Anda di halaman 1dari 4

Hadist kesepuluh

Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah shallahu alaihi wa salam sucinya bejana salah seorang dari
kalian, apabila anjing tersebut memasukkan lidahnya kemudian dia gerakan lidah tersebut, sama
saja apakah dia minum dari tersebut atau tidak ( walagah fihi ) hendaknya dia mencuci ya sebanyak
tujuh kali yang pertamanya dicampur dengan tanah atau pasir ( air dahulu, tanah dahulu, atau
dicampur sama saja ) H.R. Muslim.

Penulis berkata didalam lafadz miliknya Imam Muslim hendaknya dia menumpahkan air tersebut,
dan didalam riwayat imam at Tirmidzi dikatakan yang terakhirnya atau yang pertamanya
menggunakan tanah. Dan tentang riwayat ini adalah hadist yang jalan ( Imam At Tirmidzi ).

Dalam hadist ini terdapat beberapa faidah:

1. Menunjukkan tentang najisnya anjing, dan bahkan najisnya yang tebal paling berat
 Muballagoh, najisnya anjing dari sisi hadist yang telah disebutkan diatas tadi.
 Mukhaffah, adalah najisnya kencing bayi laki-laki yang belum makan makanan pokok
selain asi.
 Muthowassitho, najis yang pertengahan.
Menunjukkan najisnya anjing untuk dicuci sebanyak tujuh kali, dan cucian yang pertama
dicampur dengan tanah.
2. Menunjukkan tentang najisnya sisa dari anjing tersebut, oleh karena itu nabi memerintahkan
untuk membuang sisa air tersebut ( untuk kasus air yang berjumlah sedikit ).
3. Menunjukkan wajibnya mencuci bejana yang air didalamnya dijilat anjing sebanyak tujuh kali
.
4. Wajib untuk menggunakan tanah, pada cucian yang pertama.
5. Menunjukkan tentang wajibnya membuang sisa pencucian bejana tersebut dan tidak boleh
untuk digunakan untuk semua keadaan.
6. Menunjukkan tentang haramnya memelihara anjing.

Hadist ketiga belas apa yang diharapkan dari bangkai dan darah

Dari ibnu umar berkata Rasulullah shallahu alaihi wa salam “ telah dihalalkan untuk kami dua
bangkai dan dua darah “

Bangkai adalah ikan dan belalang.

Darah adalah hati dan jantung.

Dalam hadist ini terdapat beberapa faidah:

1. Didalam hadist menunjukkan tentang haramnya bangkai.


2. Tentang halalnya bangkai ikan dan belalang, diperkenalkan dari keumuman ayat. Adapun
hadist yang berbunyi “ adapun binatang yang mati didalam air, maka janganlah kalian untuk
memakannya" hadist lemah.
3. Apabila didapatkan ikan dan belalang didapatkan mati di dalam air, maka air itu tidaklah
najis dengannya.
4. Menunjukkan tentang haramnya darah, merupakan sesuatu yang disepakati oleh para
ulama. Dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala “ sesungguhnya diharamkan bagi kalian
adalah bangkai, darah, dan babi “. Contohnya adalah darah yang terpencar ketiga hewan
disembelih.
5. Menunjukkan tentang pengecualian dua darah, yaitu hati dan jantung.
Hadist keempat belas

Dari Abu Hurairah dia berkata Rasulullah shallahu alaihi wa salam bersabda “ apabila lalat jatuh
kedalam minuman salah seorang dari kalian, maka hendaknya dia mencelupkan lalat tersebut
kemudian setelahnya diangkat dari minuman itu, karena salah satu dari sayap itu ada penyakit dan
salah satu sayapnya ada penawarnya".

Faedah yang terkandung

1. Menunjukkan tentang disyariatkannya untuk mencelupakan lalat tersebut kedalam


minuman tersebut dalam rangka untuk menghilangkan bahaya dan pengaruh yang jelek
pada lalat tersebut.
2. Menunjukkan tentang diperintahkannya bagi seorang hamba untuk mengambil sebab-sebab
penjagaan. Dalam hadist Rasulullah “ berobatlah kalian" juga dalam hadist “ Allah tidaklah
menurunkan suatu penyakit, kecuali bersamanya diturunkan juga penyembuhnya".
3. Bolehnya membunuh binatang yang mengganggu, seperti serangga, ular, tikus, kalajengking,
dan yang sejenisnya.
4. Menunjukkan tentang bahwasanya lalat apabila dia mati didalam air, maka air itu tidaklah
najis dengannya.
5. Menunjukkan pula tentang mujizat dari mujizat-mujizat rasulullah shallahu alaihi wa salam.
Mujizat itu terjadi diluar kebiasaan manusia secara normal dan terjadi pada nabi dan rasul,
dan jika diluar dari nabi dan rasul maka disebut karomah bagi wali-wali Allah subhanahu wa
ta’ala. Beliau menghabarkan sesuatu yang tersembunyi yang terdapat pada lalat, yang tidak
ada penelitian dizamannya.

