Anda di halaman 1dari 11

Ngopi di Kelas Filsafat

Filsafat Rasionalisme

Lecture Note 2
Kisno

Rasionalisme René Descartes

Latar Belakang

René Descartes, berkebangsaan Prancis lahir, 31 Maret 1596, La Haye en Touraine, Kerajaan
Prancis dan meninggal 11 Pebruari 1650 (usia 54) di Stockholm, Kerajaan Swedia.
Pendidikan yang ditempuh:
1. Collège Royal Henry-Le-Grand (1607–1614)
2. University of Poitiers (LL.B., 1616)
3. University of Franeker

Digelari Bapak filsafat modern, tidak usah ditanyakan siapa ibunya, karena beliau
memperkenalkan sistem baru dalam filsafat, meruntuhkan gaya Aristotelian lama yang bersifat
realisme. Descartes punya tawaran baru yang menginisiasi filsafat modern. Jasanya Descartes
mengkritisi, mencoba berfilsafat dengan memasukkan logika-logika Matematika dalam filsafat.
Nama Descartes tidak boleh dilewatkan oleh para peminat filsafat. Kelahiran Prancis tahun 1596
meninggal 1650, meninggal 54 tahun, karyanya luar biasa, banyak filsuf-filsuf barat setelah beliau
melanjutkan dan terpengaruh gagasan-gagasannya. Descartes ini pintar sejak kecil namun ringkih
atau mudah sakit, sehingga ketika sekolah dia punya hak khusus yaitu boleh bangun siang, hanya
dia satu-satunya murid yang boleh masuk siang, guru-gurunya sudah mengerti hal ini. Strategi
ini boleh kamu coba di kampus. Bapaknya ingin dia jadi pengacara, Descartes malah ingin masuk
tentara, dan dia menjadi anggota tentara nasional Prancis dan dia dikenal sebagai ahli strategi
perang. Nanti ada momen dalam hidupnya yang membuatnya tertarik dengan dunia filsafat
sehingga meninggalkan dunia kemiliteran dan sebelum masuk tentara dia memang sudah ahli
Matematika dan Fisika. Tahun 1619 dia mengalami pencerahan, suatu hari dia mimpi tiga kali dan
mimpi ini melecut dia masuk ke dunia filsafat, mencari kebenaran, dan mimpi ini jadi bahan
utama renungan dunia kefilsafatannya dan di tahun 1620 dia mulai mengejar kebenarannya
sendiri dengan menjelajah ke banyak negara sekitar tiga sampai dengan lima tahun. Ia
menghilangkan diri dari dunia yang mengenal dia, tapi paling terkenal saat dia hijrah ke Belanda,
karya besarnya banyak ditulis di Belanda, sampai dia populer, diundang kemana-mana termasuk
nanti ada Ratu Swedia, Queen Christina yang ingin diprivate oleh Descartes, lama-lama ratu ini

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 1 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

merasa dia tidak cocok dengan Descartes. Descartes juga susah payah karena seminggu tiga kali
harus private dan harus mulai jam lima pagi, dan di kastil sang Ratu. Ini nanti yang membuat
Descartes sakit dan menganggap seperti di neraka karena sangat dingin. Inilah kemudian yang
membuat Descartes mengalami radang paru-paru dan meninggal dunia; private dengan ratu itu
hanya sekitar lima kali saja.

Prinsip-Prinsip Hidup Descartes

1. “I desire to live in peace and to continue the life I have begun under the motto to live well
you must live unseen”.

Padahal dia ini adalah orang terkenal, orang masyur, namun mottonya untuk hidup dengan baik,
kamu harus hidup dengan tidak dikenal, kalau kamu dikenal susah hidupmu. Jadi jangan salah,
banyak orang yang cita-citanya ingin terkenal, justru itu yang akan membuat sumpek dirimu1.

“Masked, I advanced”, saat aku bertopeng (dalam hal ini berlindung), aku akan berkembang
menjadi diriku sendiri. Contohnya kamu, mau berangkat kuliah saja sudah membayangkan
situasinya bagaimana, saya harus berangkat jam berapa, pakai baju yang bagaimana, nanti duduk
di samping siapa, itu khan kamu menata segala sesuatu dengan pikiranmu, karena apa? Karena
ada orang lain dan kamu dikenal, apalagi temanmu banyak, oh nanti ada dia yang cerewet, ada
dia yang tidak mau tahu, lantas kamu menata strategimu sendiri. Tapi kalau tidak ada yang kamu
kenal, ya santai saja. Hari ini ada satu dua mahasiswa yang kenal saya itu membuat saya menjadi
tidak bebas, maunya ya kampus ya santai saja pakaian kaos oblong, celana pendek, tanpa harus
berpakaian sangat formal. Tapi kalau saya berpakaian demikian ya pasti besok saya jadi viral,
terus jadi popular dimana-mana. Tidak dikenal itu enak, maka Descartes dikenal dalam hidupnya
istilah menjauh, atau mengasingkan diri, bahkan di beberapa buku ada yang menyebut bahwa
Descartes ini adalah mata-mata karena dia bisa menyamar dengan baik sehingga tidak dikenal
orang, walau dalam hal ini menurut Descartes hal itu dilakukan demi ilmu dan refleksi. Bagi yang
suka meditasi, kontemplasi, gaya Descartes boleh ditiru. Coba bayangkan kalau kamu sedang
sendirian khan kamu bebas, mau joget-joget, mau jingkrak-jingkrak dangdutan tidak masalah,
namun jika kamu melakukannya di depan banyak orang kamu pasti mikir-mikir. Cuma hidup
sendirian, bukan tidak melakukan apa-apa atau melarikan diri, melainkan Descartes berfilsafat.

