Anda di halaman 1dari 4

DASAR TEORI

(Hana Alifah Bustami P1733511029 | Afifah)

Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang terdiri atas
sedikitnya dua fase cair tak tercampurkan, salah satunya terdispersi sebagai globul (fase
terdispersi) dalam fase cair lainnya (fase kontinu); emulsi distabilkan dengan adanya bahan
pengemulsi. Konsisntesi fase terdispersi atau fase kontinu dapat berkisar dari cairan yang mudah
mengalir hingga semipadat. Jadi, sistem teremulsi berkisar dari losion dengan viskositas yang
relatif rendah hingga salep dan krim yang bersifat semipadat. Diameter partikel fase terdispersi
umumnya sekitar 0,1 hingga 10 µm, walaupun diameter partikel sekecil 0,01 µm dan sebesar 100
µm juga tidak jarang dalam beberapa sediaan (Sinko, 2014).

TIPE EMULSI

Tanpa terkecuali, suatu fase cair dalam suatu emulsi pada dasarnya bersifat polar
(misalnya, fase berair), sementara fase yang lain relative nonpolar (misalnya, minyak). Jika fase
minyak didispersikan sebagai globul dalam fase kontinu berair, sistem tersebut dikatakan sebagai
fase kontinu, emulsi tersebut dikatakan sebagai produk air dalam minyak (a/m). jika fase minyak
sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikatakan sebagai produk air dalam minyak (a/m). Emulsi
obat untuk pemberian oral biasanya tipe m/a dan memerlukan bahan pengemulsi m/a. Bahan
pengemulsi m/a mencakup surfaktan nonionic sintesis, akasia, tragakan, dan gelatin. Akan tetapi,
tidak semua emulsi yang dikonsumsi bertipe m/a. Beberapa makanan tertentu, seperti emntega
dan beberapa bumbu salad, merupakan emulsi m/a (Sinko, 2014).

Emulsi untuk penggunaan luar dapat bertipe m/a atau a/m. Tipe m/a menggunakan bahan
pengemulsi natrium lauril sulfat; trietanolamib stearat; sabun monovalen, seperti natrium oleat;
dan gliseril monostearat pengemulsi sendiri, yaitu gliseril monostearat yang dicampurkan dengan
sedikit sabun monovalent atau suatu alkil sulfat. Emulsi obat m/a sebagian besar digunakan
secara eksternal dan dapat mengandung satu atau beberapa berikut ini; sabun polivalen, seperti
kalsium palmitat; ester-ester; sorbitan (Span); kolesterol; dan lemak wol (Sinko, 2014).

Beberapa metode umum digunakan untuk menentukan tipe suatu emulsi. Sedikit bahan pewarna
yang larut dalam air, seperti biru metilen atau brilliant blue FCT dapat ditaburkan pada
permukaan emulsi. Jika emulsi bertipe m/a, bahan pewarna akan terlarut dan berdifusi merata
dalam air. Jika emulsi bertipe a/m, partikel-partikel bahan pewarna akan menggumpal pada
permukaan. Metode kedua dilakukan dengan mengencerkan emulsi dengan air. Jika lain
menggunakan sepasang elektroda yang dihubungkan ke sumber listrik eksternal dan dicelupkan
dalam emulsi. Jika fase eksternalnya aur, arus listrik akan mengalir dalam emulsi dan dapat
menggerakkan jarum voltmeter atau menyebabkan lampu dalam sirkuit menyala. Jika fase
kontinunya minyak, emulsi tersebut tidak akan membawa arus (Sinko, 2014).

TEORI EMULSIFIKASI
Teori umum emulsifikasi tidak ada karena emulsi dapat dibuat dengan menggunakan
beberapa tipe bahan pengemulsi berbeda, yang masing-masing memiliki prinsip yang berbeda-
beda untuk menghasilkan produk yang stabil dan prinsip itu bergantung pada mekanisme kerja
masing-masing pengemulsi tesebut dalam emulsi. Teori yang baik harus dapat menjelaskan (a)
stabilitas produk dan (b) tipe emulsi yang terbentuk (Sinko, 2014).

Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)

Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut daya
kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik antarmolekul yang tidak sejenis
yang disebut daya adhesi (Syamsuni, 2006).

Daya kohesi suatu zat terlalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada
permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan (surface tension). Tegangan yang terjadi
antara dua cairan tersebut dinamakan tigangan bidang batas (interfacial tension) (Syamsuni,
2006).

Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang batas, semakin sulitt kedua
zat cair tersebut untuk bercampur. Penambahan emulgator akan menurunkan atau
menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut
akan mudah bercampur (Syamsuni, 2006).

Teori Film Plastik (Interfacial Film)

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,
sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers atau fase internal.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung
menjadi terhalang. Dengan kata lain, fase dipers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum pada emulsi syarat emulgator yang dipakai adalah:

a. Dapat membentuk lapisan yang kuat tetapi lunak


b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua partikel
dengan segera (Syamsuni, 2006).

Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer)

Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang lansung berhubungan dengan
permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai
muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
menolak setiap usaha partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu
molekul yang besar, karena susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama partikel akan
tolak menolak, dan stabilitas emulsi akan bertambah (Syamsuni, 2006).

Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara dibawah ini :

a. Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.


b. Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan di sekitarnya.
c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya.

Bahan-Bahan Pengemulsi (Emulgator)

1. Emulgator alam
Emulgator alam, yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang
rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Emulgator dari Tumbuh-Tumbuhan
Pada umumnya termasuk golongan karbohidrat dan merupakan emulgator tipe
o/w, sangat peka terhadap elektrolit dan alcohol kadar tinggi, dan dapat dirusak oleh
bakteri. Oleh karena itu, pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu
menambahkan bahan pengawet. Contoh emulgator dari tumbuh-tumbuhan adalah
Gom Arab (PGA), Tragakan, Agar-agar, Chondrus, Pektin, Metil selulosa,
Karboksimetilselulosa (CMC) (Syamsuni, 2006).
b. Emulgator Hewani, seperti kuning telur dan adeps lanae (Syamsuni, 2006).
c. Emulgator dari Mineral, seperti Magnesium Alumunium Silikat (Veegum), Bentonit,
2. Emulgator Buatan/ Sintetis, seperti Sabun, Tween (20, 40, 60, 80), dan Span (20, 40, 60,
80) (Syamsuni, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

Sinko, Patrick. J. 2014. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Edisi 5. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai