yang lari dari kehidupan, mereka kira mereka berpikir sesuai kenyataan, ternyata pikirannya hanyalah sebuah harapan, mereka kira mereka sedang mengatakan sesuatu, ternyata dia telah ditipu oleh kehidupan yang sesungguhnya, mereka kira bahwa mereka memiliki gagasan, ternyata hanya sebuah perasaan, mereka kira bahwa mereka memahami segalanya, ternyata hanyalah pundi-pundi kekosongan. Orang yang dangkal itu berbicara secara semerawut, mereka begitu ceroboh dalam menarik kesimpulan dan berbicara kepada orang lain tentang hal yang mereka ketahui, mereka komen seenaknya, tanpa terlebih dahulu membaca dan menafsirkan sesuatu dengan kenyataan. Orang yang dangkal merasa dirinya tidak pernah dangkal, mereka kira mereka memahami banyak hal di dalam hidup ini, dan ternyata itu semua tipuan, karena orang yang dangkal itu sering menipu dirinya sendiri dengan mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ia tahu, bahkan tahu banyak. Namun pada kenyataannya dia terbuai dan tertipu oleh dirinya sendiri. Pertamanya niat menipu orang lain dengan omong kosongnya, terakhirnya malah tertipu sendiri. Orang yang dangkal itu pengecut, mereka lari dari fakta yang sejati, dan menggendong-gendong kepalsuan di dalam dirinya, mereka kira ilmu pengetahuan yang begitu luas, wawasan logika yang tidak ada habisnya, dan segala hal mengenai Tuhan, hanyalah sebatas otak (jika punya) di dalam kepalanya saja. Orang yang dangkal banyak berbicara tetapi sedikit berpikir, lebih tidak pernah lagi mengevaluasi dirinya, kedangkalan jenis ini adalah kedangkalan pada umumnya, ada juga orang yang dangkal dan tidak banyak bicara, itu namanya takut ketahuan kedangkalannya, tetapi orang yang dangkal tidak berbicara, dari lirik mukanya dan perilakunya pun sudah tertangkap bahwa dia adalah dangkal. Orang yang dangkal itu sama sekali tidak menghargai kehidupan, mereka hanya melihat dirinya sendiri, orang yang dangkal itu pusatnya diri sendiri, tidak heran, ratusan tahun dia telah belajar pengetahuan dan sikapnya tidak pernah berubah, karena mereka selalu merasa diri mereka adalah kebenarannya, diri mereka tidak perlu berubah lagi seperti Tuhan (bahkan Tuhan pun bisa merespon, seperti "berubah"), karena orang yang dangkal meresa bahwa dia adalah perubahan itu sendiri, maka dia tidak perlu berubah. Orang dangkal itu pikirannya selalu antitesis, kalau orang lain bicara A, dia akan sebut B, besoknya orang lain sebut C dia akan sebut A, dan begitu seterusnya, orang yang dangkal hanyalah orang yang cari-cari perkara, karena apa? Ya karena sejatinya dia dangkal, dia adalah kedangkalan itu sendiri. Orang yang dangkal itu tidak punya pola di dalam hidupnya, mereka dapat mengatakan apa saja, dan memikirkan apa saja dari waktu ke waktu tanpa pernah ada konsep yang dia pegang, apalagi konsep yang dia percayai, lebih lagi konsep yang dia lakukan. Orang dangkal adalah orang yang akan menghujat orang lain, sebelum dirinya dihujat, itulah orang dangkal, sebab hanya hal inilah yang dia punyai, yaitu sebuah teriakan hujatan, sebuah ujaran kebencian, tanpa gagasan, hanya itu yang mereka punyai, lebih tepatnya begitu benar hanya itu yang mereka bisa lakukan. Orang dangkal mengajak teman-teman yang lainnya untuk terjun di dalam kedangkalannya, mereka pikir seperti kata sebuah pepata, kalau mereka menjadi segerombolan orang dangkal, mereka dapat mengalahkan satu orang einstein, tetapi pada kenyataannya tidak mungkin, segerombolan orang dangkal tidak akan menjadi apa-apa selain hanya menambah panjang, lebar, dan tingginya sebuah kedangkalan. Orang dangkal itu mengira bahwa mereka ada, mereka eksis di dalam dunia ini dengan kedangkalannya, tetapi mereka sebenarnya hanyalah orang-orang yang tidak pernah hidup di dalam dunia ini, karena mereka tidak pernah mencoba meresponi orang lain, selain dari kedangkalannya. Orang dangkal mengira semua tipuan kedangkalannya akan tertutup rapi, dan tidak mungkin terbongkar, tetapi jelas saja akan terbongkar, sebab yang menaruh rahasia adalah si dangkal. Orang yang dangkal cepat selesai dengan sesuatu, mereka cepat sekali berpindah, hari ini A, besok B, besok lagi C, dan mereka tidak menyangka bahwa mereka sedang rugi, tetapi sebaliknya mereka kira mereka banyak sekali