Anda di halaman 1dari 80

Efek samping &

toksisitas obat ARV

Dr. Janto G. Lingga,SpP


Efek samping ARV

• Umumnya sering terjadi

• Dapat menjadi penghalang dari kesuksesan terapi

• Dapat menurunkan kwalitas hidup

• Dapat menjadi penyebab penting pada kasus non


adherence
Efek samping dan toksisitas ARV

• Biasanya efek samping dapat diatasi dan tidak


merupakan ancaman jiwa, dan masalahnya dapat
dipecahkan dalam waktu singkat dengan bantuan
terapi simptomatik. Efek samping timbul beberapa
saat setelah dimulainya ART.

• Toksisitas lebih berat & berpotensial mengancam


jiwa dan dapat terjadi setiap saat.
Prinsip penanganan toksisitas obat

• Tentukan beratnya toksisitas


• Evaluasi obat2 yg sedang dipergunakan (ARV atau
non-ARV)
• Pertimbangkan proses penyakit (mis, hepatitis yg
menimbulkan ikterus)
• Tangani efek samping sesuai beratnya
– Derajat 4 (mengancam jiwa): hentikan obat ARV
– Derajat 3 (berat): substitusi obat
– Derajat 2 (sedang): Lanjutkan ARV atau substitusi
– Derajat 1 (ringan): Tdk perlu ganti terapi
• Tekankan adherence pd kasus ringan
Potensi Toksisitas NRTI

• Sering
– Lipoatrofi (terutama stavudine dan zidovudine)
– Supresi sumsum tulang (zidovudine)
– Reaksi Hipersensitivitas (abacavir)

• Jarang
– Toksisitas Mitokondria (terutama stavudine)
– Miopati, myositis (zidovudine)
– Gangguan Ginjal (tenofovir)
Potensi Toksisitas NNRTI

• Hepatotoksisitas (terutama nevirapine)


– Gunakan nevirapine dgn hati-hati (jika jumlah CD4 >
250 sel/mm3 pd perempuan atau > 400 sel/mm3 pd
laki-laki; pantau faal hati secara teratur)
• Ruam kulit (terutama nevirapine)
– Dapat menginduksi morbiditas dan mortalitas berat
• Efek SSP (efavirenz)
– Biasanya membaik dalam waktu 4 minggu setelah
mulai terapi
Potensi Toksisitas PI
(Lopinavir)
• Sering
– Akumulasi lemak
– Dislipidemi
• Jarang
– Hepatotoksisitas
– Hiperglisemi
– Perdarahan meningkat pada hemofili
Efek Samping: NRTI

• Semua NRTI:
– Asidosis laktat dan steatosis hepatik (insidens
tertinggi pada d4T, lalu ddI dan ZDV, terendah
dengan TDF, ABC, 3TC, dan FTC)
– Lipodystrofi
(insidens lebih tinggi pada d4T)
Efek Samping: NRTI (2)

• ABC
– Reaksi Hipersensitivitas*
– Ruam kulit
– Mungkin meningkatkan risiko Infark Miokard
• ddI
– Intoleransi Gastro Intestinal
– Neuropati perifer
– Mungkin meningkatkan risiko Infark Miokard
– Pankreatitis
– Mungkin menyebabkan hipertensi portal non-sirosis

* Skrining terhadap HLA-B*5701 sebelum pengobatan dengan ABC;


ABC tidak boleh diberikan pada yang positif terhadap HLA-B*5701.
Efek Samping: NRTI (3)

• d4T
– Neuropati perifer
– Lipoatrofi
– Pankreatitis
• TDF
– Gangguan ginjal
– Densitas bone-mineral menurun
– Sakit kepala
– Intoleransi GI
• ZDV
– Sakit kepala
– Intoleransi GI
– Lipoatrofi
– Supresi sumsum tulang
Efek Samping: NNRTI

• Semua NNRTI:
– Ruam kulit, termasuk sindrom Stevens-Johnson
– Hepatotoksisitas (terutama NVP)
– Interaksi antar obat
Efek Samping: NNRTI (2)

• EFV
– Neuropsikiatrik
– Dislipidemia

• NVP
– Sering menyebabkan ruam kulit
– Hepatotoksisitas (bisa berat dan mengancam hidup;
risiko lebih tinggi pada pasien dengan jumlah CD4
lebih tinggi pada saat inisiasi NVP, dan pada
perempuan)
Efek Samping: PI

• Semua PI:
– Hiperlipidemi
– Lipodistrofi
– Hepatotoksisitas
– Intoleransi Gastro Intestinal
– Kemungkinan meningkatkan risiko pendarahan
pada hemofili
– Interaksi Obat
Efek Samping: PI (2)

 DRV
– Ruam kulit
– Toksisitas hati
• LPV/r
– Intoleransi GI
– Diabetes/resistensi insulin
– Mungkin meningkatkan risiko MI
– Prolong interval PR dan QT
Efek Samping: II

• RAL
– Nausea
– Sakit kepala
– Diare
– CPK ↑, miopati, rhabdomyolysis
– Ruam kulit
15
25
30

10
20

0
5
Mual
Pasien (%)
Diare

Muntah
Gangguan
gastrointestinal
Dysphagia

Sakit kepala

Insomnia
Reaksi
hipersensitifitas
/ruam kulit
Letih/lesu
(n=84)

Pusing
karena efek samping

Neuropati

Anemi
Jumlah totol
Netrofil ↓
Alasan tidak melanjutkan HAART

O Brien ME et al JAIDS 2003:34:407-14


Toksisitas ART
 Anemi
 Diagnosis
 Ruam kulit
 Insidens
 Hipersensitifitas
 Etiologi
 Gangguan SSP
 Penatalaksanaan
 Hepatotoksisitas
 Lipodistrofi
 Hyperlipidaemia
 Intoleransi glukosa
Anemi

 Obat ART yang menyebabkan anemi: AZT, dapat timbul setelah


terapi 4-12 minggu
 AIDS dengan TB, CMV, infeksi jamur
 Pengobatan dengan Kotrimoksasol (PCP) pada G6PD
insufisiensi, acyclovir, ganciclovir, pyrimethamine
 Penyakit lain : helmintiasis, defisiensi Fe, defisiensi folat
 Perdarahan
 Hemolisis
 Malnutrisi
Faktor Risiko Anemi pd Zidovudine

– Hemoglobin basis yg rendah


– Jenis kelamin perempuan
– Infeksi HIV lanjut
– Malaria (terutama pd anak-anak)
– Penggunaan bersamaan obat penekan sumsum
tulang
Prevalensi anemi – Studi kohort DART

14%
12%
10%
Persentase

8%
6%
4%
2%
0%
0 4 12 24 36 48 60 72 84
Minggu setelah inisiasi ART

Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4


8.0 to <9.5 7.0 to <8.0 6.5 to <7.0 <6.5 g/dl
Penatalaksanaan Anemi

• Penyakit yang menyebabkan anemia diobati

• Bila pasien timbul anemi smptomatik, perlu


dipertimbangkan transfusi darah
Derajat anemi

• Derajat 1: 8 – 9,4 g/dL


• Derajat 2: 7 – 7,9 g/dL
• Derajat 3: 6,5 – 6,9 g/dL
• Derajat 4: < 6,5 g/dL
Anemi berat (ZDV)

Jika terjadi penurunan Hb yang signifikan (< 7 g/dL):

STOP ZDV Subtitusi dengan TDF

Transfusi darah, jika Hb < 6 g/dL


Mual

• Obat Antiretroviral yang mengakibatkan mual:


– Zidovudine (AZT, ZDV, Retrovir®)
– Didanosine (ddI, Videx®)
– Abacavir (ABC, Ziagen®)
– Semua protease inhibitor
– Tenofovir – gas/kembung & flatulensi
Nausea: sebab kemungkinan lain

• Drug Related
– Acute hepatitis
– Acute pancreatitis
• Penyakit Gastrointestinal
• Malaria
• Penyakit SSP
• Insufiensi ginjal
Derajat mual

• Derajat 1: ringan atau kadang2


• Derajat 2: kurang nyaman, intake kurang
selama < 3 hari
• Derajat 3: sangat tidak nyaman, intake
minimal selama > 3 hari
• Derajat 4: Perlu MRS
Derajat muntah

• Derajat 1: ringan atau kadang2 2-3x/hari atau


muntah ringan < 1 minggu
• Derajat 2: sedang atau persisten atau 4-5x/hari
atau muntah > 1 minggu
• Derajat 3: muntah berat makanan/minuman
dalam 24 jam atau hipotensi ortostatik atau
perlu cairan iv
• Derajat 4: shock hipotensi atau perlu MRS
Konseling Nausea

• Pastikan simptom menurun dalam bulan


pertama
• Jangan stop obat sebelum minta pendapat ahli
(dokter)
• Tidak perlu supplemen/vitamin atau obat2
yang kurang penting
Penatalaksanaan Nausea

