei Hambatan
keperawatan 2014 Literatur ARCT terkait EBN yang dilakukan masih
maternitas kurang
Tempat :
RSUD Cibinong dan
RSCM
E. Mampu menerapkan peran Residen Ners Spesialis sebagai pengelola dan agen pembaharu dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas
1. Mampu Mengelola asuhan keperawatan maternitas pada klien ibu nifas dengan Waktu Dukungan
melakukan masalah menyusui melalui koordinasi dan kolaborasi dengan tim 9 September s.d 20 Adanya dukungan dari karu, perawat, bidan,
kordinasi dan kesehatan Desember 2014 supervisor klinik, dan supervisor pendidikan
kolaborasi 24 Maret s.d 16 Mei Petugas kesehatan sudah ada yang menjadi
dengan tim 2014 konselor ASI.
kesehatan dan
ners spesialis Tempat : Hambatan
lainya RSUD Cibinong dan Kurangnya kesadaran ibu untuk menyusui
RSCM
Solusi
Memberikan leaflet kepada pasien untuk dibawa
pulang
2. Mampu a. Mengidentifikasi masalah melalui analisa SWOT Waktu Dukungan
melaksanakan b. Mempresentasikan hasil pengkajian sebagai proyek inovasi 9 September s.d 20 a. Visi dan misi RS merupakan kekuatan dalam
dan c. Menyepakati rencana proyek inovasi dan pembentukan kelompok Desember 2013 melakukan suatu nproyek inovasi
meningkatkan kerja Tempat : b. Adanya dukungan yang baik dari Ka SMF
mutu d. Menetapkan pengeluaran proyek inovasi : tersosialisasinya program RSUD Cibinong obsgyn, diklat, Kabid Keperawatan, Kepala
pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) Ruang, dan bidan/perawat di ruangan
keperawatan e. Melaksanakan proyek inovasi melalui koordinasi dengan KSMF c. Adanya sikap terbuka petugas ruangan untuk
2. Mampu Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dalam konteks keperawatan Waktu Dukungan
melaksanakan maternitas di komunitas 27 Januari s.d 16 Maret a. Kepala Puskesmas, Lurah, dan staf mendukung
asuhan a. Mengenal wilayah dan keluarga binaan melalui orientasi kasus dan 2014 pelaksanaan praktik residensi
keperawatan wilayah b. Para Ketua RW mendukung pelaksanaan praktik
keluarga Asuhan keperawatan pada pasangan infertile satu kasus Tempat : residensi
dalam konteks RW 06 dan 08 c. Para kader menfasilitasi kunjungan rumah dan
Disusun Oleh :
RITA DEWI SUNARNO
NPM 1106122770
Puji syukur kami panjatkan pada kepada Tuhan YME, atas limpahan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan proyek inovasi
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di area postpartum unit
Kebidanan RSUD Cibinong. Kami mendapatkan banyak sekali bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak dalam penyusunan laporan kegiatan proyek inovasi ini.
Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dra. Setyowati¸ S.Kp¸ M.AppSc, Ph.D selaku supervisor utama yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam praktik residensi ini.
2. Dr. Yati Afiyanti, S.Kp, MN selaku supervisor utama yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan dukungan yang bermanfaat
selama praktik residensi
3. Imami Nur R, S.Kp.MSc yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama
praktik residensi.
4. Atik Hodikoh, S.Kp, Sp.Kep.Mat yang telah memberikan bimbingan dan
masukan selama praktik residensi.
5. dr. VB. Haryanto Kasy, SpOG selaku ketua SMF Kebidanan yang telah
memfasilitasi selama praktik residensi dengan bimbingan dan masukan-masukan
yang membangun untuk perkembangan perawat maternitas.
6. DR. Grace S. Rumengan, dr, MARS yang telah memberikan bimbingan dan
masukan dalam penyusunan proyek inovasi
7. Seluruh perawat dan bidan di bagian kebidanan dan kandungan RSUD Cibinong
yang telah banyak membantu kami selama praktik.
Kami berharap semoga laporan kegiatan proyek inovasi ini bermanfaat untuk
mengembangkan program-program selanjutnya yang berkaitan dengan keselamatan
pasien. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir
kata semoga Tuhan memberkati kita semua. AMIN.
Mahasiswa Residensi
ii
Halaman Judul.....................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan Kegiatan............................................................................................6
1.3 Analisa SWOT..............................................................................................7
1.4 Rencana Kegiatan.........................................................................................9
1.5 Plan of Action (POA)...................................................................................12
BAB II IMPLEMENTASI
2.1 Implementasi Kegiatan Area Postpartum.....................................................15
2.2 Evaluasi Kegiatan Area Postpartum.............................................................16
2.3 Bagan Laporan Kegiatan dan Implementasi.................................................22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................26
3.2 Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
1.1.Latar Belakang
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan yang melayani masyarakat
dengan berbagai permasalahan kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan di RS
adalah pelayanan obstetri dan ginekologi. Ibu dalam masa perinatal dan bayinya
merupakan bagian dari masyarakat yang memanfaatkan pelayanan obstetric. Ibu
beserta pasangan dengan masalah system reproduksi merupakan bagian dari
masyarakat yang juga memanfaatkan pelayanan ginekologi di RS. RS yang baik
akan dapat menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
sebagai salah satu indikator penilaian derajat kesehatan ibu dan anak.
Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan AKI paling tinggi di Asia.
Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007-2008
kematian ibu hamil dan bersalin mencapai 265 per 100.000 kelahiran hidup. Dari
beberapa kota di Indonesia seperti di Jawa dan di Bali kematian maternal mencapai
0,7% dari AKI secara nasional per tahunnya. Penyebab utama kematian ibu,
disebabkan oleh perdarahan yang diperkirakan (55-70%) terutama karena
perdarahan postpartum, partus lama hingga kejadian infeksi 15-20% dan kasus
eklampsia (10-15%),
Disamping ibu angka kematian bayi (AKB) juga masih tinggi, AKB di negara-
negara ASEAN pada tahun 2009, Indonesia berada pada peringkat 10 dengan angka
kematian 30 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama tingginya AKB adalah
masalah pada neonatal. Masalah pada neonatal antara lain asfiksia, bayi berat badan
lahir rendah dan sangat rendah serta infeksi (WHO, 2010).
1
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
untuk memastikan hal tersebut adalah mensyaratkan standar keselamatan pasien
dalam program akreditasi rumah sakit.
Misi rumah sakit perlu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap
pasien dan mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical
error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan System Patient Safety yang dirancang mampu menjawab
permasalahan yang ada.
2
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD).
Kejadian tidak diharapkan yang berkaitan dengan perawatan selama di rumah sakit,
salah satunya berhubungan dengan masalah infeksi. Pusat pencegahan dan
pengendalian penyakit Eropa (ECDC) memperkirakan kejadian infeksi yang
berkaitan dengan perawatan pada pasien selama di rumah sakit sekitar 5% dari total
pasien yang dirawat dan menyebabkan 37.000 kematian setiap tahunnya.
Infeksi merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi
baru lahir. Ibu bersalin yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di
rumah sakit atau kilink bersalin, dihadapkan kepada resiko terjadinya infeksi.
Kejadian infeksi sebenarnya dapat dicegah dan diminimalkan kejadiannya, dengan
upaya melaksanakan tindakan pencegahan infeksi dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Tepatnya ketika melakukan pertolongan persalinan, karena semua ibu
bersalin sangat mendambakan proses persalinan yang aman, bersih dan sehat sesuai
dengan pilar ketiga Safe Motherhood, yang juga merupakan aspek ketiga dari lima
benang merah asuhan persalinan yang dikategorikan sebagai asuhan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan atau bidan (Saifuddin, 2006).
Petugas kesehatan yang melayani pasien dan staf pendukung semuanya dihadapkan
kepada resiko terinfeksi yang secara potensial dapat membahayakan jiwa.
Penyebaran infeksi yang terjadi di rumah sakit merupakan infeksi nosocomial/
Health Care Assosiated Infections (HAIs). Infeksi sering kali berasal dari alat/
prosedur operasi. Sumber infeksi lainnya bisa berasal dari tangan dokter, perawat dan
pengunjung, alat alat medis dan penggunaan antibiotik yang tidak rasional (Depkes
RI, 2003).
Di Indonesia kejadian infeksi nosokomial pada jenis / tipe rumah sakit sangat
beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2004 diperoleh data
proporsi kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit pemerintah dengan jumlah
pasien 1.527 orang dari jumlah pasien beresiko 160.417 (55,1%), sedangkan untuk
3
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991 pasien dari jumlah pasien beresiko
130.047 (35,7%). Untuk rumah sakit ABRI dengan jumlah pasien 254 pasien dari
jumlah pasien beresiko 1.672 (9,1%). (Depkes RI 2004).
Pelayanan kebidanan sebagai salah satu bagian fasilitas pelayanan rumah sakit tidak
terlepas sebagai sumber infeksi nosokomial. Hal ini disebabkan karena perawatan
pasien melibatkan banyak pihak seperti dokter, perawat/bidan, peralatan medis serta
petugas yang bekerja di kawasan rawat inap/rawat jalan/ruang bersalin/kamar operasi
menjadi perantara terjadinya infeksi silang antara pasien yang satu dengan pasien
yang lainnya. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya penularan penyakit adalah
dengan melakukan tindakan pencegahan infeksi yaitu dengan kewaspadaan standar
dan kewaspadaan transmisi (Depkes RI, 2007).
Adapun upaya pokok pengendalian infeksi dan penularan penyakit adalah tindakan
pencegahan infeksi dan penularan penyakit dengan cara memantau dan
meningkatkan perilaku petugas dalam menerapkan prosedur tindakan pencegahan
universal (Pulungsih, 2004). Data CDC yang dikutip oleh Anwar (2005),
menunjukkan bahwa dengan penerapan prosedur tindakan pencegahan universal
sesuai standar yang mengacu pada kebijakan yang direkomendasikan oleh CDC, di
Amerika Serikat angka kejadian infeksi nosokomial pada pasien dapat diturunkan
4
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
27,5% menjadi 9,1% dan angka penularan penyakit pada tenaga kesehatan dapat
diturunkan dari 11,4% menjadi 3,5% (Anwar, 2005). Prosedur tindakan pencegahan
universal mutlak harus diterapkan di rumah sakit termasuk di kamar bedah. Kamar
bedah merupakan suatu unit khusus di rumah sakit tempat melakukan tindakan
pembedahan. Berbagai prosedur pembedahan dan tindakan invasif memungkinkan
perawat terpapar dengan kuman yang berasal dari pasien melalui darah dan cairan
tubuh yang mengandung darah (Anwar, 2005).
RSUD Cibinong Bogor merupakan rumah sakit daerah di kabupaten Bogor memiliki
visi menjadi Rumah Sakit andalan dan dipercaya di Jawa Barat. Banyaknya kasus ibu
hamil yang membutuhkan pelayanan yang berkualitas khususnya pada pelayanan di
unit kebidanan menuntut penerapan prosedur tindakan pencegahan universal pada
seluruh kegiatan di bagian kebidanan terhadap semua pasien, karena tidak semua
pasien yang dilakukan operasi terdeteksi terinfeksi HIV, HBV, ataupun HCV.
5
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
tehnik septik dan aseptik dalam perawatan luka yaitu sebesar 65%. Hasil wawancara
terhadap 12 perawat di ruang rawat inap menunjukan bahwa ada 5 perawat yang
belum memahami tentang infeksi nosokomial dan bagaimana cara melakukan
tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini terbukti dengan ketidakmampuan
perawat untuk menjelaskan tentang infeksi nosokomial. Selain itu, perilaku
perawat/bidan dalam menerapkan prosedur tindakan pencegahan universal masih
belum sesuai dengan pedoman pengendalian infeksi nosokomial.
Beberapa faktor yang mempengaruhi petugas kesehatan belum melakukan PPI yaitu
kurangnya disiplin dan kesadaran perawat mengenai pentingnya penerapan prosedur
tindakan pencegahan universal khususnya dalam pemakaian alat pelindung diri.
Tindakan perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
pengetahuan. Hasil penyebaran kuisioner menunjukkan bahwa pengetahuan petugas
kesehatan di ruang nifas unit kebidanan RSUD Cibinong tentang PPI masuk ke
kategori cukup sebanyak 68,8 %. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan pikir
dalam menumbuhkan kepercayaan diri maupun dorongan sikap dan perilaku
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimuli terhadap tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2007). Peningkatan pengetahuan merupakan suatu cara
untuk meningkatkan kualitas penerapaan tindakan pencegahan infeksi nosokomial.
Jika kualitas penerapan tindakan pencegahan infeksi nosokomial meningkat maka
jumlah kasus penyakit karena infeksi nosokomial berkurang.
1.2.Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Membuat program untuk pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
untuk mencapai keselamatan pasien
6
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi program yang sudah ada di Unit Kebidanan RSUD
Cibinong Bogor
b. Membuat program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berupa
panduan/SOP untuk Unit Kebidanan RSUD Cibinong Bogor
c. Mensosialisasikan program PPI di setiap Unit Kebidanan RSUD Cibinong
Bogor yang berfokus pada hand hygiene, alat pelindung perorangan,
pencegahan phlebitis dan infeksi luka operasi, serta dekontaminasi, desinfeksi
dan sterilisasi.
d. Mengimplementasikan program PPI yang berfokus pada hand hygiene, alat
pelindung perorangan, pencegahan phlebitis dan infeksi luka operasi, serta
dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi di setiap Unit Kebidanan RSUD
Cibinong Bogor
e. Mengevaluasi program PPI yang berfokus pada hand hygiene, alat pelindung
perorangan, pencegahan phlebitis dan luka operasi, serta dekontaminasi,
desinfeksi dan sterilisasi di setiap Unit Kebidanan RSUD Cibinong Bogor
f. Melakukan feedback program PPI pada hand hygiene, alat pelindung
perorangan, pencegahan phlebitis dan infeksi luka operasi, serta
dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi di setiap Unit Kebidanan RSUD
Cibinong Bogor
g. Pelaporan dan rencana tindak lanjut program PPI di setiap Unit Kebidanan
RSUD Cibinong Bogor
1.3.Analisis SWOT
Strength (kekuatan)
a. Memiliki falsafah “Pelayanan paripurna ibu dan bayi risiko tinggi merupakan
prioritas utama pelayanan kami”.
b. Memiliki tujuan:
1) Menciptakan kondisi bagi ibu dan janin agar dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
2) Agar ibu dan janin terhindar dari kesakitan dan kematian
c. RSUD Cibinong merupakan salah satu rumah sakit rujukan untuk wilayah
Bogor dan sekitarnya.
d. Peraturan Kemenkes tentang program pencegahan dan pengendalian infeksi
7
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
e. Pernah dilakukan sosialisasi tentang Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
f. Jumlah SDM staf ruang kebidanan, diantaranya S1 Kesehatan Masyarakat 2
orang, D3 Kebidanan 44 orang, D3 Keperawatan 9 orang
g. Komitmen yang tinggi dari kepala SMF Obstetri dan Kebidanan, kepala
bidang keperawatan dan kepala ruangan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas pelayanan rumah sakit.
h. BOR bulan September 2013: VK 87,96; Anggrek 43,06%; Melati 67,59%¸
Dahlia untuk bayi sehat 47%, Dahlia untuk bayi sakit 90¸50%, ALOS
singkat, BTO tinggi.
i. Sarana pencegahan infeksi yang sudah ada secara lengkap yaitu sarana cuci
tangan dengan air mengalir, cairan desinfektan untuk cuci tangan
j. Di unit kebidanan sudah ada kebijakan yang membahas tentang pemisahan
pasien yang menderita penyakit infeksius dan non infeksius beserta ruang
khusus untuk pasien infeksius
Weakness (kelemahan)
a. Belum optimalnya pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap ibu perinatal di
unit kebidanan RSUD Cibinong.
b. Sudah terbentuk Tim pelaksana program pencegahan dan pengendalian
infeksi di tingkat rumah sakit akan tetapi belum berjalan secara optimal.
c. Masih terbatasnya SDM yang sudah mengikuti kegiatan pelatihan yang
berkaitan dengan program patient safety terutama mengenai Pengurangan
Resiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan
d. SOP tentang hand hygiene, alat pelindung perorangan, pencegahan phlebitis
dan luka operasi, serta dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi belum
lengkap
e. Infection prevention and Control Nurse (IPCN) di Unit Kebidanan belum ada
f. Keterbatasan tenaga kebersihan pada setiap pergantian jaga, sehingga sampah
sering melebihi kapasitas.
