Materi POKOK
• Obat saluran cerna
• Obat-obat susunan saraf pusat
– Analgetik dan antipiretik
– Hipnotika dan sedativ
– Anaestetik
– Psikofarmaka
• Obat-obata susunan saraf otonom
(Adrenergic/adrenolitik)
• Obat-obat kardiovaskuler, diuretic dan antihipertensi
Obat Saluran pencernaan
By
Darwin
Sistem Pencernaan Manusia
organs
Tukak lambung
• Tukak lambung adalah suatu kondisi patologis pada
lambung, duodenum, esofagus bagian bawah, dan
stoma gastroenterostomi (setelah bedah lambung).
• Tujuan terapi tukak lambung ialah meringankan atau
menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan,
mencegah komplikasi yang serius (hemoragi,
perforasi, obstruksi), dan mencegah kambuh
Golongan obat gangguan lambung
penyebab tukak lambung
• Antasida
• Antagonis reseptor H2
• Antimuskarinik selektif
• Pembentuk khelat dan senyawa kompleks
• Analog prostaglandin
• Penghambat pompa proton
Antasida
Antasida adalah senyawa yang mempunyai
kemampuan menetralkan asam klorida (lambung)
atau mengikatnya. Sediaan antasida dapat
digolongkan menjadi:
- Dengan kandungan Al dan atau Mg
- Dengan kandungan NaHCO3
- Dengan kandungan Bi dan Ca
Antasida masih bermanfaat untuk mengobati penyakit
saluran cerna.
Antasida seringkali dapat meringankan gejala-gejala
yang muncul pada penyakit dispepsia tukak maupun
bukan tukak, serta pada penyakit refluks
gastroesofageal (gastroesofagitis).
Antasida dengan Kandungan Al atau Mg
• Antasida yang mengandung Mg atau Al yang relatif
tidak larut dalam air seperti MgHC03, Mg(OH) 2, Mg
trisilikat serta Al-glisinat dan Al(OH)2, bekerja lama
bila berada dalam lambung sehinga sebagian besar
tujuan pemberian antasida tercapai. Sediaan yang
mengandung Mg mungkin dapat menyebabkan
diare, sedangkan yang mengandung Al mungkin
menyebabkan konstipasi.
MAGNESIUM TRISILIKAT
• Indikasi: dispepsia
• Peringatan: gangguan ginjal;
• Interaksi:
• Kontraindikasi: hipofosfatemia
• Efek samping: diare
KOMPLEKS ALUMINIUM MAGNESIUM
HIDROTALSIT
• Indikasi: dispepsia
• Peringalaru gangguan ginjal
Antasida dengan kandungan NaHCO3
Komposisi Oralit:
• Glukosa anhidrat 4 g
• Natrium klorida 0,7 g
• Natrium sitrat dihidrat 0,58 g,
• Kalium klorida 0,3 g
• Serbuk dilarutkan dalam 200 ml atau 1(satu) gelas air matang hangat.
Adsorben dan obat pembentuk massa
Adsorben seperti kaolin tidak dianjurkan untuk
diare akut. Obat-obat pembentuk massa
seperti ispaghula, metilselulosa, dan sterkulia
bermanfaat dalam mengendalikan konsistensi
tinja pada ileostomi clan kolostomi, dan dalam
mengendalikan diare akibat penyakit
divertikular.
- KARBO ABSORBEN
- KAOLIN
Antimotilitas
Pada diare akut obat-obat antimotilitas perannya sangat
terbatas sebagai tambahan pada terapi penggantian cairan
dan elektrolit. Obat ini tidak dianjurkan untuk diare akut pada
anak-anak.
KODEIN FOSFAT
• Tidak untuk digunakan pada kondisi dimana hambatan
peristaltik dihindari, dimana terjadi kembung perut, atau
pada kondisi diare akut seperti kolitis ulseratif akut atau
kolitis akibat antibiotik; tidak dianjurkan untuk anak; toleransi
dan ketergantungan mungkin terjadi pada penggunaan yang
lama;
• Anak-anak tidak dianjurkan
LOPERAMID HCl
• Indikasi: tambahan terapi rehidrasi pada diare akut pada
dewasa dan anak-anak lebih 4 tahun; diare kronik hanya pada
dewasa
• Efek samping: kram abdomen dan reaksi kulit termasuk
urtikaria; ileus paralitik dan perut kembung
• Dosis: Diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setelah
habis buang air besar.
• Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg
setiap buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari.
Pemberian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan setelah
48 jam.
Pengobatan diare kronis
Bila diare menetap, dan adanya tumor telah dikesampingkan, beberapa kondisi
seperti penyakit Crohn, kolitis pseudomembran, dan penyakit divertikular perlu
dipertimbangkan. Diperlukan terapi spesifik, termasuk manipulasi diet, obat-obat,
dan pemeliharaan hidrasi yang cukup.
Sindrom malabsorpsi
• Kondisi-kondisi tertentu memerlukan penatalaksanaan khusus dan juga pertim
bangan gizi. Jadi penyakit coeliac (enteropati gluten) biasanya memerlukan diet
bebas gluten dan insufiensi pankreas memerlukan suplemen pankreatin.
Penyakit Crohn
• Pengobatan penyakit Crohn (terutama penyakit kolon) serupa dengan
pengobatan kolitis ulseratif. Pada penyakit usus halus, aminosalisilat
memiliki rnanfaat yang marginal. Kortikosteroid oral (misal prednisolon
atau budesonid) menekan inflamasi, dan metronidazol mungkin
bermanfaat melalui aktivitas antibakteri. Antibakteri lain hanya diberikan
untuk indikasi yang spesifik dan untuk mengurangi pertumbuhan bakteri
yang berlebihan di usus halus.
• Pemberian gizi secara umum dan suplemen yang sesuai merupakan hal
yang esensial.
Kolitis ulseratif
• Untuk serangan kolitis ulseratif yang akut, pengobatan kortikosteroid
topikal seperti enema budesonid atau prednisolon atau supositoria
prednisolon untuk penyakit rektal setempat akan merangsang remisi.
Sediaan busa terutama bermanfat bila pasien kesulitan meretensi enema
cair. Penyakit yang lebih ekstensif memerlukan pengobatan kortikosteroid
oral dan penyakit yang parah sekali perlu dirawat di rumah sakit dan
mendapat kortikosteroid intravena.
Sulfasalazin (Senyawa Aminosalisilat)
• suatu kombinasi kimiawi sulfapiridin dan asam 5-
aminosalisilat (5-ASA), bermanfaat untuk penyakit simtomatik
ringan yang memerlukan pengobatan oral, juga tersedia
sebagai supositoria untuk penyakit rektal. Aktivitas terletak
pada bagian asam 5-aminosalisilat; sulfapiridin hanya bekerja
sebagai pembawa ke tempat kerjanya di kolon (tetapi dapat
menyebabkan efek samping). Alternatif yang lebih baru
meliputi mesalazin (asam 5-aminosalisilat saja) dan olsalazin.
• Efek samping dari sulfapiridin terhindarkan, tetapi 5-
aminosalisilat saja masih dapat menyebabkan berbagai efek
saniping, termasuk gangguan darah dan fenomena lupoid
seperti yang terlihat pada sulfasalazin. Olsalazin terutama
mudah menyebabkan diare.
SULFASALAZIN
• Indikasi: induksi dan pemeliharaan remisi pada kolitis ulseratif; penyakit Crohn yang aktif;
artritis rematoid , Peringatan, riwayat alergi; penyakit hati clan ginjal; defisiensi G6PD; status
asetilator lambat; risiko toksisitas hematologis dan hepatik (hitung jenis sel darah putih,
hitung sel darah merah dn platelet mula-mula dan pada interval bulanan selama 3 bulan
pertama, uji fungsi hati dengan interval bulanan selama 3 bulan pertama); efek samping
saluran cerna bagian atas lazim muncul pada pemberian melebihi 4 g sehari; kehamilan clan
menyusui ; porfiria.
• Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap salisilat dn sulfonamida; anak usia di bawah 2
tahun
• Efek samping: mual, muntah, gangguan epigastrik, sakit kepala, ruam kulit; kadang-kadang:
demam, keabnormalan hematologis minor seperti anemia Heinz-body, neutropenia yang
reversibel, defisiensi folat; oligospermia reversibel; jarang: pankreatitis, hepatitis,
eksaserbasi kolitis, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik, sindrom Stevens-
Johnson, neurotoksisitas, fotosensitisasi, sindrom mirip lupus erite-matosus, da alveolitis;
fibrosis; proteinuria, kristaluria, hematuria,
• dan sindrom nefrotik; urine mungkin berwarna jingga; lensa kontak lunak mungkin
terwarnai
• Dosis: oral, serangan akut 1-2 g 4 kali sehari sampai terjadi remisi (bila perlu dapat diberi
juga kortikosteroid), pengurangan ke dosis pemeliharaan 500 mg 4 kali sehari; anak-anak
usia di atas 2 tahun, serangan akut 40-60 mg/kg sehari,,pemeliharaan 20-30 mg/kg/ hari.
