Anda di halaman 1dari 7

Bagus Pratama, Intanri Kurniati | Pendekatan Diagnosis Berbasis Molekuler pada Pasien Talasemia

Pendekatan Diagnosis Berbasis Molekuler pada Pasien Talasemia


Bagus Pratama1, Intanri Kurniati2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Talasemia adalah penyakit kelainan darah merah yang merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan di
Indonesia. Penyakit ini terjadi akibat kelainan genetik yang menyebabkan kegagalan sintesis rantai globin. Rantai globin
merupakan salah satu penyusun hemoglobin sehingga kelainan pada susunan hemoglobin akan mengakibatkan kelainan
elastisitas dan lisisnya eritrosit. Kelainan ini bermanifestasi klinis beragam mulai anemia, pucat, lemah, nyeri, kelainan pada
tulang hingga ikterus dan hepatosplenomegali. Diagnosis talasemia pada umumnya hanya menggunakan pemeriksaan
hematologi lengkap mencakup hitung jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, MCV dan MCH, pemeriksaan
darah samar serta elektroforesis hemoglobin. Pemeriksaan genetik dalam pendekatan diagnosis berbasis molekuler
merupakan pemeriksaan yang akan memberikan hasil perubahan sekuens gen atau mutasi genetik yang akan berpengaruh
pada perbedaan gambaran manifestasi klinis dan tingkat keparahan pasien talasemia. Diagnosis molekuler dapat dilakukan
dalam upaya peningkatan penatalaksanaan yang efektif dan kualitas hidup pasien.

Kata kunci: Diagnosis molekuler, pemeriksaan genetik, talasemia

The Molecular-Based Diagnostic Approach on Thalassemia Patient


Abstract
Thalassemia is a red blood disorder which is one of the causes of death and illness in Indonesia. This disease occurs due to
genetic disorder that affect the inability of a person to synthesize globin chains. A globin chain is one of the constituents of
hemoglobin so that abnormality of composition of hemoglobin will cause abnormality of elasticity and lysis of the
erythrocytes. This disorder has various clinical manifestations ranging from anemia, pale, fatigue, pain, abnormalities in the
bone (thalassemic facie) to jaundice and hepatosplenomegaly. Generally, the diagnosis of thalassemia uses a complete
blood count including calculating the number of erythrocytes, hemoglobin levels, hematocrit levels, MCV and MCH, blood
smear examination and hemoglobin electrophoresis. The genetic examination on molecular-based diagnostic approach is
an examination to get a result of changes in gene sequences or genetic mutations that will affect the difference of clinical
manifestation and severity of thalassemia patients. Molecular diagnosis can be made in an effort to improve the effective
management and the quality of life of patients.

Keywords: Genetic examination, molecular diagnosis, thalassemia

Korespondensi: Bagus Pratama, alamat Jl. Purnawirawan Gg. Swadaya 2, Gunung Terang, Langkapura, Bandarlampung.
Telepon 081278563319, surel baguspratama1999@gmail.com; Intanri Kurniati, alamat Jl. Hj. Husin No. 118 Pengajaran,
Teluk Betung Utara, Bandarlampung. Telepon 08122343175, surel intanridr@gmail.com

Pendahuluan Talasemia merupakan penyakit


Talasemia merupakan masalah kelainan darah genetik yang menyebabkan
kesehatan di dunia. Penyakit ini tersebar luas penurunan produksi hemoglobin akibat
pada populasi dunia termasuk negara-negara penurunan atau tidak terbentuknya rantai
Mediterania, Afrika, Asia Selatan, Asia globin (α-globin dan β-globin). Rantai globin
Tenggara. Pada populasi dunia diperkirakan merupakan protein fungsional pembentuk
5% mempunyai varian globin yang hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat
diantaranya 1,7% merupakan α dan β oksigen pada darah.4,5 Hal ini dapat
talasemia trait atau setara dengan 4,4 menimbulkan keadaan ketidaksempurnaan
penderita pada setiap 1000 kelahiran.1 Setiap pembentukan sel darah merah (eritrosit
tahunnya, diperkirakan 2500 bayi baru lahir mudah lisis) di dalam tubuh yang akan
dengan talasemia yang menimbulkan angka menimbulkan masalah kesehatan seperti
kematian dan kesakitan yang tinggi di anemia, pucat, nyeri, lemah dan kelainan pada
Indonesia. Prevalensi pembawa sifat talasemia tulang (thalassemic facie) serta ikterus dan
di Indonesia diperkirakan 1-10% (talasemia-α) hepatosplenomegali.6
dan 3,7% (thalassemia-β)2,3

