Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PARASITOLOGI

SEMESTER GENAP TH. 2019

SOAL DAN JAWABAN

Oleh :
IKA SULISTIYOWATI
NIM : P27834118072
NO ABSEN : 12
D.IV ALIH JENJANG ANALIS KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
D.IV JURUSAN ANALIS KESEHATAN
SURABAYA
2019
NAMA : IKA SULISTIYOWATI
NIM : P 27834118072
NO ABSEN : 12
MATA KULIAH : PARASITOLOGI
JAWABAN :
1) Pada pengecatan hapusan malaria dengan menggunakan larutan Giemsa
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ( Jelaskan )
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada larutan Giemsa :
a) Giemsa stok harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap dan hindari
dari sinar matahari langsung.
b) Sebaiknya giemsa stok disimpan dalam botol berwarna gelap berukuran 100
ml. Hal ini untuk menghindari rusaknya giemsa stok karena oksidasi dan
penguapan akibat seringnya membuka tutup botol.
c) Botol giemsa stok yang akan digunakan tidak boleh dikocok atau diaduk
karena endapan/kristal giemsa akan naik ke permukaan larutan dan dapat
menjadi artefak dalam Sediaan Darah yang diwarnai.
d) Pengambilan giemsa stok harus menggunakan pipet yang kering, agar giemsa
stok di botol tidak tercemar dengan air.
e) Sisa larutan giemsa yang telah dicampur dengan larutan buffer bila tidak
digunakan lagi harus dibuang dan dimasukkan kembali ke dalam botol
giemsa stok.
f) Larutan giemsa dibuat segera sebelum digunakan dan tidak boleh
disimpan/digunakan setelah 1 jam.
g) Adapun konsentrasi larutan giemsa yang akan digunakan :
Siapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3 bagian giemsa stock dan
97 bagian larutan buffer

Uji Kualitas Giemsa.


Ada dua cara menguji mutu giemsa untuk mengetahui apakah giemsa stok yang akan
digunakan masih baik :
a) Melakukan pewarnaan pada 1-2 Sediaan Darah, kemudian diperiksa di bawah
mikroskop. Kalau hasilnya sesuai dengan kriteria standar pewarnaan yang
baik, berarti giemsa pengencernya masih bagus dan dapat digunakan.
Pengujian seperti ini perlu dilakukan setiap kali akan melakukan pewarnaan
masal.
b) Melakukan test menggunakan kertas Whatman no.2 dan metanol (metil
alkohol), caranya :
 Letakkan kertas saring diatas gelas atau petridisk/cawan petri supaya
bagian tengah kertas tidak menyentuh sesuatu.
 Teteskan 1-2 tetes giemsa stok pada kertas saring. Tunggu sampai
meresap dan menyebar.
 Kemudian teteskan 3-4 tetes metanol absolut di tengah bulatan
giemsa perlahan dengan jarak waktu beberapa detik sampai garis
tengah giemsa menjadi 5-7 cm, maka akan terbentuk :
- Lingkaran biru (methilen blue) ditengah
- Lingkaran cincin ungu (methilen azur) diluarnya, serta
- Lingkaran tipis warna merah (eosin) pada bagian tepi.
Giemsa sudah rusak dan tidak boleh dipakai lagi, bila warna ungu
atau merah tidak terbentuk.

Pewarnaan / Pengecatan Sediaan Darah :


a) Sediaan Darah tipis yang sudah kering difiksasi dengan methanol. Jangan
sampai terkena Sediaan Darah tebal.
b) Letakkan pada rak pewarna dengan posisi darah berada di atas.
c) Siapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3 bagian giemsa stock dan
97 bagian larutan buffer.
d) Tuang larutan Giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh permukaan
object glass. Biarkan selama 45-60 menit.
e) Tuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi object glass sampai
larutan Giemsa yang terbuang menjadi jernih. Angkat dan keringkan Sediaan
Darah. Setelah kering, Sediaan Darah siap diperiksa.

2) Tulis dan jelaskan beberapa hal yang sering dilakuakn kesalahan pada
pembuatan sediaan darah.
Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada pembuatan Sediaan Darah :
a) Jumlah darah yang digunakan terlalu banyak, sehingga warna Sediaan Darah
tebal menjadi gelap/terlalu biru. Parasit malaria pada Sediaan Darah tebal
sulit dilihat karena banyaknya sel darah putih. Demikian juga Sediaan Darah
tipis, bertumpuknya sel darah merah menyebabkan parasit sulit dilihat.

b) Jumlah darah yang digunakan terlalu sedikit, tidak memenuhi syarat yang
diperlukan untuk menyatakan bahwa Sediaan Darah tersebut negatif.

c) Sediaan Darah yang berlemak atau kotor dapat menyulitkan pemeriksaan.


Selain itu pada proses pewarnaan, sebagian Sediaan Darah tebal dapat
terlepas.

d) Ujung object glass kedua yang bergerigi atau terlalu tajam akan
menyebabkan penyebaran Sediaan Darah tipis tidak rata dan ujungnya tidak
berbentuk lidah.

e) Sediaan Darah tebal yang terletak di ujung object glass, dapat menyulitkan
pemeriksaan karena posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak dapat
digeser).
3) Terdapat beberapa kunci yang dipakai untuk identifikasi stadium parasit
malaria pada hapusan tipis ( sesuai dengan Pedoman Teknis Pemeriksaan
Malaria Kememkes 2017 )

Kunci untuk Mengidentifikasi Stadium Parasit Malaria pada Sediaan Darah Tipis
1) Apakah dalam sel darah merah ditemukan satu atau lebih titik kromatin yang
berwarna merah dan sitoplasma yang berwarna biru ?
Ya : lanjut ke no. 2
Tidak : yang terlihat bukan parasit

2) Apakah ukuran dan bentuk sesuai dengan parasit malaria ?


Ya : kemungkinan yang dilihat adalah parasit malaria, lanjut ke no. 3
Tidak : yang terlihat bukan parasit

3) Apakah ada pigmen malaria di dalam sel tersebut ?


Ya : lanjut ke no. 7
Tidak : lanjut ke no. 4

4) Apakah parasit tersebut mempunyai satu inti dengan sitoplasma yang


berbentuk cincin, dengan vakuola yang jelas terlihat ?
Ya : ini adalah stadium trofozoit.
Tidak : lanjut ke no. 5

5) Apakah parasit mempunyai satu kromatin yang menempel pada sitoplasma


biru yang kompak (bisa disertai dengan vakuola yang kecil) ?
Ya : ini adalah stadium trofozoit.
Tidak : lanjut ke no. 6
6) Apakah parasit dengan satu kromatin berbentuk tidak beraturan dan
terfragmentasi ?
Ya : ini adalah stadium trofozoit.
Tidak : lanjut ke no. 7

7) Apakah parasit yang berpigmen mempunyai inti satu ?


Ya : lanjut ke no. 8
Tidak : lanjut ke no. 9

8) Apakah parasit mempunyai satu vakuola atau sitoplasmanya berfragmentasi ?


Ya : Kemungkinan adalah stadium trofozoit lanjut.
Tidak : lanjut ke no. 11

9) Apakah parasit yang mempunyai dua inti/kromatin yang menempel pada satu
cincin yang bervakuol ?
Ya : Ini adalah stadium trofozoit.
Tidak : lanjut ke no. 10

10) Apakah parasit mempunyai inti yang berjumlah antara 2-32, disertai pigmen?
Ya : Ini adalah stadium skizon

11) Apakah parasit berbentuk bulat atau seperti pisang ?


Bulat : lanjut ke no.12
Seperti pisang : lanjut ke no.14
12) Apakah parasit yang berbentuk bulat, mempunyai inti/kromatin yang terlihat
jelas dan sitoplasma yang berwarna biru tua ?
Ya : Ini adalah gametosit betina
Tidak : Lanjut ke no.13

13) Apakah parasit yang berbentuk bulat, secara keseluruhan berwarna


kemerahan sehingga kromatin tidak terlihat jelas?
Ya : Ini adalah gametosit jantan
Tidak : Lanjut ke no.14

14) Apakah parasit berbentuk pisang, mempunyai sitoplasma yang berwarna biru
dan kromatin yang berwarna merah ?
Ya : Ini adalah gametosit betina
Tidak : Lanjut ke no.15

15) Apakah parasit berbentuk pisang, secara keseluruhan berwarna kemerahan


sehingga kromatin tidak jelas terlihat ?
Ya : Ini adalah gametosit jantan

4) Tulis dan jelaskan yang anda ketahui tentang RDT pada pemeriksaan malaria
RDT adalah Rapid Diagnostic Test. Test ini berdasarkan deteksi antigen dari
parasit malaria yang lisis dalam darah dengan metoda imunokromatografi. Prinsip uji
imunokromatografi adalah cairan akan bermigrasi pada permukaan membran
nitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan antigen di darah perifer oleh antibodi
monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat pewarna atau gold particles pada fase
mobile. Antibodi monoklonal kedua / ketiga diaplikasikan pada strip nitroselulosa
sebagai fase immobile. Bila darah penderita mengandung antigen tertentu, maka
kompleks antigen antibodi akan bermigrasipada fase mobile sepanjang strip
nitroselulosa dan akan diikat dengan antibodimonoklonal pada fase “immobile”
sehingga terlihat sebagai garis yang berwarna.
Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya memerlukan
waktu sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit).
Ada 3 jenis antigen yang dipakai sebagai target, yaitu :
a. HRP-2 (Histidine Rich Protein-2),
adalah antigen yang disekresi ke sirkulasi darah penderita oleh stadium
trofozoit dan gametosit muda Plasmodium falciparum.
b. pLDH (pan Lactate Dehydrogenase)
Stadium seksual dan aseksual parasit malaria dari keempat spesies
plasmodium yang menginfeksi manusia menghasilkan enzim pLDH. Isomer
enzim ini dapat membedakan spesies Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax.
c. Pan Aldolase
Adalah enzim yang dihasilkan ke empat spesies Plasmodium yang
menginfeksi manusia.

CARA KERJA RDT


- Cara kerja dilakukan sesuai dengan petunjuk kit RDT.

- Ambil 2-5 μl darah ujung jari dengan tabung mikro kapiler dan teteskan pada
kotak sampel yang terdapat pada dipstik. Tidak dianjurkan meneteskan darah
secara langsung ke kotak sampel. Pada beberapa jenis kit RDT dapat juga
digunakan darah dengan antikoagulan / plasma.
- Teteskan larutan buffer pada tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan
petunjuk kit RDT. Buffer berisi komponen hemolisis dan antibodi spesifik
yang sudah dilabel dengan Gold koloid.
- Jika darah berisi Antigen Malaria, maka kompleks antigen antibodi akan
terbentuk dan terlihat sebagai garis sesuai dengan jenis antibodi yang ada
pada strip tsb. Sedangkan garis kontrol akan terlihat, walaupun darah tersebut
tidak mengandung antigen Malaria. Hal ini menunjukkan bahwa kit / strip
tersebut masih memenuhi syarat (berfungsi dengan baik).
- Waktu yang diperlukan untuk membaca hasil RDT berkisar antara 15-30
menit.
- Interpretasi hasil sesuai petunjuk pada kit.

SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS


- Sensitifitas 90 % dalam mendeteksi infeksi Plasmodium falciparum jika
jumlahparasit > 100/μℓ darah. Jika jumlah parasit < 100/μℓ darah, maka
sensitivitasnya menurun.
- Sensitivitas Rapid Test terhadap non falciparum (pLDH atau p-Aldolase)
dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan Plasmodium falciparum (HRP-
2).
- RDT dapat mendeteksi antigen yang diproduksi oleh gametosit (sepert
pLDH) sehingga dapat memberikan hasil positif pada penderita yang hanya
mengandung gametosit.
- Gametosit tidak bersifat patogen, dapat berada dalam darah walaupun
penderita telah mendapat pengobatan, hal ini dapat menyebabkan hasil positif
palsu.