pengetahuan, karena pembicaraan mereka selalu berubah setiap waktu, dengan hal itu mereka membanggakan diri bahwa diri mereka adalah orang yang terus bertumbuh. Orang yang dangkal itu menghina ortodoksi, fundamentalis, dan rumah-rumah lainnya sebagai wadah seseorang berpikir, dan sebaliknya mereka memilih menjadi yatim piatu di dalam berpikirnya, mereka akan katakan bahwa semua orang yang mengikuti orang lain sebelum dia adalah orang-orang yang tidak berani mengambil langkah, tetapi dengan jalan itu si dangkal ini mengambil tindakkan yang begitu ceroboh bahwa dengan berharap dia pasti selalu benar. Orang yang dangkal adalah orang yang begitu berani mengkritik orang lain (bahkan tanpa mikir, kadang tanpa sopan santun), tetapi sangat begitu terdiam dan pura-pura tidak tahu kalau dirinya sedang dikritik, lagi pula orang-orang ini sulit juga dikritik, sebab mereka tidak buat apa-apa selain mengkritik orang lain, maka terhadap orang-orang seperti ini yang perlu kita kritik adalah cara kritik dia dan kritikannya, tidak perlu mencari-cari karya dia, sebab dia juga tidak akan punya, kalau pun ada, yang ada ialah karya kritikannya. Orang yang dangkal menganggap kritikan itu suatu hal yang tidak boleh, tetapi sekaligus dengan segera dia mengkritik orang yang sedang mengkritik, ini adalah logika ganda yang betul-betul gila, orang-orang seperti ini hanyalah orang-orang yang memiliki cermin terhadap orang lain, tetapi begitu buram cerminnya terhadap dirinya sendiri. Dalam bahasa gamer yang toxic, orang seperti inilah adalah orang-orang yang menjadi binatang saja tidak jelas. Orang yang dangkal, merekalah orang-orang yang dangkal seperti yang tertulis, mungkin di dalamnya bisa kamu dan saya, si dangkal yang tidak tahu diri, dan berpura-pura memiliki kehidupan, padahal hanya seseorang yang terus berlari dari kehidupan ini, kepada sebuah kedangkalan. Menjajaki Kehidupan
Menjajaki kehidupan artinya kita punya
cara hidup yang dianugerahkan oleh Allah, untuk terus berani bertumbuh, dan juga dapat berpegang kepada titik tumpuh. Menjajaki kehidupan berarti kita menambahi pundi-pundi kehidupan, dari sebuah haraparan kenyataan akan hidup ini. Menjajaki kehidupan artinya kamu dan saya boleh mengatakan sesuatu, dan boleh menariknya kembali, dan bertumbuh dengannya, itu artinya kita boleh punya sesuatu, kita bukan orang asing, tetapi kita juga boleh melepaskan sesuatu, karena kita bukanlah diktator, melainkan orang-orang yang dikasihi oleh Allah, bahkan di dalam sebuah kesalahan yang kita perbuat. Menjajaki kehidupan artinya kita perlu baca orang lain secara tepat, seperti sebelumnya kita telah dibaca oleh Tuhan secara tepat, dan juga menafsirkan diri dan Tuhan secara tepat pula. Menjajaki kehidupan adalah menarik kenyataan kepada sebuah harapan, bukan harapan yang kosong tanpa makna, dan juga bukan harapan yang terlalu sederhana, dan tanpa Tuhan pun bisa dilakukan, tetapi sebuah harapan yang begitu bisa diraih dan terberikan oleh tangan Tuhan. Menjajaki kehidupan artinya tahu mana hal yang dapat ditempuh, dan mana yang adalah sebuah spekulasi diri untuk terlihat keren dan menawan, padahal bodoh. Menjajaki diri adalah jujur terhadap diri, jujur terhadap dinamika kehidupan yang kian kemari, aku bisa saja jatuh di dalam sebuah kedangkalan kehidupan yang melanda dan selalu menggoda. Menjajaki kehidupan dapat berarti melepas sebuah kehidupan yang penuh jebakan, berlari kepada sebuah tarikan untuk mengatakan bisa pada diri, berpikir realistis (biblis) ketimbang optimis atau pun pesimis. Menjajaki kehidupan artinya membagi sebuah gagasan menjadi sebuah kenyataan kehidupan, membagi sebuah harapan menjadi sebuah jalan keluar, membagi sebuah masalah menjadi sebuah tegangan kehidupan. Menjajaki kehidupan mungkin seperti melepas seluruh kehidupan dan berpegang seperti orang “bodoh”, (di dalam bahasan Immanuel Kant) kepada Dia Yang Dapat Diandalkan. Sang pemilik kehidupan ini. Ya, inilah orang-orang yang akan Menjajaki kehidupan, mungkin orangnya bukan saya dan kamu, tetapi kiranya di dalam anugerah Allah, kita boleh Menjajaki kehidupan ini, dan berlari dari segala kepengecutan kehidupan yang dangkal, kehidupan yang terkutuk atau layak dikutuk oleh orang-orang yang terkutuk.