• Hindari makanan berlemak, gorengan


• Makan dalam jumlah sedikit tetapi sering
• Minum jahe dalam bentuk apapun
• Mint dan/atau simethicone untuk gas/kembung
• Bila perlu antiemetik (mis. prochlorperazine 10mg 2 –
3 x/hari)
• Bila nausea dapat diantisipasi, dilakukan penyesuaian
jumlah pil (penurunan) jika klinis memungkinan atau
lorazepam 0.5mg 30 menit sebelum minum obat
Ruam kulit dan hipersensitifitas

• HIV dan hipersensitifitas


• NNRTI
– Insidens yang terkait dengan ruam kulit akibat
NVP
– Penatalaksanaan ruam kulit akibat NVP
• Hipersensitivitas Abacavir
Derajat ruam kulit

• Derajat 1: eritema, pruritus


• Derajat 2: ruam makulopapular difus atau
deskwamasi kering
• Derajat 3: vesikulasi atau deskwamasi basah
atau ulserasi
• Derajat 4: mengenai membran mukosa atau
Steven-Johnson, TEN, eritema multiforme,
dermatitis exfoliativa
Faktor prediksi ruam kulit akibat NVP

• Terkait dengan:
– Gender (perempuan > laki-laki)
– Jumlah CD4 / stadium klinis
– Pengalaman terapi
– Etnik (hispanic dan oriental)
– Riwayat alergi sulfa
Prevensi ruam kulit NVP

• Cara:
– Eskalasi dosis (200mg 1x/hari lalu 200mg tiap 12
jam)
– bd vs od
• Tidak efektif:
– corticosteroid
– antihistamin
Penatalaksanaan ruam kulit akibat NVP

• Ringan-sedang:
– teruskan
– Pertimbangan untuk tidak eskalasi dosis
– Berikan anti-histamin (steroid?)
• Berat atau sistemik:
– Stop obat
• Ganti ke obat lain (efavirenz)
– 50 % ruam kulit menurun
Stevens- Johnson Syndrome
Sindrom Stevens-Johnson

• NVP >> obat HIV lain


• Insidens 0.3% (non-HIV
0.001%)
• Mukosa (orofarings, mata,
genital) dan lesi kutaneus
(Erythema Multiforme)
• Komplikasi: dehidrasi,
termoregulasi
• Mortalitas 5-15%
• Penatalaksanaan: supportif,
stop/ganti NVP
Penatalaksanaan
Sindrom Stevens-Johnson
Tetes mata
• Tetes mata tanpa
deksametason preservative Kulit
0.1% setiap jam • yellow soft paraffin
• Tetes mata tanpa • Dermol® 500
hypromellose preservative
setiap jam
Steroid
• Tetes mata tanpa
preservative chloramphenicol • oral prednisolone 30mg od
Obat kumur
• Gelclair® oral gel tds Antihistamin
• Tablet betametason 0,5mg • chlorpheniramine 4mg 3X
dilarutkan dlm 10 cc air sbg sehari dan 8mg malam
obat kumur 2X sehari.
• Beclometason atau pulmicort
inhaler spray mulut 3X sehari
Depigmentasi setelah ruam kulit ringan akibat
NVP, nevirapine tidak pernah dihentikan
Reaksi hipersensitifitas Abacavir

• Terjadi pd 3 - 5%
• Biasanya dalam waktu 4 - 6 minggu setelah mulai
terapi (median onset: 11 hari)
• Gambaran klinis:
- ruam kulit
- demam
- gejala saluran pernapasan atas
- limfopeni
- faal hati abnormal
Penanganan hipersensitifitas ABC

• Hentikan obat (jika dugaan diagnosis kuat)


• Gejala biasanya sembuh cepat dengan
penghentian terapi
• JANGAN diberikan kembali !!!

