Asphalt Mixing Plant Report
Asphalt Mixing Plant Report
DISUSUN OLEH ;
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita
ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul " Analisis Asphalt Mixing Plant (Studi Kasus: PT. TSM
di Base Camp BONTO-BONTO JALAN POROS MALINO, KAB. GOWA )".
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan
segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan
yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengangtar ................................................................................................(i)
Daftar Pustaka...................................................................................................(ii)
Abstract.............................................................................................................(iii)
BAB 1 Pendahuluan
2.1 Umum 4
2.2 AMP Jenis Takaran 8
3.1 Kesimpulan 24
3.2 Penutup 24
MISWAR TUMPU
MUH. ILHAM AKBAR JAYADI
ALGIFAR
RIFALDY HARYANTO
BOBY RAHMAN
ABSTRACT
The construction sector has contributed an important role in the development,
mixing plant, stone crusher, and batching plant concrete in civil construction
mixing plant. A case study of Asphalt Mixing Plant investment plan owned by
PT. TSM Works which is located in Bonto-Bonto District, Gowa, South Sulawesi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu perwujudan dari usaha pemerintah Daerah Sulawesi Selatan untuk
mengembangkan potensi ekonomi adalah dengan membangun dan meningkatkan
prasarana transportasi jalan di wilayah provinsi Sul-Sel. Pembangunan dan peningkatan
jalan ini bertujuan untuk memperlancar hubungan antara satu daerah satu dengan daerah
yang lain. Untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan jalan berupa campuran panas aspal
(hotmix) yang memenuhi sisi kualitas dan kuantitas, diperlukan sarana pengolahan
campuran aspal (asphalt mixing plant/AMP) yang memadai. PT TSM adalah perusahaan jasa
konstruksi di Daerah Sulawesi Selatan yang memiliki unit usaha AMP. Data volume
penjualan hotmix PT. TSM Unit AMP dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan yang cukup
signifikan. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat signifikansi evaluasi kelayakan finansial
proyek investasi AMP milik PT. TSM tersebut. Reilly dan Brown (2003) mendefinisikan
investasi sebagai komitmen uang yang dibuat untuk jangka waktu tertentu dengan harapan
mendapatkan pembayaran yang mampu memberikan kompensasi kepada investor untuk
waktu, prediksi laju inflasi dan ketidakpastian pembayaran di masa mendatang. Karena sifat
tipikal proyek infrastruktur yang multi-tahun, analisis kelayakan finansial proyek investasi
biasa dilakukan menggunakan konsep discounted cashflow (DCF). Dalam DCF, aliran dana
(cashflow) proyek perlu dihitung penurunan nilainya (diskon) terhadap suatu tingkat
diskonto (discount rate) tertentu. Sesuai dengan sifatnya yang komersial, investor baik
institusional maupun perseorangan menginginkan adanya timbal balik yang memadai dari
setiap rupiah modal yang telah diinvestasikan. Dengan demikian keputusan finansial harus
dilandaskan pada analisis kelayakan finansial yang cukup mendalam. Hal ini sangat relevan
bila dikaitkan dengan sifat dan karakteristik risiko investasi infrastruktur swasta yang sangat
spesifik, yang berbeda dengan industri lainnya (Wibowo, 2008). Makalah ini bertujuan untuk
melakukan analisis AMP (asphalt mixing plant) milik PT. TSM yang berada di Dusun Bonto-
Bonto, Desa Bonto-Bonto, Kecamatan Bili - Bili, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
1.2 Tujuan
1. Sebagai salah satu bagian dari mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan bahan-bahan konstruksi.
3. Melihat proses langsung pembuatan bahan-bahan dasar konstruksi.
4. Lebih dapat memahamikonsep-konsep non akademis didunia kerja.
5. Sebagai sarana rekreasi.
Hari : Ahad
Pada kuliah lapangan kali ini, kita mengunjungi beberapa tempat yang telah di
tugaskan oleh Prof. Muh. Wihardi Tjaronge, ST, MEng. Untuk mengetahui proses
pembuatan dari bahan dasar konstruksi jalan.
Banyak dari para pekerja masih sibuk mengatur dan mengoperasikan alat alat berat
untuk mengambil batu batu kali yang ukurannya sekitar 5 – 15cm untuk dihancurkan oleh
alat Stone Cruiser Merk Golden Star buatan PT. Sydney Metal Industri. Dengan alat ini, batu
batu kali yang masih utuh dan berukuran yang masih dikategorikan besar, dipecah menjadi
serpihan kecil yang disebut dengan Sten Clay.
Kemudian, sebagian Sten Clay tersebut ditaruh di penampungan Stan Clay yang
berada dibagian belakang kawasan Stone Cruiser tersebut. Sisanya, dilanjutkan ke proses
selanjutnya.
