Anda di halaman 1dari 34

ETIKA DALAM BERPANCASILA

Dibuat oleh :

KELOMPOK 5

MUHAMMAD GHAFFAR H KRISTINA PUTRI Y

MUHAMMAD AKBAR G AMALIA FIRDAUSI

KEVIN ALIF W PUTRI AMALIA S

M SERIF ADITYA P SAHARA MAHBENGI

MAHZAR NUR A KHOIRUL

RIO SETYA W MOH. FATHAN F

RISNANDAR DANIAL S OLIVIAN PUTRA D

FALA TANSA DINKAN ICHWANUL K

NUWRUN ALAN M BAYU RAMADHAN

SENI DAMAYANTI

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

PENGELOLAAN PERKEBUNAN KOPI

PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Setiap negara di dunia memiliki dasar negaranya sendiri yang digunakan


sebagai acuan dalam kehidupannya sehari-hari. Masing-masing dasar negara dari
berbagai negara di dunia memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan karakteristik
negara tersebut. Seperti Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang juga
menjadi identitas Indonesia di mata dunia. Pancasila juga sebagai sumber dari
segala sumber hukum menurut UUD 1945 (Berbangsa & Susanto, 2016).

Pada hakikatnya, Pancasila bukan hanya hasil dari sebuah perenungan


serta pemikiran para tokoh pendiri bangsa, melainkan juga sebagai ideologi negara yang
diangkat dari kebudayaan, adat istiadat, serta kebiasaan leluhur Indonesia. Dalam kata
lain, Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang kemudian dijadikan
pandangan hidup untuk mencapai tujuan bersama. Pancasila juga memuat norma-
norma mendasar yang digunakan sebagai tolak ukur dalam memandang dan
menentukan segala bentuk penyelenggaraan negara oleh pemerintah dan masyarakat
(Cholisin, 2012). Pancasila adalah sebagai dasar negara yang disusun sedemikian rupa
dan Pancasila merupakan respresentasi warga negara dan tujuan dalam bernegara.
Pancasila juga digunakan sebagai dasar oleh negara dalam mengatur pemerintahan dan
penyelenggaraan negara.

Untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu


membutuhkan moral/etika supaya warga indonesia dapat hidup dengan ketentraman dan
ketertiban. Etika adalah hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, karena dengan memiliki etika maka kita mampu menjalankan
kehidupan bernegara dengan lancer. Indonesia adalah negara yang berlandaskan
Pancasila, maka setiap Tindakan atau perilaku yang dilakukan warga Indonesia harus
berpedoman nilai-nilai Pancasila. Setiap butir dari Pancasila mengandung pedoman-
pedoman yang dapat dijadikan landasan oleh warga Indonesia untuk bertindak.
Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia juga harus didasari oleh nilai
moral. Pancasila sebagai system etika merupakan jalan hidup bangsa Indonesia dan juga
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Dalam
istilah lain etika dalam arti yang luas adalah ilmu yang membahas tentang kriteria baik
dan buruk. Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai
segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia.

Jadi yang dimaksud etika Pancasila merupakan etika keutamaan yang susunannya
berasal dari nilainilai moral bangsa Indonesia karena etika keutamaan mengutamakan
moral yang terdapat pada setiap individu masyarakat. Moral yang diutamakan dalam hal
ini ialah rasa setia, jujur, ketulusan, serta sayang menyayangi. Etika keutamaan
beranggapan bahwa orang yang bermoral melakukan tindakan atau perilaku yang baik
yang merupakan bentukan dari pembelajaran atau pengalaman nyata yang pernah terjadi
sepanjang hidupnya. Etika Pancasila sebagai etika teleologis yang menjadikan Pancasila
sebagai pedoman setiap masyarakat Indonesia untuk mencapai segala tujuan dan cita-
cita. Termasuk pada zaman yang semakin canggih seperti saat ini. Untuk mencapai
segala tujuan dan citacita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini diperlukan
pendalaman pemahaman mengenai sistem nilai dari Pancasila agar setiap tindakan yang
dilakukan tidak keluar dari ideologi negara.

Di Indonesia banyak menghadaapi permasalahan yang berkaitan dengan Pancasila


sebagai sistem etika, seperti korupsi,terorisme, pelanggaran HAM, kesenjangan sosial
ekonomi,dan tidak mau membayar pajak. Untuk menghindari permasalahan –
permasalahan yang berkaitan dengan system etika dalam berpancasila dengan
melakukan segala kegiatan slalu berpedoman kepada sila – sila Pancasila yang berlaku,
seperti beribadah, toleransi, gotong royong, keadilan serta melakukan hak dan
kewajiban dengan baik.

1.2 Tujuan.

1. Agar kita dapat mengetahui bagaimana etika dalam berpancasila dengan baik
dan benar
2. Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila sebagai system etika.
3. Untuk mengetahui alasan dan argument tentang dinamika Pancasila sebagai
system etika.
1.2 Manfaat

1. Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi
rambu normative untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

BAB II
PERMASALAHAN

Seiring berkembangnya modernnisasi dan teknologi mengakibatkan timbulnya


beberapa permasalahan dalam etika berpancasila. Sebagai mahasiswa kita harus bisa
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, sebagai contoh kita sebagai
mahasiswa kita harus mentoleransi terhadap orang lain. Selain itu masih banyak
permasalahan yang masih terjadi di kehidupan kita saat ini, yaitu:

1. Bagaimana konsep dan urgensi pancasila sebagai sistem etika?


2. Apa tantangan dan esensi pancasila sebagai sistem etika?
3. Apa alasan dan argumen tentang dinamika pancasila sebagai sistem etika?