• Lewat anus, dalam supositoria, sendiri atau kombinasi dengan pengobatan oral 0,5-1 g pagi
clan malam setelah gerakan usus. Sebagai enemia, 3 g pada malam hari, dipertahankan
sekurang-kurangnya selama 1 jam.
Penyakit divertikular
• Penyakit divertikular diobati dengan diet yang kaya serat,
suplemen
• dan obat-obat pembentuk massa. Antispasmodik dapat
mengurangi gejala bila ada kolik. Antibiotika hanya digunakan
bila divertikula di dinding usus menjadi terinfeksi. Obat-obat
antimotilitas yang memperlambat motilitas usus, misal
kodein, difenoksilat, dan loperamid dapat memperburuk
gejala-gejala penyakit divertikular, karenanya
dikontraindikasikan.
• Kolitis akibat antibiotika
• Kolitis akibat antibiotika (kolitis pseudomembran) disebabkan
oleh kolonisasi kolon yang terjadi setelah terapi dengan
antibiotika. Biasanya kolitis ini mula kerjanya akut, tetapi
dapat berlangsung kronik; terutama ditimbulkan oleh
klindamisin, tetapi hanya sedikit antibiotika yang tidak
menimbulkannya.
Pencahar
• Konstipasi (sembelit) adalah berkurangnya frekuensi pembuangan tinja yang keras
dari kolon melintas rektum. Keadaan ini seringkali disalahartikan oleh pasien,
manakala mereka merasakan adanya perubahan kebiasaan buang air besar,
sehingga mendorong penggunaan pencahar secara berlebihan. Penyalahgunaan
pencahar dapat menyebabkan hipokalemia dan atonia kolon sehingga tidak ber
fungsi.
• Pencahar adalah obat yang digunakan untuk memudahkan pelintasan dan penge
luaran tinja dari kolon dan rektum. Pencahar umumnya harus dihindari, kecuali bila
ketegangan akan memperparah suatu kondisi (seperti pada angina) atau
meningkatkan risiko perdarahan rektal (seperti pada hemoroid). Pencahar juga
bermanfaat pada konstipasi karena obat, untuk pengeluaran parasit setelah
pemberian antelmentik, serta untuk membersihkan saluran cerna sebelum
pembedahan dan prosedur radiologi. Pengobatan jangka panjang dengan
pencahar jarang diperlukan kecuali kadang-kadang pada lansia.
• Penggunaan pencahar pada anak-anak harus dihindari kecuali diresepkan oleh
dokter. Buang air besar yang jarang mungkin normal pada bayi yang masih
menyusui atau akibat kurangnya masukan cairan atau serat. Interval lebih dari 3
hari antara masa buang air besar dapat meningkatkan kemungkinan nyeri pada
pelintasan tinja yang keras, yang meng-akibatkan fisura anus, dan spasme anus
sampai respons menghindari buang air besar.
Pencahar pembentuk massa
• Pencahar pembentuk massa meringankan konstipasi dengan cara meningkatkan
massa tinja yang selanjutnya merangsang peristaltik. Efeknya akan sempurna
dalam beberapa hari. Karena itu pasien perlu diberitahu akan hal ini. Pencahar
pembentuk massa bermanfaat khususnya pada kasus konstipasi dengan tinja yang
sedikit dan keras, tetapi sesungguhnya tidak diperlukan kecuali bila masukan serat
melalui diet tidak dapat ditingkatkan. Diet yang seimbang, termasuk masukan
cairan dan serat yang cukup, bermanfaat dalam mencegah konstipasi.
• Pencahar pembentuk massa bermanfaat dalam penatalaksanaan pasien dengan
kolostomi,.ileostomi, hemoroid, fisura anal, diare kronis akibat penyakit
divertikular, sindrom usus iritabel, dan sebagai tambahan dalam kolitis ulseratif.
Masukan cairan yang cukup harus dipertahankan guna menghindari obstruksi usus.
