Anda di halaman 1dari 9

2.1.2.

1 Immunopatogenesis Karies
Imunopatogenesis karies mempelajari sistem imun tubuh
(rongga mulut) dalam melindungi gigi terhadap bakteri penyebab karies.
Adapun pertahanan rongga mulut terhadap karies dapat berasal dari saliva
dan cairan crevicular di sulkus gingival yang mengandung bahan
antimikroba, mukosa rongga mulut yang dapat menahan penetrasi
mikroorganisme dan jaringan limfoid seperti kelenjar saliva.
Adapun bahan antimikroba dalam saliva adalah:
1. Non Imunoglobulin
 Enzim
A. Lisozim: Bakteriosida, memecahkan ikatan antara asam
N-asetil glukosamin dan N-asetil muramik dinding sel bakteri.
B. Laktoferin: Bakterisioda terhadap Lactobacillus acidophilus,
menghambat pemakaian lisin dan bakteriostatik terhadap
beberapa streptokoki(menghambat kerja enzim glikolitik)
C. Lactoperoksidase: Bakteriostatik, menurunkan kadar besi
yang berguna untuk pertumbuhan bakteri
 Sel-sel Fagosit
o Neutrofil
o Makrofag
o Monosit
 Komplemen: protein serum yang berfungsi untuk menghancurkan
antigen. Komplemen yang teraktivasi akan:
o Brikatan dengan basofil dan sel mast dan menginduksi
pelepasan histamin sehingga terjadi reaksi inflamasi.
o Berperan sebagai faktor kemotaksis yang meningkatkan
fagositosis.
o Berikatan dengan permukaan bakteri dan bekerja dengan cara
opsonisasi.
o Menempel pada membran sehingga menyebabkan lisis.

2. Imunoglobulin
a. Ig A: Merupakan antibodi terbanyak yang paling berperan terhadap
karies dan ditemukan dalam bentuk secretory Ig A. Adapun fungsi
dari Ig A adalah menghambat perlekatan bakteri, menghambat
kerja enzim bakteri, dan anti inflamasi pada mukosa mulut.
b. Ig G dan Ig M: Adapun fungsinya adalah menghambat perlekatan
bakteri, menghambat kerja enzim bakteri, dan opsonisasi.

Pertahanan Dentin
Dentin memiliki kapasitas terbatas untuk pertahanannya. Tubulus dentin
adalah jalan kecil yang berpotensi untuk difusi zat kimia berbahaya dari
lingkungan eksternal ke pulpa dan untuk pintu masuk pergerakan
mikroorganisme. Namun dapat direduksi dalam diameter atau
penutupan total oleh beberapa (satu/lebih) proses.

Pertahanan Pulpa
Apabila karies sudah mengenai pulpa, maka akumulasi bakteri
bertambah(sudah terdapat bakteri lain(bakteri anaerob)). Adapun
pertahanan dari pulpa adalah reaksi granuloma yang merupakan
hipersensitivitas tipe IV. Jika reaksi tersebut gagal, maka bisa terjadi
abses dan menyebabkan pulpitis.
Respon Imun Rongga Mulut

1.Non Spesifik (Alami)


 Humoral : saliva mengandung enzim yang berperan sebagai bahan anti
mikroba.
 Selular : Yang bertanggung bertanggung jawab adalah neutrofil.

2. Spesifik 
 Humoral : Limfosit Limfosit B = sel B
 Selular : Limfosit Limfosit T = sel T

Respon Imun Non Spesifik

Respon Imun Spesifik


Sel B menghasilkan antibodi dan bekerja secara opsonisasi, yaitu
membungkus/melapisi partikel antigen menjadi kompleks Ab + Ag. Kompleks Ab
+Ag akan merangsang terjadinya kemotaksis sel-sel fagosit .
Sel T akan sitotoksisitas pada antigen, menghancurkan antigen dan membantu
sel B dalam produksi antibody.

Sumber :
Mount G.J dan W.R. Hume. Preservation and Restoration of Tooth Structure. KBS:
Australia,2005.

2.1.2.2 Histopatologis Karies


Histopatologis Karies Email
1. Zona Translusen Ciri-ciri:
 Zona translusen merupakan fase awal terjadinya karies pada karies email
 Pada zona ini telah terjadi demineralisasi pada struktur email, khususnya
prisma email, yang mengakibatkan hidroksi apatit dalam prisma email mulai
hilang
 Belum terdeteksi adanya karies
 Lebih porus dari email normal. Volume porus pada zona ini 1% sedangkan
email normal 0,1%

2. Zona Gelap Ciri-ciri:


 Pada zona gelap demineralisasi terus terjadi. Meskipun demikian, pada zona
ini terjadi remineralisasi untuk mengisi bagian prisma email yang sudah
kehilangan kristal hidroksiapatitnya sehingga akan mengimbangi
demineralisasi yang terjadi
 Lebih porus dari zona translusen, berkisar 2-4%. Ukuran pori bervariasi,
sebagai dampak demineralisasi (pori besar) dan remineralisasi (pori kecil)
 Pada pori kecil ini terperangkapnya udara, sehingga tampak lebih gelap
3. Zona Badan Lesi Ciri-ciri:
 Zona ini terletak diatas zona gelap
 Porus yang terbentuk semakin besar, berkisar 5% di permukaan tepi dan 25%
di bagian tengah
 Demineralisasi > Remineralisasi
 Mulai ada invasi bakteri
 Garis retzius terlihat jelas

