Tugas Parasitologi Ika.s - P27834118072
Tugas Parasitologi Ika.s - P27834118072
Oleh :
IKA SULISTIYOWATI
NIM : P27834118072
NO ABSEN : 12
D.IV ALIH JENJANG ANALIS KESEHATAN
2) Tulis dan jelaskan beberapa hal yang sering dilakuakn kesalahan pada
pembuatan sediaan darah.
Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada pembuatan Sediaan Darah :
a) Jumlah darah yang digunakan terlalu banyak, sehingga warna Sediaan Darah
tebal menjadi gelap/terlalu biru. Parasit malaria pada Sediaan Darah tebal
sulit dilihat karena banyaknya sel darah putih. Demikian juga Sediaan Darah
tipis, bertumpuknya sel darah merah menyebabkan parasit sulit dilihat.
b) Jumlah darah yang digunakan terlalu sedikit, tidak memenuhi syarat yang
diperlukan untuk menyatakan bahwa Sediaan Darah tersebut negatif.
d) Ujung object glass kedua yang bergerigi atau terlalu tajam akan
menyebabkan penyebaran Sediaan Darah tipis tidak rata dan ujungnya tidak
berbentuk lidah.
e) Sediaan Darah tebal yang terletak di ujung object glass, dapat menyulitkan
pemeriksaan karena posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak dapat
digeser).
3) Terdapat beberapa kunci yang dipakai untuk identifikasi stadium parasit
malaria pada hapusan tipis ( sesuai dengan Pedoman Teknis Pemeriksaan
Malaria Kememkes 2017 )
Kunci untuk Mengidentifikasi Stadium Parasit Malaria pada Sediaan Darah Tipis
1) Apakah dalam sel darah merah ditemukan satu atau lebih titik kromatin yang
berwarna merah dan sitoplasma yang berwarna biru ?
Ya : lanjut ke no. 2
Tidak : yang terlihat bukan parasit
9) Apakah parasit yang mempunyai dua inti/kromatin yang menempel pada satu
cincin yang bervakuol ?
Ya : Ini adalah stadium trofozoit.
Tidak : lanjut ke no. 10
10) Apakah parasit mempunyai inti yang berjumlah antara 2-32, disertai pigmen?
Ya : Ini adalah stadium skizon
14) Apakah parasit berbentuk pisang, mempunyai sitoplasma yang berwarna biru
dan kromatin yang berwarna merah ?
Ya : Ini adalah gametosit betina
Tidak : Lanjut ke no.15
4) Tulis dan jelaskan yang anda ketahui tentang RDT pada pemeriksaan malaria
RDT adalah Rapid Diagnostic Test. Test ini berdasarkan deteksi antigen dari
parasit malaria yang lisis dalam darah dengan metoda imunokromatografi. Prinsip uji
imunokromatografi adalah cairan akan bermigrasi pada permukaan membran
nitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan antigen di darah perifer oleh antibodi
monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat pewarna atau gold particles pada fase
mobile. Antibodi monoklonal kedua / ketiga diaplikasikan pada strip nitroselulosa
sebagai fase immobile. Bila darah penderita mengandung antigen tertentu, maka
kompleks antigen antibodi akan bermigrasipada fase mobile sepanjang strip
nitroselulosa dan akan diikat dengan antibodimonoklonal pada fase “immobile”
sehingga terlihat sebagai garis yang berwarna.
Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya memerlukan
waktu sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit).
Ada 3 jenis antigen yang dipakai sebagai target, yaitu :
a. HRP-2 (Histidine Rich Protein-2),
adalah antigen yang disekresi ke sirkulasi darah penderita oleh stadium
trofozoit dan gametosit muda Plasmodium falciparum.
b. pLDH (pan Lactate Dehydrogenase)
Stadium seksual dan aseksual parasit malaria dari keempat spesies
plasmodium yang menginfeksi manusia menghasilkan enzim pLDH. Isomer
enzim ini dapat membedakan spesies Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax.
c. Pan Aldolase
Adalah enzim yang dihasilkan ke empat spesies Plasmodium yang
menginfeksi manusia.
- Ambil 2-5 μl darah ujung jari dengan tabung mikro kapiler dan teteskan pada
kotak sampel yang terdapat pada dipstik. Tidak dianjurkan meneteskan darah
secara langsung ke kotak sampel. Pada beberapa jenis kit RDT dapat juga
digunakan darah dengan antikoagulan / plasma.
- Teteskan larutan buffer pada tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan
petunjuk kit RDT. Buffer berisi komponen hemolisis dan antibodi spesifik
yang sudah dilabel dengan Gold koloid.
