Anda di halaman 1dari 43

L3 Sk3 Endokrin Menstruasi tidak teratur

Fahira Adipramesti Lubis (1102015068)

1. Anatomi Reproduksi Wanita


Makro

Anatomi genitalia externa

Gambar 1. Anatomi eksterna wanita


Sumber : Faiz O, Moffat D.2004.At a glance: Anatomi.Jakarta:Penerbit Erlangga.

Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang
lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas simfisis pubis. Mons pubis banyak
mengandung kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan
ikal pada masa pubertas, yaitu sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Rata-rata
menarche (awitan haid) terjadi pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan
melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual). Semakin bertambahnya usia,
jumlah jaringan lemak di tubuh wanita berkurang dan rambut pubis menipis.

Labia mayor
Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke
arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayor
memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Labia mayor melindungi labia minor, meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang
vagina). Pada wanita yang belum pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor terletak
berdekatan di garis tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak
dan mengalami cedera pada vagina atau perineum, labia sedikit terpisah bahkan introitus
vagina terbuka. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayor.

Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar (sama dengan rambut di mons
pubis) dan semakin menipis kea rah luar perineum. Permukaan medial (arah dalam) labia
mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar
sebasea dan banyak kelenjar keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia
mayor sensitive terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya
jaringan saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual.

Labia minor
Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab
menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minor sama dengan mukosa vagina merah
muda dan basah. Pembuluh darah yang banyak membuat labia berwarna merah kemerahan
dan memungkinkan labia minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus
fisik. Kelenjar di labia minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia
minor menjadi sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum.

Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah arkus
pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat sekitar 66 mm atau kurang.
Ujung badan klitoris dinamakan glans dan lebih sensitive daripada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glands dan badan klitoris membesar.

Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang
memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi
komunikasi olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan
respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Klitoris bearasal dari
kata dalam bahasa Yunani, yang berarti kunci karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris
sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan, dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu
untuk menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.

Prepusium klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi bagian medial dan
lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup
yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk
membentuk frenulum. Terkadang prepusium menutupi klitoris. Akibatnya, daerah ini
terlihat seperti sebagai suatu muara, yaitu sebagai meatus uretra. Bila memasukkan kateter
ke daerah yang sensitive ini, maka dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.

Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora,
klitoris, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra
(vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus,
vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas,
friksi (celana jins yang ketat).

Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena letaknya dekat dan menyatu
dengan vulva. Meatus mempunyai muara dengan bentuk bervariasi dan berwarna merah
muda atau kemerahan, dan sering disertai tepi yang agak berkerut. Meatus menandai bagian
terminal atau distal uretra. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah klitoris.
Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang terletak pada arah
posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil lender yang
berfungsi sebagai pelumas.

Hymen merupakan lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat elastic, tetapi kuat, dan
terletak di sekitar introitus vagina. Pada wanita yang perawan, hymen dapat menjadi
penghalang pada pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau koitus. Hymen
ini bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan dapat mudah robek. Terkadang
hymen menutupi seluruh orifisum yang menyebabkan hymen tertutup secara abnormal dan
menghalangi pasase aliran cairan menstruasi, pemasangan alat (spekulum), atau koitus.
Setelah pemasangan alat, pemakaian tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat terlihat
sisa robekan hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis).

Kelenjar vestibulum mayor adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayor masing-
masing satu pada setiap sisi orifisium vagina. Beberapa duktus dengan panjang 1,5 cm,
menjadi saluran pengeluaran drain setiap kelenjar. Setiap duktus membuka ke lekukan
antara hymen dan labia minor. Kelenjar mensekresi sejumlah kecil lender yang jernih dan
lengket, terutama setelah koitus. Keasaman lender yang rendah (pH tinggi)

Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung
bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil
dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen.

Perineum
Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perineum membentuk dasar badan perineum.
http://genetaliaeksternadaninternapadawanita.blogspot.com/2011/03/anatomi-dan-
fisiologi-saluran.html

Anatomi Genitalia Interna

Organ genitalia interna pada wanita meliputi ovarium, tuba fallopii, uterus, dan
vagina. Berikut organ genitalia interna pada wanita:

Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii. Dua
ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian mesovarium ligament lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada
palpasi overium dapat digerakkan.

Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran dan bentuk setiap
ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat
menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki
konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin.
Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang
membuat permukaan nodular menjadi kasar.

Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi hormone. Saat lahir
ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara
interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan
mengalami ovulasi.

Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen,
progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.
Tuba Fallopii
Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.

Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai
lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di
bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, ebberapa diantaranya bersilia
dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi.
Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.

