Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL KASUS 1

MODUL GANGGUAN GINEKOLOGI


RUANG 10

BERY JOSHUA LOMBOGIA – 15011101055


GIOVANNA F. KURNIJUANTO – 15011101060
EDITH FREDERICK LIEM – 15011101056
GUSTAP S. MIRONTONENG – 15011101009
MICHAEL PUTRANTO – 15011101065
CRISTINA LOLAEN – 15011101033
DENNYS S.E. KEREH – 15011101022
PATRICIA P. MATIALO – 15011101030
JIBRANDO TUMILAAR – 15011101043
HANA INDAH ARIFINT – 15011101023

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2017
Skenario 1

Rina adalah seorang gadis remaja berumur 14 tahun. Hari ini ia tidak ke sekolah karena
sementara mengalami haid dan merasa nyeri pada perut bagian bawah. Awalnya nyeri dibagian
perut kemudian menjalar ke bagian pinggang. Ia juga merasa mual, muntah, dan sakit kepala .
Menurut ibunya Ratna juga cepat marah dan mudah tersinggung. Ratna menarche usia 13 tahun.

Kata Sulit :

- Menarche : adalah pada saat haid/menstruasi yang datang pertama kali pada seorang
wanita yang sedang menginjak dewasa.

Kata Kunci :

- Seorang gadis remaja berumur 14 tahun


- Nyeri perut bagian bawah
- Nyeri perut dan menjalar ke bagian pinggang
- Mual, muntah, sakit kepala
- Cepat marah dan mudah tersinggung
- Menarche 13 tahun

Masalah Dasar

Seorang gadis remaja umur 14 tahun, mengalami haid dan merasa nyeri pada perut
bagian bawah dan menjalar ke bagian pinggang.
Pertanyaan dan pembahasan

1. Anatomi organ reproduksi pada wanita ?

Organ Genitalia Eksterna

 Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk bulat
yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas simfisis pubis. Mons pubis
banyak mengandung kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar,
dan ikal pada masa pubertas, yaitu sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Rata-
rata menarche (awitan haid) terjadi pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan
melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual). Semakin bertambahnya usia,
jumlah jaringan lemak di tubuh wanita berkurang dan rambut pubis menipis.
 Labia mayor

Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke
arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayor
memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah.  Labia mayor melindungi labia minor, meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang
vagina). Pada wanita yang belum pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor terletak
berdekatan di garis tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak
dan mengalami cedera pada vagina atau perineum, labia sedikit terpisah bahkan introitus
vagina terbuka. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayor.
Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki pigmen lebih
gelap daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar (sama dengan rambut di
mons pubis) dan semakin menipis kea rah luar perineum. Permukaan medial (arah dalam)
labia mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar
sebasea dan banyak kelenjar keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia
mayor sensitive terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya
jaringan saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual.

 Labia minor

Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab
menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minor sama dengan mukosa vagina merah
muda dan basah. Pembuluh darah yang banyak membuat labia berwarna merah kemerahan
dan memungkinkan labia minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus
fisik. Kelenjar di labia minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia
minor menjadi sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum.

 Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah
arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat sekitar 6×6 mm atau
kurang. Ujung badan klitoris dinamakan glans dan lebih sensitive daripada badannya. Saat
wanita secara seksual terangsang, glands dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang
memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi
komunikasi olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan
respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Klitoris bearasal dari
kata dalam bahasa Yunani, yang berarti “kunci” karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris
sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan, dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu
untuk menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.

 Prepusium klitoris

Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi bagian medial
dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium,
penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk
membentuk frenulum. Terkadang prepusium menutupi klitoris. Akibatnya, daerah ini terlihat
seperti sebagai suatu muara, yaitu sebagai meatus uretra. Bila memasukkan kateter ke daerah
yang sensitive ini, maka dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.

 Vestibulum

Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora,
klitoris, dan fourchette. Vestibulum  terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra
(vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus,
vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas,
friksi (celana jins yang ketat).
Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena letaknya dekat dan
menyatu dengan vulva. Meatus mempunyai muara dengan bentuk bervariasi dan berwarna
merah muda atau kemerahan, dan sering disertai tepi yang agak berkerut. Meatus menandai
bagian terminal atau distal uretra. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah klitoris.
Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang terletak pada arah
posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil lender yang
berfungsi sebagai pelumas.
Hymen merupakan lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat elastic, tetapi
kuat, dan terletak di sekitar introitus vagina. Pada wanita yang perawan, hymen dapat
menjadi penghalang pada pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau koitus.
Hymen ini bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan dapat mudah robek.
Terkadang hymen menutupi seluruh orifisum yang menyebabkan hymen tertutup secara
abnormal dan menghalangi pasase aliran cairan menstruasi, pemasangan alat (spekulum),
atau koitus. Setelah pemasangan alat, pemakaian tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat
terlihat sisa robekan hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis).
Kelenjar vestibulum mayor adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayor
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina. Beberapa duktus dengan panjang 1,5
cm, menjadi saluran pengeluaran drain setiap kelenjar. Setiap duktus membuka ke lekukan
antara hymen dan labia minor. Kelenjar mensekresi sejumlah kecil lender yang jernih dan
lengket, terutama setelah koitus. Keasaman lender yang rendah (pH tinggi)

 Fourchette

Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan
ujung bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium vagina. Suatu cekungan
kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen.