- Jika darah berisi Antigen Malaria, maka kompleks antigen antibodi akan
terbentuk dan terlihat sebagai garis sesuai dengan jenis antibodi yang ada
pada strip tsb. Sedangkan garis kontrol akan terlihat, walaupun darah tersebut
tidak mengandung antigen Malaria. Hal ini menunjukkan bahwa kit / strip
tersebut masih memenuhi syarat (berfungsi dengan baik).
- Waktu yang diperlukan untuk membaca hasil RDT berkisar antara 15-30
menit.
- Interpretasi hasil sesuai petunjuk pada kit.
- Rapid Test bukan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif sehingga tidak dapat
digunakan untuk menilai jumlah parasit.
- Kit yang ada tidak dapat membedakan infeksi antara Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, selain itu tidak dapat membedakan
antara Mixed Plasmodium falciparum dengan infeksi tunggal Plasmodium
falciparum saja.
a. Jari manis/tengah penderita dibersihkan dengan kapas alkohol 70% (atau dengan
disposible alcohol swab).
g. Kemudian teteskan cairan buffer pada kotak buffer. Jumlah tetesan tergantung
jenis RDT ( umumnya 4 – 6 tetes). Posisi botol buffer tegak lurus.
h. Diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak T (tes).
i. Umumnya hasil dibaca setelah menit 15 (maksimal sampai 30 menit ) Baca hasil
tes ditempat yang terang.
j. Tulis hasil tes dekat kotak T (Tes/ hasil) dan pada buku laporan tes.
k. Tes tanpa garis kontrol berarti tidak valid, tes harus diulang dengan menggunakan
RDT yang baru.
l. Bila telah melewati 30 menit, hasil tidak boleh dibaca lagi karena sudah tidak
valid
Cara membaca hasil tes RDT jenis single (contoh: Paracheck P.f) :
- Bila terdapat 1 (satu) garis berwarna pada jendela Tes (T) dan 1 (satu) garis
pada jendela kontrol (C) menunjukkan positif Plasmodium falciparum
- Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela Control (C) menunjukkan
kesalahan pada RDT (tes harus diulangi).
- Bila terdapat garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan negatif Plasmodium
falciparum.
Cara membaca hasil pemeriksaan RDT jenis Combo/Pan (contoh: Parascreen
combo) :
- Bila terdapat 2 garis berwarna pada jendela test (T) dan 1 garis pada jendela
kontrol (C) menunjukkan infeksi Plasmodium falciparum atau infeksi campur.
(HRP-2, pan LDH, Aldolase).
- Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (HRP-2) dan 1 garis pada jendela
C, menunjukkan adanya infeksi falciparum.
- Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (pan-LDH/Aldolase) dan 1 garis
pada jendela C, menunjukkan adanya infeksi non falciparum.
- Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela C menunjukkan negatif.
- Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela C menunjukkan kesalahan pada
RDT (Test harus diulang/invalid).
Pemantapan Mutu RDT bisa dilihat pada buku Petunjuk Teknis Jejaring
dan Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
Epidemiologi
Prevalensi infeksi amoeba di seluruh dunia bervariasi dari 5% sampai
81% dengan frekuensi tertinggi terutama ada di daerah tropis yang mempunyai
kondisi lingkungan yang buruk, sanitasi perorangan yang jelek, dan hidup
dalam kemiskinan. Manusia adalah penjamu alamiah (natural host) dan
reservoir utama Entamoeba histolytica, meskipun pernah dilaporkan terdapat
juga pada anjing, kucing, babi dan ikan. Diduga bahwa 12% dari populasi
seluruh dunia terinfeksi Entamoeba histolytica (sekitar 480 juta orang). Infeksi
ini disertai dengan 50 juta kasus penyakit simtomatik di seluruh dunia dan
mortalitas 70.000-100.000 kematian per tahun; amoebiasis adalah penyebab
ketiga kematian karena infeksi parasit secara global.
Disentri amoeba yang disebabkan oleh invasi mukosa usus terjadi pada
fraksi yang lebih kecil dan menetap dari individu yang terinfeksi dan jarang
pada anak dibandingkan orang dewasa, demikian juga dengan penyebarannya.
Disentri amoeba terjadi kira-kira 1-17% dari subyek yang terinfeksi.
Walaupun sangat endemik di Afrika, Amerika latin, India dan Asia
Tengara, amoebiasis tidak semata-mata terbatas pada daerah tropik.
Di Amerika Serikat, amoebiasis telah diperkirakan terjadi dengan prevalensi
1-4 % pada kelompok risiko tinggi tertentu, termasuk orang-orang yang
diasramakan dengan lama (penyakit invasif jarang pada AIDS), anak dengan
retardasi mental, pekerja yang berpindah-pindah, imigran (terutama Meksiko),
laki-laki homoseksual dan kelompok sosioekonomi rendah di Amerika serikat
selatan serta yang telah berpergian dari daerah endemik. Sebagian besar anak
yang terinfeksi dengan Entamoeba histolytica masuk kedalam kelompok resiko
ini.
