Anda di halaman 1dari 16

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 23 (3) : 149-164 (2015)

Aplikasi Model PRECEDE-PROCEED Pada


Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan Berbasis Penilaian Kebutuhan
Kesehatan Masyarakat

The Application of PRECEDE-PROCEED Model in


Community Empowerment Planning in Health Sector
Based on the Need Assessment of Public Health

Endang Sutisna Sulaeman1, Bhisma Murti1,


Waryana2
1Magister Study Program of Public Health, Postgraduate Program, Sebelas
Maret University, Surakarta
2Nutrition Department of Health Ministry, Yogyakarta

KATA KUNCI Model PRECEDE-PROCEED; Pemberdayaan Masyarakat;


Demam Berdarah Dengue; Tuberkulosis
KEYWORDS PRECEDE-PROCEED Model; Community Empowerment;
Dengue Hemorrhagic Fever; Tuberculosis

ABSTRAK Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan


partisipasi masyarakat dalam program kesehatan. Model
PRECEDE-PROCEED Green dan Kreuter digunakan sebagai
model perencanaan program kesehatan berbasis penilaian
kebutuhan masyarakat. Tujuan penelitian adalah
mengaplikasikan model PRECEDE-PROCEED pada
perencanaan program pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan berbasis penilaian kebutuhan. Sasaran penelitian
adalah para pengambil kebijakan serta pelaksana program Desa
Siaga di Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas, dan Desa.
Metode penelitian yang diggunakan adalah metode kualitatif
berupa studi kasus. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Pati
Provinsi Jawa Tengah dengan mengambil dua Desa Siaga.
Hasil: Prioritas masalah kesehatan adalah Tuberkulosis (TB) dan
Demam Berdarah Dengue (DBD). Faktor predisposisi meliputi
tingkat pendidikan, pengetahuan, keyakinan, serta kepercayaan
pada takhayul dan dukun. Faktor pendukung meliputi
penyuluhan dan pelatihan, ketersediaan sarana kesehatan,
jaminan kesehatan, dukungan dana, sumberdaya lokal, dan
sumberdaya alam. Faktor penguat meliputi kepemimpinan,
dukungan sosial, modal sosial, norma sosial, gotong royong,
penghargaan, akses informasi kesehatan dan keteladanan.
Kesimpulan: Model perencanaan PRECEDE-PROCEED dapat

149
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, BHISMA WURTI, WARYANA

diaplikasikan pada perencanaan program pemberdayaan


masyarakat bidang kesehatan berbasis penilaian kebutuhan.
Penyakit TB dan DBD diidentifikasi oleh masyarakat sebagai
prioritas masalah kesehatan. Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan diarahkan pada upaya perubahan perilaku dengan
mempertimbangkan faktor predisposisi, penguat dan
pendukung.

ABSTRACT Community empowerment in health is sector aimed to improve


the community participation in health program. Green and
Kreuter’s PRECEDE-PROCEED model was used as the health
program planning model based on need assessment. The
objective of this research was to apply the PRECEDE-
PROCEED model to community empowerment program in
health sector based on need assessment. The targets of this study
were the policy makers and the organizers of alert village in
Regency Health Service, Public Health Center, and Village. A
qualitative study with case study approach was employed
involving two alert village located in Pati Regency of Central
Java Province. Result: The prioritized health problems were
tuberculosis (TB) and dengue hemorrhagic fever (DHF).
Predisposing factors identified were education level, knowledge,
belief, and trust to traditional healers. The enabling factors were:
knowledge and training, health infrastructure availability,
national health maintenance security, fund support, local
resource, and natural resource. The reinforcing factors included
leadership, social support, social capital, social norm, mutual
cooperation, reward, access to health information and role
modeling. Conclusion: PRECEDE-PROCEED planning model
could be applied to community empowerment program planning
in health sector based on need assessment. TB and DHF diseases
were identified by the community as the priority of health
problems. The community empowerment in health sector was
focused on the attempt of changing behavior by considering
predisposition, enabling and reinforcing factors.

Pengertian holistik pemberdaya- kan tindakan politik, sosial dan budaya


an dalam kesehatan menurut WHO untuk memenuhi kebutuhan kesehatan.
(1998 cit. Sulaeman, 2013) adalah proses
sosial, budaya, psikologis dan politik
melalui individu dan kelompok sosial Corespondence:
sehingga mampu mengekspresikan Dr. H. Endang Sutisna Sulaeman, dr. M.Kes Magister
Study Program of Public Health Postgraduate Program
kebutuhan, menghadirkan kepedulian, of Surakarta Sebelas Maret University Jl. Ir. Sutarno No.
menyusun strategi keikutsertaan dalam 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telpon (0271) 664178
pengambilan keputusan, serta melaku- E-mail: sutisnaend_dr@yahoo.com

150
APLIKASI MODEL PRECEDE-PROCEED PADA PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN BERBASIS PENILAIAN KEBUTUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

Sejak tahun 2006 Departemen Komponen PRECEDE memung-


Kesehatan RI meluncurkan program kinkan peneliti untuk bekerja kebelak-
Desa Siaga sebagai program ang dari tujuan akhir (distal outcomes)
pemberdayaan masyarakat bidang untuk membuat blueprint (perencanaan)
kesehatan. Desa Siaga adalah suatu guna mengarahkan pada penyusunan
kondisi masyarakat desa yang memiliki strategi intervensi. Komponen
kesiapan sumber daya dan kemampu- PROCEED dapat menghasilkan evalua-
an serta kemauan untuk mencegah dan si termasuk efikasi (keunggulan)
mengatasi masalah kesehatan, bencana metodologi penelitian. Model
dan kegawat-daruratan kesehatan PRECEDE-PROCEED terdiri dari
secara mandiri. Untuk pencapain tuju- sembilan langkah, yaitu langkah
an tersebut membutuhkan perencanaan diagnostik untuk perencanaan program
program pemberdayaan masyarakat kesehatan (Tahap 1-5), implementasi
bidang kesehatan berbasis penilaian (Tahap 6), dan evaluasi (Tahap 7-9).
kebutuhan masyarakat. Intervensi PRECEDE (bagian diagnosa) berakhir
pemberdayaan masyarakat bidang pada tahap 5. Selanjutnya PROCEED
kesehatan menurut Ashwell dan meliputi implementasi (tahap 6) dan
Barclay (2009) difokuskan untuk evaluasi (Tahap 7, 8, dan 9). Menurut
meningkatkan dukungan masyarakat model PRECEDE-PROCEED penilaian
pada program kesehatan. Perubahan kebutuhan mencakup identifikasi
perilaku dan sikap diperlukan individu masalah kesehatan (Tahap 1 dan Tahap
dan masyarakat untuk meningkatkan 2), faktor risiko perilaku dan
kesehatan dan kelangsungan hidup. lingkungan (Tahap 3), faktor yang
Meskipun terdapat banyak mempengaruhi perilaku (Tahap 4) serta
model perencanaan program kesehat- sumber daya, kebijakan, organisasi dan
an, penelitian Jones dan Donovan manajemen (Tahap 5). Penelitian ini
(2004) menunjukkan bahwa model dilakukan pada lima fase penilaian
PRECEDE-PROCEED paling berguna untuk mengidentifikasi masalah
secara praktis dalam perencanaan dan kesehatan masyarakat, faktor risiko dan
pengembangan program pemberdaya- sumber daya.
an masyarakat bidang kesehatan. Menurut Wright et al. (1998)
Menurut Green dan Kreuter (2005) penilaian kebutuhan kesehatan adalah
model PRECEDE-PROCEED sebagai metode sistematis untuk mengiden-
model perencanaan program kesehatan tifikasi kebutuhan kesehatan dan
berbasis penilaian kebutuhan pelayanan kesehatan populasi serta
masyarakat ditujukan untuk perubahan membuat perubahan untuk memenuhi
perilaku. Yang penting untuk model kebutuhan. Kegiatan ini mencakup
perencanaan PRECEDE-PROCEED metode epidemiologi dan pendekatan
adalah peran teori dalam menciptakan kualitatif untuk menentukan prioritas
sebuah kerangka pikir konseptual yang program kesehatan dengan meng-
mengarahkan pembentukan intervensi gabungkan tinjauan klinis, efek-tivitas
dan evaluasi. Namun menurut Ashwell biaya dan perspektif masyarakat.
dan Barclay (2009) model tersebut gagal Penilaian kebutuhan kesehatan
untuk mengidentifikasi faktor peng- menyediakan peluang untuk: (1)
hambat dalam penilaian pendidikan menggambarkan pola penyakit pada
dan ekologi pada tahap perencanaan. populasi lokal dan perbedaannya