 Perineum

Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

Organ Genitalia Interna

 Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii.
Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian mesovarium ligament lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada
palpasi overium dapat digerakkan.
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran dan bentuk
setiap ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium
dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki
konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin.
Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang
membuat permukaan nodular menjadi kasar.
Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi hormone. Saat
lahir ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif).
Diantara interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum
matur dan mengalami ovulasi.
Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen,
progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.

 Tuba Fallopii

Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah
lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap
ovarium.
Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba
mempunyai lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan
mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, ebberapa diantaranya
bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat
menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.

Terdapat 4 segmen yang berubah di sepanjang struktur tuba fallopii, diantaranya :


-          Infundibulum
Merupakan bagian yang paling distal muaranya yang berbentuk seperti terompet
dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi bengkak dan hamper erektil saat ovulasi.
-          Ampula
Ampula ini membangun  segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum
bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula.
-          Istmus
Istmus terletak proksimal terhadap ampula.
-          Intersitital
Bagian ini melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan mempunyai
lumen berukuran paling kecil berdiameter < 1 mm. Sebelum ovum yang dibuahi dapat
melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulose yang
membungkusnya.
Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang
menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti gelombang.
Ovum didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh peristaltic lapisan
otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic. Aktivitas peristaltic tuba
fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi. Sel-sek
kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama berada di dalam tuba.

 Uterus

Uterus merupakan organ brdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir
terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita
yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang
pernah melahirkan, berat uterusnya adalah  75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari
beberapa factor, diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi
siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.
Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu :
-          Ligament rotundum
Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi tuba
fallopii. Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal
pada dua sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamin ini
memberikan stabilitas bagian atas uterus.
-          Ligament cardinal
Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi serviks.
-          Ligament uterosakral
Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan
behubungan dengan tulang sacrum.
Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral adalah sebagai penopang yang kuat pada
dasar pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan pada ligament ini, termasuk akibat tegangan
saat melahirkan, dapat menyebabkan prolaps uterus dan dasar pelvis ke dalam vagina
bahkan melewati vagina dan mencapai vulva.
Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
-         Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.
-          Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.
-          Istmus
Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang
dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan, dan persalinan.

Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
Endometrium  yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane
mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah
jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan
endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan
permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran
menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium,
sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling tebal
di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak ditemukan
di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada
lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis.
Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah
menstruasi dari tuba fallopii selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks
interna membantu mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat
memperlemah ostium interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium yang
memberi kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi :
-          Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong janin
ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.
-          Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh
darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena
kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut
tersebut, maak serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.
Peritoneum parietalis, suatu membrane serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan
serviks.

 Vagina

Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng
kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum
di antara labia minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah
belakang dank e atas.
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina
hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahnakan
kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke vagina dalam lingkaran
normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang desenden arteri uterus,
arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini
dikarenakan persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus. Vagina
merupakan sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan melakukan
koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.
Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra yang
didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar prostat pria. Selama
bangkitan seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang disretai ejakulasi
cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra. Fungsi dari vagina adalah
sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.

2. Jelaskan tentang siklus haid yang normal ?


Siklus Haid

Siklus haid adalah jarak antara hari pertama haid sampai pertama haid berikutnya. Siklus
haid dikatakan normal jika tidak kurang dari 24 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari dan pada
umumnya, siklus haid yang normal adalah setiap 28 hari. Haid normal merupakan hasil akhir
suatu siklus ovulasi. Ovulasi diawali dari pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal siklus,
diikuti ovulasi dari satu folikel dominan yang terjadi pada pertengahan siklus, kurang lebih 14
hari pascaovulasi.

Variasi panjang siklus haid merupakan manifestasi klinik variasi panjang fase folikuler di
ovarium, sedangkan fase luteal mempunyai panjang yang tetap berkisar antara 13-15 hari. Mulai
dari menarche sampai mendekati menopause, panjang fase luteal selalu tetap, dengan variasi
sempit/sedikit.

