Anda di halaman 1dari 6

Akhlak adalah bentuk yang tersembunyi dalam diri manusia karena di dalamnya ada dua bentuk,

1. Bentuk yang nampak pada diri manusia, yaitu tabiat akhlak pada seseorang yang Allah
subhanahu wa ta’ala bentuk pada dirinya sebagaimana telah diketahui yang nampak ini
adalah menampakkan sesuatu yang indah, dan juga memberikan rupa yang buruk, dan
ketiganya adalah pertengahan dari keduanya,
2. Bentuk yang tidak nampak pada diri seseorang, yaitu ada yang bentuk indah dan juga
bentuk yang buruk, dan inilah apa yang diinginkan dari ungkapan yang diinginkan dari akhlak
seseorang. Maka akhlak adalah bentuk bathin yang telah terbentuk pada diri seseorang.
Syeikh memberikan pertanyaan, apakah pada diri seseorang sudah terbentuk akhlak yang
baik dari dulu tanpa mempelajari agama?
Dan jawabannya adalah bahwasanya akhlak pada diri seseorang ada yang sdh terbentuk dari
dahulu dan juga akhlak yang terbentuk karena adanya usaha, maksudnya bahwa manusia
yang akhlaknya sudah terbentuk dengan baik dan kadang terhasilkan pada akhlak seseorang
itu dengan metode usaha dan latihan. Oleh karena itu nabi Muhammad bersabda “
sesungguhnya yang ada padamu dua kepribadian dimana keduanya yang Allah subhanahu
wa ta’ala cintai, yaitu sifat lemah lembut dan sifat kehati-hatian. Yaa Rasulullah apakah saya
harus berakhir dengan dua kepribadian ini? Atau Allah subhanahu wa ta’ala telah
membentuk pada diriku? Tentu Allah subhanahu wa ta’ala telah membentuk keduanya pada
dirimu, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kepadaku kedua
pribadi ini.
Maka hadist ini adalah bukti bahwasanya akhlak yang terpuji baik dan mulia yaitu dengan
cara yang sudah terbentuk pada diri kita, akan tetapi pada sifat seseorang yang sudah
terbentuk tanpa keraguan adalah lebih mulai dari yang dibentuk dengan cara berusaha.
Karena akhlak tersebut yang sifat sudah terbentuk memang sudah ada pada dirinya dan
sifatnya dan tidak butuh untuk melatihnya karena hal tersebut akan membebani dirinya,
hanya saja sifat seperti ini adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa yang
dikendakinya. Dan barang siapa yang dihalangi dari sifat ini, maka kemungkinan ya dia harus
meraih dengan metode latihan dan berusaha. Sebagaimana penjelasan ini kami akan
sebutkan insyaallah...

Jenis ke 4. Yaitu orang yang belum terbentuk didalam hatinya akhlak yang terpuji, tetapi dia
mengambil jalan dengan usaha agar supaya kepribadiannya menjadi akhlak yang terpuji.

Kesimpulan
 Dengan menyandarkan akhlak yang mulia kepada seorang yang telah terbentuk pada
dirinya akhlak yang mulia, maka ini lebih sempurna
 Adapun dari usaha dan kerja keras untuk menghasilkan akhlak yang mulia, maka
sesungguhnya orang yang mengambil dengan metode jalan seperti ini dia mendapatkan
pahala dengan kesungguhannya.

Pertanyaan

Adakah disana akhlak yang tidak terdapat dalam Al quran dan Sunnah, dan apa yang digunakan
untuk menjawab...?

Rasulullah shallahu alaihi wa salam bersabda “ sesungguhnya saya hanyalah diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia" Ahmad bin husain bin Ali bin musa Al kurasan Al Baihaki
Oleh karena itu para ulama yang menyebutkan bahwa akhlak yang mulia untuk mencari dan
mendapatkannya yang telah ditentukan oleh syariat, hanya saja akhlak yang mulia ini
disempurnakan dengan datangnya Rasulullah shallahu alaihi wa salam berdasarkan firman Allah “
maka aku telah sempurna kan agama ini dan telah aku ridhoi Islam sebagai agama kalian".

Bahwasanya qisos dalam syariat yahudi adalah wajib dilakukan, dan tidak ada pilihan bagi orang
yang teraniaya dan Adapun syariat dari agama nashara adalah kebalikan dari yahudi, akan tetapi
syariat kita datang dengan sempurna ditinjau dari dua sisi:

 Adanya qisos, hukuman.


 Adanya pemaafan

Berkata syeikh ustaimin kenapa seperti itu? Menyiksa orang yang berbuat pelanggaran adalah
sebuah keharusan dan untuk menyingkap keburukannya. Sedangkan jalan kemaafan terkandung
keindahan dan kebaikan. Dan mendahulukan sesuatu yang lebih baik kepada orang yang engkau
memaafkan darinya.maka datanglah syariat kita untuk menyempurkan, memilih bagi orang yang
memiliki hak, antara jalan pemaafan maupun jalan hukuman. Oleh karena itu dia memaafkan pada
tempatnya dan juga pada saat menyiksanya pada tempatnya.

Pembenarannya harus kuat, harus bersungguh-sungguh. Tatkala menerima kabar-kabar dari Allah
subhanahu wa ta’ala dan RasulNya.

Maka jika seorang hamba telah berikhtiar dengan kepribadian seperti ini akan menguatkannya,
menolak atau mencegah setiap subhat yang didatangkan oleh orang-orang yang memiliki
kepentingan yang buruk, apakah orang-orang yang menyimpang itu datang dari kaum muslimin yang
mana mereka telah berbuat bid’ah di dalam agama Allah yang mereka berbuat itu tidak ada contoh
darinya. Dan orang menyimpang itu adalah orang yang mau berbuat kerusakan agama, terbagi
menjadi dua:

 Dari kaum muslimin sendiri, orang yang membuat bid’ah dalam beragama dimana mereka
ini adalah orang yang akan merusak agama.

Oleh karena itu kami memberikan contoh, telah sah dari Imam Bukhari dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallahu alaihi wa salam bersabda jika ada lalat yang jatuh kedalam minuman kalian,
maka celupkanlah, karena salah satu dari kedua sayangnya terdapat penyakit dan yang lainnya
adalah obatnya. Maka kabar ini adalah dari Rasulullah shallahu alaihi wa salam dalam perkara
yang ghoib. Dan seperti ini adalah perkara yang ghoib yang tidak akan sampai pada akal fikiran
kita dan Rasulullah tidaklah berucap dengan hawa nafsu, dan manusia secara umum mereka
tidak mengetahui perkara ghoib sungguh Allah telah berfirman “ Katakanlah wahai rasul, saya
tidak pernah berucap kepada kalian bahwa saya memiliki perbenharaan dari Allah, dan tidak
berucap saya mengetahui perkara ghoib, tidak pernah berucap bahwa saya seorang malaikat,
saya tidak lain adalah yang mengikuti apa-apa yang diwahyukan Allah subhanahu wa ta’ala
kepadaku". Dan kita memastikan apa yang telah dikabarkan oleh rasul sebagai kepastian dan
kebenaran, dan jika ada yang berpaling dengan pengetahuan yang yakin, maka itu adalah bathil,
karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman maka apa-apa yang ada setelah kebenaran, maka
itu adalah kesesatan”. Dan contoh yang lainnya tentang pengkabaran hari kiamat, bahwa
matahari akan dekat dengan kepada dengan jarak satu mil.

Dan tidak mungkin kita mengkiaskan keadaan di negeri akhirat dan keadaan di negeri dunia ini,
maka kita mengetahui bahwa berdirinya di hari kiamat selama 50.000 tahun, dan terhadap
kiamat ini dibandingkan dengan keadaan dunia apakah mungkin ada seseorang yang berdiri
selama itu. Dan kita mengetahui bahwa seluruh manusia berdiri di hari kiamat selama 50.000
tahun, maka dengan kias ini apakah mungkin ada seseorang berdiri selama itu? Jawabannya
tidak mungkin karena hal ini yang merupakan perbedaan yang sangat besar dan tidak mungkin
untuk dikiaskan, oleh karena itu kita menerima kabar ini dengan lapang dada, dengan kesabaran.

Kedua, menerima hukun-hukum dari Allah subhanahu wa ta’ala dengan melaksanakannya dan
mengamalkannya.

Maka jika ada seseorang yang menolak dari hukum-hukum Allah subhanahu wa ta’ala maka ini
adalah akhlak yang buruk, sama saja dalam mengingkarinya, karena kesombongan, dan juga
karena menyepelakannya. Oleh karena itu kami berikan contoh yaitu dengan, pada bulan
ramadhan dengan amalan yang berat, maka puasa tersebut adalah berat terhadap jiwa karena
manusia meninggalkannya kebiasannya. Akan tetapi seorang mukmin maka hendaklah dia
bersikap yang baik, berakhlak mulia kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menerima
sesuatu yang berat ini. Yaitu dengan rela dan lapang dana karena hal tersebut adalah akhlak
yang baik kepada Rabbmu, akan tetapi akhlak yang buruk kepada Allah menerima ibadah ini
dengan kebencian dan tidak senang.

Ibadah sholat, maka sholat ini tidak ada keraguan padanya sangat berat , sebagaimana sabda
Nabi shallahu alaihi wa “ sholat yang paling berat bagi orang munafik adalah sholat isya dan
subuh", akan tetapi sholat disandarkan kepada orang beriman tidaklah berat sesuai firman Allah
“ sesungguhnya shalat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk “ dan dijadikan dalam
sholat itu pandangan yang sejuk, maka akhlak yang mulia kepada Allah subhanahu wa ta’ala
yaitu dengan melaksanakan dengan hati yang lapang.

Tidaklah Allah menetapkan takdir melainkan ada hikmanya dan memiliki puncak pujian yang
mengharuskan pujian dan kesyukuran. Dan atas hal ini, maka sesungguhnya akhlak yang baik
dalam menghadapi takdir seperti ini hendaklah manusia meridhoi dan pasrah akan takdir
tersebut dengan hati yang tenang, oleh karena itu Allah subhanahu wa ta’ala memuji orang yang
bersabar sesuai firman Allah yaitu orang-orang jika mereka ditimpa musibah , maka mereka akan
mengucapkan sesungguhnya hanya kepada Allah kami akan kembali.

Akhlak yang mulia antara kita dengan yang lain, sesama makhluk, adapun akhlak yang baik
dengan makhluk yang lain dan telah didefenisikan oleh beberapa para ulama, yakni Al Hasan Al
Basri dengan 3 hal,

1. Menyingkirkan gangguan yang terjadi dari orang lain, apakah gangguan tersebut berkaitan
dengan harta, atau berkaitan dengan jiwa, berkaitan dengan kehormatan, maka siapapun
dia kalau tidak Menyingkirkan gangguan itu maka itu tidak termasuk akhlak yang baik. Kata
beliau sesungguhnya darah-darah kalian, harta, dan kehormatan adalah haram, apabila
seseorang melebihi batas kepada orang lain dengan mengambil hartanya, kerancuan,
penipuan, atau melampaui batas kepada orang lain, maka seperti ini bukanlah akhlak yang
baik, dan dosanya akan besar tatkala setiap kali diarahkan kepada yang bukan haknya. Maka
akhlak yang buruk kepada kedua orang tuanya, oleh karena itu nabi bersabda “ demi Allah,
tidaklah beriman , tidaklah beriman dan sahabat bertanya siapakah wahai rasulullah? Siapa
yang tidak aman dari gangguannya, maka dia tidak beriman.
Menunjukkan atas kejadian yang disertakan untuk dilakasanakan, maka tadinya antara engkau
dengannya adalah musuh, maka seketika itu akan menjadi teman. Dalam firman Allah “ maka antara
engkau dan dia adalah musuh, maka akan menjadi teman yang setia “.