Terdapat 4 segmen yang berubah di sepanjang struktur tuba fallopii, diantaranya :


- Infundibulum
Merupakan bagian yang paling distal muaranya yang berbentuk seperti terompet
dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi bengkak dan hamper erektil saat ovulasi.
- Ampula
Ampula ini membangun segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum
bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula.
- Istmus
Istmus terletak proksimal terhadap ampula.
- Intersitital
Bagian ini melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan mempunyai lumen
berukuran paling kecil berdiameter < 1 mm. Sebelum ovum yang dibuahi dapat
melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulose yang
membungkusnya.

Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang


menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti gelombang.
Ovum didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh peristaltic lapisan
otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic. Aktivitas peristaltic
tuba fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi. Sel-
sek kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama berada di dalam tuba.

Uterus
Uterus merupakan organ brdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir
terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita
yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang
pernah melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari
beberapa factor, diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi
siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.

Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu :

1. Ligament rotundum
Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi tuba fallopii.
Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal pada dua
sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamin ini memberikan stabilitas
bagian atas uterus.

2. Ligament cardinal
Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi serviks.

3. Ligament uterosakral
Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan
behubungan dengan tulang sacrum.

Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral adalah sebagai penopang yang kuat pada dasar
pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan pada ligament ini, termasuk akibat tegangan saat
melahirkan, dapat menyebabkan prolaps uterus dan dasar pelvis ke dalam vagina bahkan
melewati vagina dan mencapai vulva.

Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.
2. Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.
3. Istmus
Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang dikenal
sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.

Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan, dan persalinan.

Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian
lapisan luar peritoneum parietalis.

Endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane
mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan
ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan
miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat
dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berkahir, tebal
endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi
mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.

Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang membentang
ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling tebal di fundus,
semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks.

Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak ditemukan
di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada lapisan
miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis. Sedangkan
pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba
fallopii selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu
mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium
interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.

Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium yang memberi
kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi :
a) Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong
janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.
b) Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh
darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena
kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara
serabut tersebut, maak serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.

Peritoneum parietalis, suatu membrane serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan serviks.

Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung kemih
dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia
minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah belakang dan ke
atas.

Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina
hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.

Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahnakan
kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke vagina dalam
lingkaran normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.

Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang desenden arteri uterus,
arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini
dikarenakan persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus. Vagina
merupakan sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan melakukan
koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.
Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra yang
didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar prostat pria. Selama
bangkitan seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang disretai
ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra. Fungsi dari
vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.

http://genetaliaeksternadaninternapadawanita.blogspot.com/2011/03/anatomi-dan-
fisiologi-saluran.html

Perdarahan
Perdarahan alat reproduksi wanita berasal dari A. iliaca interna cabang dari A. iliaca
communis. A. iliaca interna ini kemudian akan bercabang menjadi A. hipogastrica dan
selanjutnya akan bercabang ke organ-organ:
Uterus:
A. hipogastrica akan bercabang ke uterus menjadi A. uterina. A. uterine ini kemudian akan
berjalan kearah ovarium (A. uterine rr. Ovaiana) dan memperdarahi ovarium dan akan
memperdarahi tuba (A. uterina rr. Tuba)
Vagina
A. hipogastrica juga akan berjalan kea rah vagina dan memperdarahi vagina sebagai (A.
vaginalis)

Mikro
a. Uterus
Dari segi histologi, uterus terdiri dari tiga lapisan:
1) Lapisan serosa atau peritoneum viseral yang terdiri dari sel mesotelial.
2) Lapisan muscular atau miometrium yang merupakan lapisan paling tebal di uterus dan
terdiri dari serat otot halus yang dipisahkan oleh kolagen dan serat elastik. Berkas otot
polos ini membentuk empat lapisan yang tidak berbatas tegas. Lapisan pertama dan
keempat terutama terdiri atas serat yang tersusun memanjang, yaitu sejajar dengan
sumbu panjang organ. Lapisan tengah mengandung pembuluh darah yang lebih besar.
3) Lapisan endometrium yang terdiri atas epitel dan lamina propia yang mengandung
kelenjar tubular simpleks. Sel-sel epitel pelapisnya merupakan gabungan selapis sel-
sel silindris sekretorus dan sel bersilia. Jaringan ikat lamina propia kaya akan fibroblas
dan mengandung banyak substansi dasar. Serat jaringan ikatnya terutana berasal dari
kolagen tipe III. Lapisan endometrium dapat dibagi menjadi dua zona:
a. Lapisan fungsional yang merupakan bagian tebal dari endometrium. Perubahan
siklik dibagi menjadi beberapa tahap:

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/19_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/20_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/96_01.jpg

