Sudat pandang yang dipakai dalam novel laskar pelangi ini ialah sudut pandang orang
pertama pelaku utama karena dalam perceritaan novel penulis memakai kata ‘Aku’. Tokoh
‘Aku’ di dalam novel ini dikisahkan paling dominan sehingga si tokoh ‘aku’ bisa dibilang
sebagai tokoh atau pelaku utama.
4.. Tokoh
Ikal aka: Andrea Hirata
Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah
Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam
a. Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di sebuah sekolah bernama SD
Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur,
Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang latarnya adalah di rumah, pohon, gua, tepi pantai,
pasar dan lain-lain tapi masih di kawasan Belitong.
b. Latar Waktu
Dikarenakan novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang menceritakan kisah nyata
meski ada bumbu imajinasi, maka latar waktu yang disampaikan pun jelas yaitu terjadi pada
tahun 1974.
c. Latar Suasana
Latar suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konfik yang muncul
juga beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut beberapa penggalan kisah
yang menjelaskan suasana dalam novel :
· Suasana Sedih
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih ialah saat Ikal, teman-
temannya dan Bu Muslimah berpisah dari Lintang yang memutuskan berhenti sekolah
karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal mati ayahnya.
· Suasana Senang
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana senang ialah saat tim cerdas
cermat SD Muhammadiyah berhasil memenangkan pertandingan.
· Suasana Cemas
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas ialah saat Pak Harfan, Bu
Muslimah dan calon murid SD Muhammadiyah beserta orang tuanya menunggu untuk
menggenapkan calon siswa yang mendaftar agar sekolah tidak ditutup.
B.J. Habibie adalah salah seorang tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi banyak
orang di Indonesia. Beliau adalah Presiden ketiga Republik Indonesia. Nama dan gelar
lengkapnya Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau dilahirkan di
Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat
dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A.Tuti Marini
Puspowardojo. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan
dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Habibi menjadi yatim sejak kematian bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September
1950 karena terkena serangan jantung. Setelah ayahnya meninggal, Ibunya menjual rumah
dan kendaraannya kemudian pindah ke Bandung bersama anak-anaknya. Ibunya
membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya.
Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat
tegas dan selalu memegang prinsip yang diyakini telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-
kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat
cerdas sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Demi ibunya yang telah bersusah payah membiayai hidup dan pendidikannya, Habibie
belajar dengan sungguh-sungguh. Tekadnya harus jadi orang sukses. Pada saat kuliah di
Jerman tahun 1955, di Aachen, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberi
beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau.
Ketika musim liburan tiba, ia menggunakan waktunya untuk mengikuti ujian dan bekerja.
Sehabis masa libur, ia kembali fokus belajar. Gaya hidupnya ini sangat berbeda
dibandingkan teman-temannya yang memilih menggunakan waktu liburan musim panas
untuk bekerja, mencari pengalaman, tanpa mengikuti ujian.
Tahun 1960 Habibie berhasil mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule
Jerman dengan predikat cumlaude (sempurna) nilai rata-rata 9,5. Dengan gelar insinyurnya
itu Habibie mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api di
Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar
untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar.
Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat tantangan seperti itu, Habibie mencoba
mengaplikasikan cara-cara konstruksi membuat sayap pesawat terbang. Metode itu ia
terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.
Judul ke 3.
Berita kemerdekaan indonesia
Judul ke 5 ;
Berita Hasil Sidang Isbat: Awal Puasa 1 Ramadhan pada Jumat 24 April 2020
Hasil sidang isbat penentuan puasa tahun ini: 1 Ramadhan 1441H bertepatan
dengan Jumat 24 April 2020. Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengumumkan
1 Ramadan1441 Hijriyah bertepatan dengan Jumat (24/4/2020). Hal ini didasarkan
pada hasil sidang isbat penentuan awal puasa tahun ini yang dilakukan di Kantor
Kementerian Agama (Kemenag) Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis
(23/4/2020).
"Akhirnya kami dengan suara bulat menetapkan bahwa awal Ramadhan 1441 H
jatuh pada esok hari bertepatan dengan hari Jumat tanggal 24 April 2020," kata
Fachrul.
Dalam sidang ini, yang hadir secara fisik di kantor Kemenag adalah Menag Fachrul
Razi, Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH
Abdullah Zaidi, Ketua Komisi VIII Yandri Susanto, dan Dirjen Bimas Islam
Kamaruddin Amin.
Sementara itu, tokoh ormas Islam yang diundang, terlibat melalui meeting room
online. Sidang isbat kali ini dilakukan dengan sarana teleconference karena
dilakukan di tengah pandemi virus Corona (COVID-19) yang melanda Indonesia.
Jalannya Sidang Isbat Penentuan Awal Puasa
Sidang isbat dimulai dengan paparan posisi hilal oleh Tim Falakiyah Kementerian
Agama, yang diwakili oleh Cecep Nurwendaya. Dalam pemaparannya, Cecep
menyebut hilal awal Ramadan tahun ini tergolong sudah cukup tua dengan umur
lebih 8 jam. Artinya, hilal dalam posisi signifikan untuk dilihat.
"Untuk di Pelabuhan Ratu, posisi hilal saat terbenamnya matahari pada posisi 3,72
derajat dengan umur bulan 8 jam 23 menit, 5 detik," katanya dikutip Antara.
Ditambahkan Cecep, hilal awal Ramadan 1441H pada Kamis (23/4) sudah
memenuhi kriteria visibilitas hilal yang ditetapkan oleh MABIMS (Menteri Agama
Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura). Kriteria tersebut adalah
tinggi hilal minimal 2 derajat, elongasi bulan ke matahari minimal 3 derajat atau umur
hilal minimal 8 jam.
Setelah pemaparan posisi hilal tersebut, sidang kemudian dilakukan secara tertutup
dengan laporan dari tim rukyat. Setelah itu, Kemenag bersama ormas Islam dan
tamu undangan berdisuksi untuk menetapkan 1 Ramadan 1441 H.
Dalam menentukan awal Ramadan, Kemenag menggabungkan metode hisab dan
rukyatul hilal. Hisab sifatnya informatif sedangkan rukyatul hilal sifatnya konfirmatif.
Rukyatul hilal sendiri dilakukan oleh petugas Kanwil Kemenag Provinsi bekerjasama
dengan ormas Islam, BMKG, dan Mahkamah Agung di 82 titik di 34 provinsi seluruh
Indonesia.