2. “To live without philosophizing is in truth the same as keeping the eyes close without
attempting to open them”

Hidup tanpa berfilsafat itu sesungguhnya sama dengan terus-menerus menutup mata tanpa
berusaha membukanya. Kamu itu punya mata, banyak hal indah di sekelilingmu, bukalah, tapi
kamu malah memilih menutup mata. Kalau bahasa politiknya itu status quo, artinya keadaan
tidak usah berubah, karena nanti kalau aku bernalar macam-macam, jangan-jangan
kenyamananku ini terancam, sehingga orang lebih memilih tidak berpikir, orang memilih biasa
saja, jadi seperti orang merem, seperti burung onta, kalau dikejar musuh, kepalanya yang
disembunyikan di dalam pasir, padahal badannya sangat besar, tidak mungkin tidak terlihat.
Ketika kepalanya masuk ke dalam pasir, dia merasa aman. Ya seperti kamu nonton film horor itu,

1 Hubungkan dengan Otentisitas Kierkegaard

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 2 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

begitu hantunya keluar, kamu malah merem, padahal esensinya nonton film horror itu ya melihat
hantunya, justru kamu malah merem, kalau gitu ya lebih baik nonton komedi saja.

Mari berfilsafat, mari berkontemplasi, karena apa? Karena banyak hal yang harus dipikirkan
ulang dalam hidup kita ini. Banyak hal yang kelihatannya baik, tapi efeknya tidak. Bahkan hari
ini saya memberi saran ke kamu, saat ingin menasehati orang coba pamit terlebih dahulu, mau
apa tidak yang kamu nasehati itu? Kamu butuh nasehatku atau tidak? Itu lebih efektif daripada
tiba-tiba kamu men-share yang menurutmu baik. Kenapa? Isinya yang kamu share itu baik, tapi
efeknya bisa jadi jelek, misalnya temanmu jadi punya pikiran jelek, “Ah, sok alim,” misalnya,
“Alah pamer pengetahuan”, padahal isinya baik, tapi efeknya malah jelek, yang lahir hanya dosa.
Maka pamit terlebih dahulu. Kadang hasilnya malah debat gegeran, tadi niatnya baik mau beri
nasehat, keluarnya malah jadi berdebat dan berantam. Saat ini tiap kali ada postingan,
komentarnya pasti gegeran dan ramai, tentang apa saja, ya tentang sepakbola saja bisa gegeran.
Jangan salah, apa yang kamu biasakan akan membentuk karaktermu meskipun awalnya iseng-
iseng semata2. Kalau itu jadi watak, lama-lama terinternalisasi, ia akan berpengaruh pada struktur
internal DNA dan itu berpengaruh pada gen warisanmu nanti. Anakmu itu akan suka gegeran,
karena bapaknya atau ibunya seperti itu, kalau ada ramai yang senang, kalau sepi malah sumpek.
Maka hati-hati, jangan dibiasakan menurutmu tidak baik, tidak penting, tidak ada gunanya jangan
dihabitkan, karena terinternalisasi dalam dirimu. Inilah berfilsafat, berefleksi tentang hidup. Buka
matamu, jernihkan akalmu. Jangan terlibat banyak di dunia ramai, ayo berfilsafat.

3. Rumus pertama berfilsafat: “Dubium sapiente initium“ – “Doubt is the origin of wisdom”

Meragukan itu adalah sumbernya kebijaksanaan. Rumusnya berfilsafat adalah ragukanlah,


pertanyakanlah apapun. Rumus ini penting untuk hari ini ketika yang benar dan yang salah tidak
jelas. Kamu diserbu tiap hari oleh berita yang kamu sendiri bingung. Sekarang banyak orang yang
suka menggoreng isu sampai level tuman. Dari kelompok sana digoreng biar kelihatan jelek terus,
dari kelompok sini digoreng biar kelihatan baik terus, maka kelihatan apa yang mampir di
pikiranmu, apa yang terlihat oleh matamu, apa yang terdengar di telingamu, ragukanlah
kebenarannya, ujilah semuanya.

“Method of doubt” adalah nyawa teorinya Descartes. Ilutrasinya seperti ini: bayangkan ada orang
yang membawa satu keranjang penuh apel, dia takut beberapa apel di keranjang itu busuk
sehingga ia ingin membuang yang busuk itu agar tidak menyebar ke apel yang lain. Apakah yang
akan dia lakukan? Bukankah ia akan mengeluarkan semua isi keranjang? Selanjutnya bukankan
ia akan mengamati setiap apelnya lalu mengembalikan ke keranjang setiap apel yang baik dan
meninggalkan apel yang busuk?

Dengan cara yang sama, mereka yang belum pernah berfilsafat secara serius, memiliki beragam
pandangan pada pikirannya yang ia masukkan sejak kanak-kanak, beberapa pandangan
barangkali ada yang keliru. Sejak kecil kita dijejali berjuta informasi sampai detik ini, namun
ketika saya tanya apakah seluruh informasi yang sudah kamu terima dalam pikiranmu itu baik
dan benar semua atau ada yang keliru? Pasti kamu jawab ada yang keliru, nah ini seperti apel
dalam keranjang tadi. Pikiranmu ya begitu, tumpahkan semua, bukan berarti dibuang, karena

2 Al-Ghazali

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 3 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

pikiran itu bukan materi, telaah satu per satu, pikiran yang baik dijejerkan, pikiran yang tidak baik
disisihkan agar tidak menular ke pikiran yang baik, sortirlah, biar yang ada di kepala kita ini yang
mantap-mantap saja, yang pasti benar saja. Dari situlah lahir method of doubt, metode
meragukan. Untuk seperti ini, butuh orang pemberani, karena orang banyak yang terikat dengan
kebenaran yang sudah dianggap pasti dalam hidupnya. Itulah yang terjadi saat ini, orang tidak
berani menguji kebenarannya, bukan hanya yang salah, yang benar juga harus diuji. Hidup yang
tidak diuji adalah hidup yang tidak ada artinya3. Ketika kebenaran hidupmu itu tidak kamu uji,
artinya kamu tidak paham tentang kebenaran itu, ketika belum kamu uji itu sebenarnya kamu
hanya ikut-ikutan saja.

