Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN PENYAKIT “THALASEMIA”

DI RUANGAN POLIKLINIK THALASEMIA DI RSUD Dr. SLAMET GARUT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Profesi Keperawatan


Anak Program Profesi Ners Angkatan XII

Disusun oleh :

Anggi Mulyana

KHGD22062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2022/2023
A. Pengertian
Thalassemia dapat diartikan sebagai anemia yang terjadi akibat sel-sel darah merah
mati lebih cepat daripada kecepatan sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah.
Produksi hemoglobin (Hb) menjadi berkurang dan sel darah merah akan mudah rusak. Sel
darah merah normal akan memiliki umur 120 hari, sedangkan pada penderita Thalassemia
umur sel darah merah lebih pendek (Pramasita dan Anggraeni, 2020).
Thalassemia adalah penyakit keturunan (kelainan genetik) akibat kelainan sel darah
merah dimana rantai globin α atau β pembentuk hemoglobin utama tidak terbentuk
sebagian atau tidak ada sama sekali (kemenkes, 2017)
B. Klasifikasi
Berdasarkan kelainan klinis menurut Rujito (2019), Thalassemia diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu:
1) Thalassemia Mayor
Thalassemia mayor merupakan kondisi yang paling berat. Thalassemia mayor
terjadi karena gen pembentuk hemoglobin pada 2 kromosom mengalami kelainan.
Gejala Thalassemia mayor umumnya muncul pada usia 7 bulan atau pada usia dibawah
3 tahun. Pemberian transfusi darah dilakukan sejak tahun pertama pertumbuhan anak
usia 6-24 bulan, berlanjut sampai seumur hidupnya. Rutinitas transfusi Thalassemia
mayor berkisar antara 2-4 minggu sekali.
2) Thalassemia Intermedia
Terjadi akibat adanya kelainan pada 2 kromosom yang menurun dari ayah dan
ibunya, dengan 2 gen tersebut merupakan kombinasi gen berat dan ringan. Diagnosis
awal bisa terjadi pada usia belasan tahun, atau bahkan pada usia dewasa. Transfusi
terkadang hanya dilakukan 3 bulan sekali, 6 bulan sekali atau bahkan 1 tahun sekali.
3) Thalassemia Minor
Thalassemia minor bisa juga disebut sebagai pembawa sifat, traits, atau carier
Thalassemia. Carier Thalassemia tidak menunjukan gejala klinis semasa hidupnya. Hal
ini karena abnormalitas gen yang terjadi hanya melibatkan salah satu dari dua
kromosom yang dikandungnya, bisa dari ayah atau dari ibu. Satu gen yang normal
masih mampu memberikan kontribusi untuk proses sistem hematopoiesis yang cukup
baik.
C. Etiologi Thalassemia

Thalassemia disebabkan oleh kelainan pada sintesis rantai globin. Penyakit


Thalassemia diturunkan secara autosomal baik dominan maupun resesif. Struktur gen
globin ditemukan pada kromosom 11 dan kromosom 16. Terjadi mutasi pada salah satu
gen rantai globin, menyebabkan produksi rantai globin berkurang sehingga sel darah
merah memiliki umur yang lebih pendek dari normal (Manalu, 2021).

D. Patofisiologi Thalassemia

Masing-masing Hb A yang normal terdiri dari empat rantai globin sebagai rantai
polipeptida, di mana rantai tersebut terdiri dari dua rantai polipeptida alpha dan dua rantai
polipeptida beta. Empat rantai tersebut bergabung dengan empat kompleks heme untuk
membentuk molekul hemoglobin, pada Thalassemia beta sisntesis rantai globin beta
mengalami kerusakan. Eritropoiesis menjadi tidak efektif, hanya sebagian kecil eritrosit
yang mencapai sirkulasi perifer dan timbul anemia.

Anemia berat yang berhubungan dengan Thalassemia beta mayor menyebabkan


ginjal melepaskan erythropoietin yaitu hormon yang menstimulasi bone marrow untuk
menghasilkan lebih banyak sel darah merah, sehingga hematopoiesis menjadi tidak efektif.
Eritropoiesis yang meningkat mengakibatkan hiperplasia dan ekspansi sumsum tulang,
sehingga timbul deformitas pada tulang. Erythropoietin juga merangsang jaringan
hematopoiesis ekstra meduler di hati dan limpa sehingga timbul hepatosplenomegali.
Akibat lain dari anemia adalah meningkatnya absorbsi besi dari saluran cerna
menyebabkan penumpukan besi berkisar 2-5 gram/tahun (Atmakusuma, 2014).

