Anda di halaman 1dari 66

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

JIGSAW SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN


PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA TOPIK
PARAGRAF DESKRIFSI SISWA KELAS X 1 SEMESTER 1
SMAN 1 KUTA SELATAN
TAHUN AJARAN 2013/2014

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH

NAMA :DRS. I KETUT TUNIK


NIP :196603302006041001
JABATAN :GURU MADYA

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BADUNG


SMA NEGERI 1 KUTA SELATAN

1
20......

2
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR ........................ SISWA KELAS .....SEMESTER ....
SMA N ........................................
TAHUN AJARAN .............

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH

NAMA :
NIP :
JABATAN :

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN .....................


SMANEGERI ................................
20......
i
KOP SEKOLAH
PENGESAHAN
No. ................

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMANegeri ............menerangkan


bahwa:

Nama : .......................................
NIP : ........................................
Jabatan : Guru Madya

Memang benar yang tersebut di atas telah melakukan Penelitian Tindakan


Kelasdengan judul:
..................................................................................................... ..............................
............................................................................................

Mengetahui ......................, ......................


Kepala Dinas Pendidikan Kab. .......... Kepala SMA N ...................

................................................... .........................................
NIP. NIP.

ii
KOP SEKOLAH

PUBLIKASI ILMIAH
No. ................

Yang bertanda tangan di bawah ini Pengelola Perpustakaan SMA Negeri ............
menyatakan bahwa:

Nama : ................................
NIP : ................................
Jabatan : .................................

Memang benar yang tersebut di atas telah mempublikasikan Penelitian Tindakan


Kelasdengan judul.............................................. di sekolah kami dan menaruh 1
(satu) buah karyanya di perpustakaan SMA Negeri ......................... Singaraja.

Demikian pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan dimana mestinya.

Mengetahui ......................, ......................


Kepala SMA Negeri .......... Pengelola Perpustakaan
SMA N ...................

................................................... .........................................
NIP. NIP.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya,

iv
Nama : .....................................
NIP : ....................................
Jabatan : ....................................

menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini asli, terkecuali yang dikutip
sebagai sumber referensi dan digunakan dalam teks tulisan ini, yang sumbernya
sudah dinyatakan. Penelitian Tindakan Kelas ini tidak pernah diajukan untuk
memperoleh derajat kesarjanaan atau diploma pada institusi tertentu, begitu juga
tidak ada kolaborasi yang telah dibuat dengan orang lain.

Penulis

......................................

KATA PENGANTAR

v
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmatNya penulis mendapat kekuatan, semangat, pikiran yang kuat
sehingga karya tulis yang berjudul “.......................................................................”,
dapat terselesaikan sesuai jadwal waktu yang telah direncanakan.
Karya ini penulis kerjakan dengan sekuat tenaga, dengan pengorbanan
material dan pemikiran untuk dapat memperoleh angka kredit pengembangan
profesi sebagai syarat bagi seorang guru untuk bisa naik ke jenjang kepangkatan
setingkat lebih tinggi dengan kewajiban mengumpulkan angka kredit minimal 12
poin.
Rasa terimakasih perlu penulis sampaikan kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu
yang telah membantu sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu
terimakasih yang sebanyak-banyaknya penulis lanjut sampaikan kepada:
1. Bapak Kepala SMANegeri ................................
2. Para siswa dan siswi, yang telah menunjukkan objektivitas yang tinggi
sehingga data-data hasil penelitian ini benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan.
Demikian secara singkat pengantar yang dapat penulis sampaikan, semoga
karya ini bermanfaat dalam meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar di
SMANegeri ...........................

......................, ......................
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

vi
HALAMAN JUDUL................................................................................... i

PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH...................................................... ii

PERNYATAAN PERPUSTAKAAN.......................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... iv

KATA PENGANTAR................................................................................. v

DAFTAR ISI................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL........................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi

ABSTRAK................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian.............................................................. 5

DAFTAR TABEL

vii
Halaman
Tabel 1. Nama-nama Siswa Kelas........................................................ 12

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Wawancara..............................................

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Observasi Proses Pembelajaran..............

Tabel 4. Instrumen Wawancara.............................................................

Tabel 5. Instrumen Observasi Proses Pembelajaran.............................

DAFTAR GAMBAR

viii
Halaman
Gambar 1. Rancangan Penelitian.............................................................. 5
Gambar 2.

DAFTAR LAMPIRAN

ix
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara...........................................................

Lampiran 2. Jawaban-jawaban yang Penting dari Pertanyaan Tentang


Wawancara...........................................................................

ABSTRAK

x
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri ......................... Singaraja di
Kelas ........ yang kemampuan siswanya untuk mata pelajaran.................. masih
rendah.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelasini adalah untuk mengetahui apakah
model pembelajaran Kooperatif Jigsawdapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Metode pengumpulan datanya adalah tes prestasi belajar. Metode analisis
datanya adalah deskriptif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran
Kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Ini terbukti dari
hasil yang diperoleh pada awalnya ................ pada Siklus I meningkat
menjadi........ dan pada Siklus II menjadi.......
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran
Kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kata kunci: kooperatif jigsaw, prestasi belajar

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran di kelas akan sangat efektif apabila guru
melaksanakannya dengan memahami peran, fungsi dan kegunaan mata
pelajaran yang diajarnya. Selain pemahaman akan hal-hal tersebut keefektipan
itu juga ditentukan oleh kemampuan guru untuk merubah model pengajaran
menjadi model pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh Permen No. 41
tahun 2007 tentang Standar Proses.
Peran mata pelajaran .................. adalah untuk pengembangan intelektual,
sosial dan emosional siswa serta berperan sebagai kunci penentu menuju
keberhasilan dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Fungsi mata
pelajaran .................. adalah sebagai suatu bidang kajian untuk
mempersiapkan siswa mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan
pengalaman orang lain, mengungkapkan gagasan-gagasan dan perasaan serta
memahami beragam nuansa makna, sedang kegunaannya adalah untuk
membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat,
membuat keputusan yang bertanggung jawab pada tingkat pribadi, sosial,
menemukan serta menggunakan kemampuan analitic dan imajinatif yang ada
dalam dirinya. Disamping mengetahui peran, fungsi dan kegunaan mata
pelajaran, sebagai seorang guru juga diperlukan untuk mampu menerapkan
beberapa metode ajar sehingga paradigma pengajaran dapat dirubah menjadi
paradigma pembelajaran sebagai tuntutan peraturan yang disampaikan
pemerintah (Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, Permen No.
16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru).
Kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran yang
dilakukan selama ini yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa
tentu tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor luar seperti kesibukan guru,
keadaan rumah tangga, lingkungan dan lain-lain. Kelemahan-kelemahan yang
ada tentu banyak pula dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri

1
seperti kemauan menyiapkan bahan yang lebih baik, termasuk kemauan guru
itu sendiri untuk menerapkan metode-metode ajar yang telah didapat di
bangku kuliah. Selain itu guru juga kurang mampu untuk dapat
mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa
dan merangsang siswa untuk belajar. Keterampilan yang mesti dikuasai guru
dalam melaksanakan pembelajaran ada 7, yaitu: 1) keterampilan bertanya, 2)
keterampilan memberi penguatan, 3) keterampilan mengadakan variasi, 4)
keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
6) keterampilan membimbing diskusi, 7) keterampilan mengelola kelas.
Keterampilan-keterampilan ini berhubung dengan kemampuan guru untuk
menguasai dasar-dasar pengetahuan yang berhubungan dengan persiapan dan
pelaksanaan proses pembelajaran yang akan memberikan dukungan terhadap
cara berpikir siswa yang kreatif dan imajinatif. Hal inilah yang menunjukkan
profesionalisme guru (I G. A. K. Wardani dan Siti Julaeha, Modul IDIK 4307:
1-30).
Penggunaan model-model pembelajaran juga merupakan hal yang sangat
penting dalam upaya memajukan suatu bidang tertentu. Model sangat
berkaitan dengan teori. Model merupakan suatu analog konseptual yang
digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan penelitian empiris
sebaiknya tentang suatu masalah. Jadi model merupakan suatu struktur
konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan
sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir
dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang
(Mark 1976 dalam Ratna Wilis Dahar, 1989: 5).
Cuplikan di atas menunjukkan betapa pentingnya model untuk diterapkan
dalam mencapai suatu keberhasilan, begitu pula terhadap kegunaan model-
model pembelajaran. Sebelum ada model, dikembangkan terlebih dahulu teori
yang mendasari model tersebut, sehingga boleh dikatakan bahwa teori lebih
luas daripada model. Model-model, baik model fisika, model-model
komputer, model-model matematika, semua mempunyai sifat “jika – maka”,
dan model-model ini terkait sekali pada teori (Shelbeeker, 1974 dalam Ratna
Wilis Dahar, 1989: 5).

2
Dari semua uraian di atas dapat diketahui hal-hal yang perlu dalam upaya
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa seperti penguasaan metode-
metode ajar; penguasaan model-model pembelajaran; penguasaan teori-teori
belajar; penguasaan teknik-teknik tertentu; penguasaan peran, fungsi serta
kegunaan mata pelajaran. Apabila betul-betul guru menguasai dan mengerti
tentang hal-hal tersebut dapat diyakini bahwa prestasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran ........................ tidak akan rendah. Namun kenyataannya
keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa kelas....................... di
semester ........... tahun ajaran ................... baru mencapai nilai Ddan untuk
keaktifan belajar dan untuk prestasi belajar baru mencapai rata-rata......
Melihat kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan
dengan kenyataan lapangan sangat jauh berbeda, dalam upaya memperbaiki
mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran.........................., sangat perlu
kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.
Oleh karenanya penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahannya


1. Rumusan Masalah
Melihat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang
ada di lapangan seperti yang sudah dipaparkan pada latar belakang
masalah, maka rumusan penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut:
Apakah model pembelajaran Kooperatif Jigsawdapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas ......... SMAN ....................?

