Anda di halaman 1dari 4

Adab Para Sahabat dalam Menuntut Ilmu

1. Hadis (Para sahabat menulis ilmu yang di dapat)

‫ عن‬,‫ أخبرني وهب بن منبه‬,‫ حدثنا عمرو قال‬,‫ حدثنا سفيان قال‬,‫حدثنا علي بن عبد هللا قال‬
‫ "مامن أصحاب النبي صلى هللا عليه وسلم احد اكثرحديثا‬,‫ سمعت ابا هريرة يقول‬,‫اخيه قال‬
)‫" (رواه البخارى‬.‫ فإنه كان يكتب وال أكتب‬, ‫ عمرى‬.‫ إالما كلن من عبد هللا بن‬,‫عنه مني‬

Artinya : Menceritakan kepada kami Ali Ibn Abdullah, ia berkata : menceritakan


kepada kami Sufyan, ia berkata : menceritakan kepada kami Umar, ia berkata :
Memberitakan kepadaku Wahab Ibn Munabbih, ia berkata : Aku mendengar Abu
Hurairah berkata : “Tiada seorang pun dari sahabat Nabi saw yang lebih banyak
dalam meriwayatkan hadis yang diterima dan beliau saw daripada saya,
melainkan apa yang didapat dari ’Abdulllah bin Amr, sebab ia mencatat hadis
sedang saya tidak mencatatnya” (H.R Bukhari).1

ٍ ‫َار ع َْن اب ِْن اَبِي ِذ ْئ‬


‫ب‬ ٍ ‫ب قَا َل َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ إِب َْرا ِهي َم ب ِْن ِدين‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا أحْ َم ُد بْنُ أَبِي بَ ْك ٍر أَبُو ُمصْ َع‬
‫ُول هَّللا ِ إنِّي أَ ْس َم ُع ِم ْنكَ َح ِديثًا َكثِيرًا اَ ْن َساهُ قَا َل‬
َ ‫ت يَا َرس‬ ُ ‫ي ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ قَا َل قُ ْل‬
ِّ ‫ع َْن َس ِعي ٍد ْال َم ْقب ُِر‬
‫ْت َش ْيئًا بَ ْع َدهُ َح َّدثَنَا‬
ُ ‫ض َم ْمتُهُ فَ َما نَ ِسي‬ ُ ‫ال فَ َغ َرفَ بِيَ َد ْي ِه ثُ َّم قَا َل‬
َ َ‫ض َّمهُ ف‬ َ َ‫ك فَبَ َسطتُهُ ق‬ َ ‫ا ْب ُسط ِردَا َء‬
)‫ال َغ َرفَ بِيَ ِد ِه فِ ْي ِه (رواه البخارى‬ َ َ‫ك بِهَ َذا أَوْ ق‬
ٍ ‫ إِ ْب َرا ِهي ُم بْنُ اَ ْل ُم ْن ِذ ِر قَا َل َح َّدثَنَا ابْنُ اَبِي فُدَي‬2

Artinya : Menceritakan kepada kami Ahmad Ibn Abu Bakar As-shiddiq Abu
Mus’ab, ia berkara, menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Ibrahim Ibn
dinar, dari Ibn Abi Zi’bu, dari Sa’id al-Maqburiy, dari Abu Hurairah ia berkata,
aku berkata kepada Rasulullah saw. “ Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
banyak mendengar hadis dari engkau, lalu aku lupa? ” Rasulullah saw bersabda,
“Hilangkan perkara yang burukmu” lalu aku menghilangkannya... lalu
Rasulullah saw bersabda , “Hafalkan” lalu aku menghafalkannya, setelah itu aku
tidak melupakan suatu hadis pun (HR. Bukhari).
1
Samsul Nizar, Zaenal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi : Membangun Kerangka Pendidikan
Ideal Perspektif Rasulullah, (Jakarta : Kalam Mulia, 2015), Cet. III, hlm. 141.
2
Ibid., hlm. 142.
2. Hadis (Kaum Anshar tidak sombong dan malu dalam menuntut ilmu)

‫• لم‬,‫ "نعم النساء نساء االنصار‬,‫ وقالت عائشة‬,‫وقال مجاهدو"اليتعلم• مستحى وال مستكبر‬
)‫" (رواه البخارى‬.‫يمنعهن الحاء ان يتفقهن في الدين‬

Artinya : berkata mujahid, “pemalu dan sombong tidak akan dapat mempelajari
pengetahuan agama.” Aisyah berkata, “sebaik-baik kaum wanita adalah kaum
wanita anshar, mereka tidak di halang-halangi rasa malu untuk mempelajari
pengetahuan yang mendalam tentang agama (HR. Bukhari).

