Oleh
Kelompok 8
Ayu Novitasari
1314111010
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum
Tanggal Praktikum
Tempat Praktikum
Nama
:Ayu Novitasari
NPM
:1314111010
Jurusan
:Budidaya Perairan
Fakultas
:Pertanian
Universitas
:Universitas Lampung
Kelompok
:08 (Delapan)
M. Nurul Fajri
NPM. 1214111044
I.
PENDAHULUAN
II.
II.1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Jamur
Penampilan fungi atau cendawan tidak asing lagi bagi kita semua. Kita telah
melihat pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju;
pertumbuhan berwarna putih seperti bulu pada roti, dan selai basi; jamur di
lapangan dan di hutan. Kesemua ini merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi
cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, bergantung pada spesiesnya.
Telaah mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri dari kapang dan
khamir. Kapang bersifat filamentous, sedangkan khamir biasanya uniseluler
(Pelczar, 1988).
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik, mereka memerlukan
senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati
yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa
tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia
yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah , dan
selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat
menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita
bilaman mereka membusukkan kayu, makanan, dan bahan-bahan lain. Cendawan
saprofit juga penting dalam fermentasi industry, misalnya pembuatan bir,
minuman anggur, dan produksi antibiotik seperti penisilin. Peragian adonan dan
pemasakkan beberapa keju juga bergantung pada kegiatan cendawan
Beberapa fungi, meskipun saprofik, dapat juga menyerbu inang yang hidup lalu
tumbuh dengan subur di situ sebagai parasit. Sebagai parasit, mereka
menimbulkan penyakit pada tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Akian
tetapi diantara sekitar 500.000 spesies cendawan, hanya kurang lebih 100 yang
patogenik terhadap manusia. Kematian karena infeksi oleh cendawan selain
penyakit kulit sangat tinggi. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh diagnosis yang
terlambat atau yang salah selama penyakit itu menjalar atau karena tidak
ketersediaannya antibiotik-antibiotik nontosik yang secara medis tepat guna.
Banyak cendawan patogenik, misalnya Hitoplasma capsulatum, yang
menyebabkan hitoplasmosis (infeki mikosis pada system retikulumendotelium
yang meliputi banyak organ), dapat juga hidup sebagai saprofit. Fungi seperti itu
menunjukkan dimorfisme, artinya mereka dapat ada dalam bentuk benang
(filamen) seperti halnya kapang. Fase khamir timbul bilaman organisme itu hidup
sebagai parasit atau pathogen dalam jaringan, sedangkan bentuk kapang bila
organisme itu merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium laboratorium.
Spora biasanya yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu
berkelompok-kelompok kecil, masing-masing mempunyai membran serta inti
sendiri. Sel tempat terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya
disebut sporangiospora.
2.
Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelahbelah seperti tasbih. Didalam hal ini tidak ada sporangium, tiap spora disebut
konidiospora atau konidia saja, sedang tangkai pembawa konidia disebut
konidiosfor.
3.
Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat membesar serta
berdinding tebal, bagian itu merupakan alat membesar serta berdinding tebal,
bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut klamidiospora (spora yang
berkulit tebal)
4.
Jika bagian-bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada
aslinya, maka bagian-bagian itu disebut artospora (serupa batu bata),
oidiospora atau oidia (serupa telur) saja.
Fungi dapat ditemukan pada arena substrat, baik dilingkungan darat , perairan,
maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian
vegetatifnya yang umumnya berupa miselium berwarna putih mudah terlihat pada
substrat yang membusuk (kayu lapuk, buah-buahan yang terlalu masak, makanan
yang membusuk). Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna
(merah, hitam, jingga, kuning, krem, putih, abu-abu , coklat, kebiru -biruan, dan
sebagainya) pada daun, batang, kertas, tekstil, kulit dan lain-lain. Tubuh buah
fungi lebih mencolok karena langsung dapat dilihat dengan mata kasat, sedangkan
miselium vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikrosokop.
Spora kapang berproduksi secara aseksual dengan menghasilkan arthokonidia,
blastokonidia, klamisdospora, konidia, sporangiospora, dan secara seksual dengan
menghasilkan akospora, basidiospora dan zigospora.
Rizhoid adalah bentuk hifa vegetatif mirip akar dari tumbuhan yang dapat
bercabang-cabang seperti jari-jari pada tangan, tetapi dapat juga berbentuk sangat
sederhana, yaitu hanya seperti jari tunggal. Perhatikan letak dari rhizoid pada hifa,
apakah langsung berhadapan dengan sporangiosfor atau terdapat pada stolon.
Karakteristik fungi jamur adalah sebagai berikut ;
1. Kandungan air. Pada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap
kekeringan dibanding khamir atau bakteri. Namun demikian, batasan
(pendekatan) kandungan air totol pada makanan yang baik untuk
pertumbuhan jamur dapat diestimasikan, dan dikatakan bahwa kandungan
air dibawah 14-15 % pada biji-bijian atau makanan kering dapat mencegah
atau memperlambat pertumbuhan jamur.
2. Suhu. Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik, yaitu dapat
tumbuh pada suhu normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur sekitar
25OC-30OC, namun beberapa tumbuh baik pada suhu 25OC-37OC atau
lebih, misalnya pada spesies Aspergilis.s.p
3. Kebutuhan oksigen dan derajat keasaman. Jamur benang biasanya bersifat
aerob, yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan
jamur dapat tumbuh pada interval PH yang luas (PH 2.0-8.5), walaupun
pada umumnya jamur lebih suka pada konidia asam.
4. Kebutuhan makanan (Nutrisi). Jamur pada umumnya mampu
menggunakan bermacam-macam makanan dari yang sederhana sampai
yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki bermacam-macam enzim
hidrolit, yaitu amilase, pektinose, proteinose, dan lipase.
Jamur adalah kelompok organisme eukariota, dan dimasukkan kelompok ini
karena sel-selnya sudah memiliki membran inti sel. Ciri-ciri jamur yaitu, selnya
eukariotik, bentuk tubuhnya ada uniseluler dan multiseluler. Tidak memiliki
Miselium dapat vegetatif (somatik) atau reproduktif. Beberapa hifa dari miselium
somatik menembus ke dalam medium untuk mendapat zat makanan. Miselium
reproduksi bertangung jawab untuk pembentukkan spora dan biasanya tumbuh
meluas ke udara dari medium. Miselium suatu kapang deapat merupakan jaringan
yang terjalin lepas atau dapat merupakan struktur padat yang terjalin lepas atau
dapat merupakan struktur padat yang terorganisasi, seperti pada jamur (Cambell,
N. A. 2003)
Fungi akan terus menjadi bahan bagi penelaahan ilmiah dasar, terutama yang
berkaitan dengan morfogenesis (proses terorganisasinaya sel-sel menjadi struktur
jaringan). Mereka akan menjadi semakin penting di dalam proses-proses
komersial untuk menyediakan produk-produk yang bermanfaat, termasuk
antibiotik seperti penisilin. Namun terdapat kebutuhan yang lebih banyak akan
bahan-bahan antifungi, sejajar dengan bahan antibakteri, yang daya racunnya
lebih rendah namun lebih efektif untuk penyakit-penyakit mikotik. Adanya
kesadaran yang lebih tinggi mengenai mikotoksin dan toksisitasnya akan
memerlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap serangan kapang pada
produk-produk pangan.
Ada beberapa klasifikasi jamur, yaitu:
1. Acrasiomycetes
Jamur ini merupakan kelompok jamur lendir selular, yang hidup bebas di dalam
tanah, biasanya diisolasi dari tanah humus. Bentuk vegetatifnya berupa sel berinti
satu yang amoeboid, seperti protozoa uniselular atau merupakan amoeba haploid,
dan disebut juga pseudoplasmodium. Ciri-ciri sel jamur ini adalah dapat bergerak
diatas media padat (pseudopodia), makan dengan cara fagositosis, misalnya
dengan memakan bakteri. Sifatnya yang mirip fungi adalah adanya stadium badan
buah, dan terbentuknya spora. Struktur spora seperti bentuk kista dari amoeba.
Perkembang biakan jamur ini dimulai dari berkecambahnya spora, kemudian sel
memperbanyak diri membentuk pseudoplasmodium, selanjutnya sel-sel
beragregasi dan akan membentuk badan buah, akhirnya terbentuk sporokarp yang
menghasilkan spora kembali. Contoh jamur ini adalah Dictyostelium mucoroides
dan D. discoideum.
2. Myxomycetes
Jamur ini merupakan jamur lendir sejati. Jamur ini dapat ditemukan pada kayu
terombak, guguran daun, kulit kayu, dan kayu. Bentuk vegetatifnya disebut
plasmodium. Cara makan dengan fagositosis. Perkembang biakan jamur ini
dimulai dari sel vegetatif haploid hasil perkecambahan spora. Sel tersebut setelah
menggandakan diri akan mengadakan plasmogami dan kariogami yang
menghasilkan sel diploid. Sel diploid yang berkembang menjadi plasmodium
yang selnya multinukleat tetapi uniselular, selanjutnya membentuk badan buah
yang berbentuk sporangium. Sporangium tersebut menghasilkan spora haploid.
Contoh jamur ini adalah Lycogala epidendron, Cribraria rufa , dan Fuligo
septica.
3. Phychomycetes
Jamur ini termasuk jamur benang yang mempunyai hifa tidak bersepta, sel
vegetatif multinukleat, atau disebut thalus soenositik. Secara vegetatif dapat
Ciri khusus jamur ini yaitu mempunyai basidium yang berbentuk seperti gada,
tidak bersekat, dan mengandung 4 basidiospora di ujungnya. Pada jamur tertentu
mempunyai hymenium atau lapisan-lapisan dalam badan buah. Hymenium terdapat
pada mushroom, maka disebut juga Hymenomycetes. Hymenium terdiri dari
basidia, hifa steril, parafisa, dan cysts. Basidia berasal dari hifa dikariotik, sel
ujungnya membesar, inti ikut membesar, 2 inti melebur menghasilkan 1 inti
diploid, kemudian membelah reduksi menjadi 4 inti haploid yang menjadi inti
basidiospora. Tipe kelamin basidiospora terdiri atas 2 negatif dan 2 positif.
Contoh jamur ini adalah Pleurotus sp (Jamur Tiram), Cyantus sp., dan khamir
Sporobolomyces sp.
6. Deuteromycetes
Semua jamur yang tidak mempunyai bentuk (fase) seksual dimasukkan ke dalam
kelas Deuteromycetes. Jamur ini merupakan bentuk konidial dari klas
Ascomycetes, dengan askus tidak bertutup atau hilang karena evolusi. Jamur ini
juga tidak lengkap secara seksual, atau disebut paraseksual. Proses plasmogami,
kariogami dan meiosis ada tetapi tidak terjadi pada lokasi tertentu dari badan
vegetatif, atau tidak terjadi pada fase perkembangan tertentu. Miseliumnya
bersifat homokariotik. Contoh jamur ini adalah beberapa spesies Aspergillus,
Penicillium, dan Monilia.
Adapun perbedaan jamur dan bakteri. Jamur adalah organisme yang tidak
berklorofil, sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang bersel satu, tetapi
sebagian besar bersel banyak, inti sel sudah memiliki membrane inti (eukariotik).
Dinding sel tersusun atas zat kitin. Tubuh jamur tersusun atas benang-benang
halus yang disebut hifa. Hidup di tempat kaya akan zat organik, lembab, dan
kurang cahaya. Reproduksi aseksual melalui pembelahan dan secara seksual
melalui peleburan inti sel dari dua sel induk. Sedangkan bakteri adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membrane inti sel. Organisme ini masuk ke dalam
domain prokariota. Organisme uniseluler. Hidup bebas atau parasit, ada juga yang
hidup di lingkungan ekstrim. Dinding selnya mengandung peptigokligen.
Mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung. Mengalami inovulasi, yaitu
perubahan bentuk yang yang disebabkan fakta makanan, suhu, lingkungan.
Bakteri juga pleomorfi, yaitu bentuk yang bermacam-macam dan teratur.
Perkembangbiakan dengan cara aseksual (pembelahan biner) dan paraseksual
dengan konjugasi, transformasi, dan transduksi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi, yaitu:
1. Substrat, merupakan sumber nutrien utama bagi jamur
2. Kelembaban, fungsi tingkat rendah memerlukan lingkungan dengan
kelembaban nisbi 90%, sedangkan kapang memerlukan lingkungan
dengan nisbi 80%
3. Suhu, secara umum pertumbuhan untuk kebanyakan fungi 25 o 30o C.
Beberapa jenis juga tumbuh baik pada suhu (-5)o (-10)o C
4. Derajat keasaman (pH), pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan
fungi, karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurangi suatu substrat
sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi
pH di bawah 7,0
Media PDA memiliki unsur dan kandungan haranya murni, banyaknya tepat dan
steril. sedangkan media PSA tergantung dari cara membuat dan jenis kentang
yang digunakan, sebab jenis kentang yang berbeda memiliki kandungan unsur
yang berbeda pula. selain itu dipengaruhi oleh tempat kentang itu tumbuh dan cara
budidayanya (Hashemi KSM, Sadeghpour HM, Gholampour AI. 2012).
Perbedaan yang mencolok dari PDA dan PSA yaitu penggunaan gula. PDA
menggunakan gula dextrose berantai tunggal (monosakarida) sedangkan PSA
menggunakan gula sucrose (gula pasir) berantai ganda (disakarida). Secara umum,
media kultur jamur budidaya harus memiliki sifat:
1.
2.
3.
4.
5.
jamur juga memiliki bentuk yang beragam. Tujuh contoh berikut menggambarkan
beberapa keragaman dalam siklus hidup jamur, dimulai dengan siklus hidup yang
relatif sederhana. Harap menyadari bahwa masing-masing kelompok utama jamur
memiliki keanekaragaman siklus hidup di luar yang tercantum di sini.
Berikut ini adalah ke tujuh contoh siklus hidup pada jamur.
1. Jamur aseksual uniseluler. Contoh: Candida albicans (askomiset) adalah
patogen hewan aseksual. Reproduksinya adalah dengan tunas dari sel ragi.
2. Jamur
seksual
uniseluler.
Contoh:
Chytriomyces
hyalinus
(chytridiomycete) adalah jamur air yang tumbuh pada kitin seperti pada
eksoskeleton serangga air. Jamur ini menghasilkan sel diploid tunggal
yang segera mengalami meosis. Zoospora bersel tunggal mengabadikan
fase haploid (Afrianto dan Liviawaty. 1992)
3. Jamur aseksual filamen. Contoh: oxysporum Fusarium (askomiset) dan
termasuk taksa banyak patogen tanaman yang paling serius. Reproduksi
dan penyebaran adalah melalui konidia (Anderson R.C. 2000).
