Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS FRAKTUR FEMUR PADA TN.I DI RUANG

IGD RSUD JOMBANG

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners di Stase Kritis

Dosen Pembimbing :
Eliza Zihni,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :
Nia Fatihatul Azzah Lailiyah
NIM : 2019040077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
JOMBANG
2020

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


LEMBAR KONSULTASI

No. Pembimbing Keterangan TTD

Mengetahui,
Kepala Ruangan

(.........................................................)

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Dengan

Kasus Fraktur Femur pada Tn. Di ruang IGD RSUD Jombang, telah

disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Jombang, 2020

Mahasiswa,

(Nia Fatihatul Azzah Lailiyah S.Kep)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

(.........................................................)
(Eliza Zihni,S.Kep.,Ns.,M.Kep)

Kepala Ruangan

(........................................................)

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

A. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer,
2003).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa
terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian).
Patah pada tulang femur dapat menimbulkan perdarahan cukup banyak serta
mengakibatkan penderita mengalami syok (Sjamsuhidajat, 2004).

B. Etiologi
Penyebab fraktur femur menurut Rendy, M Clevo.2012 yaitu :
1) Trauma atau tenaga fisik
2) Fraktur fatologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau penyakit
yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan
bawaan) dan  dapat terjadi secara sepontan atau akibat trauma ringan.
3) Fraktur stress terjadi adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada
daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang sekali
ditemukan pada anggota gerak atas
4) Osteoforosis

C. Klasifikasi Fraktur
Menurut Smelzer.2001 dalam buku Jitowiyono Sugeng.2010:
a. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia
luar
b. Fraktur tebuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit
dimana potensial untuk terjadinya infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi
3 derajat:
1. Derajat I
a) Luka kurang dari 1cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


c) Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan
d) Kontaminasi ringan
2. Derajat II
a) Laserasi lebih dari 1cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c) Fraktur komuniti sedang
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot
dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi
c. Fraktur complete
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergerseran (bergeser dari posisi normal).
d. Fraktur incomplete
Patah hanya terjadi pada sebagian terjadi pada sebagian garis tengah
tulang
D. Patofisiologi
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosterium serta
pembuluh darah didalam korteks, dan jaringan lunak disekitarnya akan
mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk diantara kedua ujung patahan
tulang serta dibawah periosterum, dan akhirnya jaringan granulasi
menggantikan hematoma tersebut.
Kerusakan jaringan tulang memicu respons inflamasi intensif yang
menyebabkan sel-sel dari jaringan lunak disekitarnya serta akan menginvasi
daerah fraktur dan aliran darah keseluruh tulang akan mengalami
peningkatan. Sel-sel osteoblast didalam periosteum, dan endosteum akan
memproduksi osteoid (tulang muda dari jaringan kolagen yang belum
mengalami klasifikasi, yang juga disebut kalus). Osteoid ini akan mengeras
disepanjang permukaan luar korpus tulang dan pada kedua ujung patahan
tulang. Sel-sel osteoklast mereabsorpsi material dari tulang yang terbentuk
sebelumnya dan sel-sel osteoblast membangun kembali tulang tersebut.

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


Kemudian osteoblast mengadakan transformasi menjadi osteosit (sel-sel
tulang yang matur). (Kowalak,P Jennifer,2010)
E. Pathway

Trauma pada Tekanan yang Kelemahan tula


tulang(kecelakaan) berulang (kompresi) abnormal (osteop

Fraktur femur

Jepitan saraf Px & keluarga Px & kelu


Jaringan yang Tulang
siatika cemas terhdp tdk
ditembus oleh tulang menembus
kondsi px mengeta
pem.darah
kondisi p
Terputusnya
kontinuitas Kerusakan Kerusakan anxietas Kurang
Risiko
jar. jalur saraf integritas kulit pengeta
perdaraha
n
Menekan
syaraf perasa Perubahan Kemampuan Tirah baring
permeabilitas pergerakan Aktifitas si
nyeri lama
kapiler otot sendi terhambat

