Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORAGIC

FEVER (DHF) PADA ANAK DI RUANG SERUNI

RSUD JOMBANG

Dosen Pembimbing :
Yushi Vidhiastutik,S.Kep.,Ns

Oleh :
Nia Fatihatul Azzah Lailiyah
NIM : 2019040077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
JOMBANG
2020

STIKES HUSADA
JOMBANG
LEMBAR KONSULTASI

No. Pembimbing Keterangan TTD

Mengetahui,
Kepala Ruangan

(.........................................................)

STIKES HUSADA
JOMBANG
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Dengan

Diagnosa Medis Dengue Haemoragic Fever (DHF) Pada Anak Di

Ruang Seruni RSUD Jombang, telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Jombang, 2020

Mahasiswa,

(Nia Fatihatul Azzah Lailiyah S.Kep)

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

(Yushi Vidhiastutik,S.Kep.,Ns) (.........................................................)

Kepala Ruangan

(........................................................)

STIKES HUSADA
JOMBANG
LAPORAN PENDAHULUAN
DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)

A. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegyph (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Demam berdarah (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk
setelah dua hari pertama (Arif Mansjoer, dkk, 2000).

B. Etiologi
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia :
Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang
berlangsung akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih
banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas
Surusa, Ali Imran Umar, 2004). Nyamuk aedes aegyph maupun aedes
aibopictus merupakan vektor penular virus dengue dari penelitian kepada
orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004).

C. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma keruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita
adalah vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegli) dan pembesaran
limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoprotenia serta efusi pleum dan renjatan (syok).

STIKES HUSADA
JOMBANG
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu :
perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

D. Pathway
Virus Dengue

Viremia

Hipertermia Hepatomegali Depresi sum-sum Permebilitas


tulang kapiler meningkat

Manifestasi
Permebilitas kapiler
Anoreksia perdarahan
meningkat
Muntah

Kehilangan Plasma

Ketidakseimbangan nutisi < Resti Kekurangan


keb tubuh Volume cairan Hipovolemi

Resiko tjd Efusi pleura asites


perdarahan hemokonsentrasi
Resiko syok
hipovolemia

Ketidakefektifan
Syok perfusi jaringan perifer

Kematian

STIKES HUSADA
JOMBANG
E. Tanda dan Gejala
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri
pada punggung, tulang, persendian dan kepala.
2. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis,
hematemosis, melene.
3. Hepatomegali
4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi
disertai gelisah dan akral dingin.
5. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF,
gambaran lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF
adalah :
a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
b. Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan
(anoreksia), diare, konslipasi.
c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati,
pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan
(flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan
fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan
bola mata terasa pegal.

F. Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara
klinis dibagi menjadi : (WHO, 1997).
1. Derajat I
Demam dengan uji bendung positif.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

STIKES HUSADA
JOMBANG
3. Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl
dingin.
4. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
(Alan R. Tumbelaka, 2004).

G. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1. Hb dan PCV meningkat (> 20%)
2. Trombositopenia (< 100.000 /ml)
3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
4. 19 D. Dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah.
8. SGot /SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005).

H. Penatalaksanaan Pasien DHF


Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet, makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh
manis dan beri penderita oralit.
4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien
memburuk observasi ketat tiap jam.
5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan
untuk menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian
parasetamol, asetosial /salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra)
karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.

STIKES HUSADA
JOMBANG
7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang
diperlukan untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan
dokter).

I. Komplikasi
1. Ensefalopatif
2. Perdarahan intraktranial
3. Hernia batang otak
4. Sepsis
5. Pneumonia
6. Hidrasi berlebihan
7. Syok
8. Perdarahan otak
(Monica Ester, 1999).