- Proliferatif (atau folikular), dibawah pengaruh estrogen ovarium, stratum


functionale semakin tebal dan kelenjar uterus memanjang dan berjalan lurus di
permukaan. A. Spiralis memanjang berkelok-kelok.
- Sekretorik (atau luteal), dimulai setelah folikel matur. Perubahan pada
endometrium disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang
disekresi oleh korpus luteum fungsional, akibatnya stratum functionale dan
stratum basale endometrium menjadi lebih tebal karena bertambahnya sekresi
kelenjar dan edema lamina propria, epitel kelenjar uterus mengalami hipertrofi
akibat adanya akumulasi sekretorik yang kaya karbohidrat. A. Spiralis terus
berjalan ke bagian atas endometrium dan tampak jelas karena dindingnya tebal.
Selama fase sekretori, stratum functionale endometrium ditandai oleh
perubahan epitel permukaan silindris, kelenjar uterus dan lamina propria.
Stratum basale menunjukkan perubahan minimal.
- Menstruasi, endometrium di stratum functionale mengalami degenerasi dan
terlepas. Endometrium yang terlepas mengandung kepingan-kepingan stroma
yang hancur, bekuan darah, dan kelenjar uterus beserta produknya. Stratum
basal endometrium tetap tidak terpengaruh selama fase ini. Bagian distal A.
Spiralis mengalami nekrosis, sedangkan bagian arteri yang lebih dalam tetap
utuh.

b. Lapisan basal yang paling dalam dan berdekatan dengan miometrium. Lapisan ini
mengandung lamina propia dan bagian awal kelenjar uterus. Lapisan ini berperan
sebagai bahan regenerasi dari lapisan fungsional dan akan tetap bertahan pada
fase menstruasi. Endometrium adalah jaringan yang sangat dinamis pada wanita
usia reproduksi. Perubahan pada endometrium terus menerus terjadi sehubungan
dengan respon terhadap perubahan hormon, stromal, dan vaskular dengan tujuan
akhir agar nantinya uterus sudah siap saat terjadi pertumbuhan embrio pada
kehamilan. Stimulasi estrogen dikaitkan erat dengan pertumbuhan dan proliferasi
endometrium, sedangkan progesteron diproduksi oleh korpus luteum setelah
ovulasi menghambat proliferasi dan menstimulasi sekresi di kelenjar dan juga
perubahan predesidual di stroma.

Tuba falopii terdiri atas 4 segmen yaitu bagian Intramural (Pars Interstitial), Istmus, Ampula,
Infundibulum . Jari2/jumbai melebar ke arah ovarium disebut fimbriae. Secara histologi,
dinding tuba uterina terdiri dari 3 lapisan: tunika mukosa, tunika muskularis, tunika serosa.

(Junqueira, L. C. and Carneiro, J., 2007. Histologi dasar. 10th ed. Jakarta: EGC.)

b. Ovarium
Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau kuboid, yakni epitel germinal. Di
bawah lapis epitel germinal terdapat sebuah lapisan jaringan ikat padat yang tidak berbatas
jelas membentuk tunika albuginea. Jaringan korteks ovarium berada di bawah tunika
albuginea. Di sini terdapat sejumlah besar folikel ovarium sedang berkembang pada fase yang
berbeda-beda.

Sebuah folikel ovarium terdiri atas sebuah oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan
sel folikel. Folikel dibagi ke dalam tiga fase perkembangan, yaitu folikel primordial, folikel
berkembang, dan folikel de Graaf atau matang.

Folikel primordial paling banyak dijumpai saat sebelum kelahiran. Terdiri atas sebuah oosit
primer dengan inti dan anak inti besar yang dibungkus oleh selapis sel folikel gepeng.
Sementara folikel berkembang, stroma ovarium yang mengelilingi folikel akan
berdeferensiasi menjadi teka interna dan teka eksterna. Teka interna kaya akan vaskular dan
teka eksterna terutama terdiri atas jaringan ikat. Tidak ada pembuluh darah dalam lapisan
granulosa.

Sewaktu folikel berkembang pula, terbentuk ruang-ruang kecil di antara sel folikel yang berisi
cairan folikel. Folikel ini disebut folikel sekunder. Kemudian ruang-ruang ini menyatu dan
akhirnya hanya membentuk satu ruang besar yang disebut antrum. Sel-sel dari lapisan
granulosa berkumpul pada satu bagian dinding folikel, membentuk bukit kecil sel-sel,
yaitu kumulus ooforus, yang mengandung oosit. Kumulus ooforus ini menonjol kedalam
antrum. Oosit tidak akan bertumbuh lagi dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang disebut
korona radiata. Folikel ini kini benama folikel de Graaf atau matang.

