Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nadya Paramitha

NIM : C1614201025

Tingkat : IV A

Mata Kuliah : Wound Care

1. Mekanisme inflamasi terdiri dari empat kejadian:

a. Otot-otot polos sekitar pembuluh darah menjadi besar, aliran darah menjadi lambat di
daerah infeksi tersebut. Hal ini memberikan peluang lebih besar bagi leukosit untuk
menempel pada dinding kapiler dan keluar ke jaringan sekitarnya.
b. Sel endotel (yaitu sel penyusun dinding pembuluh darah) menjadi kecil. Hal ini
menjadikan ruang antara sel-sel endotel meningkat dan mengakibatkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Hal ini dinamakan vasodilatasi.
c. Molekul adhesi diaktifkan pada permukaan sel-sel endotel pada dinding bagian dalam
kapiler (inner wall). Molekul terkait pada pada permukaan leukosit yang disebut
integrin melekat pada molekul-molekul adhesi dan memungkinkan leukosit untuk “rata”
(flatten) dan masuk melalui ruang antara sel-sel endotel. Proses ini disebut diapedesis
atau ekstravasasi.
d. Aktivasi jalur koagulasi menyebabkan fibrin clot secara fisik menjebak mikroba
infeksius dan mencegah mereka masuk ke dalam aliran darah. Hal ini juga memicu
pembekuan darah dalam pembuluh darah kecil di sekitarnya untuk menghentikan
perdarahan dan selanjutnya mencegah mikroorganisme masuk ke aliran darah.
2. Jelaskan :

a. Nyeri proyeksi adalah nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan saraf menyebabkan
nyeri yang dialihkan ke sepanjang bagian tubuh yang diinervasi oleh saraf yang rusak
tersebut sesuai dermatom tubuh, misalnya pada herpes zoster.
b. Hiperalgesia adalah sensitivitas kulit terhadap rangsangan. peningkatan rasa nyeri yang
terjadi saat diberikan suatu rangsangan yang biasanya hanya memberikan nyeri ringan.
c. Hipalgesia adalah rasa nyeri yang terjadi saat diberikan suatu rangsangan yang biasanya
tidak memberikan rasa nyeri sama sekali, misalnya sentuhan ringan, tiupan angin, dan
lain-lain.
d. Rasa gatal adalah sensasi kulit yang memicu refleks untuk menggaruk area tertentu
pada tubuh. Penyebabnya bisa bermacam-macam, dari kulit kering hingga yang
diakibatkan dari beberapa penyakit.

3. a. Fungsi kulit; Fungsi pembentukan Vitamin D

Kulit memiliki fungsi perlindungan tubuh, yakni berfungsi melindungi otot, tulang,


ligamen, pembuluh darah, sel saraf, serta organ di dalam tubuh. Kulit juga sangat
berperan terhadap daya tahan tubuh untuk melindungi diri dari kuman berbahaya.
Fungsi pembentukan Vitamin D mengatur kadar kalsium dan fosfor dalam darah.
Kalsium dan fosfor merupakan dua faktor yang sangat penting dalam urusan menjaga
kesehatan tulang. Tubuh membutuhkan vitamin D untuk menyerap kalsium secara
maksimal di usus, serta membantu membangun tulang dan gigi yang kuat.

4. Pigmentasi atau nama lain dari hyperpigmentasi menjadi salah satu masalah kulit di mana
bercak gelap muncul di sebagian daerah kulit. Bercak gelap ini menyebabkan warna kulit
secara keseluruah menjadi tidak merata.
Pigmentasi kulit sendiri bisa disebabkan oleh beberapa alasan. Di antaranya adalah
pencemaran lingkungan, sinar UV, permasalahan hormonal atau masalah kesehatan lainnya.

5. a. Intention wound
Luka yang disengaja (Intention wound) adalah Hasil terapi invasif yang terencana,
sengaja dibuat (yaitu IV, OR, fungsi lumbal). Tepi luka bersih, perdarahan terkontrol
b. Unintention wound atau luka yang tidak disengaja adalah luka yang disebabkan karena
tertusuk, tertembak dan terbakar. Tepi luka berdarah, perdarahan tidak terkontrol.

6. Pemeriksaan penunjang/diagnostik dalam perawatan luka

a. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mencari faktor


risiko dan faktor prognosis yang akan mempengaruhi penyembuhan luka
- Jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, laju endap darah, C-reactive protein (CRP)
Mengetahui kemungkinan infeksi.
- Hemoglobin (Hb) Mengetahui adanya anemia, menilai oksigenasi jaringan.
- Glukosa Mengetahui adanya diabetes.
- HbA1c Menilai pengendalian diabetes.
- Kadar protein dan albumin Menilai adanya malnutrisi dan risiko keterlambatan
penyembuhan luka.
- Rheumatoid factor, autoantibody Mengetahui adanya rheumatoid arthritis dan 45
(misalnya anti-nuclear antibody – ANA) penyakit autoimmune.
- Pemeriksaan mikrobiologi (usapan dasar luka, kemudian dilakukan pengecatan Gram,
kultur dan uji sensitivitas terhadap antibiotika) Mengidentifikasi kuman penyebab
infeksi luka dan jenis-jenis antibiotika yang masih sensitive terhadap kuman.
b. Pemeriksaan lainnya :
Pemeriksaan radiologi : untuk mengetahui adanya osteomyelitis sebagai komplikasi dari
luka kronis.