2. Cara Pemecahan Masalah


Model pembelajaran Kooperatif Jigsaw merupakan salah satu dari
banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran. Model ini mempunyai langkah-langkah yang mendorong
keaktifan siswa dalam belajar dengan cara memberikan kesempatan bagi
siswa untuk siap tampil dihadapan teman-temannya. Untuk mampu tampil
dihadapan orang banyak bukanlah hal yang gampang. Untuk mampu

3
tampil dihadapan orang banyak bukanlah hal yang gampang. Hal itu
memerlukan persiapan yang matang. Untuk persiapan yang matang ini,
guru memberik kesempatan yang sebanyak-banyaknya, guru memberi
kesempatan agar siswa menyiapkan sebaik-baiknya apa yang akan
ditampilkan dihadapan siswa-siswa yang lain. Model Kooperatif Jigsaw
ini mampu merangsang siswa untuk dapat bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya, menuntut persiapan yang sangat matang, menuntut
kemampuan yang matang dalam presentasi, menutut semangat yang tinggi
untuk mengikuti pelajaran agar dapat mempersiapkan tampilan yang
diharapkan, menuntut sebab akibat dari pelaksanaan diskusi. Contoh sebab
akibat tersebut adalah, apabila siswa giat mengikuti pelajaran, akibatnya
adalah mampu memberi tampilan yang diharapkan. Siswa akan menjadi
aktif akibat diberikan giliran untuk berbicara di depan teman-temannya,
yang sudah pasti akan menimbulkan tuntutan-tuntutan kemampuan yang
tinggi baik dalam penampilan maupun keilmuan. Tanpa keilmuan yang
mencukupi tidak akan mungkin tampilannya akan memuaskan, dalam hal
ini siswa tidak bisa sembarangan saja, mereka harus betul-betul mampu
menyimpulkan terlebih dahulu apa yang mereka akan bicarakan. Tuntunan
langkah-langkah, motivasi, interpretasi yang inovatif dipihak guru akan
menentukan keberhasilan pelaksanaan model ini.
Dari uraian singkat ini jelas bahwa model pembelajaran Kooperatif
Jigsaw menuntut kemampuan siswa untuk giat mempelajari apa yang
disampaikan guru, mampu menampilkan dirinya di depan siswa-siswa
yang lain. Dipihak lain, untuk dapat menyelesaikan tuntutan tersebut,
inovasi yang dilakukan guru akan sangat menentukan. Inovasi tersebut
berupa tuntunan-tuntunan, motivasi-motivasi, interpretasi serta
kemampuan implementasi yang tinggi. Cara inilah yang dapat digunakan
sebagai dasar pemecahan masalah yang ada.

4
C. Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah yang telah disampaikan, rumusan masalah
yang dapat disampaikan adalah:
Untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar siswa akan
terjadi setelah diterapkan model pembelajaran Kooperatif Jigsawdalam
pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai
acuan dalam memperkaya teori dalam rangka peningkatan kompetensi guru.
Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah,
khususnya SMA Negeri ........ dalam rangka meningkatkan kompetensi guru
IPS/IPA/................... Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan
bermanfaat sebagai informasi yang berharga bagi teman-teman guru, kepala
sekolah di sekolahnya masing-masing.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Metode mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai
model Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pembelajaran
membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan
bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan (Lie, 2002: 68).
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna (meaningful). Selain itu, siswa bekerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Menurut Hilke (1998: 10), pengembangan metode belajar kooperatif
model jigsaw oleh Aronson sebetulnya menggunakan spesialisasi tugas.
Masing-masing siswa mempunyai sebuah tugas yang berkontribusi untuk
keseluruhan tujuan kelompok. Pada yang heterogen dari tiga sampai lima
siswa, masing-masing siswa bekerja secara bebas untuk menjadi ahli terhadap
bagian pelajaran tersebut dan dapat bertanggungjawab untuk mengajarkan
informasi kepada yang lainnya dalam kelompok dan juga menguasai informasi
anggota kelompok lainnya yang telah ditetapkan. Guru menilai penguasaan
seluruh topik. Nilai individu diberikan berdasarkan atas ujian.
Menurut Budiadnyana (2004: 21-22), pada metode pembelajaran
kooperatif model jigsaw, setiap siswa dalam kelompok yang beranggotakan 5
orang diberikan informasi yang hanya menekankan satu bagian pelajaran.
Setiap siswa dalam kelompok memperoleh potongan bacaan yang berbeda.
Agar berhasil, semua siswa perlu mengetahui seluruh informasi tersebut.
Siswa meninggalkan kelompok asal dan membentuk kelompok yang disebut

6
‘kelompok ahli’, di mana semua anggotanya membawa potongan informasi
yang sama dan membahas bersama-sama, mempelajarinya dan memutuskan
bagaimana cara terbaik untuk mengajarkan kepada temannya yang ada di
kelompok asal. Setelah selesai, siswa kembali ke kelompok asal mereka dan
setiap anggota mengajarkan apa yang menjadi bagian pelajarannya ke
temannya yang lain dalam kelompok. Dengan demikian, siswa bekerja secara
kooperatif dalam dua kelompok yang berbeda, kelompok asal dan kelompok
ahli. Penilaian berdasarkan pada penampilan ujian secara individu. Pada
metode ini tidak ada penghargaan khusus untuk memperoleh atau untuk
penggunaan keterampilan kooperatif.
Walaupun sudah diketahui definisi dari metode pembelajaran kooperatif
model jigsaw, sebetulnya yang paling mendasar harus dikenal oleh seorang
pendidik adalah fase-fase yang harus ditempuh di dalam
mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Menurut Lie
(2002), Hilke (1998), Ermawati (2002), dan Sudibyo (2002), ada tujuh fase
yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
atau yang disebut dengan alur pembelajaran atau sintaks pembelajaran untuk
tipe Jigsaw, sebagai berikut.
Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 : Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan menyuguhkan berbagai fakta, pengalaman, fenomena
fisis yang berkaitan langsung dengan materi pelajaran.
Fase 3 : Base group atau kelompok dasar/asal. Siswa dikelompokkan
menjadi kelompok asal/dasar dengan anggota 5 sampai 6 orang
dengan kemampuan akademik yang heterogen. Setiap anggota
kelompok diberikan sub-pokok bahasan/topik yang berbeda untuk
mereka pelajari.
Fase 4 : Kelompok ahli atau expert group. Siswa yang mendapat topik
yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli.

7
Fase 5 : Tim ahli kembali ke kelompok dasar. Siswa kembali ke
kelompok dasar/ahli untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan
dalam kelompok ahli.
Fase 6 : Evaluasi. Semua siswa diberikan tes yang melingkupi semua
topik.
Fase 7 : Memberikan penghargaan. Guru memberikan penghargaan baik
secara individu maupun kelompok.
Guru sebagai seorang fasilitator berperan memberikan arahan pada saat
terjadi diskusi, baik pada kelompok ahli maupun pada kelompok dasar/asal.
Siswa dituntut harus aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi
di bawah arahan guru.
Apabila diringkaskan mengenai ketujuh fase di dalam melaksanakan
metode pembelajaran kooperatif model jigsaw, akan diperoleh suatu skema
ilustrasi kelompok ahli (expert group) dan kelompok asal (base group).
Adapun skema yang dimaksudkan sebagaimana tampak pada Gambar 1.
Base Group

abcde abcde abcde abcde abcde

aaaaa bbbbb ccccc ddddd eeeee

Expert Group

Gambar 01. Ilustrasi Kelompok Dasar dan Kelompok Ahli dalam


Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Keterangan:
Siswa dikelompokkan menjadi kelompok dasar (base group), kemudian
setiap anggota kelompok diberikan topik yang berbeda untuk dipelajari. Siswa
dari kelompok dasar yang berbeda dengan topik yang sama dipertemukan
dalam kelompok ahli (expert group) untuk berdiskusi dan membahas tugas

8
materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Para ahli
kemudian kembali ke kelompok dasar masing-masing dan mengambil giliran
untuk mengajar anggota kelompoknya (peer teaching) tentang topik mereka.
Akhirnya siswa diberikan tes yang meliputi semua topik dan skor yang
diperoleh dalam tes menjadi skor kelompok. Skor yang diperoleh kelompok
didasarkan pada peningkatan skor dari setiap siswa. Peningkatan skor dilihat
berdasarkan skor awal dan akhir yang diperoleh siswa. Skor awal adalah skor
yang diperoleh siswa pada pembelajaran sebelumnya, sedangkan skor akhir
adalah skor yang diperoleh dari tes pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Metode pembelajaran kooperatif model jigsaw secara teoretis dapat
mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan
sosial mahasiswa, meningkatkan hasil belajar dan secara empirik hanya diukur
pada tingkat kognitif saja, serta aktivitas siswa. Karena keandalan penelitian
metode pembelajaran ini akan dibuktikan dalam penelitian ini.
Penelitian mengenai pengaruh belajar kooperatif terhadap prestasi belajar
telah memajukan substansi mengenai belajar kooperatif. Kurang lebih 68 studi
eksperimental-kontrol yang berkualifikasi sebagai masukan; hanya lima tahun
setelah penelitian tersebut, terdapat 99 studi yang berkualitas, dan banyak
yang lainnya membandingkan alternatif pendekatan kooperatif. Simpulan
utama dari kajian ini sama seperti edisi dan pengkaji-pengkaji lainnya (seperti
Davidson, 1995; Ellis & Fouts, 1993; Newmann & Thompson, 1997). Hadiah
kelompok berdasarkan atas belajar individu dari semua anggota kelompok
sangat penting dalam memproduksi hasil prestasi belajar yang positif dalam
belajar kooperatif. Penelitian-penelitian yang saat ini telah ditambahkan untuk
simpulan dalam belajar kooperatif, bagaimanapun juga merupakan
kemungkinan yang menjadi mungkin untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
membawa kepada hasil prestasi belajar yang positif melalui pengajaran siswa
secara langsung yang disusun melalui metode kerja dengan anggota yang
lainnya (teristimewa secara berpasangan) atau mengajar mereka strategi
belajar yang menutup hubungan ke tujuan instruksional (teristimewa untuk
pengajaran keterampilan pemahaman membaca) (Slavin, 1995: 45-46).

9
Kemungkinan strategi pembelajaran yang efektif itu dapat secara langsung
diajarkan untuk kelompok kooperatif yang sangat sesuai dalam kerangka-kerja
teoretis yang dijelaskan sebelumnya. Kerangka kerja tersebut bila dirangkum
akan menjadi suatu model yang tercantum dalam Gambar 2.

Motivasi untuk belajar Penjelasan yang dikerjakan dengan


teliti (tutor teman-sebaya)
Peragaan teman sebaya

Tujuan kelompok berdasarkan Motivasi untuk Pekerjaan kognitif


Atas belajar anggota kelompok menghargai anggota yang dikerjakan
kelompok untuk dengan teliti
belajar Praktek teman-
sebaya

Motivasi untuk membantu Penilaian dan koreksi teman-sebaya


anggota kelompok untuk
belajar
Peningkatan belajar

Gambar 02. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perolehan Belajar


dalam Belajar Kooperatif (Slavin, 1995: 45-46)

Tujuan kelompok pada dasarnya dapat menumbuhkan motivasi untuk


belajar, motivasi untuk membantu anggota kelompok untuk belajar, dan
motivasi untuk menghargai anggota kelompok untuk belajar. Motivasi untuk
belajar dapat terjadi melalui peragaan teman sebaya, motivasi untuk
menghargai anggota kelompok untuk belajar dapat terjadi melalui praktek
teman sebaya, dan motivasi untuk membantu anggota kelompok untuk belajar
dapat terjadi melalui penilaian dan koreksi teman sebaya. Pada hakikatnya,
peragaan teman sebaya, praktek teman sebaya, dan penilaian dan koreksi
teman sebaya akan dapat meningkatkan hasil belajar.
Teori yang diringkaskan pada Gambar 2 berasumsi bahwa teori tersebut
merupakan perilaku dalam kelompok kooperatif, seperti pekerjaan kognitif
yang dikerjakan dengan teliti, tutor teman sebaya, peragaan teman sebaya, dan
penilaian yang saling menguntungkan, yang membawa pada pencapaian yang
lebih tinggi. Hadiah kelompok berdasarkan pada tampilan belajar individu
yang dihipotesiskan mendorong siswa untuk sibuk dalam perilaku tersebut,
tetapi tidak mempunyai dampak secara langsung dalam pembelajaran.
Kenyataanya, jika perilaku dapat diajarkan dan dipertahankan secara
10
langsung, selanjutnya bukan hadiah kelompok yang diperlukan.
Bagaimanapun juga, ini merupakan kemungkinan, teristimewa atas perjalanan
yang panjang, siswa membutuhkan beberapa jenis tujuan kelompok
berdasarkan atas anggota kelompok belajar jika mereka secara kontinyu perlu
waktu yang signifikan dan usaha membantu anggota kelompok belajar
lainnya, menilai kemajuan anggota lainnya, menghargai usaha anggota
lainnya, dan sebagainya. Ini bisa menjelaskan mengapa kombinasi hadiah
kelompok dan strategi pembelajaran yang jelas telah menghasilkan beberapa
pengaruh yang sangat kuat dari belajar kooperatif.
Penelitian pada belajar kooperatif menarik perhatian dalam hal ukuran dan
kualitasnya. Masih banyak keadaan yang lainnya untuk dipelajari mengenai
bagaimana, mengapa, dan di bawah kondisi apa belajar kooperatif
meningkatkan prestasi belajar siswa, tetapi ini jelas bahwa di bawah keadaan
batas-batas tertentu, belajar kooperatif dapat mempunyai kekonsistenan dan
pengaruh penting terhadap belajar semua siswa.

Dalam penelitian ini, metode pembelajaran kooperatif model jigsaw


diimplementasikan pada siswa kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh
metode pembelajaran kooperatif model jigsaw relatif sering digunakan dalam
proses belajar mengajar.

Syntaks Pembelajaran
Syntaks Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw:
a. Dimulai dengan penyajian materi.
b. Murid-murid digroupkan menjadi 4-5 orang.
c. Siswa mulai bekerja di timnya, setelah mendapat 4-5 pertanyaan.
d. Siswa membentuk tim ahli. Dalam hal ini guru memindahkan siswa.
Siswa-siswa yang menjawab no 1 berkumpul denagn no 1, yang menjawab
no 2 berkumpul dengan yang menjawab no 2 dan seterusnya.
e. Siswa kembali ke tim mereka. Setelah mereka selesai bekerja di tim ahli
mereka kembali ke groupnya masing-masing.
f. Evaluasi.

11
g. Memberi penghargaan. Peng-hargaan diberikan baik secara individu
ataupun kelompok.
Penjelasan lebih singkat tentang Metode Pembelajaran Kooperatif Model
Jigsaw untuk lebih cepat dipahami.
Jigsaw II merupakan adaptasi terbaik Jigsaw dari Elliot Aronson's (1978).
Disini murid-murid bekerja berempat dalam satu tim yang heterogen
sebagaimana dalam STAD dan TGT. Murid-murid disiapkan materi-materi
yang tidak terlalu banyak, misalnya 1 chapter atau materi pendek yang lain
untuk dibaca. Setiap anggota tim diupayakan untuk menjadi ahli dalam suatu
aspek dari materi yang diberikan. Misalnya materi tentang Jakarta. Dalam hal
ini satu siswa diupayakan untuk ahli dalam sejarahnya Jakarta, yang lain ahli
dalam ekonominya, yang lain ahli dalam geografinya serta anggota tim yang
lainnya ahli dalam bidang budayanya. Setelah siswa selesai membaca
materinya, para ahli dari masing-masing bagian yang ada dalam tim-tim yang
lain bergabung menjadi satu yang disebut dengan tim ahli. Mereka mulai
membicarakan masing-masing topik tadi bersama anggota tim ahli tersebut.
Sesudah mereka kembali lagi ke timnya. Semula, mereka ini yang
mengajarkan pada anggota tim yang lain terhadap apa yang mereka baru saja
dapatkan di tim ahli. Terakhir guru memberikan pertanyaan-pertanyaan
tentang apa yang sudah mereka pelajari. Tahapan yang lainnya sama dengan
yang di STAD.
Ketiga model pembelajaran di atas yaitu STAD, TGT dan Jigsaw dapat
digabungkan, seperti yang disampaikan oleh Slavin dan Karwek (1981) bahwa
mereka menemukan kepercayaan diri yang lebih besar dengan menggunakan
gabungan dari STAD, TGT, dan Jigsaw II, tapi bukan kepercayaan sosial.
Pengajaran menggunakan Jigsaw II dikembangkan oleh Elliot Aronson
(Slavin, 1995: 122). Materi untuk Jigsaw II bisa sebagian dari buku, bisa cerita
(sejarah), geografi, atau tex yang berupa narasi atau deskripsi. Murid-murid
dikasi bahan-bahan dari satu topik bahasan yang sudah dibagi menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil untuk dibaca. Begitu pula masing-masing
anggota tim memproleh bagian-bagian yang untuk dipelajari. Bila setiap orang
sudah selesai membaca, murid dari tim yang lain yang mendapat pertanyaan

12
yang sama atau masalah yang sama akan berkumpul menjadi group ahli.
Untuk membicarakan topik yang didapatkan. Mereka mendapat waktu
berdiskusi + 30 menit. Kemudian anggota tim ahli ini kembali ke timnya dan
menjelaskan gambaran dari masalah yang di dalamnya terhadap anggota tim
yang lain.
Kunci dari Jigsaw adalah setiap anggota tim kemampuannya dibantu atau
tergantung dari anggota tim yang lain untuk dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan atau tes akhir yang diberikan guru.

B. Prestasi Belajar
Prestasi belajar ................ sama dengan prestasi belajar bidang studi yang
lain merupakan hasil dari proses belajar siswa dan sebagaimana biasa
dilaporkan pada wali kelas, murid dan orang tua siswa setiap akhir semester
atau akhir tahun ajaran.
Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi
anak didik, pendidik, orang tua/wali murid dan sekolah, karena nilai atau
angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan
berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang
bersangkutan maupun sekolah. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa
yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai
siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Kalau perubahan tingkah
laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan
tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk
mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah.
Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan belajar atau setelah menerima
pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.

13
Dengan mengkaji hal tersebut di atas, maka faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar menurut Purwanto (2000: 102) antara lain: (1)
faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang dapat disebut faktor
individual, seperti kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi,
dan faktor pribadi, (2) faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor
sosial., seperti faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajamya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan
dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Dalam penelitian ini factor
ke 2 yaitu factor yang dari luar seperti guru dan cara mengajarnya yang akan
menentukan prestasi belajar siswa. Guru dalam hal ini adalah kemampuan atau
kompetensi guru, pendidikan dan lain-lain. Cara mengajarnya itu merupakan
factor kebiasaan guru itu atau pembawaan guru itu dalam memberikan
pelajaran. Juga dikatakan oleh Slamet (2003: 54-70) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstem. Faktor intern diklasifikasi
menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
kelelahan. Faktor jasmaniah antara lain: kesehatan, cacat tubuh. Faktor
psikologis antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan. Faktor kelelahan antara lain: kelelahan jasmani dan rohani.
Sedangkan faktor ekstern digolongkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor
keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat. Faktor keluarga antara lain: cara
orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga. Faktor sekolah antara lain: metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat antara lain: kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Peningkatan prestasi belajar yang penulis teliti dalam hal ini dipengaruhi oleh
factor ekstern yaitu metode mengajar guru.
Sardiman (1988: 25) menyatakan prestasi belajar sangat vital dalam dunia
pendidikan, mengingat prestasi belajar itu dapat berperan sebagai hasil

14
penilaian dan sebagai alat motivasi. Adapun peran sebagai hasil penilaian dan
sebagai alat motivasi diuraikan seperti berikut.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dibicarakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan prestasi siswa setelah
melakukan aktivitas belajar. Ini berarti prestasi belajar tidak akan bisa
diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa. Fungsi
prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan siswa
setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai
alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik secara
individu maupun kelompok. Dalam pembahasan ini akan dibicarakan
mengenai prestasi belajar sebagai hasil penilaian dan pada pembahasan
berikutnya akan dibicarakan pula prestasi belajar sebagai alat motivasi.
Prestasi belajar sebagai hasil penilaian sudah dipahami. Namun demikian
untuk mendapatkan pemahaman, perlu juga diketahui, bahwa penilaian adalah
sebagai aktivitas dalam menentukan rendahnya prestasi belajar itu sendiri.
Abdullah (dalam Mamik Suratmi, 1994: 22), mengatakan bahwa fungsi
prestasi belajar adalah: (a) sebagai indikator dan kuantitas pengetahuan yang
telah dimiliki oleh pelajar, (b) sebagai lambang pemenuhan keingintahuan, (c)
informasi tentang prestasi belajar dapat menjadi perangsang untuk
peningkatan ilmu pengetahuan dan (d) sebagai indikator daya serap dan
kecerdasan murid.
Mohammad Surya (1979), mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
antara lain dari sudut si pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut
situasi belajar.
Bila kita coba lihat lebih dalam dari pendapat di atas, maka prestasi belajar
dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor dari si pebelajar sendiri atau faktor
dalam diri siswa dan faktor luar. Faktor dalam diri siswa seperti IQ, motivasi,
etos belajar, bakat, keuletan, dan lain-lain sangat berpengaruh pada prestasi
belajar siswa.
Penjelasan Surya selanjutnya adalah: dari sudut si pembelajar (siswa),
prestasi belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan

15
jasmani siswa, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, penyesuaian diri dan
kemampuan berinteraksi siswa. Sedangkan yang bersumber dari proses
belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat
menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran
dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat,
mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk
menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa untuk belajar, akan memberi
pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan situasi
belajar siswa, meliputi situasi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
sekitar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang berbentuk angka
sebagai simbol dari ketuntasan belajar bidang studi sejarah. Prestasi belajar ini
sangat dipengaruhi oleh factor luar yaitu guru dan metode. Hal inilah yang
menjadi titik perhatian peneliti di lapangan.
Terkait dengan penelitian ini, untuk mengukur prestasi belajar ...................
digunakan tes hasil belajar, dengan mengacu pada materi pelajaran ..................
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di sekolah
ini.

C. Kerangka Berpikir
Kemampuan menampilkan sesuatu yang baik di depan orang lain bukan
merupakan hal yang gampang untuk dilakukan. Hal ini memerlukan pelatihan-
pelatihan yang perlu dimatangkan, dilatih, diulang serta dicoba beberapakali
tampilan.
Kemampuan menampilkan sesuatu yang baik tentu memerlukan
bimbingan orang lain, dalam hal ini adalah bimbingan guru terhadap
siswanya. Apabila guru telah melakukan inovasi-inovasi untuk mematangkan
siswanya memperoleh kemampuan yang diharapkan dalam menampilkan
sesuatu tentu dapat diharapkan para siswa akan memiliki kebiasaan-kebiasaan,
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan. Untuk dapat terwujudnya apa
yang diharapkan tersebut, inovasi langkah-langkah yang diupayakan guru

16
akan dapat memecahkan permasalahan yang ada. Dasar berpikir inilah yang
dijadikan acuan dalam memecahkan masalah yang sedang diteliti.

D. Hipotesis Tindakan
Melihat langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif Jigsaw yang
ampuh dalam memecahkan masalah yang ada, yang lebih diyakini lagi dengan
kebenaran teori yang disampaikan, maka hipotesis tindakan ini dapat
dirumuskan seperti berikut:
Jika langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif
Jigsawdimaksimalkan dalam pembelajaran maka prestasi belajar
Siswa Kelas...... SMA Negeri ..................... dapat ditingkatkan.

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Oleh karenanya,
rancangan yang khusus untuk sebuah penelitian tindakan sangat diperlukan.
Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa setiap manusia tidak suka
atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai
tujuan tercapai (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 6-7).
Dalam melaksanakan penelitian, rancangan merupakan hal yang sangat
penting untuk disampaikan. Tanpa rancangan, bisa saja alur penelitian akan
ngawur dalam pelaksanaannya.
Untuk penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian tindakan yang
disampaikan oleh ........................ seperti terlihat pada gambar berikut.
Model 1. Mc. Kernan

TINDAKAN DAUR I
Tindakan perlu perbaikan DAUR 2

dst
Penerapan Definisi masalah Penerapan Redefine problem

Evaluasi tindakan Need assessement Evaluate action Need assessement

Implementasi tindakan Hipotesis ide Impl. Revise plan New hypothesis

Develop action plan T 1 Revise action plan T 2

Gambar 01. Penelitian Tindakan Model Mc. Kernan, 1991 (dalam Sukidin,
Basrowi, Suranto, 2002: 54)

18
Prosedur:
- Tindakan daur I: mulai dari definisi masalah, berlanjut ke assessment
yang disiapkan, berlanjut ke rumusan hipotesis, berlanjut ke
pengembangan untuk tindakan I, lalu implementasi tindakan, evaluasi
tindakan berlanjut ke penerapan selanjutnya.
- Tindakan daur II: mulai dari menentukan kembali masalah yang ada,
berlanjut ke assessment yang disiapkan, terus ke pemikiran terhadap
munculnya hipotesis yang baru, perbaikan tindakan pada rencana ke 2,
pelaksanaan tindakan, evaluasi terhadap semua pelaksanaan dan
penerapan.

19
Model 2. Kemmis dan Mc. Taggart

Plan
R 1
E
4 Plan F
L
E
C
T 2
3
T
A

Plan
5
8 Plan R
E
F
L
E 6
C
7 T

T
A

Gambar 01. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Mc Taggart, 1988
(dalam Sukidin Basrowi, Suranto, 2002: 49)

Sebagai alur PTK, Kemmis dan Mc. Taggart memberi contoh sebagai
berikut:
1. Siswa mengira bahwa sain sekedar mengingat fakta dan bukan proses
inkuiri. Bagaimana saya dapat merangsang inkuiri pada siswa? Apakah
dengan mengubah teknik bertanya? Teknik bertanya yang sama?
Prosedur yang dilakukan adalah:
Menukar strategi bertanya agar siswa dapat menggali jawaban atas
pertanyaan sendiri.
1. Mencoba bertanya agar siswa mau mengatakan keinginannya
2. Catat pertanyaan dan respon
3. Pengendalian
4. Tujuan umum, kurangi pengendalian
5. Kendorkan pengendalian
6. Pertanyaan direkam dan dikendalikan

20
7. Inkuiri berkembang. Bagaimana mengajar tetap pada jalur
Dr. Hamzah B. Uno, dkk (2011: 69-70) menjelaskan, bagi Kemmis dan
Taggart perumusan masalah dan perencanaan tindakan menjadi langkah
pertama yang dilakukan peneliti secara bersamaan.Perumusan masalah
dilakukan dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang berkembang di
lapangan.Alternatif yang paling mungkin untuk diterapkan menjadi
rencana tindakan.Refleksi hasil pengamatan merupakan langkah
selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan dan observasi.Dengan refleksi
dapat dipahami kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama
melaksanakan tindakan.Dengan demikian, bila dampak tindakan belum
sesuai dengan yang diinginkan dapat dilakukan revisi terhadap ide atau
gagasan sebelumnya yang tertuang dalam perencanaan sehingga dapat
dilakukan perencanaan kembali.Demikian seterusnya.

21
Model 3. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut
(Arikunto, Suharsimi, 2007)

Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan
Tindakan I Tindakan I

Permasalahan baru Pengamatan/


Refleksi
hasil refleksi Pengumpulan

Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan II Tindakan II

Apabila Pengematan/
Refleksi II Pengumpulan Data
permasalahan
belum terselesaikan II

Dilanjutkan ke
siklus berikutnya

Gambar: 01 Alur Penelitian Tindakan kelas

1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat RPP, berkonsultasi dengan teman
sejawat membuat instrumen.
Pada tahap menyusun rancangan diupayakan ada kesepakatan
antara guru dan sejawat. Rancangan dilakukan bersama antara peneliti
yang akan melakukan tindakan dengan guru lain yang akan mengamati
proses jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang
dilakukan.

2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan pembelajaran di
kelas.Pada tahap ini guru peneliti giat melakukan tindakan menggunakan

22
Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan
Tindakan I Tindakan I

metode Card Sort berbantuan alat peraga.Rancangan tindakan tersebut


Permasalahan
sebelumnya telah dilatih baru diterapkan di
untuk dapat dalam kelas sesuai Pengamatan/
Refleksi
hasil refleksi Pengumpulan
dengan skenarionya.Skenario dari tindakan diupayakan dilaksanakan
dengan baik dan wajar. Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan II Tindakan II

3. Pengamatan atau observasi


Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat
Apabila Pengematan/
Refleksi II Pengumpulan D
permasalahan
pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada
belum terselesaikan waktu tindakan sedang berjalan, II
jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Dilanjutkan ke
Pada tahap ini, guru yang bertindak sebagai peneliti melakukan
siklus berikutnya
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan menggunakan tes prestasi belajar yang telah tersusun, termasuk
juga pengmatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu
ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.

4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul,
kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap
hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari
proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus
berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan
pengamatan ulang shingga permasalahan dapat teratasi.

23
Model 4. Model Ebbut merupakan salah satu model PTK yang
dikembangkan oleh Dave Ebbut.

IDE AWAL

Temuan dan Analisa

D Rencana Umum
A
U Langkah Tind. 1
R Implementasi
Langkah Tind. 2 Langkah Tindk. 1
1 Langkah Tind. 3

Minitor Implementasi dan Efeknya

Penjelasan kegagalan untuk implementasi Revisi rencana umum

Rencana diperbaiki

Langkah Tind. 1

Langkah Tind. 2

Langkah Tind. 3

D Monitor implementasi dan efek Implementasi


A langkah berikut
U
R
Jelaskan setiap implementasi dan efek
2 Revisi ide umum

Rencana diperbaiki

Langkah Tind. 1
D
A Langkah Tind. 2
U
R Langkah Tind. 3

3
Monitor implementasi dan efek Implementasi
langkah berikut

Gambar 01. Rancangan Penelitian Tindakan Model Ebbut (1985)

Prosedur yang dilakukan dengan model ini adalah pada awalnya


menemukan kekurangan-kekurangan yang ada, setelah dianalisis ternyata
kemampuan anak dalam berbahasa masih rendah sehingga dibuat
perencanaan, dilanjutkan dengan langkah-langkah tindakan yaitu melatih terus
sesuai kaidah pembelajaran di SMA karena penilaian terhadap kemajuan anak

24
harus diupayakan berkesinambungan, begitu juga penilaiannya. Lara Fridani,
dkk (2009: 6.6) mengatakan bahwa assesment perkembangan anak
dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Setelah langkah
tindakan dimonitor berserta efeknya serta kegagalannya bisa ditemukan,
dibuat revisi untuk perencanaan selanjutnya.Demikian terus bergulir sampai
penelitian berhasil sesuai indikator yang diusulkan.Untuk indikator tersebut
ada di Bab III ini dibagian yang paling akhir.

25
Model 5. Elliot

Ide Umum Memperbaiki/ Mengubah

Reconnaissance Pengintaian/ Peninjauan

Rencana Rencana Rencana


Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh

Tindakan 2 dst Tindakan 1 Tindakan 3 dst

Monitor dan
atau reconnaissance atau

atau

Tindakan 2 dst

Gambar 01. Penelitian Tindakan Model Elliot, 1991 (dalam Sukidin,


Basrowi, Suranto, 2002: 52)

Ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami langkah-


langkah yang ada di dalam model PTK yang dikembangkan oleh Elliot bila
guru akan menerapkan atau mengadopsi untuk penelitian tindakan kelas. Elliot
adalah seorang pendukung gerakan “guru sebagai peneliti”.Elliot bekerjasama
dengan Adelman menggunakan langkah-langkah refleksi yang harus bergulir
dan menjadi suatu siklus.
26
Prosedur:
- Ide umum
- Peninjauan
- Rencana menyeluruh
- Tindakan I
- Monitor dan peninjauan
- Lanjut ke tindakan II atau revisi recana menyeluruh baru ketindakan II
- Atau memperbaiki ide awal yang umum, berlanjut ke peninjauan,
berlanjut ke rencana menyeluruh, belanjut ke tindakan II dan
seterusnya.

B. Setting/Lokasi Penelitian

C. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas......... SMA
Negeri .........................Singaraja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 01. Nama-nama siswa Kelas.....SMA Negeri ..........................
Nomor Subjek Penelitian Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9

27
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar
siswa kelas .......SMA Negeri ......................... Singaraja setelah diterapkan
model Kooperatif Jigsaw dalam proses pembelajaran.

D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan ....................sampai
bulan ...................... Sebagai gambaran dari pelaksanaan penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 02. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan x x x
proposal dan
1.
pelaksanaan
kegiatan awal
Perencanaan x
2.
tindakan I x
Pelaksanaan x x x
3.
tindakan I
Pengamatan/pengu x x x x
4.
mpulan data I
5. Refleksi I x
Perencanaan x
6.
tindakan II
Pelaksanaan X
7.
tindakan II x
Pengamatan/pengu x x x
8.
mpulan data II x
9. Refleksi II x
Penulisan X x x
10.
laporan/penjilidan

E. Metode Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan tes prestasi belajar.

28
F. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini
adalah metode deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk data
kuantitatif. Untuk data kualitatif dianalisis dengan memberi pertimbangan-
pertimbangan, memberi komentar-komentar, mengklasifikasikan data,
mencocokan dengan validitas internal dan validitas eksternal, mencari
hubungan-hubungan, mencari perbandingan-perbandingan, mengkategorikan
data dan selanjutnya membuat kesimpulan refleksi dengan mencari makna dari
kesimpulan hubungan antarkategori. Sebelum melakukan analisis kualitatif
sebaiknya kita mencoba melihat pendapat para ahli analisis. Menurut Matthew
B. Miles dan A. Michael Hubberman (1992: 390), dalam penelitian kualitatif
cendrung diabaikan. Ini terjadi karena inti penelitian kualitatif adalah
menjangkau sesuatu yang lebih dari sekedar, yang dapat dikatakan kepada kita
akan pentingnya kualitas tersebut. Selanjutnya dikatakan, akan tetapi
sebagaimana yang kita perhatikan sebelumnya, terjadi banyak perhitungan
pada saat penentuan kualitas dibuat. Jadi dalam penelitian kualitatif perlu
diketahui, yang pertama-tama adalah bahwa kita juga menghitung. Untuk data
kuantitatif dianalisis dengan mencari mean, median, modus, standar deviasi,
membuat interval kelas dan melakukan penyajian dalam bentuk tabel dan
grafik.

G. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian


1. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siswa
Standar Kompetensi
No Materi Indikator Bentuk Tes
Kompetensi Dasar

29
2. Instrumen Penilaian Prestasi Belajar Siswa
Instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi belajar siswa kelas.........
adalah tes. Tes ini terdiri dari...... soal dengan bentuk tes adalah.......,
(terlampir di RPP)

H. Indikator Keberhasilan Penelitian


Dalam penelitian ini diusulkan prestasi belajar siswa per siklus yaitu pada
siklus I diusulkan nilai rata-rata 65 dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata
85.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
30
Pada bagian ini, akan dipaparkan data yang diperoleh dari penelitian
tindakan ini secara rinci berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA
Negeri .........................Singaraja. Sebelum menyampaikan hasil-hasil
penelitian ada baiknya dilihat dahulu pendapat para ahli pendidikan berikut:
dalam menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan, perlu menyajikan
uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek
keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang
mendasar, yaitu hasil pembahasan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan,
guru, motivasi dan aktivits belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan
grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi
disertai pembahasan secara sistimatis dan jelas (Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, Supardi, 2006: 83). Melihat paparan ini jelaslah apa yang harus
dilihat dalam Bab ini yaitu menulis lengkap mulai dari apa yang dibuat sesuai
perencanaan, hasilnya apa, bagaimana pelaksanaanya, apa hasil yang dicapai,
sampai pada refleksi berikutnya semua hasilnya. Oleh karenanya pembicaraan
pada bagian ini dimulai dengan apa yang dilakukan dari bagian perencanaan.
1. Siklus I
1. Rencana Tindakan I
Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi:
a. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
akan dilaksanakan dengan metode Kooperatif Jigsaw sepeti terlihat
pada lampiran ...... Berdasar hasil awal kemampuan siswa kelas.....
yang tertera pada latar belakang, peneliti merencanakan kegiatan
yang lebih intensif seperti berkonsultasi dengan teman-teman guru
dan kepala sekolah tentang persiapan pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode Kooperatif Jigsaw.
b. Menentukan waktu pelaksanaan, yang menyangkut hari, tanggal,
sesuai dengan jadwal penelitian yaitu pada minggu ke..... bulan....
c. Meminta kepada teman-teman guru bidang studi sejenis dan kepala
sekolah sebagai mitra kesejawatan dalam pelaksanaan RPP yang

31
sudah direncanakan. Hasilnya adalah kesiapan teman-teman guru
untuk ikut melaksanakan supervisi kunjungan kelas.
d. Menentukan yang menjadi prinsip supervisi teknik kunjungan
kelas. Hasilnya adalah format-format perencanaan teknik
kunjungan kelas untuk penilaian guru (terlampir di lampiran.....).
e. Sebelum masuk kelas, peneliti meminta guru untuk membawa
lembar penilaian yang berisikan tentang penilaian proses
pembelajaran. Berdasar format yang sudah dibawa guru, peneliti
melakukan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan supervisi kelas adalah:
a) Supervisor harus sudahmantap dan mengetahui metode
pembelajaran yang menggunakan Kooperatif Jigsaw dan
kehadirannya di kelas bukan mencari kesalahan, tetapi untuk
kepentingan bersama yaitu memperbaiki pembelajaran.
b) Supervisor telah diberitahu untuk lebih memahami tentang
prinsip-prinsip supervisi sehingga tidak lagi cenderung
instruktif dan lebih bersahabat dengan prinsip kesejawatan.
c) Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor diharapkan
menunjukkan rasa kesejawatan yang akrab.
d) Guru yang disupervisi diharap tidak selalu memperhatikan
supervisor, tetapi tetap berkonsentrasi pada pelaksanaan
pembelajaran.
f. Peneliti memberikan penjelasan pada siswa bahwa kehadiran
supervisor ke kelas bukan untuk mencari kesalahan atau kelemahan
guru dalam pembelajaran, tapi untuk meningkatkan kemampuan
menguasai ilmu.
g. Memperbanyak jumlah/frekuensi kunjungan kelas dalam siklus
berikutnya sehingga kedekatan supervisor dengan guru dan siswa
akan terjalin dengan baik.

