Anda di halaman 1dari 15

Melampaui Kedangkalan Menjajaki

Kehidupan

Orang yang dangkal itu adalah orang


yang lari dari kehidupan, mereka kira mereka
berpikir sesuai kenyataan, ternyata pikirannya
hanyalah sebuah harapan, mereka kira mereka
sedang mengatakan sesuatu, ternyata dia telah
ditipu oleh kehidupan yang sesungguhnya,
mereka kira bahwa mereka memiliki gagasan,
ternyata hanya sebuah perasaan, mereka kira
bahwa mereka memahami segalanya, ternyata
hanyalah pundi-pundi kekosongan.
Orang yang dangkal itu berbicara secara
semerawut, mereka begitu ceroboh dalam
menarik kesimpulan dan berbicara kepada
orang lain tentang hal yang mereka ketahui,
mereka komen seenaknya, tanpa terlebih
dahulu membaca dan menafsirkan sesuatu
dengan kenyataan.
Orang yang dangkal merasa dirinya tidak
pernah dangkal, mereka kira mereka
memahami banyak hal di dalam hidup ini, dan
ternyata itu semua tipuan, karena orang yang
dangkal itu sering menipu dirinya sendiri
dengan mengatakan kepada dirinya sendiri
bahwa ia tahu, bahkan tahu banyak. Namun
pada kenyataannya dia terbuai dan tertipu
oleh dirinya sendiri. Pertamanya niat menipu
orang lain dengan omong kosongnya,
terakhirnya malah tertipu sendiri.
Orang yang dangkal itu pengecut, mereka
lari dari fakta yang sejati, dan
menggendong-gendong kepalsuan di dalam
dirinya, mereka kira ilmu pengetahuan yang
begitu luas, wawasan logika yang tidak ada
habisnya, dan segala hal mengenai Tuhan,
hanyalah sebatas otak (jika punya) di dalam
kepalanya saja.
Orang yang dangkal banyak berbicara
tetapi sedikit berpikir, lebih tidak pernah lagi
mengevaluasi dirinya, kedangkalan jenis ini
adalah kedangkalan pada umumnya, ada juga
orang yang dangkal dan tidak banyak bicara,
itu namanya takut ketahuan kedangkalannya,
tetapi orang yang dangkal tidak berbicara,
dari lirik mukanya dan perilakunya pun sudah
tertangkap bahwa dia adalah dangkal.
Orang yang dangkal itu sama sekali tidak
menghargai kehidupan, mereka hanya melihat
dirinya sendiri, orang yang dangkal itu
pusatnya diri sendiri, tidak heran, ratusan
tahun dia telah belajar pengetahuan dan
sikapnya tidak pernah berubah, karena
mereka selalu merasa diri mereka adalah
kebenarannya, diri mereka tidak perlu
berubah lagi seperti Tuhan (bahkan Tuhan
pun bisa merespon, seperti "berubah"), karena
orang yang dangkal meresa bahwa dia adalah
perubahan itu sendiri, maka dia tidak perlu
berubah.
Orang dangkal itu pikirannya selalu
antitesis, kalau orang lain bicara A, dia akan
sebut B, besoknya orang lain sebut C dia akan
sebut A, dan begitu seterusnya, orang yang
dangkal hanyalah orang yang cari-cari
perkara, karena apa? Ya karena sejatinya dia
dangkal, dia adalah kedangkalan itu sendiri.
Orang yang dangkal itu tidak punya pola
di dalam hidupnya, mereka dapat mengatakan
apa saja, dan memikirkan apa saja dari waktu
ke waktu tanpa pernah ada konsep yang dia
pegang, apalagi konsep yang dia percayai,
lebih lagi konsep yang dia lakukan.
Orang dangkal adalah orang yang akan
menghujat orang lain, sebelum dirinya dihujat,
itulah orang dangkal, sebab hanya hal inilah
yang dia punyai, yaitu sebuah teriakan
hujatan, sebuah ujaran kebencian, tanpa
gagasan, hanya itu yang mereka punyai, lebih
tepatnya begitu benar hanya itu yang mereka
bisa lakukan.
Orang dangkal mengajak teman-teman
yang lainnya untuk terjun di dalam
kedangkalannya, mereka pikir seperti kata
sebuah pepata, kalau mereka menjadi
segerombolan orang dangkal, mereka dapat
mengalahkan satu orang einstein, tetapi pada
kenyataannya tidak mungkin, segerombolan
orang dangkal tidak akan menjadi apa-apa
selain hanya menambah panjang, lebar, dan
tingginya sebuah kedangkalan.
Orang dangkal itu mengira bahwa mereka
ada, mereka eksis di dalam dunia ini dengan
kedangkalannya, tetapi mereka sebenarnya
hanyalah orang-orang yang tidak pernah
hidup di dalam dunia ini, karena mereka tidak
pernah mencoba meresponi orang lain, selain
dari kedangkalannya.
Orang dangkal mengira semua tipuan
kedangkalannya akan tertutup rapi, dan tidak
mungkin terbongkar, tetapi jelas saja akan
terbongkar, sebab yang menaruh rahasia
adalah si dangkal.
Orang yang dangkal cepat selesai dengan
sesuatu, mereka cepat sekali berpindah, hari
ini A, besok B, besok lagi C, dan mereka
tidak menyangka bahwa mereka sedang rugi,
tetapi sebaliknya mereka kira mereka banyak
sekali pengetahuan, karena pembicaraan
mereka selalu berubah setiap waktu, dengan
hal itu mereka membanggakan diri bahwa diri
mereka adalah orang yang terus bertumbuh.
Orang yang dangkal itu menghina
ortodoksi, fundamentalis, dan rumah-rumah
lainnya sebagai wadah seseorang berpikir,
dan sebaliknya mereka memilih menjadi
yatim piatu di dalam berpikirnya, mereka
akan katakan bahwa semua orang yang
mengikuti orang lain sebelum dia adalah
orang-orang yang tidak berani mengambil
langkah, tetapi dengan jalan itu si dangkal ini
mengambil tindakkan yang begitu ceroboh
bahwa dengan berharap dia pasti selalu benar.
Orang yang dangkal adalah orang yang
begitu berani mengkritik orang lain (bahkan
tanpa mikir, kadang tanpa sopan santun),
tetapi sangat begitu terdiam dan pura-pura
tidak tahu kalau dirinya sedang dikritik, lagi
pula orang-orang ini sulit juga dikritik, sebab
mereka tidak buat apa-apa selain mengkritik
orang lain, maka terhadap orang-orang seperti
ini yang perlu kita kritik adalah cara kritik dia
dan kritikannya, tidak perlu mencari-cari
karya dia, sebab dia juga tidak akan punya,
kalau pun ada, yang ada ialah karya
kritikannya.
Orang yang dangkal menganggap
kritikan itu suatu hal yang tidak boleh, tetapi
sekaligus dengan segera dia mengkritik orang
yang sedang mengkritik, ini adalah logika
ganda yang betul-betul gila, orang-orang
seperti ini hanyalah orang-orang yang
memiliki cermin terhadap orang lain, tetapi
begitu buram cerminnya terhadap dirinya
sendiri. Dalam bahasa gamer yang toxic,
orang seperti inilah adalah orang-orang yang
menjadi binatang saja tidak jelas.
Orang yang dangkal, merekalah
orang-orang yang dangkal seperti yang
tertulis, mungkin di dalamnya bisa kamu dan
saya, si dangkal yang tidak tahu diri, dan
berpura-pura memiliki kehidupan, padahal
hanya seseorang yang terus berlari dari
kehidupan ini, kepada sebuah kedangkalan.
Menjajaki Kehidupan

Menjajaki kehidupan artinya kita punya


cara hidup yang dianugerahkan oleh Allah,
untuk terus berani bertumbuh, dan juga dapat
berpegang kepada titik tumpuh.
Menjajaki kehidupan berarti kita
menambahi pundi-pundi kehidupan, dari
sebuah haraparan kenyataan akan hidup ini.
Menjajaki kehidupan artinya kamu dan
saya boleh mengatakan sesuatu, dan boleh
menariknya kembali, dan bertumbuh
dengannya, itu artinya kita boleh punya
sesuatu, kita bukan orang asing, tetapi kita
juga boleh melepaskan sesuatu, karena kita
bukanlah diktator, melainkan orang-orang
yang dikasihi oleh Allah, bahkan di dalam
sebuah kesalahan yang kita perbuat.
Menjajaki kehidupan artinya kita perlu
baca orang lain secara tepat, seperti
sebelumnya kita telah dibaca oleh Tuhan
secara tepat, dan juga menafsirkan diri dan
Tuhan secara tepat pula.
Menjajaki kehidupan adalah menarik
kenyataan kepada sebuah harapan, bukan
harapan yang kosong tanpa makna, dan juga
bukan harapan yang terlalu sederhana, dan
tanpa Tuhan pun bisa dilakukan, tetapi sebuah
harapan yang begitu bisa diraih dan terberikan
oleh tangan Tuhan.
Menjajaki kehidupan artinya tahu mana
hal yang dapat ditempuh, dan mana yang
adalah sebuah spekulasi diri untuk terlihat
keren dan menawan, padahal bodoh.
Menjajaki diri adalah jujur terhadap diri,
jujur terhadap dinamika kehidupan yang kian
kemari, aku bisa saja jatuh di dalam sebuah
kedangkalan kehidupan yang melanda dan
selalu menggoda.
Menjajaki kehidupan dapat berarti
melepas sebuah kehidupan yang penuh
jebakan, berlari kepada sebuah tarikan untuk
mengatakan bisa pada diri, berpikir realistis
(biblis) ketimbang optimis atau pun pesimis.
Menjajaki kehidupan artinya membagi
sebuah gagasan menjadi sebuah kenyataan
kehidupan, membagi sebuah harapan menjadi
sebuah jalan keluar, membagi sebuah masalah
menjadi sebuah tegangan kehidupan.
Menjajaki kehidupan mungkin seperti
melepas seluruh kehidupan dan berpegang
seperti orang “bodoh”, (di dalam bahasan
Immanuel Kant) kepada Dia Yang Dapat
Diandalkan. Sang pemilik kehidupan ini.
Ya, inilah orang-orang yang akan
Menjajaki kehidupan, mungkin orangnya
bukan saya dan kamu, tetapi kiranya di dalam
anugerah Allah, kita boleh Menjajaki
kehidupan ini, dan berlari dari segala
kepengecutan kehidupan yang dangkal,
kehidupan yang terkutuk atau layak dikutuk
oleh orang-orang yang terkutuk.

Anda mungkin juga menyukai