Proses selanjutnya adalah memecah Sten Clay menjadi Splite dengan memecah
kembali dari proses sebelumnya, setelah Splite dan Stan Clay selesai dibuat, maka sisa dari
serpihan terkecil tersebut bisa dikategorikan sebagai Chipping dan Abu Batu.
Terdapat perbedaan diantara keempat kategori batu serpih yang diproduksi dari Stone
Cruiser ini. Yaitu :
Abu Batu yang kami lihat di lapangan secara sekilas mirip dengan pasir, namum
teksturnya lebih kasar dibandingkan dengan pasir sungai atau pasir pantai.
Setelah mengunjungi Stone Cruiser, selanjutnya kami mengunjungi pabrik Aspal Mixing
Plant yang bertempat di dusun Bonto Bonto, desa Bonto Bonto, kecamatan Bili-bili ,
kabupaten Gowa.
Kemudian setelah mengunjungi Aspal Mixing Plant, kami mengunjungi PT. Beton cipta
Sinar Perkasa yang terletak di kelurahan Samata kabupaten gowa yang mana disitu kai
melihat batching plant concrete.
BAB II
ASPHALT MIXING PLANT
2.1 Umum
Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat
peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur
dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan
tertentu. AMP dapat terletak di lokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempat ke
tempat lain. Apabila ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran beraspal dan
kelengkapannya, ada beberapai jenis AMP, yaitu:
a) AMP jenis takaran (batch plant)
b) AMP jenis drum pencampur (drum mix)
c) AMP jenis menerus (continuous plant)
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis takaran (timbangan)
atau jenis drum pencampur. Perbedaan utama dari AMP jenis timbangan dan jenis drum
adalah dalam hal kelengkapan dan proses bekerjanya. Pada AMP jenis timbangan komposisi
bahan dalam campuran beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan
sedangkan pada AMP jenis pencampur drum komposisi bahan dalam campuran
ditentukanberdasarkan berat masing-masing bahan yang diubah ke dalam satuan volume
atau dalam aliran berat per satuan waktu. Terlepas dari perbedaan jenis dari AMP, tujuan
dasarnya adalah sama. Yaitu untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang
mengandung bahan pengikat dan agregat yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi .
Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran dimulai dengan
penimbangan agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang
telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran Kerja (RCK) dan dicampur pada
pencampur(mixer/pugmill) dalam waktu tertentu. Pengaturan besarnya bukaan pintu bin
dingin dilakukan untuk menyesuaikan gradasi agregat dengan rencana komposisi campuran,
sehingga aliran material ke masingmasing bin pada bin panas menjadi lancar dan
berimbang.
Pada AMP jenis pencampur drum, agregat panas langsung dicampur dengan aspal
panas di dalam drum pemanas atau di dalam silo pencampur di luar drum pemanas.
Penggabungan agregat dilakukan dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan
pemberian aspal ditentukan berdasarkan kecepatan pengaliran dari pompa aspal.
Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP tersebut adalah; AMP jenis takaran
dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot bin), timbangan (weight hopper) dan
pencampur (pugmill/mixer) sedangkan pada AMP jenis pencampur drum kelengkapan
tersebut tidak tersedia. Tentunya kedua jenis AMP tersebut juga mempunyai persamaan
yaitu sama-sama dilengkapi bin dingin, pengontrol dan pengumpul debu serta pencampur.
Bagian-bagian AMP jenis timbangan adalah :
1. Bin dingin (cold bins)
2. Pintu pengatur pengeluaran agregat dari bin dingin (cold feed gate)
3. Sistem pemasok agregat dingin (cold elevator)
4. Pengering (dryer)
5. Pengumpul debu (dust collector)
6. Cerobong pembuangan (exhaust stack)
7. Sistem pemasok agregat panas (hot elevator)
8. Unit ayakan panas (hot screening unit)
9. Bin panas (hot bins)
10. Timbangan Agregat (weigh box)
11. Pencampur (mixer atau pugmill)
12. Penyimpanan bahan pengisi (mineral filler storage)
13. Tangki aspal (hot asphalt storage)
14. Sistem penimbangan aspal (aspal weigh bucket)
Gambar II.1. AMP jenis takaran ( batch plant )
Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas Buku-I : Fungsi dan
Cara Kerja.
Di Indonesia sebagian besar jenis AMP yang ada adalah dari AMP jenis
takaran.Sementara jenis drum relatif sedikit dengan kapasitas yang kecil. AMP jenis
menerus seperti yang banyak dimiliki beberapa Kotamadya memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan, yaitu :
Gradasi agregat kurang begitu terjamin kesesuaiannya dengan gradasi pada FCK,
disebabkan karena kontrolnya hanyalah dilakukan dari bukaan pintu bin dingin saja,
dan tidak terdapatnya kontrol kedua seperti pada jenis AMP takaran.