E. Manifestasi Klinis Thalassemia

Manifestasi klinis yang muncul pada penderita Thalassemia menurut Rujito (2019), antara
lain:

1) Kulit terlihat pucat dan ikterus pada mata.


2) Pada bayi terlihat lebih lemas, tidak begitu aktif dan tidak bergairah menyusu, diare,
lemah, demam berulang.
3) Gangguan pertumbuhan dan malnutrisi. Secara umum berat badan dan tinggi badan
menurut umur berada dibawah persentil ke-50, dengan frekuensi gizi kurang dan buruk
mencapai 64,1% dan 13, 2 %.
4) Terjadi hepatosplenomegaly atau pembesaran organ hepar dan limpa.
5) Perubahan tulang, diantaranya tulang rangka akan mengalami perubahan struktur
terutama pada tulang panjang, perubahan khas daerah kraniofacial, dahi yang
menonjol, depresi dari jembatan hidung, mongoloid, dan hipertrofi maxillae yang
cenderung mengekspos gigi atas (tonggos).

F. Penatalaksanaan Thalassemia

1) Transfusi darah
Tujuan dari transfusi darah pada penderita Thalassemia adalah untuk menekan
pembuatan sel darah merah diluar sumsum tulang belakang dan juga untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Transfusi darah dilakukan jika hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai Hb <7 g/dL setelah dilakukan 2 kali
pemeriksaan dengan selang waktu >2 minggu, atau diperoleh nilai Hb 7 g/dL dan
ditemukan tanda atau gejala Thalassemia sehingga transfusi harus dilakukan.
2) Konsumsi obat kelasi besi
Terapi kelasi dilakukan setelah kumpulan zat besi yang berlebihan didalam
tubuh penderita signifikan, dengan diperoleh banyaknya darah yang terdapat di dalam
tubuh, kadar feritin serum, saturasi transferin, dan kadar besi hati. Tujuan dari terapi
kelasi besi adalah untuk detoksifikasi kelebihan zat besi dengan mengikat besi yang
tidak terikat dan mengeluarkannya dari tubuh. Pemberian terapi kelasi besi juga dapat
mencegah terjadinya komplikasi kelebihan zat besi akibat transfusi dan menurunkan
angka kematian pada pasien Thalassemia.
3) Nutrisi dan Suplementasi
Penderita Thalassemia akan merasakan defisiensi nutrisi yang diperoleh dari
proses hemolitik, perubahan kebutuhan nutrisi yang berlebihan, kelebihan zat besi,
kelebihan asupan gula (diabetes melitus), dan kelasi besi yang berlebih. Penderita
Thalassemia diharapkan dapat memenuhi asupan nutrisi yang berkualitas sehingga
dapat diperoleh penilaian terhadap gizi secara bertahap sesuai asupan nutrisi pediatrik.
Vitamin E diberikan sebanyak 2x200 IU, asam folat 2x1 mg/hari tetapi asam folat tidak
diberikan pada pasien Thalassemia dengan kadar Hb pretransfusi ≥9 g/dL yang
berlebihan. Vitamin C sebanyak 2-3 mg/kg/hari diberikan bersamaan dengan
desferoksamin.
4) Splenektomi
Transfusi adekuat dan sesuai dengan saran dokter dapat menghindari pasien
dari tindakan splenektomi. Akan tetapi tindakan ini dapat diperhitungkan kembali
sesuai kebutuhan transfusi dalam tubuh meningkat hingga >200-250 mL PRC/kg/tahun
atau bertambah 1,5 kali lipat dari kebutuhan sebelumnya. Kondisi hiperplenisme yang
ditandai dengan splenomegali dan leukopenia, maka splenektomi dapat
meminimalisasikan keperluan dalam transfusi darah hingga mencapai 30-50% dalam
periode waktu lama.
5) Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan tindakan kuratif pada Thalassemia.
Faktor resiko mayor yang mempengaruhi transplantasi dimana penderita Thalassemia
dengan terapi kelasi besi yang tidak optimal, hepatomegaly, dan fibrosis portal.
Penderita Thalassemia tanpa resiko yang ditandai dengan transplantasi HLA-matched
related allogenic mempunyai harapan hidup tinggi atau overall survival (OS) 93%, dan
harapan hidup tanpa penyakit atau disease-free survival (DFS) 91%. Penderita kategori
1-2 faktor resiko mempunyai OS 87% dan DFS 83%, sedangkan penderita kategori 3
faktor resiko mempunyai OS 79% dan DFS 58%. Resiko harapan hidup berkurang yang
terjadi pada transplantasi berkisar 10% (Kepmenkes, 2018).

