Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DBD


DI RUANG R 7B RS DR.SAIFUL ANWAR MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK

OLEH :

AMILIA CANDRASARI

201920461011077

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DBD


DI RUANG R 7B RS DR.SAIFUL ANWAR MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK
KELOMPOK 11

NAMA: AMILIA CANDRASARI

NIM: 201920461011077

TGL PRAKTEK/MINGGU KE :20-25 Juli 2020/ MINGGU 2

Malang, 20 juli 202020


Mahasiswa, Pembimbing,

(Amilia Candrasari) (Ika Rizki)


LEMBAR PENILAIAN

NAMA MAHASISWA : Amilia Candrasari


NIM : 201920461011077
TGL PRAKTEK : 20-25 Juli 2020
MINGGU KE : Kedua

No Kompetensi Nilai
1. Presentasi Kasus
2. Presentasi Jurnal Kelompok
3. DOPS
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Malang, 20 mei 2020


Mahasiswa, Pembimbing,

(Amilia Candrasari) (Ika Rizki)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................2
LEMBAR PENILAIAN........................................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................................4
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................5
A. Definisi........................................................................................................................5
B. Etiologi........................................................................................................................5
C. Epidemologi................................................................................................................6
D. Tanda dan Gejala.........................................................................................................6
E. Patofisologi.................................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................9
G. Penatalaksanaan........................................................................................................12
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)..........................................12
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................................................15
J. Luaran Keperawatan (SLKI).....................................................................................15
K. Intervensi Keperawatan (SIKI)..................................................................................15
L. Daftar Pustaka...........................................................................................................16
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................18
A. CASE REPORT........................................................................................................18
B. Pengkajian (Focus Assesement)................................................................................19
C. Analisa Data..............................................................................................................22
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................................................25
E. Luaran Keperawatan (SLKI).....................................................................................25
F. Luaran Keperawatan (SIKI)......................................................................................25
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)............26
A. Masalah Keperawatan...............................................................................................26
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal).........................................................26
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)..........................................................................29
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)............................30
1. Judul Tindakan Keperawatan....................................................................................30
2. Judul Tindakan Keperawatan....................................................................................31
3. Judul Tindakan Keperawatan....................................................................................32
4. Judul Tindakan Keperawatan....................................................................................32
5. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................................
BAB V. MEET THE EXPERT (MTE)..............................................................................34
Daftar Pustaka....................................................................................................................35

BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
I. DEFINISI
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hemmorhagic Fever
(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik (WHO, 2011).
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD)/dengue
haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue, yang merupakan penyakit infeksi tropis. Manifestasi klinis
pada pasien DHF demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik.
Pada BDB/DHF terjadi perembasan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh (Sudoyo, 2007 dalam buku Nurarif, 2013).

II. KLASIFIKASI
Menurut WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi
4 derajat, yaitu sebagai berikut:
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya
terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquiet positif).
2. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain.
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya
nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg)
atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah
4. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diukur

III. ETIOLOGI DAN FAKTOR PENCETUS


Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab
Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock
Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis
yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI,
2016).
Di Indonesia pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak tahun
1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan ke empat serotipe di temukan
dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang
dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang
berat (Depkes RI, 2015).
Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF)
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam family flaviviridae
genus flavivirus. Virus dengue ditularkan dari seorang penderita ke orang
lain melalui gigitan nyamuk genus Aedes, yaitu nyamuk aedes aegypti
betina. Aedes aegypti tersebar di daerah tropis dan subtropis yang
merupakan vektor utama.

IV. TANDA DAN GEJALA

Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :

1. Demam tinggi sampai 40oC demam akut, demam tinggi dan continue, dua
hingga tujuh hari di kebanyakan kasus.
2. Anoreksia
3. Mual muntah
4. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
5. Nyeri kepala
6. Nyeri otot dan sendi
7. Uji tourniquet positif
8. Perdarahan, petechiae, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan
pada gusi, hematemesis dan melena.
9. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan
nadi, hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak
gelisah.
10. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)

V. PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia, masa dimana virus berada didalam
aliran darah sehingga dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitan nyamuk,
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF .
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah
trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah
kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan
plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic
dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.
Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi
tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.