Berkata pengarang akan tetapi tidak semuanya yang cocidengan hal tersebut pada sebagian tempat,
oleh karena itu Allah berfirman “ dan tidaklah mereka dianugerahi melainkan bagi orang-orang yang
bersaba, dan mereka tidaklah diberikan sifat kesabaran yang besar”. Adanya perincian dari masalah
ini:

Apakah kita memahami dari perkara ini bahwasanya memaafkan dari orang yang membuat
kesalahan kita maafkan, maka itu dipuji secara mutlak?

 Akan tetapi perlu diketahui bahwasanya memaafkan jika dipuji maka kenikmatan tersebut
berhak mendapatkan pujian, maka jika dengan cara membalasnya diberikan puji bahkan
lebih terpuji maka dengan cara membalasnya itu lebih baik, dan Allah berfirman “
barangsiapa yang memaafkan, maka dia mendapatkan pahala disisi Allah subhanahu wa
ta’ala “ dan memaafkan itu disandingkan dengan perbaikan, maka kadang ada orang yang
berani berbuat pelanggaran yang sudah dikenal dengan perbuatan penganiayaan kita, dan
hal tersebut dimainkan dengan melihat ayat ini, kalau dimaafkan maka dia akan terus
menerus melakukan perbuatan tersebut, maka ini lebih baik dari kondisi seperti ini, dan
diberikan padanya timbal balik pada dirinya. Maka yang lebih baik dari kondisi ini kita
berikan hukuman padanya.
Syeikh Ustaimin berkata mengenai orang-orang yang berbuat pelanggaran, maka ketika
mendapati kondisi seperti ini maka ada rincian ya, bisa dimaafkan dan juga ditegakkan
hukuman padanya, karena didalam hal tersebut terdapat perbaikan, dan jika tidak ada
hukuman maka dia akan terus menerus melakukan keburukan tersebut, dan berkata
syaikhul Ibnu Taimiyah Islam itu wajib sedangkan memaafkan itu sunnah, maka kalau
mengedepankan kemaafan tanpa ada perbaikan berarti kita mengedepankankan Sunnah
dari kewajiban, maka hal ini tidak datang dari agama kita. San sesungguhnya yang seperti ini
saya lebih senang untuk memperhatikan sebuah masalah yang dilakukan kebanyakan
manusia dengan metode insan, contoh peristiwa dari orang lain dan maka dia binasa karena
kelakuan orang tersebut, meninggal, wali datang dengan mengharapkan kafarah dan
apakah ini dimaafkan dengan terperinci atau dimaafkab begitu saja sebagai akhlak terpuji?
Maka harus dipikirkan pada kondisi seperti ini, apakah orang yang mencelakainya itu dia
terkenal dengan sikap yang tidak baik, sikap acuh tak acuh tidak peduli, apakah dia memang
seperti itu, maka dia harus dijatuhkan hukuman jarimah padanya.
2. Mengorbankan kemuliaan.
Maka sesungguhnya tidak mungkin kita memaafkan ya padahal dia mempunyai hutang,
walaupun kita telah memaafkannya itu belum teranggap dan ini masalah kebanyakan lalai
darinya. Dan kita katakan dari perkara tersebut bahwasanya warisan itu menerima
ketentuan-ketentuan dia dari si mayat yang terkena musibah dari peristiwa ini, dan tidaklah
datang fakta-fakta mereka kecuali telah ditunaikan utang-utang mereka, dalam surah An
Nisa 11 “ setelah ditunaikan atau hutang yang ditunaikan
3. Berwajah yang mulia ( tidak bermuka masam ).
Hendaklah manusia itu Berwajah yang mulia, dan wajah yang ceria adalah bukan bermuka
masam, oleh karena itu nabi bersabda “ janganlah engkau “. Maka Berwajah yang baiklah
kepada sesama saudaramu, danbterhadap orang yang menjumpai kamu dengan wajah yang
ceria melahirkan rasa cinta, berlawanan dada, kasih sayang, hanya saja jika engkau bermuka
masam, maka orang lain akan lari darimu. Dan jangan kita tidak berlapang dada dengan
orang yang duduk bersamamu, dan tak akan senang orang bersamamu, dan terkadang orang
yang bermuka masam juga ditimpa penyakit yang darah tinggi, maka sesungguhnya
membuat wajah menjadi ceria itu yang terbaiknya perlu dicegah dari penyakit, dan oleh
karena itu para dokter menasehatinya bahwa hendaklah engkau menjahui terhadap apa-apa
yang dapat mengganggu dan membuatmu menjadi marah. Karena kalau tidak dicegah
seperti itu akan menambah penyakitnya, oleh karena itu kalau seseorang bersifat selalu
ceria, selalu berlawanan dada maka akan dicintai dan disukai oleh orang lain. Dan inilah
namanya ushul tsalasa, yakni akhlak yang mulia dengan orang lain dari Al Imam Hasan Al
Basri :
1. Menyingkap gangguan,
2. Mengorbankan kemuliaan,
3. Berwajah yang mulia,

