Anda di halaman 1dari 2

HELMINTOLOGI KEDOKTERAN

I. PENDAHULUAN

“Helminth” berasal dari bahasa yunani yang berarti cacing dan logos yang berarti ilmu. Maka
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari cacing yang hidup sebagai parasit pada manusia. Pada
umumnya parasit cacing bersifat anaerob. Biasanya terdapat cadangan lemak dan glikogen. Pada
daerah panas serta udara lembap sering terjadi infeksi cacing usus dari beberapa spesies
(polyhelminthiasis). Pada infeksi dari satu jenis cacing dengan jumlah cacing sedikit, biasanya
infeksinya ringan dan tidak menimbulkan gejala serius, akan tetapi jika jumlah cacing banyak apalagi
dari beberapa spesies cacing, maka menimbulkan penyakit berat dan berbahaya.

II. KLASIFIKASI

Cacing yang berkaitan dengan manusia terdiri dari :

1. Phylum Annelida
- Merupakan ektoparasit penghisap darah yang hidup di air atau di darat.
- Antara lain Lintah.
- Lintah air = Spesies Limnatis
- Lintah Darat = Spesies Haemadipsa
2. Phylum Nemathelminthes
- Merupakan kelompok cacing dengan bentuk bulat memanjang seperti benang (nema
artinya benang).
- Phylum ini bersifat parasit.
3. Phylum Platyhelminthes
- Merupakan kelompok cacing pipih.
- Berbentuk pipih seperti daun atau pipih panjang seperti pipa.
- Bentuk pipih seperti daun disebut cacing daun.
- Bentuk pipih dan panjang seperti pita disebut cacing pita.

III. MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP

Setiap cacing menjalani siklus hidup tertentu, dalam siklus hidup tersebut, cacing
mengadakan berbagai perubahan morfologi. Pada umumnya cacing usus menjalani stadium telur,
larva dan dewasa dengan berbagai variasi tergantung spesies. Manusia dapat berfungsi sebagai tuan
rumah definitif, perantara, obligat, alternatif, insidentil ataupun tuan rumah paratenik. Binatang dapat
hidup sebagai tuan rumah reservior hingga parasit ini sulit untuk dimusnahkan.
Menurut medium penularannya WHO (1964) menggolongkan penyakit cacing dalam lima
kelompok, yaitu :

a. Penularan melalui tinja (faeces). Contoh : Enterobius vermicularis, Hymenolepisnana.


b. Penularan melalui tanah (soil transmitted atau geohelmiths). Telur atau larva menjadi
infektif sesudah menjalani proses pematangan di dalam tanah.
c. Penularan melalui arthropoda yang berperan sebagai vektor. Terjadi jika menggigit
manusia. Contoh : Filaria, Gnatostoma sp, Diphyllobothriumlatum.
d. Penularan melalui siput. Contoh : Schistosoma sp, Paragonimus sp, Opisthorchis sp.
e. Penularan melalui daging hewan yang merupakan makanan manusia. Contoh :
Gnatostoma, Opisthorchis.

IV. EPIDEMIOLOGI

Penyebarannya dikarenakan adanya sumber infeksi, lingkungan yang menguntungkan bagi


cacing parasit tersebut

V. PATOLOGI DAN KLINIK

Pada umumnya infeksi parasit cacing tidak bersifat akut. Kerusakan jaringan dan gejala dapat
disebabkan oleh stadium telur, larva ataupun cacing dewasa. Kerusakan jaringan hospes dapat
disebabkan oleh iritasi, trauma mekanik atau racun yang dihasilkan parasit.

VI. DIAGNOSIS

Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mencari salah satu stadium
cacinng tersebut, yaitu mencari telur, larva ataupun cacing dewasa. Pemeriksaan ini biasanya tidak
hanya rutin tetapi juga dilakukan pemeriksaan khusus misalnya pemeriksaan tinja secara langsung,
periksaan darah, urine serta reaksi immunologis.

VII. PENGOBATAN

Pengobatan dapat berupa masal atau perorangan.

VIII. PENCEGAHAN

Pencegahan dan pemberantasan pada penyakit cacing dapat dilakukan, antara lain dengan
mengurangi sumber infeksi dengan mengobati penderita, pendidikan kesehatan dengan tujuan
mencegah penyebaran penyakit, dan juga memberantas hospes pertahanan dan vektor.

Anda mungkin juga menyukai