Proses ovulasi terdiri atas pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum. Ovum bersama zona
pelucida, sel-sel yang meliputinya, dan beberapa cairan antrum meninggalkan ovarium dan
masuk ke dalam tuba uterina. Setelah ovulasi, sel granulosa dan sel-sel dari teka interna
yang menetap dalam ovarium membentuk kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus
luteum yang mensekresikan progesteron dan estrogen.

Struktur ovarium terdiri dari:


a) Korteks di bagian luar, terdiri dari:
- Stroma padat, mengandung folikel ovarium. Stroma berbentuk jala retikulin dengan sel
bentuk gelendong.
- Sebelum pubertas hanya tdpt folikel primitif atau primer.
- Kematangan seks: adanya folikel yang berkembang dan hasil akhirnya berupa korpus
luteum, folikel atretis.
- Saat menopause folikel menghilang dan korteks jadi tipis dan terdiri dari jaringan ikat
fibrosa
b) Medula dibagian dalam,tdd:
- Jaringan ikat fibroelastis berisi pembuluh darah besar, limf dan saraf.
c. Korpus Luteum
Bila tidak tjd fertilisasi maka korpus luteum hanya bertahan 10-14 hari dan berdegenerasi
disebut korpus luteum menstruasi. Bila terjadi fertilisasi, plasenta menghasilkan HCG dan
menstimulasi korpus luteum untuk bertahan selama 6 bulan dan akan menurun tapi tidak
hilang dan masih mensekresi progesteron sampai akhir kehamilan disebut korpus luteum
pregnans.

http://legacy.owensboro.kctcs.edu/gcaplan/anat2/histology/a%20ovary%203.jpg
https://secure.health.utas.edu.au/intranet/cds/cam202/Images/98-9824x200a.jpg

2. Fisiologi dan biokimia Siklus haid


Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi
secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Siklus menstruasi merupakan
rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi
normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi. Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.
Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum
yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang
paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan
dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang
berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan
payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam
mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron
merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan
membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi
kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk
mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh
ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan
dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita. Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang
beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18
tahun. Dengan memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan
bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada patrum umun
menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama 7 hari. Lama
perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak
pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar
2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari.
Ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1. Siklus Endomentrium
Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase
ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi
kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus
24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang
perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5
mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi.
Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel
ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar
estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga
suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan
fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,
kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit
yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur
didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi
ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan
mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan
fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi
hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya,
Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi
perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen
mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan
lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari
siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini,
korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun,
maka terjadi menstruasi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter%20II.pdf

Gambar 8. Fisiologi menstruasi

SIKLUS OVARIUM
Fase Folikuler
1) Siklus fungsi ovarium dengan pematangan folikel-folikel, ovulasi, formasi corpus
luteum diatur oleh sistem kelenjar hypothalamo-hipofise seperti halnya dengan
mekanisme intraovarial.
2) Hypothalamus memproduksi gonadotropin-releasing hormones (GnRH)
3) GnRH dibawa melalui sistem vena portal menuju kelenjar hipofise anterior
4) GnRH menyatu pada reseptor spesifik yang menginduksi sekresi luteotropic
hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
5) Pelepasan FSH dan LH bergantung pada GnRH dan terjadi setiap 90 menit (berkala)
6) Selanjutnya FSH menstimulasi pematangan folikel. Hanya satu folikel yang matang
sempurna.

Saat ovulasi
1) Selanjutnya folikel menghasilkan estrogen dan estrogen menekan produksi FSH
(negative feedback)
2) Akibatnya beberapa folikel selain satu folikel yang matur sempurna mengalami
atresia.
3) Meningkatnya kadar estrogen mensitmulasi sekresi LH sehingga kadar LH
melonjak di pertengahan siklus (positive feedback)
4) Kadar LH yang tinggi menyebabkan degenerasi kolagen folikel ovulasi setelah
16-24 jam lonjakan LH