Pola infeksi bervariasi di berbagai bagian dunia. Misalnya, infeksi yang
terdapat di India, Meksiko, atau Durban, Afrika Selatan tampak lebih virulen
daripada infeksi dari lokasi lain. Namun definisi virulensi, strain geografis atau
patogenisitas berbagai amuba tetap harus ditentukan.
Makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan kista Entamoeba
histolytica dan kontak langsung fekal-oral adalah cara infeksi yang paling
sering. Air yang tidak diolah dan tinja manusia yang digunakan sebagai pupuk
merupakan sumber infeksi penting. Pedagang makanan yang mengidap kista
amoeba, dapat memainkan peran terhadap penyebaran infeksi. Kontak
langsung dengan tinja yang terinfeksi juga dapat menyebabkan penularan dari
orang ke orang.
D. Manifestasi klinik
E. Patogenesis
Patogenesis yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica dapat terjadi dalam 2
fase, yaitu : Fase Primer (pada intestinal) dan Fase Sekunder (pada ekstra
intestinal).
Fase Primer
Pada fase ini penderita mengalami Amoebiasis Intestinal, dan organ
yang diserangnya adalah bagian caecum yang terutama, serta bagian-bagian
yang lain, hal ini sangat tergantung pada :
a) resistensi hostnya sendiri
b) virulensi dari strain amoeba
c) kondisi dari lumen usus/dinding usus,
- seperti infek atau tidaknya dinding usus
- kondisi makanan, apabila makanan banyak mengandung
karbohidrat, maka amoeba tersebut menjadi patogen
- keadaan normal flora usus
- Adanya assosiasi amoeba dengan bakteri-bakteri tertentu, akan
menentukan sifat amoeba menjadi aktif, yaitu mengadakan lesi
pada usus dan pada umumnya sampai mencapai mukosa
Gambaran lesi pada usus (mukosa), tampak adanya nekrosis tanpa
reaksi keradangan, kecuali bila ada sekunder infeksi. Pada keadaan lanjut
proses ini dapat sampai ke submukosa dan dari sini amoeba akan ke sirkulasi
darah, selanjutnya akan timbul lesi-lesi ekstra intestinal. Bentuk lesi
berupa settle neck ulcus.
Sekunder infeksi biasanya oleh kuman-kuman : Clostridium perfringens,
dan Shigella, pada umumnya prognosa menjadi jelek, sebab terjadinya gangren
usus, serta sering menyebabkan kematian penderita.
Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai subjek-mukosa), sering terjadi
perdarahan-perdarahan ini dapat dilihat pada feses penderita, kadang-kadang
dapat dilihat adanya sel-sel mukosa. Disamping itu ulkus yang dalam ini juga
dapat menyebabkan terjadinya perforasi, hingga prognosa akan menjadi jelek.
Beberapa perbedaan antara Disentri amoeba dengan Disentri baksiler
(Shigellosis)adalah sebagai berikut :
Uraian Disentri amoeba Disentri baksiler
Fase Sekunder
Terjadi pada amoebiasis ekstra intestinal. Proses ekstra intestinal ini
dapat terjadi akibat penyebaran parasit secara :
- hematogen, dan organ yang sering terkena adalah: hepar (hati) yang
dapat menimbulkan amoebik hepatis dan selanjutnya akan menimbulkan
abses hepatikum. Abses hepatikum ini dapat single atau multiple dan 85
% pada lobus di ekstra.
- Selanjutnya dapat terjadi pula amoeba ekspansi karena pecahnya abses
hati atau secara hematogen, yaitu pada : pleura, paru-paru, kulit, dan
adanya ulcerasi pada sigmoid dan rektum akan dapat menyebabkan
komplikasi atau akan berekspansi ke vagina bagi penderita wanita.
Proses amoebiasis ekstra intestinal dapat terjadi dengan cara sebagai
berikut :
1) Amoebiasis Hati
terjadi karena abses hati terutama pada posteosuperior lobus kanan,
dengan gejala klinis : nyeri daerah hipokondrium kanan, demam
disertai ikterus, hepatomegali (diare dan disentri negative).
Jika tidak diobati/tidak sempurna maka abses berkembang berbagai
arah yang akan menyebabkan abses organ sekitar. komplikasi pecahnya
abses hati kanan mengakibatkan kelainan kulit, paru, rongga pleura
kanan, diafragma dan rongga peritoneum
2) Amebiasis Kulit
terjadi karena abses hati kanan pecah sehingga mengakibatkan
granuloma kutis.
3) Amoebiasis Paru
terjadi karena abses hati kanan pecah, kemudian masuk ke daerah organ
paru, sputum berwarna coklat merah tua dan dapat ditemukan tropozoit
pada bahan sputum.
