Anda di halaman 1dari 9

REVISI

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI
KELOMPOK 2 S1 C 2018
Nama Anggota :
Gusti Alamsyah Abdil Al Majid 1813015003
Rida Wahda Maulida Tahir 1813015018
Rohani 1813015043
Mawaddah Warahmah Nanda Adity 1813015078
Paul Emanuel Toti 1813015098
Revina Febrianti 1813015123
Shalsa Belita Putri Santoso 1813015133
M. Khalid Akbar 1813015138
Audrey Jenly Moligay 1813015148
Chairunnisa Aprilia 1813015163
Selin Cenora Aritonang 1813015168
Dian Lia Karla Mumekh 1813015238
Jendi Januari Kristi 1813015268
Ummul Fathonah 1813015278

Kasus
Tn MR 45 tahun datang ke rumah sakit mengeluhkan nyeri dada yang menjalar sampai ke
bahu, leher dan kepala. Nyeri yang dialami berlangsung selama 2 jam dari datang ke rumah
sakit. Pasien sudah mengkonsumsi Fasorbid 2 tablet setiap 5 menit tapi nyeri tidak reda.
Pasien memiliki riwayat MRS karena serangan jantung dengan diagnosa NSTEMI 9 bulan
yang lalu. Pasien juga memilik riwayat diabetes mellitus dan hipertensi. Pada saat observasi
dijumpai data temperature 38°C, tekanan darah 190/100 mmHg, GDA: 308 mg/dL, saturasi
oksigen 89. Hasil EKG ada elevasi di gelombang ST. Pasien mendapatkan terapi clopidogrel
1 x 1 tab, aspilet 80 mg 1 x 1 tab, oksigen 1 ml/menit.

SUBJECT :
Nyeri dada yang menjalar sampai ke bahu, leher dan kepala. Nyeri yang dialami berlangsung
selama 2 jam dari datang ke rumah sakit. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi
dan NSTEMI

OBJECT :
Data laboratorium Normal
Temperatur 380C 35,8°C – 37,5°C
Tekanan darah 190/100 mmHg 120/80 mmHg
GDA 308 mg/dl 80 mg/dL – 200 mg/dL
Saturasi oksigen 89 95–100%.

Riwayat obat :
clopidogrel 1 x 1 tab
aspilet 80 mg 1 x 1 tab
Fasorbid 2 tablet setiap 5 menit

ASSESSMENT :
Obat Dosis Kontraindikasi Efek Samping
Clopidogrel 75 mg sekali sehari hipersensitivitas, Dispepsia, nyeri perut,
(antiplatelet) dengan atau tanpa perdarahan aktif seperti diare; perdarahan
makanan. ulkus peptikum atau (termasuk perdarahan
perdarahan intrakranial, saluran cerna dan
menyusui intrakranial); lebih jarang
mual, muntah, gastritis,
perut kembung,
konstipasi, tukak
lambung dan usus besar,
sakit kepala, pusing,
paraestesia, leukopenia,
platelet menurun (sangat
jarang trombositopenia
berat), eosinofilia, ruam
kulit, dan gatal; jarang
vertigo; sangat jarang
kolitis, pankreatitis,
hepatitis, vaskulitis,
kebingungan, halusinasi,
gangguan rasa, gangguan
darah (termasuk
trombositopenia purpura,
agranulositosis, dan
pansitopenia), dan reaksi
seperti hipersensitivitas
(termasuk demam,
glomerulonefritis, nyeri
sendi, sindrom Steven
Johnson, linchen planus.
Aspilet 1 x 1 tablet anak di bawah 16 tahun bronkospasme;
(aspirin) dan yang menyusui perdarahan saluran cerna
(sindrom Reye) (4.7.1); (kadang-kadang parah),
tukak peptik yang aktif; juga perdarahan lain
hemofilia dan gangguan (misal subkonjungtiva).
perdarahan lain.
Farsorbid Sublingual, 5-10 mg hipersensitivitas terhadap sakit kepala berdenyut,
(isosorbid Oral, sehari dalam nitrat; hipotensi atau muka merah, pusing,
dinitrat) dosis terbagi, angina hipovolemia; kardiopati hipotensi postural,
(golongan 30-120 mg; gagal obstruktif hipertrofik, takikardi (dapat terjadi
Nitrat) jantung kiri 40-160 stenosis aorta, tamponade bradikardi paradoksikal).
mg, sampai 240 mg jantung, perikarditis Efek samping yang khas
bila diperlukan. konstruktif, stenosis setelah injeksi (terutama
mitral; anemia berat, jika diberikan terlalu
Infus intravena, 2-10 trauma kepala, cepat) meliputi hipotensi
mg/jam; dosis lebih perdarahan otak berat, mual dan muntah,
tinggi sampai 20 glaukoma sudut sempit. diaforesis, kuatir,
mg/jam mungkin gelisah, kedutan otot,
diperlukan. palpitasi, nyeri perut,
sinkop; pemberian
jangka panjang disertai
dengan
methemoglobinemia.