32
h. Merencanakan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan.
Menentukan bahan pelajaran, dengan cara menyesuaikan dengan
silabus yang berlaku dan penjabarannya dengan cukup baik.
i. Memilih dan mengorganisaasikan materi, media, dan sumber
belajar.
Pada siklus pertama ini, peneliti mengorganisasikan materi
pembelajaran dengan baik. Urutan penyampaiannya dari yang
mudah ke yang sulit, cakupan materi cukup bermakna bagi siswa,
menentukan alat bantu mengajar. Sedangkan dalam penentuan
sumber belajar sudah disesuaikan dengan tujuan, materi
pembelajaran dan tingkat perkembangan peserta didik.
j. Merancang skenario pembelajaran.
Skenario pembelajaran disesuikan dengan tujuan, materi dan
tingkat perkembangan siswa, diupayakan variasi dalam
penyampaian. Susunan dan langkah-langkah pembelajaran sudah
disesuaikan dengan tujuan, materi, tingkat perkembangan siswa,
waktu yang tersedia, sistematiknya adalah menaruh siswa dalam
posisi sentral, mengikuti perubahan strategi pendidikan dari
pengajaran ke pembelajaran sesuai Permen Diknas No. 41 Tahun
2007.

2. Pelaksanaan Tindakan I
a. Pengelolaan Kelas
Mengelola kelas dengan persiapan yang matang, mengajar materi
dengan benar sesuai perencanaan di RPP.
b. Alat Penilaian
Pembahasan dan jenis penilaian, terlampir di RPP berikut format
penilaian, memulai dengan pembukaan, pembelajaran inti,
pembelajaran penutup dan dilanjutkan dengan penilaian.
c. Penampilan
Penampilan secara umum, peneliti berpakaian rapi, menggunakan
bahasa yang santun, menuntun siswa semaksimal mungkin dengan

33
penggunaan metode Kooperatif Jigsaw, peneliti mengupayakan
strategi agar mudah mengamati siswa yang sedang belajar. Setelah
pembelajaran selesai dilakukan, dilanjutkan dengan mengadakan
pertemuan dengan guru yang mengawasi proses pembelajaran
untuk mendiskusikan hasil pengamatan
d. Dari diskusi dengan guru, terungkap bahwa:
1. Pembelajaran yang dilakukan belum maksimal, karena peneliti
baru pertamakali mencoba metode ini.
2. Siswa-siswa memang belum aktif menerima pelajaran dan
memberi tanggapan, ini sesuai dengan tujuan metode
Kooperatif Jigsaw.
3. Peneliti mengusulkan agar guru yang mengamati mau kembali
dan bersedia mengamati kembali pada kesempatan di siklus II.
4. Untuk sementara, peneliti belum yakin bahwa pelaksanaan
supervisi kunjungan kelas akan meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa, tetapi menurut pengamat, cara yang
dilakukan peneliti cukup mampu mendorong meningkatkan
kreativitas dan prestasi belajar.
5. Penyampaian pengamat pada peneliti dapat disampaikan
sebagai berikut:
Pengelolaan ruangan, waktu, dan fasilitas belajar
Dalam mengelola ruang kelas, waktu serta fasilitas belajar,
dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Peneliti menyediakan alat bantu/media pembelajaran.
2) Peneliti kurang memperhatikan kebersihan papan tulis,
kebersihan seragam siswa, dalam hal lain yang berguna
untuk menumbuhkan motivasi belajar dan disiplin siswa.
3) Penelitibelum begitu baik dalam waktu. Memulai
pelajaran tidak tepat waktu akibat hal-hal tertentu.
6. Penggunaan strategi pembelajaran
1) Jenis kegiatan sesuai dengan tujuanserta lingkungan
siswa. Namun, guru kurang memperhatikan kebutuhan

34
siswa, guru masih menerapkan gaya pembelajaran
tradisional. Guru juga kurang memperhatikan disiplin
siswa. Banyak siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan guru.
2) Guru sama sekali tidak menggunakan alat bantu pelajaran,
walaupun sekolah telah menyediakannya.
3) Dalam menjelaskan pelajaran, guru kurang
memperhatikan keterkaitan materi yang satu dengan
materi yang lain. Guru tidak memberikan kesimpulan dan
tindak lanjut pada akhir pelajaran.
4) Kelebihannya, guru telah menggunakan cara
pembelajaran yang baru yaitu Kooperatif Jigsaw.
7. Pengelolaan interaksi kelas
1) Penjelasan guru cukup dimengerti oleh siswa. Hal ini bisa
dilihat dari respon siswa. Jika ada siswa yang belum
mengerti, guru berusaha menjelaskan ulang.
2) Dalam bertanya, guru menggunakan kata atau tindakan
yang mengurangi keberanian siswa untuk bertanya atau
menjawab pertanyaan guru. Guru mengabaikan partisipasi
aktif siswa.
3) Dalam menyajikan pelajaran, guru menggunakan
komunikasi lisan, tulisan, isyarat, token atau gerakan
badan. Pembicaraan guru cukup lancar dan dimengerti
siswa, namun gerakan badan atau tangan guru kurang
menunjukkan keantusiasan dalam mendorong siswa untuk
berpartisipasi aktif.
4) Guru tidak membantu siswa dalam mengingat kembali
pengalaman atau pengetahuan yang telah diperoleh siswa
dan kurang memberikan peluang kepada siswa yang pasif
untuk berpartisipasi. Guru tidak memberi pertanyaan yang
menggali reaksi siswa. Cara guru merespon siswa yang
berpartisipasi aktif masik kurang baik.

35
5) Dalam mengakhiri pelajaran, guru kurang mengupayakan
kesimpulan yang lengkap. Guru juga kurang melibatkan
siswa dalam membuat kesimpulan. Dengan demikian,
pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.
8. Sikap guru
1) Dalam kegiatan pembelajaran, kadang-kadang guru
kurang bersikap ramah. Guru kurang menunjukkan sikap
bersahabat dengan siswa. Dalam menegur siswa yang
berbuat salah, guru menggunakan kata yang kurang
sopan. Jika ada pendapat siswa yang kurang sesuai
dengan pendapat guru, guru langsung menepis begitu saja.
2) Guru sangat bergairah dalam mengajar. Hal itu terlihat
dari ekspresi wajah dan pandangan matanya. Tetapi, suara
monotun, isyarat tangan dan gerakan tubuh kurang
beraturan.
3) Dalam membantu siswa yang menghadapi kesulitan,
bantuan guru kurang maksimal. Guru juga tidak
mendorong siswa untuk memecahkan masalah sendiri.
4) Guru tidak memperhatikan perbedaan individual siswa.
Guru tidak memberi perhatian khusus kepada siswa yang
memiliki kelainan, misalnya yang suka usil, pembohong
yang pura-pura ikut bekerjasama, tapi dia ngomong lain-
lain dari pelajaran. Guru juga tidak memberikan
penghargaan kepada siswa yang memiliki kelebihan. Guru
tidak membina kerjasama diantara siswa.
9. Pelaksanaan penilaian
Guru tidak mengadakan apersepsi penilaian awal sehingga guru
tidak mengetahui kesiapan siswa terhadap materi pelajaran
yang akan diajarkan. Penilaian juga tidak dilakukan dalam
proses pembelajaran.
10. Kesan umum dalam proses

36
1) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
cukup jelas, tetapi kurang baku karena bercampur dengan
bahasa daerah. Demikian juga Tata Bahasa Indonesianya
kurang baik.
2) Penampilan guru dilihat dari pakaian, rambut dan
perlengkapan yang lain cukup rapi. Suara cukup jelas
tetapi kurang bervariasi. Posisi guru juga kurang ada
variasi.

3. Refleksi Siklus I
Sebelum memulai refleksi, ada baiknya melihat pendapat para pakar
pendidikan tentang apa yang dimaksud dengan refleksi. Pendapat ini
akan merupakan panduan terhadap cara atau hal-hal yang perlu dalam
menulis refleksi. Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul,
kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan.
Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil
pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 80).
Analisis kuantitatif prestasi belajar siswa siklus I
1. Rata-rata (mean) yang diperoleh adalah.................................
2. Median (titik tengahnya) adalah ............................................
3. Modus (angka yang paling banyak muncul)..............................
4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal
berikut dihitung terlebih dahulu.
1. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N) = ........
2. Rentang kelas (r) = skor maksimum – skor minimum
r
3. Panjang kelas interval (i) = =…
K

4. Tabel data kelas interval


No Nilai Frekuensi Frekuensi
Interval
Urut Tengah Absolut Relatif
37
1
2
3
4
Total ...........

5. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram


Contoh Histrogram

10
9
8
7
6
5
4
3
2
10
0
4 5 6 7 8

Grafik 01. .......................................................

2. Siklus II
1. Perencanaan
Dengan melihat semua hasil yang didapat pada siklus I, baik
refleksi data kualitatif maupun refleksi data kuantitatif, maka untuk
perencanaan pelaksanaan penelitian di siklus II ini ada beberapa hal
yang perlu dilakukan yaitu:
a. Peneliti merencanakan kembali jadwal untuk melakukan
pembelajaran di kelas dengan melihat jadwal penelitian pada Bab
III dan waktu dalam kalender pendidikan. Hasil dari refleksi siklus
i merupakan dasar dari pembuatan perencanaan di siklus ini.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik serta
membuat instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan
38
data yang dibuat seperti instrumen-instrumen sebelumnya yang
meliputi instrumen observasi keaktifan belajar dan instrumen tes
prestasi belajar.
c. Merencanakan kunjungan kelas bersama-sama guru dan kepala
sekolah sebagai upaya trianggulasi data. Untuk ini peneliti
berkonsultasi dengan kepala sekolah, minta kesediaannya untuk
ikut proses pembelajaran yang dilakukan. Inovasi ini dilakukan
agar penelitidapat berupaya lebih maksimal untuk melaksanakan
pembelajaran yang lebih baik dan lebih berkualitas. Hasil
konsultasi dengan kepala sekolah adalah adanya kesiapan kepala
sekolah untuk ikut melakukan supervisi kunjungan kelas. Guru
yang akan mengobservasi diberitahu bahwa kepala sekolah akan
ikut berpartisipasi, masuk ke ruangan untuk bersama-sama
melakukan supervisi. Hal ini diberitahukan pada guru dengan
harapan agar guru yang akan mengobservasi bisa lebih siap lagi
untuk melakukan supervisi yang lebih berkualitas.
d. Bersama guru merancang skenario penerapan pembelajaran dengan
melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dengan
mengidentifikasi hal-hal yang bisa dilakukan untuk peningkatan
pembelajaran. Untuk hal ini, semua catatan tentang kekurangan
yang ada di siklus I yang merupakan hasil refleksi disampaikan
pada guru untuk dipelajari. Memberitahu guru apa-apa yang perlu
dilaksanakan, apa saja yang siswa mesti kerjakan, cara penerapan
metodeKooperatif Jigsaw yang benar sesuai dengan yang
diharapkan.

2. Pelaksanaan Tindakan
Uraian tentang pelaksanaan tindakan pada siklus II ini disampaikan
sebagai berikut:

39
a. Pada hari yang sudah ditentukan sesuai jadwal, peneliti memulai
tahap pelaksanaan tindakan dengan membawa semua persiapan
yang sudah dibuat. Terkait Kooperatif Jigsaw mulai diupayakan
dalam pembelajaran, pada kali yang kedua ini peneliti mengajak
kepala sekolah untuk ke kelas dan ikut melakukan pengamatan.
Hal ini dilakukan dengan harapan peneliti akan lebih bersemangat
untuk dapat melaksanakan pembelajaran lebih serius. Dengan
kepala sekolah ikut mengamati berarti ada orang lain yang mesti
dilihat oleh siswa yang akan menimbulkan keseriusan mereka yang
lebih dari biasanya. Peneliti membawa instrumen pengamatan
observasi keaktifan belajar dan instrumen tes prestasi belajar.
Setelah masuk kelas bersama guru yang akan mengamati proses
pembelajaran memulai aktivitas pembelajaran sambil
mempersilahkan kepala sekolah dan guru yang mengamati duduk
di bangku paling belakang yang sudah disediakan. Setelah
pelaksanaan pembelajaran berjalan, tiba-tiba kepala sekolah dicari
oleh pegawainya karena ada urusan kantor, sehingga pengamatan
melaksanakan pembelajaran hanya dilanjutkan oleh guru yang
penulis minta untuk mengobservasi proses selanjutnya. Di
belakang guru yang mengamati proses pembelajaran sangat aktif
menulis hal-hal yang terjadi di kelas untuk memberi penilaian
terhadap kemampuan dan profesionalisme guru sedangkan di
depan kelas peneliti sibuk dengan pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas. Pada pembelajaran inti peneliti
melaksanakan explorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan
membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil untuk siap
menerima pembelajaran, dan terakhir peneliti melaksanakan
penutupan pembelajaran. Untuk pelaksanaan explorasi, elaborasi
dan konfirmasi bagian-bagiannya cukup banyak dan penulis tidak
paparkan panjang lebar karena kegiatan yang mesti dilakukan
seperti diskusi, presentasi dan lain-lain sudah bisa dibaca pada

40
instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilampirkan di
lampiran 8.

3. Observasi/Penilaian
Penilaian terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan pada saat
peneliti melakukan tindakan. Peneliti menilai keaktifan belajar siswa
sesuai format penilaian aktivitas belajar yang dibawa. Dari catatan-
catatan yang cepat tersebut penulis mengetahui dibagian mana
diperbaiki, dibagian mana diperlukan penekanan-penekanan, dibagian
mananya perlu diberi saran-saran serta penguatan-penguatan.
Disamping itu pada catatan cepat yang dilakukan peneliti, dicatat juga
kreativitas siswa, kemauan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam
pembelajaran, kontribusi diantara para siswa.Apabila semua ini
terlaksana dengan baik sudah pasti guru dalam melaksanakan tugas
pembelajaran akan cukup profesional. Pelaksanaan penilaian akhirnya
dilanjutkan minggu depannya karena setelah guru melakukan proses
pembelajaran, waktu untuk memberikan tes tidak mencukupi sehingga
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

4. Refleksi Siklus II
1. Analisis Kuantitatif untuk Perolehan Nilai Tes Prestasi Belajar Siklus
II.
1. Rata-rata (mean) hasil tes prestasi belajar siswa adalah ............
2. Median (titik tengahnya) adalah ............................................
3. Modus (atau angka yang paling sering muncul) adalah.......
4. Untuk menyajikan data tersebut dalam bentuk grafik maka
dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut:
1) Banyak kelas dihitung dengan rumus STURGES:
K = 1 + 3,3 x log N
= .......................
= .......................
= .......................

41
2) Rentangan dihitung dengan:
r = skor maksimum – skor minimum
= ................ - ................
= .............
3) Panjang kelas interval dihitung dengan:
r
i = =¿
K
i = ...................
4) Tabel data kelas interval disajikan sebagai berikut:
No Interval Nilai Frekuensi Frekuensi
Urut Tengah Absolut Relatif
1
2
3
4
5
Total ...........

6. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram


Contoh Histrogram

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

100200300400500600700

Grafik 02. .......................................................

B. Pembahasan

42
1. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus I
Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes pilihan ganda
memforsir siswa untuk betul-betul dapat memahami apa yang sudah
dipelajari. Nilai rata-rata siswa di siklus I sebesar...... menunjukkan bahwa
siswa setelah menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu
sempurna. Hasil ini menunjukkan peningkatan kemampuan siswa
menguasai mata pelajaran ..................... Apabila dibandingkan dengan
nilai awal siswa sesuai data yang sudah disampaikan dalam analisis
sebelumnya.
Hasil tes prestasi belajar di siklus I telah menemukan efek utama
bahwa penggunaan metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa yang dalam hal ini adalah metode Kooperatif Jigsaw. Hal ini
sesuai dengan hasil meta analisis metode pembelajaran yang dilakukan
oleh Soedomo (1989/1990) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran
yang diterapkan oleh seorang guru berpengaruh terhadap prestasi
belajarnya.
Seperti telah diketahui bersama bahwasannya mata pelajaran.......
menitikberatkan pembelajaran pada aspek kognitif, .............., dan .......
sebagai pedoman prilaku kehidupan sehari-hari siswa. Untuk penyelesaian
kesulitan yang ada maka penggunaan metode ini dapat membantu siswa
untuk berkreasi, bertindak aktif, bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat,
bertanya, berdiskusi, berargumentasi, bertukar informasi dan memecahkan
masalah yang ada bersama dengan anggota kelompok diskusinya. Hal
inilah yang membuat siswa berpikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis
sehingga mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
efek selanjutnya adalah para siswa akan dapat memahami dan meresapi
mata pelajaran ........... lebih jauh.
Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi
belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai
dengan tuntutan KKM mata pelajaran............ di sekolah ini yaitu...... Oleh
karenanya upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan sehingga
perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus selanjutnya.

43
2. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus II
Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah
cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai.......... Hasil ini
menunjukkan bahwa metode Kooperatif Jigsaw telah berhasil
meningkatkan kemampuan siswa menempa ilmu sesuai harapan.
Kooperatif tipe Jigsaw merupakan model yang cocok bagi siswa apabila
guru menginginkan mereka memiliki kemampuan berkreasi,
berargumentasi, mengeluarkan pendapat secara lugas, bertukar pikiran,
berargumentasi, mengingat penggunaan metode ini adalah untuk
memupuk kemampuan berbicara dihadapan orang banyak.
Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa
model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan
bahwa guru sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses
pembelajaran karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh
dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain
seperti yang dilakukan oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang pada
dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Mata pelajaran............ menitikberatkan kajiannya pada aspek
kognitif, ............. sebagai pedoman atas kemampuan siswa baik pikiran,
prilaku maupun keterampilan yang dimiliki. Untuk semua bantuan
terhadap hal ini, metode Kooperatif tipe Jigsaw menempati tempat yang
penting karena dapat mengaktifkan siswa secara maksimal. Dari nilai yang
diperoleh siswa, lebih setengah siswa mendapat nilai ........, ........ siswa
memperoleh nilai menengah dan ...... siswa memperoleh nilai rendah. Dari
perbandingan nilai ini sudah dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa
dapat ditingkatkan dengan penggunaan metode Kooperatif Jigsaw.
Walaupun penelitian ini sudah bisa dikatakan berhasil, namun pada saat-

44
saat peneliti mengajar di kelas cara selanjutnya, cara ini akan terus
dicobakan termasuk di kelas-kelas lain yang peneliti ajar.
Setelah dibandingkan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II,
terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah .....
naik di siklus I menjadi........ dan di siklus II naik menjadi ....... Kenaikan
ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari
upaya-upaya yang maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan
mutu pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di
SMA................................