Stimulasi gg.
dekubitus Defisit
neurotrans Hambatan termur
perawatan hipotal
mitter nyeri mobilitas fisik
diri
Kerusakan
integritas Memic
Pelepasan
Daerah sekitar Kehilangan cairan kulit termo
media
fraktur edema ekstra sel ke jar. hipota
prostaglandin Yg rusak

Kelebihan Pningk
Respon nyeri suhu t
vol.cairan PK Syok
hebat & akut
hipovolemik
hipert
Nyeri akut

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


F.  Manisfestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut Jutowiyono.Sugeng.2010:
a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
b. Nyeri pembengkakan
c. Terdapat trauma seperti (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian,
penganiayaan, tertinpa benda berat, kecelakaan kerja)
d. Gangguan pada anggota gerak
e. Deformitas
f. Kelainan gerak
g. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
h. Odema : muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan y\ng berdekatan dengan fraktur.
i. Kehilangan sensasi (mati rasa mungkin terjadi dari rusaknya saraf atau
perdarahan)

G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rendy,M Clevo.2012:
1. Radiologi foto polos dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada tulang femur
2. Skor tulang tomography dapat digunakan untuk menidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3. Arterogtram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat atau menurun.

H. Penatalaksanaan Medis
a. Reduksi dan imobillisasi fraktur
1. Reduksi fraktur dilakukan untuk menurunkan nyeri dan membantu
emncegah formasi hematum reduksi dapat dilakukan dengan
menggunakan traksi.
2. Bidai pneumatik dipasang untuk menurunkan kehilangahan darah
dengan memberikan tekanan dan tamponadeu pada formasi hematum.

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


Traksi diperlukan untuk menahan tulang paha agar tidak memberikan
tekanan pada jaringan lunak akibat kontraksi massa otot paha yang
besar dan kuat pada saat mengalami spasme.
b. Pemberian analgesik yang tepat managemen nyeri harus segera
diberikan. Apabila status hemodinamik baik, maka pemberian narkotika
intravena biasanya dapat menurunkan respon nyeri.
c. Profilaksis antibiotik
d. Transfusi darah, terutama pada fraktur femur terbuka dengan adanya
penurunan kadar hemoglobin.
e. Lakukan pemasangan foley kateter
f. Radigrafi harus segera dilakukan untuk mendeteksi patologi.
g. Konsultasi ortopedi untuk intervensi reduksi terbuka

I. Komplikasi
a. Trauma syaraf
b. Trauma pembuluh darah\Indikasi ischemia post trauma: pain, pulseless,
parasthesia, pale, paralise menjadi kompartemen syndrome : kumpulan
gejala yang terjadi karena kerusakan akibat trauma dalam jangka waktu 6
jam pertama, jika tidak dibersihkan maka sampai terjadi nekrose yang
menyebabkan terjadinya amputasi.
c. Komplikasi tulang :
1) Delayed union : penyatuan tulang lambat
2) Non union (tidak bisa nyambung)
3) Mal union (salah sambung)
4) Kekakuan sendi
5) Nekrosis avaskuler
6) Osteoarthritis
7) Reflek simpatik distrofi
8) Stres pasca traumatik
9) Dapat timbul emboli lemak setelah patah tulang, terutama tulang
panjang

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG
Konsep Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien dengan
Fraktur Femur

1. Pengkajian
a.      Pengkajian primer
1)      Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardia, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2)      Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk.
3)       Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan/atau tak teratur, suara napas terdengar rochi/aspirasi.
b.      Pengkajian sekunder
1)      Aktivitas/istirahat
a)      Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
b)      Keterbatasan mobilitas
2)      Sirkulasi
a)      Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon nyeri/ansietas)
b)      Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
c)      Tachikardia
d)     Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera
e)      Capillary refill melambat
f)       Pucat pada bagian yang terkena
g)      Masa hematoma pada sisi cedera
3)      Neurosensori
a)      Kesemutan
b)      Deformitas, krepitasi, pemendekan
c)      Kelemahan
4)      Kenyamanan
a)      Nyeri tiba-tiba saat cedera
b)      Spasme/kram otot
5)      Keamanan
a)      Laserasi kulit
b)      Perdarahan
c)       Perubahan warna
d)     Pembengkakan lokal (Musliha, 2010)