Opportunity (kesempatan)
a. Standar akreditasi tentang patient safety di mana di dalamnya terdapat
program pencegahan dan pengendalian infeksi
b. Adanya kebijakan pemerintah dalam asuransi kesehatan berupa SKTM
Jampersal, Jamkesmas, dan Jamkesda
8
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Threats (ancaman)
a. Tuntutan dan harapan masyarakat yang semakin meningkat untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih berkualitas.
b. Konsumen yang lebih kritis dan siap menggugat pelayanan yang diberikan
kepada klien.
c. Adanya UU Kesehatan dan UU RS yang melindungi mayarakat sebagai
konsumen.
d. Banyaknya RS yang memiliki daya saing tinggi dalam pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal
9
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Media:
Media yang kami gunakan adalah LCD, Flip Chart, dan Spidol
Waktu Pelaksanaan:
Waktu Pelaksanaan Seminar dan Workshop adalah minggu ketiga bulan November
2013
Tempat:
Tempat pelaksanaan kegiatan tersebut di RSUD Cibinong
Susunan Kepanitiaan
Penanggung Jawab Direktur RSUD Cibinong
Penasehat 1. Dra. Setyowati, S.Kp., M.App.Sc., PHD
2. Dr. Yati Afiyanti, MN
3. Imami Nur Rachmawati, S.Kp., MSc.
4. Atik Hodikoh, SKp., Sp.Kep.Mat
5. KA SMF Obsgyn
6. KA Diklat
Ketua Rita Dewi Sunarno
Wakil Ketua Windy Natasya
Sekretaris Mulhaeriah
Bendahara Mulhaeriah
Seksi Acara Windy Natasya
Seksi Konsumsi Mulhaeriah
Seksi Perlengkapan Rita Dewi Sunarno
Seksi Dokumentasi Windy Natasya
Susunan Acara
No. Pukul Acara PJ
1. 09.00-09.15 Sambutan dilanjutkan Pembukaan oleh Windy
Direktur RSUD Cibinong
2. 09.15- 09.45 Presentasi proyek inovasi PPI di Ruang Rita
Kebidanan RSUD Cibinong
3. 09.45-10.00 Penyampaian POA Riri
4. 10.00-10.15 Penutup
Rencana Anggaran
a. Penggandaan proposal Rp 100.000,-
b. ATK (poster, leaflet) Rp 400.000,-
c. Pertemuan awal (presentasi proposal)
Konsumsi 30 X Rp 25.000,- Rp 750.000,-
Kebersihan Rp 30.000,-
10
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
d. Pelaksanaan desiminasi dgn perawat/ bidan Ruang Kebidanan
Konsumsi 20 X Rp 25.000,- Rp 500.000,-
Kebersihan Rp 30.000,-
e. Presentasi akhir
Konsumsi 30 X Rp 25.000,- Rp 750.000,-
Kebersihan Rp 30.000
Penggandaan makalah akhir Rp 100.000,-
f. Lain-lain Rp 100.000,-
Total Rp 2.790.000,-
(Dua Juta Tujuh ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah)
(…………………………)
11
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
DRAFT PLAN OF ACTION PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI UNIT KEBIDANAN RSUD CIBINONG
12
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Pengendalian Infeksi (PPI) di Unit
Kebidanan RSUD Cibinong yang
berfokus pada handhygiene, alat
pelindung perorangan (APP),
pencegahan phlebitis dan luka operasi,
serta dekontaminasi, desinfeksi dan
sterilisasi.
3. Diskusi bersama Terbentuknya mekanisme strategi kerja Seluruh tenaga Tempat:Aula RSUD Mahasiswa
pembuatan mekanisme sekaligus penanggung jawab pelaksana kesehatan dan non Cibinong
strategi kerja sekaligus program PPI yang telah disepakati kesehatan di unit
penanggung jawab bersama kebidanan RSUD Waktu: Minggu ke 3
pelaksanaan program PPI Cibinong November 2013
di unit kebidanan RSUD
Cibinong
4. Diskusi bersama Terbentuknya panduan (SOP) untuk Seluruh tenaga Tempat:Unit 1. Tim PPI unit
pembuatan panduan pelaksanaan program PPI yang telah kesehatan dan non kebidanan RSUD kebidanan
(SOP) program PPI di disepakati bersama kesehatan di unit Cibinong 2. Mahasiswa
unit kebidanan RSUD kebidanan RSUD
Cibinong Cibinong Waktu: Minggu ke 3
November
5. Persamaan persepsi hasil Tercapainya persamaan persepsi tentang Seluruh tenaga Tempat:Unit 1. Tim PPI unit
penyusunan SOP opanduan (SOP) yang telah disusun dapat kesehatan dan non Kebidanan RSUD kebidanan
program PPI yang akan diuji cobakan kesehatan di unit Cibinong 2. Mahasiswa
diterapkan di unit kebidanan RSUD
kebidanan RSUD Cibinong Waktu: Minggu ke 3
Cibinong November
6. Sosialisasi panduan 1. Terlaksananya sosialisasi mekanisme Seluruh tenaga Ruang VK dan ruang 1. Bd. Kakah
(SOP) program PPI kerja dan panduan (SOP) program PPI kesehatan dan non rawat Anggrek (poliklinik)
13
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
di unit kebidanan RSUD Cibinong kesehatan di unit Ruang Poliklinik 2. Bd. Rinanti &
2. Diperoleh hasil evaluasi pelaksanaan kebidanan RSUD Kebidanan Dika (nifas)
program PPI di unit kebidanan RSUD Cibinong Ruang Perinatal 3. Bd.Rini
Cibinong (intranatal)
Waktu : Minggu ke 4. Bd. Yuyun
4 November - (BBL)
minggu ke 1 5. Tiga
Desember 2012 mahasiswa
residen
7. Penyusunan laporan hasil Terbentuknya laporan hasil evaluasi Seluruh tenaga Unit Kebidanan 1. Karu dan
evaluasi kegiatan PPI pelaksanaan PPI kesehatan dan non RSUD cibinong Katim Unit
serta penyusunan rencana kesehatan di unit Kebidanan
tindak lanjut pelaksanaan kebidanan RSUD Waktu minggu ke 2 2. Tim PPI Unit
program PPI di unit Cibinong Desember Kebidanan
kebidanan RSUD 3. Mahasiswa
Cibinong Tim Manejerial
keperawatan
8. Presentasi akhir: Tersampaikannya hasil perkembangan Seluruh tenaga Unit Kebidanan Mahasiswa
pelaporan hasil kegiatan program PPI yang dilaksanakan diunit kesehatan dan non RSUD cibinong
proyek inovasi program kebidanan RSUD Cibinong kesehatan di unit
PPI kebidanan RSUD Waktu minggu ke 3
Cibinong Desember 2013
Tim menajerial
keperawatan, tim
PPI dan Ka. SMF
Obsgyn RSUD
Cibinong.
14
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB II
IMPLEMENTASI
Bagian ini menguraikan tentang implementasi dan evaluasi Pelaksanaan program PPI
di ruang nifas unit kebidanan RSUD Cibinong. Program PPI di rumah sakit sebagai
proyek inovasi mahasiswa residensi keperawatan maternitas 2013 dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan. Implementasi penerapan program PPI
dilaksanakan selama 2 minggu kemudian dilanjutkan dengan evaluasi. Hasil evaluasi
pada masing-masing area di unit kebidanan RSUD Cibinong diperoleh melalui
penyebaran kuisioner, observasi, dan wawancara. Pelaksanaan PPI di area
postpartum unit kebidanan RSUD Cibinong sebagai berikut:
2.1.Implementasi Kegiatan Area Postpartum
1. Cuci tangan
a. Tersedia fasilitas untuk cuci tangan, seperti air mengalir, sabun cair, tissue,
tempat sampah yang dilapisi plastik hitam, dan handrub
b. Tersedia prosedur cuci tangan dengan air mengalir (handwashing) dan
handrub
c. Tersedia langkah cuci tangan dalam bentuk gambar
d. Tersedia media 5 praktik melakukan cuci tangan
2. Pemakaian alat pelindung diri (APD)
a. Penyediaan alat pelindung diri, seperti handskun steril dan non steril,
masker
b. Tersedia gambar jenis alat perlindungan diri (APD)
3. Penerapan tehnik septik dan aseptik
a. Pembuatan SOP perawatan luka
b. Pembuatan SOP pencegahan infeksi aliran darah primer (IADP)
c. Pembuatan algoritme perawatan luka
d. Pembuatan indeks visual plebitis (IVP)
e. Mendesain persiapan alat perawatan luka, seperti bak instrumen, pinset,
gunting debridemen, kom, dan kassa dalam pouches.
4. Penerapan dekontaminasi, pencucian, dan sterilisasi alat
a. Penyediaan bak rendam alat terkontaminasi yang terdiri dari klorin dan DTT
b. Pembuatan SOP tentang dekontaminasi, pencucian, dan sterilisasi
15
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
2.2.Evaluasi Kegiatan Area Postpartum
1. Berdasarkan data kuisioner dan lembar observasi
a. Kuisioner tentang tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan Petugas Kesehatan di area postpartum Unit kebidanan
RSUD Cibinong tentang PPI sebagai berikut:
16
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
3. Penggunaan instrumen dengan teknik single used
17
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
6. Penggunaan sarung tangan saat pengambilan sampel darah, pemasangan
infus.
18
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
9. Menyimpan instrumen yang steril dengan cara dibungkus menggunakan
kain atau kertas
19
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Aspek Positif
a. Ruangan
Ruangan merasa lebih bersih, nyaman, dan kejadian infeksi dapat
diminimalkan sehingga meningkatkan keselamatan dan kualitas
pelayanan kepada pasien.
b. Peralatan
Peralatan untuk melakukan tindakan seperti perawatan luka lebih tertata
rapi dan mudah saat diperlukan. Lebih mudah melakukan perawatan luka
apabila ada prosedur perawatan luka dan alat tersedia dalam pouches. Cuci
tangan lebih mudah dilakukan apabila fasilitas tersedia. Membersihkan
alat bekas pakai lebih mudah karena alat terendam dalam cairan
dekontaminasi. Lebih mudah mengenal tanda plebitis apabila tersedia
media visual. Lebih mudah menggunakan APD apabila tersedia di
ruangan.
c. Aktivitas
Staf merasa lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada
pasien.
Kendala yang dihadapi
1. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia untuk melakukan PPI terbatas, seperti tissue
disposible untuk lap cuci tangan, masker untuk APD, dan set perawatan
luka.
2. SDM
a. Kurangnya kesadaran dan kemauan untuk melakukan PPI, seperti
mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, merendam alat setelah
perawatan luka.
b. Belum bisa membudidayakan cuci tangan kepada pengunjung
sebelum dan sesudah kontak dengan klien.
3. Kurangnya sosialisasi dan inhouse training tentang PPI untuk petugas
kesehatan dan non kesehatan
Rekomendasi
PPI merupakan suatu program yang perlu ditindaklanjuti oleh rumah sakit
karena dapat meningkatkan keselamatan pasien dan petugas kesehatan. Selain
itu, program PPI menjadi standar akreditasi nasional maupun internasional
20
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
untuk meningkatkan keselamatan pasien (patient safety). Oleh karena itu,
supaya program PPI dapat terlaksana dengan baik diperlukan rekomendasi
sebagai rencana tindak lanjut (RTL) sebagai berikut:
1. Sosialisasi PPI secara berkala untuk seluruh petugas kesehatan dan non
kesehatan.
2. Pembentukan tim penanggung jawab PPI rumah sakit untuk setiap
ruangan.
3. Pembuatan tugas pokok tim PPI.
4. Audit kepatuhan cuci tangan secara berkala.
5. Pembuatan laporan tentang kegiatan PPI oleh tim penanggung jawab PPI
ruangan secara berkala.
6. Pembuatan dokumentasi tentang kejadian infeksi (ILO dan ILI) setiap
shift.
7. Pembuatan media audio visual tentang PPI untuk petugas kesehatan dan
non kesehatan, pasien, keluarga, dan masyarakat.
2.3.Bagan Laporan Kegiatan Implementasi dan Evaluasi PPI di area
postpartum unit kebidanan RSUD Cibinong (Terlampir)
21
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
DI UNIT KEBIDANAN RSUD CIBINONG
No Nama Kegiatan Sasaran Tempat dan Waktu Penanggung Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Jawab
1. Persiapan Seluruh tenaga Tempat : Unit Kebidanan Mahasiswa
a. Analisa SWOT tentang kesehatan dan RSUD Cibinong
pencegahan dan non kesehatan di
pengendalian infeksi di unit kebidanan
unit kebidanan RSUD RSUD Cibinong
Cibinong Waktu: 9 September
b. Sosialisasi dengan sampai 20 November 2013
Bidang Perawatan,
Komite PPI, Diklat,
SMF Kebidanan
tentang pentingnya
pelaksanaan
pencegahan dan
pengendalian infeksi di
Unit kebidanan RSUD
Cibinong
c. Presentasi hasil Tempat: Aula 2 RSUD Presentasi proposal pelaksanaan
pengkajian terkait Cibinong pencegahan dan pengendalian
program pencegahan Waktu: 20 November infeksi di unit kebidanan RSUD
dan pengendalian 2013 Cibinong, dihadiri oleh Kepala
infeksi di Unit bidang keperawatan, Kepala
Kebidanan diklat, kepala ruangan dan katim
serta staf di Unit kebidanan
RSUD Cibinong
22
3. Penyusunan laporan hasil Tempat: Unit kebidanan Mahasiswa, Bidan, Proses pelaksanaan PPI
evaluasi dan tindak lanjut RSUD Cibinong Perawat, KSMF dilakukan melalui kerjasama
PPI di unit kebidanan Obsgin RSUD dengan Kabid keperawatan,
Waktu : Minggu ke 1-2 Cibinong diklat, KSMF Obsgin, tim
desember 2013 penanggung jaab PPI, Karu,
Katim dan staf di unit
kebidanan. Proses pelaksanaan
PPI perlu dilakukan observasi
perubahan perilaku dan
motivasi kepada seluruh staf
24
25
3.1. KESIMPULAN
Kegiatan program PPI di area postpartum unit kebidanan RSUD Cibinong telah
dilakukan. Setelah pelaksanaan program PPI dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan
melalui kuisioner untuk melihat perubahan pengetahuan tentang PPI. Evaluasi juga
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat perubahan sikap dan
perilaku terkait dengan pelaksanaan PPI setelah dilakukan diseminasi. Observasi
meliputi kegiatan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien, kepatuhan melakukan cuci tangan, ketersediaan fasilitas cuci tangan,
dekontaminasi, sterilisasi, perawatan luka post operasi, dan wawancara dengan
petugas kesehatan di ruang postpartum tentang aspek positif dan kendala yang
dihadapi dalam melakukan program PPI.
3.2. SARAN
Sosialisasi atau inhouse training tentang PPI sebaiknya dilakukan secara berkala dan
menjadi kebijakan rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan petugas kesehatan dan non kesehatan untuk melakukan
PPI dan meningkatkan keselamatan pasien (patient safety). Selain itu, perlu
dilakukan monitoring evaluasi oleh tim PPI rumah sakit secara berkala dan
pembuatan laporan berkala oleh tim PPI ruangan tentang kegiatan PPI .
26
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol: 2. Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2008). Pedoman buku ajar pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit. Jakarta. Depkes RI.
Kemenkes RI. (2003). Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta. Depkes RI.
Kemenkes RI. (2010). Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit. . Jakarta.
Depkes RI.
Saifuddin. A.B. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Tietjen, Linda dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sebelum
Sesudah
Dekontaminasi Alat
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Sebelum Sesudah
Sesudah
Oleh
Rita Dewi Sunarno
NPM 1106122770
Kesehatan reproduksi juga mendapat perhatian khusus secara global sejak diangkatnya materi
MDG’s dalam Konferensi Internasional yang diikuti 180 negara tentang Kependidikan dan
Pembangunan (International Conference on Population and Development, ICPD), di Kairo,
Mesir. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan pradigma
dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian
populasi dan penurunan fertilitas atau keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus
pada kesehatan reproduksi. Fokus kesehatan reproduksi yang ditekankan adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya bebas dari penyakit dan
kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi serta prosesnya.
Perubahan paradigma ini menempatkan manusia menjadi subyek, berbeda dari sebelumnya
yang menempatkan manusia sebagai obyek (Depkes RI, 2008).
Hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual, keganasan, gangguan organ
reproduksi merupakan isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Pemenuhan hak
reproduksi perempuan masih rendah, hal ini ditandai dengan masih tingginya AKI dan angka
kematian bayi (AKB). Indonesia merupakan negara dengan AKI yang tergolong tinggi di
Asia Tenggara. Hasil menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2012 menyebutkan bahwa sepanjang periode 2007-2012 kasus kematian ibu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012, AKI mencapai 359 per 100 ribu penduduk atau meningkat
Penyebab masih tingginya AKI karena kurangnya kesadaran dan motivasi ibu untuk
melakukan pemeriksaan di tempat pelayanan kesehatan. Faktor lain yang mempengaruhi
rendahnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan reproduksi perempuan adalah pengaruh
masih banyaknya penduduk dengan tingkat pendidikan yang rendah, adanya diskriminasi
terhadap kaum perempuan sehingga masih banyak perempuan yang mengalami masalah
kesehatan reproduksinya (Amnesty International, 2010).
