Anda di halaman 1dari 20

Kegawatdaruratan

Ilmu Penyakit Dalam


RENJATAN KARDIOGENIK
 
PENGERTIAN
Renjatan kardiogenik adalah kegagalan sirkulasi akut karena ketidakmampuan daya pompa
jantung
 
DIAGNOSIS
Trias renjatan : tekanan darah < 90 mmHg, takikardi, dan oliguria
 
Pemeriksaan fisik
Tanda – tanda gagal jantung
Kemungkinan : komplikasi infark miokard akut seperti rupture septum interventrikel atau
muskulus papilaris. Infark ventrikel kanan pada infark inferior dimana denyut jantung rendah
karena blok AV, tanda gagal jantung kanan dengan paru yang tidak kongestif. Murmur :
regurgitasi akut aorta, mitral, stenosis aorta berat atau trombosis katup prostetik.
 
DIAGNOSIS BANDING
Syok hipovelomik
Syok obstruktif (emboli paru, tension pneumotoraks)
Syok distributif (syok anafilaksasi, sepsis, toksik, overdosis obat
Infark jantung kanan
 
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin, ureum, kreatinin, AGD, elektrolit, foto toraks, EKG, enzim jantung (CK-CKMB, troponin T), angipgrafi koroner
 
TERAPI
Posisi ½ duduk bila ada edema paru kecuali hipotensi berat
Oksigen (40 – 50 %) sampai 8 liter / menit bila perlu dengan masker. Jika memburuk : pasien makin sesak, takipnu, ronki
bertambah, PaO2 tidak bisa di pertahankan ≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2,
hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat : dilakukan intubasi endotrakeal, suction dan
ventilator
Infus emergensi
Bila ada tension pneumotoraks segera diidentifikasi dan di tatalaksana untuk dekompresi dengan chest tubetorakotomi
Atasi segera aritmia dengan obat atau DC

KOMPLIKASI
Gagal nafas
RENJATAN ANAFILAKSIS
PENGERTIAN
Renjatan anafilaksasi adalah keadaan gawat darurat yang ditandai dengan (hipotensi) penurunan tekanan darah sistolik <
90 mmHg akibat respons hipersensitivitas tipe I (adanya reaksi antigen dengan antibody Ig E)
 
DIAGNOSIS
 Hipotensi, takikardi, akral dingin, oliguria yang dapat disertai gejala klinis lain berupa :
 Reaksi sistemik ringan : rasa geli / gatal serta hangat, rasa penuh di mulut, dan tenggorokan, hidung tersumbat dan
terjadi edema di sekitar mata, kulit gatal, mata berair, bersin – bersin, onset biasanya 2 jam setelah paparan antigen
 Reaksi sistemik sedang : seperti reaksi sistemik ringan, ditambah spasme bronkus dan atau edema saluran nafas,
sesak, batuk, mengi, angioedema, urtikaria menyeluruh, mual, muntah, gatal, badan terasa hangat, gelisah, onset
seperti reaksi anafilaktif ringan
 Reaksi sistemik berat : terjadi mendadak, seperti reaksi sistemik ringan dan sedang yang bertambah berat. Spasme
bronkus, edema laring, suara serak, stridor, sesak nafas, sianosis, henti nafas. Edema dan hipermotilitas saluran cerna
sehingga sakit menelan, kejang perut diare dan muntah. Kejang uterus, kejang umum. Gangguan kardiovaskular,
aritmia jantung, koma.
 
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit, analisis gas darah, EKG
 
TERAPI
Untuk renjatan :
Adrenalin larutan 1 : 100, 0,3 – 0,5 ml subkutan / intramuskular pada lengan atas atau paha. Bila renjatan anafilaksasi
disebabkan sengatan serangga berikan suntikan adrenalin kedua 0,1 – 0,3 ml pada tempat sengatan kecuali bila
sengatan di kepala, leher, tangan dan kaki. Terapi dapat dilanjutkan dengan infus adrenalin 1 ml (1 mg) dalam
dekstrosa 5% 250 cc dimulai dengan kecepata 1 ug/menit dapat ditingkatkan sampai 4 ug/menit sesuai keadaan
tekanan darah. Hati – hati pada orang tua dengan kelainan jantung atau gangguan kardiovaskular lainnya.
Pasang tourniquet proksimal dari suntikan atau sengatan serangga, dilonggarkan 1 – 2 menit setiap 10 menit
Oksigen bila sesak, mengi, sianosis 3 – 5 l/menit dengan sungkup atau kanul nasal
Antihistamin intravena, intramuskular atau oral

Bila diserta spasme bronkus maka pada apsien di berikan


Inhalasi beta-2 agonis. Jika spasme brokus menetap aminofilin 4 – 6 mg/kgBB dilarutkan dalam NaCl 0,9 % 10 ml
diberikan perlahan – lahan dalam 20 menit, bila perlu dilanjutkan dengan infus aminofilin 0,2 – 1,2 mg/kgBB/jam

Bila disertai edema hebat saluran nafas atas


Maka pada pasien di lakukan intubasi dan trakeostomi

Pemantauan paling sedikit 24 jam


KETO-ASIDOSIS DIABETIKUM

PENGERTIAN
 Ketoasidosis diabetikum adalah kondisi dekompensasi metabolik akibat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
merupakan komplikasi akut diabetes militus yang serius. Gambaran klinis utama ketoasidosis diabetikum (KAD)
adalah hiperglikemia, ketosis, dan asidosis metabolik, faktor pencetus : infeksi, infark miokard akut, pankreatitis
akut, penggunaann obat golongan steroid, penghentian atau pengurangan dosis insulin.

DIAOGNOSIS
Klinis :
 Keluhan poliuri, polidipsi
 Riwayat berhenti menyuntik insulin
 Demam / infeksi
 Kesadaran : kompos mentis, delirium, koma
 Pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul)
 Dehidrasi (turgor kulit menurun, lidaj dan bibir kering)
 Dapat disertai syok hipovolemik
TERAPI PRINSIP Tatalaksana Umum
 Rehidrasi  Oksigen bila PO2 < 80 mmHg
 Antibiotik adekuat
 Regulasi cepat, glukosa darah
dengan pemberian insulin kerja  Heparin : Bila ada KID satau
cepat hiperosmolar ( > 380 mOsm/L). Terapi
disesuaiakan dengan pemantauan
 Koreksi elektrolit dan asam basa klinis.
 Antibiotika yang adekuat  Tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernafasan, temperatur
 Terapi Supportif setiap jam,
 Kesadaran setiap jam,
 Keadaan hidrasi (turgor, lidah) setiap
jam,
 Produksi urin setiap jam, balans
cairan,
 Cairan infus yang masuk setiap jam,
 Dan pemantauan laboratorik (lihat
pemeriksaan penunjang).
HIPOGLIKEMIA
 

PENGERTIAN DIAGNOSIS
Hipoglikemia adalah keadaan dimana Gejala dan tanda klinis :
kadar glukosa darah < 60 md/dL, atau
kadar glukosa darah < 80 mg/dL dengan
 Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah
gejala klinis. Hipoglikemia pada DM turun
terjadi karena :  Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit
 Kelebihan obat / dosis obat : bicara, kesulitan menghitung sementara
terutama insulin, atau obat  Stadium simpatik : keringat dingin pada muka, bibir
hipoglikemia oral
atau tangan gemetar
 Kebutuhan tubuh akan insulin yang
relatif menurun : gagal ginjal kronik,
 Stadium gangguan otak berat : tidak sadar, dengan
pasca persalinan atau tanpa kejang
 Asupan makan tidak adekuat : jumlah
kalori atau waktu makan tidak tepat PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Kegiatan jasmani berlebihan.  Kadar glukosa darah (GD), tes fungsi ginjal, tes fungsi
  hati, C-peptide
TERAPI Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga
hipoglikemia)
Stadium permulaan (sadar)

 Diberikan larutan Dextrosa 40 % sebanyak 2 flakon ( = 50 mL)


 Berikangula murni 30 gram (2 bolus intravena,
sendok makan) atau sirop /  diberikan cairan Dextrosa 10 % per infus, 6 jam per kolf,
permen gula murni (bukan
 Periksa GD sewaktu (Gds), kalau memungkinkan dengan
pemanis pengganti gula diet /
gula diabetes) dan makanan yang glukometer
 Periksa GDS 1 jam setelah pemberian Dextrosa 40 % :
mengandung karbohidrat
 Hentikan  Bila GDS < 60 mg/dL → + bolus Dextrosa 40 % 50 mL IV
obat hipoglikemik
sementara,  Bila GDS < 100 mg/dL → + bolus Dextrosa 40 % 25 mL IV
 Pantau glukosa darah sewaktu tiap  Bila GDS 100 – 200 mg/dL → tanpa bolus dextrosa 40 %
1 – 2 jam  BilaGDS > 200 mg/dL → pertimbangkan menurunkan
 Pertahankan GD sekitar 200 mg.dL kecepatan drip Dextrosa 10 %
(bila sebelumnya tidak sadar)  Bila pasien belum sadar, GDS sekitar 200 mg/dL : Hidrokortison
 Cari 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau Deksametason 10 mg IV
penyebab
bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan Manitol 1,5 – 2 g/kgBB IV
setiap 6 – 8 jam. Cari penyebab lain penurunan kesadaran
menurun
 
SEPSIS DAN RENJATAN SEPTIK

PENGERTIAN DIAGNOSIS SEPSIS


 Sepsis merupakan sindrom respons SIRS ditandai dengan 2 gejala atau lebih berikut :
inflamasi sistemik (SIRS) yang  Suhu badan > 38º C atau < 36º C
disebabkan oleh infeksi.
 Frekuensi denyut jantung > 90x / menit
 Renjatan (syok) septik : sepsis
dengan hipotensi, ditandai dengan
 Frekuensi pernafasan > 24x/menit atau PaCO2 < 32
penurunan TDS < 90 mmHg atau  Hitung leukosit > 12.000/mm³ atau < 4.000/mm³, atau
penurunan > 40 mmHg dari TD awal, adanya > 10 % sel batang
tanpa adanya obat – obatan yang
Ada fokus infeksi yang bermakna
dapat menurunkan TD
 Sepsis berat : gangguan fungsi organ
atau kegagalan fungsi organ termasuk PEMERIKSAAN PENUNJANG
penurunan kesadara, gangguan fungsi  DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, gula darah, AGD,
hati, ginjal, paru – paru, asidosis
elektrolit, kultur darah dan infeksi fokal (urin, pus,
metabolik
sputum,dll) disertai uji kepekaan mikroorganisme terhadap
  anti mikroba, foto toraks
Terapi
 Eradikasi fokus infeksi
 Suportif : resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan, vasopresor / inotropik, dan transfusi (sesuai indikasi)
pada renjatan septik diperlukan untuk mendapatkan respons secepatnya
 Transfusi komponen darah sesuai indikasi
 Koreksi gangguan metabolik : elektrolit, gula darah, dan asidosis metabolik (secara empiris dapat
diberikan bila pH < 7,2 atau bikarbonat serum < 9 mEq/I, dengan disertai upaya perbaikan
hemodinamik)
 Nutrisi yang adekuat
 Terapi suportif terhadap gangguan fungsi ginjal
 Kortikosteroid bila ada kecurigaan insufisiensi adrenal
 Bila terdapat KID dan didapatkan bukti terjadinya tromboemboli, dapat diberikan heparin dengan dosis
100 IU/kgBB bolus, dilanjutkan 15 – 25 IU/kgBB/jam dengan infus kontinu, dosis lanjutan disesuaikan
untuk mencapai target aPTT 1,5 – 2 kali kontrol atau antikoagulan lainnya
GAGAL NAPAS

PENGERTIAN Gagal napas tipe I


 Gagal napas adalah ketidakmampuan  PCO2 normal atau meningkat
mempertahankan nilai pH (keasaman), oksigen (O2),  PO2 turun
dan karbondioksida (CO2) darah arteri supaya tetap
dalam batas normal.  Umumnya kurus
Etiologi  Warna kulit : pink puffer
 Penyakit saluran napas : bronkitis kronik, emfisema,  Hiperventilasi
asma bronkial, bronkietasis  Pernapasan : purse – lips
 Penyakit paru parenkim : pneuminia, edema paru,
aspirasi, inhalasi asap, gas
Gagal napas tipe II
 Gangguan Hiperpermeabilitas : edema paru, ARDS
 Penyakit pembuluh darah : emboli paru, syok
 PCO2 meningkat
kardiogenik, fistula A. V pulmoner  PO2 menurun
 Trauma : dada, leher, kepala  Sianosis
 Gangguan neoromuskular : poliomielitis, sindrom  Umumnya kegemukan
tetanus, Guillain Barre, paralisis diafragma  Hipoventilasi
 Obat – obat : barbiturat, narkotik, sedatif, obat – obat
relaksasi
 Tremor CO2
 Edema
PEMERIKSAAN PENUNJANG Tahap II
 Analisis gas darah  Bronkodilator Paranteral
 Foto toraks
 Kortikosteroid
 Kateter Swan Ganz dengan monitor –
tekanan kapiler paru (PCWP)
 EKG
Tahap III
 Stimulan pernafasan
TERAPI
 Mini trakeostomi jika retensi
sputum
Tahap I
 Perbaiki gangguan hipoksemia dengan  
terapi O2
Tahap IV
 Bronkodilator nebulizer

 Ventilasi mekanik
Humidifikasi
 Fisioterapi dada
 Antibiotika
 
GAGAL GINJAL AKUT

PENGERTIAN TERAPI
Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah sindrom yang ditandai oleh penurunan laju Asupan nutrisi
filtrasi glomerulus secara mendadak dan cepat (hitungan jam – minggu) yang
mengakibatkan terjadinya retensi produk sisa nitrogen seperti ureum danm  Kebutuhan kalori 30 kal/kgBB ideal/hari
kreatinin. Peningkatan kreatinin serum 0,5 mg/dl dari nilai sebelumnya, pada GGA tanpa komplikasi; kebutuhan
penurunan CCT hitung sampai 50 % atau penurunan fungsi ginjal yang ditambah 15 – 20 % pada GGA berat
mengakibatkan kebutuhan akan dialisis. (terdapat komplikasi / stres)
 Kebutuhan protein 0,6 – 0,8 gram/kgBB ideal
DIAGNOSIS / hari pada GGA tanpa komplikasi; 1 – 1,5
Terdapat kondisi yang dapat menyebabkan GGA : gram/kgBB ideal/hari pada GGA berat
 Pre – renal : akibat hipoperfusi ginjal (dehidrasi, perdarahan, penurunan  Perbandingan karbohidrat dan lemak 70 : 30
curah jantung dan hipotensi oleh sebab lain)  Suplementasi asam amino tidak dianjurkan
 Renal : akibat kerusakan akut parenkim ginjal (obat, zat kimia / toksin,
iskemi ginjal, penyakit glomerular)
 Post-renal : akibat obstruksi akut traktus urinarius (batu saluran kemih, Asupan cairan → tentukan status hidrasi pasien,
hipertrofi prostat, keganasan ginekologis) catat cairan yang masuk dan keluar tiap hari,
pengukuran BB setiap hari bila memungkinkan,
dan pengukuran tekanan vena sentral bila ada
Fase gagal ginjal akut adalah anuria (produksi urin < 100 mg/24 jam), oliguria
(produksi urin < 400 ml/24 jam), poliuria (produksi urin > 3.500 ml/24 jam) fasilitas.
Koreksi gangguan asam basa
 Koreksi gangguan elektrolit
 Asupan kalium dibatasi < 50 mEq/hari. Hindari makanan yang banyak mengandung kalium. Obat yang mengganggu ekskresi kalium seperti penghambat ACE
dan diuretik hemat kalium, dan cairan / nutrisi parenteral yang mengandung kalium
 Bila terdapat hipokelsemia ringan diberikan koreksi per oral 3 – 4 gram per hari dalam bentuk kalsium karbonat, bila sampai timbul tetani, diberikan
kalsium glukonas 10 % IV
 Bila terdapat hiperfosfatemia, diberikan obat pengikat fosfat seperti aluminium hidroksida atau kalsium karbonat yang diminum bersamaan dengan makan

 Indikasi dialisis ;
 Oliguria
 Anuria
 Hiperkalemi (K > 6,5 mEq/I)
 Asidosis berat (pH < 7,1)
 Azotemia (ureum > 200 mg/dl)
 Edema paru
 Ensefalopati uremikum
 Perikarditis uremik
 Disnatremia berat (Na> 160 mEq/I atau < 115 mEq/I)
 Hipertermia
 Kelebihan dosis obat yang dapat didialisis (keracunan)
HEMATEMESIS MELENA

PENGERTIAN
 Hematemesis adalah muntah darah berwarna hitam ter yang berasal dari
saluran cerna bagian atas. Melena adalah buang air besar (BAB) berwarna
hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud saluran
cerna atas (proksimal) adalah diatas ligamentum Treitz, mulai dari jejunum
proksimal, duodenum, gaster, dan esofagus.
 