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan agen pencedera fisik yang dibuktikan
dengan mengeluh nyeri
2) Hipertermia berhubungan dengan respon trauma dibuktikan dengan suhu
tubuh diatas nilai normal
3) Gangguan integritas jaringan/kulit yang berhubungan dengan faktor
mekanis
4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang yang dibuktikan dengan mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas
3. Rencana keperawatan
No Diagnosa (SDKI) SLKI SIKI
.
1. Nyeri (akut) Tujuan : setelah Manajemen nyeri I.08238
berhubungan dilakukan tindakan
dengan agen Observasi
pencedera fisik keperawatan selama
yang dibuktikan 3x 24 jam 1. Identifikasi lokasi,
dengan mengeluh karakteristik,
nyeri diharapkan nyeri
berkurang. durasi,freuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Kriteria hasil :
2. Identifikasi skala nyeri
keluhan nyeri (5),
3. Identifikasi faktor yang
meringis (5), sikap
memperberat dan
protektif (5)
meringankan nyeri

Terapeutik

1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat tidur

Edukasi

1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


secara mandiri
3. Anjurkan menggunakan
analgetisk yang tepat

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Hipertermi Tujuan : setelah Manajemen hipertermi I.15566
berhubungan dilakukan tindakan
dengan respon Observasi
trauma dibuktikan keperawatan selama
dengan suhu 3x 24 jam 1. Identifikasi penyebab
tubuh diatas nilai hipertermi (mis, dehidrasi,
diharapkan panas
normal
berkurang. terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
Kriteria hasil :
2. Monitor suhu tubuh
menggigil (5), kulit
3. Monitor kadar elektrolit
merah (5), takikardi
4. Monitor haluaran urine
(5), suhu panas (5).
5. Monitor komplikasi akibat
hipertermi
Terapeutik

1. Sediakan lingkungan yang


dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi atau kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. Gangguan Tujuan : setelah Perawatan Integritas Kulit
integritas jaringan dilakukan tindakan I.11353
yang keperawatan selama
Observasi
berhubungan 3x 24 jam
dengan faktor diharapkan integritas 1. Identintifikasi penyebab

mekanis jaringan meningkat. gangguan integritas kulit


(misal perubahan sirkulasi,
Kriteria hasil :
perubahan status nutrisi,
kerusakan jaringan
penurunan kelembaban,
(5), nyeri (5),
suhu lingkungan ekstrem,
perdarahan (5), suhu
penurunan mobilitas)
kulit(5).
Terapeutik

1. Ubah posisi tiap 2 jam jika


tirah baring
2. Bersihkan perienal dengan
air hangat terutama selama
periode diare
3. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi

1. Anjurkan minum yang


cukup
2. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


3. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
4. Gangguan Tujuan : setelah Dukungan ambulasi I.06171
mobilitas fisik dilakukan tindakan
berhubungan Observasi
dengan kerus keperawatan selama
akan integritas 3x 24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri
struktur tulang atau keluhan fisik
diharapkan mobilitas
yang dibuktikan
dengan mengeluh fisik meningkat. lainnya
sulit 2. Identifikasi toleransi
menggerakkan Kriteria hasil :
fisik melakukan
ekstremitas
Kekuatan otot (5), ambulasi
nyeri (5), kaku sendi
Terpeutik
(5), kelemahan fisik
(5). 3. Fasilitasi aktifitas
ambulasi dengan alat
bantu
4. Fasilitas melakukan
mobilitas fisik
5. Libatkan keluarga untuk
membantu pasiean
dalam meningkatkan
ambulasi

Edukasi

6. Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi
7. Anjurkan mealkukan
ambulasi dini
8. Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan.

