KELOMPOK 2 S1 C 2018
Nama Anggota :
Gusti Alamsyah Abdil Al Majid 1813015008
Rida Wahda Maulida Tahir 1813015018
Rohani 1813015043
Mawaddah Warahmah Nanda Adity 1813015078
Paul Emanuel Toti 1813015098
Revina Febrianti 1813015123
Shalsa Belita Putri Santoso 1813015133
M. Khalid Akbar 1813015138
Audrey Jenly Moligay 1813015148
Chairunnisa Aprilia 1813015163
Selin Cenora Aritonang 1813015168
Dian Lia Karla Mumekh 1813015238
Jendi Januari Kristi 1813015268
Ummul Fathonah 1813015278
STUDI KASUS 2
Pasien AH, usia 35 tahun BB 60 kg dan TB 160 cm. Mengambil obat di Apotek IRJ
mendapatkan resep dexacap 12,5 mg 2 x 1 tab, Sohobion 1x 1 tab, Solans 0-0-1,Lapifed DM 3
x 2 cth. Pasien mengaku rajin minum obat hipertensi yang diberikan kepada dokter selama 1
tahun ini. Bulan lalu dosis obat dinaikkan karena tekanan pasien tidak terkontrol lagi. Dua hari
sebelum kontrol pasien mengeluhkan batuk kering yang menggangun sehingga pasien meminta
obat tersebut kepada dokter.Pemeriksaan TD pada hari ini 160/90 mmHg. Bagaimana Rencana
Pelayanan Kefarmasian yang akan dilakukan?
Data pasien
Nama : Tn. AH
Tgl. Lahir :-
Umur : 35 tahun
Alamat :-
Tgl MRS :-
Tgl KRS :-
Alergi :-
BB/TB : 60 kg / 160 cm
BMI : 23.44 (Normal)
Diagnosa MRS :
Hipertensi Alasan MRS :
Medical Check-up Riwayat
pengobatan :
● dexacap 12,5 mg 2 x 1 tab,
● Sohobion 1x 1 tab
● Solans 0-0-1
● Lapifed DM 3 x 2 cth
● Riwayat Penyakit : Hipertensi
SUBJECTIVE (SYMPTOM) :
batuk kering yang mengganggu
OBJECTIVE (SIGN) :
Tekanan darah 160/90 mmHg (Tinggi)
ANALYSIS :
(PIONAS)
Berat badan (kg)
BMI =
Tinggi badan(m) x Tinggi badan(m)
60 kg
=
(1.6 m x 1.6m)
= 23,4375 (Kategori Normal)
(WHO)
1. Berdasarkan data tekanan darah (160/90 mmHg) dan umur pasien (35 tahun) ,
menunjukkan pasien mengalami hipertensi, Menurut JNC 8 -2014, individu berumur
<60 tahun dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥90
mmHg ,maka pasien dikatakan mengalami hipertensi.
2. Berdasarkan perhitungan didapatkan BMI pasien, 23,4375 (Normal) (WHO).
3. Pasien mendapatkan obat dexacap untuk mengobati hipertensinya dimana dalam
dexacap mengandung captopril. Captopril merupakan obat antihipertensi
golongan penghambat ACE. Captopril memiliki efek samping yaitu batuk, efek
samping ini terjadi karena pada mekanisme kerjanya, captopril menghambat
pemecahan bradikinin sehingga menimbulkan respon batuk. ACE atau kinase II
mengkatalisis pembentukan angiotensin II dari angiotensin I dengan melibatkan
pemecahan bradikinin menjadi metabolit inaktif. Dengan dihambatnya ACE oleh
ACE inhibitor maka akan semakin banyak metabolit aktif dari bradikinin. ACE
inhibitor yang meningkatkan produk metabolit aktif bradikinin akan
menstimulasi reseptor B2 sehingga menginduksi vasodilatasi dan permeabilitas
vaskular serta menstimulasi pelepasan zat P dari serat sensori,akumulasi
bradikinin dan substansi P di saluran pernapasan atas dan menimbulkan respon
batuk (Diatmika dkk, 2018).