Caranya bagaimana memilih mana yang benar sampai ke yang paling benar, ini yang kemudian
dinamakan epistemologinya Descartes yang dikenal dengan 4 aturan (four rules of thinking).

Pertama, jangan percaya apapun sampai terbukti kebenarannya (Aksioma). Kedua, Analisis
semua masalah dengan memilah bagiannya (Analisis), misalnya teh ini, ada tempatnya, ada
tutupnya, ada sendoknya, ada airnya, ini semua unsur-unsur yang ada hubungannya dengan teh
ini, lantas kemudian lacak hubungan-hubungan antar variabelnya. Ketika kamu dapat satu
pernyataan, coba kamu cek pernyataan ini apa, kemudian unsurnya apa, baik itu politik, budaya,
sosial, ekonomi, coba cek variabel-variabelnya, kalau sudah, (2) lacak kemungkinan-
kemungkinan dari masalah itu. Orang ini kok tiba-tiba jam 12 malam kok nge-wa saya, terus tanya
ke saya sudah tidur apa belum. Lho itu khan masalah. Pertama analisis variabelnya, ini yang kirim
siapa, baru kenal dua bulan, rumahnya di sana. Terus lacak kemungkinan-kemungkinan lainnya,
misalnya kemungkinan dia lagi iseng, nganggur, kuota bonusnya lagi banyak. Cari yang paling
masuk akal. Jadi identifikasi kemungkinan-kemungkinan, terus biasanya selesaikan variabel
tersebut satu demi satu, temukan dari yang paling mudah sampai paling sukar, urutkan dan
selesaikan satu demi satu (Komposisi). Keempat, (mendata, menginvestigasi mendalam, dan
mengeksplorasi perkara-perkara): mengeksplorasi perkara-perkara secara mendalam, sempurna,
luas, dan menyeluruh sedemikian sehingga kitta yakin tidak ada lagi perkara yang terlupakan
dan tersisakan. Kaidah ini merupakan hasil dari ketiga kaidah sebelumnya. Ini nanti
menginspirasi lahirnya metode ilmiah, penelitian-penelitian di dunia modern, inilah basisnya
penelitian modern dan filsafat modern.

Descartes memperkenalkan aliran rasionalisme (pengetahuan yang bisa dipercaya itu


pengetahuan yang sumbernya adalah rasio atau akal), kenapa bukan panca indera4? Barang
empiris itu memang nyata, bisa dilihat, bisa diukur, bisa didengar, namun pengetahuan empiris
itu sifatnya “subyektif”, misalnya mimpi, mimpi itu rasanya seperti beneran, padahal tidak
beneran. Kamu mimpi jadi orang ganteng, padahal ketika kamu bangun, ya kamu sebenarnya
tidak cakep. Lho itu sebenarnya bisa tertipu, waktu mimpi ya kamu merasakan dengan nyata ya
kamu itu cakep, tapi begitu bangun ya tidak. Sakit misalnya, sakit itu ada jarak antara rasa dengan
peristiwa datangnya rasa sakit itu, apalagi kalau ukuran durasinya, intensitasnya itu sangat
subyektif. Pengalaman empiris itu berjarak sehingga rasa sensasi empiris itu tidak pasti, jadi orang
tidak bisa mengukur kenyataan hanya berdasarkan empiris, tapi kalau akalnya terlibat ya tidak,
seperti waktu SD pensil dimasukkan ke air, kelihatannya patah secara panca indera, tapi kamu

3 The unexamined life is not worth living (kutipan dari Socrates)


4 Aristotelian memperkenalkan empirisme

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 4 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

yakin itu tidak patah karena akalmu mengatakan demikian. Menurut Descartes akal lebih layak
dijadikan sandaran. Gunung itu kalau kamu lihat dari jauh ya kelihatannya kecil, halus, namun
akalmu bilang lha wong gunung itu banyak bebatuan, banyak jurang atau seperti penyair bilang
wajahmu indah seperti rembulan, padahal secara akal ya rembulan itu banyak lubangnya. Realitas
panca indera itu dikonstruksi oleh pikiran, tergantung pikiran. Pikiranmu sedang apa,
berpengaruh terhadap panca inderamu. Kalau kamu sedang ngantuk, apa yang kamu serap apa,
yang kamu lihat apa, berbeda dengan indera temanmu. Indah tidak indah, itu yang melihat ya
mata, namun yang merasakan ya akal, tangan ini halus tidak halus yang merasakan tangan namun
yang menyimpulkan ya akal. Jadi, rasio lebih kuat.

4. Mengejar kebenaran dengan bekal akal. “If you would be a real seeker after truth is
necessary at least once in your life you doubt as far as possible all things”.