Siklus Ovarium

1. Fase Follicular – merupakan fase pertumbuhan folikel di ovarium dan biasanya berlangsung
sekitar 10 hari sampai 3 minggu.
Seiring bertumbuhnya folikel, sel granulosa (dibawah pengaruh FSH) dan sel Teka (dibawah
pengaruh LH) mulai memproduksi hormon steroid. Sel granulosa juga mulai mensekresi
AMH yang mengurangi sensitivitas folikel terhadap FSH yang mencegah pertambahan
folikel lain.

Sel-sel teka mensintesis androgen yang kemudian berdifusi ke sel-sel granulosa yang
kemudian oleh aromatase diubah menjadi estrogen. Dengan meningkatnya estrogen, muncul
feedback negatif terhadap sekresi FSH dan LH oleh kelenjar pituitari untuk mencegah
pertambahan folikel pada siklus yang sama. Seiring membersarnya folikel, sel-sel granulosa
mensekresikan cairan kedalam antrum yang mengandung hormon dan enzim yang
dibutuhkan untuk fase ovulasi.

Pada beberapa tahap fase folikular, beberapa folikel mengalami atresia atau kematian sel
sehingga hanya ada beberapa folikel yang sampai pada tahap final dan biasanya hanya satu.
Saat fase folikular akan berakhir, estrogen mencapai puncak. Sel-sel granulosa dari folikel
dominan mulai mensekresikan inhibin dan progesteron. Estrogen yang tadinya memberikan
feedback negatif, sekarang memberikan feedback positif yang menyebabkan preovulatory
GnRH surge. Akibatnya, sekresi LH meningkat tajam (LH Surge). Setelah 16-24 jam, ovulasi
terjadi.
2. Ovulasi – Folikel yang sudah dewasa mensekresikan collagenase untuk menghancurkan
collagen yang menyatukan sel-sel folikular. Penghancuran produk collagen memicu reaksi
inflamasi yang menarik leukosit untuk mensekresikan prostaglandin kedalam folikel dan
menyebabkan ruptur pada dinding folikel. Kemudian, oosit menyembur keluar bersama
cairan antrum.
3. Fase Luteal – Setelah folikel mengeluarkan oosit, folikel berubah menjadi corpus luteum
(corpus – badan, luteus – kuning). Corpus luteum kemudian mensekresikan hormon untuk
mempersiapkan kehamilan yaitu progesteron dan estrogen, progesteron merupakan hormon
yang dominan.

Dibawah pengaruh progesteron, endometrium menebal dan pembuluh darah tambahan


bertambah didalam jaringannya. Sel endometrium menyimpan lemak dan glycogen didalam
sitoplasmanya sebagai bekal pertumbuhan embrio.

3. Hormon – hormon apa saja yang berperan dalam siklus haid ?

Hormon – Hormon Yang berperan dalam Siklus Haid

Haid merupakan hasil kerja sama yang rapih dan baku dari sumbu Hypothalamus-
Hypophysis-Ovarium . Pada awal siklus sekresi gonadotropin (FSH,LH) Meningkat
perlahan, dengan sekresi FSH lebih dominan disbanding LH. Hal ini memicu beberapa
perubahan di Ovarium. Pada Awal Siklus didapatkan beberapa Folikel kecil , dan Folikel
pada tahap Antral yang sedang tumbuh. Pada Folikel didapatkan dua macam sel yaitu sel
teka dan sel granulosa yang melingkari sel telur, Oosit. Pada awal Siklus (Fase Folikuler)
reseptor LH hanya dijumpai pada sel teka. Sedangkan reseptor FSH hanya ada di sel
granulosa. LH memicu sel teka untuk menghasilkan hormon androgen yang kemudian
akan berdifusi ke sel granulosa. Dengan bantuan enzim aromatase, FSH mengkonversi
menjadi estrogen di sel granulosa. Pada fase awal (Fase Folikuler), peran FSH cukup
menonjol. Contohnya adalah :

- Memicu sekresi inhibin B di sel granulosa dan memberikan umpan balik negatif pada
sekresi FSH oleh hipofisis.
- Memicu proliferasi sel granulosa sehingga sel membesar
- Bersama FSH, memperbanyask reseptor FSH di sel granulosa