STIKES HUSADA
JOMBANG
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER
(DHF)
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama. Pendidikan,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis, nama
orangtua, pekerjaan dll.
II. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan
suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Panas tinggi (Demam) 2 – 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh
badan, ruam, malaise, mual, muntah, sakit kapala, sakit pada saat
menelan, lemah, nyeri ulu hati dan penurunan nafsu makan
(anoreksia), perdarahan spontan.
3. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Tidak ada hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu
dengan penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu
pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang
tinggal didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan
nyamuk aides aigepty.
5. Riwayat imunisasi
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi
yang baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Pasien yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang

STIKES HUSADA
JOMBANG
mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:
- Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis
terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada
tempat penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.
- Aedes albapictus.
8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak
1. Faktor Keturunan : yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua orang
tuanya.
2. Faktor Hormonal : banyak hormon yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, namun yang paling berperan
adalah Growth Hormon (GH).
3. Faktor Gizi : Setiap sel memerlukan makanan atau gizi yang baik. Untuk
mencapai tumbuh kembang yang baik dibutuhkan gizi yang baik.
4. Faktor Lingkungan : Terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi dan
lingkungan psikososial.
Teori kepribadian anak menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
meliputi tahap-tahap :
a. Fase oral, usia antara 0 - 11/2 Tahun
b. Fase anal, usia antara 11/2 - 3 Tahun
c. Fase Falik, usia antara 3 - 5 Tahun
d. Fase Laten, usia antara 5 - 12 Tahun
e. Fase Genital, usia antara 12 - 18 Tahun
Tahap-tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson :
a. Bayi (oral) usia 0 - 1 Tahun
b. Usia bermain (Anal ) yakni 1 - 3 Tahun
c. Usia prasekolah (Phallic) yakni 3 - 6 Tahun
d. Usia sekolah (latent) yakni 6 - 12 tahun

STIKES HUSADA
JOMBANG
e. Remaja (Genital) yakni 12 tahun lebih
f.Remaja akhir dan dewasa muda
g. Dewasa
h. Dewasa akhir
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
a. Faktor keturunan (genetik)
Seperti kita ketahui bahwa warna kulit, bentuk tubuh dan lain-lain
tersimpan dalam gen. Gen terdapat dalak kromosom, yang dimiliki
oleh setiap manusia dalam setiap selnya. Baik sperma maupun ovum
masing masing mempunyai 23 pasang kromosom. Jika ovum dan
sperma bergabung akan terbentuk 46 pasang kromosom, yang
kemudian akan terus smembelah untuk memperbanyak diri sampai
akhirnya terbentuk janin, bayi. Setiap kromosom mengandung gen
yang mempunyai sifat diturunkan pada anak dari keluarga yang
memiliki abnormalitas tersebut.
b. Faktor Hormonal
Kelenjar petuitari anterior mengeluarkan hormon pertumbuhan
(Growth Hormone, GH) yang merangsang pertumbuhan epifise dari
pusat tulang panjang. Tanpa GH anak akan tumbuh dengan lambat dan
kematangan seksualnya terhambat. Pada keadaan hipopetuitarisme
terjadi gejala-gejala anak tumbuh pendek, alat genitalia kecil dan
hipoglikemi. Hal sebaliknya terjadi pada hiperfungsi petuitari, kelainan
yang ditimbulkan adalah akromegali yang diakibatkan oleh
hipersekresi GH dan pertumbuhan linear serta gigantisme bila terjadi
sebelum pubertas. Hormon lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan
adalah hormon-hormon dari kelenjar tiroid dan lainya.
c. Faktor Gizi.
Proses tumbuh kembang anak berlangsung pada berbagai tingkatan sel,
organ dan tumbuh dengan penambahan jumlah sel, kematangan sel,
dan pembesaran ukuran sel. Selanjutnya setiap organ dan bagian
tubuh lainnya mengikuti pola tumbuh kembang masing-masing.
Dengan adanya tingkatan tumbuh kembang tadi akan terdapat rawan
gizi. Dengan kata lain untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal
dibutuhkan gizi yang baik.