7. Berdasarkan telaah jurnal dari penelitian Ferawati “Aplikasi Perawatan Luka Dengan
Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera Dalam Manajemen Luka” :

Vitamin C terdapat pada lidah buaya (aloe vera) selain vit C, aloe vera mengandung vit B,
asam folat, B12 dan kaya Antioksidan. Antioksidan terbukti mempercepat proses granulasi
dan mencegah aging (penuaan). Aplikasi metode perawatan luka menggunakan enzymatic
therapy: aloe vera pada luka berpengaruh pada berkurangnya ukuran luka, epitelisasi dan
granulasi luka. Tenaga kesehatan disarankan menggunakan enzymatik therapy: aloe vera
dalam perawatan luka sebagai manajemen luka terpadu dengan memperhatikan prinsip
perawatan luka terkini menggunakan evidence based nursing.

Lidah buaya bersifat merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam lidah buaya
terdapat zat lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit. Getah lidah buaya
mengandung aloin, aloe-emodin, dan barbaloin, yang berkhasiat sebagai laktatif. Kandungan
polisakarida daun lidah buaya dapat mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi reaksi
peradangan. Selain itu lidah buaya juga mengandung saponin yang dapat berkhasiat
membunuh kuman. Gel lidah buaya mengandung lignin yang mampu menembus dan
meresap kedalam kulit. Gel ini akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit
sehingga kulit tidak kering, tumbuhan ini juga mengandung senyawa yang dapat
merangsang pertumbuhan sel kulit baru (Latief. A, 2014).

8. Proses pertumbuhan kuku dimulai dari epitel lempeng kuku yang timbul dari matriks kuku.
Ujung proksimal matriks meluas ke dalam akar kuku. Sel-sel matriks membelah, bergeser ke
distal, dan akhirnya mengalami kornifikasi yang membentuk bagian proksimal lempeng
kuku. Lempeng kuku kemudian bergeser ke depan di atas dasar kuku. Ujung distal lempeng
menjadi bebas dari dasar kuku (Syaifuddin, 2010. Junqueira dan Carneiro, 2007).

9. Proses angiogenesis tersusun dari beberapa tahapan yang dimulai dari proses inisiasi, yaitu
dilepaskannya enzim protease dari sel endotel yang teraktivasi; pembentukan pembuluh
darah vaskular, antara lain terjadinya degradasi matriks ekstraseluler (Extra Cellular Matrix,
ECM), migrasi dan proliferasi sel endotel, serta pembuatan ECM baru; yang kemudian
dilanjutkan dengan maturasi/ stabilisasi pembuluh darah yang terkontrol dan dimodulasi
untuk memenuhi kebutuhan jaringan (Plank MJ, Sleeman BD dalam Frisca 2014).

10. Berdasarkan jurnal penelitian Veranita, Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Dengan
Derajat Ulkus Diabetik, Keadaan kadar glukosa darah meningkat dapat menyebabkan
terjadinya resiko ulkus yang sukar disembuhkan antara lain penurunan kemampuan
pembuluh darah dalam berkontraksi maupun relaksasi akibatnya perfusi jaringan bagian
distal dari tungkai kurang baik dan keadaan hiperglikemia merupakan lingkungan yang
subur untuk berkembang biaknya kuman patogen yang bersifat anaerob karena plasma darah
penderita diabetes yang tidak terkontrol baik dan memiliki kekentalan (viskositas) yang
tinggi akibatnya aliran darah melambat dan suplai oksigen berkurang.

Stres yang terjadi mempengaruhi fase-fase dalam penyembuhan luka. Stres mengganggu
proses penyembuhan luka sejak fase inflamasi. Menurut Glaser (2007) seseorang dengan
skor stres lebih tinggi menghasilkan hormon kortisol dan produksi air liur (saliva) yang
tinggi pula.
REFERENSI

Ferawati. Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera
Dalam Manajemen Luka. Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 121-129.

Ahmad Yusuf, Stres Memperlambat Penyembuhan Luka Paska Seksio Sesarea (Stress Prolongs
Wound Healing Post Cesarean Section). (Diakses pada 06 April 2020, pukul 08.40).

Veranita, Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Dengan Derajat Ulkus Diabetik. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, Volume 3 - Nomor 2, Juli 2016, ISSN No 2355 5459

Flood P, Rathmell JP, Shafer S. Stoelting’s Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice
5th Edition. Wolter Kluwer Health. 2016; Halaman 206-216

Harvey, Carol. Wound Healing. Orthopaedic Nursing: March-April 2005 - Volume 24 - Issue 2 -


p 143-157. (Diakses pada 06 April 2020, pukul 08.40)

Anda mungkin juga menyukai