Kalau kamu ingin menjadi pencari kebenaran yang sejati maka seharusnya setidaknya sekali
dalam hidupmu engkau ragukan segala sesuatu sejauh engkau mampu. Coba kamu analisis, uji,
ragukan semua hal dalam hidupmu, dari situ nanti kuncinya kamu menemukan kebenaran. Tidak
boleh manut atau ikut saja, kejar sendiri kebenaranmu, karena kadang-kadang mungkin
kebenaran versi mereka tidak selalu cocok dengan kebenaran versimu. Mulailah nanti yang
dilakukan Descartes di tulisannya “Dream argument”. Semua diragukan, termasuk paling dasar,
termasuk hidup ini. Yang pertama diragukan Descartes pertama adalah mimpi. Katanya, aku
sering merasakan banyak hal sama persis seperti yang aku rasakan dalam mimpi, tidak ada tanda
pasti, tidak ada jaminan untuk membedakan mimpi atau sadar. Pertanyaannya adalah apakah ada
jaminan bahwa detik ini kita tidak sedang mimpi? Tho waktu kamu mimpi, kamu merasa biasa
saja, seperti sekarang ini kamu sedang ikut kelas filsafat, lho jangan-jangan ini mimpi. Jangan-
jangan hidup ini hanya mimpi, sebagaimana kamu sadar dari mimpi, oalah tadi malam nangis-
nangis itu hanya mimpi tho. Jangan-jangan nanti setelah meninggal kamu dibangkitkan, kamu
baru sadar bahwa duniamu sekarang ini cuma mimpi5. Descartes mempertanyakan apa
jaminannya bahwa sekarang ini kamu tidak sedang mimpi? Sementara ketika mimpi pun kamu
tidak bisa membedakan itu nyata atau tidak mimpi, atau jangan-jangan ini saya sekarang mimpi
memberi kelas filsafat, atau kalian yang sedang bermimpi menjadi saya memberikan kelas filsafat
ini. Kadang bisa begitu, kamu kadang mimpi menjadi orang lain, mimpi menjadi siapa dan
melakukan apa. Jadi mungkin kamu mimpi menjadi Jokowi, gayamu seperti presiden, lha
ternyata hanya mimpi, atau jangan-jangan Jokowi mimpi sedang jadi kamu sekarang. Dalam
bukunya “Dream Argument” itu diberi ilustrasi ini kupu-kupu yang mimpi jadi manusia atau
manusia yang mimpi menjadi kupu-kupu? Itu susah dibedakan. Jadi “Dream Argument” itu
mempertanyakan dasar realita hidup ini. Ternyata bahkan hidup kita yang paling nyata bisa
dipertanyakan, apa iya? Kamu sudah bela-belain tawuran, bikin berita hoaks tiap hari, ealah
ternyata mimpi, ternyata tidak serius. Apa buktinya hidup kita nyata? Apa-apa ya nyata Pak, saya
lapar ya makan, haus ya minum, ngantuk ya tidur, lho padahal dalam mimpi ya persis seperti itu
juga, ada laparnya, ada hausnya, ada nangisnya, ada rasa ingin pipis yang nantinya jadi ngompol,
tapi persis itu kamu tidak bisa membedakan. Makanya kalau merasakan sesuatu yang teramat

5 Al-Ghazali, kesadaran di alam barzah

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 5 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

sangat (senang, sedih), itu dicubit tangannya. Mimpi apa aku ya siang ini kok banyak dapat rejeki,
ya tidak usah dicubit tangannya nanti kalau bangun ya hilang rejekinya.

5. “Deceiving God argument and evil demon argument”.

Jangan salah walaupun Descartes seorang rasionalis, namun ia sangat relijius, dia percaya Tuhan
dengan gaya dan argumennya sendiri. Kita percaya ada Tuhan yang maha kuasa, Dia punya
kuasa untuk membuat kita tertipu bahkan dengan pengetahuan-pengetahuan matematis yang
sangat jelas. Tuhan bisa menampakkan apa yang benar jadi salah dan sebaliknya apa yang salah
jadi benar, yang nyata jadi semu, yang semu jadi nyata. Apa jaminanannya yang hari ini kita
anggap benar itu tenyata salah atas jaminannya Tuhan? Kamu tidak bisa menjawab pasti katanya
Descartes. Jadi kalau kamu percaya Tuhan jadi lebih rumit lagi, tidak ada jaminan apa yang
inderamu rasakan itu persis seperti apa yang kamu rasakan. Ya mungkin kamu bisa jawab, ya
tidak mungkin Pak, masa Tuhan menyesatkan kita, okaylah kamu tidak percaya, kamu percaya
setan khan? Itulah evil demon, setan khan bisa menggelincirkanmu, yang benar yang nyata jadi
seolah-olah jelek dan fiktif, gayanya setan memang begitu. Apa jaminannya bahwa hari ini kamu
tidak sedang tertipu? Yang kamu anggap benar bisa salah, dan salah bisa benar, Tuhan punya
kuasa itu, lha wong setan saja bisa. Orang yang sedang terbolak-balik perasaan hatinya, pastinya
dia tidak sadar, tetap merasa dirinya benar. Wong yang korupsi, yang narkoba saja bisa
menganggap dirinya benar karena terbolak-baliknya pandangan. Tidak ada jaminan yang kamu
anggap benar hari ini itu adalah benar. Jadi ini adalah refleksi dari seorang Descartes. Ini langsung
menyerang dasar kenyataan hidup kita. Jadi atas dasar mimpi, keimanan kita pada Tuhan, atau
kepercayaan kita ada makhluk yang menggelincirkan yang disebut setan, maka semua bisa
dipertanyakan. Maka kalau kita meragukan segalanya, apakah itu dunia material, dan spiritual,
wah berarti semua tidak bisa dipercaya Pak? Iya, tapi kalau kamu sudah sampai pada level itu,
kamu akan sampai pada titik ada sesuatu yang bisa dipercaya, pasti, ini paling dasar. Apa itu yang
pasti bisa dipercaya? Yaitu ada kamu yang sedang meragukan itu semua tadi, dan itu pasti. Tadi
khan semua kamu ragukan, nah, ada yang pasti, kamu yang sedang meragukan ini itu pasti ada.
Berarti apa? Ooo… Sekarang kita punya landasan dari semua kebenaran tadi, seandainya semua
kita ragukan, masih ada satu hal yang pasti, kita yang sedang meragukan, kita yang sedang
berpikir tentang kebenaran itu tadi. I think, I doubt, aku yang meragukan, aku yang berpikir,
menunjukkan dia pasti ada. Wong yang berpikir tadi tentang Tuhan, tentang setan, tentang
mimpi, berarti khan ada yang sedang berpikir. Aku yang berpikir ini pasti, dari sini keluarlah
adagium dari Descartes yaitu “I think therefore I am” “Cogito ergo sum”. Ini tidak bisa dibantah,
kalau ini dibantah, lha tadi yang meragukan mimpi, meragukan setan, lantas yang meragukan itu
tadi siapa? Ini titik awal dari berefleksi.