Kematian ibu dan bayi pada umumnya terjadi akibat komplikasi persalinan. WHO (2012)
melaporkan bahwa penyebab langsung kematian ibu pada tahun 2010 antara lain perdarahan
(25%), infeksi/sepsis (15%), eklampsi (12%), aborsi (13%), partus lama/macet (8%), dan
lain-lain (8%) sedangkan 20-15% penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain
HIV/AIDS, hepatitis, diabetes, malaria, dan anemia. Penyebab AKB pada tahun 2010 antara
lain HIV/AIDS (2%), diare (10%), campak (1%), malaria (7%), pneumonia (18%), prematur
(17%), asfiksia (10%), anomali kongenital (7%), penyakit lain (16%), dan injuri (5%).
Newman (2008) menjelaskan bahwa perdarahan postpartum dapat diatasi dengan kegiatan
menyusui. Perempuan yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan menyusui secara
terus menerus dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum (Thompson et al. 2010). Hal
tersebut terjadi karena menyusui membantu rahim berkontraksi sehingga mengurangi
perdarahan.
Data Riskesdas (2013) menunjukkan cakupan ASI di Indonesia hanya 42%. Angka ini berada
di bawah target WHO yang mewajibkan cakupan ASI hingga 50%. Cakupan ASI meningkat
signifikan apabila Ibu mendapat informasi menyusui secara tepat. Selain itu, Ibu menyusui
juga perlu mendapat dukungan.
Laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu (2012) melaporkan bahwa target
pemberian ASI eksklusif tahun 2012 adalah 80% tetapi pencapaian 9,9%. Laporan tahunan
Puskesmas Pasar Minggu 02 (2012) menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif 19,6%.
Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian ASI eksklusif masih jauh dari target yang diinginkan
karena kurangnya motivasi Ibu untuk menyusui.
Permasalahan perempuan lainnya yang juga banyak adalah masalah keputihan, infertil dan
menopause. Keputihan bukan suatu penyakit tetapi gejala dari beberapa penyakit dari organ
seksual perempuan (vagina, serviks, uterus, tuba dan ovarium). Selain itu infertilitas dengan
berbagai sebab juga menjadi perhatian perempuan. Kebanyakan masyarakat menganggap
masalah infertilitas merupakan salah satu masalah pada pihak istri. Sementara ketidaksuburan
itu sendiri merupakan masalah yang sangat kompleks, karena bukan hanya faktor istri,
bahkan 40% infertilitas berasal dari pihak suami (pria) (UNFPA,2005).
Disisi lain, sebagian besar perempuan Indonesia yang memasuki masa menopause, tidak
mengetahui dengan benar dampak yang bisa timbul dengan datangnya menopause.
Ketidaktahuan itu didasari pada pandangan bahwa menopause merupakan suatu gejala yang
alami. Gangguan fisik ini terjadi hampir 85% pada perempuan dengan menopause
(Goodman, 2011). Selain fisik, menopause juga berdampak pada psikis, karena kebanyakan
perempuan mengganggap menopause merupakan gerbang selamat datang lanjut usia,
berkurangnya daya tarik fisik atau seksual, bahkan ada anggapan bahwa perempuan usia
lanjut adalah anggota keluarga yang sudah tidak produktif dan hanya akan menjadi beban
dalam hidup. Hal merasa tidak disayangi, mudah tersinggung dan marah (Soewondo, 2006).
Mencermati besarnya dampak yang ditimbulkan oleh berbagai masalah kesehatan perempuan
dimasyarakat yang didasari hasil analisis terhadap pengkajian yang telah dilakukan, maka
mahasiswa residen keperawatan maternitas perlu mengambil langkah nyata dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan perempuan dengan permasalahan kesehatan reproduksi secara
berkelanjutan. Residen bekerjasama dengan masyarakat melalui peran serta kader dan tokoh
masyarakat berupaya melaksanakan program kesehatan reproduksi perempuan. Kegiatan ini
diharapkan dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan kaum perempuan di Kelurahan
Jati Padang Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Status demografi berdasarkan jumlah penduduk kelurahan Jati Padang pada tahun 2011
sejumlah 33.621 jiwa yang terdiri dari 5.582 KK. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 17.958
sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 15.786 jiwa (Laporan Tahunan Puskesmas
Pasar Minggu 02, 2012). Distribusi sebaran jumlah penduduk kelurahan Jati Padang dapat
dilihat pada tabel 1.1.
Jumlah penduduk menurut sebaran umur dibagi dalam kategori balita, anak, remaja, pasangan
usia subur, wanita usia subur serta lansia. Dari data yang terdapat dalam tabel 1.2 diketahui
jumlah wanita usia subur di kelurahan Jati Padang sebanyak 7.154 jiwa, lansia sebanyak
2.631 jiwa. Jumlah wanita usia subur paling banyak pada usia antara 20 tahun sampai 24
tahun. Sedangkan pada kategori lansia, jumlah lansia dengan usia antara 60 tahun sampai 64
tahun sebanyak 1.269 jiwa. Populasi penduduk menurut usia di Kelurahan Jati Padang
dijelaskan pada tabel 1.2.
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Jati Padang menurut laporan tahunan
Puskesmas Kec. Pasar Minggu tahun 2012, yang bekerja di bagian pemerintahan, yaitu 3,75
%, pedagang 1,96 %, bidang jasa 1,06%, industri 0,66%, bangunan 0,53%, transportasi
0,97% dan lembaga keuangan 0,1%. Fasilitas kesehatan di kelurahan Jati Padang mempunyai
satu Rumah Sakit, enam BPS, 14 praktek dokter, serta 22 posyandu, kader 201 orang dan
dalam waktu dekat akan dibuka puskesmas Jati Padang. Adapun rincian posyandu pada
masing-masing RW dapat dilihat pada tabel 1.3.
Hasil observasi terhadap kondisi lingkungan di kelurahan Jati Padang menunjukkan bahwa
mayoritas kondisi rumah penduduk semi permanen dan permanen. Fasilitas tempat umum
yang ada meliputi tempat ibadah, salon, rumah makan dan tempat pembuangan sampah.
Kelurahan Jati Padang memiliki daerah rawan banjir diantaranya di RW 06, RW 05, RW 02,
RW 10. Selain itu, berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu 2 tahun
2012, di kelurahan ini masih terdapat daerah kumuh miskin yang tersebar pada masing-
masing RW.
Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan diatas, yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi antara lain diketahuinya jumlah wanita usia subur di kelurahan Jati Padang
sebanyak sebanyak 7.154 jiwa dengan kondisi geografis dekat dengan sungai yang rawan
banjir, ditambah lagi belum adanya petugas kesehatan yang secara khusus menangani
masalah kesehatan perempuan. Kader yang ada di masyarakat masih berfokus pada pelayanan
posyandu balita dan lansia, dengan jumlah kader sebanyak 211 orang. Dalam hal ini terlihat
rasio antara jumlah kader dan WUS sangat jauh sekali sehingga menimbulkan resiko tidak
terdeteksinya masalah kesehatan perempuan khususnya pada usia subur. Sehingga diagnosa
keperawatan yang muncul adalah: resiko tinggi munculnya masalah kesehatan perempuan
berhubungan dengan ketidakmampuan masyarakat mengenal masalah kesehatan reproduksi
pada kelompok usia subur.
Tabel 1.4. Distribusi perempuan masa usia subur di Kelurahan Jati Padang Kecamatan Pasar
Minggu Tahun 2012 ( n= 3097)
Berdasarkan hasil data tentang kesehatan perempuan masa usia subur di Kelurahan Jati
Padang Kecamatan Pasar Minggu tahun 2012 dengan jumlah kunjungan ibu datang ke
puskesmas sebesar 3.097 orang, jumlah tertinggi adalah kunjungan ibu hamil, ibu menyusui.
Hal ini dapat dilihat dari data capaian asi eksklusif hanya 9,9% dari 80% yang menjadi
target sasaran, terbukti dengan jumlah ibu yang memberikan PASI sebesar 497 dari 618 bayi
(Laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu 2, 2012). Hasil observasi di lapangan
selama praktek di Kelurahan Jati Padang didapatkan data bahwa masih ada ibu yang
mengeluhkan adanya pembengkakan payudara setelah melahirkan dan kesulitan dalam
menyusui ASI karena puting yang datar. Sehingga hasil ini belum mencapai target sasaran
dari program pemerintah yaitu sayang ibu dan bayi.
Masalah lain yang ditemukan pada perempuan mengenai masalah pada kesehatan reproduksi
berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) yang dilakukan dengan kader pada masing-
Dari hasil pengkajian disimpulkan diagnosa masalah kesehatan perempuan sebagai berikut
resiko tinggi munculnya masalah kesehatan perempuan berhubungan dengan
ketidakmampuan masyarakat mengenal masalah kesehatan reproduksi perempuan pada kasus
asi eksklusif, menopause, keputihan, infertil, mioma uteri dan kanker payudara
10
11
Berdasarkan data-data diatas, maka dapat disimpulkan diagnosa keperawatan sebagai berikut
ketidakmampuan masyarakat mengenal resiko munculnya masalah kesehatan perempuan
yaitu: resiko tinggi munculnya masalah kesehatan perempuan berhubungan dengan
ketidakmampuan masyarakat mengenal perilaku dan lingkungan yang beresiko menimbulkan
masalah kesehatan.
12
Reinforcing factors yaitu penghargaan atau hukuman yang mengikuti atau mengantisipasi
sebagai konsekuensi dari perilaku. Hal tersebut diperlukan untuk memperkuat motivasi
perilaku yang berasal dari keluarga, kelompok, dan pengajar. Faktor ini membantu dalam
pengulangan atau keberlangsungan suatu perilaku. Hasil pengkajian diperoleh data:
Sudah ada kader di masing – masing RW yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
setempat
Beberapa kader pernah mendapat penyuluhan tentang kanker serviks, HIV
Beberapa RW pernah dilakukan papsmear, SADARI
Pemerintah setempat memberikan perhatian terhadap kesehatan reproduksi perempuan
Puskesmas mendukung dilaksanakannya kegiatan terkait kesehatan reproduksi
perempuan
Terdapat koordinasi dan kerjasama yang baik antara kader, masyarakat dan pengurus
RW, dengan petugas kesehatan di Puskesmas Kelurahan Jati Padang.
Adanya dukungan dari Kepala Kelurahan dan Ketua Tim penggerak PKK di Kelurahan
Jati Padang
Memiliki kader yang proaktif dan memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan
dan pengetahuannya.
Sebagian besar kader mengatakan perlu dilakukan pelatihan kader tentang kesehatan
perempuan
Keterampilan yang dimiliki petugas kesehatan seperti dokter, perawat, bidan tentang
kesehatan perempuan sudah optimal.
13
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat dan kader
Kelurahan Jati Padang adalah SMA. Pendidikan bertujuan untuk melengkapi sasaran promosi
kesehatan dengan seperangkat pengetahuan, informasi, dan keterampilan yang diperlukan
agar dapat menentukan perilaku yang tepat untuk meningkatkan kesehatannya. Tingkat
pendidikan akan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.
14
Faktor lain yaitu ketersediaan fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau secara ekonomi
maupun sosial budaya dan kualitas pelayanan kesehatan. Keterampilan kader maupun
petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan juga berpengaruh terhadap
perilaku perempuan dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan perempuan, seperti
deteksi dini kanker serviks, perilaku hidup bersih sehat. Berdasarkan paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul adalah: kurangnya kesadaran
masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan perempuan berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengenal dan mengambil keputusan tentang masalah
kesehatan perempuan, dan ketidakmampuan masyarakat dalam meningkatkan perannya
dalam melakukan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan
rehabilitatif.
15
Hasil FGD dengan kader diperoleh hasil bahwa penyuluhan tentang kesehatan repsoduksi
perempuan sudah pernah dilakukan dari pihak Puskesmas antara lain tentang kanker serviks
dan kanker payudara. Namun untuk kesehatan reproduksi perempuan lainnya belum pernah
dilakukan. Hal ini terjadi karena belum adanya aturan khusus masalah kesehatan reproduksi
di tingkat kelurahan.
16
17
Materi pelatihan yang diberikan terkait permasalahan yang muncul di masing-masing RW.
Adapun pemateri adalah residen dengan rincian sebagai berikut:
18
Kegiatan selanjutnya setelah residen menyampaikan materi adalah simulasi cara memberikan
penyuluhan yang dilakukan oleh kader tentang masalah kesehatan reproduksi perempuan.
Media yang digunakan sebagai bahan untuk pelatihan adalah dengan menggunakan poster,
lembar balik, leaflet dan demonstrasi. Setelah sosialisasi dilaksanakan, disepakati bahwa
informasi tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk disampaikan kepada masyarakat
oleh kader terlatih. Kegiatan pendidikan kesehatan ini akan dilaksanakan di setiap kegiatan
arisan, PKK, atau kegiatan lainnya yang memungkinkan. Sehingga memberikan kesempatan
bagi kader terlatih untuk menyampaikan informasi berupa penyuluhan kepada masyarakat di
kelurahan Jati Padang.
Setelah mendapatkan materi dan pelatihan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat,
sesi selanjutnya adalah residen memberikan post test. Post test tersebut bertujuan untuk
melihat dan mengevaluasi sejauh mana peningkatan dan perubahan pengetahuan yang didapat
oleh kader kesehatan reproduksi perempuan setelah mendapatkan pelatihan tersebut (hasil
post test terlampir).
Pada kegiatan pelatihan tersebut, peserta juga diberikan doorprize bagi kader yang antusias
dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pemateri terkait masalah kesehatan
reproduksi perempuan. Pada saat sesi tanya jawab, sebagian besar kader mampu menjawab
dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh residen.
19
Implementasi DI RW 6
Implementasi penyuluhan di RW 6 dilaksanakan tanggal 3 Februari 2014 di rumah Ibu Emi
Dasuki dihadiri oleh 25 peserta. Peserta terdiri dari kader dan ibu yang masih memiliki bayi
di bawah usia 6 bulan. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB diawali
dengan pembukaan oleh Ibu Emi selaku tuan rumah dan Ketua Pokja IV dan dilanjutkan
penjelasan tujuan kegiatan oleh Rita Dewi Sunarno selaku Mahasiswa Residensi. Acara
dilanjutkan penyuluhan tentang ASI eksklusif oleh Ibu Fitra Fitria selama kurang lebih 15
menit dan dilanjutkan diskusi selama 20 menit. Penyuluhan berikutnya oleh Ibu Emi tentang
mioma uteri selama 15 menit kemudian dilanjutkan diskusi selama 5 menit. Acara berikutnya
tentang konseling menyusui oleh Ibu Fitra Fitria dan Ibu Emi dan difasilitasi oleh mahasiswa.
Peserta antusias dalam mengikuti acara. Semua peserta mengikuti kegiatan sampai awal dan
akhir. Diskusi dipandu oleh mahasiswa. Kegiatan penyuluhan selesai pukul 12.00 WIB
kemudian dilanjutkan ramah tamah.
Implementasi DI RW 8
Implementasi penyuluhan di RW 8 dilaksanakan tanggal 8 Februari 2014 di rumah Ibu Siti
Mardiyah dihadiri oleh 25 peserta. Peserta terdiri dari kader dan ibu pada usia subur dan
diluar usia subur. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada pukul 13.30 WIB diawali dengan
pembukaan oleh Ibu Siti Mardiyah selaku tuan rumah dan Sekretaris PKK Kelurahan
dilanjutkan penjelasan tujuan kegiatan oleh Rita Dewi Sunarno selaku Mahasiswa Residensi.
Acara dilanjutkan penyuluhan tentang ASI eksklusif oleh Ibu Siti Mardiyah selama kurang
20
21
Bagian ini menguraikan tentang hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan proyek inovasi tentang
pembentukan kader l kesehatan reproduksi. Hasil evaluasi disimpulkan dari evaluasi proses
kegiatan, kemampuan kader melakukan penyuluhan yang diukur melalui pre test, post test
dan hasil penilaian observasi penyuluhan serta hasil wawancara.
Kegiatan dilanjutkan dengan praktek penyuluhan kader di masing-masing RW. Kader yang
telah mengikuti pelatihan menentukan waktu dan tempat kegiatan mereka akan melakukan
penyuluhan atau konseling kelompok. Sebagian kader melakukan penyuluhan kelompok dan
kader yang lain membantu menyiapkan media atau fasilitasi dalam menjelaskan jawaban dari
beberapa pertanyaan peserta penyuluhan. Selain sudah membantu menyiapakn media atau
memfasilitasi jawaban, kader yang ikut pelatihan lainnya tidak memberikan penyuluhan
dikarenakan masalah waktu dan beberapa kepentingan lainnya yang tidak bisa ditunda.
Kendala lain yang terjadi adalah suasana saat penyuluhan yang digabungkan dengan arisan
ataupun kegiatan lain menyebabkan kurang fokus dalam penyuluhan. Solusi yang dilalukan
adalah meminta bantuan dari bu RW atau RT untuk memfokuskan perhatian peserta
penyuluhan.