Pengaturan jumlah pasokan agregat tidak begitu teliti jika hanya mengandalkan
pengaturan bukaan bin dingin tanpa ada alat kontrol lain (misalnya pengontrol
kecepatan ban berjalan).
Jumlah pasokan aspal yang diberikan saat pencampuran dengan agregat panas
sangat tergantung dari viskositas aspal, sehingga apabila terjadi penurunan
temperatur aspal akan menyebabkan jumlah aspal yang diberikan tidak sesuai
dengan kadar aspal optimum pada JMF.
Temperatur campuran kadang-kadang terjadi penyimpangan
Kelebihan AMP tipe drum adalah pengoperasiannya lebih sederhana dan mudah,
item pengontrolan lebih sedikit.
Kapasitas yang lebih besar relatif lebih menjamin kelancaran pasokan campuran
beraspal ke unit penghampar. Pasokan yang tidak lancar pada unit penghampar
dapat mengakibatkan permukaan jalan tidak rata dan kepadatan tidak tercapai,
karena campuran di bawah alat penghampar telah dingin sehingga pada bagian
tersebut sulit diratakan dan dipadatkan.
Kapasitas yang besar akan mempercepat penyelesaian pekerjaan, yang berarti
mengurangi gangguan terhadap kelancaran lalu-lintas. Pada jalan-jalan utama
gangguan akibat adanya pekerjaan pelapisan ulang sangat besar pengaruhnya.
Proses produksi campuran beraspal panas dengan menggunakan AMP jenis takaran
seperti diperlihatkan pada Gambar 4 dimulai dari memasok agregat dingin dari bin dingin
dengan jumlah terkontrol, kemudian dipanaskan dan dikeringkan melalui pengering (dryer).
Selanjutnya agregat disaring dengan unit saringan panas (hot screen) yang akan
memisahkan agregat berdasarkan ukuran fraksinya lalu dimasukkan ke dalam bin panas.
Masing-masing agregat dari bin panas ditimbang sesuai proporsi yang diinginkan. Bila
diperlukan, bahan pengisi (filler) ditambahkan melalui pemasok bahan pengisi.Selanjutnya
dicampur kering dalam pencampur.Aspal dengan jumlah terkontrol ditambahkan setelah
pencampuran kering.Bila pencampuran agregat dengan aspal telah homogen, campuran
selanjutnya dituangkan ke dalam truk pengangkut dan dibawa ke tempat penghamparan.
Agregat tidak tercampur. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan dapat
dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.
Tidak ada penghalang pada bukaan bin dingin. Bukaan bin dingin agregat halus
kadang-kadang tersumbat jika agregat halus basah, agregat terkontaminasi tanah
lempung, atau penghalang lain yang tidak umum seperti batu dan kayu.
Tidak terjadi perubahan kecepatan conveyor dan ada operator yang mengontrol
aliran agregat untuk membuang material yang tidak perlu.
• Ketel pembakar (burner) yang berisi gas atau minyak bakar untuk menyalakan pemanas.
• Kipas (fan) sebagai bagian dari system pengumpul debu dan mempunyai fungsi utama
untuk memberikan udara atau oksigen dalam sistim pemanas.
Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap yang keluar
dari cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru.
Warnaasap yang hitam menandakan pembakaran tidak sempurna. Contoh dari
akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah, pada saat pengambilan agregat dari
hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti jelaga. Akibat dari hal tersebut
aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak dapat melekat dengan
baik ke agregat.
Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu lakukan
pemeriksaan kadar air secara cepat; ambil contoh secukupnya, kemudian lewatkan
cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Amati jumlah kadar air
yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula. Agregat yang masih
mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal ke agregat, sehingga
campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan aspal.
2.2.3 Pengumpul debu (dust collector)
Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi
udara di lingkungan lokasi AMP[3]. Gas buang yang keluar dari sistim pengering ditambah
dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat
pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi
udara, dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah
di sekitar lokasi AMP. Secara umum terdapat beberapa jenis kombinasi sistim pengumpul
debu, antara lain :
Sistim pengumpul debu jenis kering (dry cyclone dust collector), debu yang terbawa
gas buangan diputar, sehingga partikel berat ke bagian bawah dan gas yang telah
bersih keluar dari cerobong asap. Partikel berat selanjutnya dikembalikan ke bin
panas (hot bin) melalui sistim pengatur udara (air lock damper).
Sistim pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector), debu yang terbawa
gas buangan disemprot dengan air, sehingga partikel berat akan terjatuh ke bawah
dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel berat tersebut
kemudian dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung
terlihat jelaga yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini
menunjukkan terjadi pembakaran yang tidak sempurna pada pengering (dryer).