4. Pasien juga mendapatkan obat sohobion, sohobion merupakan vitamin B
kompleks yang berguna untuk mengatasi penyakit akibat defisiensi vitamin B.
5. Pasien mendapatkan obat solans yang mengandung lansoprazole. Lansoprazole
merupakan golongan penghambat pompa proton yang digunakan untuk
mengatasi tukak lambung. Mekanisme lansoprazole mengalami aktivasi di
daerah penghasil-asam sel parietal mukosa lambung menjadi bentuk aktif melalui
reaksi konversi dalam suasana asam. Bentuk aktif ini berikatan dengan gugus
SH dari (H+/K+)ATPase dan berada di daerah penghasil-asam dan berperan
sebagai pompa proton, menekan aktivitas enzim untuk menghambat sekresi
asam lambung.
6. Pasien diberi obat lapifed DM yang mengandung Triprolidine HCl,
Pseudoephedrine HCl, dan Dextromethorphan HBr untuk mengatasi batuk
kering dan flu . Obat ini bekerja pada reseptor adrenergik di dalam mukosa
saluran napas untuk melakukan vasokonstriksi pembuluh darah, termasuk pada
rongga hidung serta mengurangi pembengkakan membran mukosa saluran napas
yang terjadi karena inflamasi. Namun pseudoefedrin kontraindikasi terhadap
hipertensi. Dextromethorphan memiliki aktivitas antitusif. Agen ini melintasi
sawar darah-otak dan mengaktifkan reseptor sigma opioid di pusat batuk di
sistem saraf pusat, sehingga menekan refleks batuk. Triprolidine memiliki efek
antikolinergik`. Triprolidine mengikat reseptor histamin H1. sehingga
menyebabkan hilangnya gejala negatif yang disebabkan oleh histamin seperti
alergi, batuk, dan bersin.
DRP
Terapi yang diberikan kepada pasien memiliki masalah terkait obat, yaitu :
Lapifed DM berisi Triprolidine HCl, Pseudoephedrine HCl, dan
Dextromethorphan HBr. Pseudoefedrin kontraindikasi terhadap penderita
hipertensi.
(PIONAS)
PLAN :
1. Terapi Non Farmakologis
● Menjaga berat badan karena peningkatan berat badan di usia dewasa sangat
berpengaruh terhadap tekanan darah. Oleh karena itu, manajemen berat badan
sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
● Meningkatkan aktivitas fisik: orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena
hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-
45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
● Mengurangi asupan natrium
● Tidak mengkonsumsi kafein dan alkohol: kafein dapat memacu jantung bekerja
lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko
hipertensi.
● Tidak merokok
(Nuraini, Bianti. 2015)
● Mengkonsumsi 150 ml jus mentimun sehari, kandungan yang terdapat dalam
mentimun seperti mineral kalium, magnesium dan serat bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah. Daun Seledri kandungan yang terdapat pada daun
seledri yang terdiri dari flavonoid, apigenin, vitamin C, fitosterol, dan vitamin
K yang juga berkhasiat dalam menurunkan tekanan darah
(Antika, dkk. 2016)
Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
● Membatasi konsumsi natrium, baik itu dalam bentuk garam maupun
makanan bersodium tinggi, seperti makanan dalam kemasan (makanan
kalengan), dan makanan cepat saji.
● Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung gula tinggi.
● Mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan mengandung
lemak trans.
● Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan olahan susu rendah
lemak.
● Mengkonsumsi ikan, daging unggas, kacang-kacangan, dan makanan
dengan gandum utuh.
(National Kidney Foundation. The DASH Diet).