Hadist kelima belas

Abu Waqi ( Al Harits ibnu Auf ) sahabat yang ikut diperang badar, dimana ada keistimewaan bagi
sahabat yang ikut didalam perang badar berupa pengampunan dari Allah subhanahu wa ta’ala,
beliau yang meriwayatkan tentang pohon sidr yang digunakan kaum musyrikin mengantung
senjatanya untuk meraih berkah. Beliau berkata, nabi shallahu alaihi wa salam bersabda “ apa yang
dipotong dari hewan ternak dan dia masih keadaan hidup, maka apa yang dipotong darinya adalah
bangkai”. Hadist ini ada sebabnya dahulu kebiasaan dari orang madinah untuk memotong dari
bagian tubuh hewan ternak mereka.

Faedah hadist

1. Larangan akan haramnya menyakiti atau menyiksa hewan.


2. Menunjukkan tentangbapa yang dipotong dari bagian tubuh hewan dalam keadaan hidup,
maka dia adalah bangkai.
3. Menunjukkan bahwa bangkai dari tubuh hewan itu adalah najis.

Bab. Tentang bejana ( apa yang digunakan untuk tempat makanan, minuman atau yang lainnya ).

Bejana hukum asalnya adalah halal, karena sesuatu yang berkaitan dengan perkara dunia baik itu
makanan, minuman, maka itu hukum asalnya boleh sebagaimana firman Allah “ dialah Allah yang
menciptakan untuk kalian apa yang ada dimuka bumi ini adalah untuk kalian “ selama tidak ada dalil
khusus yang melarangnya. Ibadah hukum asalnya adalah haram, kecuali ada dalil yang menghalalkan
ibadah tersebut.

Dalil pertama, dari Hudzaifah ibnu Yaman ( ayahnya meninggal dalam perang uhud, hudzaifah
digelari sebagai seorang yang memegang rahasia rasulullah shallahu alaihi wa salam, diantaranya
nama-nama orang yang munafik dimasa beliau ) meriwayatkan hadist-hadist tentang fitnah, beliau
berkata dahulu sahabat nabi bertanya kepada nabi tentang kebaikan, sedangkan beliau bertanya
kepada nabi tentang kejelekan karena beliau khawatir jatuh kedalam kejelekan tersebut. Beliau
berkata, nabi bersabda janganlah kalian minum dari bejana-bejana emas dan perak, dan jangan pula
kalian makan dari nampan-nampannya, karena emas dan perak untuk mereka di dunia ini, dan untuk
kalian didunia akhirat”.

Hal ini disebutkan untuk orang kafir karena mereka senantiasa melanggar hukum-hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan untuk kaum mukminin sesuai dalam firman Allah “
dan kepada mereka diedarkakan kepada mereka tempat makan dan minum mereka terbuat dari
emas”. Dalam surah Al insan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman “ kepada mereka diedarkan dari
bejana-bejana dari perak, begitu pula dengan gelas, dan tempat-tempat makannya”.

Hadist kedua, dari ummu salamah ( beliau merupakan istri dari Abu salamah, setelah suaminya
meninggal beliau dilamar oleh rasulullah shallahu alaihi wa salam

1. Sabar dalam menjalankan perintah Allah,


2. Sabar dalam menjahui larangan Allah,
3. Sabar ketika mendapatkan musibah.

Faedah yang terkandung :

