DISUSUN OLEH :
ners.salma@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang : kearifan dalam kepemimpinan yang dianut masyarakat Aceh sejak
dulu bahwa seorang pemimpin itu seolah raja yang mesti jadi panutan, guru, dan tiruan.
Aturan-aturan hukum dan juga adat yang dikeluarkan oleh kerajaan Aceh banyak yang
dinamakan dengan Qanun Tujuan : untuk menganalisis model kepemimpinan berbasis
kearifan lokal budaya Aceh dalam layanan asuhan keperawatan. Metode : dengan
melakukan kajian pustaka terhadap beberapa artikel dan jurnal yang berhubungan
dengan model kepemimpinan berbasis kearifan budaya aceh dalam layanan asuhan
keperawatan. Jurnal yang digunakan untuk dilakukan literature review adalah tahun
2010 sampai 2018. Hasil :terdapat 16 syarat menjadi seorang pemimpin dalam Qanun
Al-Arsyi, diantaranya, suka berbuat baik, dari keturunan baik dan mempunyai keahlian
dibidangnya. Dan terdapat 12 kriteria pemimpin menurut Syariat Islam yang ditetapkan
oleh Majelis Ulama Aceh, diantaranya memiliki kemampuan intelektual, adil dan
memiliki sifat; siddiq, amanah, tabliq dan fatanah. Pembahasan : Sebagai pemimpin
perawat kita juga harus memiliki sifat-sifat positif dan baik dalam menjalankan
kepemimpinan kita dalam manajemen keperawatan di Rumah Sakit. Rekomendasi :
Diharapkan kajian ini menjadi aspek penting bagi kepemimpinan keperawatan dalam
menerapkan sifat-sifat kepemimpinan berdasarkan kearifan lokal budaya Aceh, dengan
harapan pemimpin-pemimpin ke depan dapat menjadi lebih baik.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi setiap manusia dan
masyarakat. Manusia tidak dapat dipisahkan dari agama dan budaya. Salah satu bagian
dari budaya adalah kearifan local (local wisdom) yang dapat diartikan sebagai
pandangan atau ajaran hidup, petuah-petuah, pepatah-pepatah, dan nilai-nilai tradisi
yang dihormati dan diamalkan oleh semua masyarakat baik yang memiliki sanksi adat
istiada maupun yang tidak memiliki sanksi adat (Sanusi, 2005 dalam Kasim dan Nurdin,
2016).
Walaupun Aceh adalah suatu wilayah bekas konflik dan bencana tetapi prinsip
kepemimpinan yang lebih mengedepankan kompetensi dibidang masing-masing tidak
dapat diabaikan. Pimpinan daerah misalnya Gubernur atau Bupati harus
mengedepankan kompetensi dan profesionalisme dalam menempatkan seseorang
bekerja pada posisi tertentu. Posisi kepala dinas kesehatan yang sangat strategis dalam
pengembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan di Aceh. Kepala dinas yang
berlatarbelakang disiplin ilmu lain yang memimpin dinas kesehatan bisa bekerja tetapi
lebih efektif jika dinas kesehatan dipimpin oleh seseorang yang berlatarbelakang
kesehatan karena ia mengetahui secara mendalam berkenaan dengan kebutuhan-
kebutuhan dengan pelayanan kesehatan (Khairunnisa, 2018).
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis model kepemimpinan
berbasis kearifan lokal budaya Aceh dalam layanan asuhan keperawatan.
C. Metodhe
Metode yang saya gunakan dalam kajian ini adalah dengan melakukan kajian
pustaka terhadap beberapa artikel dan jurnal yang berhubungan dengan model
kepemimpinan berbasis kearifan budaya aceh dalam layanan asuhan keperawatan.
Jurnal yang digunakan untuk dilakukan literature review adalah tahun 2010 sampai
2018.
D. Hasil
Berdasarkan hasil analisis dalam adat Aceh ada syarat untuk menjadi pemimpin
dan itu telah ditulis dalam Qanun Syara’ Al-Asyi, karena adat Aceh merupakan Syariat
Islam. Pada masa Sultan Shalahuddin Syamsu Syah (881 H) beliau mengemukakan
bahwa Aceh itu adalah Islam. Adat istiadat, seni budaya harus sesuai dengan Islam,
yang tidak sesuai dengan Islam harus dimodifikasi sehingga sesuai dengan Islam.
Berdasarkan jurnal dengan judul Etika kepemimpinan dalam adat Aceh mengemukakan
bahwa ada 16 syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon pemimpin di Aceh. Diantara
16 syarat dimaksud adalah, berumur 40 tahun sebagaimana umur Nabi diangkat menjadi
Rasul, mengetahui Syara’ Allah dan Syara’ Rasul, mengetahui adat, qanun dan resam,
dari keturunan orang yang baik-baik, orang yang dicintai dan mencintai masyarakat,
suka berbuat kebaikan, orang yang benci dengan kejahatan, panjang aqal (cerdik-
pandai), bukan budak atau keturunan budak, bukan orang yang bersifat tamak, orang
yang mencintai kaum fakir miskin, orang yang mampu menjadi imam shalat Jum’at dan
mampu membaca khutbah jum’at, dan ditambah dengan syarat bidang keahlian masing-
masing. Misalnya pemimpin tersebut dari kesehatan, maka dia harus ahli dalam bidang
kesehatan.
Di Aceh juga ada kriteria pemimpin menurut Syariat Islam yang bisa kita
teladani yang ditetapkan dari Keputusan Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Nomor
02 Tahun 2014. Terdapat 12 kriteria pemimpin yang wajib dimiliki oleh seorang
pemimpin yaitu : harus siap menempatkan diri sebagai khadimul ummat , harus
memiliki sifat; shiddiq, amanah, tabliq dan fatanah, memiliki kepercayaan untuk
memimpin, memiliki kemampuan intelektual, memiliki sifat kepemimpinan, memiliki
kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kebebasan bertindak, memiliki otoritas untuk
memimpin, memiliki pemikiran dan pandangan yang jauh kedepan (visioner), menjadi
uswatun hasanah, melakukan kontrak sosial antara pemimpin dengan masyarakat dan
ikatan perjanjian antara pemimpin dengan Allah SWT, dan melaksanakan keadilan,
mengurus dan melayani semua lapisan masyarakat tanpa memandang stnis, budaya dan
latar belakang.
E. Pembahasan
Aceh memiliki karakteristik sendiri dalam sistem kepemimpinannya. Dalam
struktur pemerintahan di Aceh pada masa dahulu dikenal adanya lapisan masyarakat
yang disebut sebagai lapisan pemimpin adat, pemimpin keduniawian atau kelompok
elite sekuler. Pemimpin elite sekuler dan pemimpin adat memimpin bersama-sama
dalam sebuah gampong, misalnya terdapat keuchik (yang memimpin dalam hal
pemerintahan) dan imam meunasah (yang memimpin dalam hal agaman). Sistem ini
mempunyai kearifan lokal yang sesuai dengan budaya aceh (Wibowo, 2012)
Menurut Ali, (2013) dalam bukunya yang berjudul identitias Aceh dalam
perspektif Syariat dan adat menjelaskan bahwa nilai kebudayaan pada rakyat Aceh
dilihat dari segi perilaku orang Aceh dan pemahaman dalam sikap beragama, adat-
istiadat, hukum, akhlak kesenian, cara beribadah dan sebagainya.
Sebagai pemimpin perawat kita juga harus memiliki sifat-sifat positif dan baik
dalam menjalankan kepemimpinan kita dalam manajemen keperawatan di Rumah Sakit.
Sifat dan kriteria pemimpin dalam budaya Aceh tersebut bisa kita contoh supaya
kepemimpinan kita bisa berjalan lancar dan visi misi kita tercapai dengan baik. Menurut
Simamora, (2013) perawat sebagai pemberi layanan kesehatan di Rumah Sakit
diharapkan selalu bersikap ramah, bertabiat lembut, dapat dipercaya, terampil, cakap
dan memiliki tanggung jawab moral yang baik.
F. Kesimpulan
Kajian ini memberikan gambaran tentang model kepemimpinan berbasis
kearifan lokal budaya Aceh. Di Aceh semua aturan dibuat dalam bentuk Qanun, salah
satunya aturan kepemimpinan yaitu disusun dalam Qanun Al-Arsyi, dimana sifat-sifat
kepemimpinan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin tercantum didalamnya.
Masyarakat Aceh mengidamkan seorang pemimpin yang peduli terhadap rakyat dalam
segala bidang kehidupan. Prinsip ini masih dipegang oleh masyarakat. Bagi seorang
pemimpin yang mampu menjalankan amanah tersebut, maka rakyat akan menaruh cinta
kepadanya.
G. Rekomendasi