Jalan ini
membentang sepanjang 80 km: mulai dari Padang Bulan, Medan, sampai ke
Kabanjahe, ibukota Tanah Karo. Walaupun lebarnya tak sebesar Jalan Jenderal
Gatot Subroto di Jakarta, barangkali itulah jalan terpanjang di Indonesia.
Namanya merujuk sosok pejuang asal Karo, Djamin Gintings.
“Djamin Gintings inilah yang diakui dan dielu-elukan warga Karo sebagai
bapaknya orang Karo," tutur Derom Bangun, pengusaha sawit terkemuka yang
juga putra Karo dalam Derom Bangun: Memoar “Duta Besar” Sawit Indonesia.
“Ketika dia meninggal dunia, banyak warga Karo sedih, seakan kehilangan
ayahnya sendiri,” kenang Derom Bangun.
Komandan Gerilya
Nama lengkapnya Djamin Ginting Suka. Lahir di Desa Suka, Tanah Karo, 12
Januari 1921. Berayahkan Lantak Ginting Suka, seorang penghulu desa,
memungkinkan Djamin mengenyam pendidikan Belanda di masa kolonial. Di
kemudian hari, Djamin lebih suka menyingkat namanya: Djamin Gintings.
“Di kota kecil inilah Djamin mendidik anak-anak muda asal Gayo untuk dijadikan
prajurit tanah air ala Jepang. Kelak kemudian banyak dari anak-anak muda itu
menjadi prajurit perjuang RI,” tulis Robert Parangin-Angin dalam Djamin
Gintings: Maha Putra Utama RI.
Selepas pendudukan Jepang, Djamin menjadi komandan batalion TKR di
Kabanjahe. Djamin terlibat di banyak palagan ketika memegang wilayah perang
di Tanah Karo, Langkat, Deli Serdang, dan Aceh Tengah selaku komandan
Resimen I Divisi X. Di wilayah ini, kerap terjadi kontak senjata dengan pasukan
Belanda di tengah hutan dan dalam situasi mengungsi. Dalam buku hariannya,
Djamin setidaknya mencatat dua pertempuran terpenting.
Pertempuran Titi Bambu terjadi pada 21 Agustus 1947 tatkala pasukan Kompi
Markas Resimen I yang hendak menyebrang Sungai Wampu dibantai tentara
Belanda. Pertempuran lain terjadi di Bukit Mardinding pada 28 Desember 1948.
Dalam pertempuran Mardinding, Djamin menginstruksikan pasukan dari Batalion
XV untuk menyerang basis Belanda dengan taktik gerilya. Tujuh orang
pasukannya gugur, termasuk komandan Kompi Seksi II Letnan Kadir Saragih. Di
pihak Belanda, delapan orang tewas berikut dua orang tawanan. Atas prakarsa
Djamin, untuk mengenang pertempuran berdarah itu, nama Bukit Mardinding
kemudian diganti menjadi Bukit Kadir.
Menjadi Panglima
Pergumulan batin meliputi diri Djamin ketika gerakan PRRI menyatakan
perlawanan kepada pemerintah pusat. Saat itu, Divisi Bukit Barisan dipimpin oleh
Kolonel Maludin Simbolon sedangkan Djamin menjadi kepala stafnya. Hampir
sebagian besar perwira daerah bergolak mendukung PRRI.
Djamin Gintings, menurut Tengku Nurdin, perwira Bukit Barisan yang ketika itu
menjadi atase militer di Singapura, semula seturut dengan Simbolon. Namun di
tengah jalan, Djamin kemudian berbalik arah. Dalam biografinya, Nurdin
mengakui keterkejutannya atas perubahan sikap Djamin.
“Secara pribadi, dialah yang mengajak saya untuk mendukung PRRI. Dialah
yang terlebih dahulu memberi dukungan. Kami anak buah yang loyal tunduk
pada putusannya,” ujar Tengku Nurdin kepada penulis Izharry Agusjaya Moenzir
dalam Bara Juang Nyala di Dada.
“Ia orang yang terus terang dan baik hati. Dua sifat ini kompensasi efektif untuk
kekurangan intelek,” kata Sayidiman. “Tapi Djamin loyal kepada Sukarno. Dan
karena kurang intelek, kurang tegas tolak Nasakom.”
Karier Djamin mulai meredup memasuki era Orde Baru dalam kepemimpinan
Soeharto. Sebagaimana diungkapkan Sayidiman, di zaman Soeharto, Djamin
Ginting kurang disukai. Djamin bukan orang yang mudah turut dalam grup
Soeharto. Sebab itu, posisinya di Staf Umum AD digantikan oleh Soemitro.
Setelah itu, Djamin sempat bergiat di bidang politik dalam Golongan Karya dan
sebagai anggota DPR.
Tak lama di Kanada, pada 23 Oktober 1974, Djamin Gintings tutup usia dalam
usia 53 tahun. Harian Kompas, 24 Oktober 1974 memberitakan Djamin
meninggal pada hari Rabu sore pukul 15.30 waktu Kanada setelah menderita
penyakit darah tinggi. Dari Ottawa jasad Djamin diberangkatkan ke Jakarta untuk
kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada 2014,
Presiden Joko Widodo mengangugerahi gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
Djamin Ginting
Baca dalam bahasa lain
Unduh
Pantau
Sunting
Ini adalah nama Batak Karo, marganya adalah Ginting
Dinas militer
Pihak Kekaisaran
Jepang (1943—1945)
Indonesia (1945
—1968)
Dinas/cabang
TNI Angkatan Darat
Pangkat
Letnan Jenderal TNI
Daftar isi
Kehidupan awalSunting
Djamin Ginting dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Setelah
menamatkan pendidikan sekolah menengah dia bergabung dengan satuan militer yang
diorganisir oleh opsir-opsir Jepang. Pemerintah Jepang membangun kesatuan tentara yang terdiri
dari anak-anak muda di Taneh Karo guna menambah pasukan Jepang untuk mempertahankan
kekuasaan mereka di benua Asia. Djamin Ginting muncul sebagai seorang komandan pada
pasukan bentukan Jepang itu.