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan maka segera lakukan koreksi atau
perbaikan pada pengering (dryer).
Tipikal dari kedua jenis pengumpul debu diperlihatkan pada Gambar 9. Muatan udara
yang mengandung partikel debu, asap dan gas harus dikontrol sampai ambang batas yang
telah ditentukan sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai dampak lingkungan.
Jenis kering (dry cyclone dust collector) Jenis basah (wet scrubber dust collector)
Gambar II.9. Tipikal jenis-jenis pengumpul debu Lubang
Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas Buku-I : Fungsi dan
Cara Kerja.
2.2.4 Unit ayakan panas (hot screening unit)
Kebanyakan AMP menggunakan unit ayakan panas (hot screening unit) jenis
mendatar dengan sistim penggetar yang umumnya terdiri dari empat susunan. Agregat yang
telah dikeringkan dan dipanaskan diangkut dengan mangkok elevator panas (hot
elevatorbucket) untuk disaring dengan susunan unit ayakan panas dan dipisahkan dalam
beberapa ukuran yang selanjutnya dikirim ke bin panas (hot bin). Tipikal unit ayakan panas
diperlihatkan pada Gambar II.10. Umumnya pada proses penyaringan terjadi pelimpahan
agregat, misalnya yang semestinya masuk ke bin panas I tetapi terbawa ke bin panas II.
Pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi kurang dari 5 % dan cenderung konstan sehingga
tidak terlalu mengganggu kualitas produksi. Akan tetapi presentase tersebut dapat
bertambah jika : lubang saringan tertutup agregat, kecepatan produksi ditambah sehingga
agregat yang disaring bertambah sementara efisiensi operasi penyaringan tetap, agregat
halus basah sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan agregat halus tersebut
akanmenggumpal dan masuk ke hot bin yang tidak semestinya. Kemungkinan lain adalah
lubang-lubang pada saringan sudah ada yang rusak, sehingga beberapa agregat masuk ke
bin panas yang tidak semestinya.
Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan gradasi dan
kadar aspal secara serius. Unit bagian atas dari susunan ayakan merupakan penutup dari
dek dan merupakan saringan pertama yang biasa disebut pemisah (scalping). Pada susunan
unit ayakan dengan ukuran lubang terbesar berfungsi membuang agregat yang mempunyai
diameter yang lebih besar dari ukuran agregat maksimum yang diminta (oversize) agar tidak
masuk ke bin panas (hot bin) dan membuangnya pada pintu pembuang.
Saringan ke-dua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19 mm
sampai 12,5 mm masuk ke bin 1
Saringan ke-tiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5 sampai
dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.
Saringan ke-empat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75
sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos saringan 2,36
mm masuk ke bin 4.
Unit ayakan panas harus dibersihkan dan diperiksa setiap hari untuk menghindarkan dari
kemungkinan rusak atau robek.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan
diantaranya sebagai berikut :
1. Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat
peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan
dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang
memenuhi persyaratan tertentu.
2. Terdapat perbedaan diantara keempat kategori batu serpih yang diproduksi dari
Stone Cruiser ini. Yaitu :
Ukuran dari Sten Clay sebesar 5 – 7cm
Ukuran dari Splite sebesar 3 – 5cm
Ukuran dari Chipping sebesar 1 – 3cm
Ukuran dari Abu Batu sebesar 0.5 – 1cm
3. Di Indonesia sebagian besar jenis AMP yang ada adalah dari AMP jenis
takaran.Sementara jenis drum relatif sedikit dengan kapasitas yang kecil.
3.2 PENUTUP
Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang terlibat dalam kuliah lapangan dan
pembuatan laporan ini, terima kasih kepada Prof. Dr. H. Muh. Wihardi Tjaronge, ST,
M.Eng selaku dosen pengampuh mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi, terima kasih
kepada perusahaan yang telah berkerja sama selama kuliah lapangan ini berlangsung,
terima kasih kepada Rifaldy Haryanto yang mengabil alih transpotasi, terima kasih
kepada kelompok dari saudara Andi Aulia Wahab yang turut serta dalam perkuliahan
lapangan dari kelompok kami, terima kasih pula kami ucapkan kepada Boby Rahman dan
Algifar Permana yang telah mendokumentasikan kuliah lapangan kali ini. Terakhir, kami
mengucapkan terima kasih kepada Muh. Ilham Jayadi dan Miswar Tumpu yang telah
mengedit dan mencari bahan untuk laporan ini, tanpa bantuan anda, laporan ini tidak
dapat diselesaikan dengan sempurna. Terima kasih atas segala apresiasi anda.