4. Zona Permukaan Ciri-ciri:


 Terbentuknya white spot (bercak putih) pada permukaan email
 Dinding permukaan seolah utuh, padahal sebenarnya di bagian dalam sudah
terbentuk rongga kosong. Hal ini disebabkan oleh tingkat remineralisasi pada
permukaannya sangat tinggi karena terpapar langsung oleh saliva sehingga
gigi tampak masih utuh
 Meskipun dinding permukaan tampak utuh, namun sebenarnya dinding ini
merupakanstruktur organik dari gigi yang mengalami remineralisasi sehingga
sewaktu-waktu dapathancur dan terbentuklah karies
(Representasi skematis tahapan perkembangan karies email berkolerasi dengan
pemeriksaan radiografi dan klinis)

Histopatologis Karies Dentin


Sama halnya dengan email, dentin juga dapat mengalami karies. Hal ini
disebabkan karena dentin juga memiliki struktur anorganik berupa kristal hidroksi
apatit meski tidak sebanyak pada email. Dentin tersusun atas tubulus-tubulus yang
dibangun oleh struktur organik berupa serat kolagen. Akibat struktur yang
dimilikinya ini, membuatnya jauh lebih rentan terhadap kerusakan karena hanya
dengan asam lemah saja sudah mampu melarutkan (demineralisasi) strukturnya.

Ada 5 zona yang terbentuk selama terjadinya karies dentin, yaitu:

     1.  Zona Dentin Reaktif


         Zona dentin reaktif merupakan suatu zona yang terbentuk diantara dentin dan
pulpa, berfungsi sebagai suatu reaksi pertahanan terhadap rangsangan yang terjadi di
daerah perifer. Pada zona ini, sudah mulai terbentuk sistem pertahanan nonspesifik
dari pulpa yang teraktivasi untuk menghambat kerusakan sehingga tidak berlanjut ke
pulpa.

  2.  Zona Sklerotik


        Zona sklerosis merupakan suatu pelindung yang terbentuk apabila rangsangan
sudah mencapai dentin untuk melindungi pulpa. Pada zona ini terjadi suatu proses
peletakan mineral ke dalam lumen tubulus dentin dan biasa dianggap sebagai
mekanisme normal dari pembentukan dentin peritubuler. Peletakan mineral ini
membuat berkurangnya daya permeabilitas jaringan, sehingga dapat mencegah
penetrasi asam dan toksin-toksin bakteri.
     Zona ini disebut juga zona translusen. Namun maksud translusen disini adalah
terjadinya peningkatan kandungan mineral pada tubulus dentin, tidak sama seperti
yang terjadi pada email dimana zona translusen disebabkan oleh adanya penurunan
kadar mineral dalam email.

    3. Zona Demineralisasi


      Sesuai dengan namanya, pada zona ini terjadi demineralisasi sehingga mineral
yang ada pada dentin semakin berkurang. Namun, pada zona ini belum dimasuki oleh
bakteri.

    4. Zona Invasi Bakteri


       Sudah semakin banyak mineral pada dentin yang hilang, sehingga materi
organiknya pun sudah terlarut. Bakteri sudah masuk ke dalam tubuli dentin.

    5.  Zona Destruksi


        Zona destruksi atau zona nekrosis merupakan suatu zona dimana dentin sudah
dihancurkan oleh bakteri. Materi organik sudah semakin banyak yang hilang dan
mulai terlihat adanya kavitas pada dentin.
Keterangan Gambar:   1. Dentin Reaktif
                                      2. Zona Sklerotik
                                      3. Zona Demineralisasi
                                      4. Zona Invasi dan Destruksi
                                      5. Zona Periferal

Berdasarkan buku Art and Science of Operative Dentistry, histopatologi


karies dentin terbagi dalam 5 zona berbeda, yaitu:

 1. Zona Normal Dentin


      Zona ini merupakan area terdalam dan memiliki tubulus dengan processus
odontoblas dan tidak terdapat kristal di dalam lumennya. Tidak ada bakteri di dalam
tubulus. Stimulasi pada dentin menghasilkan  sakit yang tajam.
   2.  Zona Subtransparent Dentin
     Zona ini merupakan zona demineralisasi yang terjadi pada intertubulus dentin.
Zona ini juga merupakan zona awal terbentuknya kristal yang sangat halus di dalam
lumen tubulus dentin. Proses kerusakan processus odontoblas jelas. Masih belum
ditemukan adanya bakteri.

   3.  Zona Transparent Dentin


     Pada zona ini, dentin menjadi lebih lunak dari dentin normal. Hal ini menunjukkan
bahwa hilangnya mineral yang terdapat di dalam intertubulus dentin. Pada zona ini
juga tidak terdapat bakteri. Ikatan kolagen tetap utuh sehingga mampu
meremineralisasi intertubular dentin yang mulai rusak sehingga memungkinkan
terjadinya self repair untuk melindungi pulpa.

 4.  Zona Turbid Dentin


       Pada zona ini telah terjadi invasi bakteri yang ditandai oleh pelebaran tubulus
dentin yang diisi oleh bakteri. Serat kolagen yang menyusun struktur tubulus dentin
mulai terdenaturasi sehingga tidak terjadi self repair pada fase ini. Zona ini harus
dibuang selama melakukan restorasi.

  5.  Zona Infected Dentin (Outer Carious Dentin)


     Zona ini merupakan lapisan terluar. Terdiri dari permukaan dentin yang penuh
bakteri. Tidak adanya mineral dan kolagen yang menyusun dentin. Pembuangan area
ini sangat dianjurkan untuk kesuksesan restorasi.

Sumber
 Fejerskov. 2008. Dental Caries the disease and its clinical management. UK:
Blackwell Munksgaard.
 Heyman. 1995. Art and Science of Operative Dentistry. USA: Mosby. 

Anda mungkin juga menyukai