Medula | Volume 9 | Nomor 2| Juli 2019| 339


Bagus Pratama, Intanri Kurniati | Pendekatan Diagnosis Berbasis Molekuler pada Pasien Talasemia

Pada umumnya, talasemia resesif autosomal. Sifat yang diturunkan


diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu talasemia berdasarkan kromosom pewaris sifat dengan
α dan talasemia β. Talasemia α disebabkan penderita berupa autosomal homozigot. Hal
oleh mutasi pada gen HBA1 dan/atau HBA2 ini mengindikasikan terdapat 1 alel gen
kromosom 16 sedangkan Talasemia β talasemia yang diturunkan oleh masing-
disebabkan oleh mutasi pada gen HBB masing pewaris sifat.14
kromosom 11. Keduanya diturunkan secara Secara patofisiologis, pasien talasemia
resesif autosomal.7 Manifestasi klinis yang akan mengalami anemia hemolitik kronik yang
ditimbulkan berdasarkan varian globin yang berkelanjutan. Keadaan ini dikarenakan
terkena defek. Oleh karena itu, terapi yang defisiensi parsial atau total pada sintesis rantai
diberikan termasuk pemberian transfusi darah α-globin atau rantai β-globin yang merupakan
akan diselaraskan dengan varian globin yang pembentuk hemoglobin pada dewasa (major
bermutasi.8 HbA atau tetramer α2β2).15 Rantai globin yang
Diagnosis talasemia secara tidak berpasangan akan cenderung tidak
konvensional dapat dilakukan dengan stabil. Keadaan ini akan menimbulkan respons
pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan intraselular yaitu hemolisis dari eritrosit.
darah lengkap seperti hitung jumlah eritrosit, Peningkatan keadaan hemolisis eritrosit
kadar hemoglobin, kadar hematokrit, mean mengakibatkan destruksi prematur dengan
corpuscle volume (MCV) dan mean cara apoptosis dan menurunkan life-span
hemoglobin volume (MHV) serta elektroforesis eritrosit. Distribusi dan perfusi darah ke
hemoglobin. Pemeriksaan laboratorium jaringan akan menurun berbanding lurus
lainnya juga dilakukan seperti pemeriksaan dengan menurunnya produksi dan
kadar ferritin serum, total iron binding meningkatnya destruksi eritrosit. Pada fase
capacity (TIBC), protoporpirin zink dan kadar ini, pasien talasemia mengalami gejala
transferrin.9 anemia, pucat dan lemah.16 Pada kondisi lebih
Pendekatan diagnosis berbasis lanjut destruksi hemoglobin, heme dan besi
molekuler dikembangkan guna mencari defek akan menimbulkan jejas seluler berupa stres
atau mutasi pada gen atau genom suatu oksidatif. Stres oksidatif dipicu oleh spesies
individu. Diagnosis genetik dilakukan oksigen reaktif yang dihasilkan dari proses
menggunakan analisis genetik isolat DNA dan reaksi katalisasi kimiawi destruksi eritrosit.
melakukan sekuensing serta penerjemahan Sifat yang ditimbulkan oleh spesies oksigen
dan penyelarasan pada gene bank. Hal ini oksidatif adalah toksik dan dapat
dapat memberikan gambaran mutasi pada menimbulkan masalah di organ seperti hepar
varian hemoglobin agar terapi yang diberikan dan spleen serta organ endokrin lainnya.17
efektif. Pemberian terapi yang efektif dapat Keadaan anemia kronik akan terasosiasi
meningkatkan kualitas hidup dari pasien dengan hipoksemia yaitu menurunnya
talasemia.10,11,12 saturasi oksigen di jaringan. Jaringan dari
tubuh akan melakukan homeostasis berupa
Isi pengaktivasi hormon pembentuk eritrosit atau
Talasemia merupakan salah satu eritropoetin. Sensitasi eritropoetin diharapkan
penyakit hemoglobinopati yaitu dapat membuat keadaan menjadi fisiologis.18
ketidakmampuan tubuh dalam membentuk Pada pasien talasemia eritropoetin tidak
hemoglobin. Pada kelainan ini didapatkan mampu membentuk eritrosit paten sebagai
eritrosit yang tidak paten atau tidak efek kronis dari talasemia. Ketidakmampuan
fungsional. Hal ini dikarenakan kurangnya hormon ini membentuk eritrosit disebut
atau tidak terbentuknya rantai globin (α- inefektif eritropoeisis.19 Eritropoesis
globin dan β-globin) yang merupakan salah ekstramedula primer akan dibentuk oleh
satu pembentuk hemoglobin. Defisit atau hepar dan spleen sebagai komponsasi dari
defek pada rantai globin ini disebabkan oleh keadaan tersebut. Perubahan struktur dan
defek atau mutasi genetik.13 Penurunan fungsi dengan keadaan hemolitik terus
genetik yang terjadi pada kelainan ini bersifat menerus akan menimbulkan manifestasi mulai