PATHWAY

Arbovirus (melalui Beredar dalam Infeksi virus


nyamuk aegypti) darah dengue (viremia)

Mengaktifkan system
HIPERTERMI PGE2 di membentuk dan
Hipotalamus melepaskan zat c3a c5a

Peningkatan
reabsorbsi Na+ dan Permeabilitas
H2o membrane meningkat
Agresi trombosit Kerusakan endotel
risiko hipovolemia
pembuluh darah

Trombositopenia

Merangsang dan Renjatan hipovolemik


mengaktifasi faktor dan hipotensi
pembekuan

DIC Kebocoran plasma

RISIKO PERDARAHAN perdarahan

Risiko perfusi
jaringan tidak efektif

Risiko syok Asidosis Ke


Hipoksia jaringan HIPOVOLEMIA
(hipovolemik) metabolik ekstravaskuler

abdomen
Paru-paru hepar

Efusi pleura hepatomegali asites

VI. KOMPLIKASI
POLA NAPAS NYERI NAUSEA
TIDAK EFEKTIF AKUT
Menurut (Soedarto 2012) komplikasi DHF ada 6, yaitu :

1. Komplikasi susunan sistem syaraf pusat Komplikasi pada susunan


sistem syaraf pusat (SSP) dapat berbentuk konfulsi, kaku kuduk,
perubahan kesadaran dan paresis.
2. Ensefalopati, komplikasi neurologik ini terjadi akibat pemberian cairan
hipotonik yang berlebihan
3. Infeksi
4. Kerusakan hati
5. Kerusakan otak
6. Resiko syok
7. Kejang kejang

B. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN DHF (DENGUE HEMORRAGIC
FEVER)
1. Pengkajian Identitas Penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Panas atau demam.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang Ditemukan adanya keluhan panas
mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis.
Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak
semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah
mengalami serangan ulang DHF. (Brunner & Suddart, 2015).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah keluarga pernah mengalami
riwayat penyakit DHF sebelumnya.
4. Riwatat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
5. Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar).
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai
berikut :
 Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda –
tanda vital dan nadi lemah.
 Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
 Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
 Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis
b. Kepala dan leher.
 Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
 Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis.
 Hidung : Epitaksis
 Tenggorokan : Hiperemia
 Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior.
c. Dada (Thorax)
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal. Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor
kulit dapat menurun.
7. Pemeriksaan laboratorium.
1. Hasil dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb dan PCV
meningkat ( ≥20%), Trambositopenia (≤100.000/ml), Leukopenia.
2. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia, Urium dan Ph darah mungkin
meningkat,
3. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg, SGOT/SGPT mungkin meningkat

VII. Masalah yang lazim muncul


1. Hipertermi b/d proses penyakit
2. Hypovolemia b/d peningkatan permeabilitas kapiler
3. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas
4. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
5. Nausea b/d peningkatan tekanan intraabdominal
6. Risiko perdarahan dengan faktor risiko gangguan koagulasi
VIII. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF

No. SDKI Gejala dan Tanda SLKI SIKI


Mayor/Minor
1. Hipertermi b/d Tanda mayor Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
proses penyakit -Subjektif : tdk tersedia intervensi selama 1x24jam 1.Observasi
-Objektif : Suhu tubuh diatas maka Termoregulasi -Identifikasi penyebab hipertermia
nilai normal membaik dengan kriteria -monitor suhu tubuh
hasil : -monitor kadar elektrolit
Tanda Minor -menggigil menurun -monitor haluaran urine
-Subjekif : tdk tersedia -kulit merah menurun -monitor komplikasi akibat hipertermi
-Objektif : kulit merah, -kejang menurun 2.Terapeutik
kejang, takikardi, takipnea, -suhu tubuh membaik -sediakan lingkungan yang dingin
kulit terasa hangat -suhu kulit membaik -longgarkan atau lepaskan pakaian
-basahi dan kipasi permukaan tubuh
-berikan cairan oral
-ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
-lakukan pendinginan eksternal
-hindari pemberian antipiretik atau aspirin
-berikan oksigen, jika perlu
3.Edukasi
-Anjurkan tirah baring
4.Kolaborasi
-kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, iika perlu
2. Hypovolemia Tanda Mayor Setelah dilakukan Manajemen hypovolemia
b/d peningkatan -Subjektif : tdk tersedia intervensi selama 1x24jam 1.Observasi
permeabilitas -Objektif : frekuensi nadi maka Status Cairan -periksa tanda dan gejala hypovolemia
kapiler meningkat, nadi teraba Membaik dengan kriteria -monitor intake dan output cairan
lemah, tekanan darah hasil : 2.Terapeutik
menurun, tekanan nadi -kekuatan nadi meningkat -hitung kebutuhan cairan
menyempit, turgor kulit -turgor kulit meningkat -berikan posisi modified Trendelenburg
menurun, membrane mukosa -output urine meningkat -berikan asupan cairan oral
kering, volume urin menurun, -dispnea menurun 3.Edukasi
hematocrit meningkat -frekuensi nadi membaik -anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
-tekanan darah membaik -anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Tanda Minor -tekanan nadi membaik 4.Kolaborasi
-Subjektif : merasa lemah, -kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
mengeluh haus -kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
-Objektif : pengisian vena -kolaborasi pemberian cairan koloid
menurun, status mental -kolaborasi pemberian produk darah
berubah, suhu tubuh
meningkat, konsentrasi urin
meningkat, berat badan
turun tiba-tiba
3. Pola nafas tidak Tanda Mayor Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
efektif b/d -Subjektif : Dispnea intervensi keperawatan 1. Observasi
Hambatan -Objektif : pengunaan otot selama…… maka Pola - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
Upaya Napas bantu pernapasan, fase Napas Membaik dengan napas)
ekspirasi memanjang, pola kriteria hasil : - Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
napas abnormal (mis. -Dispnea Menurun mengi, wheezing, ronchi)
takipnea, bradipnea, -Penggunaan otot bantu - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
hiperventilasi, kussmaul, napas Menurun 2. Terapeutik
Cheyne-stokes) -Pemanjangan fase - Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
ekspirasi Menurun head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga traua
Tanda Minor -Frekuensi napas Membaik servikal)
-Subjektif : Ortopnea -kedalaman napas - Posisikan semi-Fowler atau Fowler
-Objektif : pernapasan membaik - Berikan minum hangat
pursed-lip, pernapasan - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
cuping hidung, diameter - Lakukan penghisapan lendir krang dari 15detik
thoraks anterior-posterior - Berikan oksigen, jika perlu
meningkat, ventilasi semenit 3. Edukasi
menurun, kapasitas vital - Ajarkan teknik batuk efektif
menurun, tekanan ekspirasi 4. Kolaborasi
menurun, tekanan inspirasi - Kolaborasi pemberian brokodilator, ekspektoran,
menurun, ekskursi dada jika perlu
berubah
4. Nyeri Akut b/d Tanda Mayor Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Agen Pencedera -Subjektif : Mengeluh nyeri intervensi keperawatan 1.Observasi
Fisiologis -Objektif : Tampak meringis, selama…… maka Tingkat -Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
bersikap protektif (mis. Nyeri Menurun dengan kualitas, intensitas nyeri
Waspada, posisi menghindari kriteria hasil : -Identifikasi skala nyeri
nyeri), gelisah, fekuensi nadi -Keluhan Nyeri Menurun -Identifikasi aktoir yang memperberat dan
meningkat, sulit tidur -Meringis Menurun memperingan nyeri
-Sikap Protektif Menurun -Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
Tanda Minor -Gelisah Menurun sudah diberikan
-Subjektif (tdk tersedia) -Kesulitan tidur Menurun -Monitor efek samping penggunaan analgetik
-Objektif : Tekanan darah -Frekuensi nadi Membaik 2.Terapeutik
meningkat, pola napas -Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
berubah, nafsu makan rasa nyeri
berubah, proses berpikir -Fasilitasi istirahat dan tidur
terganggu, menarik diri, -Pertimbanan jenis dan sumber nyeri dalam
berfokus pada diri sendiri, pemilihan strategi meredakan nyeri
diaforesis 3.Edukasi
-jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
-jelaskan strategi meredakan nyeri
-anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
-ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
4.Kolaborasi
-kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
5. Nausea b/d Tanda mayor Setelah dilakukan Manajemen Mual
peningkatan -Subjektif : mengeluh mual, intervensi keperawatan 1.Observasi
tekanan merasa ingin muntah, tidak selama 1x24jam Tingkat -Identifikasi pengalaman mual
intraabdominal berminat makan Nausea Menurun dengan -identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
-Objektif : tdk tersedia kriteria hasil : -identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
-keluhan mual menurun -identifikasi faktor penyebab mual
Tanda minor -perasaan ingin muntah -identifikasi antiemetic untuk mencegah mual
-Subjektif : merasa asam di menurun -monitor mual
mulut, sensasi panas/dingin, -pucat membaik -monitor asupan nutrisi dan kalori
sering menelan -takikardia membaik 2.Terapeutik
-Objektif : saliva meningkat, -kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
pucat, diaphoresis, takikardi, -kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
pupil dilatasi -berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
-berikan makanan dingin, cairan bening, tidak
berbau dan tidak berwarna
3.Edukasi
-anjurkan isirahat dan tidur yang cukup
-anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika
merangsang mual
-anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
-anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual
4.Kolaborasi
-kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu

Manajemen Muntah
1.Observasi
-identifikasi karakteristikk muntah
-periksa volume muntah
-identifikasi riwayat diet
-idetifikasi faktor penyebab muntah
-identifikasi kerusakan esophagus dan faring
posterior jika muntah terlalu lama
-monitor efek manajemen muntah secara
menyeluruh
-monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
2.Terapeutik
-kontrol faktor lingkungan penyebab muntah
-kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah
-atur posisi untuk mencegah aspirasi
-pertahankan kepatenan jalan napas
-bersihkan mulut dan hidung
-berikan dukungan fisik saat muntah
-berikan kenyamanan selama muntah
-berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi
minimal 30menit setelah muntah
3.Edukasi
-anjurkan membawa kantong plastik untuk
menampung muuntah
-anjurkan memperbanyak istirahat
-ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengelola muntah
4.Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
6. Risiko - Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan :
perdarahan intervensi keperawatan 1.Observasi
dibuktikan selama 1x24 jam Tingkat -monitor tanda dan gejala perdarahan
dengan faktor Perdarahan Menurun -monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
risiko gangguan dengan kriteria hasil : setelah kehilangan darah
koagulasi -kelembapan membran -monitor tanda-tanda vital ortostatik
mukosa meningkat -monitor koagulasi
-kelembapan kulit 2.Terapeutik
meningkat -pertahankan bedrest selama perdarahan
-hemoptisis menurun -batasi tindakan invasif, jika perlu
-hematemisis menurun -gunakan kasur pencegah decubitus
-hematuria menurun -hindari pengukuran suhu rektal
-hemoglobin membaik 3.Edukasi
-hematokrit membaik -jelaskan tanda dan gejala perdarahan
-anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
-anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
-anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
-anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vit K
-anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
4.Kolaborasi
-kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdaarahan, jika perlu
-kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
-kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Candra, Ayu (2010). Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis,


and Its Transmission Risk Factors. Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 :
110 –119

Depkes RI. 2015.Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari.


Diakses:27 Maret 2020.www.depkes.go.id.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2.
Jakarta:EGC

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever.


Jakarta: Sugeng Seto.

Soedarto.2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever.


Jakarta: SugengSeto.

Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat


dan Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Tim PPNI. Sandart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: DPP
PPNI 2019.
Tim PPNI. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan:
DPP PPNI 2017
Tim PPNI. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan:
DPP PPNI 2018.
World Health Organization. Operational protocol for clinical management of
Diphtheria. 2011

Anda mungkin juga menyukai