6. Teori “Innate ideas”

Dari adagium “Cogito ergo sum” ini lantas muncul turunannya, jangan salah. Dari situ masih ada
efeknya, kesimpulan logisnya selanjutnya dari aku yang berpikir. Pertanyaannya “dari mana kok
tiba-tiba ada aku yang berpikir? Asal-usul kemampuanku berpikir itu dari mana?” Jawabannya
Descartes, kita itu lahir di kepala itu ada “innate ideas” atau gagasan-gagasan bawaan. Kita lahir
itu tidak blank, ada kemampuan-kemampuan bawaan antara lain kita bisa berpikir, tidak harus
kuliah logika, kuliah filsafat, manusia yang waras itu pasti bisa berpikir. Jadi jangan kuatir, “Pak
akal saya sehat tidak ya?” Tidak usah kuatir, asal kamu sehat kamu pasti bisa berpikir, dan itu

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 6 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

fitrah. Ya meskipun nanti terkontaminasi dalam macam-macam perkembangannya, tapi kamu


membawa kualitas bawaan bahwa kamu bisa berpikir. Kemampuan kita berpikir bawaan tadi ada
implikasi selanjutnya. Yang ini juga akhirnya sifatnya “innate” yakni “keluasan” dan yang ketiga
adalah “Tuhan”. Keluasan ini melahirkan dunia materi, karena bisa ditangkap dengan
aktivitasmu berpikir meluas keluar, berpikir itu selalu ada objek yang dipikir dan itu biasanya
dunia materi. Selanjutnya “Tuhan”, lho kok tiba-tiba bicara Tuhan pak? Lho orang berpikir itu
sebenarnya sadar kalau dia belum sempurna, berpikir, menemukan kebenaran maka dia semakin
sempurna. Tetapi besok semakin kamu menyempurnakan pikiranmu, tambah sempurna lagi, tapi
khan masih juga belum sempurna, wong kita manusia sempurna, tapi kita merasa mentok, kita
menambah ilmu lagi dan merasa lebih sempurna lagi, namun belum juga dan begitu seterusnya,
maka secara logis pasti ada puncaknya kesempurnaan itu, dari situlah ketemu gagasan tentang
Tuhan. Ringkasnya ada tiga, yakni: (1) Aku yang berpikir (2) Keluasan yang dipikirkan (3) Tuhan
sebagai puncak keluasan pemikiran atau Res cogitan, Res extensa, dan God. Inilah innate ideas
yang kemudian disebut substansi. Ada dunia pikiran, ada dunia materi, dan ada dunia wilayah
keTuhanan. Lho materi itu memang ada Pak? Ya menurut Descartes ya ada, buktinya apa yang
ditangkap oleh panca inderamu itu ya materi dan buktinya bisa diukur kuantitasnya, kalau orang
lain bisa menyebutkan ukurannya sekian centimeter dan kamu juga sama berarti materi itu
memang ada. Kalau meja ini imajinasi, apa yang di kepalaku dan di kepalamu mungkin beda.
Aku berpikir itu pasti, realitas itu pasti, ada lagi satu lagi yang pasti yaitu Tuhan. Tuhan juga pasti.
Di kepala kita disimpulkan pasti ada yang maha sempurna, kenapa kita tadi tidak sempurna, dan
seterusnya ini pasti ada puncaknya. Nah, gagasan kesempurnaan itu, pastinya tidak dari manusia,
kenapa? Karena manusia itu sendiri tidak sempurna da itu pasti Tuhan. Argumen ini dinamakan
argumen ontologis, yaitu argumen menyimpulkan Tuhan dengan akal saja. Biasanya orang
mengakui keberadaan Tuhan dengan semesta ini dan keteraturannya, tapi menurut Descartes
cukup dengan akal saja bisa. Tuhan itu diasumsikan maha bijaksana, maha tahu, maha kuasa,
maha itu khan puncaknya, nah sesuatu itu tidak bisa disebut maha kalau ia tidak ada. Inilah
kesimpulan dengan akal saja. Sama ketika kamu ditanya seperti ini, “mau cari pacar yang cirinya
seperti apa”, kamu jawab “yang rambutnya panjang, yang kulitnya putih, yang posturnya tinggi”
nah itu khan pasti ada, lantas ada yang jawab “ah, saya tidak cari yang begitu, saya cari yang ada
saja”, lha bisa menyebutkan ciri itu berarti ada. Jawaban seperti itu kelihatannya cerdas, padahal
tidak, kalau sudah bisa menyebutkan kriteria, itu pasti sesuatu yang ada, kok malah
mempertanyakan lagi, itu berarti logikamu patut dipertanyakan. Tapi kalau sudah menjawab
kriteria ditambah ada, ya berarti ini mubazir. Nah inilah dasarnya berfilsafat, dirinci satu persatu
sampai ke akar-akarnya, kemudian diuji satu persatu sampai yakin pasti benar baru melangkah
ke jenjang yang selanjutnya.