Fase luteal
- Setelah 7-8 hari ovulasi,sel granulosa membesar,bervakuola dan berpigmen kuning
(lutein) korpus luteum
- Corpus luteum terhubung ke sirkulasi dan reseptor-reseptor low density lipoprotein
(LDL) terbentuk
- Sebagai hasilnya sel-sel granulosa dapat menggunakan kolesterol yang ada untuk
biosintesis progesteron
- Terdapat 2 sel di korpus luteum
o Luteinized granulosa cells : meningkatkan sekresi Progesteron
o Luteinized theca cells : meningkatkan sekresi Estrogen
- Level maksimum serum progesteron 15 ng/ml 6 sampai 8 hari setelah ovulasi
- Progesteron
o Mempersiapkan rahim untuk kehalmilan (meningkatkan kelenjar sekretori
uterus dan menurunkan kontraksi uterus untuk mencegah expulsi pada ovum yang
tertanam
o Meningkatkan sekresi mukosa tuba falopii untuk nutrisi ovum
o Meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara
- Estrogen:
o Organ seks dan tubu keseluruhan:mendorong perkembangan folikel,berperan
dalalm karakteristik seks sekunder, merangsang pertubuhan uterus dan payudara
o Tulang : mencegah aktivitas osteoklas,meningkatkan matriks
tulang,merangsang penutupan epifisial plate,meningkatkan deposit calsium
o Berperan dalam penyimpanan lemak dan pengaturan produksi kolesterol oleh
hati sehingga menurunkan resiko atherosklerosis
o Meningkatkan vaskularisasi pada kulit sehingga kulit halu dan lembut
o Keseimbangan elektrolit: meningkatkan retensi Na dan air

SIKLUS ENDOMETRIUM
Pada siklus endometrium, terbagi jadi 3 fase, yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Bila tidak terjadi pembuahan
sampai 2 hari sebelum akhir dari siklus bulanan maka corpus luteum akan beregresi
dan terbentuk jaringan parut (corpus albicans ) dengan berkurangnya kapiler-kapiler
dan diikuti menurunnya sekresi estrogen dan progesteron (involusi endometrium
sebesar 65% ) pembuluh darah endometrium melepaskan material vasokonstriksi
(Prostaglandins, sitokinin, dan growth factors seperti TNF-beta , dan makrofag)
vasopspasme menyebabkan penurunan nutrisi endometrium inisiasi nekrosis
darah merembes ke lapisan pertama endometrium pendarahan (hemoragik)
meningkat cepat dalam 24-36 jam bagian nekrosis terpisah dari endometrium
deskuamasi peningkatan kontraksi uterus pengeluaran darah menstruasi +
deskuamasi pendarahan berhenti 4-7 hari setelah menstruasi
Siklus haid yang normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan
jumlah darah haid sekitar 25-80 ml/hari

2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Fae proliferasi ini
dapat berkisar 7-21 post ovulasi.Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi
dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim
untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12
sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Fase sekresi
biasanya tetap yaitu 14 hari. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi
pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim)

Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi


beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik
dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam
mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan
endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada
pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat
mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak
permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir
ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi
kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone,
enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme
endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan.

2. Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-
arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-
saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan
perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium
sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

Hormon-Hormon lain yang Berperan dalam Siklus Menstruasi Normal


Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolactin

Perubahan Siklis Lain


Meskipun maksud dari perubahan hormon ovarium secara siklis adalah ditujukan pada traktus
genitalia, namun hormon-hormon tersebut juga dapat mempengaruhi sejumalh organ tubuh
lain.
1. Suhu badan basal
Terjadi kenaikan suhu badan basal kira-kira 10 F 0.50 C pada saat ovulasi dan kenaikan
suhu tersebut dipertahankan sampai menstruasi. Ini disebabkanb oleh efek termogenik
progesteron. Bila terjadi konsepsi, kenaikan suhu badan basal ini tetap bertahan sampai
selama kehamilan.

2. Perubahan pada payudara


Kelenjar mamma sangat sensitif terhadap estrogen dan progesteron. Pembengkakan
payudara seringkali merupakan tanda pubertas sebagai respon atas kenaikan estrogen
ovarium. Estrogen dan progesteron bekerja secara sinergistik terhadap payudara dan
selama siklus haid, pembengkakan payu dara terjadi pada fase luteal dimana kadar
progesteron sedang tinggi.

3. Perubahan psikologi
Beberapa wanita mengalami perubahan mood terkait dengan siklus haid. Terjadi
instabilitas emosional pada fase luteal. Perubahan ini disebabkan oleh penurunan
progesteron. Tidak dapat dipastikan apakah perubahan mood tersebut disebabkan oleh
siklus haid atau merupakan sindroma premenstrual.

4. Gangguan menstruasi
Definisi & klasifikasi + etiologi dan patof dan manifes
Kelainan Panjang Siklus

1. Amenorrhea (tidak ada periode haid)

Definisi
Amenorrhea bukan merupakan penyakit namun merupakan gejala. Amenorrhe dapat
terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam kehamilan dan dalam masa laktasi.
Bila tidak menyusukan, haid datang 3 bulan post partum namun bila menyusukan, haid
datang pada bulan ke-66. Amenorrhea dapat dibagi menjadi amenorrhea primer dan
sekunder. Amenorrhe primer berarti seorang perempuan belum mengalami haid2 setelah
usia 16 tahun tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi haid
sampai 14 tahun tanpa adanya tanda-tanda seks sekunder. Amenorrhea biasanya terjadi
pada gadis dengan underweight atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak
mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon. Amenorrhea sekunder berarti telah
terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan.