BAB V

45
PENUTUP

A. Simpulan
Bertitik tolak dari pemicu rendahnya prestasi belajar ada pada faktor-
faktor seperti metode yang digunakan guru, sehingga penggunaan atau
penggantian metode konvensional menjadi metode-metode yang sifatnya
konstruktivis sangat diperlukan, akibatnya peneliti mencoba metode
Kooperatif tipe Jigsaw dalam upaya untuk dapat memecahkan permasalahan
yang ada.
Bertumpu pada rendahnya prestasi belajar siswa yang disampaikan pada
latar belakang masalah, penggunaan metode Kooperatif tipe Jigsaw
diupayakan untuk dapat menyelesaikan dua tujuan penelitian ini yang 1) untuk
mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dan 2) untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar. Seberapa besar peningkatan yang dicapai sudah
dipaparkan dengan jelas pada akhir analisis.Dari hasil penelitian di Bab IV.
Berdasar pada semua data yang telah disampaikan tersebut, 2 tujuan penelitian
yang disampaikan di atas dapat dicapai dengan bukti sebagai berikut:
a. Dari data awal ada ....... siswa mendapat nilai dibawah 25 dan pada siklus I
menurun menjadi ...... siswa dan siklus II hanya ....... siswa mendapat nilai
5.
b. Dari rata-rata awal ....... naik menjadi ...... pada siklus I dan pada siklus II
naik menjadi.....
c. Dari data awal siswa yang tuntas hanya ...... orang sedangkan pada siklus I
menjadi lebih banyak yaitu ...... siswa dan pada siklus II menjadi cukup
banyak yaitu ...... siswa.
Dari semua data pendukung pembuktian pencapaian tujuan pembelajaran
dapat disampaikan bahwa model Kooperatif tipe Jigsaw dapat memberi
jawaban yang diharapkan sesuai tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai
adalah akibat kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak pembuatan proposal,
review hal-hal yang belum bagus bersama teman-teman guru, penyusunan
kisi-kisi dan instrumen penelitian, penggunaan sarana trianggulasi data sampai
pada pelaksanaan penelitian yang maksimal.

46
B. Saran
Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran dalam bidang studi...............................,
dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran...............,
penggunaan metode Kooperatif Jigsaw semestinya menjadi pilihan dari
beberapa metode yang ada mengingat metode ini telah terbukti dapat
meningkatkan kerjasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar informasi,
mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi dan lain-
lain.
2. Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model
Kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar,
sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna
dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang berminat meneliti
topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti.
3. Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti
lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil
penelitian.

47
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2002. http://www.scribd.com/doc/9037208/

Adnyani, Nyoman. 2002. Kelemahan-Kelemahan Penerimaan Siswa SMP yang


Beracuan pada NUAN. Makalah yang Disampaikan dalam Seminar Ilmiah
Universitas Mahasaraswati, September 2003.

Anastasi, Anne. 1976. Psychological Testing. Fifth Edition. New York:


Macmillan Publishing Co., Inc.

Ardana, Nengah. 1999. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Pola Pemberian
Tugas dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Fisika pada Siswa SMP
Negeri 1 Denpasar. Skripsi. IKIP Mahasaraswati Tabanan.

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aryana, Wayan. 2003. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar IPA
pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Ringkasan Hasil Penelitian yang
Disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal
22-24 September 2003.

Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan


Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.

Budiadnya, Made. 2004. Ujicoba Model Pembelajaran Generatif dalam


Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di
SMP Negeri 5 Singaraja. Tesis. Singaraja: Program Pascasarjana IKIP
Negeri Singaraja.

Budiadnyana, Putu. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Bermodul


yang Berwawasan SMK Terhadap Hasil Belajar Biologi (Eksperimen
pada Siswa Kelas II SMA di Singaraja). Disertasi. Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.

Depdikbud. 1984/1985. Program Akta Mengajar V-B Komponen Dasar


Kependidikan: Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Depdikbud. 1996. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran IPS-Sejarah. Jakarta:


Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.

Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik


dan Tenaga Kependidikan. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta:
Depdiknas.

Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.

Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta. National Education


Planning, Evaluation and Curriculum Development.

Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate
Research in Education. Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. New York:
Holt, Reinhart and Winston.

Gay, L. R. 1987. Educational Research: Competencies for Analysis and


Application. Seventh Edition. Columbus, Ohio: Merrill Publishing
Company.

Good, Thomas L. & Jere E. Brophy. 1990. Educational Psychology, A Realistic


Approach. New York: Longman.

Gregory, Robert J. 2000. Psychological Testing: History, Principles, and


Applications. Boston: Allyn and Bacon.

Gronlund, Norman E. 1982. Constructing Achievement Tests. Third Edition.


London: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Herrhyanto, Nar dan Hamid, Akib. 2006. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative Learning. New York:


McGraw-Hill, Inc.

49
INTEN, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal
Siswa Terhadap Prestasi Belajar PKN dan Sejarah Pada Siswa Kelas II
SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Singaraja. Program
Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.

INTEN, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal


Siswa Terhadap Prestasi Belajar PKn dan Sejarah pada Siswa Kelas II di
SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Program Pascasarjana
IKIP Negeri Singaraja.

Irianto, Agus. 1989. Bahan Ajaran Statistika Pendidikan (Buku Kedua). Jakarta:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Circles of Learning. Fairfax,


Va.: Association for Supervision and Curriculum Development.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom.


Edina,Minnesota: A publication Interaction Book Company.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1987. Learning Together and Alone:
Cooperation, Competition, and Individualistic Learning. Englewood
Cliffs, N.J.: Prentice-Hall.

Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character. How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility.New York: Bantam Books.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di


Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Maba, Wayan. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Makalah yang disampaikan dalam


penataran PBM Dosen Kopertis Wilayah VIII, Tanggal 27-30 Oktober
2002.

Marhaeni, A.A.I.N. 2005.Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi


Berprestasi dalam Belajar Bahasa Inggris Terhadap Kemampuan Menulis
Bahasa Inggris (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja, 2004). Desertasi: IKIP Negeri
Jakarta.
Miles, Matthew, B. Dan A. Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan Tjetjep Roheadi Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.

Modern Educators and Lexicographers. 1939. Webster’s New American


Detionary. New York: 140 Broadway, Books, Inc.

Montgomery, Douglas C. 1991. Design and Analysis of Experiments. Third


Edition. Canada: John Willy & Sons, Inc.

50
Murwansyah dan Mukaram. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
Pusat Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, Indonesia..

Nana Sudjana. 2000. http//www.scribd.com/doc/9037208/

Nasution, S. 1972. Didaktik Sekolah Pendidikan Guru: Asas-Asas Didaktik


Metodologi Pengajaran dan Evaluasi. Depdikbud: Jakarta.

Nur, Mohamad et al. 2001. Teori Belajar. Surabaya: University Press.

Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan.Surabaya:


Usaha Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23


November 2007. Jakarta: Depdiknas.

Popham, W. James dan Eva L. Baker. 1984. Bagaimana Mengajar Secara


Sistematis. Diterjemahkan Oleh R.H. Dj. Sinurat et al.Yogyakarta:
Kanisius.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar Kooperatif. Diktat Perkuliahan Mahasiswa


Unipas.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kemampuan


Berpikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas
III SMP Negeri Seririt (Eksperimen pada Pokok Bahasan Reproduksi
Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Program Pascasarjana IKIP
Negeri Singaraja.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan


Berpikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi Pada Siswa Kelas
III SMP Negeri Seririt (Experimen Pada Pokok Bahasan Reproduksi
Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Singaraja: IKIP Negeri
Singaraja.

Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sahertian, Piet A & Aleida Sahertian. 1992. Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Program Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi


Guru dan Calon Guru.Jakarta: Rajawali Pers.

Sax, Gilbert. 1979. Foundations of Educational Research. New Jersey: Prentice-


Hall, Inc., Englewood Cliffs.

51
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpanbalik. Jakarta: PT
Grasindo.

Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 1995.Cooperative Learning : Theory, Research, and


Practice.Boston: Allyn and Bacon.

Soedomo, M. 2001. Landasan Pendidikan. Malang: Penyelenggaraan Pendidikan


Pascasarjana Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi.

Soemanto, Wasty. 2001. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional.

Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar. Surabaya: Usaha


Nasional.

Sriyono. 1992. http://www.scribd.com/doc/9037208/

Sudiarta, Wayan. 1996. Pengaruh Penyisipan Berpikir Silogisme dalam Proses


Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa SMP Negeri 1
Denpasar. Ringkasan Hasil Penelitian yang Disampaikan dalam Seminar
Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal 22-24 September 1996.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiarto et al. 2001.Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sukarta, Wayan. 2005. Pengaruh Pemberian Pretest Terhadap Prestasi Belajar


PKPS pada Siswa Kelas V SD Lab. Singaraja. Laporan Penelitian.
Denpasar: IKIP PGRI.

Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Menajemen Penelitian Tindakan Kelas.


Penerbti: Insan Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.

Supardi, 2005. Pengembangan Profesi dan Ruang Lingkup Karya Ilmiah. Jakarta:
Depdiknas.

Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta:


Penerbit Andi.
52
Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Press.

Tim Redaksi Focus Media. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20


Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Bandung: Focus Media.

Tim Redaksi Fokus Media. 2006. Himpunan Perundang-Undangan dan Undang-


Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005. Bandung: Focus Media.

Tuckman, Bruce W. 1972. Conducting Educational Research. New York:


Harcourt Brace Javonovich, Inc.

Universitas Negeri Jakarta. 2000. Aplikasi Komputer: Kalibrasi Instrumen,


Pengolahan Data, dan Pemanfaatan Internet. Jakarta: Laboratorium
Komputer UNJ.

Uno, B. Hamzah, et. al. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian.


Jakarta: Delima Press.

Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan


Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wartawan, I Wayan. 2004. “Pembinaan Kualitas Pembelajaran Fisika Melalui


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SMU Negeri 2 Singaraja”.
Dalam Jurnal IKA, Vol. 2 No.1 Mei 2004 Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Negeri Singaraja.

Wojowasito. 1982. Kamus Umum Lengkap Inggris Indonesia – Indonesia Inggris.


Malang: Delta Citra Grafindo.

Woolfolk, Anita E. 1993. Educational Psychology. Fifth Edition. Boston: Allyn


and Bacon.

53

Anda mungkin juga menyukai