Medula | Volume 9 | Nomor 2| Juli 2019| 340


Bagus Pratama, Intanri Kurniati | Pendekatan Diagnosis Berbasis Molekuler pada Pasien Talasemia

dari ikterus hingga hepatosplenomegali.20 talasemia-β++- (talasemia minor atau


Kompensasi tubuh lainnya menggunakan talasemia trait atau talasemia karier)
mekanisme destruksi kortikal dari tulang yang bergantung pada tingkat ekspresi dari gen
dapat menyebabkan kelainan pemipihan pada globin yang termutasi dan sejauh mana output
tulang wajah (thalassemic facie), kerapuhan rantai-β berkurang.25 Mutasi yang benar-
pada tulang (osteoporosis) dan rentan terjadi benar menghapuskan produksi β-globin
fraktur pada tulang panjang pasien.19, 20 Di sisi dikenal sebagai thalassemia-β0 (tingkat
lain, absorpsi besi tanpa penggunaan yang keparahan tinggi), yang meliputi mutasi kodon
efektif dapat menimbulkan pengendapan besi inisiasi, nonsense mutation, frameshifts, dan
pada organ tertentu, mulai dari kulit akan mutasi yang melibatkan penyambungan dan
menimbulkan gambaran bronze skin atau kulit pemrosesan RNA. Sebaliknya, alel talasemia-
keabuan hingga hemosiderosis pada organ β+ ditandai oleh penurunan rantai β yang
vital lainnya (organ endokrin, jantung).21 Hal ringan hingga sedang yang disebabkan oleh
ini dapat diperparah dengan pemberian terapi mutasi pada area promotor (baik kotak CACCC
tranfusi darah tanpa kelasi besi.22 atau TATA), polyadenylation signal dan daerah
Pada umumnya, talasemia dibagi 5’ atau 3’ yang tidak diterjemahkan atau
menjadi 2 klasifikasi berdasarkan defek pada kelainan penyambungan dan pemisahan.
rantai globinnya yaitu talasemia-α dan Selanjutnya, alel talasemia-β++ disebabkan
talasemia-β. Perubahan sekuens gen dapat oleh mutasi pada promoter atau daerah 5’
menimbulkan beberapa penyakit dan mRNA yang diterjemahkan secara bertahap
manifestasi klinis yang berbeda-beda.23 dan hanya memiliki sedikit efek pada produksi
Talasemia-α disebabkan oleh defek delesi satu rantai β-globin.26
atau lebih pada gen HBA1 dan/atau HBA2 Diagnosis talasemia dimulai anamnesis
pada kromosom 16.23 Delesi pada gen tunggal berupa gejala dan tanda diserta riwayat
(-α/αα) akan menghasilkan talasemia-α silent keluarga pasien. Pemeriksaan darah lengkap
karier dengan keadaan asimptomatik dan berupa hitung jumlah eritrosit, kadar
hematologi normal. Delesi pada 2 gen (--/αα) hemoglobin, kadar hematokrit, MCV (<80fl),
akan menyebabkan talasemia-α trait (minor) MCH (<27pg). Pemeriksaan darah samar
dengan mikrositosis dan tidak terdapat didapatkan lapang pandang mikrositik
anemia. Pada delesi 3 gen (--/-α) hipokromatik. Kadar feritin serum >12ng/ml.
menyebabkan talasemia-α intermedia atau Pemeriksaan selanjutnya adalah elektroforesis
HbH disease (rantai beta4) dengan anemia hemoglobin yaitu memisahkan varian
hemolitik, inefektif eritropoesis, kelaian tulang hemoglobin termasuk hemoglobin A,
dan splenomegali. Delesi 4 gen (--/--) akan hemoglobin F, hemoglobin A2, hemoglobin S
menyebabkan talasemia-α mayor dan Hb dan C. Teknik pemeriksaan adalah sebagai
Bart’s syndrome (rantai gamma4). Keadaan ini berikut: cellulose acetate electrophoresis
dapat menyebabkan hydrops fetalis pada alkaline pH, citrate agar electrophoresis acidic
fetus dan bersifat letal.24 pH, supravital staining with brilliant cresyl blue
Talasemia-β disebabkan oleh (diagnosis definitif talasemia-α), isoelectric
kebanyakan mutasi titik (200 mutasi) dan focusing (resolusi baik, sering digunakan
sedikit delesi gen HBB pada kromosom 11. secara luas). High-performance liquid
Produksi rantai globin β berkisar dari hampir chromatography (HPLC) merupakan metode
normal hingga tidak ada sama sekali, pemisahan hemoglobin dengan prinsip kerja
bergantung kepada tingkat kelebihan rantai pertukaran kation kromatografi. HPLC
globin α atau produksi rantai globin β. Mutasi digunakan sebagai alat ukur kuantitatif pada
atau defek genetik menyebabkan kerusakan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.9, 27
pada pemrosesan mRNA, translasi mRNA dan Modalitas diagnosis berbasis
stabilisasi protein. Mutasi talasemia-β pemeriksaan protein mempunyai keunggulan
dikategorikan menjadi talasemia-βo- yaitu efektif biaya dan efisiensi waktu namun
(talasemia mayor atau Cooley thalassemia), mempunyai resolusi yang rendah dan tidak
talasemia-β+- (talasemia intermedia) dan dapat memberikan gambaran defek atau