STIKES HUSADA
JOMBANG
d. Faktor Lingkungan
 Lingkungan fisik; termasuk sinar matahari, udara segar, sanitas,
polusi, iklim dan teknologi
 Lingkungan biologis; termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan.
Lingkungan sehat lainnya adalah rumah yang memenuhi syarat
kesehatan.
 Lingkungan psikososial; termasuk latar belakang keluarga,
hubungan keluarga.
e. Faktor sosial budaya
 Faktor ekonomi, sangat memepengaruhi keadaan sosial keluarga.
 Faktor politik serta keamanan dan pertahanan; keadaan politik dan
keamanan suatu negara juga sangat berpengaruh dalam tumbuh
kembang seorang anak.
Tahap perkembangan anak menurut Erik Erikson. Erikson
mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan manusia
mengalami 8 fase yang saling terkait dan berkesinambungan.
TUGAS PERKEMBANGAN BILA TUGAS PERKEMBANGAN
TIDAK TERCAPAI
Bayi (0 - 1 tahun)  Tidak percaya
 Rasa percaya mencapai harapan,
 Dapat menghadapi frustrasi dalam
jumlah kecil
 Mengenal ibu sebagai orang lain
dan berbeda dari diri sendiri.
Usia bermain (1 - 3 Tahun)  Malu dan ragu-ragu
 Perasaan otonomi.
 Mencapai keinginan
 Memulai kekuatan baru
 Menerima kenyataan dan prinsip
kesetiaan
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun)  Rasa bersalah.
 Perasaan inisiatif mencapai tujuan
 Menyatakan diri sendiri dan
lingkungan

STIKES HUSADA
JOMBANG
 Membedakan jenis kelamin.
Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun) Rasa rendah diri
 Perasaan berprestasi
 Dapat menerima dan melaksanakan
tugas dari orang tua dan guru
Remaja ( 12 tahun lebih) Difusi identitas
 Rasa identitas
 Mencapai kesetiaan yang menuju
pada pemahaman heteroseksual.
 Memilih pekerjaan
 Mencapai keutuhan kepribadian
Remaja akhir dan dewasa muda  Isolasi
 Rasa keintiman dan solidaritas
 Memperoleh cinta.
 Mampu berbuat hubungan dengan
lawan jenis.
 Belajar menjadi kreatif dan
produktif.
Dewasa  Absorpsi diri dan stagnasi
 Perasaan keturunan
 Memperoleh perhatian.
 Belajar keterampilan efektif dalam
berkomunikasi dan merawat anak
 Menggantungkan minat aktifitas
pada keturunan
Dewasa akhir  keputusasaan
 Perasaan integritas
 Mencapai kebijaksanaan

III. Acitvity Daily Life (ADL)


1)   Nutrisi         `  : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.

STIKES HUSADA
JOMBANG
2)  Aktivitas     ``    :Nyeri pada anggota badan, punggung sendi,
kepala,ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktivitas sehari-hari.
3)  Istirahat, tidur  : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan
nyeri
4)   Eliminasi       : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai
anuria.
5)   Personal hygiene :  Meningkatnya ketergantungan kebutuhan
perawatan diri.

IV. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE


Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status
kesehatan klien (inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah
pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah
lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi,
adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi
dinding abdomen untuk mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai
berikut:
a.       Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai
berikut :
1)  Grade I            : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
2)   Grade II          : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3)   Grade III         : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen,
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
4)   Grade IV         : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
b.      Kepala dan leher.
1)  Wajah     : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
2)   Mulut      : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis.
3)   Hidung   : Epitaksis
4)   Tenggorokan                  : Hiperemia
5)   Leher      : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.

c.       Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi             : Vocal – fremitus kurang bergetar.

