TERAPAN
Dosen : Apt Keni Idacahyati, M.Farm
NAMA : Ny N
Umur: 27 tahun,
Diagnosis : didiagnosis HIV 2 tahun. Riwayat pengobatan : Semenjak di diagnosis beliau rutin berobat
setiap 4 bulan sekali
Keluhan : Ny N datang ke RS dengan keluhan batuk berdahak warna kuning sejak 1 bulan yang lalu,
lemas. Tubuhnya terlihat lebih kurus,
Social habit : penguna narkoba, konsumsi alcohol dan perokok
Objektif
Tanda vital
BP 107/54 : hipotensi
RR 18: 12-20 napas per menit
Suhu : 36.4°C = 36,1-37,2°C
Tinggi badan : 160 cm
Berat Badan : 45 Kg under weight
Bmi normal : 18.5 to 24.9
Lanjutan..
Pengobatan
Zidovudine 300 mg po BID
Lamivudine 150 mg po BID
Efavirenz 600 mg po at sebelum
tidur
Isoniazid 300 mg
Etambutol 500 mg
Assessment
Abnormalitas Hasil : DRPs :
• Tekanan Darah hipotensi 1. Ketidaktepatan Pemilihan Obat :
• Platelet = kurang Kategori Pengobatan TB Paru menurut Guideline for National
• Program WHO, 2003 :
Serum Kreatinin= kurang
Pasien TB paru BTA +, kasus baru, pengobatan awal yaitu
• CD4= kurang
pemberian 2RHZE
• BTA= + 2. Overdosis :
• Batuk Berdahak warna kuning, 3. Underdose : Etambutol (dosis 15 mg/kgBB)
lemas 4. Efek samping : -
5. Interaksi Obat :
(Moderete)
Evafirenz >< Lamifudin
Evafirenz >< Zidofudin
Isoniazid >< Evafirenz
(Minor) Lamifudin >< Zidofudin
6. Indikasi tanpa Pengobatan : Batuk berdahak (kuning), lemas
tekanan darah rendah
7. Pengobatan tanpa Indikasi : -
8. Kegagalan menerima terapi : -
PLANNING TBC
H= Isoniazid , R= rimpampicin, Z= Pirazinamid
E = Etambutol, S= streptomisin
- Terapi TB selama 2-8 minggu kemudian di lanjutkan bersama terapi HIV
- Mulai terapi ARV pada semua individu HIV dengan TB aktif, berapapun jumlah CD4.
- Gunakan EFV sebagai pilihan NNRTI pada pasien yang memulai terapi ARV selama dalam
terapi TB
PLANING TBC = [2HRZE/4(HR)3]
Terapi TBC selama 6 bulan, meliputi 2 bulan fase intensif menggunakan HRZE (isoniazid,
rifampicin, pyrazinamide, ethambutol) diminum setiap hari dan 4 bulan fase lanjutan
menggunakan HR (isoniazid dan rifampicin) tiga kali seminggu.
Selelah 8 minggu menggunakan HRZE fase intensif pengobatan TBC4(HR)3 Selama 4 bulan di
barengi dengan ARV
• Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia saat ini merekomendasikanbahwa ART harus dimulai
sesegera mungkin "dalam"8 minggu pertama” memulai pengobatan antituberkulosisdan dalam
2 minggu pertama untuk pasien yang memiliki CD4jumlah sel kurang dari 50 sel/mm3
KETERANGAN
AZT = zidovudin
3TC = Lamivudin
NVP = nevirapine
EFV = Efavirenz
TDF= Tenofir
FTC= Emtricitabine
panduan pemakaian terapi ARV pada pasien yang terdiagnosis TB dalam 6
bulan setelah mulai terapi ARV lini pertama
Dosis HIV
Pada Kasus :
Lanjutan…
Dosis obat TBC
Dosis Obat TBC
Untuk mengatasi kesemutan di kaki INH Beri vitamin B6 (piridoxin) 100mg per
hari
EFEK SAMPING
1. Isoniazid
Minor side effects
• Gatal-gatal baru pada kulit atau ruam kulit HENTIKAN isoniazidRujuk pasien segera ke
• Pusing (vertigo dannistagmus) adokter.
• Penyakit kuning
• Muntah
• Kebingungan
• Kejang
2. Rifampisin
4. Pyrazinamide
Reaksi yang merugikan
Hiperurisemia, menyebabkan gout akut; anoreksia, mual, muntah, perburukan
tukak lambung, artralgia, malaise, demam, anemia sideroblastik,
trombositopenia, disuria. Jarang, fotosensitifitas, pellagra, ruam.Berpotensi
Fatal: Hepatotoksisitas.
Efek yang tidak di inginkan
● Rifampisin merangsang aktivitas sistem enzim sitokrom P450 (CYP) hati yang memetabolisme NNRTI
dan PI (lihat Lampiran 2 untuk kelas ARV). Mekanisme ini menyebabkan pengurangan dalam tingkat
darah NNRTI dan PI, dan akibatnya penekanan HIV yang tidak lengkap replikasi dan munculnya
resistensi obat. Rifampisin menyebabkan pengurangan hingga 75% dalam kadar serum PI, sehingga
memerlukan penyesuaian dosis. Efavirenz memiliki efek yang lebih panjang Beberapa ahli
merekomendasikan untuk meningkatkan dosis efavirenz dari 600 menjadi 800 mg/hari pada pasien
dengan tubuh berat badan lebih dari 50 kg untuk mengatasi obat-obat interaksi Percobaan selanjutnya
telah menunjukkan bahwapenggunaan bersama efavirenz dosis standar pada 600 mg /hari dan
rifampisin tidak membahayakan klinishasil pengobatan
● Streptomisin dan etambutol, bagaimanapun, diekskresikan oleh ginjal. Mereka harus diberikan dalam
dosis dikurangi, dan fungsi ginjal harus dipantau secara ketat (kadar kreatinin bulanan).
● Isoniazid, rifampisin dan pirazinamid semuanya berhubungan dengan hepatitis yang diinduksi obat.
● Pirazinamid adalah yang paling hepatotoksik, diikuti oleh rifampisin. Rifampisin cenderung tidak
menyebabkan kerusakan hepatoseluler, meskipun berhubungan dengan ikterus kolestatik.
• Pasien dengan penyakit hati sebaiknya tidak menerima pirazinamid. Rejimen pengobatan TB alternatif
tercantum dalam
• Pemantauan klinis hati dan pemantauan laboratorium enzim hati harus dilakukan untuk mendeteksi
eksaserbasi kondisi. Mereka harus dilakukan secara teratur, dengan frekuensi jumlah yang tergantung pada
kondisi pasien.
Evaluasi
• Evaluasi klinik setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama, selanjutnya setiap 1 bulan untuk menilai respons
pengobatan serta ada tidaknya efek samping dan komplikasi penyakit.
• Evaluasi klinik meliputi keluhan, berat badan, dan pemeriksaan fisik.
• Evaluasi bakteriologik pada TB bertujuan untuk menilai ada tidaknya konversi dahak pada TB. Pemeriksaan
dilakukan sebelum pengobatan dimulai, setelah 2bulan pengobatan (setelah fase intensif), dan pada akhir
pengobatan (bulan ke-6 atau 9).
• Untuk menilai respons pengobatan ARV pada ODHA, dilakukan pemeriksaan CD4 (tiap 6 bulan) dan tes viral
load HIV RNA (6 bulan setelah inisiasi ARV, setelahnya setiap 12 bulan)
• Pemeriksaan radiologi pada ODHA yang terinfeksi TB adalah foto toraks pada awal pengobatan, setelah 2 bulan
pengobatan, dan pada akhir pengobatan TB.
• Evaluasi efek samping obat dengan pemeriksaan fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin), fungsi ginjal (ureum,
kreatinin), gula darah, dan darah lengkap untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping pengobatan.
• Evaluasi terhadap sindrom pulih imun (SPI) atau immune reconstitution syndrome (IRIS), yaitu perburukan
kondisi klinis sebagai akibat respons inflamasi berlebihan saat pemulihan respons imun setelah pemberian ARV.
• Pemantauan kepatuhan berobat untuk mencegah resistensi dan komplikasi.
• Evaluasi penyakit lain (seperti diabetes, hipertensi, jantung) atau infeksi oportunistik pada ODHA.
• Evaluasi status psikologi pasien, apakah pasien mengalami gangguan psikologi yang dapat mempengaruhi
pengobatan
Monitoring
Monitoring Efektivitas
• Obat HIV : Lamifudin, Evafirenz, Zidofudin
• Monitoring peningkatan CD4+
• Obat untuk TB Paru BTA - , menurunnya frekuensi batuk, meningkatkan nafsu
makan, hilangnya gejala lemas
• Pemantauan secara periodik (ALT dan AST)
• kultur sputum setiap bulan sampai 2 kultur negatif berturut-turut
THANK YOU