7. Dualisme manusia

Sebenarnya di antara semua yang paling unik itu adalah manusia kata Descartes. Manusia itu
punya dua unsur sekaligus yakni Res extensa (materi) dan Res cogitan (mind). Apakah hewan
punya? Kata Descartes tidak, hewan itu hanya mekanis saja karena dia tidak sadar. Kalau manusia
itu tubuhnya Res extensa alias mekanis, tapi jiwanya tidak. Karena pikiran mempengaruhi tubuh,
meskipun nanti sangat kecil sekali proporsinya tubuh mempengaruhi pikiran. Namun manusia
kombinasi antara mental dan material. Oleh karena itu, perhatikan bahwa yang mekanis dan yang

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 7 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

mental punya hukum sendiri-sendiri. Yang mekanis itu alam materi6, makanya kerja Tuhan
dianalogikan seperti pembuat jam atau the clock maker, jam sudah berputar sendiri, tidak perlu
yang membuat ikut berputar. Nanti kamu beli jam ikut dengan mekaniknya. Nanti kamu malah
nanya, Tuhan itu sendiri nagapain pak kalau dia sudah membuat hukumnya, ya itu urusannya
Tuhan sendiri. Yang jelas alam semesta ada hukum-hukumnya. Inilah yang dikejar-kejar dunia
barat yang melahirkan dunia sains yang luar biasa, itu berlaku untuk Res extensa yang mekanis,
berlaku juga buat manusia namun hanya pada aspek yang mekanis, kalau kamu kena hujan ya
pilek, bersin-bersin, itu sudah hukumnya. Hanya, yang mengendalikan aspek mekanisnya ya itu
mind, jiwa, akalnya tadi, karena manusia makhluk dua dimensi (Res materium et Res cognitum),
yang mengontrol dirinya ya mind atau akalnya. Badanmu itu mesin, supirnya itu akalmu,
kuncinya itu ada di akalmu. Kata Descartes akal bisa sangat berpengaruh pada badan, namun
badanmu itu bisa berpengaruh pada akal, namun tidak sebanyak akal mempengaruhi badan.
Badanmu bisa sakit, tapi semangatmu masih tangguh. Walaupun dalam beberapa bagian
tulisannya Descartes menuliskan ada enam nafsu yang harus ditaklukkan agar bisa menguasai,
menaklukkan, mengontrol badanmu dengan sehat, yakni sangat suka atau cinta, sangat tidak suka
atau benci, terlalu kagum, yang membuat tidak rasional, penuh gairah, terlalu semangat, terlalu
gembira, terlalu sedih. Kalau ada enam nafsu ini, setirmu bisa kacau karena nabrak sana-sini. Ini
teorinya kelihatan sederhana, namun di zaman itu ini masih awal, melahirkan psikologi-psikologi
yang serba dualistis, manusia itu jasmani dan rohani, bahkan nanti merambah ke dunia-dunia
lain. Nah ini kerjanya otak, Descartes mengilustrasikan ada hubungan antara kerja fisik dengan
kerja akal, mata menangkap objek, mata itu tidak paham, mata itu sama seperti kamera, seperti
hp mu ini kalau hanya sekedar mata, hanya mendeteksi gambar, yang selanjutnya dilakukan mata
adalah mengirimkan gambar ke pusatnya otak, cuma oleh otak, ini otak terbagi dua lapis, ada otak
fisik, ada otak non fisik, jadi mata melalui saraf itu mengirim sinyal ke otak fisik. Otak fisik ini
nanti membawa ke otak non fisik. Jadi dari mata dikirim ke otak, dari otak dikirim ke akal. Nah
akal ini yang menginformasikan, itu apa, responnya harus bagaimana. Misalnya ada cewek cakep
lewat, matamu mengirimkan sinyal ke otak, otak bereaksi “itu cewek cakep” dan responnya
kemudian “suit.. suit…”. Jadi tidak ada dari mata turun ke hati, kalau otaknya tidak jalan.
Problemnya adalah, antara otak fisik dengan non fisik, itu jalurnya bagaimana? Inilah yang tidak
terselesaikan hingga hari ini. Nah, ada temuan di dunia Biologi, yang kemudian dianggap
mungkin oleh Descartes yakni “Pineal Gland” atau “Glandula Pineal” tempatnya di antara,
berfungsi sebagai transmitter otak fisik dan non fisik, itupun hanya asumsi saja karena sampai
detik ini kerja detilnya juga masih susah, jadi ibarat HP ya itu berfungsi sebagai towernya.
Makanya itu jangan sampai rusak, karena kamu tidak akan berfungsi dengan baik. Jadi diawali
dari meragukan, menemukan tiga kepastian, kemudian disimpulkan manusia mempunyai dua
unsur, kuncinya ada dunia rohani dan itu ada transmisinya ke dunia jasmani melalui Pineal
Gland.