STIKES HUSADA
JOMBANG
Perkusi            : Suara paru pekak.
Auskultasi       : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d.      Abdomen (Perut).
Palpasi       : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment
point (Stadium IV).
e.       Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi                        : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri                         : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
f.       Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I         : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II –III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium IV     : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada
jari tangan dan kaki.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan
3. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
disfungsi intestinal
C. PERENCANAAN
No. Diagnosa (SDKI) SLKI SIKI
1. Hipertermi Tujuan : setelah Manajemen hipertermi I.15566
berhubungan dengan dilakukan tindakan Observasi
proses penyakit keperawatan selama 3x 1. Identifikasi penyebab
24 jam diharapkan hipertermi (mis, dehidrasi,
panas berkurang. terpapar lingkungan
Kriteria hasil : panas, penggunaan
menggigil (5), kulit inkubator)
merah (5), takikardi (5), 2. Monitor suhu tubuh
suhu panas (5). 3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat
hipertermi
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan

STIKES HUSADA
JOMBANG
pakaian
3. Basahi atau kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Resiko defisit nutrisi Tujuan : setelah Manajemen nutrisi
berhubungan dengan dilakukan tindakan Observasi
ketidakmampuan keperawatan selama 3x 1. Identintifikasi status
mencerna makanan 24 jam diharapkan nutrisi
nutrisi membaik. 2. Identifikasi makanan yang
Kriteria hasil : porsi disukai
makanan yang 3. monitor asupan makanan
dihabiskan (5), diare 4. monitor hasil pemeriksaan
(5), frekuensi makan laboratorium
(5), nafsu makan (5), Terapeutik
membran mukosa (5). 1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Anjurkan diet yang

STIKES HUSADA
JOMBANG
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemeberian
medikasi sebelum makan
(perda nyeri, antiemetik)
2. Kolaborasi denagn ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang didapat.
3. Resiko Tujuan : setelah Manajemen cairan I.03098
ketidakseimbangan dilakukan tindakan Observasi :
cairan berhubungan keperawatan selama 3x 1. Monitro Status Hidrasi
dengan disfungsi 24 jam diharapkan ( mis, frekuensi nadi,
intestinal cairan tubuh kekuatan nadi, akral,
meningkat. pengisian kapiler,
Kriteria hasil : asupan kelembaban mukosa,
cairan (5), keluaran urin turgorkulit, tekanan darah)
(5), kelembaban 2. Monitor berat badan
membrane mukosa (5), sebelum dan sesudah
tekanan darah (5). dialysis
3. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (mis,
hematocrit, Na, K, Cl,
berat jenis urin, BUN)
4. Monitor Status
Hemodinamik (MAP,
CVP, PAP, PCWP, jika
tersedia)

D. TINDAKAN
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses
keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

STIKES HUSADA
JOMBANG
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. (Perry & Potter, 2005).
1.      Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan
keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya
menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat
saat klien demam.
2.      Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata
bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam
membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi
masalah klien.

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.(Potter &
Perry. 2009).
S (subyek) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan
O (obyek) : informasi yang didapat dari hasil pengamatan,
penilaian, dan pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah diberikan tindakan
A (analisis) : membandingkan antara informasi subyek dan obyek
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian, masalah tidak teratasi.
P (planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

STIKES HUSADA
JOMBANG
DAFTAR PUSTAKA

Doengus ME, Moorhouse MF, GE Isster AC, 1999. Rencana Asuhan


Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta, EGC.

Ester Monica, 1999. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian


Demam Berdarah Dengue. Jakarta, EGC.

Mansjoer Arif, Triyanti Kaspuji, Savitri Rokimi, Wardhani Wahyu Ika,


Setiawulan Wiwiek, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga.
Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan


Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Herdman, T Heatrher, PhD, RN, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2009-2011. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC)


Fourth Edition. United State of America : Mosby Elsevier

Moorhead, Sue PhD, RN dkk. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC)


United State of America : Mosby Elsevier

Rezeki Sri H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, 2004. Tatalaksana Demam


Dengue /Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta : FKUI.

Surosa Thomas, Ali Imran Umar, 2004. Epidemiologi dan Penanggulangan


Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Sutaryo, 2004. Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta :


FKUI.