2. Terapi Farmakologis
● Dexacap (Captopril) Golongan ACEi dihentikan terkait dengan keluhan pasien
yakni batuk kering yang merupakan efek samping ACEi, diganti dengan
golongan CCB yaitu amlodipin dengan mekanisme
amlodipine yang bekerja dengan menghambat masuknya ion kalsium ke dalam
otot pembuluh darah dan jantung, sehingga vasodilatasi dan menurunkan
tekanan darah (DiPiro et al, 2005)
Membagi dosis amlodipine harian (menjadi 2x sehari 5 mg) tidak terkait dengan
peningkatan konsentrasi amlodipine plasma, atau peningkatan kontrol TD
pasien selama periode 24 jam. Dosis 1 x sehari 10 mg lebih direkomendasikan
sehingga pasien lebih mematuhi regimen pengobatan. (Miyoshi,2013).
Amlodipine merupakan ccb dengan waktu paruh panjang (t1/2 30-50 jam),
sehingga dapat diberikan 1x sehari (Bulshara, 2020). Tidak ada anjuran khusus
mengenai amlodipine sebaiknya dikonsumsi malam hari atau pagi hari. Yang
utama, agar konsentrasi plasma merata, sehingga efeknya optimal, obat ini
sebaiknya dikonsumsi setiap hari di jam yang sama (Sanjai,2019).
Untuk mengatasi batuk kering pasien diberi Vicks Formula 44 Sirup yang
mengandung Dextromethorphan HBr dan Doxylamine Succinate, dosis
pemberian yakni 2 sendok takar (10 ml). Diminum 4- 6 kali per hari sesudah
makan, penggunaan segera dihentikan ketika batuk sudah reda.
MONITORING
1. Berdasarkan JNC 8 -2014 ;
Di evaluasi tekanan darah 2-4 minggu setelah dilakukan terapi, target tekanan
darah penderita hipertensi usia <60 tahun, tekanan darah sistolik <140 mmHg
dan tekanan darah diastolic <90 mmHg. jika td target tidak tercapai dengan
obat pertama, modifikasi lifestyle diperketat, dan titrasi obat pertama sampai
dosis maksimum (karena pemberian amlodipine 10 mg/hari sudah mencapai
dosis maksimum, sehinnga ditambah obat kedua)
Penambahan obat kedua dari kelas (diuretik thiazid, acei,arb *kelas yang
berbeda dg sebelumnya *hindari pengguanan golongan acei dan arb
bersamaan), kemudian titrasi sampai mencapai dosis maksimum jika td target
tidak tercapai juga.
Jika penambahan obat kedua tidak mencapai target terapi, modifikasi lifestyle
lebih diperketat lagi, kemudian tambah obat ketiga (diuretik thiazid, acei, atau
arb), hindari penggunaan obat yang memiliki mekanisme kerja yang sama
bersamaan misal 2 obat dari kelas yang sama, selain itu hindari juga
penggunaan acei dan arb bersamaan. Kemudian titrasi obat ketiga sampai
dosis maksimum.
Jika target terapi tidak tercapai juga, modifikasi lifestyle diperketat,
dipertimbangkan untuk menambah obat dari golongan lain seperti (beta
bloker, antagonis adosteron, atau lainnya).
2. Monitoring efek samping amlodipine yakni edema perifer, pemeriksaan fisik meliputi,
lengan atau tungkai menjadi bengkak, kulit area edema menjadi kencang dan
mengkilap. jika kulit pada area edema ditekan, maka timbul lubang seperti lesung pipi,
sulit berjalan karena tungkai terasa lebih berat akibat bengkak selama beberapa detik.
Kemudian monitoring edema dengan tes analisis seperti tes urine atau urinalisis.Tes
darah, untuk memeriksa fungsi ginjal, hati, atau kadar albumin. Pemindaian dengan
USG, Lymphoscintigraphy, MRI, serta ekokardiografi (Trayes,2013).
3. Efek samping edema yang diinduksi amlodipine dapat dikurangi dengan pemberian
amlodipine pada waktu sebelum tidur atau menurunkan dosis menjadi 2,5-5 mg sehari
(Fares et al, 2016).
4. Terkait edema dipertimbangkan untuk mengganti amlodipine dengan obat ccb lain.
(Edema akan berkurang setelah konversi dari CCB dihidropiridin menjadi CCB
nondihidropiridin seperti verapamil atau diltiazem. Selain itu, CCB dihydropyridine
generasi ketiga yang lebih baru seperti lacidipine, manidipine, dan lercanidipine,
secara teratur dilaporkan menyebabkan lebih sedikit edema perifer) (Medscape).