4. Jamur berfilamen dengan reproduksi seksual dan aseksual, tetapi tidak ada
tubuh buah multiseluler. Contoh: Rhizopus stolonifer (zygomycete) adalah
umum, cepat tumbuh cetakan hitam roti, stroberi dan makanan lainnya,
yang memiliki hifa non-septate. Spora aseksual diproduksi di sporangia.
Reproduksi seksual melibatkan fusi hifa haploid, dan produksi sel diploid
tunggal, zygospore, yang mengalami meosis pada perkecambahan untuk
mendaur ulang pada fase haploid (Budiman., Edi. 2009)
5. Jamur berfilamen dengan reproduksi seksual dan tubuh buah multiseluler.
Contoh: Agaricus bisporus (basidiomycete) adalah tombol yang umum
jamur. Spora seksual yang dihasilkan menimbulkan miselia primer
(haploid), untuk membentuk miselium sekunder. Karyogami (fusi inti)
tertunda, sehingga miselium sekunder dikatakan dikaryotic, atau hanya
dikaryon . Dikaryon menghasilkan koneksi penjepit diagnostik pada septa.
Ketika kondisi memungkinkan, dikaryon menghasilkan tubuh buah
multiseluler. Para meiosporangia berbentuk yang disebut basidia.
Karyogami terjadi di basidia dan segera diikuti oleh meosis dan produksi
spora. Seperti dalam jamur lain yang dibahas, hanya ada satu sel diploid
tunggal dalam siklus hidupnya (Isti Koes haryani, dkk(2001))
6. Jamur berfilamen dengan reproduksi seksual dan aseksual. Contoh: Peziza
vesiculosa (askomiset) menghasilkan tubuh buah multiseluler berbentuk
cangkir, di mana reproduksi seksual terjadi. Para meosporangia adalah
berbentuk sel kantung disebut ASCI. Seperti dalam Basidiomycetes,
karyogami dan meosis terjadi pada ASCI. Ascospores haploid
berkecambah membentuk miselia primer, yang dapat menghasilkan
struktur reproduksi aseksual mikroskopis. Bentuk aseksual telah diberi
nama sendiri, Oedocephalum. Konidia yang dihasilkan pada tahap
lebih dari satu sel yang bergabung menjadi satu membentuk filament panjang atau
hypha.
Hypha jamur bercabang ke segala arah dan kumpulan hypha disebut mycelium
atau thallus. Hypha dibedakan menjadi dua yaitu (1) bersepta (septate) yang
menyerupai buku-buku pada batang bambu, dan (2) tidak bersepta (aseptate).
Hypha aseptate sebenarnya juga bersepta, namun karena sangat halus dan rapi
sehingga tidak terlihat adanya pembatas. Hypha juga dapat dibedakan berdasarkan
fungsinya, yaitu (1) hypha vegetatif/somatik yang menempel di substrat, mampu
mengekskresi enzim sebagai pelarut substrat sehingga senyawa komplek dapat
terurai untuk diserap. (2) Hypha fertil, keluar dari hypha vegetatif dan berfungsi
dalam proses reproduksi (Lavilla-Pitogo, C.R., M.C. L. Baticados, E.R. CruzLacierda and L.D. de la Pena, 1990)
Saprolegnia
Saprolegnia merupakan genus jamur yang termasuk dalam kelas
Oomycetes. Dalam akuarium, jamur ini kerap dipakai sebagai nama umum
untuk serangan jamur yang menyerupai kapas pada permukaan tubuh
ikan. Pada kenyataannya banyak genus dari Oomycetes yang dapat
menyebabkan infeksi jamur pada ikan, diantaranya adalah Achyla.
Saprolegnia atau dikenal juga sebagai "water molds" dapat menyerang ikan dan
juga telur ikan. Mereka umum dijumpai pada air tawar maupun air
payau. Jamur ini dapat tumbuh pada selang suhu 0 - 35 C, dengan selang
pertumbuhan optimal 15 - 30 C. Pada umumnya, Saprolegnia akan menyerang
bagian tubuh ikan yang terluka, dan selanjutnya dapat pula menyebar pada
jaringan sehat lainnya. Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan
kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen
terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar bahan organik
tinggi. Kehadiran Saproglegnia sering pula disertai dengan kahadiran infeksi
bakteri Columnaris, atau parasit eksternal lainnya
Tanda-tanda penyakit
Kehadiran Saprolegnia biasanya ditandai dengan munculnya "benda" seperti
kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada
kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan. Apabila anda sempat melihatnya di
bawah mikroskop maka akan tampak jamur ini seperti sebuah pohon yang
bercabang-cabang (Klinger RE, Floyd RF. 2009)
Apabila kondisi serangan pada ikan parah, lakukan pengobatan. Selain dengan
fungisida khusus ikan, perlakuan dengan PK, formalin dan povidone iodine
dapat pula mengobati serangan Saprolegnia.