Bran dari gandum yang tidak diolah, diberikan bersama dengan makanan atau sari
buah, merupakan sediaan pembentuk massa yang paling efektif. Metilselulosa,
ispagula, dan sterkulia bermanfaat bagi pasien yang tidak tahan bran.
Metilselulosa juga bekerja sebagai pelunak tinja.
ISPAGHULA SEKAM
• Indikasi: konstipasi.
• Peringatan: masukan cairan yang cukup harus
dipertahankan guna menghindari obstruksi usus.
Mungkin perlu mengawasi pasien usia lanjut atau
yang lemah, atau pasien dengan penyempitan usus
atau motilitas berkurang
• Kontraindikasi: kesulitan dalam menelan, obstruksi
usus, atoni kolon
• Efek samping: perut kembung, obstruksi saluran
cerna, hipersensitivitas
• Dosis: 1 sachet dalam 1 gelas air 1-3 kali sehari
sebelum atau sesudah makan; ANAK di atas 6 tahun,
setengah dosis dewasa atau kurang
• Saran: sediaan ini mengembang bila kena air, maka
harus hati-hati waktu menelan dengan air dan tidak
boleh diberikan segera sebelum tidur.
Pencahar stimulan
• Pencahar stimulan termasuk bisakodil dan kelompok antrakuinon, misalnya senna.
Natrium dokusat bekerja sebagai stimulan dan pelunak feses. Dantron mempunyai
indikasi yang terbatas karena studi pada roden menunjukkan risiko karsinogenik.
Stimulan kuat seperti kaskara dan minyak jarak saat ini sudah tidak digunakan lagi.
Pencahar stimulan bekerja dengan cara meningkatkan motilitas usus dan seringkali
menyebabkan kram abdomen. Tidak boleh digunakan pada obstruksi usus, dan
penggunaan jangka panjang dapat memicu munculnya atonia kolon sehingga tidak
berfungsi dan hipokalemia.
• Supositoria gliserol bekerja sebagai stimulan rektal berdasarkan kerjanya sebagai
iritan ringan. Sabun lunak adalah iritan yang lebih kuat, penggunaan enema sabun
lunak harus dihindari, terutama pada wanita hamil karena dapat meradangkan
mukosa kolon.
• Parasimpatomimetik betanekol, distigmin, neostigmin, dan piridostigmin
meningkatkan aktivitas parasimpatetik dalam usus dan meningkatkan motilitas
usus (jarang digunakan untuk efeknya pada saluran cerna). Obat-obat ini tidak
boleh digunakan bila ada obstruksi usus organik dan juga tidak boleh digunakan
segera setelah anastomosis usus.
• Oksifenisatin diindikasikan untuk diagnosis atau bedah saja, karena pada peng
gunaan kronik menyebabkan hepatitis.
BISAKODIL
• Indikasi: konstipasi, tablet bekerja dalam 10-12 jam,
supositoria bekerja dalam 20-60 menit; sebelum prosedur
radiologi dan bedah.
• Peringatan; Kontraindikasi; Efek samping: lihat keterangan
pada pencahar stimulan; supositoria, iritasi lokal
• Dosis: oral: untuk konstipasi, 5-10 mg
• malam hari; kadang-kadang perlu dinaikkan menjadi 15-20
mg; anak-anak di bawah 10 tahun 5 mg Rektuni: dalam
supositoria untuk konstipasi, 10 mg pada pagi hari; anak-anak
di bawah 10 tahun 5 mg.
• Sebelum prosedur radiologi dan bedah, 10 mg oral sebelum
tidur malam selama 2 hari sebelum pemeriksaan, dan jika
perlu supositoria 10 mg 1 jam sebelum pemeriksaan; anak-
anak setengah dosis dewasa
DANTRON
• Indikasi: hanya untuk konstipasi pada pelayanan geriatri,
profilaksis dan pengobatan konstipasi akibat analgesik pada
pasien yang sekarat segala umur, konstipasis pada pasien
gagal jantung dan trombosis koroner (kondisi dimana gerakan
usus harus bebas dari ketegangan); bekerja dalam 6 - 12 jam
• Efek samping: urine mungkin berwarna merah, hindari kontak
yang lama dengan kulit karena dapat terjadi iritasi dan
ekskoriasi, hindari pada kehamilan dan menyusui; studi pada
roden menunjukkan risiko karsinogenik
• Dosis: dewasa, 25-75 mg sebelum tidur; anak-anak 25 mg
sebelum tidur
• Dantron (Generik) Tablet 150 mg
NATRIUM DOKUSAT
(Natrium dioktil sulfosuksinat)
• Indikasi: konstipasi (sediaan oral bekerja dalam 1-2 hari);
tambahan pada prosedur radiologi abdomen
• Efek samping: jangan diberikan bersama parafin cair; sediaan
rektal tidak diindikasikan jika ada hemoroid atau fisura Dosis:
oral, konstipasi, sampai dengan 500 mg sehari dalam dosis
terbagi.