Soedarmo Sumarno Poorwo, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue Di


Indonesia. Jakarta : FKUI.

Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue.


Jakarta : FKUI.

Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4. Jakarta,
EGC.

Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

STIKES HUSADA
JOMBANG
ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. R
Umur : 10 thn
Alamat : Kepanjen jombang
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. M
Pendidikan : SMP
Nama Ayah : Tn. K
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Diagnosa Medik : DHF
Pengkajian tanggal : 25 Maret 2020 pukul 14.30 WIB
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Ibu pasien mengatakan pasien demam
b. Riwayat sekarang : Ibu pasien mangatakan pasien panas badannya dan
tidak nafsu makan, mual dan muntah sudah 6 hari
sejak hari selasa 19 Maret 2020 berobat ke bidan
hari rabu panas turun kamis panas lagi dibawa ke
dokter hari minggu pasien masih panas dan
merasa lemas sehingga di bawa ke IGD RSUD
Jombang senin tanggal 25 Maret 2020 kemudian
masuk di ruang Seruni bawah.
c. Riwayat dahulu : Sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah Sakit
umur 10 bulan karena diare.
d. Riwayat penyakit keluarga : Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga
yang dalam waktu dekat ini menderita sakit DBD.
e. Riwayat kehamilan : Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan, dengan
berat badan lahir 2,9 kg ditolong oleh bidan. Lahir
spontan dan selama 1 tahun anak mendapat
imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2
tahun.
f. Kondisi lingkungan : Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup
bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil, sekitar
rumah terdapat beberapa ban bekas untuk
menanam tanaman yang belum dipakai, bak mandi
dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu
seminggu yang lalu ada tetangga gang yang

STIKES HUSADA
JOMBANG
menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan
lingkungan wilayah belum pernah difogging.

3. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Selera makan baik Tidak nafsu makan

2. Frekuensi 2x/hari 3x/hari


3. Porsi Makan 1 porsi ¾ porsi
4. Jenis Nasi, lauk pauk Bubur, sayur
5. Keluhan Tidak ada Mual

b. Cairan

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Frekuensi 8 gelas/hari 5 gelas/hari


2 Jenis Air putih, susu, Air putih, susu
teh
3. Keluhan Tidak ada Tidak ada

c. Eliminasi (BAB&BAK)

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

BAK

1. Frekuensi Tidak terhitung 3x/hari


2. Konsistensi Cair Cair
3. Warna Kuning urine Kuning urine
4. Keluhan Tidak ada Tidak ada

BAB
1 Frekuensi 2x/hari 1x/hari
2. Konsistensi Padat Padat
3. Warna Kuning feses Kuning kecoklatan
4. Keluhan Tidak ada Tidak ada

STIKES HUSADA
JOMBANG
d. Istirahat tidur

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jam tidur

Tidur siang Tidak pernah 1-2jam/hari

Tidur malam 8jam/hari 6jam/hari


2. Keluhan Tidak ada Gangguan tidur
e. Personal hygine

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Mandi

Frekuensi 2x/hari Diseka 1x/hari

Keluhan Tidak ada Tidak ada


2. Cuci Rambut

Frekuensi 3xseminggu Tidak pernah

Keluhan Tidak ada Tidak ada


3. Gosok gigi

Frekuensi 2x/hari 1x/hari

Keluhan Tidak ada Tidak ada

4. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum : Compos Mentis
b) Tanda-tanda vital :
c) TD : 90/60 mmHg
d) S : 38,60C
e) RR : 32 x / menit
f) N : 108 x / menit
g) Berat badan : 23 Kg
h) Betuk Kepala : mesocepal
i) Rambut : pendek bersih
j) Telinga : simetris tidak ada serumen yang berlebih
k) Mata : simetris tidak ada sianosis dan
lingkar hitam di bawah mata.