Stimulus tersebut menyebabkan pertumbuhan folikel antral menjadi lebih besar,


dan sekresi estrogen terus meningkat. Pada hari 5-7 siklus kadar estrogen dan Inhibin B
sudah cukup tinggi sehingga sekresi FSH ditekan, tetapi sekresi LH hanya dihambat
secara parsial dan tidak sepenuhnya. Sekresi FSH yang menurun ini menyebabkan atresia
Folikel-folikel kecil lainnya sehingga hanya tersisa satu folikel besar yang paling siap.
Folikel ini terus tumbuh, dan kadar estrogen terus meningkat. Pada peningkatan kadar
estrogen menjadi 200 pg/ml yang terjadi pada hari ke-12, terjadi stimulasi skeresi LH,
sehingga terjadi lonjakan LH. Pada akhir fase tersebut, kadar LH menjadi lebih dominan
dari FSH. Pada pertengahan siklus, reseptor LH mulai didapatkan pada sel granulosa.
Peran Lonjakan tersebut sangat penting, yaitu :
- Menghambat sekresi Oocyte maturation inhibitor yang dihasilkan oleh sel granulosa
sehingga terjadi re-inisiasi meiosis pada Oocyte dan menjadi matur.
- Memicu sel granulosa menghasilkan Prostaglandin yang menyebabkan Kontraksi dari
dinding Folikel
- Akan menyebabkan sedikit peningkatan sekresi progesteron.
Oleh Karena kadar Progesteron yang meningkat, terjadi :

- Peningkatan sekresi LH dan FSH (LH lebih dominan)


- Aktifnya enzim proteolitik yang membantu menghancurkan dinding Folikel agar Oosit
dapat keluar

Peningkatan kadar FSH memiliki fungsi :

- Membantu mengaktifkan enzim Proteolitik


- Bersama Estrogen membentuk reseptor LH di sel granulosa.
- Inhibin A mulai menggantikan inhibin B
Setelah itu, sekitar 36-48 jam dari awal Lonjakan LH, Oosit keluar dari folikel.
Proses ini dinamakan Ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi luteinisasi sel granulosa menjadi
sempurna. Sekresi Progesteron juaga meningkat tajam, sehingga menghambat sekresi
gonadotropin (FSH, LH) namun LH tetap lebih dominan. Sekresi LH diperlukan untuk
mempertahankan vaskularisasi dan sintesa steroid sex di korpus luteum selama fase
luteal. Pada fase ini, estrogen menurun , tetapi kembali meningkat dengan mekanisme
yang belum jelas. Pada fase luteal, kadar Progesteron dan Estrogen meningkat
(Progesteron lebih dominan) dan mencapai puncaknya pada pada 7 hari pasca ovulasi,
pada pertengahan fase luteal. Apabila tidak terjadi Pembuahan, maka kadar keduanya
menurun perlahan Karena korpus luteum mulai mengalami atresia. Kurang lebih 14 hari
pasca ovulasi, kadar progesteron dan estrogen cukup rendah, mengakibatkan sekresi
gonadotropin meningkat kembali, dengan FSH lebih dominan dibandingkan LH, dan
memasuki siklus baru berikutnya.

Apabila terjadi pembuahan. maka beta human chorionic gonadotropin (B-hCG)


akan mulai dihasilkan oleh sel trofoblas. B-hCG memacu steroidogenesis di korpus
luteum , sehingga kadar progesteron dipertahankan, tidak turun, dan tidak terjadi haid.

REFERENSI

- Sherwood, Lauralee. Human Physiology from cells to system. 9th edition. Boston :
Cengage Learning. 2014
- Buku Ilmu Kebidanan (nanti nama penulisnya dan tahun terbit dikirim menyusul)
4. Anamnesis pada kasus ?

 Identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat)

 Keluhan utama : nyeri perut bagian bawah yang menjalar ke pinggang

 Riwayat penyakit sekarang

 Riwayat penyakit dahulu : apakah pernah menderita penyakit berat seperti ginjal,
diabetes melitus, bagaimana cara pengobatannya, apakah penyakit tersebut diderita
sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang

 Riwayat haid : usia saat menstruasi pertama (menarche) dan timbulnya gejala, siklus
haid teratur atau tidak, lama dan jumlah aliran menstruasi, banyaknya darah waktu
haid, disertai nyeri atau tidak (deskripsi nyeri : rasa kram spasmodic atau menetap,
lokasi menyeluruh atau spesifik, unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah
menyebar ke punggung atau paha, memburuk saat dipalpasi atau bergerak, apakah
ada keputihan (flour albus) jika ada ditanyakan sudah berapa lama keluhan itu, terus
menerus atau pada waktu-waktu tertentu saja, jumlah, warna bau disertai gata/nyeri
atau tidak, pernah mengalami gangguan haid seperti amenorea, dll

 Riwayat keluarga : apakah keluarga pernah mengalami dismenorea sebelumnya

 Riwayat kehamilan : G0P0A0

 Riwayat miksi : apakah ada rasa nyeri waktu kencing, seberapa sering kencing,
retensi urin, kencing tidak lancar atau tidak tertahan

 Defekasi : apakah bab ada kesulitan defekasinya, apakah defekasi disertai nyeri, atau
encer disertai lendir atau darah

 Gaya hidup : olahraga, stress, alkohol,dll

5. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada penderita


gangguan haid ?

Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum ( tensi, nadi, suhu, respirasi, conjungtiva anemis )

 Pemeriksaan ginekologi : pemeriksaan abdomen ( inspeksi,papasi abdomen) dan


pemeriksaan genitalia ekterna (inspeksi vulva untuk melihat adanya ulkus,
pembengkakan, pus, darah), RT
Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan laboraturium biasa

Tidak selalu,akan tetapi apabila dianggap perlu,dilakukan pemeriksaan darah dan


urine.Kadar hb diperiksa pada wanita yang tampak pucat mengalami perdarahan,pada
wanita hamil,dan pada persangkaan kehamilan ekstra uterin terganggu.Urine dapat
diperiksa pada setiap wanita hamil (proteinuria) dan pada persangka kelainan saluran
kencing(sedimen).

 Pemeriksaan kadar hormon FSH, LH, Estrogen, Progesteron

 Pemeriksaan dengan sinar roentgen yaitu untuk keperluan diagnostik


infertilitas,mencari kelainan bawaan pada ginetalia interna,untuk diagnosa masa
tomor,untuk mencari kelainan pada alat saluran kencing.

 Sistoskopi yaitu untuk visualisasi batu ginjal dan polip di dalam kandung kencing dan
untuk mencari metastasis karsinoma servisis uteri di kandung kencing.

 Histeroskopi yaitu untuk visualisasi keadaan dan kelainan di rongga uterus.

 Rektoskopi yaitu pemeriksaan pada wasir dan persangkaan karsinoma rectum.

6. Diagnosis dan diagnosis banding ?


Diagnosis : Dismenore Primer

Pengertian

Nyeri haid (dismenorea) merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit.
Nyeri haid ini timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu
atau lebih gejala mulai dari nyeri yang ringan sampai berat pada perut bagian bawah,
bokong, dan nyeri spasmodic pada sisi medial paha. Mengingat sebagian besar wanita
mengalami beberapa derajat nyeri pelvic selama haid, maka istilah dismenorea hanya
dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat sampai menyebabkan penderita terpaksa
mencari pertolongan dokter atau pengobatan sendiri dengan analgesic.Yang dimaksud
dismenorea berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri
kepala dan bahkan kadang-kadang pingsan.Secara klinis dismenorea dibagi menjadi
dua, yaitu dismenorea primer dan sekunder.

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi (dra.Sylvia Saraswati,2010)
Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah ( Prawirohardjo,2011)

Jenis – Jenis Dismenore

o Dismenorea primer adalah dismenorea yang terjadi sejak usia pertama sekali
datang haid yang disebabkan oleh faktor intrinsic uterus, berhubungan erat
dengan ketidakseimbangan hormone steroid seks ovarium tanpa adanya kelainan
organic dalam pelvis. Terjadi pada usia remaja, dan dalam 2-5 tahun setelah
pertama kali haid (menarchea). Nyeri sering timbul segera setelah mulai haid
teratur. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic dan sering disertai
mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala. Untuk dismenore primer dapat
diberikan obat-obat penghambat sintesis prostaglandin seperti asam mefenamat,
asetaminofen, dan indometasin. Obat-obat jenis ini diberikan 1-2 hari menjelang
haid dan diteruskan sampai hari kedua atau ketiga siklus haid.( Dr.Hendra,2008)
o Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi yang
paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-tahun normal dengan
siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada Dismenore
sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah ada. Penyebab
yang umum, diantaranya termasuk endometriosis, adenomyosis, polip
endometrium, chronic pelvic inflamatory disease, dan penggunaan peralatan
kontrasepsi atau IU(C)D (Intrauterine (Contraceptive) Device). Hampir semua
proses apapun yang mempengaruhi pelvic viscera dapat mengakibatkan nyeri
pelvis siklik (Anurogo & Wulandari, 2011).

DIAGNOSIS BANDING :

- Dismenorea Sekunder
- Apendisitis
Sumber : Buku Diagnosis banding dalam Obsteri dan ginekologi Hal 306 “Periode
Menstruasi, Nyeri (Dismenorea)

7. Etiologi dan faktor resiko ?

Etiologi

o Kadar prostaglandin F2α yang berlebihan pada cairan endometrium.

Faktor Resiko

 Usia menarke yang lebih dini (< 12 tahun)


 Nuliparitas
 Menstrual flow yang lama atau banyak
 Merokok
 Riwayat keluarga
 Obesitas