151
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, BHISMA WURTI, WARYANA

dengan pola penyakit di tingkat dengan mengambil dua Desa Siaga


kabupaten/kota, provinsi maupun yaitu satu Desa Siaga Utama (Desa
nasional; (2) menganalisis kebutuhan Kertomulyo) dan satu Desa Siaga
dan prioritas masalah kesehatan Pratama (Desa Tegalharjo) di
penduduk setempat; (3) mengkaji Kecamatan Trangkil. Waktu penelitian
daerah yang tidak terpenuhi kebutuhan dilakukan selama lima bulan mulai Juli
kesehatannya dan menyediakan 2014 sampai dengan Nopember 2014.
seperangkat tujuan untuk memenuhi Teknik pengambilan sampel
kebutuhan; (4) memutuskan secara menggunakan kombinasi antara
rasional penggunaan sumber daya purposive dan snawball sampling. Teknik
untuk meningkatkan kesehatan popu- pengumpulan data dilakukan
lasi lokal dengan cara yang paling triangulasi metode dan sumber data
efektif dan efisien; serta (5) yaitu melalui wawancara mendalam,
mempengaruhi kebijakan, kerjasama focus group discussion (FGD), observasi
lintas sektor serta prioritas penelitian partisipasi dan kajian dokumen (Yin,
dan pengembangan. 2003).
Penilaian kebutuhan kesehatan Wawancara mendalam dilakuk-
dapat memfasilitasi partisipasi masya- an terhadap 60 informan (n = 60) terdiri
rakat dalam program kesehatan, meng- dari informan masyarakat: 46 orang (n
hindari pemborosan sumber daya yang = 46) dan informan petugas kesehatan:
terbatas dan memberikan dasar untuk 14 orang (n = 14). FGD dilakukan
analisis program. Mengingat adanya terhadap kelompok komunitas dan
keterbatasan sumber daya yang kelompok petugas kesehatan baik
tersedia untuk program kesehatan, petugas Dinas Kesehatan Kabupaten
penilaian kebutuhan kesehatan meru- maupun Puskesmas. Observasi
pakan salah satu pertimbangan penting partisipatif dilakukan di dua Pos
dalam perencanaan program pem- Kesehatan Desa (Poskesdes) yaitu
berdayaan masyarakat bidang kesehat- Poskesdes Desa Kertomulyo dan Desa
an pertanyaan perencanaan adalah Tegalharjo Kecamatan Trangkil. Unit
untuk memahami apa yang diinginkan analisis penelitian adalah program
masyarakat dan apa yang benar-benar Desa Siaga. Analisis data dilakukan
diperlukan (Li et al. 2009). Tujuan terhadap hasil wawancara informan
penelitian ini adalah mengaplikasikan kunci dan FGD selama dan setelah
model PRECEDE-PROCEED pada penelitian. Semua rekaman disalin kata
perencanaan program pemberdayaan demi kata. Pendekatan kerangka
masyarakat bidang kesehatan berbasis digunakan untuk menganalisis data
penilaian kebutuhan kesehatan. oleh tiga peneliti mandiri. Kerangka
kerja yang dibangun menggunakan
BAHAN DAN CARA KERJA panduan topik, checklist dan kategori
yang muncul dari transkrip, dan
Jenis penelitian adalah penelitian diterapkan ke data untuk mengiden-
deskriptif dan analitik dengan desain tifikasi tema. Nama-nama semua
penelitian potong-lintang melalui partisipan dalam FGD dan wawancara
pendekatan penelitian kualitatif berupa informan digunakan anonimitas.
studi kasus. Lokasi penelitian di Analisis penelitian studi kasus terdiri
Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah dari tiga alur kegiatan yang dilakukan

152
APLIKASI MODEL PRECEDE-PROCEED PADA PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN BERBASIS PENILAIAN KEBUTUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

secara bersamaan yaitu reduksi data, Seperti dituturkan informan


penyajian data, dan kesimpulan. berikut: “Orang yang berpendidikan akan
Aktivitas analisis data dilakukan mampu bekerja dengan baik, lebih terampil,
secara interaktif dengan proses dan orang yang sehat akan bekerja lebih
pengumpulan data sebagai suatu giat sehingga hidupnya akan menjadi
proses siklus melalui analisis interaktif produktif dan berkualitas” (I/Pusk
dan analisis jalinan. Trangkil/9/6/2014).
Selanjutnya informan lain
HASIL memberikan penjelasan bahwa
seseorang dikatakan berkualitas hidup-
Tahap 1. Penilaian sosial: Meng- nya apabila pendidikannya mencapai
analisis kualitas hidup individu dan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
masyarakat menurut penilaian Atas (SLTA) bahkan perguruan tinggi.
masyarakat Seperti penuturan informan berikut:
Bagian PRECEDE dari model ini “Seseorang hidupnya berkualitas jika
dimulai melalui kegiatan diagnostik kesehatannya terjamin, ditunjang
dengan mengidentifikasi hasil-hasil pendidikan minimal Sekolah Lanjutan
yang telah dicapai dari intervensi Tingkat Atas bahkan perguruan tinggi,
dengan menanyakan “Apa yang telah ditunjang status ekonomi yang cukup, dan
dicapai dalam kualitas hidup seseorang ketaatan dalam melaksanakan ibadah”
dan komunitas?” Melakukan analisis (E/Tgl/9/6/2014).
situasi dan penilaian sosial data Penjelasan infroman tersebut
sekunder tahun 2014, seperti Profil sejalan dengan hasil FGD dengan
Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas. petugas Puskesmas, yaitu:
Keadaan kesehatan diidentifikasi “Menurut saya yang menunjukkan
sebagai masalah kualitas hidup. sesorang berkualitas hidupnya
Diawali identifikasi cakupan program adalah pendidikan dan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat bidang yang ketiga adalah kemampuan
kesehatan yaitu Program Desa Siaga, ekonomi. Oleh masyarakat
Poskesdes dan Posyandu, serta sasaran sekitarnya, dia dipandang berhasil
program sebagai penerima manfaat. dalam hal apapun, kemudian
Sebagian besar informan dalam keluarga dia mampu
menjelaskan bahwa kualitas hidup membawa keluarga dan
seseorang dinilai dari aspek tingkat masyarakat sekitarnya menjadi
pendidikan, status ekonomi, pekerja- lebih baik” (I/Pusk
an, penghasilan, dan ketaatan dalam Trangkil/10/6/2014).
beribadah. Seperti disampaikan Masyarakat di lokasi penelitian
informan berikut: “Menurut saya memahami bahwa kesehatan seseorang
kualitas hidup seseorang dapat dinilai dari sangat menentukan kualitas hidup.
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan Orang yang sehat dapat bekerja dengan
ketaatan dalam beribadah. Status ekonomi baik dan produktif. Orang yang sehat
dipengaruhi pekerjaan dan penghasilan dapat merasakan kebahagiaan. Sebalik-
(S/Tgl/ 9/6/2014). Sebagian besar nya orang yang sakit tidak merasa
informan menjelaskan bahwa aspek bahagia dan tidak bisa bekerja dengan
kesehatan sangat berpengaruh baik.
terhadap kualitas hidup baik pada
individu maupun masyarakat.

153
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, BHISMA WURTI, WARYANA

Tahap 2. Penilaian epidemiologi: malu dengan penyakit yang


Mengidentifikasi masalah kesehatan diderita. Penyakit yang dapat
spesifik yang berkontribusi pada menyebabkan Kejadian Luar Biasa
kualitas hidup dan menetapkan prio- (KLB) di sini adalah DBD sehingga
ritas masalah kesehatan menjadi masalah kesehatan.
Peneliti mengkaji literatur dan Penyakit DBD berkaitan dengan
mengajukan pertanyaan kepada masalah kesehatan lingkungan”
partisipan dan perancang program di (S/Pusk Trangkil/10/6/ 2014).
Dinas Kesehatan dan Puskesmas Masyarakat menetapkan
tentang kualitas hidup yang prioritas masalah kesehatan dengan
dikemukakan di atas dan isu-isu apa cara musyawarah. Hal ini seperti
yang mempengaruhi kualitas hidup penuturan informan berikut:
terkait kesehatan? Apa yang perlu “Cara menetapkan masalah
diubah untuk mencapai kesehatan yang kesehatan di sini dilakukan secara
optimal bagi individu dan komunitas? musyawarah oleh pengurus Desa
Fase ini menentukan faktor-faktor Siaga, forum kesehatan desa, dan
epidemiologi, perilaku, dan lingkungan aparat desa”. Dasar pertimbangan
yang memiliki dampak terhadap dalam penentuan prioritas masalah
kesehatan dan kualitas hidup. kesehatan adalah banyaknya
Masalah kesehatan spesifik yang masyarakat yang menderita sakit,
memberikan kontribusi pada kualitas tingkat keparahan penyakit, dan
hidup yang dirasakan oleh masyarakat mudahnya penanganan
di lokasi penelitian adalah penyakit “(W/Tegalharjo/9/6/2014).
menular yaitu penyakit Demam Pejelasan tersebut ini sesuai
Berdarah Dengue (DBD), Diare, dengan penuturan informan sebagai
Tuberkulosis (TB), Leptospirosis, dan berikut:
Kusta. Penyakit tersebut menurut “Prioritas masalah yang harus
masyarakat sering terjadi dan ditangani berdasarkan
menggangu kesehatan warga musyawarah forum kesehatan desa
masyarakat. Hal ini sesuai dengan dan aparat desa adalah DBD,
penuturan informan yang menjelaskan: karena banyak masyarakat yang
“Masalah kesehatan yang dirasakan terkena DBD yaitu sekitar 6-7
masyarakat adalah TB, demam berdarah, kasus. DBD itu bisa dicegah,
kusta, dan leptospirosis” (A/Tegalharjo/ sehingga penanganannya mudah.
9/6/2014). DBD kalau tidak cepat ditangani
Pernyataan tersebut diperkuat akan menyebabkan kematian.
oleh hasil FGD dengan peserta petugas Masalah selanjutnya adalah TB”
Puskesmas dengan menjelaskan (I/Puskesmas Trangkil/9/6/ 2014).
sebagai berikut: Berdasarkan penetapan prioritas
“Masalah TB tidak hanya menjadi masalah kesehatan tahap pertama
masalah di desa tapi merupakan ditetapkan penyakit DBD, Tuberkulosis
masalah di tingkat nasional. (TB), Leptospirosis, dan Kusta.
Masalah selanjutnya penyakit DBD. Selanjutnya dalam penetapan prioritas
Penemuan penyakit TB masih masalah kesehatan tahap kedua,
belum mencapai target, karena ditetapkan DBD dan TB sebagai
kesadaran masyarakat masih peringkat utama. Berdasarkan data
rendah. Di samping itu adanya rasa

154
APLIKASI MODEL PRECEDE-PROCEED PADA PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN BERBASIS PENILAIAN KEBUTUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