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila memiliki
peran - peran yang sangat
penting bagi masyarakat
berbangsa dan
bernegara di Indonesia.
Peran Pancasila sebagai
dasar negara, Pancasila
sebagai cita – cita
bangsa, Pancasila sebagai
pedoman atau landasan
hidup bagi bangsa Indonesia,
dan Pancasila
sebagai jiwa bangsa
Indonesia. Pancasila
sebagai sistem etika
tujuannya untuk
mengembangkan dimensi
moral pada setiap individu
sehingga dapat mewujudkan
sikap yang
baik dalam berbangsa,
bernegara, dan
bermasyarakat.
Menurut
Aristoteles, pengertian etika
menjadi dua yaitu Terminius
Technikus dan
Manner and Custom.
Terminius Technikus
merupaka etika yang
dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang
mempelajari suatu problema
tindakan atau perbuatan
manusia. Sedangkan
Manner and Custom
merupakan suatu
pembahasan etika yang
berhubungan atau berkaitan
dengan tata cara dan adat
kebiasaan yang melekat
dalan kodrat manusia atau in
herent in
human nature yang sangat
terkait denag arti baik dan
buruk suatu perilaku, tingkah
laku atau
perbuatan manusia.
Etika Pancasila adalah
cabang yang terkandung
dalam sila Pancasila
digunakan untuk
mengatur kehidupan
masyarakat berbangsa,
dan bernegara di
Indonesia. Dalam etika
Pancasila dikemukakan nilai
ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Konsep
dan Urgensi Pancasila
sebagai Sistem Etika?
1.2.2 Apa Alasan dan
Argumen tentang Dinamika
Pancasila sebagai Sistem
Etika?
1.2.3 Apa Tantangan dan
Esensi Pancasila sebagai
Sistem Etika?
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila memiliki
peran - peran yang sangat
penting bagi masyarakat
berbangsa dan
bernegara di Indonesia.
Peran Pancasila sebagai
dasar negara, Pancasila
sebagai cita – cita
bangsa, Pancasila sebagai
pedoman atau landasan
hidup bagi bangsa Indonesia,
dan Pancasila
sebagai jiwa bangsa
Indonesia. Pancasila
sebagai sistem etika
tujuannya untuk
mengembangkan dimensi
moral pada setiap individu
sehingga dapat mewujudkan
sikap yang
baik dalam berbangsa,
bernegara, dan
bermasyarakat.
Menurut
Aristoteles, pengertian etika
menjadi dua yaitu Terminius
Technikus dan
Manner and Custom.
Terminius Technikus
merupaka etika yang
dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang
mempelajari suatu problema
tindakan atau perbuatan
manusia. Sedangkan
Manner and Custom
merupakan suatu
pembahasan etika yang
berhubungan atau berkaitan
dengan tata cara dan adat
kebiasaan yang melekat
dalan kodrat manusia atau in
herent in
human nature yang sangat
terkait denag arti baik dan
buruk suatu perilaku, tingkah
laku atau
perbuatan manusia.
Etika Pancasila adalah
cabang yang terkandung
dalam sila Pancasila
digunakan untuk
mengatur kehidupan
masyarakat berbangsa,
dan bernegara di
Indonesia. Dalam etika
Pancasila dikemukakan nilai
ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Konsep
dan Urgensi Pancasila
sebagai Sistem Etika?
1.2.2 Apa Alasan dan
Argumen tentang Dinamika
Pancasila sebagai Sistem
Etika?
1.2.3 Apa Tantangan dan
Esensi Pancasila sebagai
Sistem Etika?
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila memiliki
peran - peran yang sangat
penting bagi masyarakat
berbangsa dan
bernegara di Indonesia.
Peran Pancasila sebagai
dasar negara, Pancasila
sebagai cita – cita
bangsa, Pancasila sebagai
pedoman atau landasan
hidup bagi bangsa Indonesia,
dan Pancasila
sebagai jiwa bangsa
Indonesia. Pancasila
sebagai sistem etika
tujuannya untuk
mengembangkan dimensi
moral pada setiap individu
sehingga dapat mewujudkan
sikap yang
baik dalam berbangsa,
bernegara, dan
bermasyarakat.
Menurut
Aristoteles, pengertian etika
menjadi dua yaitu Terminius
Technikus dan
Manner and Custom.
Terminius Technikus
merupaka etika yang
dipelajari sebagai ilmu
pengetahuan yang
mempelajari suatu problema
tindakan atau perbuatan
manusia. Sedangkan
Manner and Custom
merupakan suatu
pembahasan etika yang
berhubungan atau berkaitan
dengan tata cara dan adat
kebiasaan yang melekat
dalan kodrat manusia atau in
herent in
human nature yang sangat
terkait denag arti baik dan
buruk suatu perilaku, tingkah
laku atau
perbuatan manusia.
Etika Pancasila adalah
cabang yang terkandung
dalam sila Pancasila
digunakan untuk
mengatur kehidupan
masyarakat berbangsa,
dan bernegara di
Indonesia. Dalam etika
Pancasila dikemukakan nilai
ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Konsep
dan Urgensi Pancasila
sebagai Sistem Etika?
1.2.2 Apa Alasan dan
Argumen tentang Dinamika
Pancasila sebagai Sistem
Etika?
1.2.3 Apa Tantangan dan
Esensi Pancasila sebagai
Sistem Etika?
Bagaimana Konsep dan
Urgensi Pancasila sebagai
Sistem Etika?
1.2.2 Apa Alasan dan
Argumen tentang Dinamika
Pancasila sebagai Sistem
Etika?
1.2.3 Apa Tantangan dan
Esensi Pancasila sebagai
Sistem Etik
Bagaimana Konsep dan
Urgensi Pancasila sebagai
Sistem Etika?
1.2.2 Apa Alasan dan
Argumen tentang Dinamika
Pancasila sebagai Sistem
Etika?
1.2.3 Apa Tantangan dan
Esensi Pancasila sebagai
Sistem Etik
Bagaimana Konsep dan
Urgensi Pancasila sebagai
Sistem Etika?
1.2.2 Apa Alasan dan
Argumen tentang Dinamika
Pancasila sebagai Sistem
Etika?
1.2.3 Apa Tantangan dan
Esensi Pancasila sebagai
Sistem Etik
Bagaimana Konsep dan
Urgensi Pancasila sebagai
Sistem Etika?
1.2.2 Apa Alasan dan
Argumen tentang Dinamika
Pancasila sebagai Sistem
Etika?
1.2.3 Apa Tantangan dan
Esensi Pancasila sebagai
Sistem Etik
Bagaimana Konsep dan
Urgensi Pancasila sebagai
Sistem Etika?
1.2.2 Apa Alasan dan
Argumen tentang Dinamika
Pancasila sebagai Sistem
Etika?
1.2.3 Apa Tantangan dan
Esensi Pancasila sebagai
Sistem Etik
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Etika merupakan ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia yang
berhubungan dengan orang lain sesuai prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang
benar. Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethikos" yang
artinya berasal dari suatu kebiasaan. Etika berkaitan dengan nilai yang baik i maupun
buruk perilaku manusia, dan kebiasaan seseorang melakukan hal yang baik. Etika
meliputi norma-norma yang berasal dari nurani setiap manusia untuk kebaikan bersama
dimana norma tersebut akan menjadi pedoman atau aturan manusia dalam bertingkah
laku.