G. Komplikasi Thalassemia

Komplikasi dari Thalassemia merupakan penyebab kematian pada penderitanya. Menurut

Rujito (2019), komplikasi dari Thalassemia antara lain:

1) Gangguan pertumbuhan akibat supresi growth hormone.

2) Pubertas terlambat dan hypogonadism.

3) Diabetes Melitus (DM), serta dislipidemia.

4) Kardiomiopati, heart dysfunction, aritmia.

5) Fraktur patologis.

6) Hepatosplenomegaly (pembesaran hepar dan limpa akibat penumpukan Fe).

7) Hemosiderosis (penumpukan zat besi didalam jaringan atau organ tubuh).


8) Hemocromatosis (kelainan metabolisme, dimana tubuh menyerap terlalu banyak zat

besi).
H. Pathway

Kelainan genetik : kromosom ll gangguan rantai


peptide kesalahan letak asam amino polipeptida

Rantai β dalam rantai Hb

G3 eritrosit membawa 02

Kompensator naik pada rantai α

β produksi terus menerus

Hb defectife

Ketidakseimbangan polipeptida

Eritrosit tidak stabil

hemalysis Anemia berat

Suplai 02 berkurang Transfusi darah berulang

Ketidakseimbangan Suplai 02 dan Suplai 02 ke jaringan perifer berkurang hemosiderosis


kebutuhan

Perfusi perifer tidak efektif Penumpukan besi


Hipoksia

Dyspneu Endokrin Hepar limpa Kulit menjadi pucat

Penggunaan otot bantu nafas Tumbuh hepato splenom Kerusakan integritas kulit
kembang megali egali atau jaringan
Kelelahan terganggu

Intoleransi aktivitas Gangguan tumbuh


kembang Nyeri
Akut
Malas makan

Intake nutrisi berkurang

Defisit nutrisi
I. Pengkajian
ANAMNESE
A. Identitas
1. Identitas diri pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis dan tanggal pengkajian
2. Identitas keluarga
Yang terdiri dari Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan dan
hubungan dengan klien
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan klien.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga di bawa ke RS
secara lengkap meliputi ;
a. O = Onset
Gejala awal pertama kali muncul sampai dengan keluhan bertambah dan
dibawa ke tempat pelanan kesehatan.
b. P = Provoking atau Paliatif
Apa penyebab gejala ?, Apa yang dapat mengurangi dan memperberat
penyakitnya ?, Apa yang dilakukan pada saat gejala mulai dirasakan ?,
Keluhan psikologis yang dirasakan !
c. Q = Quality and Quantity
Seberapa tingkat keparahan yang dirasakan klien
d. R = Regio or Radiation
Pada area mana gejala dirasakan?, Sejauh mana penyebarannya?
e. S = severity
Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang memperberat atau mengurangi keluhan
f. Time
Kapan gejala mulai muncul?, Seberapa sering dirasakan?, Apakah timbul tiba-
tiba atau bertahap?, Kambuhan, dan lama dirasakan?
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah dialami klien, baik yang ada hubungannya dengan
penyakit yang diderita sekarang atau tidak ada hubungannya dengan penyakit yang
diderita sekarang, riwayat operasi, dan termasuk riwayat alergi.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama?, Penyebab kematian bila
ada anggota keluarga yang meninggal?, Apakah ada jenis penyakit herediter dalam
keluarga?
E. Genogram
F. POLA Kesehatan Fungsional (Gordon)
1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan selama di rumah dan di rumah sakit.
2. Pola Eliminasi
Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi, Incontinentia,frekuensi,
BAB dan BAK klien.
3. Pola istirahat tidur
Mengkaji waktu mulai tidur, waktu bangun, penyulit tidur, yang mempermudah
tidur, gangguan tidur, pemakaian jenis obat tidur, hal yang menyebakan klien
mudah terbangun.
4. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene
Mengkaji status kebersihan mulai rambut hingga kaki, frekuensi mandi, gosok
gigi, cuci rambut, potong kuku.
5. Pola Konsep Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri, dampak sakit terhadao
diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa
tak berdaya, gugup / relaks
6. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien, pekerjaan, tempat tinggal, tidak
punya rumah, tingkah laku yang passive / agresif terhadap orang lain, masalah
keuangan dll
7. Pola Reproduksi dan seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan mamae
sendiri, riwayat penyakit hub sex, pemeriksaan genital, dll
8. Pola Pertahanan Diri atau Koping
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan penggunaan system
pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang
terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek
penyakit terhadap tingkat stress
9. Pola Keyakinan dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual.
Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan budaya, berbagi
dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan
spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit.
G. Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran
GCS : compos mentis
2. Tanda vital
Tekanan darah : ..................mmHg
Suhu : ..................ºC
Nadi : ..................X/menit
Pernafasan : RR..............X/menit
3. Pemeriksaan keadaan fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan,
atau suara napas tambahan.
A. Analisa data