sekunder yang diperoleh dari (tidak menggantung baju, memelihara


Puskesmas menunjukkan bahwa DBD ikan, menghindari gigitan nyamuk, dan
dan TB adalah termasuk ke dalam 10 membubuhkan Abate), serta masih ada
penyakit utama rawat jalan dan warga masyarakat yang berobat ke
penyebab kematian di wilayah kerja dukun.
Puskesmas. Dasar pertimbangan dalam Masalah perilaku dan
penentuan prioritas masalah kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan
adalah banyaknya masyarakat yang masalah kesehatan spesifik (TB dan
menderita sakit, tingkat keparahan DBD) adalah rendahnya kesadaran
penyakit, dan mudahnya penanganan. masyarakat terhadap kesehatan,
adanya stigma negatif terhadap
Tahap 3: Penilaian perilaku dan ling- penderita penyakit TB, kepercayaan
kungan yang berhubungan dengan kepada takhayul, buruknya sanitasi
masalah kesehatan spesifik lingkungan, kurangnya sosialisasi,
Tahap ini bertujuan untuk penyuluhan, dan promosi kesehatan,
menentukan faktor-faktor perilaku dan rendahnya pendidikan masyarakat dan
lingkungan yang memiliki dampak status sosial ekonomi, serta tingginya
terhadap penyakit DBD dan TB dan populasi penduduk. Di samping itu,
kualitas hidup. Tahap ini turut masih kurangnya dukungan masyarak-
berperan dalam mengidentifikasi at pada pelayanan kesehatan, perlu
faktor-faktor yang perlu diintervensi meningkatkan kualitas layanan kese-
oleh strategi program pemberdayaan hatan dan kepatuhan pengobatan,
masyarakat bidang kesehatan. Semua perlu menggiatkan surveilans berbasis
informan menjelaskan bahwa masalah masyarakat, perlu metingkatkan
kesehatan dan penyakit di masyarakat keikutsertaan kader dalam pencarian
berkaitan dengan perilaku kesehatan suspek TB dan pengumpulan dahak,
dan lingkungan. Penyakit yang diderita kunjungan rumah terhadap penderita,
terkait dengan gaya hidup yang tidak pemeriksaan kontak serumah, dan
sehat. Dalam FGD, peserta pemantauan minum obat. Faktor-faktor
mendiskusikan gaya hidup dan faktor lainnya adalah keterbatasan akses
yang mempengaruhi perilaku. terhadap layanan kesehatan, pelayanan
Partisipan menjelaskan bahwa kesehatan masih kurang dinamis di
masih ada sebagian masyarakat yang lapangan, dan belum adanya registrasi
belum mempunyai kesadaran atas vital untuk perencana program
pentingnya kesehatan, belum membia- kesehatan.
sakan untuk memeriksakan sedini Hal tersebut sesuai dengan
mungkin penyakit yang diderita, penuturan informan berikut: “Warga
kurang kesadaran menjaga kebersihan masyarakat kurang memperhatikan
lingkungan, belum membiasakan kebersihan, kurang kesadaran menjaga
melakukan gerakan 4 M (menguras kebersihan lingkungan, belum
tempat penampungan air; menutup membiasakan melakukan gerakan 4 M Plus,
rapat semua penampungan air; dan masih ada masyarakat yang berobat ke
mengubur atau memusnahkan barang dukun” (W/Tegalharjo/9/6/2014;
bekas yang dapat menampung air; E/Tgl/9/ Juni/2014). Sebagian besar
memantau semua tempat penampung- informan menjelaskan ada sebagian
an yang dapat menjadi tempat nyamuk perilaku masyarakat yang kurang
Aedes berkembang biak) dan Plus sejalan dengan perilaku hidup bersih

155
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, BHISMA WURTI, WARYANA

dan sehat (PHBS). Informasi tersebut penjelasan informan sebagai berikut:


diperkuat hasil FGD dengan petugas “Sebagian besar pendidikan masyarakat
Puskesmas: “Warga masyarakat belum adalah lulusan SLTP, ada sebagian
membiasakan melakukan gerakan 4 M Plus, berpendidikan SMA dan sebagian kecil
serta belum semua tersangka TB lulusan perguruan tinggi”
memeriksakan ke Puskesmas“ (I/Pusk (S/Tegalharjo/9/6/2014). Menurut
Trangkil/9/6/ 2014). sebagian besar informan menjelaskan
bahwa perilaku masyarakat di bidang
Tahap 4. Penilaian pendidikan dan kesehatan dipengaruhi oleh latar
ekologi: Menganalisis pendidikan, belakang pendidikan. Seperti
keterampilan dan lingkungan penjelasan informan berikut: “Yang
kesehatan, serta mengidentifikasi dan mempengaruhi perilaku adalah pendidikan,
mengklasifikasikan faktor pre- karena dengan adanya pendidikan otomatis
disposisi, pendukung, dan penguat perilakunya juga akan lebih baik karena dia
Tahap ini dilakukan untuk tahu bahwa perilaku itu jelek atau baik dan
menentukan faktor-faktor yang bila pola pikirnya juga lebih baik” (T/Pusk
dimodifikasi akan memiliki kemungki- Trangkil/9/6/2014).
nan besar untuk menghasilkan Informan lain menjelaskan
perubahan perilaku dan memper- bahwa faktor lingkungan sosial
tahankan proses perubahan perilaku. merupakan salah satu faktor yang
Menurut Green dan Kreuter (2005) berpengaruh terhadap perubahan
faktor-faktor tersebut diklasifikasukan perilaku kesehatan. Seperti penjelasan
sebagai faktor kecenderungan informan berikut: “Faktor lain yang
(predisposing factors), faktor berpengaruh terhadap kesehatan adalah
memungkinkan atau pendukung lingkungan sosial, karena lingkungan sosial
(enabling factors), dan faktor penguat yang baik akan menentukan kesehatan
(reinforcing factors). Faktor seseorang dan keluarga” (A/Pusk
kecenderungan merupakan anteseden Trangkil/9/6/2014). Sementara itu
dari perilaku yang memberikan keterampilan masyarakat dalam upaya
motivasi serta memerlukan kesehatan belum optimal. Keterampil-
keterampilan dan self efficacy an yang dimiliki masyarakat diperoleh
(kemanjuran diri) pada perubahan dari kader kesehatan. Hal ini sesuai
perilaku. dengan penuturan informan berikut:
Faktor memungkinkan meliputi “Keterampilan masyarakat dalam
keterampilan, pelayanan, sumberdaya identifikasi dan pemecahan masalah
dan program kesehatan. Faktor kesehatan diperoleh dari kader kesehatan”
penguat adalah faktor yang mengikuti (S/Tegalharjo/9/6/2014).
perilaku melalui pemberian imbalan Berdasarkan penelitian, faktor
(reward) atau insentif (dorongan) bagi kecenderungan meliputi pengetahuan,
ketekunan atau pengulangan perilaku, tingkat pendidikan, sikap, adanya
meliputi dukungan sosial, pujian, dan kepercayaan kepada takhayul dan
penguatan. dukun yang masih dianut sebagian
Berdasarkan data monografi masyarakat. Hal tersebut dituturkan
desa (2013), sebagian besar penduduk informan sebagai berikut: “Masih ada
berpendidikan Sekolah Lanjutan kepercayaan kepada tahayul dan dukun
Tingkat Pertama (SLTP). Hal ini yang dianut oleh sebagian kecil
diperkuat dari hasil FGD dan masyarakat” (A/Tegalharjo/9/6/2014).