Pancasila sebagai sistem etika berasal dari nilai-nilai yang terkandung dalam
kelima sila di Pancasila mulai dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Pada nilai ketuhanan menciptakan nilai spiritual dan taat beribadah untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan, serta toleransi kepada yang berbeda keyakinan. Pada
nilai kemanusiaan menciptakan kerjasama dan tolong menolong kepada orang lain.
Pada nilai persatuan menciptakan sikap solidaritas dan cinta tanah air. Pada sila
kerakyatan menciptakan nilai untuk menghargai setiap perbedaan karena Indonesia
yang sangat beragam. Sedangkan pada nilai keadilan menciptakan sikap peduli terhadap
sesama. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan cita-cita bangsa
Indonesia, sehingga bangsa Indonesia harus mewujudkan dalam kehidupan sehari hari.
Etika pancasila akan membetuk kepribadian dengan nilai dan kebiasaan yang akan
tumbuh dalam masyarakat.

Dalam etika terdapat tiga aliran yaitu:

1. Aliran Deontologi yang menjelaskan tentang perilaku yang baik atau buruk dan
sesuai atau tidak dengan kewajiban yang harus dilakukan,
2. Aliran Teleologi yang menjelaskankan bahwa berdasarkan tujuan atau akibatm
perbuatan dapat mengetahui baik ataupun buruknya perilaku.
3. Aliran Keutamaan yang menjelaskan dalam diri seseorang terdapat
pengembangan kualitas moral.
Pancasila sangatlah penting sebagai sistem etika karena dapat menjadi aturan untuk
semua bangsa Indonesia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sehingga terwujud cita-cita
bangsa, dan memberikan kenyamanan serta kesejahteraan bersama, Namun saat ini
masih banyak sekali pelanggaran atau kejahatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila seperti pejabat yang korupsi, pelanggaran HAM, dll.

3.2 Alasan dan Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika

3.2.1 Alasan Pancasila sebagai Sistem Etika

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila


Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya.

Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau
etika kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan
teleologis termuat pula di dalamnya. Namun, etika keutamaan lebih dominan
karena etika Pancasila. tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan,
kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan artinya melaksanakan
suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju pada kebaikan serta
atas dasar kesatuan akal - rasa - kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju
pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup
kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religius. Kesederhanan artinya membatasi diri
dalam arti tidak melampaui batas dalam hal kenikmatan. Keteguhan artinya
membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari
penderitaan

Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan
manusia lain. serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah
menjadi haknya (Mudhofir, 2009: 386).

Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan


dengan aliran-aliran besar. Elika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan
Tindakan dan pengembangan karakter moral namun justru merangkum dari
aliran-aliran besar tersebut. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan
penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan. Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Jadi mengapa Pancasila
menjadi sistem Etika? Dikarenakan nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan
kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat
kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga
bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun

Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk


mengatur sistem penyelenggaraan negara. Anda dapat bayangkan apabila dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada sistem etika yang menjadi
guidance atau tuntunan bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan
hancur. Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal
sebagai berikut:

1. Dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama


generasi muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup
bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat pendidikan karakter
yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda
Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan
arah. Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak
sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar
berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara lain:
penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa
hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di
kalangan para pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya
tatanan nilai moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak
dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

2. Korupsi akan semakin merajalela karena para penyelenggara negara


tidak memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya.
Para penyelenggara negara tidak dapat membedakan batasan yang
boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad).
Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas
kriteria baik (good) dan buruk (bad). Archie Bahm dalam Axiology
of Science, menjelaskan bahwa baik dan buruk merupakan dua hal
yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan
manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk
selalu muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat dan mempunyai
peluang untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal
tersebut dapat terjadi pada siapa saja, Oleh karena itu, simpulan
Archie Bahm. "Maksimalkan kebaikan. minimalkan keburukan"
(Bahm, 1998: 58).

3. Kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui


pembayaran pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang
masih rendah, padahal peranan pajak dari tahun ke tahun semakin
meningkat dalam membiayai APBN. Pancasila sebagai sistem etika
akan dapat mengarahkan wajib pajak untuk secara sadar memenuhi
kewajiban perpajakannya dengan baik. Dengan kesadaran pajak yang
tinggi maka program pembangunan yang tertuang dalam APBN akan
dapat dijalankan dengan sumber penerimaan dari sektor perpajakan.
Berikut ini diperlihatkan gambar tentang iklan layanan masyarakat
tentang pendidikan yang dibiayai dengan pajak.

4. Pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan


bernegara di Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan
seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus- kasus pelanggaran HAM
yang dilaporkan di berbagai media, seperti penganiayaan terhadap
pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh
pihak- pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT), dan lain- lain. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem
etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping
diperlukan sosialisasi sistem etika Pancasila, diperlukan pula
penjabaran sistem etika ke dalam peraturan perundang-undangan
tentang HAM (Lihat Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM).

5. Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek


kehidupan manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan,
nasib generasi yang akan datang, global warming, perubahan cuaca,
dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa
kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum
mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat
Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan
sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa
memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh
yang paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau sehingga
menimbulkan kabut asap. Olch karena itu, Pancasila sebagai sistem
etika perlu diterapkan ke dalam peraturan perundang-undangan yang
menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi maupun
perusahaan yang terlibat. Selain itu, penggiat lingkungan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara juga perlu
mendapat penghargaan. Lingkungan hidup yang nyaman melahirkan
generasi muda yang sehat dan bersih sehingga kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi lebih bermakna
3.2.2.1 Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika

Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam


penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, pada zaman Orde Lama, Pancasila diterapkan sebagai ideologi


liberal yang kenyataannya tidak dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Pemilu
dalam masa ini diselenggarakan dengan semangat demokrasi yang diikuti
banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat partai politik, yaitu Partai
Nasional Indonesia (PNI), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI). Partai
Nahdhatul Ulama (PNU). dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak dapat
dikatakan bahwa pemerintahan di zaman Orde Lama mengikuti sistem etika
Pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan umum
pada zaman Orde Lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno
menganut sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.

Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam
bentuk penataran P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia
Indonesia seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak
mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, Manusia Indonesia seutuhnya dalam
pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa, yang secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani
sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki emosi yang memiliki pengertian,
kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan tanggapan emosional dari manusia lain
dalam kebersamaan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki tuntutan
kebutuhan yang makin maju dan sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat
terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain, baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
sosial harus dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang (Martodihardjo,
1993; 171).

Manusia Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono- pluralis yang terdiri


atas susunan kodrat: jiwa dan raga; Kedudukan kodrat: makhluk Tuhan dan
makhluk berdiri sendiri; sifat kodrat: makhluk sosial dan makhluk individual.
Keenam unsur manusia tersebut saling melengkapi satu sama lain dan
merupakan satu kesatuan yang bulat. Manusia Indonesia menjadi pusat
persoalan, pokok dan pelaku utama dalam budaya Pancasila. (Notonagoro dalam
Asdi, 2003: 17- 18).

Namun pada era Orde Baru ini Pancasila tidak berada dan memihak pada
kekuatan rakyat melainkan kepemimpinan berada pada kekuasaan pribadi
presiden Soekarno. Sehingga terjadi berbagai penyimpangan penafsiran terhadap
Pancasila dalam konstitusi yang berakibat pada ke-oloriteran presiden Soekarno
yang menjadi presiden seumur hidup dan membuat politik konfrontasi, dan
menggabungkan nasionalisme, agama, dan komunis yang ternyata tidak cocok
dalam kehidupan Negara Indonesia Hal ini dibuktikan dengan kemerosotan
moral Sebagian masyarakat yang sudah tidak mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain serta
terjadi masalah masalah yang memprihatinkan seperti kudeta PKI dan kondisi
ekonomi yang semakin merosot.

Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia
demokrasi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi
tanpa dilandasi sistem etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan
kekuasaan, serta machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapi
tujuan).

Sofian Effendi, Rektor Universitas Gadjah Mada dalam sambutan pembukaan


Simposium Nasional Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu
Pengetahuan dan Pembangunan Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai
berikut: "Bahwa moral bangsa semakin hari semakin merosot dan semakin
hanyut dalam arus konsumerisme, hedonisme, eksklusivisme, dan ketamakan
karena bangsa Indonesia tidak mengembangkan blueprint yang berakar pada sila
Ketuhanan Yang Maha Esa".

Eksistensi Pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang


substansinya belum mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum
berlangsung dengan baik karena Pancasila belum difungsikan secara maksimal
sebagaimana mestinya. Banyak masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila
tetapi belum memahami makna sesungguhnya pada masa reformasi Pancasila
sebagai reinterpretasi yaitu Pancasila harus selalu diinterpretasikan kembali
sesuai dengan perkembangan zaman yang berarti dalam menginterpretasikan nya
harus relevan dan kontekstual dan harus sinkron atau sesuai dengan kenyataan
pada zaman saat ini agar Pancasila sebagai sistem etika tetap berjalan sesuai
dengann butir butir yang dikandungnya.

3.3 Tantangan dan Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika

3.3.1 Tantangan Pancasila sebagal Sistem Etika


Sejak terjadinya krisis multidimensi, muncul ancaman yang serius
terhadap persatuan dan kesatuan bangsa dan terjadinya kemunduran dalam
pelaksanaan etika politik, yang melatarbelakangi munculnya TAP MPR No. VI
Tahun 2001 tentang etika kehidupan berbangsa. Krisis multi dimensi
mengakibatkan terjadinya kontlik sosial yang berkepanjangan, demonstrasi di
mana-mana, munculnya keinginan rakyat untuk integrasi bangsa, dan lain-lain.
Hal ini akibat dari menurunnya sikap sopan santun dan budi luhur dalam
pergaulan sosial, menurunnya tingkat kejujuran dan amanah dalam kehidupan
berbangsa.

Pertama, Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde


Lama berupa sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin
dalam penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin.
Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang lebih menonjolkan
semangat musyawarah untuk mufakat.

Kedua, Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde


Baru terkait dengan masalah NKK (Nepotisme. Kolusi, dan Korupsi) yang
merugikan penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan
sosial karena nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir
orang atau kelompok tertentu.

Ketiga, Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi


berupa eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral.
Misalnya, munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.

3.3.2 Esensi Pancasila sebagai sistem etika

Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai


berikut:

1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa


Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku
warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber
pada norma agama.
2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang
dibedakan dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa.
3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama
sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas
kepentingan individu atau kelompok.
4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk
mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan
menghargai orang lain.
5. Hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban
semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis),
tetapi lebih menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung
dalam nilai keadilan itu sendiri.
BAB IV KESIMPULAN

Perlunya Pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara bertujuan untuk
a. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dan menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek.
b. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
c. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksaan nilai-nilai etika dan moral
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Anneke Sato: Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai sistem Etika serta Pancasila
dan Ideologi Nasional (annekesato2330.blogspot.com)
Dinamika Pancasila Era Orde Lama, Orde Baru, & Reformasi - Pustaka Pemikir
https://www.dosenpendidikan.co.id/etika-adalah
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-etika.html
https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/1327
http://septianludy.blogspot.com/2014/07/pancasila sebagai-sistem-etika-part-2.

Anda mungkin juga menyukai