8. Patofisiologi ?

Dismenorea primer terjadi bila periode menstruasi menyakitkan dan tidak


ditemukan adanya penyebab psikologis. Dismenorea primer biasanya terjadi dalam 6-12
bulan pertama setelah menarche segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory
cycle) ditetapkan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing
endometrial cells) melepaskan prostaglandin yang  menyebabkan iskemia uterus melalui
kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin terbukti
ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dismenorea berat. Kadar ini
meningkat terutama selama 2 hari pertama menstruasi.
Molekul yang berperan pada dismenorae adalah prostaglandin F2α yang selalu
menstimulasi kontraksi uterus, dan prostaglandin E2α yang menghambat kontaksi uterus.
Keluhan mual, muntah, nyeri kepala atau diare sering menyertai dismemorea yang diduga
karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik.
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3x lipat terjadi di fase folikuler menuju
fase luteal yang diikuti dengan penurunan progesteron pada fase luteal membuat
membran lisosoma menjadi tidak stabil sehingga melepaskan enzim lisosomal. Pelepasan
enzim ini menyebabkan pelepasan enzim phospholipide A2 yang berperan pada konversi
phospholipide menjadi asam arakidonat. Selanjutnya menjadi PGF2α dan prostaglandin
E2 (PGE2) melalui siklus endoperoxidase dengan perantara prostaglandin G2 (PGG2)
dan prostaglandin H2 (PGH2).
Peningkatan prostaglandin di endometrium menimbulkan peningkatan tonus miometrium
dan kontraksi uterus yang berlebihan. Leukotrin juga telah diterima untuk mempertinggi
sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus. Hormon pituitary posterior, vasopressin,
terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus,
dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer. Peranan vasopressin di endometrium
dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.

Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta : EGC, edisi 7
volume 2
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC, edisi 6 Volume 2

9. Morfologi ovarium dan morfologi endometrium pada saat haid ?


Morfologi ovarium.
1. Fase Folikuler
Pada fase ini ada terdapat beberapafoliker antral yang tumbuh, tetapi pada hari ke
5 – 7 hanya satu folikel dominan yang tetap tumbuh akibat sekresi FSH yang menurun.

- Folikel Primordial
Folikel ini dibentuk sejak pertengahan kehamilan sampai beberapa saat pasca-
persalinan. Folikel ini merupakan folikel yang sedang tidak tumbuh, berisi oosit dalam
fase pembelahan meiosis profase yang terhenti pada tahap diplotene, dikelilingi oleh 1
lapis sel granulosa yang kurus panjang ( spindle-shape ).

- Folikel Preantral
Pada folikel ini tampak oosit membesar, dikelilingi oleh membrane, zona
pellucida. Sel granulosa mengalami proliferasi, menjadi berlapis-lapis, sel teka terbentuk
dari jaringan sekitarnya.

- Folikel Antral
Akibat stimulus FSH dan Estrogen yang sinergi menhasilkan sejumlah cairan
yang semakin banyak, terkumpul dalam ruangan antara sel granulosa dan membentuk
ruangan/rongga (antrum) yang memisahkan sel granulosa menjadi 2, sel granulosa yang
menempel pada dinding folikel dan yang mengelilingi oosit, dan pada saat ini folikel
disebut folikel antral. Sel granulosa yang mengelilingi oosit disebut kumulus ooforus
yang berperan untuk menangkap sinyal yang berasal dari oosit, sehingga terjadi
komunikasi yang erat antara oosit dan sel granulosa.

- Folikel Preovulasi
Folikel dominan yang terus bertumbuh membesar menjadi folikel preovulasi.
Pada folikel ini tampak sel granulosa membesar, terdapat perlemakan, sel teka
mengandung vakuol,dan banyak mengandung pembuluh darah, sehingga folikel tampak
hiperemi.

2. Fase Ovulasi
Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen (estradiol) yang tinggi yang
dihasilkan oleh folikel preovulasi, memacu sekresi prostaglandin , dan progesterone
bersama dengan lonjakan FSH yang mengaktivasi enzim proteolitik, menyebabkan
dinding folikel “pecah”. Kemudian sel granulosa yang melekat pada membrane
basalis pada seluruh dinding folikel berubah menjadi sel luteal.

3. Fase Luteal
Menjelang dinding folikel “pecah” dan oosit keluar saat ovulasi, sel granulosa
membesar, timbul vakuol dan penumpukan pigmen kuning, lutein proses luteinisasi,
yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum. Selama 3 hari pascaovulasi, sel
granulosa terus membesar membentuk korpus luteum bersama sel teka dan jaringan
stroma disekitarnya. Pada siklus haid normal, korpus luteum akan mengalami regresi
9 – 11 hari pascaovulasi dengan mekanisme yang belum diketahui. Kemungkinan
korpus luteum mengalami regresi akibat dampak luteolisis estrogen yang dihasilkan
oleh korpus luteum sendiri.