Kelebihan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopik :


- Lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan, tidak memerlukan listrik, tidak
memerlukan pelatihan khusus seperti pada pemeriksaan Mikroskopik.
- Variasi dari interpretasinya adalah kecil antara pembaca yang satu dengan
yang lainnya.
- Walaupun dapat disimpan pada temperatur kamar (suhu dibawah 300C),
RDT dianjurkan disimpan dalam lemari es pada suhu 40C (usahakan tidak
terkena cahaya matahari langsung).
- Rapid Test dapat mendeteksi Plasmodium falciparum pada waktu parasit
bersekuestrasi pada kapiler darah (hal ini tidak terdeteksi pada pemeriksaan
secara mikroskopik biasa). Hal yang sama dapat ditemukan juga pada
placenta ibu hamil dengan infeksi Plasmodium falciparum.

Kekurangan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopis


- Rapid Test yang menggunakan HRP-2 hanya dapat digunakan untuk
mendeteksi Plasmodium falciparum.
- Rapid Test dengan HRP-2 dapat memberikan hasil positif sampai 2 minggu
setelah pengobatan, walaupun secara mikroskopik tidak ditemukan parasit.
Hal ini dapat membuat rancu kita dalam menilai hasil pengobatan.
- Harga RDT lebih mahal dari pada pemeriksaan mikroskopik.

- Rapid Test bukan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif sehingga tidak dapat
digunakan untuk menilai jumlah parasit.
- Kit yang ada tidak dapat membedakan infeksi antara Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, selain itu tidak dapat membedakan
antara Mixed Plasmodium falciparum dengan infeksi tunggal Plasmodium
falciparum saja.

Jenis RDT yang beredar pada umumnya ada 2 jenis :


- Single

hanya mendiagnosis infeksi Plasmodium falciparum


contoh : Paracheck Pf
- Combo / Pan specific

dapat mendiagnosis infeksi Plasmodium falciparum dan non Plasmodium


falciparum
contoh : Parascreen combo
Kebijakan penggunaan / aplikasi RDT di Indonesia
RDT digunakan khususnya untuk penderita dengan gejala klinis malaria :
- Pada puskesmas terpencil di daerah endemis, yang belum dilengkapi dengan
mikroskop atau sarana laboratorium.
- Di Rumah Sakit, dimana penderita datang di luar jam kerja rutin.
- Pada Puskesmas daerah endemis malaria yang mempunyai fasilitas rawat
inap dan digunakan di luar jam kerja rutin.
- Pada daerah dengan KLB malaria; untuk diagnosis cepat, guna menentukan
kebijakan selanjutnya.
- Pada daerah pengungsian karena bencana alam atau hal lainnya baik di
daerah endemis malaria, atau pengungsi yang berasal dari daerah endemis
malaria.
- Perlu diingat bahwa RDT ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan
Sediaan Darah secara mikroskopis.

Prosedur Tes RDT (jenis single atau combo) :

URAIAN/ PENJELASAN TES


KOTAK

Contoh RDT (Paracheck P.f)


beserta Loop untuk mengambil darah
Silicagel
Loop yan

PERIKSA SILICA GEL & TULIS IDENTITAS PASIEN


PERIKSA
WARNA

a. Jari manis/tengah penderita dibersihkan dengan kapas alkohol 70% (atau dengan
disposible alcohol swab).

b. Kemudian jari diseka kembali dengan kasa steril untuk membersihkan


kemungkinan adanya sisa alkohol di jari

c. Tusuk Jari manis/jari tengah dengan lanset steril.

d. Seka darah yang pertama keluar dengan kapas kering.


e. Ambil darah dengan loop/ micro capiler tube yang tersedia. Jumlah darah yang
diambil harus tepat. Pastikan loop terisi penuh oleh darah.
SANGAT PENTING JUMLAH DARAH HARUS TEPAT

f. Teteskan darah tersebut di kotak tempat sampel darah. Dengan cara


menyentuhkan loop pada kotak untuk darah (posisi loop harus vertikal/tegak
lurus).

g. Kemudian teteskan cairan buffer pada kotak buffer. Jumlah tetesan tergantung
jenis RDT ( umumnya 4 – 6 tetes). Posisi botol buffer tegak lurus.

h. Diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak T (tes).
i. Umumnya hasil dibaca setelah menit 15 (maksimal sampai 30 menit ) Baca hasil
tes ditempat yang terang.

j. Tulis hasil tes dekat kotak T (Tes/ hasil) dan pada buku laporan tes.

k. Tes tanpa garis kontrol berarti tidak valid, tes harus diulang dengan menggunakan
RDT yang baru.
l. Bila telah melewati 30 menit, hasil tidak boleh dibaca lagi karena sudah tidak
valid
Cara membaca hasil tes RDT jenis single (contoh: Paracheck P.f) :
- Bila terdapat 1 (satu) garis berwarna pada jendela Tes (T) dan 1 (satu) garis
pada jendela kontrol (C) menunjukkan positif Plasmodium falciparum
- Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela Control (C) menunjukkan
kesalahan pada RDT (tes harus diulangi).
- Bila terdapat garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan negatif Plasmodium
falciparum.
Cara membaca hasil pemeriksaan RDT jenis Combo/Pan (contoh: Parascreen
combo) :
- Bila terdapat 2 garis berwarna pada jendela test (T) dan 1 garis pada jendela
kontrol (C) menunjukkan infeksi Plasmodium falciparum atau infeksi campur.
(HRP-2, pan LDH, Aldolase).
- Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (HRP-2) dan 1 garis pada jendela
C, menunjukkan adanya infeksi falciparum.
- Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (pan-LDH/Aldolase) dan 1 garis
pada jendela C, menunjukkan adanya infeksi non falciparum.
- Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela C menunjukkan negatif.

- Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela C menunjukkan kesalahan pada
RDT (Test harus diulang/invalid).

Pemantapan Mutu RDT bisa dilihat pada buku Petunjuk Teknis Jejaring
dan Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria

5) Seorang pasien wanita berusia 30 tahun datang ke laboratorium untuk


memeriksakan sampel tinja berdasarkan rujukan dari dokter.
Dalam anamnesis dia mengaku telah melakukan perjalanan secara teratur
dari Jakarta ke Surabaya dan sering mengkonsumsi makanan di warung
tenda pinggir jalan, dan mengaku telah mengalami paling sedikit 15 kali
mengeluarkan tinja setiap hari dan kebanyakan berdarah.
Hasil dari pemeriksaan tinja sediaan basah positif tropozoit dengan eritrosit
didalamnya.
Tulis dan jelaskan :

A. Berdasarkan anamnesis diatas diagnosis dari kasus mengarah pada


penyakit Amoebiasis
Penyebab penyakit adalah Entamoeba histolytica.
Protozoa ini menyebabkan  penyakit yang di namakan amoebiasis baik yang
bersifat siptomatik maupun yang bersifat asiptomatik akut maupun kronis.

B. Bagaimana sifat-sifat fisiknya


Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista.
Trofozoit Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi :
a) Ukuran 10 – 60 μm
b) Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan
penandapenting untuk diagnosisnya
c) Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat
yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran
inti
d) Bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut
pseudopodia.
Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi:
a) Bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm
b) Kista matang memiliki 4 buah inti entamoba
c) Tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sitoplasma
d) Kista yang belum matang memiliki glikogen (chromatoidal bodies)
berbentuk seperti cerutu, namun biasanya menghilang setelah kista
matang.
C. Etiologi dan Epidemiologi
Etiologi
Entamoeba histolytica terdapat dalam dua bentuk, yaitu sebagai kista
dan tropozoit. Infeksi amoeba pada amoebiasis terjadi melalui kista parasit
yang tertelan yang mengkontaminasi makanan atau minuman. Sedangkan
tertelannya bentuk tropozoit tidak menimbulkan infeksi karena tidak tahan
terhadap lingkungan asam dalam lambung.
Kista ini berukuran 10-18 mm, berisi empat inti, dan resisten terhadap
keadaan lingkungan seperti suhu rendah dan kadar klorin yang biasa digunakan
pada pemurniaan air, parasit dapat dibunuh dengan pemanasan 55 °C. Setelah
penelanan, kista yang resisten terhadap asam lambung dan enzim pencernaan,
masuk dan pecah dalam usus halus membentuk delapan tropozoit yang
bergerak aktif, merupakan koloni dalam lumen usus besar dan dapat
menimbulkan invasi pada mukosa, pada keadaan yang belum diketahui saat
ini.
Trofozoit mempunyai diameter rata-rata 20 mm; sitoplasmanya terdiri
atas zona luar yang jernih dan endoplasma dalam yang granuler padat,
mengandung inti yang berbentuk sferis yang mempunyai kariosom sentral
yang kecil dan bahan kromatin granuler yang halus.
Endoplasma juga berisi vakuola, dimana eritrosit dapat ditemukan pada
kasus amubiasis invasif. Lima spesies Amoeba nonpatogen lain yang dapat
menginfeksi saluran pencernaan manusia; Entamoeba coli, Entamoeba
hartmanni, Entamoeba gingivalis, Entamoeba moshkovskii, dan Entamoeba
polecki.

Epidemiologi
Prevalensi infeksi amoeba di seluruh dunia bervariasi dari 5% sampai
81% dengan frekuensi tertinggi terutama ada di daerah tropis yang mempunyai
kondisi lingkungan yang buruk, sanitasi perorangan yang jelek, dan hidup
dalam kemiskinan. Manusia adalah penjamu alamiah (natural host) dan
reservoir utama Entamoeba histolytica, meskipun pernah dilaporkan terdapat
juga pada anjing, kucing, babi dan ikan. Diduga bahwa 12% dari populasi
seluruh dunia terinfeksi Entamoeba histolytica (sekitar 480 juta orang). Infeksi
ini disertai dengan 50 juta kasus penyakit simtomatik di seluruh dunia dan
mortalitas 70.000-100.000 kematian per tahun; amoebiasis adalah penyebab
ketiga kematian karena infeksi parasit secara global.
Disentri amoeba yang disebabkan oleh invasi mukosa usus terjadi pada
fraksi yang lebih kecil dan menetap dari individu yang terinfeksi dan jarang
pada anak dibandingkan orang dewasa, demikian juga dengan penyebarannya.
Disentri amoeba terjadi kira-kira 1-17% dari subyek yang terinfeksi.
Walaupun sangat endemik di Afrika, Amerika latin, India dan Asia
Tengara, amoebiasis tidak semata-mata terbatas pada daerah tropik.
Di Amerika Serikat, amoebiasis telah diperkirakan terjadi dengan prevalensi
1-4 % pada kelompok risiko tinggi tertentu, termasuk orang-orang yang
diasramakan dengan lama (penyakit invasif jarang pada AIDS), anak dengan
retardasi mental, pekerja yang berpindah-pindah, imigran (terutama Meksiko),
laki-laki homoseksual dan kelompok sosioekonomi rendah di Amerika serikat
selatan serta yang telah berpergian dari daerah endemik. Sebagian besar anak
yang terinfeksi dengan Entamoeba histolytica masuk kedalam kelompok resiko
ini.
Pola infeksi bervariasi di berbagai bagian dunia. Misalnya, infeksi yang
terdapat di India, Meksiko, atau Durban, Afrika Selatan tampak lebih virulen
daripada infeksi dari lokasi lain. Namun definisi virulensi, strain geografis atau
patogenisitas berbagai amuba tetap harus ditentukan.
Makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan kista Entamoeba
histolytica dan kontak langsung fekal-oral adalah cara infeksi yang paling
sering. Air yang tidak diolah dan tinja manusia yang digunakan sebagai pupuk
merupakan sumber infeksi penting. Pedagang makanan yang mengidap kista
amoeba, dapat memainkan peran terhadap penyebaran infeksi. Kontak
langsung dengan tinja yang terinfeksi juga dapat menyebabkan penularan dari
orang ke orang.

D. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis dari infeksi dengan Entamoeba histolytica sangat bervariasi


tergantung pada :
1) Starin Entamoeba histolytica yang menginfeksi
Entamoeba histolytica dari strain yang invasive lebih berbahaya dari
pada yang noninvasive karena dapat menimbulkan disentri, abses pada
hati ganguan paru dan lain sebagainya. Walaupun demikian prosentasi 
mereka yang  terinfeksi dengan srain yang invasive tidak begitu
banyak. Kebanyakan terinfeksi strain non invasif yang  hanya
menimbulkan gejala minimal atau asimptomatis.
2) Intensitas dari  infeksi
Semakin hebat infeksi yang di alami tentu saja dapat mengakibatkan
ganguan yang lebih hebat.
3) Normal flora pada host
Normal flora memegang peranan penting pada daya tahan tubuh
manusia. Banyaknya normal flora mampu melindungi host dari
hebatnya suatu infeksi karena akan terjadi kompontensi antara parasit
dan normal flora.
4) Tempat infeksi itu sendiri
Entamoeba histolytica terutama yang invasive dapat menyerang banyak
target organ mulai dari usus sampai otak karena kemapuan parasit ini
masuk ke dalam peredaran darah dan mulai menyerang host karena
telah menguasai peredaran darah. Pada otak dapat menyebabkan abses
pada otak.

E. Patogenesis
Patogenesis yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica dapat terjadi dalam 2
fase, yaitu : Fase Primer (pada intestinal) dan Fase Sekunder (pada ekstra
intestinal).
Fase Primer 
Pada fase ini penderita mengalami Amoebiasis Intestinal, dan organ
yang diserangnya adalah bagian caecum yang terutama, serta bagian-bagian
yang lain, hal ini sangat tergantung pada :
a) resistensi hostnya sendiri
b) virulensi dari strain amoeba
c) kondisi dari lumen  usus/dinding usus,
- seperti infek atau tidaknya dinding usus
- kondisi makanan, apabila makanan banyak mengandung
karbohidrat, maka amoeba tersebut menjadi patogen
- keadaan normal flora usus
- Adanya assosiasi amoeba dengan bakteri-bakteri tertentu, akan
menentukan sifat amoeba menjadi aktif, yaitu mengadakan lesi
pada usus dan pada umumnya sampai mencapai mukosa
Gambaran lesi pada usus  (mukosa), tampak adanya nekrosis tanpa
reaksi keradangan, kecuali bila ada sekunder infeksi. Pada keadaan lanjut
proses ini dapat sampai ke submukosa dan dari sini amoeba akan ke sirkulasi
darah, selanjutnya akan timbul lesi-lesi ekstra intestinal. Bentuk lesi
berupa settle neck ulcus.
Sekunder infeksi biasanya oleh kuman-kuman : Clostridium perfringens,

dan Shigella, pada umumnya prognosa menjadi jelek, sebab terjadinya gangren
usus, serta sering menyebabkan kematian penderita. 
Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai subjek-mukosa), sering terjadi
perdarahan-perdarahan ini dapat dilihat pada feses penderita, kadang-kadang
dapat dilihat adanya sel-sel mukosa. Disamping itu ulkus yang dalam ini juga
dapat menyebabkan terjadinya perforasi, hingga prognosa akan menjadi jelek.
Beberapa perbedaan antara Disentri amoeba dengan Disentri baksiler
(Shigellosis)adalah sebagai berikut :
Uraian Disentri amoeba Disentri baksiler

Inkubasi Lama Cepat ( kurang dari 7 hari )

Gejala Nyeri perut lokal Nyeri perut general


klinik Sering tanpa panas Selalu disertai panas
Tenesmus (-) Tenesmus (+)

Faeces Jumlah sedikit Jumlah banyak


Mengandung darah yang sudah Mengandung darah yang
mengalami aglutinasi tidak mengalami aglutinasi
Mengandung tropozoit Mengandung bakteri
Mengandung jaringan nekrotik Mengandung exudat serta
pus

Darah Lekositosis sedikit Lekositosis tinggi

Fase Sekunder 
Terjadi pada amoebiasis ekstra intestinal. Proses ekstra intestinal ini
dapat terjadi akibat penyebaran parasit secara :
- hematogen, dan organ yang sering terkena adalah: hepar (hati) yang
dapat menimbulkan amoebik hepatis dan selanjutnya akan menimbulkan
abses hepatikum. Abses hepatikum ini dapat single atau multiple dan 85
% pada lobus di ekstra.
- Selanjutnya dapat terjadi pula amoeba ekspansi karena pecahnya abses
hati atau secara hematogen, yaitu pada : pleura, paru-paru, kulit, dan
adanya ulcerasi pada sigmoid dan rektum akan dapat menyebabkan
komplikasi atau akan berekspansi ke vagina bagi penderita wanita.
Proses amoebiasis ekstra intestinal dapat terjadi dengan cara sebagai
berikut :  

1) Amoebiasis Hati
terjadi karena abses hati terutama pada posteosuperior lobus kanan,
dengan gejala klinis : nyeri daerah hipokondrium kanan, demam
disertai ikterus, hepatomegali (diare dan disentri negative).
Jika tidak diobati/tidak sempurna maka abses berkembang berbagai
arah yang akan menyebabkan abses organ sekitar. komplikasi pecahnya
abses hati kanan mengakibatkan kelainan kulit, paru, rongga pleura
kanan, diafragma dan rongga peritoneum
2) Amebiasis Kulit
terjadi karena abses hati kanan pecah sehingga mengakibatkan
granuloma kutis.
3) Amoebiasis Paru
terjadi karena abses hati kanan pecah, kemudian masuk ke daerah organ
paru, sputum berwarna coklat merah tua dan dapat ditemukan tropozoit
pada bahan sputum.
4) Amoebiasis Pleura Kanan
terjadi karena abses hati kanan pecah, dan menyerang empiema torax.
5) Diafragma
terkena jika abses hati kanan pecah, kemudian terjadi abses subfrenik.
6) Rongga Peritoneum
dapat terkena jika abses hati kanan pecah dan menyerang bagian
rongga peritonium dan menyebabkan peritonitis umum.
7) Cerebral Amoebiasis
terjadi karena komplikasi dari abses hati atau dari paru (kasus jarang).
8) Abses limpa
terjadi karena komplikasi amubiasis hati atau langsung penularan dari
tropozoit kolon.
Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, maka akan
terjadi kelainan pada daerah lambung, rongga perikardium, kulit & rongga
pleura kiri, hal ini dapat mengakibatkan gejala klinis sebagai berikut : 
1) pada lambung dapat terjadi hematemesis.
2) pada rongga perikardium; dapat perikarditis purulen yang dapat
menyebabkan kematian.
3) amoebiasis organ lain : Pulmonary amoebiasis

F. Macam diagnosis laboratoriumnya ( uraikan semuanya)


1. Amoebiasis kolon akut
Diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut
(mules). Biasanya gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari.
Gejala tersebut dapat dibedakan dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada
disentri basilaris terdapat sindrom disentri dengan diare lebih sering,
kadang-kadang lebih dari 10 kali sehari, terdapat juga demam sering,
kadang-kadang sampai lebih dari 10 kali sehari, terdapat juga demam dan
leukositosis.
Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba
histolitica  bentuk tropozoit dan atau kista histolitika dalam tinja.
2. Amebiasis kolon menahun
Biasanya terdapat gejala diare yang ringan diselingi dengan obstipasi. Dapat
juga terjadi suatu eksaserbasi akut dengan sindrom disentri.
Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba
histolitica  bentuk histolitika dalam tinja. Bila ameba tidak ditemukan,
pemeriksaan tinja perlu diulangi 3 hari berturut-turut.
Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis.
Proktoskopi dapat digunakan untuk melihat luka yang terdapat di rektum
dan untuk melihat kelainan di sigmoid digunakan sigmoidoskopi.
3. Amebiasis hati
Secara klinis dapat dibuat diagnosis bila terdapat gejala berat badan
menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan, disertai
pembesaran hati yang nyeri tekan.
Pada pemeriksaan radiologi biasanya didapatkan peninggian diafragma.
Pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis.
Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba
histolytica bentuk histolitika dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi
nanah abses.
Bila ameba tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologi, antara lain tes
hemaglutinasi tidak langsung atau tes imunodifusi.

Pemeriksaan Laboratorium dapat dilakukan sebagai berikut :


Sediaan tanpa pewarnaan untuk mencari organisme yang bergerak dan telur
cacing

- Sediaan langsung tanpa pewarnaan


Sediaan yang diwarnai untuk mencari kista, telur, dan larva :
- Sediaan langsung dengan pewarnaan iodium (lugol)
- Sediaan langsung dengan pewarnaan Iron Haematoxyline
Bila dengan sediaan langsung memberikan hasil negatif, dapat dicoba
dengan cara konsentrasi :
- Cara konsentrasi menggunakan ZnSO4
- Cara konsentrasi dengan NaCl
Baik untuk menemukan telur cacing dan kista protozoa
- Dibiakkan (kultur)
Dalam pemeriksaan dengan kultur menggunakan media Bock dan
Darblain-Arsenic dengan inkubasi 24-48 jam
- Serologis : Complement Fixation Test ( C F Test )
Dengan pemeriksaan hemaglutination test atau dengan pemeriksaan
presipitin test. Cara ini dilakukan untuk amoebiasis extra intestinal.

G. Pencegahan
Pencegahan penyakit amebiasis terutama dengan meningkatkan level sanitasi
dan dengan menurunkan jumlah kista passer. Peningkatan level sanitasi
ditujukan kepada kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan
lingkungan (environmental sanitation).
Kebersihan perorangan antara lain adalah
- mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum
makan.
Kebersihan lingkungan meliputi:
- memasak air minum sampai mendidih sebelum diminum,

- mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan,

- buang air besar di jamban,

- tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk,

- menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari


kontaminasi oleh lalat dan lipas,
- membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari
lalat
Gambar Entamoeba histolytica bentuk histolitika (pembesaran 12x100,
pewarnaan Trikrom)

Gambar Entamoeba histolytica bentuk minuta (pembesaran 12x100,


pewarnaan Iron Haematoxylin)

Gambar Entamoeba histolytica bentuk kista (pembesaran 12x100,


pewarnaan Iron Haematoxylin)
6) Hasil pemeriksaan tinja di laboratorium yang dilakukan seorang analis menunjukkan
adanya tropozoit berbentuk berbentuk seperti buah pir dengan dua inti , dari
anamnesis yang ada diketahui bahwa pasien telah minum air dari pegunungan tanpa
disaring dan dimasak terlebih dahulu, tulis dan jelaskan

A. Diagnosis mengarah pada penyakit apa dan disebabkan oleh parasit


Penyebab penyakit adalah Giardia lamblia 
Penyakit yang disebabkan oleh Giardia lamblia dinamakan giardiasis

B. Bagaimana morfologi dan siklus hidupnya


Dalam morfologi atau bentuk dari protozoa parasit Giardia lamblia ini
mempunyai 2 stadium yaitu:
1. Stadium tropozoit
- Ukuran 12-15 mikron,

- berbentuk simetris bilateral seperti buah pir atau jambu monyet


yang bagian anteriornya membulat dan bagian posteriornya meruncing.
- Permukaan dorsal cembung (konveks) yang pipih di sebelah ventral

- dan terdapat batil isap berbentuk seperti cakram yang cekung dan
menempati setengah bagian anterior badan parasit
- mempunyai sepasang inti yang letaknya di bagian anterior, bentuknya
oval dengan kariosom di tengah atau butir-butir kromatin tersebar di
plasma inti.
- Tropozoit ini mempunyai 4 pasang flagel yang berasal dari 4 pasang
blefaroplas, terdiri dari :
 1 pasang cross lateral flagella ( bagian anterior )
 2 pasang uncross lateral flagella ( bagian lateral tubuhnya )
 1 pasang uncross flagella ( terletak pada bagian posterior )
- Terdapat 2 pasang yang lengkung dianggap sebagai benda parabasal,
letaknya melintang di posterior dari batil isap

Gambar tropozoit Giardia lamblia


2. Stadium kista
- Berbentuk oval berukuran 8-12 mikron,

- mempunyai dinding yang tipis dan kuat.

- Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari dinding


kista.
- Kista yang baru terbentuk mempunyai 2 inti

Kista yang matang mempunyai 4 inti, letaknya pada satu kutub. 


Kista berukuran lebih kecil daripada trofozoit yaitu panjang 8-18 μm dan
lebar 7-10 μm.
- Letak kariosom lebih eksentrik bila dibandingkan dengan trofozoit.

- Pada kista yang telah matur terdapat 4 buah median bodies, 4 buah
nuclei, dan dapat pula ditemukan longitudinal fibers

Gambar Kista Giardia lamblia


Siklus Hidup Giardia lamblia 
Penularan dimulai dari menelan parasit dalam bentuk kista. Dinding kista
yang tebal akan pecah terkena asam lambung, dan keluarlah bentuk tropozoit.
Bentuk tropozoit segera membelah dua, dan bergerombol dengan parasit
lain di daerah usus halus, yang kemudian mulai menimbulkan gejala gangguan
saluran cerna.

Bentuk tropozoit ini mirip buah pear yang dibelah dan mempunyai sepasang


cambuk(flagella) untuk membantu bergerak dan berenang bebas di dalam lumen
usus. Bentuk tropozoit ini kontak dengan cairan empedu, mengubah campuran
makanan dan enzim pencernaan, Kemudian mulai menembus lapisan selaput
lendir usus, sambil terus membelah memperbanyak diri sampai bertahun tahun.
Bentuk tropozoit ada yang mati karena enzim pencernaan dan ada yang
berubah menjadi bentuk kista berdinding tebal dan keras.Yang ikut aliran cairan
usus, akan ikut keluar bersama kotoran, mencemari air sungai, air danau, air
selokan, atau mata air di pegunungan.
Parasit Giardia lamblia mencemari air permukaan, bersama - sama,
Virus Hepatitis A, menyebabkan sakit kuning (hepatitis), Sedangkan
kuman Salmonella menyebabkan penyakit demam tipus, dan
kuman Campilobacter menyebabkan diare pada manusia yang tertular melalui
konsumsi daging babi, atau susu mentah.
Sanitasi air minum perlu diperhatikan untuk menghindari penularan
parasit, virus dan kuman penyebab penyakit tersebut. Penularan dapat terjadi
dari orang ke orang melalui tangan yang mengandung kista dari tinja orang yang
terinfeksi ke mulut orang lain, penularan terjadi terutama di asrama dan tempat
penitipan anak. Cara-cara penularan seperti ini adalah yang paling utama.
Hubungan seksual melalui anus juga mempermudah penularan.
KLB terbatas dapat terjadi karena menelan kista dari air minum yang
terkontaminasi tinja penderita, dan tempat rekreasi air yang tercemar dan jarang
sekali penularan terjadi karena makanan yang terkontaminasi tinja.
Kadar chlorine yang digunakan secara rutin untuk pengolahan air bersih
tidak dapat membunuh kista Giardia, khususnya pada saat air dalam keadaan
dingin; air kotor yang tidak disaring dan air danau yang terbuka terhadap
kontaminasi oleh tinja manusia dan hewan merupakan sumber infeksi.

C. Etiologi dan Epidemiologi


Etiologi
Giardiasis adalah infeksi usus halus yang di sebabkan oleh parasit
Giardia lamblia . Giardiasis terjadi di seluruh dunia dan merupakan penyebab
infeksi parasit khusus yang terjadi di Amerika.
Kebanyakan orang mendapatkan infeksi akibat minum air yang
terkontaminasi, tetapi penularan dari orang ke orang juga dapat terjadi, yaitu
melalui kista yang keluar dari tinja. Penularan langsung terjadi di antara anak-
anak atau mitra seksual (terutama pada pria homo seks).
Epidemiologi
Giardiasis adalah infeksi protozoa usus yang common di seluruh dunia.
World Health Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 200 juta orang
akan terinfeksi setiap tahun (Swarbrick et al., 1997). Infeksi Giardiasis lebih
sering ditemukan di daerah beriklim tropik dan subtropik daripada di daerah
beriklim dingin. Terutama ditemukan di Rusia, Asia Tenggara, Asia Selatan,
Afrika, Meksiko dan bagian barat Amerika Selatan.
Biasanya menyerang anak – anak, dan terutama banyak didapatlkan di
daerah daerah tropis. Pada daerah dingin biasanya menyerang golongan puber.
Insiden pada wanita lebih banyak daripada laki – laki.
Kista Giardia sp. secara umum lebih stabil dan bertahan lebih lama
dalam lingkungan pada jangka masa panjang (bulan). Kista ini lebih sesuai
bertumbuh pada kondisi dingin, lembab, dan suhu rendah. Selain itu, kista
resisten terhadap klorin, ozon, dan radiasi ultraviolet (UV). Mendidihkan kista
pada suhu 60-70% selama 10 menit akan menurunkan viabilitasnya.