Medula | Volume 9 | Nomor 2| Juli 2019| 341


Bagus Pratama, Intanri Kurniati | Pendekatan Diagnosis Berbasis Molekuler pada Pasien Talasemia

gangguan genetik yang spesifik. Hal ini dapat yang sering digunakan. Pemeriksaan ini dapat
memicu ketidakakuratan pada pemberian menggambarkan mutasi titik dengan metode
terapi pasien talasemia yang akan berakibat pembeda varian globin. Hal ini dikarenakan
pada peningkatan komplikasi akibat terapi talasemia-β banyak disebabkan oleh mutasi
yang tidak tepat. Oleh karena itu, beberapa titik. Sekuens DNA gen HBB pada kromosom
cara untuk mendiagnosis talasemia telah 11 lebih sederhana dibandingkan gen HBA
dikembangkan sampai saat ini, salah satunya yang memungkinkan pemeriksaan dengan
adalah pemeriksaan genetik dengan teknik yang lebih sederhana untuk menekan
10, 26
pendekatan berbasis molekuler. biaya pemeriksaan.25 Penggunaan metode
Pemeriksaan genetik dengan reverse-dot-blot dengan mendeteksi enzim
pendekatan berbasis molekuler terkait streptavidin melalui hibridisasi biotin
mempengaruhi akurasi hasil diagnosis dan DNA ke membran oligonukleotida pasien
penilaian tingkat keparahan talasemia. dapat mendeteksi adanya beberapa mutasi
Pendekatan diagnosis berbasis molekuler juga genetik PCR spesifikasi alel digunakan oleh
dapat melihat defek atau gangguan genetik. populasi di Asia Tenggara dan India untuk
Hal ini dapat menjadi acuan terhadap dijadikan metode diagnosis berbasis
10,11,26
pemberian terapi pasien talasemia sesuai molekuler.
dengan manifestasi klinik dan tingkat Pengembangan metode pemeriksaan
keparahan pasien talasemia.28 menghasilkan teknologi yang secara spesifik
Pada era sebelum pemeriksaan DNA dapat melihat hasil karakterisasi mutasi dan
dilakukan pemeriksaan genetik dalam delesi pada seluruh gen globin dalam satu
pendekatan diagnosis berbasis molekuler paralel. Metode yang digunakan adalah next
sudah mulai digunakan yaitu dengan generation sequencing (NGS). Pemeriksaan
menganalisis sintesis rantai globin untuk NGS merupakan teknologi terbaru untuk
mengetahui tingkat keparahan pasien. mengidentifikasi mekanisme terjadinya
Diagnosis molekuler telah diterapkan untuk penyakit, pemeriksaan klinis dan perubahan
kasus talasemia dan hemoglobinopati lainnya. paradigma dalam diagnosis klinis suatu
Pada awal perjalanan diagnosis genetik, PCR- penyakit genetik.31 Pemeriksaan dapat
based techniques digunakan untuk dilakukan pada seluruh genom, seluruh ekson,
mendiagnosis mutasi gen globin yang belum atau wilayah spesifik yang ingin diperiksa dari
diketahui. Pemeriksaan ini sangat terbatas suatu genom.32
dan belum dapat mendeteksi perubahan Platform NGS memiliki fitur teknologi
sekuens genetik secara spesifik.26 sekuensing paralel secara masif dari suatu
Pemeriksaan lainnya dalam jumlah molekul DNA yang teramplifikasi secara klonal
besar dapat mengetahui substitusi nukleotida atau tunggal yang dipisahkan secara spasial
tunggal, insersi maupun delesi yaitu dalam sel. Desain ini adalah perubahan
menggunakan Gap-PCR. Pemeriksaan ini paradigma dari Sanger sequencing yang
belum bisa menemukan point mutation dan didasarkan pada pemisahan elektroforetik dari
membutuhkan primer spesifik untuk produk rantai terminasi yang diproduksi
mendeteksi delesi yang tepat. Pemeriksaan ini dalam reaksi sekuensing individu. Pada NGS,
dapat digunakan untuk mendiagnosis dan seuensing dilakukan dengan siklus berulang
mengetahui defek genetik pada pasien dari ekstensi nukleotida yang dimediasi oleh
talasemia-α, namun belum efektif untuk enzim polymerase atau dengan siklus ligase
mengetahui defek genetik pada talasemia-β.29 oligonukleotida.33,34 NGS memungkinkan
Selanjutnya, pemeriksaan DNA reverse-dot- untuk generasi cepat dari ribuan hingga jutaan
blot dapat mendeteksi delesi besar dan lebih pasangan basa dari urutan DNA dari seorang
spesifik. Sehingga DNA reverse-dot-blot dan pasien dengan hasil yang relatif cepat dan
Gap-PCR dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan yang tinggi.35
delesi gen pada talasemia-α.30 Pendekatan diagnosis menggunakan
Pada pasien talasemia-β, Sanger- NGS terdapat pada laboratorium genomik
sequencing merupakan metode pemeriksaan lebih spesifik untuk mendeteksi sekuens DNA

Medula | Volume 9 | Nomor 2| Juli 2019| 342


Bagus Pratama, Intanri Kurniati | Pendekatan Diagnosis Berbasis Molekuler pada Pasien Talasemia

yang digunakan untuk mencapai sampai hemoglobin yang mengalami defek. Hal ini
fragmen breakpoint.36 Interaksi kompleks yang berguna untuk menilai tingkat keparahan dan
melibatkan duplikasi gugus gen globin yang pemberian terapi yang efektif pada pasien
diekspresikan berlebih oleh suatu gen akan talasemia. Metode yang digunakan pada
berpengaruh pada fenotipe penderita diagnosis molekuler sangat beragam dan
talasemia. Oleh karena itu, NGS digunakan mempunyai keuntungan dan kelebihan yang
untuk karakterisasi duplikasi breakpoint pada berbeda. Pengembangan pemeriksaan genetik
penyakit talasemia.37 dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
Karakterisasi pada kelainan DNA akibat spesifik sehingga dapat menggambarkan
mutasi atau kelainan genetik lainnya defek genetik berupa delesi maupun mutasi.
penyebab talasemia dapat divisualisasikan Pemeriksaan genetik dalam pendekatan
lebih akurat dan efisien menggunakan diagnosis berbasis molekuler dapat
pemeriksaan genetika menggunakan teknologi memberikan gambaran manifestasi klinis dan
yang ada. Hal ini dapat membantu dalam penilaian tingkat keparahan penderita
penegakkan diagnosis talasemia sesuai sehingga pemberian tatalaksana yang lebih
dengan fenotipe yang tervisualisasi. Dengan efektif dan peningkatan kualitas hidup pada
penegakkan diagnosis berbasis molekuler ini pasien talasemia akan semakin baik.
didapatkan manifestasi klinis dan tingkat
keparahan pasien sehingga pemberian Simpulan
tatalaksana dapat lebih efektif serta Pemeriksaan genetik dalam pendekatan
meningkatnya kualitas hidup pada penderita diagnosis berbasis molekuler dapat digunakan
talasemia.37, 38 untuk mengetahui gambaran defek atau
kelaian genetik (delesi maupun mutase) guna
Ringkasan penilaian tingkat keparahan dan manifestasi
Talasemia merupakan kelaian darah klinis sehingga pemberian tatalaksana lebih
merah genetik yang diturunkan secara resesif efektif dan peningkatan kualitas hidup pada
autosom. Talasemia disebabkan oleh defek pasien talasemia.
atau gangguan genetik pada gen rantai globin
(rantai α dan β) sehingga hemoglobin tidak Daftar Pustaka
terbentuk sempurna dan menimbulkan 1. Williams TN, Weatherall DJ. World
manifestasi klinis berupa anemia, pucat, nyeri, distribution, population genetics, and
lemah, kelainan pada tulang (thalassemic health burden of the
facie) hingga ikterus dan hepatosplenomegali. hemoglobinopathies. Cold Spring Harb
Perbedaan varian hemoglobin yang Perspect Med. 2012;2(9).
mengalami defek menyebabkan perbedaan 2. Weatherall DJ. The Evolving Spectrum of
manifestasi klinis yang berimplikasi kepada the Epidemiology of Thalassemia.
tingkat keparahan dan pemberian terapi Hematol Oncol Clin North Am.
efektif. 2018;32(2):165–75.
Diagnosis talasemia dapat 3. Liansyah, Tita Menawati; Herdata HN,
menggunakan pendekatan berbasis Data. Aspek Klinis dan Tatalaksana
pemeriksaan protein dan molekuler. Talasemia pada Anak. Banda Aceh: J.Ked.
Pemeriksaan pertama yang harus dilakukan N.Med. Vol.1 No.1; 2018.
dengan pemeriksaan darah lengkap (eritrosit, 4. Teti A, Teitelbaum SL. Congenital
Hb, Ht, MCV, MCH) dan pemeriksaan darah disorders of bone and blood. Bone.
samar. Pendekatan diagnosis berbasis 2019;119(2017):71–81.
pemeriksaan protein mudah dilakukan dan 5. Weatherall DJ. The thalassaemias. BMJ
murah namun belum mampu mendeteksi 1997; 314: 1675-8.
defek genetik yang terjadi pada pasien. 6. Taher AT, Weatherall DJ, Cappellini MD.
Pemeriksaan genetik dalam pendekatan Thalassaemia. Lancet.
diagnosis berbasis molekuler sudah dapat 2018;391(10116):155–67.
memberikan hasil perbedaan varian 7. Muncie HL, Campbell JS. Alpha and beta

Medula | Volume 9 | Nomor 2| Juli 2019| 343


Bagus Pratama, Intanri Kurniati | Pendekatan Diagnosis Berbasis Molekuler pada Pasien Talasemia