Morfologi Endometrium
- Fase Proliferasi
Fase ini dikaitkan dengan fase folikuler proses folikulogenesis di ovarium.
Siklus haid sebelumnya menyisakan lapisan basalis endometrium dan sedikit sisa
lapisan spongiosum dengan ketebalan beragam. Lapisan spongiosum merupakan
lapisan fungsional yang langsung menempel pada lapisan basalis. Pada fase folikuler,
folikulogenesis menghasilkan estrogen yang memicu penebalan endometrium dan
sembuh dari perlukaan haid sebelumnya. Pertumbuhan endometrium dinilai
berdasarkan penampakan histologi dari kelenjar, stroma, dan pembuluh darah (arteria
spiralis). Pada awalnya kelenjar lurus pendek, ditutupi oleh epitel silindris pendek.
Kemudian epitel kelenjar , mengalami proliferasi dan pseudostratifikasi, melebar
kesamping sehingga mendekati dan bersentuhan dengan kelenjar disebelahnya.
Epitel penutup permukaan kavum uteri yang rusak dan hilang saat haid sebelumnya
terbentuk kembali. Stroma endometrium awalnya padat akibat haid sebelumnya
menjadi edema dan longgar. Arteria spiralis lurus tidak bercabang, menembus stroma,
menuju permukaan kavum uteri sampai tepat di bawah membrane epitel penutup
permukaan kavum uteri. Tepat di bawah epitel permukaan kavum uteri, arteria
spiralis membentuk anyaman longgar pembuluh darah kapiler.

- Fase Sekresi
Proliferasi epitel berhenti 3 hari pascaovulasi. Sebagian jaringan endometrium
tetap tumbuh tetapi dengan struktur dan tebal yang tetap, sehingga mengakibatkan
kelenjar menjadi berliku dan arteri spiralis terpilin. Tampak aktivitas sekresi di dalam
kelenjar, didapatkan pergerakan vakuol dari intraselular menuju intraluminal. Pada
fase ini tampak kelenjar menjadi lebih berliku dan menggembung, epitel permukaan
tersusun seperti gigi, dengan stroma endometrium menjadi lebih edema dan arteria
spiralis lebih terpilin lagi.

- Fase Implantasi
Pada fase ini kelenjar tampak sangat berliku dan menggembung, kelenjar
mengisi hampir seluruh ruangan dan hanya sedikit yang terisi oleh stroma. Pada 7
hari pascaovulasi sesuai dengan pertengahan fase luteal, saat puncak kadar estrogen
dan progesterone yang bertepatan dengan saat implantasi, stroma endometrium
mengalami edema hebat dan proliferasi pembuluh darah sehingga arteria spiralis
tampak terpilin. Pada hari ke-22-23 tampak sel desidua sekitar pembuluh darah, inti
sel membesar, aktivitas mitosis meningkat, dan membentuk membrane basal. Pada
hari ke-13 pascaovulasi (hari 27 siklus), akhir fase luteal atau akhir fase sekresi tebal
endometrium terbagi menjadi 3 bagian

 Startum basalis, merupakanbagian yang menmpel langsung ke myometrium dan


tidak mengalami perubahan (nonfungsional), bagian paling tipis (< seperempat tebal
endometrium), dan tampak pembuluh darah yang lurus dikelilingi stroma dengan sel
yang kurus dan memanjang.
 Stratum spongiosum, lapisan tengah merupakan bagian yang paling tebal (~50%
tebal endometrium),tampak stroma yang longgar dan edema, tetapi penuh terisi
arteria spiralis yang sangat terpilin hebat, dan kelenjar yang melebar dan
menggembung.
 Startum kompaktum, lapisan superfisial yang berbatasan dengan kavum
endometrium/kavum uteri (25% tebal endometrium) dengan gambaran stroma yang
agak menonjol dan membesar dengan bentuk segi banyak. Sitoplasma sel stroma
melebar membentuk sudut segi banyak, saling mendekat dengan sel stroma yang lain
sehingga membentuk lapisan yang kokoh (Stratum kompaktum). Leher kelenjar
endometrium berjalan melintang, terjepit dan tampakkurang menonjol. Arteri spiralis
dan kapiler di bawah epitel permukaan endometrium tampak terbendung. Pada hari
ke-26-27 siklus haid, ekstravasasi sel lekosit polinuklear menyusup masuk ke dalam
stroma endometrium.

Selama fase sekresi terdapat sel granulosit yang disebut sel K (Kornchenzellen) yang
mempunyai peran sebagai immune protective saat inplantasi dan plasentasi dan
mecapaipuncaknya pada kehamilan trimester I

- Fase Deskuamasi
Pada hari ke-25 siklus (3 hari menjeang haid) predesidual membentuk stratum
kompaktum pada bagian ataslapisan fungsionalis endometrium. Bila tidak terjadi
kehamilan maka usia korpus luteum berakhir diikuti kadar estrogen dan progesterone
semakin berkurang yang dapat menyebabkan beberapa rangkaian peristiwa di
endometrium seperti