Adalah haid untuk sedikitnya tiga bulan berturut-turut dibagi menjadi dua amenorea
primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer menyerang 18 tahun keatas tidak
pernah mendapat haid disebabkan karna kelainan gonad. Amenorea sekunder
sebelumnya pernah mengalami menstruasi lalu tidak mendapatkan menstruasi lagi.
Penyebab dari amenorea adalah :
- Amenorea primer: sulit diketahui kemungkinan adanya kelainan kongingetal dan
genetik
- Amenorea sekunder : gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit
infeksi, dan lain-lain.

Dibagi menurut keadaan amenorea dibagi menjadi dua :


- Amenorea fisiologi : terdapat massa sebelum pubertas, massa kehamilan, masa laktasi,
dan menopouse.
- Amenorea patologik :
1. Gangguan organik pusat
Sebab organik: tumor,radang, destruksi;
2. Gangguan kejiwaan;
a.syok emosional;
b. psikosis;
c. anoreksia nervosa;
d. pseudosiesis.
3. Gangguan poros hipothalamus-hipofisis
a. Sindrom amenorea-galaktorea;
b. Sindrom Stein-Leventhal;
c. Amenorea hipotalamik.
4. Gangguan hipofisis
a. Sindrom Sheehan dan penyakit Simmonds;
b. Tumor;
1) Adenoma ovarii (sindrom Turner)
2) Adenoma asidofil (akromegali, gigantisme)
3) Adenoma kromofob (sindrom Forbes-Albright)
5. Gangguan gonad
a. Kelainan kongingetal;
b. Menopause prematur;
c. The insensitive ovary;
d. Penghentian fungsi ovarium karena oprasi, radiasi, radang, dan sebagainya;
e. Tumor sel-granulosa, sel teka, sel hilus, adrenal, arenoblastoma.
6. Gangguan glandula suprarenalis
a. Sindrom adrenogenital;
b. Sindrom Cushing;
c. Penyakit addison;
7. Gangguan glandula tiroidea
Hipotireoidi, hipertireoidi, kreatisme.

Etiologi
Amenorrhea dapat terjadi akibat gangguan pada komponen yang berperan pada proses
haid. Komponen tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Kelainan Kompartemen I: Kelainan saluran uterus


1) Sindrom Asherman
Pada sindrom ini terjadi amenorrhea sekunder. Keadaan ini terjadi akibat kuretase
postpartum berlebihan sehingga terjadi sikatrik dan perlengketan. Endometrium
mungkin memiliki tekanan yang begitu besar. Pasien dengan asherman sindrom
dapat mengalamai keluhan lain seperti dismenorrhea dan hypomenorrhea.

Pada masa lalu, asherman sindorm diobati dengan dilatasi dan kuretase untuk
menghancurkan sikatrik. Sekarang dapat digunakan histeroskopi dengan melisiskan
adhesi dengan memotong dan membakar dengan hasil yang lebih baik dibanding
kuretase yang tidak terarah. Setelah dilakukan histeroskopi, perlu dicegah
terjadinya kembali perlengketan dengan memasang IUD. Dapat juga menggunakan
folley kateter pediatrik dengan memasukan 3 cc dan baru dilepas setelah 7 hari.

2) Mullerian anomaly
Pada keadaan ini, vagina, servik dan uterus mungkin tidak ada. Atau pada keadaan
lain, uterus mungkin ada namun tidak terdapat rongga, atau terdapatnya rongga
namun endometrium sangat sedikit. Penanganan pada pasien ini dilakukannya
operasi dengan menggunakan teknik vecchietti atau teknik Frank untuk membentuk
saluran vagina buatan. Penundaan operasi dapat menyebabkan terjadinya inflamasi.

3) Insensitivitas Androgen (testicular feminization)


Insenitivitas androgen komplit didiagnosa bila didapatkan kanalis vagina namun
tidak didapatkan uterus. Pasien ini berupa pria pseudohermaprodit dimana
ketentuan pria ditentukan dari adanya kromosom XY dan pasien memilliki testes.
Pseudohermaprodit berarti genitalia berlawanan dengan gonad. Sehingga pada
pasien ini secara fenotip tampak seperti wanita tapi tidak ditemukannya rambut
pubis dan rambut ketiak. Pada pasien ini terdapat testosteron darah yang normal
atau sedikit meningkat dan kenaikan LH

Pada insensitivitas androgen inkomplit (1:10 dibandingkan yang komplit), individu


mendapat sedikit pengaruh androgen. Individu ini mungkin memiliki pembesaran
klitoris, dan phallus mungkin ada. Rambut pubis dan ketiak ada dan terdapat
pertumbuhan payudara.