Jumlah kematian pd pajanan pertama = 0


Jumlah kematian = 7
Jumlah pasien setahun = 3,1 juta
Gangguan SSP

• Terutama berhubungan dengan efavirenz


– obat lain ART?
• Klinis : bervariasi
• Insidens: 40-80%
– Timbul dalam rentang waktu 1 - 14 hari
– Menurun dlm perjalanan waktu
– Jarang berakhir dengan penghentian obat (<5%) (?)
• Etiologi: tidak diketahui
– Tidak berhubungan dengan riwayat kejiwaan sebelumnya
– Geografis bervariasi
Gangguan SSP

• Faktor yg berpengaruh:
– Pengalaman dokter
– “bed-time dosing”
– Perubahan obat
• Faktor yg tidak berpengaruh:
– split-dosing
• Faktor yang belum terbukti:
– adjunctive hypnotics
– Pengurangan dosis
Hepatotoksisitas

• Berhubungan dengan ART


– ritonavir, NNRTI (trtm. NVP)
• Etiologi:
– Direk hepatotoksisitas
– Rekonstitusi imun
• Berhubungan:
– Hepatitis koinfeksi (C dan B)
– Jumlah CD4 tinggi (NVP)
Derajat gangguan enzim hati

• Derajat 1: 1,5 – 2,5 x nilai normal tertinggi


• Derajat 2: > 2,5 – 5 x nilai normal tertinggi
• Derajat 3: >5 – 10 x nilai normal tertinggi
• Derajat 4: > 10 x nilai normal tertinggi
Penatalaksanaan fungsi hati
yang abnormal

• ART atau penyakit yang mendasari?


• “Immune reconstitution” atau efek samping?

• ?Hindari obat hepatotoksik dalam koinfeksi

• Stop jika >10x; awasi ketat jika >5x


• Ingat obat lain…….

• Jangan gunakan NVP dalam PEP


Miopati

• Insidens: 5-20%
(berkaitan dengan lama
terapi)

• ZDV > NRTI lain


Miopati

• Lelah, mialgia, kelemahan otot proksimal, dan


wasting

• CPK ↑, EMG bisa normal

• Histologi: “ragged-red” fibers, granular


degeneration, increase in lipid droplets

• Gangguan mitokondria
Miopati

• Dapat terjadi pada setiap


tahap infeksi HIV

• HIV dan miopati akibat ZDV


serat sangat sulit dibedakan
otot

• Pada miopati akibat ZDV,


mitokondria perubahan klinis dan histologi
bersifat reversibel
Kardiomiopati

• Infeksi HIV juga dapat


menyebabkan kardiomiopati

• Juga akibat ARV: ddC, ZDV


dan ddI
– Dilated heart
– Insidens < 1%

• Otot jantung memerlukan


enersi yang besar dan banyak
mitokondria
Dislipidemi
Derajat gangguan trigliserida

• Derajat 1: 200 – 399 mg/dL


• Derajat 2: 400 – 750 mg/dL
• Derajat 3: 751 – 1200 mg/dL
• Derajat 4: > 1200 mg/dL
Efek Lipid dari PI
Obat TG / VLDL-C LDL-C HDL-C
Ritonavir   
Lopinavir / ritonavir   /
Tipranavir / ritonavir   
Saquinavir / ritonavir   
Fosamprenavir / ritonavir   
Indinavir / ritonavir   
Darunavir / ritonavir  / ?
Atazanavir / ritonavir  / 
Nelfinavir ?  
Atazanavir   /?
Indinavir   
Table created by Stefan Mauss, MD (Center for HIV and Hepatogastroenterology, Düsseldorf,
Germany), using the author’s best judgment about the relative lipid effects of the agents listed,
based on accumulated studies to date. Used with permission of the author.
Lipid-Lowering Therapy:
Interaksi Obat dengan ART

Potens interaksi rendah Fibrates


Pravastatin
Fluvastatin
Fish oil
Niacin*
Mulai dosis terendah; gunakan Atorvastatin
hati2
Rosuvastatin
Kontraindikasi dgn PI Lovastatin
Simvastatin

* In rare cases, can induce insulin resistance.


Toksisitas HIV/ART: Dislipidemi

• Kebanyakan PI meningkatkan trigliserida dan LDL


tetapi sedikit efek terhadap HDL
• NNRTI dad stavudine juga ada hubungan dgn efek
dislipidemi
• Infeksi HIV dan ART berbasis PI bergubungan dengan
profil dislipidemi yang pro-atherogenic
• Sebagian bukti menunjukkan bahwa ART berbasis PI
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner (CAD)2-4

1. Schambelan M et al. JAIDS 2002; 31(3):257-75. 3. 11th CROI, 2004, Abstract 736.
2. 11th CROI, 2004, Abstract 739. 4. 11th CROI, 2004, Abstract 737.
Faktor Risiko utk MI pd Odha dgn ART