1. Tebal Endometrium Menurun


Jika tebal endometrium berkurang maka aliran darah ke arteria spiralis dan aliran
vena menurun dan terjadilah vasodilatasi. Kemudian arteriol spiralis mengalami
vasokonstriksi dan relaksasi secara ritmik, dengan vasokonstriksi semakin dominan,
berlangsung semakin lama, dan endometrium menjadi pucat. Oleh karena itu, 24 jam
menjelang haid endometrium mengalami iskemia dan terbendung statis.
2. Apoptosis
Pada awal fase sekresi, asam fosfat dan enzim lisis yang kuat didapatkan di dalam
lisosom, dan pelepasannya dihambat oleh progesterone. Kadar estrogen dan progesterone
yang rendah menyebabkan enzim tersebut terlepas masuk ke dalam sitoplasma epitel,
stroma, sel endotel, dan ruang interseluler. Enzim tersebut menhancurkan sel di
sekitarnya dan mengakibatkan dilepaskannya prostaglandin, ekstravasasi sel darah merah,
nekrosis jaringan, dan thrombosis pembuluh darah.

3. Pelepasan Endometrium
Sekresi MMPs yang meningkat diakibatkan oleh menurunnya kadar prostaglandin
di endometrium menyebabkan membrane sel hancur dan matriks ekstraseluler rusak,
sehingga jaringan endometrium hancur dan terlepas, yang akan diikuti dengan haid.

Sumber: Buku Ilmu Kandungan Edisi Ketiga

10. Penatalaksanaan yang di perlukan pada wanita yang mengalami gangguan haid ?

Penanganan

1. Penerangan Dan Nasehat


Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dysmenorrhea adalah gangguan yang tidak
berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara
hidup , pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita.

2. Pemberian Obat Analgetik


Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat diberikan sebagai terapi
simtomatik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas
pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgetik yang sering diberikan
adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat yang beredar di
pasaran ialah antara lain novalgin, Ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

3. Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara
dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dysmenorrhea primer,
atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid
tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai denganpemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi (Prawihardjo, 1999).
4. Nutrisi
Beberapa suplemen gizi telah diindikasikan sebagai efektif dalam mengobati
dysmenorhea, termasuk omega-3 fatty acid, magnesium, vitamin E, seng, dan tiamin
(vitamin B1). Penelitian menunjukkan bahwa salah satu mekanisme yang mendasari
dysmenorrhea adalah terganggunya keseimbangan antara anti-inflamasi (vasodilator
eikosanoid) yang berasal dari omega-3 asam lemak, dengan pencetus peradangan
(vasokonstriktor eikosanoid) yang berasal dari omega-6 fatty acid. Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa asupan omega-3 asam lemak dapat membalikkan gejala
dysmenorrhea, dengan mengurangi jumlah omega-6 FA di membran sel. Adapun sumber
makanan yang kaya omega-3 asam lemak banyak ditemukan dalam minyak rami. Asupan
magnesium oral juga telah banyak membantu seperti telah melalui penelitian dua double-
blind, placebo-controlled studi yang menunjukkan efek terapi positif magnesium pada
dysmenorrhea. Penelitian A randomized, double blind, controlled trial menunjukkan pula
bahwa asupan vitamin E oral mengurangi nyeri dysmenorrhea primer dan mengurangi
kehilangan darah. Sebuah kajian sejarah kasus menunjukkan bahwa seng, dalam 1-330
miligram dosis diberikan setiap hari selama satu sampai empat hari sebelummenstruasi,
dapat mencegah penyebab utama timbulnya nyeri dari haid dan semua kram menstruasi.
Pengambilan tiamin (vitamin B1) telah didemonstrasikan untuk memberikan efek
"kuratif" pada 87% dari perempuan yang mengalami dysmenorrhea.

Sumber : ilmu kandungan, edisi kedua

11. Komplikasi dan Prognosis ?


Komplikasi Secara medis komplikasi pada dismenorea primer tidak ada, tetapi
kondisi ini dapat mempengaruhi kondisi psikis maupun social penderita.

Prognosis pada kasus ini yaitu tergantung penatalaksaan yang dilakukan, akan
tetapi bila dalam penatalaksanaan dilakukan dengan penggunaan NSAID, maka prognosis
dismenore primer sangat baik. Medscape

Kesimpulan

Seorang perempuan remaja umur 14 tahun, mengalami haid dan nyeri perut bagian
bawah yang menjalar sampai ke pinggang di diagnosis dismenorea primer dengan prognosis
baik.
Skenario 2

Nyonya Tuti, 44 tahun, datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan keputihan
berulang. Keluhan ini mulai dirasakan penderita sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat perdarahan
setelah senggama. Penderita tidak mengalami keluhan pada BAB dan BAK. Penderita sudah
berobat tapi tidak sembuh-sembuh. Penderita belum pernah Pap Smear.

Kata sulit

Kata kunci

Masalah Dasar

Anda mungkin juga menyukai