Kelainan Kompartemen II
1) Kelainan ovarium
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekunder. 30-
40% amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (Gonadal
disgenesis). Pasien ini dapat terdiri dari pasien dengan kariotip 45X (50%), mosaik
(25%), 46XX (25%). Wanita dengan gonadal disgenesis diseratai amenorrhea
sekunder berhubungan dengan kariotip 46xx, mosaik, 47 xxx ,dan 45x.

2) Sindrom Turner
Pada sindrom ini terjadi kehilangan satu X. Kromososm X aktif dalam oosit untuk
menghindari percepatan kematian folikel. Karena pada pasien ini terjadi kekurangan
folikel, terjadi kekurangan hormon sex gonadal saat pubertas sehingga terjadi
amenorrhea primer.

3) Kegagalan ovarium premature


Sekitar 1% wanita akan mengalami hal ini sebelum usia 40 tahun. Hal ini juga terjadi
pada wanita dengan amenorrhea. Kegagalan ovarium yang prematur dapat
disebabkan kelainan genetik dengan peningkatan kematian folikel. Dapat juga
merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
4) Efek radiasi dan kemoterapi.
Efek radiasi tergantung dari umur dan dosis radiasi. Fungsi barium dapat kembali
setelah bertahun-tahun kemudian. Di lain pihak kerusakan tidak akan muncul hingga
terjadinya kegagalan ovarium prematur. Ketika radiasi diberikan di luar pelvis,
radiasi tidak memberikan resiko terjadinya kegagalan ovarium prematur. Gonad
tidak dalam keadaan bahaya ketika di dapur menggunakan oven microwave yang
berdaya penetrasi rendah.

Kelainan Kompartemen III


Gangguan pada kompartemen ini dapat berupa gangguan pada hipofise anterior.
Gangguan dapat berupa adanya tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan
hormon yang membuat haid menjadi terganggu. Tumor mikroadenoma dapat diterapi
dengan menggunakan agonis dopamin dimana dopamin dapat menghambat pelepasan
prolaktin lebih lanjut sehingga pembesaran tumor hipofise dan prolaktinemia dapat
dicegah. Operasi dapat dilakukan terutama bila tumor masih kecil. Namun angka
rekurensi setelah operasi sangat besar lagipula struktur tumor sulit dibedakan dengan
jaringan hipofise sehat sehingga operasi sering kali meninggalkan sisa. Pada
makroadenoma dapat diberikan agonis dopamin terlebih dahulu untuk memperkecil
ukuran tumor. Setelah operasi dapat dilanjutkan dengan pemberian radiasi namun radiasi
ini dapat memicu terjadinya tumor di tempat lain pada otak.

Kelainan Kompartemen IV
Gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung
menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmiter seperti serotonin yang dapat
menghambat lepasnya gonadotropin. Gangguan pada kompartemen ini dapat terjadi pada
penderita anoreksia nervosa maupun atlet atau penari balet yang mengalami latihan
dengan ketegangan. Amenorrhea dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit lain
seperti penyakit kronis (TBC), penyakit metabolik seperti penyakit tiroid, pankreas dan
glandula suprarenalis, kelainan gizi (obesitas dan underweight), kelainan hepar dan
ginjal.

Patofisiologi
Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan
dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidak
adekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk
melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan
progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena
disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior,seperti adenoma pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.


Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH
yangcukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan
estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon
terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur
menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang
masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis
gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak
memiliki tanda seks sekunder.Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang
dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.Amenore sekunder disebabkan oleh
faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis
hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secarafungsional. Amenore yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadapaliran darah yang akan keluar
uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasiovarium sperti kelebihan
androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

Pengelolaan & prognosa


Pengelolaan pada pasien ini tergantung dengan penyebab. Bila penyebab adalah kelainan
genetik, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian, dapat dilakukan
terapi sulih hormon, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan.

Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhea adalah infertilitas. Komplikasi
lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat menggangu kompartemen
IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya munculnya
gejala-gejala lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis.

Langkah-langkah diagnosa bila ditemukan amenorrhea


Yang harus dilakukan adalah lakukan pemeriksaan TSH karena pada keadaan hipotroid
terjadi penurunan dopamin sehingga merangsang pelepasan TRH. TRH merangsang
hipofise anterior untuk menghasilkan prolaktin dimana prolaktin akan menghambat
pelepasan GnRH. Namun pada satu waktu, saat hipofise anterior terangsang secara
kronik, hipofise anterior dapat membesar sehingga meningkatkan sekresi GnRH dan
menyebabkan terjadinya pematangan folikel yang terburu-buru sehingga terjadi
kegagalan ovarium prematur. Sehingga harus diwaspadai bila terjadi suatu tanda-tanda
hipotiroid, amenorrhea dan galaktorrhea.

