KEAMANAN PANGAN
Kelompok 4 /AP1
Pada tanggal 9 Mei 2018 Puskesmas Kalasan mendapatkan informasi, telah terjadi dugaan
keracunan makanan saat pelatihan di kantor X Kalasan, setelah memakan makanan
prasmanan yang disajikan pada hari Selasa 8 Mei 2018. Definisi kasus adalah orang yang
mengalami satu atau lebih dari gejala mual/ diare/ muntah/ kembung dengan atau tanpa gejala
lain seperti pusing/sakit kepala/demam setelah makan makanan coffeebreak pada pukul 10:00
WIB saat pelatihan di Kantor X Kalasan pada tanggal 8 Mei 2018. Definisi kontrol adalah
orang yang tidak mengalami gejala sakit setelah makan makanan coffeebreak pada pukul
10:00 WIB saat pelatihan di Kantor X Kalasan pada tanggal 8 Mei 2018. Analisis data
dilakukan dengan uji Chi Square.Investigasi lingkungan dilakukan dengan mendatangi dua
food handler. Investigasi mikrobiologi dengan melakukan pemeriksaan laboratorium pada
sampel makanan. Bacillus cereus karena makanan diletakkan pada suhu ruangan >2 jam.
Namun pada pemeriksaan mikrobiologi tidak menunjukkan hasil positif Bacillus cereus pada
tahu bakso dikarenakan sampel yang diambil hanya dari satu food handler.
Kesimpulan : Telah terjadi kasus keracunan makanan di Kantor X Kalasan pada Rabu 8 Mei
2018 karena mengkonsumsi makanan tahu bakso yang diduga telah terkontaminasi oleh
Bacillus cereus. Rekomendasi yang diberikan adalah perlunya edukasi terkait food safety
kepada pihak terkait.
Sumber : https://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/39894
1. Keracunan makanan terjadi saat bakteri patogen jenis tertentu membawa penyakit
mengontaminasi makanan termasuk di dalamnya intoksikasi makanan dapat mengakibatkan
penyakit keracunan makanan
2. Sebanyak 21 anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) Trasan 1 yang mengalami gejala pusing,
sakit perut, mual, dan muntah, anak yang diperiksa dengan dugaan keracunan makanan
setelah mengonsumsi “cumicumian" (tepung digoreng tipis berbentuk cumi) dengan diberi
rasa-rasa saus.
3. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus yaitu toksin yang menyebabkan
diare dan toksin yang menyebabkab muntah ( emesis)
5. hasil laboratorium menunjukkan cumi-cumian positif Bacillus cereus dan terdapat kadar
rhodamin B sebesar 10 mg/kg
6. Gejala utama dan masa inkubasi pada kasus ini mengarah pada agen penyebab bakteri
Staphilococcus aureus dan Bacillus cereus pada cumi serta bahan kimia rhodamin B pada
saus
7.Keracunan timbul ketika seseorang menelan bakteri Bacillus cereus atau bentuk sporanya,
kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang
mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin tersebut.
8. Kepatuhan yang ketat dengan langkah-langkah higienis standar dan persyaratan suhu
selama persiapan dan penyimpanan makanan sangat diperlukan untuk mencegah wabah
foodborne lanjut disebabkan oleh toksin Bacillus cereus.
9.Rhodamin B dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak 500 mg/kg, yang
merupakan dosis toksiknya namun pada umumnya zat ini akan muncul jika dikonsumsi
jangka panjang.
10. Pengambilan sampel cumi- cumian ini didapat dari sisa makanan siswa yang dibuang di
tempat sampah dan sampel dalam keadaan baik terbungkus oleh plastic yang tertutup.
Sumber : https://ejournal.unjaya.ac.id/index.php/mik/article/view/232