Branchiomycosis
Branchiomyces demigrans atau "Gill Rot (busuk insang)" disebabkan oleh
jamur Branchiomyces sanguinis dan Branchiomyces demigrans . Spesies jamur
ini biasanya dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, seperti pH
rendah (5.8 -6.5), kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yang
berlebih dalam akuarium, Branchiomyces sp.tumbuh pada temperatur 14 35C , pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada selang suhu 25 31C. Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang terbawa air
dan kotoran pada dasar akuarium.
Tanda-tanda Penyakit
Branchiomyces sanguinis dan B. demigrans pada umumnya menyerang insang
ikan. Ikan yang terjangkit akan menunjukkan gejala bernafas dengan tersengalsengal dipermukaan air dan malas. Insang tampak mengeras dan berwarna
pucat, khususnya pada daerah yang terjangkit. Pengamatan dibawah mikroskop
akan sangat membantu mengenali serangan jamur ini. Apabila bagian jaringan
yang terserang mati dan lepas, maka spora jamur akan ikut terbebas dan masuk
kedalam air sehingga akan memungkinkan untuk menyerang ikan lainnya.
Pencegahan dan Perawatan
Usaha pencegahan merupakan cara yang sangat disarankan untuk mengontrol
serangan jamur ini. Pengelolaan lingkungan akuarium yang baik akan
menciptakan kondisi yang tidak disukai oleh jamur tersebut untuk tumbuh.
Apabila penyakit telah terlanjur berjangkit, segera lakukan isolasi. Formalin
dan Copper Sulfat diketahui dapat mencegah kematian akibat infekasi
Branchiomycosis. Akuarium yang terjangkit hendaknya segera dikuras, dan
dikeringkan serta lakukakan tindakan sterilisasi. Apabila hal ini menyerang
ikan dalam kolam, keringkan kolam dan berikan perlakuan dengan kalsium
oksida.
Icthyophonus
Icthyophonus disebabkan oleh jamur Icthyophonus hoferi. Jamur ini tumbuh
baik pada air tawar maupun air asin (laut). Meskipun demikian, biasanya
serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air dingin 2 - 20 C. Penyebaran
Icthyophonus berlangsung melalu kista yang terbawa kotoran ikan atau akibat
kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit (Jati, Wijaya.2007)
Tanda-tanda penyakit
Sebaran penyakit biasanya berlangsung melalui pencernaan, yaitu melalui
spora yang termakan. Oleh karena itu, ikan yang terserang ringan sampai
sedang biasanya tidak menunjukkan gejala penyakit. Pada kasus serangan
berat, kulit ikan tampak berubah kasar seperti amplas. Hal ini disebabkan
terjadinya infeksi dibagian bawah kulit dan jaringan otot. Ikan dapat pula
menunjukkan gejala pembengkokan tulang. Bagian dalam ikan akan pada
umumnya tampak membengkak disertai dengan luka-luka berwarna kelabuputih.
Pencegahan dan Perawatan
Tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini, ikan biasanya
akan menjadi carrier sepanjang hidupnya. Pencegahan adalah satu-satunya cara
untuk menghindari serangan penyakitIcthyophonus. Pencegahan dapat
dilakukan dengan tidak memberikan ikan mentah atau produk ikan mentah
pada ikan, kecuali diyakini bahwa pakan ini terbebas dari Icthyophonus
hoferi. Memasak terlebih dahulu pakan tersebuti dapat membantu
menghilangkan jamur infektif yang terkandung. Apabila Icthyophonus
ditemukan pada ikan anda, maka disarankan untuk segera memusnahkan ikan
tersebut. Selanjutnya lakukan sterilisasi pada akuarium yang bersangkutan,
termasuk filter dan peralatan lainnya. Apabila hal ini menyerang ikan dalam
kolam, dan kolam memiliki dasar pasir atau lumpur maka akan diperlukan
pengeringan kolam selama berbulan-bulan untuk menghilangkan jamur
tersebut.
Anti Jamur (Fungisida)
Berbagai produk anti jamur untuk akurium relatif banyak ditemukan di tokotoko akuarium. Pada umumnya produk ini merupakan produk untuk
pengobatan dengan perlakuan perendaman dalam jangka panjang. Beberapa
anti jamur tersebut juga dapat digunakan untuk mencegah serangan jamur pada
telur ikan. Beberapa anti jamur yang mengandung phenoxyethanold apat pula
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri eksternal.
Metil biru merupakan salah satu bahan kimia yang umum digunakan sebagai
anti jamur. Selain itu, garam juga diketahui efektif dalam mengobati akibat
serangan jamur. Gentian Violet diketahui sangat membantu dalam mengatasi
serangan jamur melalui pengobatan lokal di daerah yang terinfeksi jamur
ringan.
Penggunaan anti jamur sebagai kuratif rutin, atau sebagai profilaktik sebaiknya
dihindarkan. Penggunaan anti jamur dalam jangka panjang dan secara terus
menerus dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Olah karena itu,
penggunaan anti jamur ini untuk hal-hal yang tidak perlu atau hal-hal yang
sebenarnya dapat dihindari sebaiknya tidak dilakukan.