3. Syarah (Pemahaman) Hadis

Di sini Abu Hurairah sebagai peserta didik dan Nabi Muhammad saw
sebagai pendidik. Hadis di atas memberikan pemahaman bahwa peserta didik
hendaknya menuliskan ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga.
Sekiranya terlupakan masih bisa dilihat catatannya dan mengulangi kembali
pelajaran yang telah diberikan pendidik meskipun dalam jangka waktu yang lama.
Dan Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya,
sehingga betul-betul menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik. Hal
ini bertujuan agar ia dapat menggunakan ilmu tersebut kapan pun dibutuhkan,
sesuai dengan kondisi yang ada

Pada hadis ketiga, kaum Anshar yang menjadi peserta didik. Mereka tidak
sombong dan tidak malu dalam menuntut ilmu. Peserta didik tidak boleh malu
belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat mempelajari ilmu
agama. Sebaik-baik pelajar adalah yang tidak malu bertanya, apabila sesuatu yang
belum dipahaminya selama tidak melanggar etika peserta didik.

4. Relevansi (keterkaitan) Hadis dengan Tema


Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abu Hurairah ra
ini menjelaskan tentang adab sahabat nabi dalam menuntut ilmu yaitu Abu
Hurairah, Abu Hurairah sebagai peserta didik dan Nabi Muhammad saw sebagai
pendidik. Beliau khawatir kalau suatu saat akan melupakan hadis yang di
sampaikan nabi, maka nabi memerintahkan untuk melupakan hal yang tidak baik
dan memerintahkan untuk menghafalkan dan mencatat hadis tersebut. Dan juga
pada hadis ketiga disebutkan bagaimana adab kaum Anshar dalam menuntut ilmu.
Jadi, keterkaitan hadis ini dengan tema makalah kami (Peserta Didik) yaitu
bagaimana adab yang harus dimiliki peserta didik dalam menuntut ilmu salah
satunya yaitu dengan mencatat atau menuliskan ilmu tersebut dan juga peserta
didik tidak boleh sombong dan malu dalam menuntut ilmu.

5. Kisah Teladan Sahabat Nabi dalam Menuntut Ilmu

Ibnu Abbas adalah Sahabat sekaligus sepupu Rasulullah, bernama lengkap


Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib al Hasyimi. Berkat kepandaiannya, ia
digelari al habru wal bahru (tinta dan lautan). Terlepas dari doa Rasulullah untuk
menganugerahinya keluasan ilmu, Ibnu Abbas adalah pemuda yang sangat
bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Ketika Rasulullah wafat, Ibnu Abbas kecil
baru berusia 13 tahun. Namun, ia tergolong sahabat yang banyak meriwayatkan
hadis dari Rasulullah. Sampai-sampai Umar bin Khathab berkata, "Seandainya
Ibnu Abbas menyamai usia kami, maka tidak ada seorang pun di antara kami yang
mampu menandinginya, walaupun hanya sepersepuluh ilmunya."

Ustadz Dwi Budiyanto dalam Prophetic Learning mengisahkan, bila ada


berita tentang sebuah hadits pada salah satu sahabat Rasulullah, maka Ibnu Abbas
akan segera mendatanginya meskipun sahabat itu sedang tidur siang. Ibnu Abbas
akan menunggu di depan pintu rumahnya, hingga kadang angin berhembus
menerpa. Seandainya ia mengetuk pintu, tentu sahabat itu akan membukakan
pintu untuknya. Tapi, Ibnu Abbas tidak melakukannya. Ia menanti hingga pemilik
rumah bangun dan mendapatinya.

"Wahai putra paman Rasulullah, apa yang menggerakkanmu ke sini?


Seandainya kau mengirim utusan pastilah aku akan datang," demikian seru tuan
rumah heran. Tapi, apa kata Ibnu Abbas? "Akulah yang harus datang sebab ilmu
itu didatangi, bukan mendatangi."
Kesungguhan dan ketekunan dalam menuntut ilmu itulah yang patut
dipelajari oleh Muslim, di tengah gempuran budaya serba instan. Ibnu Abbas tak
mencukupkan diri tahu dari sumber kedua atau ketiga, tapi menemui langsung
sumber pertama. Ia pun tahu bagaimana mendudukkan posisi guru dan murid.
Tidak serta merta karena sepupu Rasul lantas Ibnu Abbas memudahkan perkara.
Ibnu Abbas memuliakan ilmu dengan mendatangi langsung sang guru, walau
harus menunggu berjam-jam di tengah angin gurun yang berderu.3

Daftar Pustaka

Nizar, Samsul, dan Hasibuan, Zainal E. (2015). Hadis Tarbawi : Membangun


Kerangka Pendidikan Ideal Perspektif Rasulullah. Jakarta: Kalam Mulia.

Wulandari, Indah. (2015, Juni Rabu). Ibnu Abbas, Teladan Para Penuntut Ilmu.
Diambil kembali dari Republika.co.id Khazanah Ramadan:
http://m.republika.co.id/berita/npq9I8/ibnu-abbas-teladan-para-penuntut-
ilmu.

3
Indah Wulandari. (2015, 10 Januari). Ibnu Abbas, Teladan Para Penuntut Ilmu. Di kutip pada 22
Maret 2020 pukul 10.34 dari Republika.co.id Khazanah Ramadhan :
https://m.republika.co.id/berita/npq9I8/ibnu-abbas-teladan-para-penuntut -ilmu.

Anda mungkin juga menyukai