6 Logos universal pada Stoikisme

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 8 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

8. Unsur Etik yang ada hubungannya dengan perilaku manusia.

Apa yang dilakukan untuk mengetahui mana yang baik dan yang buruk. Kata Descartes tetap ada
3 yang harus dilakukan yakni: (1) Eksistensi Tuhan artinya dunia tidak hanya berakhir di sini,
masih ada hitung-hitungan lagi, parametermu jangan hanya dunia (2) Kedudukan manusia di
alam semesta, perbuatanmu baik buruk itu coba dicek kamu sebagai apa, posisimu apa (3)
Dualisme tubuh dan jiwa, sadari tubuhmu ada jasmaninya ada rohaninya, pentingnya apa
mengetahui ini? Ya lakukan segala yang bermanfaat baik untuk jasmani maupun rohani, jangan
cuma yang rohani saja, kamu butuh mengurusi yang jasmanimu juga (4) Free will, pastikan kamu
bebas, karena baik atau tidak itu juga ditentukan oleh kebebasanmu. Sebaik apapun perbuatanmu
kalau itu dipaksa oleh orang lain itu nilainya jadi hilang, kejahatan juga begitu, kalau dipaksa ya
kadarnya juga tidak seratus persen, misalnya kamu mencuri kalau tidak kamu saya bunuh, kamu
dihukum, lho kenapa saya dihukum wong saya dipaksa. Perbuatan baik itu, jenisnya apa bisa
ditemukan dengan akal saja. Jadi akalmu telah cukup untuk menemukan kebaikan, berarti apa?
Kalau nalarmu benar, kamu bisa dipandu oleh akalmu untuk menemukan kebaikan.

Caranya bagaimana? Pertama, pastikan bahwa nalarmu lurus, yang kedua memang akal ini butuh bahan
untuk memutuskan, di situ gunanya pengetahuan, butuh tambahan wawasan yang banyak. Jadi, semakin
banyak pengetahuan, semakin tinggi ilmu, semakin orang etis dalam hidupnya 7, karena apa? dia
semakin banyak memiliki pertimbangan, wawasannya luas, dia mengerti mana yang baik mana
yang bukan. Ketiga, kerja akal juga tergantung kondisi mental atau tergantung mood atau situasi batinmu
(hubungkan dengan enam nafsu tadi), itu tadi bisa membuat kerja akal tidak normal. Keempat, kondisi
mental banyak berhubungan dengan kondisi tubuh, fisik, atau yang materi tadi, biasanya enam nafsu tadi
dipengaruhi oleh hal-hal yang materi. Kesimpulannya, kalau ingin hidup secara etis, kita harus
membahasnya secara komplit, ya unsur rohani ya jasmani juga. Apa iya jasmani bisa
mempengaruhi rohani secara etis? Ya bisa, menurut Descartes itu namanya Psikosomatis yakni
penyakit yang munculnya dari pikiran berpengaruh pada tubuh, dan pada saatnya penyakit itu
akan balik dari tubuh ke pikiran. Psikosomatis menunjukkan gejala timbal balik antara situasi jasmani
dan rohani. Misalnya, habis lihat temanmu stroke, kamu jadi fobia, gara-gara pusing sedikit, lantas
kamu merasa sudah mengalami stroke, terus kamu langsung ke spesialis, padahal kamu tidak
kenapa-kenapa, cuma dikasi paramex ya sudah sembuh, tapi kamu merasa sudah stroke, jadi
menyebar ke yang lain, misalnya asam lambungnya naik dan sebagainya. Fisik juga berpengaruh
ke pikiran, kalau kamu sangat lapar, sangat haus, cara berpikirmu juga tidak normal. Kamu itu
kalau sudah habis tehmu dan kehausan, kamu malah lirik-lirik gelas temanmu, jadinya
memperhatikan filsafat ini sudah tidak konsentrasi lagi. Maka, belajarlah mengenai etika,
keputusan mana yang baik dan yang buruk, harus dikaji secara komprehensif dengan empat
unsur tadi. Ini disebut Etika Kartesian, etika yang dirumuskan oleh Descartes (Kartesianisme).

7 Teori Socrates tentang etika

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 9 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

Epilog

1. “It is not enough to have a good mind, the main thing is to use it well”, jangan kuatir, asal
kamu waras ya akalmu sehat, hanya saja akal sehat itu tidak penting, yang penting akalmu
itu kamu gunakan atau tidak. Jadi tidak usah menggembar-gemborkan akal sehat, sudah
kamu pakai atau tidak? Sudah kamu gunakan tidak anugerah dari Tuhan? Kalau hanya
berakal, semua manusia yang sehat itu pasti berakal, tapi tidak semua yang berakal itu,
berpikir, jadi yang penting berpikirnya. Itu seperti alat, kamu punya hp Samsung S10, kamu
bangga-banggakan tapi kamu tidak bisa wa, tidak bisa fb, tidak bisa sms, untuk apa kalau
kamu tidak bisa menggunakan. Nasehat Descartes, harus ada pembedaan antara kepemilikan
dan fungsi.

2. “The greatest minds are capable of the greatest vices as well as the greatest virtues”. Hati-hati
dengan orang pintar karena orang pintar itu bisa melahirkan kejahatan yang paling jahat atau
kebaikan yang paling baik karena akalnya jalan, sehingga bisa digunakan untuk kebaikannya
atau kejahatannya. Kalau kamu punya teman pintar tapi jahat itu hati-hati, carilah teman
yang pintar dan baik. Jadi orang pintar itu, minum tolak angin.

3. “To know what people really think, pay attention to what they do rather than what they say”,
kalau ingin tahu apa yang ada di kepala masyarakat, lihatlah apa yang mereka lakukan,
bukan yang mereka katakan, maka jangan terlalu galau atau baper dengan postingan-
postingan, itu hanya apa yang mereka katakan, bisa jadi sebaliknya. Ada yang IG, FB
ganasnya luar biasa, tapi saat ketemu, kupernya luar bisa, kamu tidak nyangka dan heran,
maka tidak bisa kamu menyimpukan apa yang ada di pikiran masyarakat dengan apa yang
mereka katakan. Apalagi dengan keadaan masyarakat kita saat ini yang doyan basa-basi.
Basa-basi itu dulu beda dengan yang sekarang ini. Alah ini daripada group ini sepi mending
bikin postingan yang lucu atau hoaks biar ramai, itu khan basa-basi, khan ada yang begitu.
Jangan baper dengan apa yang mereka katakan, tapi lebih perhatikanlah apa yang mereka
lakukan.