Karier kemiliteranSunting
Memimpin pasukan setelah kekalahan JepangSunting
Rencana Jepang untuk memanfaatkan putra-putra Karo memperkuat pasukan Jepang kandas
setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II. Jepang menelantarkan daerah
kekuasaan mereka di Asia dan kembali pulang ke Jepang. Sebagai seorang komandan, Djamin
Ginting bergerak cepat untuk mengkonsolidasi pasukannya. Dia bercita cita untuk membangun
satuan tentara di Sumatra Utara. Dia menyakinkan anggotanya untuk tidak kembali pulang ke
desa masing masing. Ia memohon kesediaan mereka untuk membela dan melindungi rakyat Karo
dari setiap kekuatan yang hendak menguasai daerah Sumatra Utara. Situasi politik ketika itu
tidak menentu. Pasukan Belanda dan Inggris masih berkeinginan untuk menguasai
daerah Sumatra.
Pionir pejuangSunting
Dikemudian hari anggota pasukan Djamin Gintings ini akan mucul sebagai pionir-pionir pejuang
Sumatra bagian Utara dan Karo. Kapten Bangsi Sembiring, Kapten Selamat Ginting,
Kapten Mumah Purba, Mayor Rim Rim Ginting, Kapten Selamet Ketaren, dan lain lain adalah
cikal bakal Kodam II/Bukit Barisan yang kita kenal sekarang ini. Ketika Letkol. Djamin Gintings
menjadi wakil komandan Kodam II/Bukit Barisan, dia berselisih paham dengan Kolonel
M. Simbolon yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Kodam II/Bukit Barisan. Djamin
Ginting tidak sepaham dengan tidakan Kolonel M.Simbolon untuk menuntut keadilan dari
pemerintah pusat melalui kekuatan bersenjata. Perselisihan mereka ketika itu sangat dipengaruhi
oleh situasi politik dan ekonomi yang melanda Indonesia. Disatu
pihak, Simbolon merasa Sumatra dianak-tirikan oleh pemerintah pusat dalam bidang ekonomi.
Dilain pihak, Ginting sebagai seorang tentara profesianal memegang teguh asas seorang prajurit
untuk membela negara Indonesia.
Operasi Bukit BarisanSunting
Dalam rangka menghadapi gerakan pemberontakan Nainggolan di Medan (Sumatra Utara) maka
Panglima TT I, Letkol Inf Djamin Ginting melancarkan Operasi Bukit Barisan. Operasi ini
dilancarkan pada tanggal 7 April 1958. Dengan dilancarkannya operasi Bukit Barisan II ini,
maka pasukan Nainggolan dan Sinta Pohan terdesak dan mundur ke daerah Tapanuli.[2]
Mengakhiri karierSunting
Dipenghujung masa baktinya, Djamin Ginting mewakili Indonesia sebagai seorang Duta
Besar untuk Kanada. Di Kanada ini pulalah Djamin Ginting, mengakhiri hayatnya.
Jabatan yang pernah didudukiSunting
Kepala Staf Kodam II/Bukit Barisan[3]
Assisten Dua Bagian Perang di TNI[3]
Panglima TT I Bukit Barisan.[2]
Panglima Sumatra Utara.[4]
Dengan pangkat Mayor Jenderal, menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Front Nasional,
di Kabinet Dwikora Revisi Kedua.[5]
Penggerak dari pembentukan GAKARI yang nantinya akan membentuk GOLKAR.[6]
KeluargaSunting
Djamin Ginting meninggalkan 5 orang anak. Salah satunya seorang putri bernama Rimenda br
Ginting, SH, yang sekarang menjabat sebagai ketua umum Himpunan Masyarakat Karo
Indonesia.[7]
Karya TulisSunting
Semasa hidupnya, Djamin Gintings menulis beberapa buku. Satu di antaranya "Bukit Kadir"
mengisahkan perjuangannya di daerah Karo sampai ke perbatasan Aceh melawan Hindia
Belanda. Seorang anggotanya, Kadir, gugur disebuah perbukitan di Tanah Karo dalam suatu
pertempuran yang sengit dengan pasukan Belanda. Bukit itu sekarang dikenal dengan
nama Bukit Kadir.
ReferensiSunting
1. ^ Artikel:"Ini Kiprah 4 Pahlawan Nasional yang Baru Dinobatkan Tahun Ini" di
detik.com
2. ^ a b http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1783&page=2
3. ^ a b "Kreasi". archive.org. 20 Oktober 2002. Diakses tanggal 1 Maret 2017.
4. ^ http://www.kodam-ii-sriwijaya.mil.id/info/57/
5. ^ http://indahnesia.com/cabinet/26/second_revised_dwikora_cabinet.php
6. ^ "Republika Online". republika.co.id. Diakses tanggal 1 Maret 2017.
7. ^ http://www.hariansib.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=7359&Itemid=9
Kebijakan privasi
Ketentuan Penggunaan
Tampilan PC