STIKES HUSADA
JOMBANG
l) Hidung : tidak terdapat polip dan tidak terliahat
pernafasan cuping hidung
m) Mulut : mukosa kering, tidak ada sariawan dan
tidak ada karies gigi
n) Dada : datar simetris
o) Jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan s1 > s2,
S1 loop S2 dup
p) Paru-paru : tidak ada bunyi ronchi,
q) Abdomen : tidak ada nyeri tekan. Tidak teraba hepar
r) Punggung :tidak ada sklereosis dan kelainan tulang
lainnya
s) Genetalia : pasien berjenis kelamin laki-laki
t) Ekstermitas :
u) Atas : terpasang infus
v) Bawah : anggota gerak bawah lengkap tidak ada
w) kekurangan.
x) Kulit : turgor kulit buruk

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hasil satuan Nilai normal
Hematologi
CBC
Hemoglobin 14.2 g/dL 11.5-15.5
Leukosit 7.83 103/ul 4.5-14.5
Hematokrit 41.3 % 35.5-45.5
Eritrosit 5.54 106/ul 4.5-14.5
Trombosit L 60 103/ul 150-450
MCV L74.5 fL 79.0-99.0
MCH L25.6 pg 27.0-31.0
MCHC 34.4 g/dL 33.0-37.0
RDW H % 11.5-14.5
MPV H14.9 7.2-11.1
SERO
IMUNOLOGI Reaktif Non Reaktif
Dengue IgG Non Reaktif Non Reaktif
Dengue IgM

STIKES HUSADA
JOMBANG
6. Terapi
IVFD RL 20 tpm
Injeksi ranitidin 2x ½ ampul (2x25mg)
Tab Paracetamol 3x250 mg

7. Program dan rencana pengobatan

No Jenis Obat Cara Pemberian


1 Paracetamol Oral
2 Antipiretik Oral
3 Imunos Oral
4 Ondansentron Injeksi

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Ibu pasien Nyamuk aedes aegepty Hipertermi
mengatak  
an pasien Proses penyakit
demam
DO : Respon antigen antibody
TTV: TD :
90/60 mmHg Merangsang sel-sel
monosit, eosinofel
N :104 neotrofil dan makrofag
x/
untuk mengeluarkan zat-
menit
zat pirogen endogen
S :
38,60C Impuls disampaikan ke
RR: hypotalamus bagian
32x / thermoregulator melalui
menit ductus thoraticus
 
Sel point suhu meningkat
                                           
Suhu tubuh meningkat
                          
Hipertermi
2. DS : Ibu pasien Nyamuk aedesw aegepti Resiko
mengatakan pembawa Virus dengeu ketidakseimbangan

STIKES HUSADA
JOMBANG
anaknya cairan
lemas, Reaksi antigen-antibody
sering
berkeringat kompleks virus antibody
dingin dalam sirkulasi darah
DO : Trombosit
: 60 aktivasi koalgulasi
Pasien
terlihat disfungsi intestinal
lemah  
mual muntah
Mukosa kering
 
Resiko defisit volume
cairan tubuh
3. S : Klien Merangsang sistem saraf Resiko defisit
menyatakan otonom nutrisi
tidak nafsu
makan, Saraf parasimpatis
mengeluh terangsang
mual
Do: - KU lemah Hypersekresi HCL
Makan pagi  
hanya mau 3 Merangsang medula
sendok Mual, anoreksia
Klien  
tampak mual ketidakmampuan
 - Bising mencerna makanan
usus
14x/menit Intake nutrisi berkurang
 
Resiko defisit nutrisi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan disfungsi intestinal
c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan

C. INTERVENSI
No. Diagnosa (SDKI) SLKI SIKI
1. Hipertermi Tujuan : setelah Manajemen hipertermi I.15566

STIKES HUSADA
JOMBANG
berhubungan dengan dilakukan tindakan Observasi
proses penyakit keperawatan selama 3x 1. Identifikasi penyebab
24 jam diharapkan hipertermi (mis, dehidrasi,
panas berkurang. terpapar lingkungan
Kriteria hasil : panas, penggunaan
menggigil (5), kulit inkubator)
merah (5), takikardi (5), 2. Monitor suhu tubuh
suhu panas (5). 3. Monitor komplikasi akibat
hipertermi
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang
dingin
7. Basahi atau kipasi
permukaan tubuh
8. Berikan cairan oral
9. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi
10. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