4) Amoebiasis Pleura Kanan
terjadi karena abses hati kanan pecah, dan menyerang empiema torax.
5) Diafragma
terkena jika abses hati kanan pecah, kemudian terjadi abses subfrenik.
6) Rongga Peritoneum
dapat terkena jika abses hati kanan pecah dan menyerang bagian
rongga peritonium dan menyebabkan peritonitis umum.
7) Cerebral Amoebiasis
terjadi karena komplikasi dari abses hati atau dari paru (kasus jarang).
8) Abses limpa
terjadi karena komplikasi amubiasis hati atau langsung penularan dari
tropozoit kolon.
Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, maka akan
terjadi kelainan pada daerah lambung, rongga perikardium, kulit & rongga
pleura kiri, hal ini dapat mengakibatkan gejala klinis sebagai berikut :
1) pada lambung dapat terjadi hematemesis.
2) pada rongga perikardium; dapat perikarditis purulen yang dapat
menyebabkan kematian.
3) amoebiasis organ lain : Pulmonary amoebiasis
G. Pencegahan
Pencegahan penyakit amebiasis terutama dengan meningkatkan level sanitasi
dan dengan menurunkan jumlah kista passer. Peningkatan level sanitasi
ditujukan kepada kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan
lingkungan (environmental sanitation).
Kebersihan perorangan antara lain adalah
- mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum
makan.
Kebersihan lingkungan meliputi:
- memasak air minum sampai mendidih sebelum diminum,
- dan terdapat batil isap berbentuk seperti cakram yang cekung dan
menempati setengah bagian anterior badan parasit
- mempunyai sepasang inti yang letaknya di bagian anterior, bentuknya
oval dengan kariosom di tengah atau butir-butir kromatin tersebar di
plasma inti.
- Tropozoit ini mempunyai 4 pasang flagel yang berasal dari 4 pasang
blefaroplas, terdiri dari :
1 pasang cross lateral flagella ( bagian anterior )
2 pasang uncross lateral flagella ( bagian lateral tubuhnya )
1 pasang uncross flagella ( terletak pada bagian posterior )
- Terdapat 2 pasang yang lengkung dianggap sebagai benda parabasal,
letaknya melintang di posterior dari batil isap
- Pada kista yang telah matur terdapat 4 buah median bodies, 4 buah
nuclei, dan dapat pula ditemukan longitudinal fibers
D. Manifestasi klinik
Melekatnya Giardia lamblia pada sel epitel usus halus tidak selalu
menimbulkan gejala / asimtomatik dan sebagian besar dari mereka menjadi
pembawa (carier).
Parasit Giardia lamblia ini menambatkan dirinya ke epithelium usus
halus hospes melalui cakram berperekat di perutnya dan ber-reproduksi melalui
pembelahan biner. Protozoa tidak merusak sel hospes, tetapi memakan /
menyerap nutrisi dari lumen (dinding dalam) usus kecil dan hidup secara
anaerob (tidak memerlukan oksigen). Karena penyerapan nutrisi oleh protozoa
ini, maka terjadi penghambatan absorpsi lemak dan unsur nutrisi lain oleh tubuh
hospes (villous atrophia), sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan
penderita serta menyebabkan radang usus.
Tetapi ada beberapa kasus orang yang peka terhadap infeksi ini dimana
sekresi mukosa menjadi berlebihan sehingga menyebabkan diare, dehidrasi,
sakit perut dan penurunan berat badan. Feses terlihat berlemak tetapi tidak
ditemukan darah.
Giardiasis biasanya tidak tersebar melalui darah dan tidak menyebar ke
bagian sistem pencernaan lainnya namun tetap berada di usus kecil. Tetapi
dalam kondisi tertentu tropozoit dapat menginvasi jaringan seperti kandung
empedu dan saluran kemih. Jika empedu terserang protozoa dapat menyebabkan
jaundice (penyakit kuning / ekterus) dan sakit perut/colic. Penyakit ini tidak
berakibat fatal, tetapi sangat mengganggu.
E. Patogenesis
Giardia lamblia dapat ditemukan pada saluran gastrointestinal berbagai
macam mamalia termasuk manusia. Protozoa ini dapat ditularkan melalui cara
fecal-oral maupun oral-anal. Banyak sumber air seperti danau dan sungai
mengandung kista protozoa ini sebagai akibat dari kontaminasi oleh feses
manusia dan hewan.
Transmisi Giardia lamblia umum terjadi pada orang yang memiliki
risiko tinggi seperti anak-anak yang berada di tempat penitipan anak, wisatawan
yg mengunjungi beberapa area, homoseksual, dan orang yg sering berhubungan
dengan hewan-hewan tertentu.
Gejala giardiasis bervariasi dari yang asimtomatik hingga diare dan
malabsorbsi.