No Data Etiologi Diagnosa


keperawatan
1. Gejala dan tandamayor Hb defectife Perfusi perifer
Subjektif : (Tidak tersedia) tidak efektif
Ketidakseimbangan
Objektif :
polipeptida
- Pengisian kapiler >3
detik Eritrosit tidak stabil

- Nadi perifer menurun


hemalysis
atau tidak teraba
- Akral teraba dingin Suplai 02 berkurang
- Warna kulit pucat
Suplai 02 ke jaringan perifer
- Turgor kulit menurun berkurang
Gejala dan tanda minor
Subjektif : Perfusi perifer tidak efektif

- Parastesia
- Nyeri ekstremitas
(Klaudikasi intermiten)
Objektif :
- Edema
- Penyembuhan luka
lambat
- Indeks ankle brachial
<0,90
- Bruit femoral
2. Gejala dan tanda mayor Anemia berat Nyeri akut
Subjektif : Mengeluh nyeri
Transfusi darah berulang
Objektif :
- Tampak meringis Hemosiderosis
- Bersikap protektif (mis.
Penumpukan besi
waspada, posisi
menghindari nyeri) Hepar dan limpa
- Gelisah
- Frekuensi nadi Hepatomegali dan
meningkat splenomegali

- Sulit tidur
Nyeri akut
Gejala dan tanda minor
Subjektif : (tidak tersedia )
Objektif :
- Tekanan darah
meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaforesis
3. Gejala dan tandamayor Anemia berat Gangguan
Subjektif : (tidak tersedia) tumbuh
Transfusi darah berulang
Objektif : kembang
- Tidak mampu melakukan Hemosiderosis
keterampilan atau perilaku
Penumpukan besi
khas sesuai usia (fisik,
bahasa, motorik, psikosisial) Tumbuh kembang terganggu
- Peryumbuhan fisik
Gangguan tumbuh kembang
terganggu
Gejala dan tanda minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
- Tidak mampu melakukan
perawatan diri sesuai usia
- Afek datar
- Respon sosial lambat
- Kontak mata terbatas
- Nafsu makan menurun
- Lesu
- Mudah marah
- Regresi
- Pola tidur terganggu (pada
bayi)
4. Gejala dan tandamayor Suplai 02 berkurang Defisit nutrisi
Subjektif : (tidak tersedia)
Ketidakseimbangan Suplai
Objektif :
02 dan kebutuhan
- Berat badan menurun Hypoksia
minimal 10% dibawah
Dyspnea
rentang ideal
Gejala dan tanda minor Penggunaan otot bantu nafas
Subjektif :
Kelelahan
- Cepat kenyang setelah
makan Intoleransi aktivitas
- Kram/nyeri abdomen
Malas makan
- Nafsu makan menurun
Objektif : Intake nutrisi berkurang
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah Defisit nutrisi