Kegiatan konseling kelompok dilakukan oleh kader diacara arissan atau acara saat melakukan
penyuluhan dengan memanggil beberapa anggota arisan atau peserta penyuluhan yang masuk
kreteria menopause dan mempunyai masalah menyusui. Kegiatan dilanjutkan dengan
22
Hasil pre test rata – rata menunjukkan nilai 61 sedangkan nilai post test 82. Secara umum
tingkat pengetahuan kader tentang kesehatan perempuan meningkat setelah dilakukan
pelatihan. Tingkat pengetahuan kader RW 06 dan 08 tentang kesehatan perempuan
berdasarkan pre test dan post test adalah sebagai berikut:
RW 06
23
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan kader
RW 06 dan 08 meningkat setelah dilakukan pelatihan. Hal ini terjadi karena kader
memperhatikan materi yang disampaikan dalam pelatihan dan penyampaian materi
disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami
24
25
26
Kegiatan yang dilaksanakan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya pihak
kelurahan, puskesmas, ketua RW dan kader serta masyarakat kelurahan Jati Padang.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang telah
terlaksana memerlukan rencana tindak lanjut agar dapat dijaga keberlangsungannya. Hal ini
membutuhkan komitmen yang kuat dari berbagai pihak termasuk kader, pihak RW,
puskesmas dan kelurahan. Rencana tindak lanjut disampaikan kepada ketua RW, kepala
puskesmas, ketua PKK dan bapak lurah Jati Padang pada akhir kegiatan mahasiswa pada
tanggal 12 Maret 2014.
Bapak Lurah dan Wakil lurah Jati Padang menyampaikan bahwasanya kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiwa residen dikemas sangat bagus dan peserta sangat antusias
mengikuti pelatihan. Tanggapan dari pihak puskesmas Kelurahan dan Kecamatan Pasar
minggu menyampaikan materi yang diberikan bagus-bagus dan menarik, bahasanya mudah
27
4.5 Kendala
Kendala yang dihadapi selama proses implementasi adalah kehadiran peserta penyuluhan
yang tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan oleh faktor kesibukan ibu – ibu di RW 06 dan 08
yang masih menyelesaikan urusan rumah tangga seperti memasak, menjemput anak sekolah.
Bahkan ada beberapa ibu yang masih bekerja.
4.6 Rekomendasi
Berdasarkan evaluasi di atas, maka diperlukan rekomendasi sebagai berikut:
1. Pelatihan kader kesehatan perempuan sebaiknya dilakukan secara berkala
2. Perlu dibentuk wadah untuk kader kesehatan perempuan
3. Perlu disediakan media penyuluhan yang bersifat interaktif untuk memudahkan kader
dalam memberikan informasi kesehatan perempuan
4. Perlu adanya dukungan dari masyarakat, puskesmas, pihak terkait seperti kelurahan,
institusi pendidikan untuk melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
kesehatan perempuan
28
5.1 KESIMPULAN
Kegiatan pelatihan kader kesehatan perempuan di Kelurahan Jati Padang telah
dilaksanakan. Setelah pelaksanaan pelatihan dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan
melalui pre test dan post test untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader terkait
masalah kesehatan perempuan dan tehnik konseling serta komunikasi di masyarakat.
Evaluasi kemampuan kader untuk melakukan penyuluhan dilakukan dengan observasi
melalui format penilaian yang terdiri dari sepuluh komponen.
5.2 SARAN
Kegiatan pelatihan kader kesehatan perempuan sebaiknya dilakukan secara berkala.
Penyediaan media edukasi seperti poster, leaflet, lembar balik dan dukungan masyarakat
serta pihak terkait merupakan faktor penting untuk keberhasilan implementasi.
29
Blum, H.L. (1974). Planning for health, development and application of social
changes theory. New York: Human Sciences Press.
United Nations. (2006). The millenium development goals report. New York: United
Nations Department of Economic and Social Affairs.
Riley, M., Dobson, M., Elizabeth & Kirst, N (2013). Health maintenance in
women. American Academy Of Family Physicians, 87:30-37
Parkin, D.M., Bray, F., Ferlay, J & Pisani, P. (2005). Global cancer statistics, 2002.
CA Cancer J Clin 55: 74–108
McDonald, M., Hertz, R. P., Lowenthal, S. W., Pitman. (2002). The Burden of
Cancer in Asia: Pfizen fact
Disusun Oleh :
RITA DEWI SUNARNO
NPM 1106122770
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat baik didunia maupun di Indonesia. WHO memperkirakan
setiap tahun, 12 juta orang diseluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta
diantaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang
akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030
(WHO, 2005).
1
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Keluhan yang dirasakan pasien kanker meliputi gejala fisik, psikologis dan
situasional yang saling berinteraksi antar gejala. Gejala fisik yang muncul antara
lain nyeri, mual muntah, kelelahan, gangguan tidur. Sedangkan gejala piskologis
yang muncul yaitu kecemasan, depresi, harga diri rendah, dan koping tidak
efektif. Gejala situasional yang muncul adalah isolasi sosial dan gangguan
seksual.
Salah satu management of care symptom pada pasien kanker ginekologi adalah
mengatasi masalah psikologi yaitu harga diri. Harga diri merupakan bagian dari
komponen konsep diri . Harga diri merupakan penilaian individu terhadap dirinya
(Wojtyna, Zycinska, & Stawiarska, 2007). Harga diri rendah (HDR) merupakan
gangguan konsep diri. Keliat (2010) menjelaskan bahwa harga diri rendah
merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
HDR dapat terjadi secara situasional dan kronik. HDR situasional terjadinya
secara tiba – tiba , seperti tiba – tiba harus operasi karena kecelakaan, sedangkan
HDR kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat (Stuart & Sundeen, 2005).
Pasien dengan diagnosa kanker dapat mengalami gangguan konsep diri yaitu
HDR. Mereka akan merasa lemah, tidak berdaya, tidak mampu melaksanakan
perannya dalam kehidupan keluarga, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain.
Hasil observasi pasien kanker di ruang onkologi RSCM dengan kuisioner
diperoleh data bahwa 19 dari 22 pasien mengalami HDR (86%), sedangkan
sisanya tidak mengalami HDR. Harga diri dapat diukur dengan menggunakan
Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) yang terdiri dari 10 komponen.
Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan bahwa intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan harga diri rendah dimulai
dengan intervensi keperawatan generalis sampai spesialis yang ditujukan untuk
individu, keluarga, dan kelompok. Intervensi keperawatan generalis bertujuan
untuk membantu pasien mengenal kemampuan yang masih dimiliki setelah ada
2
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
perubahan fisik akibat penyakit kanker. Sedangkan intervensi keperawatan
spesialis diberikan apabila intervensi keperawatan generalis tidak mampu
mengatasi masalah harga diri rendah khususnya pada pasien kanker yang selalu
memandang dirinya seorang yang lemah, tidak berdaya, dan putus asa.
3
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
menjelaskan bahwa harga diri rendah merupakan salah satu symtom pada pasien
kanker akibat distorsi kognitif terhadap dirinya. Terapi kognitif merupakan salah
satu cara untuk menghilangkan distorsi kognitif sebagai akibat kemoterapi dan
gejala fisik yang muncul pada pasien kanker. Terapi kognitif efektif untuk
menghindari distorsi kognitif sehingga meningkatkan harga diri klien. Hasil
penelitian Parrish, et al. (2009) menunjukkan bahwa terapi kognitif signifikan
terhadap penurunan tanda dan gejala depresi, afek kesedihan setiap hari, pikiran
negatif, dan peningkatan signifikan terhadap afek positif.
4
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 11 April 2014
terhadap tujuh orang pasien dikatakan bahwa saat mengeluh gejala-gejala yang
dialami seperti nyeri, lelah dan sebagainya, Perawat menganggap bahwa hal
tersebut sesuatu hal yang biasa dialami oleh pasien kanker. Sedangkan wawancara
dengan Kepala Ruangan onkologi dikatakan bahwa belum ada intervensi khusus
untuk mengatasi gejala-gejala yang dialami pasien. Selain itu, belum ada perawat
yang mengikuti pelatihan supportive educative.
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta sudah memiliki tim palliative care dalam
mengatasi permasalahan pasien terminal, tetapi dalam pelaksanaannya diruang
onkologi Gedung A Lantai 2 didapatkan beberapa kendala. Berdasarkan
wawancara dengan perawat ruangan, didapatkan ungkapan banyaknya beban kerja
yang harus mereka selesaikan, merupakan faktor terbesar terabaikannya
pemenuhan kebutuhan pasien secara psikologis dan situasional. Perawat lebih
memfokuskan pada perawatan secara fisik yang dianggap sebagai masalah
dominan untuk dilakukan penangan. Pasien yang dirawat hanya dikaji terkait
keluhan fisik yang dirasakannya, sehingga pemberian asuhan keperawatan tidak
dilakukan secara holistik dan terintegrasi dengan psikologis dan situasional.
Perawat sebagai profesi yang mandiri diharapkan mampu mengatasi gejala fisik,
psikologis dan situasional yang dikeluhkan oleh pasien. Pendampingan dan
pemberian informasi untuk menambah pengetahuan dan memodifikasi agar gejala
yang dirasakan berkurang sangat diperlukan. Perawat telah menggunakan banyak
5
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
strategi untuk memfasilitasi pengelolaan gejala fisik dan psikologis. Strategi
seperti relaksasi, guidedimagery, dan distraksi telah diidentifikasi oleh berbagai
studi (America Pain Society, 2005; McCaffery & Pasero, 1999), dan cognitive
behaviortherapy(National Center for Complementary and Alternative Medicine,
2009). Bentuk Supportive educative system yang diberikan oleh tenaga kesehatan
dapat berupa psycoeducation, psychosocial support, care coping, symptom
management, sleep promotion and family meeting (Hudson, Remedies & Thomas,
2010).
Bentuk intervensi yang dicoba untuk dikembangkan adalah psikoedukasi. Hal ini
berdasarkan pada psikoedukasi merupakan bentuk edukasi yang bersumber pada
asumsi yang didukung secara ilmiah bahwa sebagian besar reaksi emosi dan
perilaku diperoleh melalui pembelajaran. Tujuan psikoedukasi adalah membantu
klien untuk tidak mempelajari cara bereaksi terhadap tujuan yang tidak
diinginkan, melainkan mempelajari cara baru untuk bereaksi terhadap tujuan yang
diinginkan.
6
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
koping berfokus pada masalah (Thippayapn, 2000; Kim et al., 2002; Rosenzweig
et al., 2010). Intervensi keperawatan spesialis yang dapat diberikan pada pasien
dengan masalah keperawatan harga diri rendah adalah terapi individu seperti
terapi kognitif (cognitive therapy), terapi perilaku (behaviour therapy), dan terapi
kognitif perilaku (cognitive behaviour therapy) (Frisch, 2006; Copel, 2007).
Selain itu itervensi psikoedukasi pada gangguan seksulitas menggunaka tiga sesi
psychoeducational intervention (PED) yang memberikan efek positif secara
significan pada keinginan seksual, hasrat, orgasme, kepuasan, distress seksual,
depresi dan kesejahteraan umum. Secara kualitatif didapatkan PED sangat mudah
dilaksanakan, jelas dan sangat membantu selain itu meningkatkan respon seksual,
mood dan kualitas hidup pasien kanker ginekologi dan menstabilkan secara
psikologis pasien (Brotto, et al 2008).
Dixon, Keefe, Scipio, Perri, and Abernethy (2007) mengatakan bahwa teknik
relaksasi merupakan bagian dari psikoedukasi mampu secara efektif dalam
penanganan nyeri, efikasi diri, kecemasan, dan depresi. Teknik relaksasi efektif
diterapkan dalam penanganan nyeri pada pasien kanker (Lohnberg, 2007; Vowles
and McCracken, 2008). Studi meta analisis pada 25 studi pasien diabetes, teknik
relaksasi, activity scheduling, problem solving, goal setting, contract setting, dan
manajemen stress secara efektif dapat mengurangi stress psikologi (Ismail,
Winkley, and Rabe-Hesketh, 2004).
7
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
solving treatments terbukti efektif menurunkan keluhan pasien terhadap gejala
yang dirasakannya (Barsevick et al, 2002).
B. Analisis Situasi
Pengkajian situasi dilakukan berdasarkan pada analisis SWOT yang didapatkan
beberapa hasil sebagai berikut:
1. Strength (kekuatan)
a. Mempunyai visi, memberikan pelayanan keperawatan paripurna yang
bermutu dan profesional dalam rangka menuju pelayanan keperawatan
terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014
8
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
b. Memiliki visi : memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu
serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, menjadi tempat pendidikan
dan penelitian tenaga kesehatan, dan sebagai tempat penelitian dan
pengembangan dalam rangka meningkatkan derajad kesehatan masyarakat
melalui menajemen yang dinamis dan akuntabel
c. RSUPN mempunyai Motto “ R (respek), S (sigap), C (cermat), M (mulia)
d. Mempunyai komitmen : kesehatan dan kepuasan pelanggan adalah
komitmen kami. Senantiasa memberikan pelayanan paripurna yang prima
untuk meningkatkan kepuasan dan menumbuhkan kepercayaan pasien
sebagai pelanggan utama kami.
e. RSUPN merupakan rumah sakit yang mendapat akreditasi dan lolos JCI
(Joint Commision International)
f. RSUPN adalah rumah sakit pusat rujukan nasional, yang memiliki sarana,
prasarana dan kemampuan tenaga kesehatan yang handal.
g. Sudah tersedianya formulir edukasi untuk pasien terkait kondisi pasien
mulai dari pertama kali masuk sampai dengan edukasi perawatan di rumah
h. Ruang Onkologi : Memiliki jumlah tenaga keperawatan sebanyak 22,
dengan kualifikasi tingkat pendidikan S1 Keperawatan yaitu 5, D3
Keperawatan yaitu 16, dan SPK sebanyak 1.
i. Sudah memiliki timpalliative care di tingkat RSUP Ciptomangunkusuma.
j. Tenaga kesehatan di ruang onkologi seringkali mengirimkan petugas
kesehatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan diintern
rumah sakit terkait kemoterapi, tranfusi darah
k. Dukungan dari kepala Ruang Onkologi untuk melakukan proyek inovasi
berdasarkan Evidence Based Practice: Psikoedukasi pada pasien kanker
yang berfokus pada management care of symptoms
l. Di Ruang Onkologi sudah terdapat format pengkajian nyeri berupa VAS,
dan pengkajian keadaan fungsional, serta formulir pengukuran intake dan
output secara oral.
m. Pemberian intervensi management symptom care pada pasien cancer sudah
diberikan akan tetapi belum optimal
9
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
2. Weakness (kelemahan)
a. Petugas kesehatan di Ruang Onkologi onkologi ginekologi belum pernah
mendapatkan materi tentang pemberian terapi psikoedukasi pada pasien
kanker dengan nyeri, mual/muntah, kelemahan dan kecemasan.
b. Di Ruang Onkologi belum ada panduan / SOP untuk petugas kesehatan
dalam memberikan psikoedukasi kepada pasien, format yang digunakan
masih berupa formulir, yang menunjukkan apakah edukasi sudah
dilaksanakan atau belum.
c. Petugas kesehatan memberikan edukasi masih belum optimal, karena masih
terbebani dengan pendokumentasian yang terlalu banyak, sehingga waktu
yang dibutuhkan masih sangat kurang.
3. Opportunity (kesempatan)
a. RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah rumah sakit pendidikan, yang
menerima praktek mahasiswa dari berbagai tingkat pendidikan dan profesi,
sehingga pengetahuan dapat terus diperbarui dengan melibatkan dan
bekerjasama dengan mahasiswa praktek.
b. Lokasi RS yang strategis yang dapat dilalui oleh kendaraan umum
c. Adanya dukungan dan perhatian dari pihak manajemen IGD dan gedung A
serta kepala ruangan dari masing-masing unit untuk terus mengembangkan
proyek inovasi, sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit.
d. Kepala ruangan, serta staf lainya memiliki sikap terbuka terhadap
perubahan.
e. Hasil wawancara di IGD, Adanya dukungan dari Bapak presiden Susilo
Bambang Yudoyono dalam pengembangan Rumah sakit terutama untuk
pelayanan pasien yang lebih privacy. Misalnya dengan membuat ruangan
Pelayanan Kesehatan Ibu Anak (PKIA) khusus ibu bersalin satu ruangan
satu pasien, serata terdapat pojok edukasi bagi pasien.
4. Threats (ancaman)
a. Tuntutan dan harapan masyarakat yang semakin meningkat untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih berkualitas.
10
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
b. Konsumen yang lebih kritis dan siap menggugat pelayanan yang diberikan
kepada klien.
c. Adanya UU Kesehatan dan UU RS yang melindungi mayarakat sebagai
konsumen.
d. Banyaknya rumah sakit yang memiliki daya saing tinggi dalam pelayanan
kesehatan ibu
11
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
optimisme, dan mengurangi gejala yang dirasakan pada pasien kanker
(Hopko et al., 2008).
2. Penelitian Kim et al (2002) menemukan bahwa penderita kanker di
Korea lebih menggunakan strategi koping berfokus pada emosi
dibandingkan dengan strategi koping berfokus pada masalah
(Thippayapn, 2000; Kim et al., 2002; Rosenzweig et al., 2010).
3. Intervensi keperawatan spesialis yang dapat diberikan pada pasien
dengan masalah keperawatan harga diri rendah adalah terapi individu
seperti terapi kognitif (cognitive therapy), terapi perilaku (behaviour
therapy), dan terapi kognitif perilaku (cognitive behaviour therapy)
(Frisch, 2006; Copel, 2007).
4. Psikoedukasi dapat dilakukan secara individu, kelompok, pasangan, dan
keluarga, dan terintegrasi dalam bentuk Cognitive Behavior Therapy
(CBT), seperti suportif atau expressive psychotherapy, koping dan teknik
komunikasi, emotion-focused therapy, dyadic support therapy, relaxation
training, social skill training, hypnosis, dan problem solving treatments
terbukti efektif menurunkan keluhan pasien terhadap gejala yang
dirasakannya (Barsevick et al, 2002).
5. Intervensi pendidikan lainnya, yang telah difokuskan pada keterampilan
komunikasi telah berhasil meningkatkan kemampuan pasien untuk
berbicara tentang pengalaman nyeri kanker, meskipun efek pada skor
nyeri tidak dinilai (Street, et al., 2009; Wilkie et al., 2010).
6. Penggunaan media pada psikoedukasi juga beragam, penggunaan video,
booklet, program slide atau penggunaan lebih dari satu media terbukti
efektif mengurangi gejala yang dikeluhkan oleh pasien (Bennett,
Bagnall, Closs, 2009; Lovell, Stockler, Briganti, 2010; Yildirim, Cicek,
Uyar, 2009)
D. Rencana Luaran
Pasien sebagai sasaran pelaksanaan proyek inovasi diharapkan mampu meningkat
kualitas hidupnya dengan melalui proses pemberian informasi melalui media
pembelajaran yaitu booklet
12
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
E. Manfaat
1. Bagi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Membantu meningkatkan kualitas layanan asuhan kepererawatan
maternitas dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pasien kanker
gynekologi melalui psikoedukasi.
2. Bagi pasien
Mendapatkan layanan berupa intervensi mandiri keperawatan berupa
psikoedukasi guna menurunkan gejala-gejala yang muncul pada pasien
3. Bagi program ners spesialis keperawatan maternitas
Mampu mengaplikasikan konsep management care of symptoms melalui
psikoedukasi pada pasien kanker gynekologi.
F. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membuat program intervensi management care of symptoms di Unit
Onkologi Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi program yang sudah ada di Unit Onkologi Ginekologi
b. Membuat program management care of symptoms untuk Unit Onkologi
Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
c. Mensosialisasikan program supportive-educative nursing system
d. Mengimplementasikan program management care of symptoms di setiap
Unit Onkologi Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
e. Mengevaluasi program management care of symptoms di Unit Onkologi
Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
f. Melakukan feedback program management care of symptoms di Unit
Onkologi Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
g. Pelaporan dan rencana tindak lanjut program management care of
symptoms di Unit Onkologi Ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta
13
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB II
KEGIATAN PROYEK INOVASI
Bagian ini menguraikan tentang implementasi dan evaluasi pelaksanaan management care of
symptoms melalui psikoedukasi pada pasien kanker ginekologi di ruang rawat onkologi
ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Program management care of symptoms
melalui psikoedukasi di rumah sakit sebagai proyek inovasi mahasiswa residensi keperawatan
maternitas 2014 dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Implementasi
penerapan management care of symptoms melalui psikoedukasi dilaksanakan selama empat
hari kemudian dilanjutkan dengan evaluasi. Hasil evaluasi diperoleh melalui penyebaran
kuisioner tentang Quality Of Life (QOL) kepada pasien, observasi, dan wawancara kepada
perawat. Pelaksanaan management care of symptoms melalui psikoedukasi pada pasien
kanker ginekologi di ruang rawat onkologi ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
sebagai berikut:
A. Presentasi awal
Presentasi hasil pengkajian dilakukan pada tanggal 23 April 2014 bertempat di gedung A
lantai 2 zona A ruang 221, kegiatan dimulai pukul 14.30 WIB dan dibuka oleh pemandu
acara. Kegiatan ini dihadiri oleh kepala ruangan onkologi dan obsetri beserta beberapa staf
dari onkologi dan obstetri serta perawat poli dilanjutkan dengan sambutan dari
pembimbing akademik dari FIK UI dan pemaparan hasil pengkajian oleh perwakilan
mahasiswa.
Presentasi hasil pengkajian dilakukan selama 15 menit yang memaparkan hasil pengkajian
di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) khususnya di ruang rawat onkologi
ginekologi mulai pada tanggal 26 Maret hingga 11 April 2014 dilakukan pengkajian
terhadap 22 orang pasien yang mengalami kanker ginekologi (kanker serviks, kanker
ovarium dan kanker endometrium) terhadap gejala-gejala yang yang menyertai penyakit
atau akibat dari terapi serta masalah-masalah psikososial yang dapat mengganggu kualitas
hidup pasien seperti nyeri, kelelahan, mual/muntah, cemas, gangguan tidur, harga diri
rendah, masalah seksual, isolasi sosial, dan koping tidak efektif. Pengkajian dilakukan
melalui metode observasi, wawancara dan penilaian menggunakan kuesioner kualitas
hidup pasien. Beberapa masukan yang didapatkan pada kegiatan diskusi bahwa
14
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
pertimbangkan program yang akan dilakukan di unit onkologi adalah program yang
mampu laksana dengan produk akhir booklet.
B. Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan perawat tentang management care of symptoms melalui
psikoedukasi pada pasien kanker ginekologi diruang rawat onkologi ginekologi RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2014 pukul 08.30 WIB.
Pelatihan management care of symptom dihadiri oleh 21 peserta yang terdiri dari perawat
dan bidan dari Ruang Poli, IGD, Obstetri, Gynekologi, Onkologi dan Boarding. Kegiatan
pelatihan dibuka oleh pembawa acara (Bestfy Anitasari, M.Kep), seksi dokumentasi dan
konsumsi (Suryani Hartati, M.Kep dan Priharyanti Wulandari, M.Kep).
Tabel 2.1.
Daftar Pemateri dan Materi Pelatihan Psikoedukasi
di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta 2014
No Pemateri Materi
1. Henny Dwi Susanti, M.Kep Kanker, terapi kanker dan dampaknya pada aspek fisik,
psikologi, situasional dan dampakya pada pasien kanker.
4. Jum Natosba, M.Kep Latihan tehnik lima jari sebagai intervensi keperawatan
dalam mengelola gejala psikologis pasien kanker
ginekologi.
6. Rita Dewi Sunarno, M.Kep Strategi koping dalam mengelola gejala pasien kanker.
7. Aryanti Wardiyah, M.Kep Perencanaan aktivitas harian.
15
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Diskusi dilaksanakan untuk setiap sesi. Respon peserta cukup antusias dalam mengikuti
kegiatan pelatihan yang diberikan oleh residen. Kegiatan pelatihan diselingi dengan
pemberian doorprize bagi peserta yang cukup aktif dalam memberikan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan serta mendemonstrasikan tehnik dan psikoedukasi. Selanjutnya
peserta mendemonstrasikan sesi satu sampai dengan sesi empat. Pada sesi pertama,
perawat/bidan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Berdasarkan keluhan
pasien, perawat/bidan menjelaskan penyakit yang diderita saat ini dan penyebab
munculnya keluhan pada pasien tersebut. Tindakan selanjutnya adalah mengidentifikasi
dampak penyakit yang diderita oleh pasien dan terapinya terhadap masalah fisik,
psikologis, dan situasional yang dialami oleh pasien. Setelah melakukan identifikasi dan
penjelasan tentang definisi, penyebab dan dampak penyakit yang ditimbulkan oleh
pasien, intervensi selanjutnya adalah melakukan intervensi.
Pada sesi dua, intervensi yang dilakukan adalah melatih pasien untuk melakukan tehnik
relaksasi pernafasan yang bertujuan untuk mengurangi masalah atau keluhan yang
dirasakan oleh pasien saat ini, akibat penyakit yang diderita pasien. Teknik lima jari
bertujuan untuk mengatasi aspek psikologis sedangkan fokus sensasi untuk mengatasi
aspek situasional khususnya masalah seksual pada pasien kanker.
Kegiatan pada sesi tiga berupa intervensi guna mengidentifikasi strategi koping pasien.
Salah satu terapi yang dilakukan adalah terapi kognitif. Intervensi ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pikiran negatif pasien serta membantu pasien untuk meningkatkan
pikiran positif. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien terkait anggapan negatif
tentang diri pasien. Melihat kondisi tersebut, perawat menganjurkan pasien untuk
mengungkapkan pikiran yang mendukung dan mendiskusikan dengan pasien tentang
pikiran negatifnya, serta membantu pasien untuk menemukan pikiran positif untuk
melawan pikiran negatif. Pada saat pasien mengungkapkan pikiran negatif, perawat
juga memberikan dan mendorong pasien melihat dirinya saat ini, kelebihan apa yang
dimiliki oleh pasien. Perawat bersama dengan pasien mengungkapkan manfaat setelah
mengikuti terapi. Kemudian perawat memberikan reinforcement positif atas pikiran
positif yang diungkapkan dan menyusun rencana tindak lanjut.
Sesi terakhir adalah merencanakan aktifitas harian pasien. Tujuannya untuk membantu
pasien mempersiapkan dan menyusun kegiatan sehari-hari yang mampu dilakukan
16
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
pasien setelah menjalani terapi. Perawat menggunakan lembar kerja yang ada dalam
booklet berupa tabel yang dapat diisi pasien setiap hari. Sehingga dari jadwal aktivitas
harian tersebut, pasien dapat memiliki gambaran seberapa banyak aktivitas yang dapat
dilakukan selama berada di rumah, dan dalam mempersiapkan tubuhnya sebelum
jadwal kemoterapi berikutnya.
C. Implementasi
Pelaksanaan implementasi psikoedukasi dilakukan selama empat hari mulai tanggal 9
sampai dengan 14 Mei 2014. Perawat yang melakukan implementasi adalah perawat
yang telah mengikuti pelatihan. Perawat melakukan sesi satu sampai empat.
Implementasi dilakukan diruang onkologi yang sebelumnya sudah mendapatkan ijin
dari kepala ruang dan perawat primer untuk melakukan implementasi.Adapun perawat
yang melakukan implementasi dan diobservasi oleh penulis adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kegiatan Implementasi Psikoedukasi Perawat Di IGD lt.3 dan Ruang Onkologi
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta 2014
Komponen
Sesi & nama
Media Fasilitator keterampilan Nilai
perawat RSCM
1 2 3 4 5 6 7
Booklet, modul
Dwiraissa Rita Dewi
dan format 3 4 4 4 3 4 3 89,28
Maulina, AMK Sunarno
kegiatan harian
(Sumber, Pelatihan Psikoedukasi RSUPN CM, 2014)
D. Evaluasi
Bagian ini menguraikan tentang hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan proyek inovasi
tentang pelatihan psikoedukasi kepada perawat. Hasil evaluasi disimpulkan dari
evaluasi proses kegiatan, kemampuan perawat melakukan psikoedukasi yang diukur
melalui lembar observasi, Quality Of Life (QOL) pasien kanker ginekologi.
17
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
1. Evaluasi proses kegiatan
Proses kegiatan pelatihan psikoedukasi kepada perawat berlangsung satu hari. Peserta
mengikuti acara dari awal sampai akhir dengan antusias dan aktif bertanya dan berlatih
saat role play. Semua materi inti terkait kanker dan psikoedukasi disampaikan sesuai
rencana pada saat pelatihan. Kedala pada saat simulasi adalah waktu yang kurang
memadai terkait adanya keterbatasan waktu yang dimiliki peserta khususnya dari
bagian poliklinik karena harus memberikan pelayanan kepada pasien. Oleh karena itu,
solusi yang dilakukan adalah peserta dibagi dalam kelompok kecil berdasarkan sesi
pelatihan, kemudian secara bergantian atau perwakilan perawat mensimulasikan cara
melakukan psikoedukasi mulai dari sesi satu hingga empat.
Kegiatan dilanjutkan dengan praktek psikoedukasi oleh perawat pada pasien kanker
gynekologi di ruang onkologi dan IGD lantai 3. Perawat yang telah mengikuti
pelatihan menentukan waktu dan tempat kegiatan mereka akan melakukan intervensi.
Implementasi menggunakan booklet yang sudah disiapkan. Kendala yang terjadi
adalah terdapat beberapa perawat yang masih belum percaya diri untuk melakukan
psikoedukasi, sehingga residen harus menggunakan cara yang kreatif untuk membujuk
perawat supaya mau melakukan implementasi. Solusi yang dilalukan adalah meminta
bantuan dari kepala ruangan untuk memberikan motivasi bagi peserta pelatihan dan
perawat lainnya dan juga menyesuaikan jadwal perawat saat akan implementasi.
Diagram 2.1
Nilai observasi implementasi psikoedukasi oleh perawat
Diagram 2.2
Nilai observasi implementasi psikoedukasi oleh perawat
19
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Diagram 2.3
Nilai observasi implementasi psikoedukasi oleh perawat
Adapun faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan proyek inovasi dapat
dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan proyek inovasi
20
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
4. Hasil wawancara
Wawancara yang telah dilakukan dengan kepala ruang dan peserta pelatihan, secara
umum menyampaikan bahwasanya kegiatan yang dilakukan oleh residen maternitas
dikemas sangat bagus dan peserta sangat antusias mengikuti pelatihan. Tanggapan dari
pihak manajemen gedung A dan IGD menyampaikan materi yang diberikan bagus-
bagus dan menarik, bahasanya mudah diterima oleh perawat dan narasumber tampak
sangat menguasai materi sehingga yang mendengarkan dan mengikuti acara pelatihan
bisa memahami dan tidak membosankan.
E. Pembahasan
Pelayanan keperawatan psikoedukasi merupakan bentuk edukasi yang bersumber pada
asumsi yang didukung secara ilmiah bahwa sebagian besar reaksi emosi dan perilaku
diperoleh melalui pembelajaran. Tujuan intervensi ini untuk membantu klien untuk
tidak mempelajari cara bereaksi terhadap tujuan yang tidak diinginkan, melainkan
mempelajari cara baru untuk bereaksi terhadap tujuan yang diinginkan.
21
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
Adapun rencana tindak lanjutnya sebagai berikut:
1. Ruang onkologi
Adanya kerjasama dan komitmen dari petugas kesehatan terutama perawat dan
bidan dalam memberikan intervensi kepada pasien
Pelatihan terkait intervensi mandiri keperawatan dilakukan secara berkala dan
masuk dalam agenda tahunan managemen
Sosialisasi pelayanan keperawatan psikoedukasi tentang managemen care of
symptoms pada pasien kanker gynekologi dapat dibuat dalam bentuk audiovisual
sehingga dapat dilihat oleh pasien kanker di ruang lain misalnya di poliklinik.
2. IGD lt.3
Dilakukannya pelatihan yang serupa pada unit gawat darurat dengan kasus yang
berbeda
3. Ruang Obstetri
Dilakukannya transfer ilmu oleh perawat yang telah mengikuti pelatihan, sehingga
pelaksanaan pelayanan psikoedukasi dapat dilakukan juga pada pasien obstetrik
G. Implikasi praktek
1. Pelayanan keperawatan psikoedukasi merupakan intervensi mandiri keperawatan yang
dapat dilakukan oleh perawat, tidak hanya pada unit onkologi. Intervensi ini bisa juga
diterapkan pada ruangan lain dengan memperhatikan kaidah dan tatacara yang ada
dalam pelayanan keperawatan psikoedukasi.
2. Perawat dapat meningkatkan kemampuan komunikasi efektif dan meningkatkan
keterampilan khususnya mengenai latihan relaksasi pernafasan, latihan lima jari dan
fokus sensasi.
3. Perawat dapat memaksimalkan perannya sebagai pelaksana, educator serta
mencerdaskan pasien
4. Kemandirian perawat dapat ditingkatkan dengan melakukan intervensi mandiri
melalui psikoedukasi, perawat tidak hanya melakukan tugas-tugas kolaborasi.
Bentuk implementasi yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan yang diajarkan saat
pelatihan yaitu mulai dari sesi satu sampai empat. Salah satunya adalah melakukan
teknik relaksasi. Dixon, Keefe, Scipio, Perri, and Abernethy (2007) mengatakan bahwa
teknik relaksasi merupakan bagian dari psikoedukasi mampu secara efektif dalam
penanganan nyeri, efikasi diri, kecemasan, dan depresi. Teknik relaksasi efektif
diterapkan dalam penanganan nyeri pada pasien kanker (Lohnberg, 2007; Vowles and
McCracken, 2008). Studi meta analisis pada 25 studi pasien diabetes, teknik relaksasi,
activity scheduling, problem solving, goal setting, contract setting, dan manajemen
stress secara efektif dapat mengurangi stress psikologi (Ismail, Winkley, and Rabe-
Hesketh, 2004).
23
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
pasien untuk berbicara tentang pengalaman nyeri kanker, meskipun efek pada skor nyeri
tidak dinilai (Street, et al., 2009; Wilkie et al., 2010).