Faktor Risiko Relative Risk MI*


Penggunaan ART (per additional year) 1.26**
Umur (per additional 5 yrs) 1.38
Lelaki 1.99
Perokok sekarang atau dahulu 2.17
Riwayat sebelumnya CAD 5.84
* Multivariate analysis
** revised to 1.17 on further follow-up

The DAD Study Group, N Engl J Med 2003;349:1993-2003


ART- terkait Dislipidemi: Terapi

• Sering membaik dengn mengeluarkan obat


penyebab dari paduan

• Terapi dgn fibrates dan/atau statin sering


diperlukan

• Hati-hati akan interaksi obat, risiko miositis


Management of Dyslipidemia

Apply NCEP guidelines

Lifestyle + lipid-lowering
Lifestyle therapy (statin); ART
changes Consider fibrates if TGs substitution
are main concern

Challenges of lipid-lowering therapy

Multiple Drug-drug interactions Difficulty reaching NCEP


medications (statins, PIs) goals despite therapy

NCEP = National Cholesterol Education Program.


Obat Penurun Lipid dan terapi ARV:
Potential Interaksi Obat yg Berbahaya

Obat Anjuran
Pravastatin Tdk perlu penyesuaian dosis
Atorvastatin Titrasi Dosis
Lovastatin Hindari
Simvastatin Hindari
Gemfibrozil
Tdk perlu penyesuaian dosis
Fenofibrate
Tdk perlu penyesuaian dosis
Niacin
Berhubungan dgn resistensi insulin
Bile sequestrants
Hindari
Dube MP et al. Clin Infect Dis 2000;31:1216-24.
Monitoring lipid pada pasien dgn ART

• Pasien sebaiknya mempunyai nilai dasar


dan setiap 6-bulan dari penilaian lipid jika
mendapat terapi ART dengan PI atau EFV

• Periksa kadar gula darah puasa jika diduga


diabetes.
Resistensi Insulin
Resistensi Insulin

• Keadaan dimana peningkatan kadar insulin


diperlukan utk menggunakan respon biologi
normal1
• Yg khas berkaitan dgn peningkatan kadar
insulin puasa, tetapi secara klinis ambang
relevan kadar insulin tdk dapat ditentukan
• Resistensi insulin harus dicurigai jika terdapat
peningkatan kadar gula puasa atau gangguan
toleransi glukosa

1. Olefsky JM. Ellenberg & Rifkin’s Diabetes Mellitus (1997):513-52.


Derajat hiperglikemi

• Derajat 1: 116 – 160 mg/dL


• Derajat 2: 161 – 250 mg/dL
• Derajat 3: 251 – 500 mg/dL
• Derajat 4: > 500 mg/dL
Toksisitas HIV/ART: Resistensi Insulin

• Mekanisme langsung: diinduksi oleh obat


– PI mempunyai efek langsung thd metabolisme glucosa1
– Efavirenz, memberikan efek serupam tetapi tidak
nevirapine4
– NRTI saat ini dikenal sebagai faktor risiko5
– Mekanisme:
• inhibisi transporter glokosa GLUT4 yg diatur insulin ? 6
• Inhibisi peroxisome proliferator-activated receptor gamma? 7,8

1. Dube MP et al. JAIDS 2000;27:130-4. 5. Brown TT et al. AIDS 2005, 19:1375–1383


2. Noor MA et al. AIDS 2001;15:4. 6. Murata H et al. J Biol Chem 2000;275:251-4
3. Dube MP et al. Antivir Ther 2001;6(4):11. Abst 14.
7. Caron M et al. Diabetes 2001;50:1378–88
4. Mehta et al, 9th CROI, 2002, Abstract 679. 8. Miserez AR et al. AIDS 2002;16:1587–94.
Resistensi Insulin: Terapi

• Pertimbangkan utk menggunakan PI utk


pasien dgn pre-existing diabetes atau
mempunyai faktor risiko yg bermakna
• Substitusi PI dgn NNRTIs1,2 atau abacavir3, jika
potensi rejimen dapat dipertahankan
• Terapi diabetes mellitus: sama dgn terhadap
non-Odha
• Skrining terhadap resistensi insulin?
1. Martinez E et al. AIDS 1999;13:805–10.
2. Martinez E et al. Clin Infect Dis 2000;31:1266–73.
3. Walli RK et al. Eur J Med Res 2001;6:413–21.
Menghitung estimasi glomerular filtration rate
(eGFR) menggunakan kadar serum-creatinine

• Cockcroft-Gault (CG):
(140 - age) x weight (kg)
eGFR = --------------------------------- X 0.85 (for women)
Serum creatinine x 72