1. Pasien mengeluhkan nyeri dada yang menjalar sampai ke bahu, leher dan kepala yang sudah
berlangsung selama 2 jam, pasien sudah mengkonsumsi Fasorbid 2 tablet setiap 5 menit,
namun nyeri tidak reda. Berdasarkan keluhan tersebut hal ini juga berhubungan dengan hasil
EKG yang menunjukkan ada elevasi pada gelomabang ST. Berdasarkan hasil EKG dan
gejala yang dilaporkan, memperkuat diagnosis STEMI.

Diagnosis STEMI ditegakkan berdasarkan elevasi gelombang ST, nyeri dada yang
berlangsung selama 20 menit atau lebih yang tidak membaik dengan pemberian nitrogliserin.
Penjalaran nyeri ke leher, rahang bawah atau lengan kanan memperkuat terjadinya stemi
(PDSKI,2015).

2. Berdasarkan data lab pasien mengalami demam dimana suhu badan nya yaitu 380C, selain itu
tekanan darah dan juga GDA pasien berada di atas normal. Hal tersebut merujuk pada
riwayat penyakit pasien yaitu diabetes melitus dan hipertensi. Riwayat penyakit tersebut
dapat menjadi faktor risiko kardiovaskular.
3. Mekanisme Farsorbid :
Isosorbid dinitrate (ISDN) merupakan preparat nitrat yang paling stabil diantara yang lainnya
karena ISDN merupakan senyawa prodrug di mana ISDN nantinya akan dikonversi menjadi
senyawa metabolit aktifnya yakni isosorbid 5-mononitrat (ISMN) yang tidak tahan terhadap
asam lambung. Keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi vena yang mengakibatkan
berkurangnya preload dan volume akhir diastolik ventrikel kiri sehingga konsumsi oksigen
miokardium berkurang. Efek lain dari nitrat adalah dilatasi pembuluh darah koroner baik
yang normal maupun yang mengalami aterosklerosis (PERKI, 2015).
4. Mekanisme clopidogrel :
Clopidogrel bekerja menghambat adenosine diphosphat (ADP) yang dapat memicu agregasi
trombosit dengan mengikat secara irreversibel reseptor P2Y12 pada trombosit. Clopidogrel,
antagonis reseptor ADP, adalah sebuah obat yang membutuhkanoksidasi oleh hepatic
cytochrome P450 (CYP450) untuk menjadi metabolit aktif. ADP berikatan dengan trombosit
melalui reseptor P2Y1, P2Y12, dan P2X1. Reseptor P2X1 tidak memainkan peranan yang
penting dalam aktivasi trombosit. Hanya sebagian kecil clopidogrel yang mengalami proses
oksidasi oleh CYP450, sebagian besar terhidrolasi oleh esterase menjadi turunan asam
karboksilat yang tidak aktif. CYP3A4 dan CYP3A5 adalah enzim-enzim yang bertanggung
jawab terhadap oksidasi cincin thiopene clopidogrel menjadi 2-oxoclopidogrel yang
selanjutnya menjadi karboksil dan grup thiol. Bentuk yang terakhir ini membentuk jembatan
disulfida dengan residu sistein ekstraseluler yang berlokasi di reseptor ADP P2Y12 yang
berada di permukaan trombosit dan menyebabkan blockade ireversibel ADP. Clopidogrel
adalah obat penghambat antiagregasi trombosit yang memiliki efek yang baik dan sering
dipakai pada pasien dengan TIA untuk mencegah terjadinya stroke. Clopidogrel ternyata
memiliki efek antiagregasi trombosit yang berbeda pada setiap pasien. Pada 4-30% pasien
ditemukan resistansi clopidogrel yang mempengaruhi efek anti agregasi dari clopidogrel
(Gubitz G et al., 2000).
5. Mekanisme Aspilet :
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) didalam trombosit pada prostasiklin
(PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat secara irreversible enzim sikloksidgenase
(akan tetapi siklooksigenase dapat dibentuk kembali oleh sel endotel). Penghambat enzim
siklooksigenase terjadi karena aspirin mengasetilasi enzim tersebut. Aspirin dosis kecil
hanya dapat menekan pembentukan TXA2, sebagai akibatnya terjadi pengurangan agregasi
trombosit (Gubitz G t al., 2000).
6. Terapi Oksigen :
Terapi oksigen merupakan terapi utama yang diberikan pada pasien PJK. Terapi oksigen
membantu mengurangi beban kerja jantung. Pada pasien dengan kondisi jantung koroner,
jantung mengalami penyempitan akibat kekurangan suplai oksigen sehingga menyebabkan
jantung tidak memompa secara efektif. Terapi oksigen membantu mengurangi sesak nafas,
mengkompensasi dengan meningkatkan jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan tubuh (Pai,
2012).
PLAN

1. Terapi oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri <90%, Terapi
oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam pertama, tanpa
mempertimbangkan saturasi O2 arteri (Kelas IIa-C) (PDSKI,2015).
Terapi oksigen : 1 mL/menit

2. Diagnosis STEMI perlu dibuat sesegera mungkin melalui perekaman dan interpretasi EKG
12 sadapan, selambat-lambatnya 10 menit dari saat pasien tiba, namun dalam kasus diatas
sudah 2 jam pasien hanya diberi fosorbid 2 tablet setiap 5 menit sebagai tindakan awal
sebelum ada hasil pemeriksaan EKG, seharusnya setelah diagnosis (EKG) (diagnosis
selambat-lambatnya 10 menit), pasien sudah harus di lakukan PCI selambat-lambatnya
kurang dari 120 menit, karena sudah 2 jam maka dilakukan fibrinolitik sebagai terapi
reperfusi akibat PCI primer tidak dilaksanakan (ESC,2017).

• Terapi fibrinolitik direkomendasikan diberikan dalam 12 jam sejak awitan gejala pada
pasien-pasien tanpa indikasi kontra apabila PCI primer tidak bisa dilakukan oleh tim
yang berpengalaman dalam 120 menit sejak kontak medis pertama (Kelas I-A)
(ESC,2017).
Dosis : TENECTEPLASE (fibrinolitik) secara i.v. berdasarkan berat badan

(ESC,2017).

• Pertimbangan menggunakan Tenecteplase ; lebih aman dalam mencegah perdarahan


non-serebral, dan lebih mudah diberikan pada pre-hospital setting (eg. Ambulance
setting) (ESC,2017).
• Rescue PCI diindikasikan segera ketika fibrinolisis gagal (resolusi segmen ST <50%
pada 60–90 menit) (ESC,2017).

3. Antikoagulan direkomendasikan pada pasien-pasien STEMI yang diobati dengan fibrinolitik


hingga revaskularisasi (bila dilakukan) atau selama dirawat di rumah sakit hingga 8 hari
(Kelas I-A), Enoxaparin lebih direkomendasikan (ESC,2017).
Dosis : ENOXAPARIN (antikoagulan harus diberikan sampai revaskularisasi dilakukan)
Dosis load : (Pasien <75 tahun) 30 mg IV bolus 1x, 15 menit kemudian diikuti 1 mg / kg
secara SC setiap 12 jam sekali sampai keluar dari rumah sakit maksimal selama 8 hari. dosis
tidak melebihi 100 mg per-injeksi (ESC,2017).

4. Setelah fibrinolitik selesai diberikan, jika memungkinkan pasien dapat dikirim ke pusat
dengan fasilitas PCI (ESC,2017).
5. -Pasien yang akan menjalani fibrinolisis sebaiknya mendapatkan terapi antiplatelet ganda
(DAPT) berupa aspirin dan penghambat reseptor ADP (Kelas I-A), disertai dengan
antikoagulan intravena (Kelas I-A). (ESC,2017).
- Untuk pasien yang menjalani fibrinolisis dan PCI berikutnya, DAPT direkomendasikan
selama 12 bulan (ESC,2017).
Dosis :
ASPIRIN (antiplatelet)
-Dosis load aspirin sedini mungkin dan sebelum reperfusi (PCI atau fibrinolisis),
150,5 mg sampai 325 mg (ECS,2017)
-Dosis pemeliharaan selama 12 bulan, 75 - 85 mg sekali sehari (ECS,2017), setiap
hari diberikan setelah makan (PIONAS).

CLOPIDOGREL (DAPT)
-Dosis load 300 mg sebelum fibrinolysis (ESC,2017)
-Dosis pemeliharaan 1 x sehari 1 tab (75 mg) (ESC,2017) dengan atau tanpa
makanan (PIONAS).

6. Terapi penurun glukosa harus dipertimbangkan pada pasien SKA dengan kadar glukosa> 10
mmol / L (> 180 mg / dL), sedangkan episode hipoglikemia (kadar glukosa ≤3.9 mmol / L
atau ≤70 mg / dL) harus dihindari (ESC,2017).
-Metformin dipilih karena tidak menyebabab hipoglikemia dan tidak kontraindikasi pada
pasien gangguan kardiovaskular (AACE).
Dosis : METFORMIN 2 x 1 tab (500 mg) setelah sarapan dan makan malam (PIONAS).

7. ACE inhibitor direkomendasikan, dimulai dalam 24 jam pertama setelah diagnosis STEMI
pada pasien dengan bukti diabetes, hipertensi, atau infark anterior (kelas IA) (ESC,2017).

Dosis : CAPTOPRIL (hipertensi) (1 x sehari 1 tab ( 25 mg ) sehari pada malam hari sebelum
tidur (PIONAS).

8. Setelah STEMI, dianjurkan untuk memulai terapi statin untuk mengurangi LDL-C sedini
mungkin, kecuali ada kontraindikasi, dan dipertahankan jangka panjang setelahnya (kelas IA)
(ESC,2017).
Dosis : ATORVASTATIN 1 x 1 tab (10 mg) , setelah makan pada malam hari (PIONAS).

MONITORING

1. Untuk menilai risiko insufisiensi ginjal, dianjurkan untuk mengukur eGFR pada pasien yang
menggunakan metformin.
2. Tidak disarankan melakukan PCI rutin pada arteri yang telah tersumbat sepenuhnya lebih dari
24 jam setelah awitan gejala pada pasien stabil tanpa gejala iskemia (tanpa memandang telah
diberikan fibrinolisis atau tidak).
3. Pemantauan EKG untuk aritmia dan deviasi segmen ST direkomendasikan setidaknya selama
24 jam setelah onset gejala pada semua pasien STEMI
4. Monitoring konsentrasi gula darah ≤ 11.0 mmol / L atau 200 mg / dL.
5. Monitoring terjadinya pendarahan akibat penggunaan antikoagulan dan DAPT dengan tes
hematologi dan anamnesa.
6. Monitoring Efek Samping Obat
• Captopril :Gangguan ginjal; hiperkalemia; angiodema, urtikaria
• Atorvastatin :Perubahan fungsi ginjal
• Aspirin : bronkospasme; perdarahan saluran cerna (kadang-kadang parah)
• Enoxaparin : Trombositopenia, hiperkalsemia
• Metformin : Eritema,
• Tenecteplase ; Bila trombolitik digunakan pada infark miokard, dapat terjadi aritmia
reperfus
• Clopodogrel : Gangguan darah (termasuk trombositopenia purpura, agranulositosis, dan
pansitopenia)
7. Monitoring respiration rate, ventilasi mekanis, dan manajemen suhu tubuh.
8. Monitoring adanya GI bleeding akibat aspirin, USG perut, foto Rontgen,CTSCAN ,atau
endoskopi.
9. Di evaluasi tekanan darah 2-4 minggu setelah dilakukan terapi target tekanan darah 130/80
mmHg
10. Monitoring fungsi ginjal meliputi glomerulus filtration rate (GFR), serum kreatinin, Nitrogen
urea darah.

KONSELING

1. Setelah rawat inap edukasi kepada keluarga pasien untuk meminimalisir delay pasien
Diberikan pemahaman mengenai cara mengenal gejala-gejala umum infark miokard akut dan
ditanamkan untuk segera memanggil pertolongan darurat dan langkah-langkah praktis yang
perlu diambil apabila SKA terjadi.
2. Kontrol glukosa hindari hipoglikemia pada pasien STEMI
3. Kontrol tekanan darah, dipertimbangkan Target tekanan darah sistolik (SBP) <140 mmHg,
sedangkan pada pasien dengan risiko sangat tinggi yang mentolerir beberapa obat penurun
tekanan darah, dipertimbangkan target <120mmHg.
4. Memberikan edukasi untuk meminum obat secara patuh dan teratur
5. Semua pasien AMI (Acute Myocardial Infarction) harus berpartisipasi dalam program
exercise-based cardiac rehabilitation, dengan mempertimbangkan usia, tingkat aktivitas
sebelum infark, dan keterbatasan fisik. Program sebaiknya mencakup pelatihan olahraga,
modifikasi faktor risiko, pendidikan, manajemen stres, dan dukungan psikologis. Pelatihan
olahraga sebagai dikaitkan dengan penurunan 22% mortalitas pada pasien dengan CAD.
6. Melakukan perubahan gaya hidup , mengurangi asupan garam, diet sehat, mengurangi
konsumsi alkohol dan menyarankan konsumsi buah-buahan, sayuran, sereal gandum utuh,
roti, daging tanpa lemak dan produk rendah lemak
7. Memberikan informasi kepada pasien mengenai cara mengonsumsi dan pemberian obat
a. Obat Captopril (1x sehari 1 tab dikonsumsi sebelum tidur)
b. Atorvastatin (1x sehari 1 tab) dikonsumsi setelah makan pada malam hari
c. Obat Aspirin dikonsumsi 1x sehari 1 tab diminum setelah makan.
d. Obat Metformin dikonsumsi 2x sehari 1 tab setelah sarapan dan makan malam
e. Obat Clopidogrel dikonsumsi 1x 1 tab setelah makan.
9. Memperbanyak minum air putih
10. Diet tinggi minyak zaitun, buah, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan sereal; cukup ikan dan
daging unggas; rendah produk susu, daging merah, daging olahan.

DAFTAR PUSTAKA
Borja Ibanez et al, ESC Scientific Document Group, 2017 ESC Guidelines for the management of
acute myocardial infarction in patients presenting with ST-segment elevation: The Task Force
for the management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-segment
elevation of the European Society of Cardiology (ESC), European Heart Journal, Volume 39,
Issue 2, 07 January 2018, Pages 119 177, https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehx393

Darwis Sulfani dan Teguh S. Hartono.2020. Tugas Khusus Pemantauan Terapi Obat Pada Pasien
ACS (Acute Coronary Syndromes) dan Hiperglikemia Di RS. (X)-Jakarta Pusat. Social
Clinical Pharmcy Indonesia Journal Special Issue

Ibanez B,dkk.2017.ESC Guidelines for the management of acute myocardial infraction in patients
presenting with ST-segment elevation.European Heart Journal 38,119-177

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom


Koroner Akut Edisi Ketiga

Sylvi Irawati, M. Farm-Klin., Apt. 2013. Penatalaksanaan Jangka Panjang Sindroma Koroner
Akut Tanpa Elevasi Segmen ST. Buletin Rasional Vol.11 No.2

Rehatta MN,dkk.2019.Anestesiologi dan Terapi Intensif.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Riswanto,2010.Glukosa darah (serum/plasma).Jakarta :Pusat Laboratorium Kesehatan

Riswanto,2010.Badan keton (Urin).Yogyakarta Laboratorium Kesehatan Tes urine

Anda mungkin juga menyukai