Anda di halaman 1dari 3

IBANATUL AHKAM

HADITS KE 15

Orang yang minum dengan menggunakan bejana atau wadah dari emas atau perak berhak
untuk menerima azab dari Allah (s.w.t) karena dia telah melanggar perintah syariat. Kelak di
hari kiamat dia akan menelan api neraka Jahanam ke dalam perutnya. Dari hadits ini dapat
disimpulkan bahwa Haram minum dengan menggunakan bejana / wadah yang terbuat dari
emas/perak bagi kaum lelaki dan wanita, dan dijelaskan pula siksaan pada hari kiamat bagi
orang yang melanggarnya.

HADITS KE 16

Rasulullah SAW memberitahu bahwa kulit bangkai itu najis karena masih ada sisa-sisa
darah kental yang melekat padanya. Ia mengandung mikroba-mikroba yang telah dibuktikan
oleh ilmu pengobatan modern tentang bahayanya. Nabi memberitahu untuk menyucikan
kulit tersebut ialah dengan cara menyamaknya. Dengan cara ini maka hilanglah lendir-lendir
najis yang terdapat pada pori-pori kulit itu. tetapi kulit anjing dan kulit babi tidak dapat
disucikan.

Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa Samak merupakan cara yang paling baik untuk
menghilangkan lendir najis yang ada pada pori-pori kulit. Oleh itu, cara ini merupakan sarana
untuk membuat kulit menjadi suci, dan samak dapat menyucikan semua kulit bangkai bagian
luar maupun bagian dalam, kecuali kulit anjing dan kulit babi serta kulit hewan yang
dilahirkan dari (pencampuran) salah satu di antara keduanya, kerana najis keduanya terlalu
berat. Inilah menurut pendapat di kalangan mazhab al-Syafi‟i, sedangkan mazhab Hanafi
mengatakan bahawa semua kulit bangkai menjadi suci dengan menyamaknya terlebih
dahulu, kecuali kulit babi. Menurut mazhab Maliki, yakni menurut pendapat yang masyhur di
kalangan mereka, samak dapat menyucikan semua kulit, tetapi hanya bahagian luarnya saja,
sedangkan bagian dalamnya tidak dapat disucikan dan hanya boleh digunakan untuk
kegunaan barang-barang kering bukan benda cair, kecuali air. Kulit yang telah disamak juga
dapat digunakan sebagai hamparan untuk sholat, tetapi tidak boleh dijadikan pakaian untuk
solat. Mazhab Hanbali menurut pendapat yang masyhur di kalangan mereka mengatakan
bahwa menyamak kulit bangkai tidak dapat menyucikan sesuatu. Ini juga merupakan salah
satu daripada dua riwayat Imam Malik.

HADITS KE 17

Hadis ini menyatakan bahwa kulit bangkai adalah najis dan untuk meyucikannya ialah
dengan cara menyamaknya, karena proses penyamakan dapat menghilangkan dan membuang
semua lendir najis dari semua pori-pori yang ada pada kulit tersebut.
HADITS KE 18

Rasulullah (s.a.w) melihat seekor kambing mati yang diseret oleh beberapa orang untuk
dibuang jauh dari kawasan perumahan supaya orang tidak terganggu dengan baunya yang
busuk. Melihat itu, Nabi (s.a.w) bersabda kepada mereka: “Alangkah baiknya seandainya
kamu mengambil kulitnya lalu memanfaatkannya.” Ketika mereka menceritakan kepada
baginda bahawa kambing yang mereka seret itu telah mati dan menjadi bangkai, maka Nabi
(s.a.w) bersabda kepada mereka: “Ia dapat disucikan dengan buah al-Qarazh (yang sepet).”

Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa Dilarang menyia-nyiakan harta selagi masih bisa
dimanfaatkan. Samak dapat menyucikan kulit bangkai dengan menggunakan buah al-qarazh
atau benda lain yang memiliki fungsi sama dengannya seperti kulit delima dan kapur selagi ia
dapat menghilangkan lendir najis yang terdapat pada pori-pori kulit tersebut. Menyamak
tidak dapat dilakukan dengan menggunakan panas sinar matahari menurut jumhur ulama.
Berbeda dengan pendapat murid-murid Imam Abu Hanifah, dimana mereka
membolehkannya.

HADITS KE 19

Hadits ini menjelaskan tentang larangan makan dan minum dengan menggunakan bekas
milik orang Yahudi dan Nasrani. Karena kebanyakan wadah milik mereka adalah najis,
sebab mereka tidak pernah memperhatikan masalah bersuci dari najis. Namun ketika dalam
keadaan darurat, syariat Islam membolehkan kita untuk menggunakan wadah mereka
sesudah mencucinya terlebih dahulu dengan air, agar kita lebih yakin akan kesuciannya.

Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa boleh menggunakan wadah milik ahli kitab sesudah
mencucinya terlebih dahulu. Larangan dalam hadis ini menunjukkan makna makruh, sebab
wadah mereka dianggap menjijikkan karena banyak digunakan untuk sesuatu yang najis.

HADITS KE 20

Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Wadah orang musyrik dianggap suci.


2. Menyamak dapat menyucikan kulit bangkai. Dua wadah tersebut terbuat daripada kulit
hewan sembelihan kaum musyrikin, sedangkan sembelihan mereka hukumnya najis.
3. Air milik orang musyrik dianggap suci karena wanita itu yang telah mengambil air,
padahal jumlahnya kurang daripada dua qullah.
4. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang amat menekankan
kemudahan.
HADITS KE 21

Semua perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW merupakan ketetapan syariat bagi umatnya.
Dalam hadis ini Rasulullah meletakkan perak pada wadah yang telah retak untuk
menambalnya supaya tidak bocor. Ini menunjukkan bahwa itu dibolehkan, dan cara ini
dikenali dengan istilah al-tadhbib (menambal barang pecah).

Anda mungkin juga menyukai