Karena sebagian manusia tidaklah bahagia kecuali berbuat kemaksiatan. Maka yangvsepertibini
kami tidak menyetujuinya, akan tetapi munculnya kebahagian tatkala berhubungan dengan
keluarga berdasarkan syariat, dan nabi bersabda “ orang yang paling baik diantara kalian adalah
orang yang berbuat baik kepada keluarganya, dan akulah orang yang paling baik dalam
mempergauli istri ".

Dan kebanyakan para manusia berbuat akhlak yang tidak baik kepada keluarganya dan dia telah
terbalik sari kenyataan, maka bagaimana mungkin kamu berbuat baik kepada keluarga yang jauh
, sedangkan kamu berbuat buruk kepada keluarga dekatmu. Dan kondisi sebagaian manusia
kebalikan darinya, dan seseorang yang berakhlak buruk kepada ibunya, dan dia berakhlak baik
kepada istrinya.

Kesimpulan

1. Akhlak yang mulia terhadap semua makhluk, semua itu adalah akhlak yang baik.
2.
 Sesungguhnya ilmu adalah agama, maka
perhatikanlah darimana kalian mengambil agama tersebut. Ibnu Sirrin

Tatkala muncul kemarahan pada dirimu, maka memohon perlindungan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dari syaitan yangvterkutuk dan jika engkau marah dalam keadaan
berdiri hendaklah engkau duduk, dan jika marah dalam keadaan duduk, maka berbaringlah,
dan jika masih marah, maka berwudhulah.
Maka kesimpulannya bahwasanya akhlak yang indah memang sudah ada dari dahulu itu
lebih baik dari akhlak yang indah dengan berusaha untuk mendapatkannya, karena hal
tersebut adalah sudah menjadi watak alami pada seseorang yang memudahkan ya pada
setiap keadaan. Oleh karena itu kita katakan bahwasanya akhlak yang indah itu dengan
melatih dirinya dan dikategorikan dengan beberapa hal :
1. Hendaklah seseorang itu memperhatikan Al Quran dan hendaklah juga seseorang
memperhatikan sunnah-sunnah rasulullah shallahu alaihi wa salam. Dan orang yang
beriman ketika melihat nash-nash ( pendalilan dari Al quran dan hadist secara langsung )
dan seorang mukmin tatkala melihat nash-nash, maka hendaklah dia tegakkan hal
tersebut.
2. Hendaklah berteman dengan orang-orang yang baik akhlaknya. Ibarat seperti berteman
dengan penjual farfum jika bergaul dengan orang yang baik, sedangkan jika bergaul
dengan orang yang berakhlak buruk ibarat bergaul dengan pandai besi, bisa jadi jika kita
mendekatinya bisa membakar pakaian kita, dan kalau tidak membakar pakaian maka
akan mendapati darinya bau yang sangat busuk. Maka wajib seluruh anak muda agar
mereka berteman dengan orang-orang yang sudah dikenal kepribadiannya dengan
akhlak yang baik dan wajib bagi atas pemuda menjahui orang-orang yang akhlaknya
buruk.
3. Hendaklah seseorang itu

Maka kesimpulannya bahwa mereka ini adalah pecinta dunia, pekerja, para pengusaha dan
jika tidak maka siapa yang melihat kecurangan mereka adalah makhluk yang buruk.
Maka penyandaran apa-apa pada kaum muslimin kecurangan pada sifat mereka,

Anda mungkin juga menyukai