156
APLIKASI MODEL PRECEDE-PROCEED PADA PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN BERBASIS PENILAIAN KEBUTUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

Faktor pendukung meliputi sarana kaca yang sangat besar yang bisa
kesehatan, penyuluhan dan pelatihan, digunakan untuk bercermin oleh
sumberdaya lokal, dukungan dana, dan banyak orang atau masyarakat. Hal ini
sumberdaya alam. memberikan arti bahwa perilaku
Tenaga yang ada di masyarakat pimpinan masyarakat akan dicontoh
adalah kader kesehatan. Sarana dan diikuti oleh masyarakat.
kesehatan yang ada adalah Pos Upaya kesehatan masyarakat
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos dibina dan difasilitasi oleh petugas
Kesehatan Desa (Poskesdes), dan Puskesmas dan sektor terkait. Seperti
Puskesmas Pembantu. Hal tersebut penuturan informan berikut:
seperti disampaikan informan: “Yang “Kegiatan kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan masyarakat dibina dan difasilitasi oleh petugas
adalah perilaku hidup sehat, dan adanya Puskesmas dan sektor terkait.
sarana kesehatan seperti Posyandu, Peran petugas puskesmas adalah
Poskesdes dan Puskesmas Pembantu” memberikan penyuluhan dan
(A/Tegalharjo/9/6/2014). Pembiayaan melakukan pencegahan penyakit
program kesehatan diperoleh dari dana secara dini. Penyampaian informasi
anggaran pendapatan dan belanja desa dilakukan secara rutin. Bila petugas
(APBDES) dan sumbangan masyarakat. kesehatan terjun langsung ke
Adanya organisasi yang mengelola masyarakat, akan mendapat
upaya kesehatan masyarakat, yaitu tanggapan dan dukungan
Forum Kesehatan Desa. Adanya masyarakat. Petugas puskesmas
sumberdaya alam berupa tanaman juga memberikan pelayanan
bahan pangan seperti sayuran hijau, kesehatan”
singkong, kacang tanah dan jagung. (P/Tegalharjo/9/6/2014).
Faktor penguat adalah adanya Peran petugas kesehatan dari
kepemimpinan, modal sosial, akses Puskesmas sangat membantu
informasi kesehatan, modal sosial, meningkatkan kemampuan masyarakat
partisipasi masyarakat dan dalam mengidentifikasi dan
keteladanan. Upaya masyarakat dalam memecahkan masalah. Hal tersebut
menanggulangi masalah kesehatan seperti dijelaskan informan berikut:
dipengaruhi oleh kepemimpinan di “Peran petugas Puskesmas adalah
tingkat desa. Pemimpin desa meliputi memberikan penyuluhan,
Kepala Desa, Kepala Urusan memberikan imunisasi, memotivasi
Kemasyarakatan (Kesra), Kepala masyarakat dan membina
Dusun, dan ketua RT. Seperti kesehatan masyarakat, serta
penuturan informan berikut: “Pemimpin memberi pelayanan kesehatan.
di desa seperti Pak Kepala Desa, Pak Kesra, Selain itu, juga memberikan
Pak Kepala Dusun, itu menjadi koco vitamin A tiap bulan Agustus dan
benggolo (sebagai contoh teladan) yang Februari melalui Posyandu,
menjadi contoh bagi masyarakat dalam melakukan surveilens bila ada
berperilaku sehat” (J/Tegaalharjo/9/ kejadian penyakit seperti DBD, dan
6/2014). melakukan pemantauan jentik
Pemimpin desa memberi contoh nyamuk (A/Tegalharjo/9/
bagi masyarakat dalam berperilaku 6/2014).
sehat. Masyarakat menyebutnya
sebagai ”koco benggolo” yang berarti

157
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, BHISMA WURTI, WARYANA

Akses informasi kesehatan kepada bidan desa, selanjutnya


diperoleh dari penyuluhan yang terjun ke lapangan untuk
diberikan oleh kader Posyandu, penyelesaian masalah”
petugas puskesmas, dan aparat desa, (A/Tegalharjo/ 9/6/2014)
serta dari pangajian, media TV, radio
dan media cetak seperti surat kabar. Tahap 5. Penilaian sumber daya,
Seperti penuturan informan berikut: organisasi, manajemen, dan kebijakan,
“Informasi kesehatan diperoleh serta kesesuaian intervensi
dari penyuluhan yang dilakukan Menurut Green dan Kreuter
kader Posyandu, petugas (2005) pada tahap ini dilakukan
puskesmas, dan aparat desa, serta penilaian sumberdaya, organisasi,
dari pangajian. Secara kebetulan manajemen, dan kebijakan yang
intensitas pengajian di sini sangat diperlukan untuk implementasi atau
tinggi, sehingga informasi intervensi program kesehatan dan
kesehatan bisa disampaikan mengidentifikasi keberlanjutan
melalui forum Yasinan dan program kesehatan. Sistem organisasi
Jum’atan. Disamping itu, informasi dan lingkungan yang dapat
juga diperoleh dari TV, radio dan mempengaruhi hasil yang diharapkan
surat kabar” (P/Tegalharjo/ (faktor yang memungkinkan)
9/6/2014). dipertimbangkan.
Modal sosial yang ada di Diagnosa administratif menilai
masyarakat adalah adanya jalinan sumberdaya, kebijakan, organisasi,
kekeluargaan dan kekerabatan, saling manajemen, dan kebutuhan anggaran
berkunjung/silaturahmi antar warga serta memfasilitasi pengembangan dan
masyarakat, adanya tradisi gotong pelaksanaan strategi atau intervensi
royong, adanya organisasi sebagai program kesehatan. Diagnosa
wadah ikatan antar warga seperti kebijakan menilai kesesuaian antara
perkumpulan selapanan, arisan, strategi program pemberdayaan
pengajian, tahlilan, paguyuban RT dan masyarakat bidang kesehatan dengan
Dasawisma, serta pengajian. Hal strategi organisasi dalam memberikan
tersebut seperti dituturkan informan pelayanan kesehatan masyarakat.
berikut: Tahap ini mencocokan strategi
“Modal sosial yang ada di desa dan intervensi yang tepat dengan
yaitu adanya kekeluargaan dan perubahan perilaku yang diproyeksik-
kekerabatan, saling berkunjung an dan hasil yang diidentifikasi pada
atau silaturahmi antar warga, tahap 1-4. Peneliti mengidentifikasi
gotong royong, adanya dukungan masyarakat terhadap
perkumpulan RT, pertemuan pelaksanaan gaya hidup sehat yang
sewelasan, selapanan, perkum- dapat menyebabkan perbaikan kesehat-
pulan Yasinan (membaca Surat an. Diasumsikan bahwa peningkatan
Yasin) seminggu sekali, dan kesadaran di kalangan tokoh
pertemuan Ibu-ibu pengajian masyarakat akan lebih baik, bila
termasuk Muslimatan. Bila mereka dibekali kemampuan untuk
terindikasi ada penyakit – pada mengidentifikasi dan memecahkan
kegiatan tersebut disampaikan masalah kesehatan. Hal itu akan
kepada yang hadir, dilaporkan dicapai melalui penyuluhan dan