• NATRIUM PIKOSULFAT
• Indikasi: konstipasi; pengosongan usus sebelum prosedur
radiologi abdominen, endoskopi, dan bedah.
• Dosis: dewasa, 5-15 mg malam hari; anak 2-5 tahun 2,5 mg, 5-
10 tahun 2,5-5 mg
Pelunak tinja
PARAFIN CAIR
• Indikasi: konstipasi
• Peringatan: hindari penggunaan jangka
• panjang, dan kontraindikasi untuk anak usia di bawah 3 tahun
• Efek samping: tirisan (rembesan) anal parafin menyebabkan iritasi anal setelah
penggunaan jangka panjang, reaksi granulomatosa disebabkan oleh absorpsi
sedikit parafin cair (terutama dari emulsi), pnemonia lipoid, clan gangguan
absorpsi vitamin-vitamin larut lemak Dosis: 10 ml pada malam hari bila perlu.
Nasehat: tidak boleh digunakan segera sebelum tidur
Pencahar osmotik
• Pencahar osmotik bekerja dengan cara menahan cairan
dalam usus secara osmosis atau dengan mengubah
penyebaran air dalam tinja.
• Purgativa salin seperti magnesium hidroksida biasa
disalahgunakan, tetapi memuaskan untuk penggunaan sekali-
sekali. Magnesium sulfat bermanfaat bila diperlukan
pengosongan usus yang cepat. Garam natrium harus dihindari
karena pada individu yang rentan dapat menimbulkan retensi
air dan natrium. Enema fosfat bermanfaat dalam
membersihkan usus sebelum prosedur radiologi, endoskopi,
dan bedah.
• Laktulosa adalah disakarida semisintetik tidak diabsorpsi dari
saluran cerna. Senyawa ini menyebabkan diare osmotik
dengan pH tinja yang rendah, dan mengurangi proliferasi
organisme penghasil ammonia. Karena itu laktulosa
bermanfaat dalam pengobatan ensefalopati hepatik. Laktitol
merupakan disakarida yang serupa.
LAKTULOSA
• Indikasi: konstipasi (bekerja dalam waktu 48 jam),
ensefalopati hepatik (ensefalopati sistemik portal)
• Kontraindikasi: galaktosemia, obstruksi usus
• Efek samping: kembung, kram, clan perut terasa tidak enak
• Dosis: konstipasi, mula-mula 10 g dua kali
• sehari kemudian perlahan-lahan disesuaikan menurut
kebutuhan pasien; anak-anak di bawah 1 tahun 1,5 g dalam
2,5 ml larutan, 1-5 tahun 3 g dalam 5 ml larutan, 5-10 tahun 5
g 2 kali sehari. Ensefalopati hepatik, 20-30 g 3 kali sehari
kemudian disesuaikan sampai menimbulkan berak yang lunak
2-3 kali sehari. Nasehat: serbuk dapat ditaruh di atas lidah
clan dibasuh dengan air atau cairan lain, atau ditebarkan pada
makanan, atau dicampur dengan air atau cairan lain sebelum
ditelan
GARAM MAGNESIUM
• Indikasi: konstipasi (magnesium hidroksida);
pengosongan usus yang cepat sebelum prosedur radiologi,
endoskopi dan bedah (magnesium sulfat)
• Peringatan: gangguan ginjal (risiko penumpukan magnesium);
gangguan hati; usia lanjut dan pasien yang lemah;
• Kontraindikasi: kondisi penyakit saluran cerna akut
• Efek samping: kolik
• Dosis:
- magnesium hidroksida: jika perlu 2 -4 g sebagai 8%
suspensi dalam air.
- Magnesium sulfat: 5-10 g dengan segelas air penuh
sebelum makan pagi atau pada saat perut kosong
(bekerja dalam 2-4 jam)