D. Manifestasi klinik
Melekatnya Giardia lamblia pada sel epitel usus halus tidak selalu
menimbulkan gejala / asimtomatik  dan sebagian besar dari mereka menjadi
pembawa (carier).
Parasit Giardia lamblia ini menambatkan dirinya ke epithelium usus
halus hospes melalui cakram berperekat di perutnya dan ber-reproduksi melalui
pembelahan biner. Protozoa tidak merusak sel hospes, tetapi memakan /
menyerap nutrisi dari lumen (dinding dalam) usus kecil dan hidup secara
anaerob (tidak memerlukan oksigen). Karena penyerapan nutrisi oleh protozoa
ini, maka terjadi penghambatan absorpsi lemak dan unsur nutrisi lain oleh tubuh
hospes (villous atrophia), sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan
penderita serta menyebabkan radang usus.
Tetapi ada beberapa kasus orang yang peka terhadap infeksi ini dimana
sekresi mukosa menjadi berlebihan sehingga menyebabkan diare, dehidrasi,
sakit perut dan penurunan berat badan. Feses terlihat berlemak tetapi tidak
ditemukan darah.
Giardiasis biasanya tidak tersebar melalui darah dan tidak menyebar ke
bagian sistem pencernaan lainnya namun tetap berada di usus kecil. Tetapi
dalam kondisi tertentu tropozoit dapat menginvasi jaringan seperti kandung
empedu dan saluran kemih. Jika empedu terserang protozoa dapat menyebabkan
jaundice (penyakit kuning / ekterus) dan sakit perut/colic. Penyakit ini tidak
berakibat fatal, tetapi sangat mengganggu.
E. Patogenesis
Giardia lamblia dapat ditemukan pada saluran gastrointestinal berbagai
macam mamalia termasuk manusia. Protozoa ini dapat ditularkan melalui cara
fecal-oral maupun oral-anal. Banyak sumber air seperti danau dan sungai
mengandung kista protozoa ini sebagai akibat dari kontaminasi oleh feses
manusia dan hewan.
Transmisi Giardia lamblia umum terjadi pada orang yang memiliki
risiko tinggi seperti anak-anak yang berada di tempat penitipan anak, wisatawan
yg mengunjungi beberapa area, homoseksual, dan orang yg sering berhubungan
dengan hewan-hewan tertentu.
Gejala giardiasis bervariasi dari yang asimtomatik hingga diare dan
malabsorbsi.

F. Macam diagnosis laboratoriumnya ( uraikan semuanya)


Diagnosa definitif terhadap Giardia lamblia ditegakkan melalui
pemeriksaan mikroskopik dengan menemukan bentuk tropozoit dalam tinja
encer dan cairan doudenum atau bentuk kista dalam tinja padat. Bentuk
tropozoit hanya dapat ditemukan dalam tinja segar. Dalam sediaan basah dengan
larutan iodine atau dalam sediaan yang dipulas dengan trikrom, morfologi
giardia lamblia dapat dibedakan dengan jelas dari protozoa lainnya
Infeksi Giardia lamblia sering tidak dapat didiagnosa(misdiagnosed).
Diagnosa yang akurat memerlukan test antigen atau jika tidak tersedia dapat
dilakukan pemeriksaan parasit dari feses. Beberapa test pada feses diperlukan
kista dan tropozoit kadang tidak konsisten terlihat pada feses. Diagnosis dengan
ditemukannya kista dan trofozoit dalam feses. Metode immunofluorescece dan
enzyme immuoassay sudah mulai dikembangkan untuk mendeteksi Giardia
lamblia dalam feses. Mengingat pengujian sulit untuk menemukan infeksi
termasuk banyak negatif palsu, beberapa pasien harus dirawat berdasarkan bukti
empiris yaitu melakukan berdasarkan gejala.
G. Pencegahannya
Adapun cara yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir atau
mencegah menular atau tersebarnya protozoa parasit Giardia lamblia ini dengan
melakukan berbagai cara, seperti:
1. Mengkonsumsi air minum yang sudah melalui proses pengolahan atau tanpa
pengolahan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Pada umumnya Giardia lamblia resisten terhadap klorin, sehingga
penyaringan sangat diperlukan untuk menghilangkan kontaminasi oleh
protozoa patogen ini.
3. Melindungi tempat persediaan air dari hospes reservoir (berang-berang dan
tikus air).
4. Meningkatkan hygiene perorangan,misalnya berperilaku hidup bersih dan
sehat.
5. Penyediaan makanan yang bersih dan baik.
Pencegahan infeksi parasit ini terutama dengan memperhatikan hygiene
perorangan, keluarga, dan kelompok., dengan menghindari air minum yang
terkontaminasi . Sanitasi air minum untuk mencegah terjadinya epidemi
giardiasis dilakukan dengan metode coagulation-sedimentation-filtration.
Klorinasi air minum untuk mengeliminasi kista memerlukan konsentrasi
yang lebih tinggi dan kontak yang lebih lama pada biasanya. Proteksi individu
dapat dilakukan dengan merebus air sampai mendidih minimal 1 menit. Bila air
tidak dapat direbus, dapat diberikan 2-4 tetes kaporit untuk setiap liter air dan
tunggu selama 60 menit sebelum diminum. Bila airnya dingin dibutuhkan waktu
semalam untuk membunuh kista Giardia intestinalis. Memanaskan makanan
atau makanan yang matang dapat mencegah infeksi kista Giardia intestinalis.
Pada daerah terbuka dimana jarang ditemukan air di permukaan tanah,
memerlukan penyaringan dengan filter yang memiliki nominal 1-pori ukuran
mikrometer. Disarankan untuk menggunakan yodium atau klorin dioksida pada
air yang akan dikonsumsi. Parameter air seperti suhu, kekeruhan, dan kepekatan
juga dapat mempengaruhi efektivitas suatu perawatan terhadap infeksi.

Anda mungkin juga menyukai