5. Mengontrol fungsi ginjal dengan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk
mengukur Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kadar kreatinin dalam darah.
6. Monitoring fungsi lambung : jika kondisi lambung pasien sudah membaik ditandai
hilangnya gejala penyakit lambung seperti mual, muntah, dan nyeri maka penggunaan
solans dihentikan,
7. Kepatuhan pasien : Memberikan edukasi kepada pasien untuk meminum obat secara
patuh dan teratur.
KONSELING
1. Memberikan edukasi kepada pasien untuk meminum obat secara patuh dan teratur.
2. Memberi tahu pasien bahwa amlodipine dikonsumsi 1x sehari (pada malam hari
sebelum tidur untuk mengurangi efek samping edema, setiap hari di jam yang sama).
Meminum Vicks Formula untuk mengatasi batuk kering yang mengganggu
sebanyak 2 sendok takar (10 mL), diminum 4- 6 kali per hari sesudah makan, dan
penggunaannya segera dihentikan ketika batuk sudah reda .dan meminum solans 1 x
sehari, pada pagi hari 30 menit sebelum makan untuk mengatasi tukak lambung dan
menekan asam lambung.
3. Memberitahu pasien untuk tidak mengkonsumsi jus anggur, buah anggur, atau
produk yang berasal dari anggur karena pasien mengonsumsi amlodipine. Interaksi
dengan CCB dapat menyebabkan peningkatan bioavailabilitas amlodipine dalam
darah, sehingga dapat menyebabkan peningkatan efek penurunan tekanan darah
yang tak terduga (Baxter,2009).
4. Jika terjadi edema, upaya mengurangi gejala edema dengan menghindari posisi
duduk atau berdiri terlalu lama. mengganjal kaki ketika sedang berbaring,
berolahraga secara teratur, seperti berjalan atau berenang, mengurangi asupan garam
dalam makanan, garam dapat meningkatkan penumpukkan cairan dan memperburuk
kondisi edema (Knott, 2018).
5. Mengedukasi pasien mengenai diet DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension)
DAFTAR PUSTAKA
Antika, Intan Damaya dan Diana Mayasari. 2016. Efektivitas Mentimun (Cucumis sativus L)
Dan Daun Seledri (Apium graveolens L) Sebagai Terapi Non-Farmakologi Pada Hipertensi.
MAJORITY. Volume 5 Nomor 5
Baxter, K., 2009, Stockley,s Drug Interactions Pocket Companion, Pharmaceutical press.
Diatmika, I Kadek Dwi Putra. 2018. Profil efek samping captopril pada pasien hipertensi di
Puskesmas Denpasar Timur I periode Oktober 2017. E-jurnal Medika Udayana, Vol 7 No 5,
Mei, 2018 : 221-225
DiPiro, Joseph T., et al. 2005. Six Edition Pharmacotherapy : A Pathophysiology Approach.
USA: MCGRAW-HILL Medical Publishing Division
Fares, H., DiNicolantonio, J. J., O’Keefe, J. H., & Lavie, C. J. (2016). Amlodipine in
hypertension: a first-line agent with efficacy for improving blood pressure and patient
outcomes. Open Heart, 3(2), e000473. doi:10.1136/openhrt-2016-000473
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI.
http://pionas.pom.go.id/
Trayes, et al. (2013). Edema: Diagnosis and Management. Am Fam Physician, 88 (2), pp. 102-
110.
Whelton, P. K., Carey, R. M., Aronow, W. S., Casey, D. E., Collins, K. J., Dennison
Himmelfarb, C., … Wright, J. T. (2017). 2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA Guideline for the
Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults: A
Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on
Clinical Practice Guidelines. Hypertension, 71(6), e13–
e115. doi:10.1161/hyp.0000000000000065
Wells, Barbara G et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition. McGrawHill : New
York.