6.5 Gejala Klinis Ikan Terserang Jamur
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh jasad penyakit. Penyakit
infeksi (parasite) yaitu penyakit yang disebabkan oleh jasad hidup penyebab
penyakit atau pathogen. Jasad pathogen dapat berupa parasit, jamur, bakteri, virus,
protozoa, udang renik, cacing dan berbagai mikroorganisme lainnya. Beberapa
penyakit infeksi yang sering menyerang gurami adalah sebagai berikut
a.
Penyakit jamur
Penyakit jamur pada ikan umumnya disebabkan oleh saprolegnia sp. Dan Achyla
sp. Mikroorganisme ini sering terlihat seperti benang yang tumbuh dibagian dalam
atau luar tubuh dan berwarna putih hamper semua jenis ikan, baik telur, baik
benih dan ikan dewasa dapat terserah jamur . serangan jamur ini sebenarnya tidak
diklasifikasikan kedalam kelompok penyakit, tetapi merupak infeksi sekunder
akibat adanya luka fisik pada tubuh ikan atau telur yang tidak dibuahi. Jenis ikan
yang dapat terinfeksi oleh penyakit ini adalah hamper semua jenis ikan air tawar
(Supriyadi H. 2004)
Gejala
Ikan yang terinfeksi jamur ditandai adanya benang-benang halus (hype) seperti
kapas menempel pada telur atau tubuh ikan yang terluka. Benang-benang halus ini
bernama hype berwarna putih dan kadang-kadang juga berwarna putih
kecoklatan. Jamur tersebut umumnya menempel pada bagian tubuh ikan yang
yang terluka dan telur yang mati
Jamur atau kumpulan benang tersebut biasanya terlihat dikepala, mata, tutup
insang, sirip dan telur ikan. Ikan yang terkena jamur ini akan menyebabkan
kondisi ikan lemah, nafsu makan kurang dan akhirnya kurus. Lejmahnya daya
tahan tubuh membuka peluang kehadiran penyakit lain yang dapat menyebabkan
kematian.
Factor pemicu
Infeksi penyakit ini antara lain disebabkan adanya ikan yang terluka. Ikan terluka
akibat penangan yang kurang baik saat pemanenan atau pengangkutan. Ikan yang
terluka sangat mudah sekali terserang jamur. Factor pemicu lainnya karena
kepadatan ikan yang tinggi, suhu rendah/turun, ikan stress, lingkungan yang
berbahan tinggi, serta akibat kandungan O2 dalam air yang terlalu rendah. Telurtelur ikan yang kurang baik mutunya atau telur yang tidak terbuahi oleh sperma
lebih mudah tersearng jamur ini. Kepadatan telur yang terlalu tinggi juga dapat
menjadi penyebab timbulnya penyakit ini (Lawrence E. 2000)
Penularan penyakit tersebut melalui air dan kontak langsung dengan ikan yang
terinfeksi. Jamur sehingga penularan jamur melalui spora di dalam air kolam
kemudian menempel pada tubuh ikan sebagai inang. Jika pada tubuh ikan ada
lukanya maka spora tersebut dan berkembang menjadi jamur. Jamur ini dalam
waktu relative cepat akan menyebar ke seluruh ikan di kolam.
Pencegahan
Pencegahan penyakit ini yaitu (a) penanganan ikan secara baik terutama sewaktu
pemanenan dan pasca panen/pengangkutan; (b) hindari padat penebaran benih
atau telur yang terlalu padat; (c) melakukan penggantian air secara berkala; (d)
pemberian pakan yang tepat, baik secara kualitas dan kuantitasnya. Selain itu,
menghindari suhu air media yang dingin/rendah, karena pada suhu air yang
rendah biasanya jamur akan tumbuh pesat. Serta melakukan perbaikan atau
menjaga kualitas air kolam tetap baik (Espeland,S, Hansen PE. (2004)
III.
III.1
METODELOGI
Adapun waktu dan tempat dilaksanaknnya praktikum ini yaitu pada hari Senin,
tanggal 20 April 2015 di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan,
fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
III.2
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: ikan
sampel yang terinfeksi jamur, alat bedah, tissue, kaca preparat, dan mikroskop.
III.3
Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini antara lain:
a. Sampel ikan yang menunjukkan terinfeksi jamur diambil.
b. Tingkah laku ikan yang terinfeksi jamur diamati, baik gejala eksternal maupun
internal.
c. Sampel jamur yang menempel pada tubuh ikan diambil.
d. Kemudian sampel tersebut diletakkan di kaca preparet dengan ditetesi dengan
methylen blue, kemudian diamati di bawah mikroskop.
e. Sampel jamur yang tampak dimikroskop kemudian diamati dan difoto.
IV.