thalassemia. Am Fam Physician. S. Ineffective erythropoiesis: anemia and


2009;80(4). iron overload. Hematol Oncol Clin North
8. Cappellini MD, Cohen A, Eleftheriou A, et Am. 2018;32(2):213–21.
al. Guidelines for the clinical 20. Oikonomidou PR, Rivella S. What can we
management of thalassaemia. 2nd learn from ineffective erythropoiesis in
revision edition. Nicosia (Cyprus): thalassemia? Blood Rev. 2018;32(2):130–
Thalassaemia International Federation; 43.
2008 21. Taher AT, Saliba AN. Iron overload in
9. Giordano PC. Strategies for basic thalassemia: Different organs at different
laboratory diagnostics of the rates. Hematology. 2017;2017(1):265–71.
hemoglobinopathies in multi-ethnic 22. Fibach E, Rachmilewitz EA. Iron overload
societies: Interpretation of results and in hematological disorders. Press Med.
pitfalls. Int J Lab Hematol. 2017; 46: e296-e305
2013;35(5):465–79. 23. Piel FB, Weatherall DJ. The α-
10. Brancaleoni V, Di Pierro E, Motta I, Thalassemias. N Engl J Med.
Cappellini MD. Laboratory diagnosis of 2014;371(20):1908–16.
thalassemia. Int J Lab Hematol. 24. Mettananda S, Higgs DR. Molecular Basis
2016;38:32–40. and Genetic Modifiers of Thalassemia.
11. Rund D. Thalassemia 2016: Modern Hematol Oncol Clin North Am.
medicine battles an ancient disease. Am J 2018;32(2):177–91.
Hematol. 2016;91(1):15–21. 25. Thein SL. The molecular basis of β-
12. Welch J. Diagnosis and management of thalassemia. Cold Spring Harb Perspect
thalassaemia. Paediatr Child Heal (United Med. 2013;3(5).
Kingdom). 2015;25(8):360–7. 26. Sabath DE. Molecular diagnosis of
13. Martin A, Thompson AA. Thalassemias. thalassemias and hemoglobinopathies:
Pediatric of North America. 2013; 60: An ACLPS critical review. Am J Clin Pathol.
1383-1391 2017;148(1):6–15.
14. Danjou F, Francavilla M, Anni F, Satta S, 27. Viprakasit V, Ekwattanakit S. Clinical
Demartis FR, Perseu L, et al. A genetic Classification, Screening and Diagnosis for
score for the prediction of beta- Thalassemia. Hematol Oncol Clin North
thalassemia severity. Haematologica. Am. 2018;32(2):193–211.
2015;100(4):452–7. 28. Shang X, Xu X. Update in the genetics of
15. Sarnaik SA. Thalassemia and related thalassemia: What clinicians need to
hemoglobinopathies. Indian J Pediatr. know. Best Pract Res Clin Obstet
2005; 72:319 Gynaecol. 2017;39:3–15.
16. Fibach E, Rachmilewitz EA. 29. Basha B, Mularo F, Cook JR. Design,