Pasien yang menjadi target dalam pelatihan pelayanan keperawatan psikoedukasi ini
adalah pasien kanker ginekologi yang masih dapat menlakukan aktivitasnya secara
mandiri dan pasien yang menjalani kemoterapi. Kualitas hidup pasien sebelum
mendapatkan intervensi dinilai dengan menggunakan kuesioner Quality Of Life Index
Cancer Version-III. Secara umum terdapat kenaikan kualitas hidup dari pasien kanker yang
mendapatkan intervensi keperawatan psikoedukasi walaupun sedikit.
24
Laporan akhir…., Rita Dewi, FIK UI, 2014
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kegiatan program management care of symptoms melalui psikoedukasi pada pasien
kanker ginekologi di ruang onkologi RSCM telah dilakukan. Setelah pelaksanaan
program management care of symptoms melalui psikoedukasi dilakukan evaluasi.
Evaluasi dilakukan melalui kuisioner pada pasien untuk melihat perubahan quality of
life (QOL) setelah dilakukan management care of symptoms melalui psikoedukasi.
Evaluasi juga dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat
kemampuan perawat dalam melaksanakan implementasi management care of
symptoms melalui psikoedukasi pada pasien kanker ginekologi. Observasi meliputi
kegiatan perawat dalam melakukan psikoedukasi sesi satu sampai empat pada pasien
kanker ginekologi sesuai gejala dan keluhan yang dialami pasien. Evaluasi juga
dilakukan melalui wawancara dengan passien tentang manfaat setelah mengikuti
psikoedukasi. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada perawat dan bidan di
runag onkologi, obstetri ginekologi, poli kebidanan, dan IGD kebidanan tentang
aspek positif dan kendala yang dihadapi dalam melakukan program management
care of symptoms pada pasien kanker ginekologi.
B. SARAN
Management care of symptoms melalui psikoedukasi pada pasien kanker sebagai
intervensi keperawatan perlu dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk
mengatasi gejala yang muncul pada pasien kanker serta meningkatkan kenyamanan
pasien. Selain itu, perlu dilakukan monitoring evaluasi dan motivasi oleh kepala
ruangan kepada perawat untuk melakukan dan mengembangkan program
psikoedukasi.
25
2. Pelaksanaan: Perawat dan Tempat : Ruang onkologi Mahasiswa Diseminasi diberikan kepada
a. Diseminasi program bidan di ruang RSCM perawat dan bidan di ruang
management care of onkologi, onkologi, pili kebidanan, IGD
symptoms melalui obstetri Waktu : 28 Mei 2014 kebidanan, obstetri ginekologi
psikoedukasi pada ginekologi, IGD Diseminasi diberikan oleh
pasien kanker kebidanan, dan mahasiswa residensi
ginekologi poli kebidanan maternitas FIK UI
RSCM Diseminasi dihadiri oleh
perawat dan bidan ruang
onkologi, obstetri ginekologi,
poli kebidanan, dan IGD
kebidanan (dihadiri 21 orang)
Beckmann, C., R., B., Ling, F. W., Louber, D. W., Smith, R. P., Barzansky, B.
M., Herbert, W. N. P. (2010). Obstetrics and gynecology.6th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Bennett MI, Bagnall A-M, Closs SJ. (2009). How effective are patient-based
educational interventions in the management of cancer pain? Systematic
review and meta-analysis. Pain 2009; 143:192–199.Depkes RI. (2009).
Profil Kesehatan Indonesia 2008.http://www.depkes.go.id.
Bijur, P,E., Silver, W., Gallagher, J. (2001). Reliability of the Visual Analog Scale
for Measurement of Acute Pain. Journal Academic Emergency Medicine.
12:8
Butt, Z., Rosenbloom, S. K., Abernethy, A. P., Beaumont, J. B., Paul, D.,
Hamptone, D., . . . Cella, D. (2008). Fatigue is the most important
symptom for advanced cancer patients who have had chemotherapy. J Natl
Compr Canc Netw, 6, 448-455.
Campbell, A., Converse, P., & Rodgers, W. (1976). The quality of American New
York, NY: Russell Sage Foundation.
Curt, G. A., Breitbart, W., Cella, D., Groopman, J. E., Horning, S. J., Itri, L. M., .
. . Vogelzang, N. J. (2000). Impact of cancer-related fatigue on the lives of
patients: New findings from the fatigue coalition. The Oncologist, 5, 353-
360.
Chan,CWH., Cheng, KK., Lam, LW., Li, CK., Chik, KW & Cheung, JSS (2008).
Psycho-educational intervention for chemotherapy-associated nausea and
vomiting in paediatric oncology patients: a pilot study. Hong Kong Med J
2008;14(Suppl 5):S32-5
Devi & Tang. (2008). Documenting Pain as the Fifth Vital Sign: A Feasibility
Study in an Oncology Ward in Sarawak, Malaysia. Journal Onkology . 75:
34-35
Dixon, K. E., Keefe, F. J., Scipio, C. D., Perri, L. M., & Abernethy, A. P.
(2007). Psychological interventions for arthritis pain management in
adults: A meta-analysis. Health Psychology, 26, 241–250.
Feyer, P., Kleeberg, U.R., Steingräber, M., Günther, W., & Behrens, M.
(2008).Frequency of side effects in outpatient cancer care and their
influence on patient satisfaction—A prospective survey using the
Fisher, D, J., et all (2010). Anxiety, depression, and pain: differences by primary
cancer. Journal Support Care Cancer 18:801–810
Hodnett, E. D., Lowe, N. K., Hannah, M. E., Willan, A. R., & et al. (2002).
Effectiveness of nurses as providers of birth labor support in North
American hospitals: A randomized controlled trial. JAMA, 288(11), 1373-
1381.
Howell et al. (2013). Sleep disturbance in adults with cancer: a systematic review
of evidence for best practices in assessment and management for clinical
practice. Annals of Oncology: 1-10, oi: 10.1093/annonc/mdt506
Ismail, K., Winkley, K., &Rabe-Hesketh, S. (2004). Systematic review and meta-
analysis of randomized controlled trials of psychological interventions to
improve glycaemic control in patients with type 2 diabetes. The Lancet,
363, 1569–1570.
Krebs, E., Carey, T., Weinberger, M. (2007). Accuracy of the Pain Numeric
Rating Scale as a Screening Test in Primary Care. Journal General
Internal Medicine. 22(10):1453–8
Lovell MR, Stockler MR, Briganti EM, et al. (2010) A randomized controlled
trial of a S standardized educational intervention for patients with cancer
pain. J Pain Symptom Manage 2010; 40:49–59.
Mallinson, T., Cella, D., Cashy, J., & Holzner, B. (2006). Giving meaning to
measure: Linking self-reported fatigue and function to performance of
everyday activities. Journal of Pain and Symptom Management, 31(3),
229-241. doi: 10.1016/j.jpainsymman.2005.07.012.
Olsson, I., Mylketun, A. (2005).The hospital anxiety and depression rating scale:
A cross sectional study of psychometrics and case finding abilities in
general practice. BMC Psychiatritry,5 ,46
Piper, B. F., Dibble, S. L., Dodd, M. J., Weiss, M. C., Slaughter, R. E., & Paul, S.
M. (1998). The revised Piper Fatigue Scale: Psychometric evaluation in
women with breast cancer. Oncology Nursing Forum, 25(4), 677-684.
Prue, G., Allen, J., Gracey, J., Rankin, J., & Cramp, F. (2010). Fatigue and
gynecological cancer patients during and after anticancer treatment.
Journal of Pain and Symptom Management, 39(2), 197-210. doi:
10.1016/j.jpainsymman.2009.06.011.
Reeve, B. B., Stover, A. M., Alfano, C. M., Smith, A. W., Ballard-Barbash, R.,
Bernstein, L., . . . Piper, B. F. (2012). The Piper Fatigue Scale-12 (PFS-
12): Psychometric findings and item reduction in a cohort of breast cancer
survivors. Breast Cancer Res Treat, 136, 9-20. doi: 10.1007/s10549-012-
2212-4.
Rouhe, H & Aro, k (2012) obstetric outcome after interventions for severe fear
of childbirth in nulliparous women-randimised trial. International
Journal Of Obstetric And Gynecology: 75-84
Rosenberg, M. (1965). Society and the adolescence self image. Princeton, NJ:
Princeton University Press.
Rustoen, T., Moum, T., Wiklund, I., & Hanestad, B. (1999a). Quality of life in
newly diagnosed cancer patients. Journal of Advanced Nursing, 29, 490-
498.
Rustoen, T., Wicklund, I., Hanested, B., & Burckhardt, C. (1999b). Validity and
reliability of the Norwegian version of the Ferrans and Powers Quality of
Life Index. Scandinavian Journal of Caring Science, 13, 96-101.
Savard, J., & Morin, C. (2011). Insomnia in the Context of Cancer: A Review of a
Neglected Problem. Journal of Clinical Oncology, 19(3), pp. 895-908.
Simeit, R., Deck, R., & Marx,B. (2003). Sleep management training for cancer
patients with insomnia. Support Care Cancer (2004) 12:176–183. DOI
10.1007/s00520-004-0594-5
Sood, A., Barton, D. L., Bauer, B. A., & Loprinzi, C. L. (2007). A critical review
of complementary therapies for cancer-related fatigue. Integrative Cancer
Therapies, 6(1), 8-13. doi: 10.1177/1534735406298143.
Stone, P., Ream, E., Richardson, A., Thomas, H., Andrew, P., Cambell, P., . . .
Young, A. (2003). Cancer-related fatigue – a difference of opinion?
Results of a multicentre survey of healthcare professionals, patients and
caregivers. European Journal of Cancer Care, 12, 20-27.
Wilkie D, Berry D, Cain K, et al. (2010). Effects of coaching patients with lung
cancer to report cancer pain.West J Nurs Res 2010; 32:23–46.World
Health Organization (2007) Verbal Autopsy Standards: Ascertaining
and Attributing Causes of Death. WHO, Geneva (available at:
http://www.who.int/whosis/mort/verbalautopsystandards/en/).
WHO. (2003). Mual dan Muntah Pada Pasien dengan Kemoterapi. Diunduh di
http//www.google.co.id/search?q=mual+dan+muntah+pada+pasien+kemot
erapi&ie
Zimet, G., Dahlem, N., Zimet, S.. & Farley, G. (1988). The multidimensional
scale of perceived social support, Journal of Personality Assessment, 52,
30-41.
Zimet, G., Powell, S., Farley, G., Werkman, S., & Berkoff, K. (1990).
Psychometric characteristics of the multidimensional scale of perceived
social support. Journal of Personality Assessment, 55, 610-617
Metode: Psikoedukasi
KASUS 1
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2013
Ruang Rawat : IGD PONEK dan Anggrek
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat :Cikempang RT 03 RW 11, Pekansari, Cibinong,
Bogor
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. I
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien post partum di bidan satu minggu yang lalu. Pasien rujukan dari
bidan karena keluar darah pervagina.
2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum, satu minggu sesudah
melahirkan.
8. Riwayat menstruasi
Klien menarche usia 13 tahun. Lama menstruasi tujuh hari, siklus haid 28
hari. Tidak ada nyeri haid. Ganti pembalut dua sampai tiga kali setiap hari.
9. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat infertilitas, kista ovarium,
tidak ada massa.
10. Riwayat KB
Klien mengatakan KB suntik satu bulan selama enam tahun.
C. Keadaan Umum
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 100/70mmHg, nadi 60x/menit, suhu
36,70C, frekuensi pernafasan 20x/menit, capillary refill lebih dari tiga detik.
BB: 55kg, TB: 153 cm.
D. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Kepala : Bentuk mesosephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
Mata : Simetris, konjungtiva palpebra anemi, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada epistaksis
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
Telinga : Tidak ada discharge
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
- Dada
Jantung : Ictus cordis tidak tampak, HR 60x/meit, reguler, pekak, terdengar
BJ I dan II, tidak ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
Paru :Dada simetris, tidak ada retraksi dada, fokal fremitus kanan dan
kiri seimbang, sonor, vesikuler di seluruh lapang paru
Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, pengeluaran
ASI (+), ada nyeri tekan, panas, payudara bengkak.
C. Konsevasi Energi
a. Nutrisi
Klien menghabiskan satu porsi makanan yang diberikan oleh rumah
sakit.
b. Eliminasi
BAB: Frekuensi 2 x/hari, Konsistensi berbentuk tidak keras.
BAK: Frekuensi 1-3 x/hari,Kejernihan : jernih, Warna kuing jernih
c. Oksigenisasi
Keluhan : Tidak sesak, Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt, Irama
teratur. Tidak ada Penggunaan Otot bantu pernafasan.
d. Aktifitas dan Istirahat
Aktifitas klien terbatas karena berbaring di tempat tidur, masih terasa
pusing bila melakukan aktifitas karena perdarahan. Pemeriksaan Hb
7,8 g/dl. Terpasang infus asering.
e. Pola Tidur
Siang : Ya/Tidak (2-3 jam), Malam: Ya/Tidak ( 6-8 jam)
Gangguan Tidur : Ya/Tidak (Lingkungan panas)
2. Konservasi Struktural Integritas
Pemeriksaan Fisik Ibu
Tensi : 100/70 mmhg, nadi 60x/mnt, RR 20x/mnt, Suhu36,7oC .
Kesadaran Compos mentis.
Mata : Konjugtiva (anemis/Tidak), sclera : (ikterik/Tidak), Pupil
(isokor/anisokor), reflek cahaya (+/-), penglihatan
(Terganggu/Tidak).
Mammae: inspeksi: (simetris/Tidak), kebersihan : (bersih/tidak),
pembengkakan :
(bengkak/tidak), areola:(hiperpigmentasi/tidak), bentuk puting kiri :
(menonjol/inverted/datar), bentuk puting kanan
(menonjol/inverted/datar). Palpasi: nyeri tekan : (ada/tidak),
kolostrum : (keluar/tidak), ASI: (keluar/tidak).
Abdomen: Inspeksi: kebersihan: (bersih/tidak), striae (ada/tidak),
Auskultasi: peristaltik usus : 15 x/menit, teraba diatesis rekti 2 jari,
TFU satu jari bawah pusat, kontraksi baik.
Genetalia: kebersihan : (bersih/tidak), oedem : (ada/tidak),
perdarahan pervaginam (warna merah segar bercampur kecoklatan,
jumlah ½ koteks perhari, tidak berbau busuk),
Ekstrimitas : Reflek patela (Negatif / Positif) Oedema:
negatif/positif, homan’s sign : negatif/positif.
Postur Tubuh (Normal / kelainan tulang belakang)
Bagian ini menguraikan untuk tahap Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengaan teori Konservasi Levine
28- Kekurangan Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan
10- volume cairan tindakan keperawatan perdarahan perdarahan perdarahan berkurang
20 b.d perdarahan selama 1 x 24 jam, 2. Monitor tanda – 2. Mengukur tanda – tanda O: TD: 110/70 mmHg, N:
diharapkan tanda vital vital 100x/menit, RR:
13
kekurangan volume 3. Kolaborasi 3. Memberikan cairan 20x/menit; Perdarahan
cairan teratasi dengan pemberian cairan kristaloid 500 cc loading satu pembalut, kontraksi
kriteria hasil kristaloid sesuai advis dokter uterus baik, TFU dua jari
membran mukosa 4. Kolaborasi 4. Mengosongkan kandung di bawah pusat, membran
lembab, turgor kulit pemberian oksitosin kemih mukosa kering.
elastis, input dan 20 unit 5. Melakukan masase fundus A: Kekurangan volume
output seimbang, urin 5. Kosongkan kandung uteri cairan teratasi sebagian
tidak pekat, klien kemih 6. Memonitor kontraksi uterus P:
tidak haus. 6. Kolaborasi untuk 7. Memberikan oksitosin 20 - Monitor TTV,
melakukan kuretase unit intravena dalam cairan perdarahan (jumlah,
7. Masase fundus uteri kristaloid 500 cc konsistensi, warna),
8. Monitor kontraksi 8. Memberikan cythotex 3 x 1 kontraksi uterus, tinggi
uterus 9. Memonitor perdarahan fundus uteri
9. Motivasi ibu untuk (jumlah, warna, - Rencana pindah ruangan
menyusui konsistensi)
10. Monitor perdarahan 10. Memotivasi ibu untuk
(jumlah, warna, menyusui
konsistensi)
28 Oktober 2013
5. Perilaku aktif Setelah dilakukan - Diskusikan dengan 28 Oktober 2013 S: Klien mengatakan akan
mencari informasi tindakan keperawatan klien tentang - Menjelaskan kepada klien berperilaku hidup sehat.
kesehatan selama 2 x 24 jam kebiasaan hidup tentang perilaku hidup sehat O: Klien menentukan
diharapkan klien dapat sehat yang seperti diet, olahraga; pilihan hidup sehat, klien
meningkatkan status dilakukan, seperti - Menganjurkan kepada klien memanfaatkan fasilitas
kesehatannya dengan diet, manajemen untuk mencegah perilaku kesehatan.
kriteria hasil : stress, olahraga; berisiko, seperti A: Diagnosa sejahtera.
- Klien akan - Anjurkan klien mengkonsumsi alkohol; P:
mempertahankan diet menghindari - Menganjurkan kepada klien - Motivasi klien untuk
yang sehat perilaku berisiko untuk memodifikasi hidup sehat
- Mencegah perilaku yang berpengaruh lingkungan rumah, seperti - Rencana pulang
berisiko seperti terhadap kesehatan, membuka jendela setiap
KASUS 2
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 2 Desember 2013
Ruang Rawat : IGD PONEK dan Anggrek
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Betawi
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pondok Terong RT 01 RW 03, Bojong
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien direncanakan sectio secarea.
2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum, post sectio secarea hari pertama.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien post sectio secarea hari pertama. Perdarahan intraoperatif 500 cc.
Perdarahan pasca melahirkan lebih dari 1000 cc.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma, jantung, hipertensi,
DM.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, obat – obatan, dan udara
6. Riwayat persalinan sekarang
Klien melahirkan bayi laki – laki, SC, berat lahir 3080 gram. Plasenta lahir
lengkap.
7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Hamil Tanggal Jenis Penolong Tempat Penyulit Jenis BBL Penyulit
ke Partus Partus Partus Kelamin Nifas
I 13 th Spontan Bidan BPS - Perempuan 3000 -
gram
8. Riwayat menstruasi
Klien menarche usia 12 tahun. Lama menstruasi tujuh hari, siklus haid 28
hari. Tidak ada nyeri haid. Ganti pembalut dua sampai tiga kali setiap hari.
9. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat infertilitas, kista ovarium, dan
tidak ada massa.
10. Riwayat KB
Klien mengatakan tidak KB.
C. Keadaan Umum
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 100/60mmHg, nadi 70x/menit, suhu
36,80C, frekuensi pernafasan 20x/menit, konjungtiva palpebra tampak anemi,
capillary refill lebih dari tiga detik. BB: 60kg, TB: 158 cm.
D. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Kepala : Bentuk mesosephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
Mata : Simetris, konjungtiva palpebra anemi, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada epistaksis
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
Telinga : Tidak ada discharge
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
- Dada
Jantung : Ictus cordis tidak tampak, HR 60x/menit, reguler, pekak,
terdengar BJ I dan II, tidak ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
Paru : Dada simetris, tidak ada retraksi dada, fokal fremitus kanan dan
kiri seimbang, sonor, vesikuler di seluruh lapang paru
Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, pengeluaran
ASI (+).
- Abdomen
- Luka operasi tertutup kassa bersih
Fundus uterus : Sepusat, uterus lembek, kontraksi tidak baik.
Kandung kemih : kosong, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
DRA : tidak terkaji
Bising usus : 12 x/menit, flatus (+)
- Perineum dan genital : Lochea rubra
Perdarahan lebih dari 1000 cc
- Ekstremitas
Ekstremitas atas : Pitting edema (-), tidak ada varises
E. Pengkajian Psikologis
1. Perasaan ibu terhadap kondisi kesehatannya
Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang.
2. Harapan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan supaya perdarahannya cepat berhenti.
3. Status mental / mood
Ibu tampak cemas, gelisah, dan sedih dengan kondisinya.
F. Pemeriksaan Penunjang
-
G. Terapi
Oksigen nasal kanul tiga liter tiap menit, cairan kristaloid melalui IV 500 cc
loading, oksitosin 20 unit, sythothex 3 x 1.
b. Lingkungan eksternal
1. Perseptual :
Ny. T berasal dari suku Sunda, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan
SMA. Klien menempati rumah sendiri. Jarak rumah dengan fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Ny.
T melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di poli RSUD. Klien
menggunakan fasilitas jampersal. Pekerjaan suami swasta, penghasilan dua
juta rupiah / bulan.
2. Operasional :
Klien menikah satu kali, menarche pada usia 12 tahun, lama haid tujuh
hari, siklus haid 28 hari, klien tidak nyeri saat haid. Klien melahirkan anak
kedua, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 3080 gram.
3. Konseptual :
Klien beragama Islam, suku Sunda. Bahasa sehari – hari yang digunakan
adalah bahasa Indonesia. Tidak ada nilai – nilai budaya yang bertentangan
dengan nilai kesehatan.
Bagian ini menguraikan untuk tahap Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengaan teori Konservasi Levine
2- Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan tidak
12- cairan b.d tindakan perdarahan perdarahan haus dan perdarahan
20 perdarahan keperawatan 2. Monitor tanda – 2. Mengukur tanda – tanda vital berkurang
selama 1 x 24 tanda vital 3. Memberikan cairan kristaloid O: TD: 110/70 mmHg, N:
13
jam, diharapkan 3. Kolaborasi 500 cc loading sesuai advis 100x/menit, RR:
kekurangan pemberian cairan dokter 20x/menit; Perdarahan
volume cairan kristaloid 4. Mengosongkan kandung satu pembalut, kontraksi
teratasi dengan 4. Kolaborasi untuk kemih uterus baik, TFU dua jari
kriteria hasil melakukan manual 5. Memberikan oksitosin 20 di bawah pusat, membran
membran mukosa plasenta unit intravena dalam cairan mukosa kering.
lembab, turgor 5. Kolaborasi kristaloid 500 cc A: Kekurangan volume
kulit elastis, input pemberian 6. Melakukan masase fundus cairan teratasi sebagian
dan output oksitosin 20 unit uteri P:
seimbang, urin intravena 7. Memonitor kontraksi uterus - Monitor TTV,
tidak pekat, klien 6. Masase fundus 8. Melakukan inisiasi menyusu perdarahan (jumlah,
tidak haus. uteri dini (IMD) konsistensi, warna),
7. Monitor kontraksi 9. Memberikan cythotex 3 x 1 kontraksi uterus, tinggi
uterus fundus uteri
8. Lakukan inisiasi - Rencana pindah ruangan
menyusu dini
(IMD)
9. Kolaborasi untuk
2. Risiko gangguan Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 2 Desember 2013 2 Desember 2013
perfusi jaringan tindakan keperawatan vital - Mengukur tanda – tanda S:
perifer b.d selama 2 x 24 jam - Berikan posisi vital - Klien mengatakan pusing
penurunan suplai diharapkan tidak trendelenburg - Memberikan posisi berkurang
oksigen terjadi gangguan - Kolaborasi pemberian trendelenburg O:
perfusi jaringan perifer oksigen - Memberikan oksigen tiga - Klien masih tampak pucat,
dengan kriteria hasil: - Monitor saturasi liter setiap menit Hb: 7,8g/dl
- tekanan darah 110/70 oksigen - Memonitor saturasi oksigen A:
mmHg sampai 130/80 - Berikan transfusi - Memonitor pengeluaran Risiko gangguan perfusi
mmHg, nadi 60 sampai sesuai program lochea jaringan perifer teratasi
100 kali/menit - Monitor jumlah - Memberikan terapi PRC 500 sebagian
- Saturasi oksigen lebih perdarahan cc P:
dari 90% - Monitor haluaran urin - Memonitor haluaran urin
4. Risiko kegagalan Setelah dilakukan - Beri penjelasan 2 Desember 2013 2 Desember 2013
pemberian ASI b.d tindakan keperawatan manfaat menyusui - Memberikan penjelasan S: Klien mengatakan akan
perawatan ibu di selama 2 x 24 jam, - Anjurkan ibu untuk tentang menyusui menyusui bayinya
rumah sakit diharapkan ibu dapat menyusui - Menganjurkan ibu untuk O: Asi keluar, puting
menyusui secara efektif - Anjurkan ibu untuk menyusui menonjol
dengan kriteria hasil : memerah ASI selama - Menganjurkan ibu untuk A: Risiko menyusui tidak
- Ibu menyusui perawatan di rumah memerah ASInya selama efektif
bayinya sakit, belum rawat gabung P: Motivasi ibu untuk
- ASI sudah keluar - Anjurkan ibu - Menganjurkan ibu untuk memerah ASInya selama
- Ibu memeras ASI memberikan ASI memberikan ASI perahan belum rawat gabung
selama perawatan di perahan pada bayinya pada bayinya selama belum
rumah sakit selama ibu dirawat rawat gabung
- Tidak ada - Anjurkan ibu untuk - Menganjurkan ibu untuk
pembengkakan menyusui setelah menyusui setelah pulang
payudara pulang dari rumah dari rumah sakit
- Menyusui di rumah sakit - Menganjurkan ibu untuk
secara efektif. - Anjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
memberikan ASI
5. Cemas b.d Setelah dilakukan - Beri kesempatan 2 Desember 2014 2 Desember 2014
perubahan status tindakan keperawatan kepada klien - Memberikan kesempatan S:
kesehatan selama 2 x 24 jam mengungkapkan kepada klien untuk - Klien mengatakan
diharapkan cemas pikiran dan perasaan mengungkapkan pikiran dan kekhawatirannya
berkurang atau hilang cemas, perasaan cemas berkurang karena
dengan kriteria hasil - Bantu klien untuk - Membantu klien perdarahannya berkurang
- Klien mengatakan memfokuskan kondisi memfokuskan kondisi - Klien mengatakan
cemas berkurang atau kesehatannya saat ini kesehatannya saat ini memahami kondisi
hilang - Dampingi klien - Mendampingi klien selama kesehatannya saat ini.
- Klien dapat selama prosedur prosedur O:
mengungkapkan rasa - Motivasi keluarga - Memotivasi keluarga untuk - Ekspresi wajah
cemasnya untuk menemani klien menemani klien sesuai menunjukkan ketegangan
- Klien kooperatif sesuai kebutuhan kebutuhan berkurang
KASUS 3
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 10 November 2013
Ruang Rawat : IGD PONEK dan Anggrek
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Betawi
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kp. Prigi, Mekar RT 04 RW 04
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien datang dengan keluhan perdarahan pervagina setelah postpartum
satu minggu di paraji.
2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien post partum satu minggu di paraji. Perdarahan lebih dari 500 cc.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma, jantung, hipertensi,
DM.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, obat – obatan, dan udara
6. Riwayat persalinan sekarang
Klien melahirkan bayi laki – laki, spontan, berat lahir 2800 gram.
7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Hamil Tanggal Jenis Penolong Tempat Penyulit Jenis Kelamin BBL Penyulit
ke Partus Partus Partus Nifas
I Nov’14 Spontan Paraji Rumah - Laki-laki 2800 -
gram
E. Pengkajian Psikologis
1. Perasaan ibu terhadap kondisi kesehatannya
Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang.
2. Harapan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan supaya perdarahannya cepat berhenti.
F. Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG menunjukkan kesan terdapat sisa plasenta
G. Terapi
Oksigen nasal kanul tiga liter tiap menit, cairan kristaloid melalui IV 500 cc
loading, oksitosin 20 unit, sythothex 3 x 1.
b. Lingkungan eksternal
1. Perseptual :
Ny. N berasal dari suku Betawi, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan
SMP. Klien menempati rumah sendiri. Jarak rumah dengan fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Ny.
N melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di posyandu. Klien
menggunakan fasilitas jampersal. Pekerjaan suami swasta, penghasilan 1,5
juta rupiah / bulan.
2. Operasional :
Klien menikah satu kali, menarche pada usia 12 tahun, lama haid tujuh
hari, siklus haid 28 hari, klien tidak nyeri saat haid. Klien melahirkan anak
kedua, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 2800 gram.
3. Konseptual :
Klien beragama Islam, suku Sunda. Bahasa sehari – hari yang digunakan
adalah bahasa Indonesia. Tidak ada nilai – nilai budaya yang bertentangan
dengan nilai kesehatan.
C. Konsevasi Energi
a. Nutrisi
Klien menghabiskan satu porsi makanan yang diberikan oleh rumah
sakit.
b. Eliminasi
BAB: Frekuensi 2 x/hari, Konsistensi berbentuk tidak keras.
BAK: Frekuensi 1-3 x/hari,Kejernihan : jernih, warna kuning jernih
Bagian ini menguraikan untuk tahap Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengaan teori Konservasi Levine
10- Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan
11- cairan b.d tindakan perdarahan perdarahan perdarahan berkurang
20 perdarahan keperawatan 2. Monitor tanda – 2. Mengukur tanda – tanda vital O: TD: 110/70 mmHg, N:
selama 1 x 24 tanda vital 3. Memberikan cairan kristaloid 100x/menit, RR:
13
jam, diharapkan 3. Kolaborasi 500 cc loading sesuai advis 20x/menit; Perdarahan
kekurangan pemberian cairan dokter satu pembalut, kontraksi
volume cairan kristaloid 4. Mengosongkan kandung uterus baik, TFU dua jari
teratasi dengan 4. Kolaborasi kemih di bawah pusat, membran
kriteria hasil tindakan kuretase 5. Memberikan oksitosin 20 mukosa kering.
membran mukosa 5. Kolaborasi unit intravena dalam cairan A: Kekurangan volume
lembab, turgor pemberian kristaloid cairan teratasi sebagian
kulit elastis, input oksitosin 20 unit 6. Melakukan asistensi kuretase P:
dan output intravena 7. Melakukan masase fundus - Monitor TTV,
seimbang, urin 6. Masase fundus uteri perdarahan (jumlah,
tidak pekat, klien uteri 8. Memonitor kontraksi uterus konsistensi, warna),
tidak haus. 7. Monitor kontraksi 9. Memberikan cythotex 3 x 1 kontraksi uterus, tinggi
uterus fundus uteri
8. Monitor tinggi - Rencana pindah ruangan
fundus uteri
9. Motivasi ibu untuk
menyusui
10. Kolaborasi
2. Risiko gangguan Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 10 November 2013 10 November 2013
perfusi jaringan tindakan keperawatan vital - Mengukur tanda – tanda S:
perifer b.d selama 2 x 24 jam - Berikan posisi vital - Klien mengatakan pusing
KASUS 4
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2014
Ruang Rawat : IGD dan Zona B
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : RT 01 RW 14, Kelurahan Setia Mekar, Kec.
Tambun Selatan, Bekasi
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. J
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien rujukan rumah sakit ibu anak, post sectio secarea dengan
perdarahan postpartum.
2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien post SC empat jam. Perdarahan lebih dari 1000 cc.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma, jantung, DM. Pasien
mengatakan ada riwayat hipertensi dalam kehamilan.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, obat – obatan, dan udara
6. Riwayat persalinan sekarang
Klien melahirkan bayi laki – laki, SC, berat lahir 3100 gram.
8. Riwayat menstruasi
Klien menarche usia 12 tahun. Lama menstruasi tujuh hari, siklus haid 28
hari. Tidak ada nyeri haid. Ganti pembalut dua sampai tiga kali setiap hari.
9. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat infertilitas, kista ovarium,
tidak ada massa.
10. Riwayat KB
Klien mengatakan KB suntik satu bulan selama empat tahun.
C. Keadaan Umum
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/80mmHg, nadi 87x/menit, suhu
36,50C, frekuensi pernafasan 20x/menit, konjungtiva palpebra tampak anemi,
capillary refill lebih dari tiga detik. BB: 70kg, TB: 155 cm.
D. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Kepala : Bentuk mesosephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
Mata : Simetris, konjungtiva palpebra anemi, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada epistaksis
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
Telinga : Tidak ada discharge
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
- Dada
Jantung : Ictus cordis tidak tampak, HR 87x/meit, reguler, pekak, terdengar
BJ I dan II, tidak ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
Paru :Dada simetris, tidak ada retraksi dada, fokal fremitus kanan dan
kiri seimbang, sonor, vesikuler di seluruh lapang paru
Payudara : Simetris, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, pengeluaran
ASI (+), ada nyeri tekan, panas, payudara bengkak.
- Abdomen
Luka operasi tertutup kassa bersih
Fundus uterus : Dua jari bawah pusat, kontraksi uterus lembek
Kandung kemih : kosong, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
DRA : tidak terkaji
Bising usus : 15x/menit, flatus (+)
- Perineum dan genital : Lochea rubra
Perdarahan lebih dari 1000 cc
E. Pengkajian Psikologis
1. Perasaan ibu terhadap kondisi kesehatannya
Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang.
2. Harapan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan supaya perdarahannya cepat berhenti.
3. Status mental / mood
Ibu tampak cemas, gelisah, dan sedih dengan kondisinya.
F. Pemeriksaan Penunjang
-
G. Terapi
Oksigen nasal kanul lima liter tiap menit, cairan kristaloid dua line IV masing –
masing 500 cc loading, oksitosin 20 unit, metergin satu ampul.
b. Lingkungan eksternal
1. Perseptual :
Ny. R berasal dari suku Sunda, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan
SMA. Klien menempati rumah sendiri. Jarak rumah dengan fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Ny.
R melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di bidan. Klien
menggunakan fasilitas umum. Pekerjaan suami swasta, penghasilan 2,5 juta
rupiah / bulan.
2. Operasional :
Klien menikah satu kali, menarche pada usia 12 tahun, lama haid tujuh
hari, siklus haid 28 hari, klien tidak nyeri saat haid. Klien melahirkan anak
kedua, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 3100 gram.
3. Konseptual :
Klien beragama Islam, suku Sunda. Bahasa sehari – hari yang digunakan
C. Konsevasi Energi
a. Nutrisi
Klien menghabiskan satu porsi makanan yang diberikan oleh rumah
sakit.
b. Eliminasi
BAB: Frekuensi 2 x/hari, Konsistensi berbentuk tidak keras.
BAK: Frekuensi 1-3 x/hari,Kejernihan : jernih, Warna kuning jernih
c. Oksigenisasi
Keluhan : Tidak sesak, Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt, Irama
teratur. Tidak ada Penggunaan Otot bantu pernafasan.
d. Aktifitas dan Istirahat
Aktifitas klien terbatas karena berbaring di tempat tidur, masih terasa
pusing bila melakukan aktifitas karena perdarahan. Pemeriksaan Hb
7,99 g/dl.
e. Pola Tidur
Siang : Ya/Tidak (2-3 jam), Malam: Ya/Tidak ( 6-8 jam)
Gangguan Tidur : Ya/Tidak (Lingkungan panas)
Bagian ini menguraikan untuk tahap Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengan teori Konservasi Levine
25- Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan
03- cairan b.d tindakan perdarahan perdarahan perdarahan berkurang
20 perdarahan keperawatan 2. Monitor TTV 2. Mengukur tanda – tanda vital O: TD: 120/80 mmHg, N:
selama 1 x 24 3. Kolaborasi 3. Memberikan cairan kristaloid 100x/menit, RR:
14
jam, diharapkan pemberian cairan IV dua line masing – masing 20x/menit; Perdarahan
kekurangan kristaloid 500 cc loading sesuai advis satu pembalut, kontraksi
volume cairan 4. Kolaborasi dokter uterus baik, TFU dua jari
teratasi dengan pemberian 4. Mengosongkan kandung di bawah pusat, membran
kriteria hasil oksitosin 20 unit kemih mukosa kering, natrium
membran mukosa intravena 5. Memberikan oksitosin 20 139 mEq/L, kalium 2,8
lembab, turgor 5. Masase fundus unit intravena dalam cairan mEq/L, chlorida 111
kulit elastis, input uteri kristaloid mEq/L.
dan output 6. Monitor kontraksi 6. Melakukan masase fundus A: Kekurangan volume
seimbang, urin uterus uteri cairan teratasi sebagian
tidak pekat, klien 7. Motivasi ibu untuk 7. Memonitor kontraksi uterus P:
tidak haus, menyusui 8. Memonitor tinggi fundus - Monitor TTV,
natrium 132 8. Kolaborasi uteri perdarahan (jumlah,
sampai 147 pemberian 9. Memberikan metergin satu konsistensi, warna),
mEq/L, kalium uterotonika jika ampul kontraksi uterus, tinggi
3,3 sampai 5,4 perdarahan masih fundus uteri
mEq/L, chlorida berlanjut - Rencana pindah ruangan
94 sampai 111
25- Gangguan perfusi Setelah 1. Monitor tanda- 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Ibu mengeluh pusing
03- jaringan b.d dilakukan tanda vital 2. Memonitor adanya syok berkurang
20 penurunan suplai tindakan 2. Monitor adanya hipovolemik O: Klien tampak pucat,
oksigen keperawatan 1 x syok hipovolemik 3. Memonitor jumlah perdarahan konjungtiva palpebra
14
24 jam, 3. Monitor jumlah 4. Memberikan oksigen nasal anemi, hemoglobin 7,99
diharapkan perdarahan kanul lima liter setiap menit g/dl, tekanan darah
perfusi jaringan 4. Kolaborasi 5. Memonitor saturasi oksigen 110/70mmHg, nadi 100
menjadi efektif pemberian oksigen 6. Memonitor haluaran urin kali/menit, frekuensi
dengan kriteria 5. Monitor saturasi 7. Memberikan posisi pernafasan 20 kali/menit,
hasil tekanan oksigen trendelenburg urin 200 cc, saturasi
darah 110/70 6. Monitor haluaran 8. Memonitor sianosis oksigen 95%.
mmHg sampai urin 9. Memonitor capillary refill A: Masalah perfusi
130/80 mmHg, 7. Berikan posisi 10. Memonitor nilai laboratorium jaringan teratasi sebagian
nadi 60 sampai trendelenburg hemoglobin P:
100 kali/menit, 8. Monitor sianosis 11. Berkolaborasi pemberian - Monitor tanda – tanda
capilary refill 9. Monitor capillary transfusi vital, saturasi oksigen,
kurang dari dua refill haluaran urin,
detik, tidak ada 10. Monitor nilai berkolaborasi untuk
tanda – tanda laboratorium pemeriksaan darah
sianosis, tidak hemoglobin rutin ulang,
ada clubbing 11. Kolaborasi berkolaborasi
finger, tidak pemberian transfusi pemberian transfusi.
pucat, - Rencana pindah
hemoglobin 12- ruangan
14g/dl.
2. Risiko gangguan Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 25 Maret 2014 25 Maret 2014
perfusi jaringan b.d tindakan vital - Mengukur tanda – tanda S:
penurunan suplai keperawatan - Berikan posisi vital - Klien mengatakan pusing
oksigen selama 2 x 24 jam trendelenburg - Memberikan posisi berkurang
diharapkan tidak - Monitor saturasi trendelenburg O: Klien masih tampak
terjadi gangguan oksigen - Memonitor saturasi oksigen pucat, capillary refill kurang
perfusi jaringan - Berikan transfusi - Memonitor pengeluaran dari dua detik, Hb: 7,99 g/dl
dengan kriteria sesuai program lochea A: Risiko gangguan perfusi
hasil: - Monitor jumlah - Memberikan terapi PRC 500 jaringan teratasi sebagian
- tekanan darah perdarahan cc P:
110/70 mmHg - Monitor haluaran urin - Memberikan vitamin C - Monitor TTV, saturasi
sampai 130/80 - Monitor adanya - Memonitor haluaran urin oksigen, capillary refill,
mmHg, nadi 60 sianosis - Memonitor sianosis nilai hemoglobin
sampai 100 - Monitor capillary - Memonitor clubbing finger
kali/menit refill - Memonitor hemoglobin
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan - Monitor tanda – tanda 25 Maret 2014 25 Maret 2014
berhubungan dengan tindakan vital - Mengukur tanda – tanda S: Klien mengatakan tidak
adanya luka operasi keperawatan selama - Monitor adanya tanda vital demam
2 x 24 jam – tanda infeksi - Memonitor tanda – tanda O:Leukosit 14.600/uL, tidak
diharapkan tidak - Monitor leukosit infeksi ada tanda – tanda infeksi
terjadi infeksi - Lakukan rawat luka - Memonitor nilai leukosit seperti tumor, rubor, kalor,
dengan kriteria dengan tehnik steril - Menganjurkan ibu dolor, fungsiolesa
hasil : mengkonsumsi putih telur A: Tidak terjadi infeksi
- Tidak ada tanda – minimal enam butir P:
tanda infeksi - Memberikan dexamethason - Monitor tanda – tanda
seperti tumor, 2x100 IV sesuai advis dokter infeksi
rubor, kalor, dolor, - Lakukan perawatan luka
fungsiolesa dengan prinsip steril
- Klien
menunjukkan
4. Risiko kegagalan Setelah dilakukan - Berikan penjelasan 25 Maret 2014 25 Maret 2014
pemberian ASI b.d tindakan manfaat ASI dan - Menjelaskan manfaat ASI S: Klien mengatakan ingin
perawatan ibu di keperawatan selama menyusui dan menyusui cepat pulang dan menyusui
rumah sakit 2 x 24 jam, - Anjurkan ibu untuk - Menganjurkan ibu untuk bayinya
diharapkan ibu memerah ASI selama memerah ASInya selama O: Asi keluar 30 cc, puting
dapat menyusui perawatan di rumah perawatan di RS menonjol
secara efektif sakit - Menganjurkan ibu untuk A: Masalah risiko kegagalan
dengan kriteria - Anjurkan ibu memberikan ASI perahan pemberian ASI teratasi
hasil : memberikan ASI pada bayinya selama sebagian
- Ibu memeras perahan pada bayinya perawatan di rumah sakit P: Motivasi ibu untuk
ASI selama selama ibu dirawat - Menganjurkan ibu untuk memerah ASInya selama
perawatan di - Anjurkan ibu untuk menyusui setelah pulang perawatan di rumah sakit
rumah sakit menyusui setelah dari rumah sakit
- ASI sudah pulang dari rumah - Menganjurkan ibu untuk
keluar sakit memberikan ASI eksklusif
5. Cemas b.d perubahan Setelah dilakukan - Beri kesempatan 25 Maret 2014 25 Maret 2014
status kesehatan tindakan kepada klien - Memberikan kesempatan S:
keperawatan selama mengungkapkan kepada klien untuk - Klien mengatakan
2 x 24 jam pikiran dan perasaan mengungkapkan pikiran dan kekhawatirannya
diharapkan cemas cemas perasaan cemas berkurang karena
berkurang atau - Bantu klien untuk - Membantu klien perdarahannya berkurang
hilang dengan memfokuskan kondisi memfokuskan kondisi - Klien mengatakan
kriteria hasil: kesehatannya saat ini kesehatannya saat ini memahami kondisi
- Klien mengatakan - Dampingi klien - Mendampingi klien selama kesehatannya saat ini.
cemas berkurang selama prosedur prosedur O:
atau hilang - Motivasi keluarga - Memotivasi keluarga untuk - Ekspresi wajah
- Klien dapat untuk menemani klien menemani klien sesuai menunjukkan ketegangan
mengungkapkan sesuai kebutuhan kebutuhan berkurang
rasa cemasnya - Beri penjelasan - Memberi penjelasan tentang - Klien memahami
KASUS 5
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 1 April 2014
Ruang Rawat : IGD dan Gd. A Lt. 2 RSCM
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Sopir
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Pasien rujukan dari puskesmas karena dua jam setelah melahirkan plasenta
tidak lahir. Pasien sudah dicoba dilakukan manual plasenta di puskesmas
tetapi tidak berhasil.
2. Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan postpartum, dua jam sesudah melahirkan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien perdarahan dua jam sesudah melahirkan di puskesmas. Plasenta
tidak lahir setelah dilakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) selama
dua jam. Pasien mengalami perdarahan lebih dari 500 cc, robekan jalan
lahir tidak jelas. Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma,
jantung, hipertensi, DM.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak menderita penyakit asma, jantung, hipertensi,
DM.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan, obat – obatan, dan udara.
8. Riwayat menstruasi
Klien menarche usia 17 tahun. Lama menstruasi 7 hari, siklus haid 30 hari.
Tidak ada nyeri haid. Ganti pembalut dua sampai tiga kali setiap hari.
9. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat infertilitas, kista ovarium,
tidak ada massa.
10. Riwayat KB
Klien mengatakan tidak pernah KB.
C. Keadaan Umum
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 118x/menit, suhu
36,50C, frekuensi pernafasan 20x/menit, capillary refill lebih dari tiga detik.
BB: 60kg, TB: 165 cm.
D. Pemeriksaan Fisik
- Kepala Leher
Kepala : Bentuk mesosephal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
Mata : Simetris, konjungtiva palpebra anemi, sklera tidak ikterik
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada epistaksis
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
Telinga : Tidak ada discharge
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan
- Dada
Jantung : Ictus cordis tidak tampak, HR 118x/meit, reguler, pekak,
terdengar BJ I dan II, tidak ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
Paru :Dada simetris, tidak ada retraksi dada, fokal fremitus kanan dan
kiri seimbang, sonor, vesikuler di seluruh lapang paru
Payudara : Simetris, hiperpigmentasi areola, puting menonjol, pengeluaran
ASI (-), tidak ada nyeri tekan, tidak panas.
- Abdomen
Fundus uterus : Satu jari di bawah pusat, uterus lembek, kontraksi tidak
baik.
E. Pengkajian Psikologis
1. Perasaan ibu terhadap kondisi kesehatannya
Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang karena pada persalinan
sebelumnya tidak mengalami perdarahan. Ibu mengatakan cemas jika
perdarahan tidak berhenti.
2. Harapan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan supaya ari – arinya (plasentanya) cepat lahir dan
perdarahannya cepat berhenti.
3. Status mental / mood
Ibu tampak cemas, gelisah, dan sedih dengan kondisinya.
F. Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG tampak plasenta pada serviks uteri, tidak ada tanda – tanda akreta,
kesan plasenta entrapment.
G. Terapi
Oksigen nasal kanul lima liter tiap menit, cairan kristaloid melalui IV dua line
masing – masing 500 cc loading, misoprostol 4 x 200 mg (oral), metergin satu
ampul.
Bagian ini menguraikan untuk Perencanaan dan Evaluasi dan dilanjutkan dengaan teori Konservasi Levine
01- Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Mengkaji penyebab S: Klien mengatakan haus,
04- cairan b.d tindakan perdarahan perdarahan perdarahan berkurang,
20 perdarahan keperawatan 2. Monitor jumlah 2. Mengukur tanda – tanda vital kontraksi uterus sudah
selama 1 x 24 perdarahan 3. Memberikan cairan kristaloid lebih baik dari sebelumnya
14
jam, diharapkan 3. Kolaborasi IV dua line ( masing – O: TD: 110/70 mmHg, N:
kekurangan pemberian cairan masing) 500 cc loading 100x/menit, RR:
volume cairan kristaloid sesuai advis dokter 20x.menit; Plasenta lahir
teratasi dengan 4. Kolaborasi untuk 4. Mengosongkan kandung lengkap, balance cairan –
kriteria hasil melakukan manual kemih 100 cc, perdarahan satu
membran mukosa plasenta 5. Memberikan oksitosin 20 pembalut, kontraksi uterus
lembab, turgor 5. Masase fundus unit intravena dalam cairan baik, TFU dua jari di
kulit elastis, input uteri kristaloid 500 cc bawah pusat, membran
dan output 6. Monitor kontraksi 6. Berkolaborasi untuk mukosa kering, natrium
seimbang, klien uterus melakukan manual plasenta 137 mEq/L; kalium 3,8
tidak haus, 7. Lakukan inisiasi 7. Melakukan masase fundus mEq/L; chlorida 108
natrium 132 menyusu dini uteri mEq/L.
sampai 147 (IMD) 8. Memonitor kontraksi uterus A: Kekurangan volume
mEq/L, kalium 8. Kolaborasi 9. Memberikan misoprostol 2 cairan teratasi sebagian
3,3 sampai 5,4 pemberian tablet, metergin 1 ampul P:
mEq/L, chlorida oksitosin 20 unit sesuai advis dokter - Monitor TTV,
94 sampai 111 intravena 10. Memonitor perdarahan perdarahan (jumlah,
mEq/L. 9. Kolaborasi untuk (jumlah, warna, konsistensi) konsistensi, warna),
01- Gangguan perfusi Setelah 1. Monitor tanda- 1. Mengukur tanda-tanda vital S: Ibu mengeluh pusing
04- jaringan b.d dilakukan tanda vital 2. Memonitor adanya syok berkurang
20 penurunan suplai tindakan 2. Monitor adanya hipovolemik O: Klien tampak pucat,
oksigen keperawatan 1 x syok hipovolemik 3. Memberikan oksigen nasal konjungtiva palpebra
14
24 jam, 3. Kolaborasi kanul 5 liter/menit anemi, hemoglobin 9,25
diharapkan pemberian oksigen 4. Mengukur saturasi oksigen g/dl, hematokrit 24,6%,
perfusi jaringan 4. Monitor saturasi 5. Memonitor haluaran urin tekanan darah
menjadi efektif oksigen 6. Memberikan posisi 110/70mmHg, nadi 98
dengan kriteria 5. Monitor capillary trendelenburg kali/menit, frekuensi
hasil tekanan refill 7. Memonitor nilai laboratorium pernafasan 18 kali/menit,
darah 110/70 6. Monitor sianosis hemoglobin urin 200 cc, saturasi
mmHg sampai 7. Monitor haluaran 8. Memonitor capillary refill oksigen 92%, capillary
130/80 mmHg, urin 9. Memonitor adanya sianosis refill kurang dari dua
nadi 60 sampai 8. Berikan posisi 10. Berkolaborasi pemberian detik.
100 kali/menit, trendelenburg transfusi A: Masalah perfusi
capilary refill 9. Monitor nilai jaringan teratasi sebagian
kurang dari dua laboratorium P:
detik, tidak ada hemoglobin - Monitor tanda – tanda
tanda – tanda 10. Kolaborasi vital, saturasi oksigen,
sianosis, tidak pemberian transfusi haluaran urin,
ada clubbing berkolaborasi untuk
finger, tidak pemeriksaan darah
pucat, rutin ulang,
2. Risiko gangguan - Monitor tanda – tanda vital 1 April 2014 1 April 2014
perfusi jaringan - Berikan posisi - Mengukur tanda – tanda S: Klien mengatakan pusing
perifer b.d trendelenburg vital berkurang.
penurunan suplai - Monitor saturasi oksigen - Memberikan posisi O: Klien tampak pucat,
oksigen - Berikan transfusi sesuai trendelenburg konjungtiva palpebra anemi,
advis dokter - Mengukur saturasi capillary refill kurang dari dua
- Monitor jumlah perdarahan oksigen
Riwayat Pendidikan
Riwayat Pekerjaan