DIAGNOSIS
 Muntah dan BAB darah warna hitam dengan sindrom dispepsia, bila ada
riwayat makan obat OAINS, jamu pegal linu, alkohol yang menimbulkan
erosi / ulkus peptikum, riwayat sakit kuning/hepatitis. Keadaan umum pasien
sakit ringan sampai berat, dapat disertai gangguan kesadaran (prekoma /
koma hepatikum), dapat terjadi syok hipovolemik
PEMERIKSAAN PENUNJANG Farmakologis
 DPL, hemostasis lengkap atau masa  Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi
pendarahan, masa pembekuan, dan Hb). Pada kasus varises transfusi sampai dengan
masa protrombin, elektrolit (Na, K, Hb 12 gr %
Cl), pemeriksaan fungsi hati  Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti
(cholinesterase, albumin/globulin,
plasma (misalnya dekstran / hemacel) atau NaCl 0,9 %
SGOT, SGPT, petanda hepatitis B
atau RL
dan C), endoskopi SCBA diagnostik
atau foto rontgen OMD, USG hati.  Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai kelainan

TERAPI Pada pasien dengan pecah varises / penyakit hati


kronik / sirosis hati diberikan :
Non farmakologis
 Laktulosa 4 x 1 sendok makan
 Tirah baring, puasa, diet hati /
lambung, pasang NGT untuk  Neomisin 4 x 500 mg
dekompresi, pantau perdarahan
Obat ini diberikan sampai tinja normal.
KRISIS HIPERTENSI

PENGERTIAN DIAGNOSIS
 Krisis Hipertensi adalah keadaan hipertensi yang memerlukan  Anamnesis : Riwayat hipertensi dan
penurunan tekanan darah segera karena akan mempengaruhi terapinya, kebutuhan minum obat
keadaan pasien selanjutnya. Tingginya tekanan darah bervariasi, pasien, tekanan darah rata – rata,
yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. riwayat pemakaian obat – obat
Dibagi menjadi dua : simpatomimetik dan steroid, kelainan
hormonal, riwayat penyakit kronik
 Hipertensi emergency : situasi dimana diperlukan penurunan
lain, gejala – gejala serebral, jantung,
tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral
dan gangguan penglihatan
karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif
 Hipertensi urgency : Situasi dimana terdapat peningkatan
 Pemeriksaan fisis : Tekanan darah
tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat pada kedua ekstremitas, perabaan
atau kerusakan organ progresif dan tekanan darah perlu denyut nadi perifer, bunyi jantung,
diturunkan dalam beberapa jam. adanya edema atua tanda
penumpukan cairan
TERAPI

Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolik kurang lebih 110 mmHg atau
berkurangnya mean arterial blood pressure 25 % (pada strok penurunan hanya boleh 20 % setelah
diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 12 – 16 jam
selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgency dilakukan
secara bertahap dalam waktu 24 jam.

Hipertensi Urgency Hipertensi Emergency


Obat Awitan Obat Dosis Awitan Lama
Kaptopril 6,25 – 50 mg per oral atau sublingual 15 menit 4 – 6 jam Kerja
bila Diuretik :     2 – 3 jam
tidak dapat menelan Furosemid 20 – 40 mg, dapat diulang. 5 – 15
Hanya diberikan bila terjadi menit
retensi cairan
Klonidin Dosis awal per oral 0,15 mg, 0,5 – 2 jam 6 – 8 jam Vasodilator :     5 – 10
selanjutnya 0,15  Nitrogliserin Infus 5 – 100 mcg.menit. Dosis 2 – 5 menit menit
mg tiap jam dapat diberikan sampai awal 5 mcg/menit, dapat    
 
dengan dosis total 0,9 mg ditingkatkan 5
     
mcg/menit tiap 3 – 5 menit    
 Ditiazem      
  Bolus IV 10 mg (0,25    
Labetalol 100 – 200 mg per oral 1,5 – 2 jam 8 – 12
mg/kgBB), dilanjutkan infus
jam    
 Klonidin 5 – 10 mg / jam
     
Furosemid 20 – 40 mg per oral 0,5 – 1 6 – 8 jam 6 ampul dalam 250 ml cairan segera 1–2
jam infus, dosis diberikan dengan menit
 Nitroprusid
titrasi
Infus 0,25 – 10 mcg/kgBB/menit,
(maksimum 10 menit)

Anda mungkin juga menyukai