• Abbreviated MDRD study equation


eGRF = 186 x S-creatinine1,154 x age0,203 x
0,742 (if female) x 1,21 (if black)
Sindrom Pulih (SPI) =
Immune Reconstitution Inflammatory
Syndrome (IRIS)
IRIS- epidemiologi
• IRIS dikenal sebagai komplikasi potensial yg
dapat terjadi setelah pemberian ART.
• Frekuensi IRIS tidak diketahui dgn pasti,
diperkirakan 10% – 25% dari Odha yg
menerima ART
• Pada 23% – 25% Odha dgn HAART terjadi > 1
sindrom inflamasi yg sesuai dgn IRIS
(1) French MA, Lenzo N, John M, et al. Immune restoration disease after the treatment of immunodeficient HIV-infected patients
with highly active antiretroviral therapy.HIV Med 2000; 1:107–15
(2) DeSimone JA, Pomerantz RJ, Babinchak TJ. Inflammatory reactions in HIV-1–infected persons after initiation of highly active
antiretroviral therapy. Ann Intern Med 2000; 133:447–54.
(3) Clin Infect Dis. 2006 Feb 1;42(3):418-27.
(4) AIDS 2005 Mar 4;19(4):399-406.
Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome

• Cell Mediated Immunity membaik dgn


restorasi baik sel CD4 memory dan naïve
• Peningkatan sel CD4/CD8 akan mendeteksi
patogen tersembunyi yg terabaikan oleh
defisiensi imunitas sebelumnya
• Mengakibatkan proses inflamasi pd daerah
dgn infeksi subklinis atau tersembunyi
• Biasanya membaik dgn tatalaksana inflamasi
dan terapi spesifik
Definisi IRIS
Kriteria yg diperlukan Kriteria yg mendukung
Memburuknya gejala Peningkatan jumlah sel CD4 >
inflamasi/infeksi 25 sel/mm3

Hubungan sementara dgn Biopsi menunjukkan ’well formed


memulai ART granulomatous inflammation’
atau ‘unusually exuberant
inflammatory response’
Gejala yg bukan dari infeksi
atau penyakit baru yg didapat
atau perjalanan normal
penyakit yg didapat
sebelumnya
Penurunan VL > 1 log10
Sumber: CID J 2006;(1 June) 42: 1639-46
International Network Study of HIV-associated
IRIS (INSHI)
1. Menunjukkan respons terhadap ART dengan:
a. mendapat terapi ARV
b. penurunan viral load > 1 log copy/ml (jika tersedia)
2. Perburukan gejala klinis infeksi atau timbul reaksi
inflamasi yang terkait dgn inisiasi terapi ARV
3. Gejala klinis tersebut bukan disebabkan oleh:
a. Gejala klinis dari infeksi yang diketahui sebelumnya
yang telah berhasil disembuhkan (Expected clinical
course of a previously recognized and successfully
treated infection)
b. Efek samping obat atau toksisitas
c. Kegagalan terapi
d. Ketidakpatuhan menggunakan ARV
Onset IRIS

Sumber: AIDS 2005, Vol 19 No4 ;399-406, Samuel A. Shelburne et al


HAART & Jumlah HIV RNA

Sumber: AIDS 2005, Vol 19 No4 ;399-406, Samuel A. Shelburne et al


Spektrum Klinis

• Heterogen
• Onset; awal/lambat
• Gejala atipikal; generalisata/lokal
• Severity bervariasi
• Agen infeksius/tempat infeksi
Faktor Risiko IRIS
French: AIDS, Volume 18(12).August 20, 2004.1615-1627
Tatalaksana

• Bentuk ringan (dgn melanjutkan ART)


– Observasi
• IRIS terlokalisir (dgn melanjutkan ART)
– Terapi lokal seperti prosedur bedah minor untuk abses
kelenjar getah bening
• Kebanyakan keadaan (dgn melanjutkan ART)
– Unmasking &/atau Recognition of ongoing infections >>
Terapi antimikroba utk menurunkan jumlah antigen dari
patogen pencetus;
– Reconstituting immune reaction to non-replicating
antigens >> tdk perlu terapi antimikroba. Terapi jangka
pendek kortikosteroid atau NSAID utk menurunkan
inflamasi.
Tatalaksana

• Penghentian ART utk sementara harus


dipertimbangkan jika timbul bentuk IRIS yang
berpotensi mengancam jiwa

Anda mungkin juga menyukai