 Menunjukkan tentang haramnya makan dan minum dari bejana emas dan perak, karena
nabi melarangnya karena hukum asalnya adalah haram ( kaidah ushul fiqih ), larangan dalam
hadist berkaitan dengan makan dan minum, adapun menggunakan bejana dari emas dan
perak untuk selainnya berbeda pendapat sebagian ulama, sebagian menyatakan bahwa
larangan itu hanya untuk makan dan minum dan lainnya menyatakan hukumnya haram
untuk segala keadaan, adapun pendapat syeikh ustaimin lebih condong ke pendapat yang
pertama,
 Larangan yang disebutkan dalam hadist ini bersifat umum ( apakah bejana itu murni semua
emas atau perak atau ada campuran padanya ) karena Allah apabila melarang sesuatu maka
masuk didalamnya yang murni ataupun yang dicampur didalamnya,
 Didalam hadist ini, maka larangan disini meliputi laki-laki dan perempuan, adapun sebagai
untuk perhiasan yang digunakan pada badan maka itu diharamkan bagi laki-laki saja dan
boleh bagi perempuan. Berkaitan dengan perhiasan emas dalilnya datang dari Rasulullah “
telah dihalalkan emas dan sutra untuk kaum wanita dari ummatku dan telah diharamkan
bagi kaum laki-laki”.Dan dari firman Allah “Hendaklah berhati-hati orang-orang yang
menyelisihi perintah Rasulullah “. Adapun menggunakan cincin dari perak maka ini
hukumnya boleh, dan seandainya perhiasan emas bukan dalam bentuk cincin maka ini
pelanggarannya dari dua sisi, yang pertama dia melanggar penggunaan emas, dan yang
kedua dia telah menyerupai wanita dalam sabda Rasulullah “Allah melaknat seorang laki-laki
yang menyerupai wanita, begitupula sebaliknya,
 Didalam hadist ini menunjukkan tentang haramnya menyerupai dengan orang-orang kafir,
karena orang-orang kafir mereka menggunakan bejana-bejana emas dan perak untuk makan
dan minum sebagaimana hadist rasulullah “ adalah bejana-bejana dari emas dan perak
adalah untuk mereka di dunia,
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum , maka dia masuk dalam kaum tersebut, maka
hendaklah kaum muslim mencukupi diri mereka dengan agama mereka, sebagaimana
peristiwa puasa asyura. Ibnu Abbas berpuasalah kalian pada tanggal 9 dan 10 muharram dan
selisihilah kaum yahudi. Sungguh betul-betul kalian akan mengikuti jalan orang-orang
sebelum kalian, sedikit demi sedikit, maka seandainya mereka masuk ke dalam lubang dobt
maka sungguh kalian akan mengikutinya ( mengikuti kaum yahudi dan nashara ).
 Dalam hadist ini menunjukkan bahwa balasan itu disesuaikan dengan amalannya,
 mengapa nabi melarang menggunakan bejana emas dan perak ada beberapa pendapat para
ulama dalam hal ini :
1. Imam ibnu qoyyim, untuk mewujudkan penghambaan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala ,
2. Karena asalnya dahulu emas dan perak itu adalah mata uang, jika digunakan sebagai
bentuk yang lain dikhawatirkan akan mengurangi nilai mata uang tersebut.

Ibnu Abbas, Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutholib ( tintanya ummat, disebabkan karena luasnya
ilmu dari beliau dan beliau mendebat orang-orang khawarij ) pernah didoakan nabi “ yaa Allah
pahamkanlah dia di dalam agama dan ajarkan kepadanya tafsir Al Quran “ termasuk didalam orang-
orang yang banyak meriwayatkan hadist-hadist dari Rasulullah,

Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Jabir,

Hadist pertama, bahwa Rasulullah bersabda “ apabila telah disamakh kulit yang belum disamakh,
maka sungguh dia telah suci”. Hadist ini dikeluarkan Imam Muslim, dan dari hal ini tentang sucinya
kulit yang telah disamakh untuk digunakan sebagai bejana air. Dari sabda apabila telah disamakh fiil
Madhi ma'lum ( dibersihkan ), kulit bangkai yang telah disamakh maka suci tetapi pemanfaatannya
untuk sesuatu yang dipakai, dan didalam riwayat dari Imam yang empat, dengan lafadz huruf syarat
yang menunjukkan umum,

Hadist kedua, dari salamah ibnu muhabbid, merupakan sahabat nabi, Rasulullah bersabda “
disamakhnya kulit bangkai, maka itu adalah sucinya “. Yang dimaksudkan adalah kulit bangkai,
hadist ini shohikan ibnu hibban.

Hadist ketiga, dari Maimunah ( termasuk istri dari Rasulullah dan merupakan bibi dari Abdullah bin
Abbas) dia berkata nabi shallahu alaihi wa salam melewati seekor kambing mati yang ditarik oleh
para manusia, maka nabi bersabda “ kalau seandainya kalian mengambil kulitnya, sahabat
mengatakan sesungguhnya dia adalah bangkai, maka beliau bersabda “ dia disucikan oleh air dan
samakh". Riwayat imam An Nasai’ .

Dan dalam masalah ini berbeda pendapat tentang kulit bangkai, imam Syaukani menyebutbahwa
ada tujuh pendapat dikalangan para ulama, namun yang banyak dikuatkan adalah bahwasanya yang
dimaksudkan adalah binatang bangkai yang asalnya halal untuk dimakan,

Anda mungkin juga menyukai