4. “Just keep pushing, I made every mistake that could be made, but I just kept pushing”, ayo
maju terus, walau kadang-kadang membuat kesalahan, karena kalau salah lantas berhenti ya
dunia ini tidak bakalan maju-maju, justru dengan salah kamu tahu bahwa ada yang keliru
terus diperbaiki, dengan kegagalan itu kamu belajar banyak. Kalau manusia itu terhalang
oleh kegagalan, pasti tidak ada yang sukses, tanya saja orang sukses itu, pasti dia jungkir
balik dulu. Keliru, salah, gagal, itu biasa, tetap maju.

5. Trik biar tidak tersakiti saat kamu menghadapi kritik atau musuh, “Whenever anyone has
offended me, I try to raise my soul so high that offense cannot reach it”, kalau ada yang
menyerangku, aku akan naik setinggi mungkin sehingga dia tidak dapat menjangkauku.
Naiklah setinggi mungkin, karena orang tidak dapat lagi menyerangmu, karena dia masih di
bawah kamu sudah di atas. Kalau dia mau menyerangmu, dia harus loncat karena kamu
sudah sangat tinggi, tapi kalau kamu diam saja atau melawan sekarang berarti levelmu masih
di bawah, maka naiklah setinggi mungkin, tidak usah konflik, tidak usah gegeran, nanti yang
menyerangmu akan sadar bahwa seharusnya dia tidak menyerangmu. Jangan putus asa,
jangan marah, jangan berkonflik hanya karena dikritik atau diserang orang, kalau kamu

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 10 dari 11


Ngopi di Kelas Filsafat
Filsafat Rasionalisme

merasa benar, jalan terus sampai setinggi mungkin, sampai tidak mungkin lagi orang
menyerangmu. Descartes juga banyak dikritik, banyak diserang, bahkan dia
menyembunyikan beberapa karyanya karena dia takut dieksekusi, tapi pada akhirnya orang
tahu harga dari karya besar Descartes, yang menyerang sudah tidak mampu lagi menyerang
karena kehabisan amunisi.

6. “Any community that get its laugh by pretending to be idiot will eventually be flooded by
actual idiot who mistakenly believe that they’re in good company” masyarakat manapun
yang iseng mengisi waktu dengan pura-pura bodoh, pura-pura tidak tahu kalau itu salah,
maka pada akhirnya akan lahir banyak idiot sungguhan. Hari ini kita banyak pura-pura tidak
pintar, tidak cerdas, dengan kepentingan macam-macam, tapi ingatlah kalau kita terlalu
banyak akting jadi orang bodoh akhirnya kita akan kebanjiran orang bodoh sungguhan. Ini
merupakan hasil produksi kepura-puraanmu tadi, kalau kamu menyebar berita bohong dan
banyak orang yang percaya dengan kebohongan itu, maka akan banyak orang yang bertindak
atas dasar kebohongan itu dan dia merasa itu benar. Jadi kalau kamu pura-pura idiot, bergaya
seperti orang bodoh, tapi kamu terjang saja untuk kepentinganmu, pada suatu saat akan
kebanjiran orang bodoh sungguhan di tengah kita dan mereka merasa itu benar, dan andil
kita sangat besar karena melahirkan orang-orang seperti ini. Kalau kamu hanya mencari
jempol, mencari like dengan hal-hal sepele yang merusak, hati-hati suatu saat kita akan
kebanjiran hal-hal sepele yang merusak yang dianggap penting, dianggap benar. Jadi ini
nasehat dari abad ke-16 dari Descartes.

7. “We do not describe the world we see, we see the world we can describe” dunia itu yang
mengkonstruksi kita, bencana ya bencana, gunung meletus ya gunung meletus, namun
maknanya apa ya itu kita yang membunyikan. Pilpres ya pilpres, tapi maknanya apa kita
yang menentukan, simpelnya ya yang menang yang akan menjadi presiden, tapi maknanya
apa itu hanya kita yang menentukan sesuai kacamata yang kita pakai. Mungkin kalau calon
kita itu kalah, ya inilah pemilu rusak, pemilu curang, tapi kalau calon kita yang menang ya
inilah baru ada pemilu yang adil dan sebenar-benarnya. Realitas itu dibunyikan di kepala
masing-masing. Kata Descartes ujilah, jangan ditelan mentah-mentah dari pihak manapun.

8. “An optimist is a person who sees a green light everywhere, while a pessimist sees only the
red stoplight”8. Seorang optimis itu bisa melihat cahaya sekalipun tidak ada cahaya, namun
orang pesimis akan selalu berusaha memadamkan cahaya. Jadilah orang optimis, apapun
keadaannya daripada kamu sumpek dan pesimis, padahal mungkin masih ada harapan9.

9. “It is easy to hate and it is difficult to love. This is how the whole scheme works”10 membenci
itu mudah, mencintai itu sulit, seperti inilah semua skenario itu berjalan. Segala yang baik itu
susah diraih, dan segala yang jelek itu mudah diraih. Kalau bikin berita bohong itu gampang,
tapi kalau klarifikasi itu susah, ya kamu mau tapi lha gimana klarifikasinya? Nah itu susah.
Maka sangat mudah menghancurkan peradaban dengan membenci. Perhatikan rumus ini,
hati-hati dengan skema membenci, kamu cari relevansinya dengan hidupmu sendiri-sendiri.

8 Hubungkan dengan kutipan Albert Schweitzer


9 Hubungkan dengan Philosophy of Hope
10 Kutipan dari ajaran Konfusius

Kisno_Filsafat Rasionalisme_Ngopi di Kelas Filsafat Halaman 11 dari 11

Anda mungkin juga menyukai