158
APLIKASI MODEL PRECEDE-PROCEED PADA PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN BERBASIS PENILAIAN KEBUTUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

pelatihan serta kemitraan dengan Kertomulyo/9/6/2014). Pimpinan desa


penyedia layanan kesehatan setempat. juga melakukan pemantauan dan
Puskesmas diharapkan dapat evaluasi program kesehatan. Pimpinan
memobilisasi dukungan masyarakat desa seperti Kepala Desa, Kepala
melalui kerja sama dengan forum Urusan Kemasyarakatan, PKK desa,
kesehatan desa dan kader kesehatan. dan kader Posyandu melakukan
Kapasitas promosi kesehatan dan pemantauan dan evaluasi kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat dusun. Seperti
kesehatan merupakan kunci keberhasil- penjelasan informan berikut:
an program. Diasumsikan bahwa “Setiap bulan, kita melakukan
warga masyarakat pada tingkat lokal, evaluasi program kesehatan
lebih baik diinformasikan tentang khususnya program Desa Siaga
penyebab dan pencegahan penyakit dan Posyandu. Forum Kesehatan
menular seperti TB dan DBD. Desa (FKD) melakukan koordinasi
Intervensi berbasis pemberdayaan setiap menemukan masalah dan
masyarakat dapat menanggulangi kesulitan atau program kesehatan
hambatan petugas kesehatan pedesaan yang perlu dilaksanakan. Untuk
untuk bekerja secara efektif. Strategi ini evaluasi Posyandu rutin setiap
diharapkan membantu petugas bulan, tetapi kalau FKD kadang-
kesehatan untuk mengembangkan dan kadang dua bulan sekali, karena
mengimplementasikan program pen- kader yang ada di FKD dan kader
cegahan dan pemberantasan penyakit Posyandu itu adalah sama”
menular. Sementara itu, pimpinan desa (TW/Kerto Mulyo/9/6/2104).
bersama perwakilan masyarakat dan
Forum Keshatan Desa berperan dalam PEMBAHASAN
menyusun kebijakan kesehatan. Salah
satu Kepala Desa menjelaskan sebagai Menurut Wright et al. (1998)
berikut: penilaian kebutuhan masyarakat
“Kebijakan terkait kesehatan di adalah penting dalam perencanaan dan
desa disusun bersama dengan penyediaan layanan kesehatan
forum kesehatan desa. Kebijakan setempat. Jika penilaian kebutuhan ini
tersebut antara lain menyediakan diabaikan maka ada bahaya pendekat-
dana untuk kegiatan kesehatan dari an top-down untuk menyediakan
Anggaran Desa, dan memberikan layanan kesehatan. Selanjutnya
penghargaan kepada kader berupa menurut Green dan Kreuter (2005)
uang lelah dan insentif yang keberhasilan program pemberdayaan
diberikan setiap setahun sekali” masyarakat bidang kesehatan
(TW/Kerto/9/6/2014). memerlukan pemahaman menyeluruh
Upaya kesehatan yang terhadap kebutuhan kesehatan
dilaksanakan masyarakat didukung masyarakat, partisipasi aktif masyarak-
oleh sumberdaya lokal berupa tenaga, at, penggunaan sumber daya lokal
dana, dan sumberdaya alam. Hal ini yang ada, keikutsertaan stakeholders
seperti penuturan informan berikut ini: lokal dan penggabungan beberapa
“Untuk penggalian sumber daya, kita strategi intervensi.
melakukan penyuluhan dan penggalian Penilaian kebutuhan kesehatan
dana di tingkat RT yang dihimpun pada menggambarkan masalah kesehatan
saat pertemuan RT” (TW/

159
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, BHISMA WURTI, WARYANA

populasi dan menentukan prioritas, memastikan bahwa program kesehatan


serta menilai efektivitas penggunaan memiliki tujuan yang relevan dan
sumberdaya. Upaya ini memastikan mampu mencapai hasil dan
bahwa pelayanan kesehatan keberkelanjutan program. Peninjauan
menggunakan sumber daya untuk kembali strategi keikutsertaan
meningkatkan kesehatan populasi masyarakat secara bottom-up yang
dengan cara yang paling efisien konsisten dengan prinsip-prinsip
(Wright et al. 1998). Dalam melakukan pengembangan kesehatan berbasis
penilaian kebutuhan masyarakat perlu masyarakat dan pemberdayaan, dapat
mengikutsertakan stakeholders. Menurut menjamin kemandirian dalam program
data yang diunduh dari WHO, kesehatan (Ife, 2002; Talbot dan
keikutsertaan stakeholders membantu Verrinder, 2005).
anggota masyarakat dan para Hasil penelitian ini menunjuk-
pengambil keputusan dalam memaha- kan bahwa indikator kualitas hidup
mi masalah kesehatan komunitas dan individu maupun masyarakat dinilai
mengidentifikasi strategi program oleh tingkat pendidikan, status
kesehatan. Partisipasi masyarakat dan ekonomi, pekerjaan, penghasilan, dan
pembuat kebijakan tingkat lokal ketaatan dalam melaksanakan ibadah.
berperan dalam memfasilitasi akses, Hal tersebut sejalan dengan indikator
kepercayaan dan pelaksanaan program kesejahteraan masyarakat menurut
kesehatan potensial. UNDP (2008) yang diukur oleh Indeks
Hasil penelitian menunjukkan Pembangunan Manusia (IPM). IPM
bahwa proses perencanaan program merupakan indikator komposit dari
berbasis penilaian kebutuhan kesehatan tiga indikator sektor pembangunan
masyarakat yang sistematis mampu yaitu pendidikan, kesehatan, dan
menyesuaikan dengan perubahan ekonomi. Menurut Kreiger (2001)
keadaan, mengikutsertakan masyarakat sejumlah penelitian menunjukkan
dan dapat menghasilkan keluaran yang bahwa kesehatan yang lebih baik dan
efektif dan berkelanjutan (Mittelmark, angka kematian yang lebih rendah
2001; Laverack dan Wallerstein, 2001). dapat ditemukan di antara kelompok
Penggunaan model PRECEDE- masyarakat dengan status sosio-
PROCEED dapat mengatur dengan ekonomi lebih tinggi.
mudah kesesuaian perencanaan Penetapan prioritas kesehatan di
dengan budaya dan tujuan, melalui masyarakat didasarkan pada adanya
penelitian berbagai faktor yang upaya pencegahan masalah kesehatan,
berpotensi mempengaruhi perilaku jumlah orang yang berpotensi dan
kesehatan, termasuk situasi sosial- benar-benar dipengaruhi oleh masalah
budaya. Menurut Green dan Kreuter kesehatan, keparahan dan adanya
(2005) identifikasi masalah kesehatan perhatian publik. Penelitian Salinero-
secara benar dan mengikutsertakan Fort et al. (2011) menyimpulkan bahwa
masyarakat sangat penting pada setiap model perencanaan PRECEDE berguna
tahap perencanaan dan pelaksanaan dalam pengobatan secara menyeluruh
program kesehatan untuk menciptakan pasien DM2, dengan memberikan
kepemilikan intervensi. kontribusi signifikan pada penurunan
Hal tersebut menurut Laverack HbA1c dan tekanan darah sistolik
dan Wallerstein (2001) bertujuan untuk (systolic blood pressure, SBP), serta