Pathophysiology and treatment of Validation, and Clinical Implementation
patients with beta-thalassemia – an of a Gap-Polymerase Chain Reaction
update [version 1; referees: 2 approved] Method for α-Thalassemia Genotyping
F1000Research 2017, (F1000 Faculty Using Capillary Electrophoresis.
Rev):2156 Hemoglobin. 2017;41(2):124–30.
17. Fibach E, Dana M. Oxidative Stress in β- 30. Yang Y, Li DZ. Detection of uncommon
Thalassemia. Mol Diagnosis Ther. deletions in alpha-thalassemia using the
2019;23(2):245–61. PCR-reverse dot-blot method for prenatal
18. Butthep P, Wisedpanichkij R, diagnosis of nondeletional hemoglobin H
Jindadamrongwech S, Fucharoen S. disease. Acta Haematol. 2010;124(1):9–
Elevated erythropoietin and cytokines 12.
levels are related to impaired reticulocyte 31. Xue Y, Ankala A, Wilcox WR, Hegde MR.
maturation in thalassemic patients. Blood Solving the molecular diagnostic testing
Cells, Mol Dis. 2015;54(2):170–6. conundrum for Mendelian disorders in
19. Gupta R, Musallam KM, Taher AT, Rivella the era of next-generation sequencing:

Medula | Volume 9 | Nomor 2| Juli 2019| 344


Bagus Pratama, Intanri Kurniati | Pendekatan Diagnosis Berbasis Molekuler pada Pasien Talasemia

Single-gene, gene panel, or Eur J Hum Genet. 2016;24(1):2–5.


exome/genome sequencing. Genet Med. 36. Clark BE, Shooter C, Smith F, Brawand D,
2015;17(6):444–51. Thein SL. Next-generation sequencing as
32. Risoluti R, Materazzi S, Sorrentino F, Bozzi a tool for breakpoint analysis in
C, Caprari P. Update on thalassemia rearrangements of the globin gene
diagnosis: New insights and methods. clusters. Int J Lab Hematol.
Talanta. 2018;183:216–22. 2017;39(March):111–20.
33. Voelkerding K V., Dames SA, Durtschi JD. 37. Harteveld, CL. Diagnosis of
Next-generation sequencing:from basic haemoglobinopathies: New scientific
research to diagnostics. Clin Chem. advances. Thalassemia Reports, 8(1).
2009;55(4):641–58. 38. Taher AT, Musallam KM, Karimi M, et al.
34. Levy SE, Myers RM. Advancements in Overview on practices in thalassemia in-
Next-Generation Sequencing. Annu Rev termedia management aiming for
Genomics Hum Genet. 2016;17(1):95– lowering complication rates across a
115. region of endemicity: the OPTIMAL CARE
35. Matthijs G, Souche E, Alders M, Corveleyn study. Blood 2010;115(10):1886–92
A, Eck S, Feenstra I, et al. Guidelines for
diagnostic next-generation sequencing.

Medula | Volume 9 | Nomor 2| Juli 2019| 345

Anda mungkin juga menyukai