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


4. Tindakan keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan,
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005).
1.  Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang
tenang, mengompres hangat saat klien demam.
2.  Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan
bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien.(Potter & Perry. 2009).
S (subyek) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan
O (obyek) : informasi yang didapat dari hasil pengamatan, penilaian, dan
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah diberikan
tindakan
A (analisis) : membandingkan antara informasi subyek dan obyek dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi.
P (planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
PASIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR

No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa medis : Fraktur OS Femur 1/3 tengah kiri
IDENTITAS

Nama :Tn. I Jenis Kelamin : L Umur :45 tahun


Agama : islam Status Perkawinan : menikah Pendidikan :SMP
Pekerjaan : petani Sumber informasi :Px Alamat : jombang

TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama : pasien mengeluh sakit

Mekanisme Cedera : tabrakan dengan motor

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing 
 N/A
Suara Nafas : baik Snoring Gurgling
Keluhan Lain: tidak ada
Diagnosa Keperawatan:
BREATHING
Gerakan dada:  Simetris  Asimetris
Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur
Retraksi otot dada :  Ada  N
Sesak Nafas :  Ada  N  RR : 20x/mnt
Keluhan Lain: tidak ada
Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION

Nadi :  Teraba  Tidak teraba


Sianosis :  Ya  Tidak

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


CRT :  < 2 detik  > 2 detik Pendarahan : 
Ya  Tidak ada Keluhan Lain: tidak ada

DISABILITY Diagnosa Keperawatan:

Respon : Alert  Verbal  Pain  Unrespon Kesadaran : Kriteria Hasil : … … …


CM  Delirium  Somnolen  ... ...... Intervensi :
GCS :  Eye ... Verbal ...Motorik ...
Pupil : Isokor  Unisokor  Pinpoint  Medriasis Refleks
Cahaya: Ada Tidak Ada
Keluhan Lain : tidak ada

Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan integritas
jaringan b/d trauma
EXPOSURE mekanis
2. Gangguan mobilitas
fisik b/d kerusakan
integritas struktur
tulang
Deformitas : Ya  Tidak Kriteria Hasil : intergritas
Contusio: Ya  Tidak jaringan membaik
Abrasi: Ya Tidak
Penetrasi :Ya  Tidak Intervensi :
Laserasi: Ya  Tidak 1. Perawatan luka
Edema: Ya  Tidak 2. Heacting
Keluhan Lain: perdarahan 3. distraksi
SECONDARY

4. pemasangan perban
dan gip
Diagnosa Keperawatan:
SURVE

1. Nyeri Akut b/d agen


ANAMNESA pencedera fisik

Riwayat Penyakit Saat Ini : pasien mengalami kecelakaan saat pulang Kriteria Hasil : nyeri
dari sawah, ia bertabrakan dengan motor hingga kaki kanan patah setelah berkurang
itu d bawa ke rumah sakit jombang untuk diberikan perawatan Intervensi :
1. Fasilitasi istirahat
Alergi : tidak punya alergi obat atau makanan
tidur
Medikasi : infus RL 20 tpm 2. Berikan nonfarmakologi
Inj. Torasic 3x 200 mg 3. berikan obat
Inj. Santagesik analgetik

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


Riwayat Penyakit Sebelumnya: pasien mengatakan tidak pernah
mengalami sebelumnya
Makan Minum Terakhir: nasi putih dan sayur kangkung dan ikan goreng
Even/Peristiwa Penyebab: terjadi tabrakan motor

Tanda Vital :
TD : 120/80 mmhg, N : 84x/menit, RR : 20x/ m,enit S: 38,0 c
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:
SURVEY SECONDARY

1. Hipertermi
OBSERVASI berhubungan
a. Keadaann Umum: dengan respon
Kesadaran : Composmentis trauma dibuktikan
b. Tanda-tanda Vital: dengan suhu tubuh
diatas nilai normal
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Respirasi : 20x/ menit
Kriteria hasil

Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN Tgl DIAGNOSTIK
22 Mei NORMAL 1.
2020 2.
RONTGEN  CT-SCAN  USG  EKG Kriteria Hasil :
Hematologi ENDOSKOPI  Lain-lain, ... ...
Rutin Hasil : Intervensi : 1.
- Hemoglobin - Tampak fraktur 13.6 di OS Femur 1/3 tengah kiri
13.5-17.5 ………
- Hematokrit - Trabekulasi tulang42 normal 33-45 2. … … …
- Leukosit - Celah dan permukaan
10.5 sendi dalam batas
4.5-11.0
- Trombosit normal 239 150-450
- Eritrosit - Tak tampak
5.01 klasifikasi abnormal
4.50-5.90
- Golongan Darah - Tak tampak erosi/destruksi
O tulang
Hemostasis - Tak tampak soft tissue mass/sweilling
- PT - Pergeseran 14.5
sendi (-) 10.0-15.0
- APTT Kesimpulan: 30.3 20.0-40.0
- INR Fraktur OS Femur 1.210
1/3 tengah kiri
Kimia Klinik Tanggal TANDA TANGAN PENGKAJI:
Elekrolit
- Na darah Pengkajian : 22 mei 137 136-145
- Kal darah 2020 3.1 3.3-5.1 NAMA TERANG : Nia fatihatul
- Clorida darah 10.2 98-106
Jam :08.00
- Glukosa darah 60-40
sewaktu Keterangan :
Serologi Hepatitis
HBSAg Rapid Non Reactive Non Reactive

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


THERAPY
Jenis terapi Dosis Golongan
Cairan IV Nacl
0,9% 20tpm Cairan elektrolit
Obat parenteral Inj.
Ranitidin Inj. 50mg Antasida
Cefazolin Fenitoin 1gr Antibiotik
Inj. Metamizol 100mg Anti epilepsy
1gr Anti inflamasi

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS :- pasien mengatakan kaki Trauma pada tulang Gangguan
bengkak (kecelakaan) integritas
kulit
DO : -kerusakan jaringan
- Nyeri Fraktur femur
- Perdarahan
- Kemerahan Jaringan yang
ditembus oleh
- hematoma
fragmen tulang

Gangguan integritas
kulit
2. DS : klien mengeluh sulit Trauma pada tulang
menggerakkan ekstremitas (kecelakaan)
DO : - kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM) Fraktur femur
menurun
- Sendi kaku Jepitan saraf siatika
- Gerakan terbatas
Fisik lemah Kerusakan jalur saraf

Kempampuan
pergerakan otot sendi

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


Gangguan mobilitas
fisik
3. DS: Agen cidera Fisik Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri pada
kaki kiri bagian paha Fraktur femur
P: Nyeri bertambah saat di
gerakkan Jepitan saraf siatika
Q: Nyeri seperti diremas-
remas Terputusnya
R: Nyeri pada bagian femur kontinuitas jar.
1/3 tengah sinestra (di
sekitar pada kiri) Menekan saraf
S: Skala nyeri 7 perasa nyeri
T: Hilang timbul
DO: Pelepasan
- Klien tampak lemas neurotransmitter
- Klien tampak nyeri
meringis kesakitan
Pelepasan media
TD: 120/80 mmHg
prostaglandin
N: 80x/menit
S: 38,0
Respon nyeri hebat
& akut

Nyeri akut

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
a. Gangguan integritas jaringan yang berhubungan dengan faktor
mekanis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang yang dibuktikan dengan mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen pencedera fisik yang
dibuktikan dengan mengeluh nyeri.

2. INTERVENSI

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


No Diagnosa (SDKI) SLKI SIKI
.
1. Gangguan integritas Tujuan : setelah Perawatan Integritas Kulit
jaringan yang dilakukan tindakan I.11353
berhubungan dengan
faktor mekanis keperawatan selama 3x
Observasi
24 jam diharapkan
integritas jaringan 1. Identintifikasi penyebab

meningkat. gangguan integritas kulit


(misal perubahan
Kriteria hasil :
sirkulasi, perubahan status
kerusakan jaringan (5),
nutrisi, penurunan
nyeri (5), perdarahan
kelembaban, suhu
(5), suhu kulit(5).
lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
Terapeutik

2. Ubah posisi tiap 2 jam


jika tirah baring
3. Bersihkan perienal dengan
air hangat terutama
selama periode diare
4. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi

5. Anjurkan minum yang


cukup
6. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
7. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
4. IMPLEMENTASI

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


TANGGAL DX IMPLEMENTASI RESPON PARAF
/JAM
22/05/2020 1 Observasi S: Klien mengatakan badan
07.30 terasa bengkak merah
1. Mengdentintifikasi O:
08.00 - Kemerahan di
penyebab gangguan ekstremitas
integritas kulit - Nyeri
- Perdarahan
(misal perubahan
sirkulasi, perubahan Klien bersedia mengikuti
intruksi perawat
08.15 status nutrisi,
penurunan
kelembaban, suhu Klien tampak mengikuti
lingkungan ekstrem, apa yang di ajarkan oleh
perawat
penurunan
08.30
mobilitas)
Terapeutik Klien bersedia mengikuti
intruksi
2. Mengubah posisi
tiap 2 jam jika tirah
baring
3. Membersihkan Klien mengatakan kaki
08.45
kirinya terasa nyeri sulit
perienal dengan air beristirahat
hangat terutama Klien bersedia dibantu
beraktivitas
selama periode diare
09.15 8. Menghindari produk
O:
berbahan dasar Klien tampak masih sulit
alkohol pada kulit untuk beraktivitas
kering
09.30 Edukasi

9. Menganjurkan
minum yang cukup
10. menganjurkan

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


meningkatkan
asupan nutrisi
11. Menganjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur.
Kolaborasi :
12. Berkolaborasi untuk
melakukan Heacting
13. Berkolaborasi untuk
melakukan
Perawatan luka
14. Berkolaborasi untuk
melakukan Distraksi
dan pemsangan
perban dan gip
Observasi O:
08.00 - Klien sulit
Terapeutik beristirahat
S:
1. Mengubah posisi TD:100/80 mmHg
N:80x/menit S:36,2
tiap 2 jam jika tirah RR:22x/menit
08.15 baring
2. Membersihkan
perienal dengan air
Klien bersedia mengikuti
hangat terutama intruksi
selama periode diare
08.30 Edukasi

3. menganjurkan
09.15
meningkatkan
asupan nutrisi Klien mengatakan kaki
kirinya terasa nyeri sulit

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


4. Menganjurkan beristirahat
09.30
meningkatkan
asupan buah dan
sayur.
Kolaborasi :
5. Berkolaborasi untuk
melakukan
Perawatan luka
Observasi O: Klien sulit
08.00 beristirahat
Terapeutik S:
TD:100/80 mmHg
1. Mengubah posisi N:80x/menit S:36,2
RR:22x/menit
tiap 2 jam jika tirah
baring

08.15 Edukasi
Klien bersedia mengikuti
2. menganjurkan intruksi
meningkatkan
asupan nutrisi
3. Menganjurkan
08.30
08.45 meningkatkan Klien mengatakan kaki
asupan buah dan kirinya terasa nyeri sulit
beristirahat
sayur.
4. Berkolaborasi untuk
09.15 melakukan
Perawatan luka

EVALUASI

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG


NO EVALUASI
DX/
tggl

1 S: Klien mengatakan masih merasa bengkak memerah di kaki kiri


23/05/20 O: Kemerahan di ekstremitas
- Nyeri
- Perdarahan
- Kerusakan jaringan

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjut intervensi
- Observasi TTV
- Kaji skala nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi atau kompres air hangat

1 S: Klien mengatakan masih merasa bengkak memerah di kaki kiri


24/05/20 O: Kemerahan di ekstremitas
- Nyeri
- Perdarahan

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjut intervensi
- Observasi TTV
- Kaji skala nyeri
Ajarkan teknik relaksasi atau kompres air hangat
1 S: Klien mengatakan masih merasa bengkak memerah di kaki kiri
26/05/20 O: Kemerahan di ekstremitas
- Nyeri
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjut intervensi
- Observasi TTV
- Kaji skala nyeri
Ajarkan teknik relaksasi atau kompres air hangat

(Stase gadar) STIKES HUSADA JOMBANG

Anda mungkin juga menyukai