D. IMPLEMENTASI

TANGGAL/JAM DX IMPLEMENTASI RESPON PARAF


25 maret 2020 I Observasi -KU sedang

STIKES HUSADA
JOMBANG
1. Identifikasi penyebab -Kesadaran
composmentis
hipertermi (mis,
-pasien mengatakan
14.30 WIB dehidrasi, terpapar lemas, sering
lingkungan panas, berkeringat,
penggunaan inkubator) -TD:90/60 mmHg
2. Monitor suhu tubuh -N :108 x / menit
3. Monitor komplikasi -S :38,6oC

akibat hipertermi -RR:32 x/menit

Terapeutik
4. Sediakan lingkungan
- Pasien kooperatif
yang dingin
14.45 WIB
5. Basahi atau kipasi
-Pasien kooperatif
permukaan tubuh
6. Berikan cairan oral
- Pasien kooperatif
Edukasi
7. Anjurkan tirah baring
14.50 WIB - Pasien kooperatif
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
- RL 20 tpm di
14.50 WIB cairan dan elektrolit tangan kiri
intravena, jika perlu

26 maret 2020 I Observasi -KU sedang


07.30 WIB 1. Monitor suhu tubuh -pasien mengatakan
lemas
2. Monitor komplikasi
-TD:90/60 mmHg
akibat hipertermi
-N :108 x / menit
Terapeutik
-S :39oC
09.30 WIB 3. Sediakan lingkungan yang
-RR:32 x/menit
dingin
4. Basahi atau kipasi
- Pasien kooperatif
09.45 WIB
permukaan tubuh
-Pasien kooperatif
10.00 WIB
5. Berikan cairan oral
Kolaborasi - RL 20 tpm di
6. Kolaborasi pemberian tangan kiri
10.00 WIB

STIKES HUSADA
JOMBANG
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

27 maret 2020 I Observasi -KU sedang


07.30 WIB 1. Monitor suhu tubuh -pasien mengatakan
panas, sering
2. Monitor komplikasi berkeringat
akibat hipertermi -TD:100/60 mmHg
Terapeutik -N :90 x / menit
3. Sediakan lingkungan -S :37oC
08.00 WIB yang dingin -RR:24 x/menit
4. Basahi atau kipasi - Pasien kooperatif
11.00 WIB
permukaan tubuh
5. Berikan cairan oral -Pasien kooperatif
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian - RL 20 tpm di
12.40 WIB tangan kiri
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

E. EVALUASI

TANGGAL/JAM DX EVALUASI PARAF


26 maret 2020 I S: Pasien mengatakan badannya masih
panas

STIKES HUSADA
JOMBANG
O: TD:90/60 mmHg
-N :100 x / menit
-S :38oC
-RR:30 x/menit
-Badan berkeringat
-Mukosa bibir basah
A:masalah hipertermi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan (1,2. 3, 4, 5, 6)
27maret 2020 I S: Pasien mengatakan badannya
berkeringat lebih dan panas saat
malam hari
O: TD:100/60 mmHg
-N :110 x / menit
-S :37oC
-RR:30 x/menit
-Badan berkeringat
-Mukosa bibir basah
-Wajah merah
A:masalah hipertermi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan (1,2. 3, 4, 5, 6)
28 maret 2020 I S: Pasien mengatakan badannya sudah
tidak panas
O: TD:110/70 mmHg
-N :100 x / menit
-S :36,7oC
-RR:26 x/menit
- keringat berkurang
-Mukosa bibir lembab
-wajah relax
A:masalah hipertermi teratasi
P: intervensi dihentikan

STIKES HUSADA
JOMBANG

Anda mungkin juga menyukai