160
APLIKASI MODEL PRECEDE-PROCEED PADA PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN BERBASIS PENILAIAN KEBUTUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

membantu dalam meningkatkan terhadap penyakit DBD dan TB.


kepatuhan pada semua kriteria kontrol, Keyakinan ini menunjukkan bahwa
kecuali untuk kolestrol LDL. Sementara mengapa partisipan menganggap perlu
itu penelitian Binkley et al. (2014) adanya program pemberdayaan
menyimpulkan bahwa penerapan masyarakat bidang kesehatan. Selanjut-
model perencanaan PRECEDE- nya Green dan Kreuter (2005)
PROCEED akan bermanfaat dalam berpendapat bahwa persepsi berrisiko
kesehatan gigi masyarakat dan bagi tinggi terhadap penyakit dan
mereka yang sedang bekerja untuk pengetahuan tentang penyakit
meningkatkan kesehatan mulut mempengaruhi motivasi untuk
populasi IDD (intellectual and mengubah perilaku. Dalam penelitian
developmental disabilities). ini, warga masyarakat berkeyakinan
Menurut Glanz dan Maddovk bahwa persepsi kebutuhan dan
(2002) cara terbaik merancang program pengetahuan yang terbatas dapat
untuk mencapai perubahan perilaku mempengaruhi kemauan dan
kesehatan adalah memahami mengapa kemampuan untuk melakukan
orang berperilaku seperti yang mereka perubahan perilaku.
lakukan dan apa yang memotivasi Faktor pendukung adalah faktor
mereka untuk berubah. Selanjutnya yang memudahkan atau menghalangi
Green dan Kreuter (2005) menegaskan motivasi seseorang untuk mengubah
bahwa alasan perilaku dapat perilaku, meliputi keterampilan yang
diklasifikasikan ke dalam faktor diperlukan, lingkungan dan sumber
predisposisi (predisposing factors), faktor daya yang dibutuhkan untuk melakuk-
pendukung (enabling factors), dan faktor an perubahan perilaku kesehatan.
penguat (reinforcing factors). Selanjutnya Menurut Kreiger (2001) pendidikan
strategi intervensi lebih responsif dapat kesehatan dan promosi kesehatan
dikembangkan untuk masing-masing memainkan peran penting dalam
faktor. Faktor predisposisi mencakup membentuk faktor-faktor lingkungan.
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai- Dalam penelitian ini, faktor pendukung
nilai dan persepsi yang memfasilitasi adalah penyuluhan dan pelatihan,
atau menghambat perilaku kesehatan. ketersediaan sarana kesehatan, jaminan
Berdasarkan hasil FGD baik kesehatan nasional, sumberdaya lokal,
dengan staf Dinas Kesehatan dukungan dana, dan sumberdaya alam.
Kabupaten maupun dengan pegawai Sementara itu, faktor penguat
Puskesmas serta wawancara dengan adalah faktor yang mengganjar atau
partisipan masyarakat secara konsisten menghukum pelaksanaan perubahan
mengidentifikasi bahwa mayoritas perilaku. Dalam penelitian ini, faktor
warga masyarakat kurang memiliki penguat meliputi kepemimpinan,
pengetahuan memadai tentang faktor dukungan sosial, modal sosial, norma
risiko penyakit DBD dan TB. Sebagian sosial, gotong royong, penghargaan,
besar informan menyatakan adanya akses informasi kesehatan dan
kebutuhan masyarakat terhadap keteladanan. Penelitian Li et al. (2009)
informasi kesehatan tentang penyakit mengidentifikasi faktor predisposisi
DBD dan TB. meliputi pengetahuan warga,
Dalam FGD, peserta meyakini kesadaran kesehatan dan keyakinan
bahwa warga masyarakat berisiko serta kebutuhan kesehatan yang

161
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, BHISMA WURTI, WARYANA

dirasakan. Faktor pendukung meliputi individu menggunakan kegiatan yang


aksesibilitas promosi kesehatan, mengarahkan untuk memilih,
perhatian promosi kesehatan dari para menerima atau menolak inovasi, (4)
pemimpin di tempat kerja atau sekolah tahap implementasi, terjadi ketika
dan sumber daya kesehatan (promotor individu mengambil inovasi untuk
kesehatan, kebijakan, organisasi), dan digunakan, dan (5) tahap penegasan,
faktor penguat meliputi sosial-budaya. terjadi ketika individu meminta
Sementara itu menurut Bobak et al. penguatan dari keputusan inovasi yang
(2001) penentu kesehatan bervariasi dibuat, tetapi ia dapat melakukan
antar personal, sosial, ekonomi dan kebalikan atas keputusan sebelumnya
faktor lingkungan yang menentukan jika mendapatkan inovasi yang
status kesehatan individu dan populasi. bertentangan.
Menurut WHO (1998) Menurut Talbot dan Verrinder
perubahan sikap dan perilaku (2005) proses partisipasi dalam
diperlukan individu dan masyarakat perubahan perilaku adalah sama
untuk meningkatkan kesehatan. Model pentingnya dengan hasil. Sistem
perubahan perilaku pada tingkat Kesehatan Nasional (2012) menjelaskan
komunitas menurut teori peng- bahwa pemberdayaan masyarakat
organisasian komunitas (Rothman dan bidang kesehatan bertujuan untuk
Tropman, 1987) mencakup tiga model, menumbuhkan kesadaran, kemauan,
yaitu: (1) model perencanaan sosial dan kemampuan masyarakat dalam
(social planning model), (2) model aksi mengidentifikasi dan memecahkan
sosial (social action model), dan (3) model masalah kesehatan. Program
pengembangan lokal (the locality pemberdayaan masyarakat bidang
development model). Model pengem- kesehatan perlu memperhatikan
bangan lokal sejalan dengan kondisi dan potensi setempat. Dengan
pemberdayaan masyarakat yang demikian program pemberdayaan
berasumsi bahwa perubahan dalam masyarakat bidang kesehatan disusun
masyarakat dapat dilakukan melalui bersama antara pemerintah dan
partisipasi aktif masyarakat lokal, masyarakat.
pengembangan potensi dan sumber-
daya lokal, berupaya menumbuhkan SIMPULAN DAN SARAN
motivasi, perencanaan, dan tindakan
melalui partisipasi warga masyarakat Simpulan
setempat. Perencanaan program pember-
Rogers (1999) menguraikan lima dayaan masyarakat bidang kesehatan
tahapan adopsi inovasi sebagai model perlu melakukan penilaian kebutuhan
perubahan perilaku komunitas yaitu: masyarakat secara menyeluruh dengan
(1) tahap pengetahuan, terjadi ketika menggunakan kajian literatur dan
individu memperoleh inovasi dan investigasi. Model PRECEDE-
beberapa pengertian keuntungan dari PROCEED dapat diaplikasikan pada
kegunaan inovasi, (2) tahap persuasi, perencanaan program pemberdayaan
terjadi ketika individu membentuk masyarakat bidang kesehatan berbasis
sikap menguntungkan atau tidak penilaian kebutuhan kesehatan
menguntungkan terhadap inovasi, (3) masyarakat. Kualitas hidup seseorang
tahapan keputusan, terjadi ketika dinilai dari aspek tingkat pendidikan,
status ekonomi, pekerjaan, penghasilan,

162
APLIKASI MODEL PRECEDE-PROCEED PADA PERENCANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN BERBASIS PENILAIAN KEBUTUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

dan ketaatan dalam beribadah. Model in Designing an Oral Health


Penyakit DBD dan TB diidentifikasi Strategy. Journal Theory Practice
sebagai prioritas masalah kesehatan Dental Public Health; 1(3).
dalam masyarakat. Faktor predisposisi Bobak, Lantz PM, Lynch JW et al. 2001.
Socioeconomic disparities in health
meliputi tingkat pendidikan,
change in a longitudinal study of US
pengetahuan, keyakinan, serta
adult: the role of health-risk behaviour.
kepercayaan kepada takhayul dan Social Science and Medicine 2001; 53:
dukun. Faktor penguat meliputi 29-40. Diunduh dari hpp.sagepub.com
kepemimpinan, dukungan sosial, at University of Wollongong on
modal sosial, norma sosial, gotong November 24, 2011.
royong, penghargaan, akses informasi Community health needs assessment
kesehatan dan keteladanan. Faktor guidelines. Manitoba Health
pendukung adalah penyuluhan dan [http://www.
pelatihan, ketersediaan sarana kesehat- manitoba.ca/health/rha/chnag.pdf].
an, jaminan kesehatan, dukungan dana, Diunduh 12 Desember 2014.
Departemen Kesehatan RI 2012. Sistem
sumberdaya lokal dan sumberdaya
Kesehatan Nasiona. Jakarta.
alam.
Green LW dan Kreuter MW 2005. Health
Program Planning: An Educational
Saran and Ecological Approach, 4th Edition.
Peneliti menyarankan, agar McGraw-Hill, New York.
dalam penyusunan perencanaan Glanz K, Maddovk J. Behaviour, health-
program pemberdayaan masyarakat related. 2002 [http://www.healthline.
bidang kesehatan tidak didasarkan com/galecontent/behavior-health-
pada pertimbangan sudut pandang related]. The Gale Group Inc.,
profesional, namun perlu melakukan Macmillan Reference USA, New York,
penilaian kebutuhan masyarakat. Gale Encyclopedia of Public Health.
Diunduh 12 Desember 2014.
Perencanaan program pemberdayaan
Ife J 2002. Community Development:
masyarakat bidang kesehatan berbasis
Community-based Altennatives in an
penilaian kebutuhan kesehatan Age of Globalisation, 2nd edition.
masyarakat dapat menggunakan model Pearson Education Australia, Frenchs
PRECEDE-PROCEED. Pogram Forest NSW.
pemberdayaan masyarakat bidang Jones SC dan Donovan RJ. Does theory
kesehatan diarahkan pada upaya inform practice in health promotion in
perubahan perilaku dengan Australia? Health Education Research
mempertimbangkan faktor 2004, 19(1):1-14. Diunduh 12 Desember
predisposisi, penguat dan pendukung. 2014.
Kreiger M 2001. Theories for social
KEPUSTAKAAN epidemiology in the 21st Century: an
ecological perspective. International
Journal of Epidemiology; 30: 668-7.
Ashwell HES dan Barclay L 2009. A
Diunduh 12 Desember 2014.
retrospective analysis of a community-
Li Y, Cao J, Lin H, Li D, Wang Y dan He
based health program in Papua New
Jia. Community health needs
Guinea. Health Promotion
assessment with precede-proceed
International, Vol. 24 No. 2. Published
model: mixed methods study. BMC
by Oxford University Press.
Health Services Research 2009, 9:181.
Binkley CJ dan Johnson KW. Application
Diunduh 12 Desember 2014.
of the PRECEDE-PROCEED Planning

163
ENDANG SUTISNA SULAEMAN, BHISMA WURTI, WARYANA

Laverack G dan Wallerstein N 2001. -2458/11/267. Diakses 12 Desember


Measuring community empowerment: 2014.
a fresh look at organizational domains. Sulaeman ES 2013. Model Pemberdayaan
Health Promotion International. 16. Masyarakat Bidang Kesehatan.
179–185. Diunduh 12 Maret 2014. Surakarta. UNS PRESS ISBN 978-979-
Mittelmark MB 2001. Promoting social 498-848-0 www.unspress.uns.ac.id
responsibility for health: health impact Talbot L dan Verrinder G 2005. Promoting
assessment and healthy public policy Health: The Primary Health Care
at the community level. Health Approach. 3rd edition. Elsevier
Promotion International, 16, 269–274. Australia. Marrickville. NSW.
Diunduh 12 Maret 2014. UNDP 2008. Indicators Table 2008, Human
Rothman J dan Tropman JE 1987. Models Development Indices. http://
of community organization and macro hdr.undp.org/en/status/data/hdi200
practice: Their mixing and phasing. In 8. Diunduh Agustus 2013.
Cox FM et al. (eds). Strategies of World Health Organization. Division of
community organization. 4 th eds. Health Promotion, Education and
Peacock. New York. Diunduh 12 Communications (HPR). Health
Desember 2014. Education and Health Promotion Unit
Rogers EM 1999. Diffusion of Innovations. (HEP). 1998. Health Promotion
Third Edition. The Free Press. London: Glossary. Geneva: Printed in
Collier Macmillan Publishers. Switzerland.
Salinero-Fort MA, de Santa Pau EC, (www.wpro.who.int/hpr/docs/glossa
Arrieta-Blanco FJ, Abanades HJ, ry.pdf). Diunduh 6 Juli 2013.
Madrazo CM, Soldevila BR et al., Wright J, Williams R, dan Wilkinson JR.
Effectiveness of PRECEDE model for Health needs assessment:
health education on changes and level Development and importance of health
of control of HbA1c, blood pressure, needs assessment. BMJ Volume 316 25
lipids, and body mass index in patients April 1998 www.bmj.com. Diunduh 12
with type 2 diabetes mellitus. BMC Maret 2014.
Public Health 2011, 11:267 Yin RK 2003. Case Study Research: Design
http://www.biomedcentral.com/1471 and Methods. Third Edition. London:
Sage Publication.

164

Anda mungkin juga menyukai