Kel
Jenis
Ikan
Ikan
Komet
Organ
Gejala
Klinis
-Terdapat
benjolan
bewarna
Sirip
putih
Punggu
keabuang
abuan di
(dorsal)
sirip dorsal.
-pergerakan
ikan pasif
Bentuk hifa
Deskripsi
jamur
Memanjang
seperti
benangbenang
halus
berpencarpencar
Merupakan
jamur yang
berfilamen,
yang
memperole
h makanan
karena
bersifat
parasit
Gambar
10
Ikan
Nila
Ikan
Komet
Ikan
Lohan
Sisik
-terdapat
benjolan
bewarna abuabu di sisik
-gerakan
pasif
Memanjang
seperti
benangbenang
halus
berpencar
Merupakan
jamur yang
berfilamen,
yang
memperole
h makanan
karena
bersifat
parasit
Opercu
llum
-terdapat
bercak warna
yang timbul
di operculum
-gerak ikan
pasif
-warna
operculum
pucat
Seperti
benang
halus yang
panjang
Jamur yang
bersifat
parasit dan
berfilamen
Sisik
-terdapat
bagian sisik
yang berbeda
yang
bewarna
lebih gelap
dan timbul
-gerakan
ikan pasif
Seperti
benang
yang halus
memanjang
sepeti
benang
Jamur
membentuk
hifa dan
terlihat
serabut
IV.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu pada kelompok 7 memiliki jenis ikan
komet yang terdapat jamur di bagian sirip punggung (dorsal) dan memiliki gejala
klinis yaitu Terdapat benjolan bewarna putih keabua-abuan di sirip dan pada
dorsal pergerakan ikan pasif. Dengan diskripsi jamur yaitu Merupakan jamur yang
berfilamen, yang memperoleh makanan karena bersifat parasit. Dan bentuk hifa
yaitu Memanjang seperti benang-benang halus berpencar-pencar. Pada kelompok
8 dengan praktikum ikan nila, pada bagian sisik yang berjamur. Gejala klinis nya
yaitu terdapat benjolan bewarna abu-abu di sisik dan gerakan pasif. Dan bentuk
hifa yaitu Memanjang seperti benang-benang halus berpencar. Diskripsi jamur
yaitu Merupakan jamur yang berfilamen, yang memperoleh makanan karena
bersifat parasit.
Pada kelompok 9 dengan menggunakan ikan komet dan organ yang terinfeksi
jamur yaitu pada operculum nya dengan gejala klinis yaitu terdapat bercak warna
yang timbul di operculum, gerak ikan pasif dan warna operculum pucat. Bentuk
hifa nya yaitu Seperti benang halus yang panjang, dan diskripsi jamur yaitu Jamur
yang bersifat parasit dan berfilamen. Pada kelompok 10 yaitu dengan
menggunakan ikan lohan, infeksi jamur pada organ sisik dengan gejala klinis
yaitu terdapat bagian sisik yang berbeda yang bewarna lebih gelap dan timbul dan
gerakan ikan pasif. Bentuk hifanya yaitu Seperti benang yang halus memanjang
sepeti benang. Dan diskripsi jamurnya media jamur membentuk hifa dan spora
yang tumbuh dipermukaan media. Hifa tersebut bila dilihat seperti benang-benang
yang menjulur ke atas dari permukaan media, kemudian diujung dari benang
tersebut terdapat spora dari jamur itu sendiri, sehingg permukaan koloni pada
media biakan terlihat berserabut.
Cara kerja dalam praktikum ini yaitu menyiapkan ikan yang terkena jamur dengan
gejala klinis pada umumnya yaitu pergerakan pasif (lambat), tersapat benolan
putih/ abu-abu, berenang tidak seimbang, warna pucat, sirip dan sisik tergores
tidak sempurna. Setelah itu ikan diamati gejala klinisnya dan dicatat. Kemudian
menyiapkan jarum ose yang sebelumnya telah disterilisasikan, dan streak bagian
jamur yang ada pada ikan. Selanjutnya goreskan pada mdia PDA yang telah
disiapkan. Tutup dengan kertas buram dan inkubasi selama 24 jam.
Setelah inkubasi, diamati morfologi jamur yang tumbuh. Kemudian menyiapkan
jarum ose yang telah disterilisasikan dan di gores pada jamur yang tumbuh di
media PDA ke kaca preparat. Selanjutnya ditetesi metalin blue dan diamati
dibawah mikroskop. Selanjutnya foto dan catat setiap penampakan yang terlihat.
Siklus hidup jamur yaitu Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan
aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur
berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang
multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan
memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air
atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah
dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan
konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu
persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama
adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami
(peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk
bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel
dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga
beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera
melakukan pembelahan meiosis.
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau
patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak
diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal
inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh,
dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara
umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik,
walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi,
virus, prion, dan viroid. Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak
diuntungkan dan satu pihak dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang
kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan patogen adalah cabang penyakit
infeksi. Secara umum infeksi terbagi menjadi dua golongan besar:
Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus
HIV, karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh. Infeksi Awal
Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang pada di luar sel
tubuh (ekstraselular) atau menggunakan sel tubuh sebagai inangnya
(intraselular).
Patogen intraselular lebih lanjut dapat diklasifikasikan lebih lanjut: patogen yang
berkembang biak dengan bebas di dalam sel, seperti : virus dan beberapa bakteri
(Chlamydia, Rickettsia, Listeria). patogen yang berkembang biak di dalam
vesikel, seperti Mycobacteria.
Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh karena infeksi patogen,
misalnya oleh eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel, atau sekresi
endotoksin yang memicu sekresi sitokina oleh makrofaga, dan mengakibatkan
gejala-gejala lokal maupun sistemik. Terpuruknya mekanisme sistem kekebalan
Pada tahapan umum sebuah infeksi, antigen selalu akan memicu sistem kekebalan
turunan, dan kemudian sistem kekebalan tiruan pada saat akut. Tetapi lintasan
infeksi tidak selalu demikian, sistem kekebalan dapat gagal memadamkan infeksi,
karena terjadi fokus infeksi berupa: subversi sistem kekebalan oleh patogen
kelainan bawaan yang disebabkan gen tidak terkendalinya mekanisme sistem
kekebalan Perambatan perkembangan patogen bergantung pada kemampuan
replikasi di dalam inangnya dan kemudian menyebar ke dalam inang yang baru
dengan proses infeksi. Untuk itu, patogen diharuskan untuk berkembangbiak
tanpa memicu sistem kekebalan, atau dengan kata lain, patogen diharuskan untuk
tidak menggerogoti inangnya terlalu cepat. Patogen yang dapat bertahan hanya
patogen yang telah mengembangkan mekanisme untuk menghindari terpicunya
sistem kekebalan.
Kuman (apakah itu bakteri, virus, protozoa maupun jamur) mempunyai
mekanisme dalam menyerang sel inangnya. Secara ringkas kuman tersebut bisa
menginfeksi melalui 4 tahap yaitu: -Adhesi (menempel) -Kolonisasi (berbiak)
-Penetrasi (masuk ke tubuh) - Invasi (menyebar ke seluruh tubuh sambil berbiak)
Faktor penyebab kegagalan yaitu kesalahan pada praktikan yang kurang teliti
dalam praktikum misalnya pada pembawaan ikan sampel, yang dibawa ikan yang
sehat bukan ikan yang berjamur. Kemungkinan kesalahan juga terdapat pada saat
menggoreskan jamur yang ada pada ikan ke media kurang teliti dan kurang
terambil jamur yang seharusnya dan pada pengamatan mikroskup yang kurang
benar dan teliti.
Media yang digunakan yaitu PDA. Media tanam yang umum digunakan dalam
isolasi jamur yaitu media PDA (Potato Dextrose Agar). Bentuk media ini seperti
agar-agar makanan karena memang komposisinya terdiri dari agar. Selain media
PDA proses isolasi biasa dipakai juga media MEA (Malt Extract Agar).
Media PDA memiliki unsur dan kandungan haranya murni, banyaknya tepat dan
steril. sedangkan media PSA tergantung dari cara membuat dan jenis kentang
yang digunakan, sebab jenis kentang yang berbeda memiliki kandungan unsur
yang berbeda pula. selain itu dipengaruhi oleh tempat kentang itu tumbuh dan cara
budidayanya.
V.
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didaat dalam praktikum ini yaitu:
1. Jamur adalah kelompok organisme eukariota, dan dimasukkan kelompok
ini karena sel-selnya sudah memiliki membran inti sel. Ciri-ciri jamur
yaitu, selnya eukariotik, bentuk tubuhnya ada uniseluler dan multiseluler.
Tidak memiliki klorofil , cara hidupnya adalah hidup sebagai tumbuhan
heterotrof, memiliki dinding sel yang disebut kitin, dan dapat bereproduksi
secara seksual dan aseksual. Media tanam yang umum digunakan dalam
isolasi jamur yaitu media PDA (Potato Dextrose Agar). Bentuk media ini
seperti agar-agar makanan karena memang komposisinya terdiri dari agar.
Selain media PDA proses isolasi biasa dipakai juga media MEA (Malt
Extract Agar).
2. Siklus hidup jamur yaitu Reproduksi jamur dapat secara seksual
(generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan
spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya
uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai,
jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan
tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi
jamur dewasa.
3. Umumnya gejala klinisnnya yaitu pergerakan pasif (lambat), tersapat
benolan putih/ abu-abu, berenang tidak seimbang, warna pucat, sirip dan
sisik tergores tidak sempurna.
V.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum ini yaitu praktikan kurang teliti dalam pratikum
sehingga membutuhkan arahan dari asdos agar kesalahan kesalahan dalam
praktikum dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit
kanisius. Yogyakarta.
Anderson R.C. 2000.Nematode Parasit of Vertebrates: Their Development and .
2nd edision CAB. International. UK. P.650.
Teknik
Deteksi
Parasit
Pada
Ikan,
Pusat
LAMPIRAN