- Otot menelan lemah


- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare
5. Gejala dan tanda mayor Anemia berat Gangguan
Subjektif : (tidak tersedia) integritas
Transfusi darah berulang
Objektif : kulit/jaringan
- Kerusakan jaringan dan Hemosiderosis
atau lapisan kulit
Penumpukan besi
Gejala dan tanda minor
Subjektif : (tidak tersedia) Kulit menjadi pucat

Objektif :
Gangguan integritas
- Nyeri kulit/jaringan
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
6. Gejala dan tanda mayor Suplai 02 berkurang Intoleransi
Subjektif : mengeluh lelah aktivitas
Ketidakseimbangan Suplai
Objektif :
02 dan kebutuhan
- Frekuensi jantung Hypoksia
meningkat >20% dari
Dyspnea
kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor Penggunaan otot bantu nafas
Subjektif :
Kelelahan
- Dispnea saat/setelah
aktivitas Intoleransi aktivitas
- Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif :
- Tekanan darah berubah
>20% dari kondisi
istirahat
- Gambaran EKG
menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG
menunjukan iskemia
Sianosis
B. Diagnosa keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif behubungan dengan penurunan fungsi hemoglobin
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
3. Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuan fisik
4. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
5. Gangguan intergritas kulit b.d
6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

C. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Perfusi perifer Setelah dilakukan Tindakan Observasi :
tidak efektif b.d intervensi keperawatan 1. Periksa sirkulasi perifer
penurunan fungsi selama 1x4 jam maka 2. Identifikasi factor resiko
hemoglobin perfusi perifer 3. Monitor panas, kemerahan,
meningkat ,dengan kriteria nyeri atau bengkak pada
hasil: ekstermitas
- Warna kulit pucat Terapeutik :
menurun 4. Lakukan pengukuran tekanan
- Kelemahan otot darah pada ekstermitas
menurun dengan keterbatasan perfusi
- CRT dalam Batas 5. Hindari pemasangan dan
normal penekanan tourniquet pada
- Hb meningkat area yang cidera
6. Lakukan pencegahan infeksi
7. Lakukan perawatan kaki dan
kuku
Edukasi :
8. Anjurkan berolahraga rutin
9. Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat
2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
agen pencedera keperawatan 1 x 4 jam 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis maka tingkat nyeri karakteristik, frekuensi,
menurun, dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respons nyeri non
- Meringgis mnenurun verbal
- Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
- Kesulitan tidur menurun memperberat dan
- Berfokus pada diri memperingan nyeri
sendiri 5. Identifikasi pengetahuan dan
- Diaforesis menurun keyaninan tentang nyeri
- Perasaan depresi 6. Identifikasi pengaruh budaya
(tertekan) menurun terhadap respon nyeri
- Anoreksia menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri
- Mual dan muntah pada kualitas hidup
menurun 8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
10. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat dingin,
terapi bermain)
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
12. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan kebisingan)
13. Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
14. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyerl
15. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Gangguan Setelah dilakukan intervensi Observasi
tumbuhb kembang keperawatan 1 x 4 jam 1. Identifikasi pencapaian tugas
b.d efek maka status perkembangan perkembangan anak
ketidakmampuan membaik, dengan kriteria 2. Identifikasi isyarat perilaku
fisik hasil: dan fisiologis yang
- Keterampilan/perilaku ditunjukan bayi (mis. Laper,
sesuai usia meningkat tidak nyaman)
- Kemampuan melakukan Terapeutik
perawatan diri 3. Pertahankan sentuhan
seminimal mungkin pada
bayi prematur
4. Berikan sentuhan yang
bersifat gentle dan tidak ragu
– ragu
5. Minimal kan nyeri
6. Minimalkan kebisingan dari
luar
7. Pertahankan lingkungan
yang mendukung
perkembangan optimal
8. Motivasi anak berinteraksi
dengan anak lain
9. Sediakan aktivitas yang
memotivasi anak
berinteraksi dengan anak
lainnya
10. Fasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
11. Dukung anak
mengekspresikan diri
melalui penghargaan positif
atau umpan balik atas usaha
nya
12. Pertahankan kenyamanan
anak
13. Fasilitasi anak melatih
keterlambatan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri
(mis. Makan, sikat gigi, cuci
tangan, memakai baju)
14. Bernyanyi bersama anak
lagu-lagu yang disukai
15. Bacakan cerita atau dongeng
16. Dukung partisipasi anak
disekolah, ekstrakulikuler
dan aktivitas komunitas
Edukasi
17. Jelaskan orang tua dan atau
pengasuh tentang milestone
perkembangan anak dan
perilaku anak
18. Anjurkan orang tua
menyentuh dan
menggendong bayinya
19. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan anaknya
20. Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
21. Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
22. Rujuk untuk konseling, jika
perlu
4. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
ketidakmampuan keperawatan 1 x 8 jam 1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan maka status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan
membaik, dengan kriteria intoleransi makanan
hasil: 3. Identifikasi makanan yang
- Porsi makanan yang disukai
dihabiskan 4. Identifikasi kebutuhan kalori
- Kekuatan otot dan jenis nutrien
meningkat 5. Identifikasi perlunya
- Pengetahuan tentang penggunaan selang
pilihan makanan & nasogastrik
minuman meningkat 6. Monitor asupan makanan
- Pengetahuan tentang 7. Monitor berat badan
standar asupan nutrisi 8. Monitor hasil pemeriksaan
yang tepat meningkat laboratorium
- Penyiapan dan Terapeutik
penyimpanan minuman 9. Lakukan oral hygiene
yang aman sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan
- Verbalisasi keinginan pedoman diet
untuk meningkatkan 11. Sajikan makanan secara
nutrisi menarik dan suhu yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
15. Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
16. Anjurkan posisi duduk jika
perlu
17. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
19. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu

5. Gangguan Setelah dilakukan intervensi Observasi


integritas keperawatan 1 x 8 jam 1. Identifikasi penyebab
kulit/jaringan b.d maka integritas kulit gangguan integritas kulit
meningkat, dengan kriteria Terapeutik
hasil : 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika
b. Kerusakan jaringan tirah baring
menurun 3. Bersihkan perineal dengan
c. Kerusakan lapisan kulit air hangat
menurun 4. Gunakan produk berbahan
d. Kemerahan menurun ringan/alami dan hipoalergik
e. Pigmentasi abnormal pada kulit sensitif
menurun 5. Hindari produk berbahan
f. Tekstur membaik dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
6. Anjurkan menggunakan
pelembab
7. Anjurkan minum air yang
cukup
8. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
6. Intoleransi Setelah dilakukan Tindakan Observasi :
aktivitas b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi gangguan fungsi
kelemahan selama 3x24 jam, maka tubuh yang menyebabkan
toleransi aktivitas kelelahan
meningkat, dengan kriteria 2. Monitor pola dan jam tidur
hasil sebagai berikut: 3. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
 Frekuensi nadi Terapeutik :
meningkat 4. Sediakan lingkungan nyaman
 Keluhan lelah dan rendah stimulus (mis.
menurun Cahaya, suara, kunjungan)
 Dipsnea setelah 5. Lakukan rentang gerak pasif
aktivitas menurun dan aktif

 Perasaan lemah 6. Berikan aktivitas distraksi

menurun yang menyenangkan

 Tekanan darah 7. Fasilitasi duduk disisi tempat

membaik tidur, jika tidak dapat

 warna kulit normal berpindah atau berjalan


Edukasi :
8. Anjurkan tirah baring
9. Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
10. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
11. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D. ., & Saryono. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam
Bidang Kesehatan. Nuha Medika.

Arief, Sufyanti, Y. (2019). Riset Keperawatan Anak.

Rujito, L. (2019). Buku Referensi : Thalasemia : Genetik Dasar dan Pengelolaan Terkini. In
W. Siswandari & D. Lestari, Dwi, Woro (Eds.), Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952. (Issue November 2019). Universitas Jenderal Soedirman.

Manalu, E. (2020). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Poliklinik UNIVERSITAS


SUMATERA UTARA. Skripsi.

Atmakusuma, D. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (VI). Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai