Anda di halaman 1dari 15

Nama : Aldi Juliardika

Nim 06071281924076
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling Pendidikan
Menengah Dosen Pengampu : Rani Mega Putri, M.Pd., Kons.
Silvia AR, M.Pd.

HASIL ANALISIS
JURNAL PENDEKATAN KONSELING

JURNAL 1

Judul : PENGEMBANGAN MODEL KONSELING


KELOMPOK DENGAN TEKNIK PENGELOLAAN
DIRI UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI
SISWA TERHADAP PERILAKU BERISIKO
MEROKOK DI SMK YPT 1 PURBALINGGA

Pendekatan : Behavioristik
Tahapan-Tahapan Konseling :
1. Melakukan Asesmen Assessment
Hal-hal yang digali dalam assesmen meliputi analisis tingkah laku
bermasalah yang dialami konseli saat ini, yaitu analisis situasi yang di
dalamnya terjadi masalah konseli; analisis self-control; analisis hubungan
sosial; dan analisis lingkungan fisik-sosial budaya.
2. Menetapkan Tujuan Goal Setting
Konselor dan konseli menetapkan tujuan konseling sesuai dengan
kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan
dianalisis.
3. Implementasi Teknik
4. Setelah merumuskan tujuan yang ingin dicapai, konselor dan konseli
menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli
mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Konselor dan konseli
mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah
yang dialami oleh konseli.
5. Evaluasi dan Pengakhiran
Proses konseling akan berakhir jika tujuan yang ditetapkan di awal
konseling telah tercapai. Mekipun demikian, konseli tetap memiliki tugas
yaitu terus melaksanakan perilaku baru yang diperolehnya selama proses
konseling di dalam kehidupannya sehari-hari.

Permasalahan : Perilaku Beresiko Merokok


JURNAL 2

Judul : MENGATASI PERILAKU AGRESIF


PELAKU BULLYING MELALUI
PENDEKATAN KONSELING
GESTALT TEKNIK KURSI KOSONG

Pendekatan : Gestalt
Tahapan-Tahapan Konseling :
1. Klien diminta untuk mengidentifikasikan akan kekurangan dan
kelebihan atau perasaan yang bertentangan dengan diri klien.
2. Konselor menyediakan dua kursi kosong untuk klien dan menandai
mana kursi untuk Top Dog dan mana kursi untuk Under Dog.
3. Konselor memberitahukan bagaiman aturan yang harus dilakukan dan
dipatuhi oleh klien.
4. Klien diminta agar ia bisa menghadapkan pada suatu situasi, dimana dan
kapan dia harus berperan sebagai Top Dog dan kapan ia harus berperan
sebagai Under dog.
5. Saat ia bermain peran dalam teknik kursi kosong , klien diminta agar
benar – benar memainkan peranannya sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
6. Setelah proses berakhir, klien dimunta untuk melakukan diagnosis
perasaan yang dialaminya.
7. Melakukan evaluasi keefektifan tingkat keberhasilan dalam
pengungkapan masalah klien.

Permasalahan : Perilaku Bullying.


JURNAL 3

Judul : Efektifitas Konseling Realitas Untuk Peningkatan


Regulasi Diri Mahasiswa Dalam Menyelesaikan
Skripsi

Pendekatan : Realitas
Tahapan-Tahapan Konseling :
1. Tahap pertama : Konselor Menunjukkan Keterlibatan dengan Konseli (Be
Friend) Pada tahap ini, konselor harus dapat melibatkan diri pada konseli
dengan memperlibatkan sikap hangat dan ramah, menunjukkan
keterlibatan dengan konseli dapat ditunjukkan dengan perilaku attending
serta menunjukkan sikap bersahabat.
2. Tahap kedua :Fokus pada Perilaku Sekarang
Setelah konseli dapat melibatkan diri kepada konselor, maka konselor
menanyakan pada konseli apa yang akan dilakukannya sekarang..
3. Tahap identifikasi masalah
Mengidentifikasi masalah dan alternatif masalah dari hasil perumusan
masalah. Aternatif yang yang diidentifikasi adalah alternatif yang tepat dan
realistik. Konselor tidak boleh menentukan alternatif mana yang akan
digunakan, akan tetapi semua keputusan tetang penggunaan alternatif
pemecahan masalah berada di tangan klien. Konselor hanya membantu
dalam menyusun daftar alternatif.
4. Tahap perencanaan
Jika klien telah menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemudian
klien bersama konselor membuat rencana tindakan. Rencana tersebut
antara lain tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana caranya, kapan
waktunya, dsb. Syarat rencana yang baik antara lain:
Realistik,bertahap,mempunyai tujuan yang jelas dan Dapat dipahami klien.
5. Tahap tindakan atau komitmen
Pada tahap selanjutnya hasil petencanaan kemudian dilaksanakan. Disini
klien harus melakukan rencana yang telah disusun. Pelaksanaan ini harus
dilakukan karena proses konseling akan sia-sia jika perencananan yang
telah disusun sedemikian rupa tidak dilaksanakan.
6. Tahap penilaian dan umpan balik
Konselor dan klien perlu mendapatkan umpan balik dan penilaian tentang
keberhasilanya. Jika dirasa gagal maka perlu adannya tinjauan atau
perencanaan ulang dalam memberi tindakan terhadap masalah yang
dihadapi klien. Sehingga dapat dicari siatu tindakan yang paling tepat
untuk menghadapi masalah yanmg dihadapi oleh klien.

Permasalahan : Regulasi Mahasiswa


PEMERINTAHAN KABUPATEN KOTA
SEMARANG DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA
DAN OLAHRAGA
SMP TEUKU UMAR SEMARANG
Alamat: Jl. Karangrejo Timur I No.3, Karangrejo, Semarang, Jawa Tengah Telepon: (024)
8442619 Fax: (024)

RENCANA PELAKSANANA LAYANAN (RPL)


KONSELING INDIVIDUAL
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2020/21

A Komponen Layanan Responsif

B Bidang Layanan Pribadi Sosial

C Topik/ Tema Layanan Mengatasi perilaku bullying siswa

D Fungsi Layanan Pemahaman dan penyesuaian

E Tujuan Umum Peserta didik/koseli mampu memahami dampak dari


perilaku bullying dan menyalurkan perilaku tersebut
secara lebih terkontrol
F Tujuan Khusus 1. Peserta didik/konseli dapat mengontrol
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari
2. Peserta didik/konseli dapat memahami
bahayanya/dampak negatif dari perilaku bullying.
1.
G Sasaran Layanan Kelas XII IPS 1

H Materi Layanan MENGATASI PERILAKU AGRESIF PELAKU


BULLYING MELALUI PENDEKATAN
KONSELING GESTALT TEKNIK KURSI
KOSONG
I Waktu 1 kali pertemuan x 45 menit

J Sumber Materi http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk

K Metode/Teknik Pendekatan gestalt menggunakan Teknik Kursi


Kosong
L Media/Alat Kursi

M Pelaksanaan

1. Tahap Awal/Pendahuluan

a. Pernyataan Tujuan 1. Menyambut konseli dengan baik


2. Guru BK/Konselor membuka dengan salam dan
berdoa
3. Menyampaikan tujuan-tujuan khusus yang akan
dicapai
b. Penjelasan tentang 1. Memberikan langkah-langkah kegiatan konseling
langkah-langkah menggunakan teknik kursi kosong.
kegiatan 2. Menjelaskan tugas dan tanggung jawab
pesertadidik
3. Kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini
kita akan melakukan kegiatan selama 1 jam
pelayanan, jika sepakat akan melakukan dengan
baik
c. Mengarahkan Guru BK/Konselor memberikan penjelasan tentang
kegiatan dampak negatif perilaku bullying.
(konsolidasi)
d. Tahap peralihan Guru BK/Konselor menanyakan kesiapan peserta
(transisi) didik melaksanakan kegiatan, dan memulai ketahap
inti
2. Tahap Inti

a. Kegiatan peserta
1. Klien diminta untuk mengidentifikasikan akan
didik
kekurangan dan kelebihan atau perasaan yang
bertentangan dengan diri klien.

2. Konselor menyediakan dua kursi kosong untuk


klien dan menandai mana kursi untuk Top Dog dan
mana kursi untuk Under Dog

3. Konselor memberitahukan bagaiman aturan yang


harus dilakukan dan dipatuhi oleh klien.

4. Klien diminta agar ia bisa menghadapkan pada


suatu situasi, dimana dan kapan dia harus berperan
sebagai Top Dog dan kapan ia harus berperan
sebagai Under dog

5. Saat ia bermain peran dalam teknik kursi kosong ,


klien diminta agar benar – benar memainkan
peranannya sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
b. Kegiatan Guru
1. 1. Konselor meminta klien untuk
BK/Konselor
mengidentifikasikan akan kekurangan dan
kelebihan atau perasaan yang bertentangan
dengan diri klien.

2. Konselor menyediakan dua kursi kosong untuk


klien dan menandai mana kursi untuk Top Dog
dan mana kursi untuk Under Dog

3. Konselor memberitahukan bagaiman aturan


yang harus dilakukan dan dipatuhi oleh klien.

4. Konselor meminta Klien agar ia bisa


menghadapkan pada suatu situasi, dimana dan
kapan dia harus berperan sebagai Top Dog dan
kapan ia harus berperan sebagai Under dog

5. Saat ia bermain peran dalam teknik kursi


kosong , konselor meminta klien agar benar –
benar memainkan peranannya sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya.
3. Tahap Penutup

1. Setelah proses berakhir, klien dimunta untuk


melakukan diagnosis perasaan yang dialaminya.

N Evaluasi

1. Evaluasi Proses Guru BK atau Konselor melakukan evaluasi dengan


memperharikan proses yang terjadi :
1. Melakukan Refleksi hasil, setiap peserta didik
menuliskan dikertas yang sudah disiapkan
2. Mengamati sikap atau antusias peserta didik
dalam mengikuti kegiatan
3. Mengamati cara peserta didik dalam
meyampaikan pendapat atau bertanya
4. Mengamati cara peserta didik dalam memberikan
penjelasan terhadap pertanyaan guru BK
2. Evaluasi Hasil 1. Melakukan evaluasi keefektifan tingkat
keberhasilan dalam pengungkapan masalah klien

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Uraian materi
2. Instrumen penilaian

Indralaya, 22 September 2020

Mengetahui
Kepala Sekolah

( ) Aldi Juliardika
Nip Nim 06071281924076
Lampiran 1. Uraian Materi

Mengtasi Perilaku Aresif Pelaku Bullying Melalui Pendekatan Konseling


Gestalt Teknik Kursi Kosong

Penindasan, perundungan, perisakan, atau pengintimidasian (bahasa Inggris:


bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Tindak kekerasan sering
ditemui di sekolah. Kekerasan tersebut bisa berupa kekerasan fisik dan non fisik.
Fenomena kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya di Indonesia
semakin lama semakin banyak bermunculan. Peristiwa-peristiwa kekerasan baik
dalam bentuk fisik maupun non fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung
semacam ini yang sering disebut dengan bullying.

Menurut Priyatna (2010) bullying itu:

1. Tindakan yang disengaja oleh si pelaku pada korbannya, bukan sebuah


kelalaian. Memang betul – betul disengaja.
2. Tindakan itu terjadi berulang-ulang, bullying tidak pernah dilakukan
secara acak atau cuma sekali saja
3. Didasarai perbedaan power yang mencolok.
Jadi, perkelahian diantara anak yang lebih kurang seimbang dari segi
ukuran fisik maupun usia bukan merupakan kasus bullying. Dalam
bullying si pelaku benar-benar berada diatas angin korbannya

Peristiwa bullying juga terjadi di SMP Teuku Umar Semarang.


Berdasarkanwawancara dengan guru BK dan siswa disekolah tersebut ,ada dua
orang siswa kelas VIII yang sering terlibat kasus di sekolah terkait dengan
perilaku kekerasan terhadap teman-temannya. Peristiwa bullying yang dilakukan
oleh siswa ini sering kali luput dari pengamatan guru maupun pihak sekolah.

siswa pelaku bullying memiliki kecenderungan agresifitas yang lebih tinggi


dibandingkan dengan siswa yang bukan pelaku bullying. Untuk itu fokus utama
peneliti adalah siswa pelaku bullying yang mengalami peningkatan agresi, yaitu
siswa pelaku bullying yang melakukan tindakan agresifnya lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang bukan pelaku bullying.
Perilaku agresif dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agresif fisik dan agresif
verbal. Agresif fisik meliputi (menyerang secara fisik seper memukul,
menendang, melempar, meninju, melukai, merampas dan perilaku yang bertujuan
untuk menyakiti secara fisik) dan verbal meliputi (menyerang dengan kata-kata
seperti menghina, memaki, mengumpat, mengolok-olok, menyebar fitnah,
mengadu domba, mengancam, main perintah, berteriak-teriak dan berbicara keras
pada saat yang tidak semestinya).
Akibat dari perilaku agresif tersebut akan menghambat perkembangan para pelaku
bullying. Apabila perilaku agresif ini terus menerus dipelihara dan tidak
mendapatkan penanganan akan menimbulkan dampak negatif bagi para pelaku
bullying, di antaranya pelaku bullying memiliki hubungan yang kurang baik
dengan teman ataupun lingkungannya, prestasi akademik yang kurang baik
dibandingkan dengan teman-teman lainnya, dan akan berpengaruh terhadap kete-
rampilan dirinya, dengan demikian siswa pun tidak dapat berkembang secara
maksimal. Berdasarkan rasional diatas, peneliti menggunakan pendekatan
konseling gestalt untuk mengatasi masalah ini. Konseling gestalt dipilih karena
sasaran utama terapi gestalt menurut Perls (Dalam Corey,2005) adalah pencapaian
kesadaraan. Tanpa kesadaran, klien tidak memiliki alat untuk mengubah
kepribadiannya. Dengan kesadaran klien bisa memandang suatu masalah secara
utuh dan menyeluruh, sehingga klien tidak memandang suatu masalah hanya dari
satu sisi saja, namun bisa melihat pada sisi-sisi yang lain, dan bisa memposisikan
dirinya dalam posisi top dog maupun under dog. Klien diajarkan berada dalam
posisi top dog dan under dog melalui teknik kursi kosong. “Teknik kursi kosong
bertujuan untuk membantu mengatasi konflik interpersonal dan intra personal”
(Thompshon 2004:191 dalam Gantina 2011). Teknik kursi kosong biasanya di-
gunakan sebagai alat untuk membantu klien dalam memecahkan konflik-konflik
interpersonal, seperti kemarahan pada seseorang, merasa diperlakukan tidak adil,
dan sebagainya. Menurut Safaria (2005:117) “tujuan pemakaian teknik kursi
kosong adalah untuk mengakhiri konflik-konflik dengan jalan memutuskan
urusan-urusan yang tidak selesai yang berasal dari masa lampau klien”. Jadi
melalui konseling gestalt teknik kursi kosong klien diajarkan untuk mampu
berempati, mampu memahami kondisi korbannya serta mampu mengentaskan
konflik-konflik di masa lalunya. Asumsinya dengan konseling gestalt klien
mempunyai kesa-daran untuk merubah perilakunya tanpa paksaan dari siapapun
dan melalui teknik kursi kosong klien mampu melampiaskan perasaannya, hal ini
tentunya sesuai dengan yang diungkapkan oleh Perls (dalam Corey:2005) bahwa
sasaran utama terapi gestalt adalah pencapaian kesadaran.

SIMPULAN
Dari temuan penelitian dan pembahasan yang dilakukan, disimpulkan bahwa
perilaku agresif pelaku bullying berada dalam kategori tinggi sebelum diberikan
konseling gestalt teknik kursi kosong. Dilihat dari bentuknya, perilaku agresif
fisik berada dalam kategori tinggi dan perilaku agresif verbalnya berada dalam
kategori sangat tinggi. Selama diberikan konseling gestalt teknik kursi kosong
terjadi penurunan persentase yang diperkuat dengan berubahnya kategori pada
siklus 1 dan siklus 2. Dan setelah diberikan konseling gestalt, perilaku agresif
klien berada pada kriteria yang sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
perilaku agresif pelaku bulyying bisa diatasi melalui konseling gestalt teknik kursi
kosong. Dengan membantu klien berfikir secara utuh dan menyeluruh terhadap
suatu masalah, klien mampu berempati, mampu memahami kor-bannya dan
selanjutnya pelaku dapat mengendalikan perilaku agresifnya bukan karena
ancaman atau hukuman, melainkan karena keinginannya sendiri. Dengan berperan
sebagai top dog maupun under dog, pelaku dapat melampiaskan dan
mengungkapkan semua emosinya, sehingga untuk perilaku selanjutnya pelaku
dapat mengontrol perilakunya.
Lampiran 2. Instrumen Penilaian

INSTRUMEN
PENILAIAN
HASIL

A. PENGETAHUAN (UNDERSTANDING)
1. Apakah yang anda ketahui tentang belajar yang efektif?
2. Tipe belajar seperti apa yang ingin anda pilih? Berikan alasannya!
3. Anda telah memahami informasi belajar yang efektif. Adakah kiat
yang sudah dilakukan dan atau kiat lain yang dianggap dapat
membantu mencapai keinginan tersebut. Jelaskan!

B. SIKAP/PERASAAN POSITIF (COMFORTABLE)


Berilah tanda cek (V) pada kolom S (setuju) jika pernyataan sesuai dengan
kondisi Anda dan berilah tanda cek (V) pada kolom TS (tidak setuju) jika
pernyataan tidak sesuai dengan kondisi Anda!

TIDAK
NO PERNYATAAN SETUJU SETUJU
Saya merasa senang menerima materi layanan BK
1. tentang perilaku bullying
Setelah menerima materi layanan BK perilaku
bullying, timbul keinginan saya untuk bisa
2. menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Setelah menerima materi layanan BK perilaku
bullying, saya menyadari bahwa perilaku bullying
3. tidak baik untuk individu
Materi layanan BK tentang perilaku bullying,
4. menyadarkan saya akan
pentingnya moral antar individu
INSTRUMEN
PENILAIAN HASIL PROSES
Mengacu Pada
Laporan (Pelaksanaan)

HASIL
NO PROSES YANG DINILAI PENGAMATAN KET
YA TIDAK
A Keterlaksanaan program
1. Program layanan terlaksana sesuai dengan RPL
2. Waktu pelaksanaan sesuai dengan RPL
3. Metode yang digunakan variatif dan menarik
4. Menggunakan media layanan BK
5. RPL minimal terdiri dari Tujuan, Materi Layanan, Kegiatan,
Sumber, Bahan dan Alat, Penilaian
B Perolehan Peserta Didik Pasca Layanan
1. Peserta didik memperoleh pemahaman baru
2. Peserta didik mempunyai perasaan positif
3. Peserta didik berkurang masalahnya
4. Peserta didik terentaskan masalahannya
5. Berkembangnya PTSDL
C Perhatian Peserta Didik
1. Peserta didik antusias mengikuti materi layanan BK
2. Peserta didik aktif bertanya
3. Peserta didik aktif menjawab
4. Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan konselor
5. Peserta didik hadir semua
D Kesesuaiaan Program
1. Program disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik
2. Materi layanan sesuaikebutuhan peserta didik
3. Materi layanan sesuai tugas perkembangan peserta didik
4. Materi layanan mengacu pada sumber yang jelas
5. Program dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditentukan

Indralaya, 22 september 2020

Mengetahui
Kepala Sekolah
( ) Aldi Juliardika
Nip Nim 06071281924076

Anda mungkin juga menyukai