Keadaan amenorrhea yang disertai keadaan galaktorrhea dapat juga terjadi pada sindrom
chiari-Frommel yang terjadi setelah kehamilan dan merupakan amenorrhea laktasi yang
berkepanjangan. Diduga keadaan ini disebabkan oleh inhibisi dari faktor imhibisi
prolaktin dari hipofise. Pada sindrom Forbes-Albright terdapat adenoma chromopob
dimana banyak dihasilkan prolaktin. Pada sindrom Ahoemada del-Costello tidak terdapat
hubungan antara kehamilan dengan tumor hipofise. Sindrom ini diduga akibat obat-
obatan seperti kontrasepsi dan fenotiazin. Pasien juga seharusnya dilakukan progesteron
challenge. Bila dengan pemberian progesteron lalu dilakukan withdrawl terjadi haid,
maka dipastikan amenorrhea disebabkan anovulasi.

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian progesterone. Perlu juga
diberikan preparat estrogen bila dengan pemberian progesteron tidak menghasilkan haid
untuk mencari apakah penyebab terjadinya amenorrhea akibat kurangnya estrogen. Bila
dengan langkah-langkah di atas tidak didapatkan hasil yang memuaskan, lakukan
pemeriksaan FSH dan LH untuk mencari apakah penyebab amenorrhea ada pada
kompartemen II

Amenorrhea pada atlet dengan latihan berlebih. Saat dilakukan latihan berlebih,
dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan
untuk pembentukan hormon steroid seksual (estrogen & progesteron) tidak tercukupi.
Pada keadaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi
kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progeteron yang memicu
terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorpin yang
merupakan derifat morfin. Endorpin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen
dan progesteron menurun. Pada keadaan stress berlebih, corticotropin releasing hormon
dilepaskan, pada peningkatan CRH, terjadi peningkatan opoid yang dapat menekan
pemebentukan GnRH.

2. Oligomenorrhea

Definisi
Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang. Oligomenorrhea
terjadi bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya berkurang. Adalah siklus
menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
Etiologi
Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan
kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse
atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih. Oligomenorrhea sering
terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium
polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara
pada wanita normal. Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional,
penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe
dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas.
Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular,
perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus
tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh
penyakit.

Gejala
Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari
dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita dengan
oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita
tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut
juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus.

Pengobatan
Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorrhea dengan
anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan
terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki
keadaan oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil KB untuk
memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik
juga sering diterapi dengan hormonal. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi
mungkin diperlukan. Pengobatan alternatif lainnya dapat menggunakan akupuntur atau
ramuan herbal.

Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional
pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut.
Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea mengarah pada infertilitas atau tanda dari
keganasan.

3. Polimenorrhea

Definisi
Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari 21 hari, sedangkan jumlah
perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.

Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek


sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.

Etiologi
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek atau
stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang paling sering dijumpai
adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari
kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas.

Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan stadium
sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi pada disfungsi ovarium
saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik seperti TBC.

Terapi
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi hormonal. Stadium proliferasi
dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi dapat diperpanjang dengan
kombinasi estrogen-progesteron.

4. Metrorrhagia
Metrorrhagia adalah perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid6
namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.
Metrorrhagia dapat disebabkan oleh kehamilan seperti abortus ataupun kehamilan
ektopik6 dan dapat juga disebabkan oleh faktor luar kehamilan seperti ovulasi, polip
endometrium dan karsinoma serviks. Akhir-akhir ini, estrogen eksogen menjadi
penyebab tersering metrorrhagia11. Terapi yang diberikan tergantung etiologi.

Kelainan Jumlah Darah Haid

1. Menorrhagia

Definisi
Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan biasanya disertai
dengan pada siklus yang teratur. Menorrhagia biasanya berhubungan dengan
nocturrhagia yaitu suatu keadaan dimana menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita
dimana waita harus mengganti pembalut pada tengah malam. Menorrhagia juga
berhubungan dengan kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan.
Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama
haid.

Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari),
kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

Etiologi
Etiologi menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu,
1. Gangguan pembekuan,
Walaupun keadaan perdarahan tertentu seperti ITP dan penyakit von willebrands
berhubungan dengan peningkatan menorrhagia, namun efek kelainan pembekuan
terhadap individu bervariasi. Pada wanita dengan tromboitopenia kehilangan darah
berhubungan dengan jumlah trombosit selama haid. Splenektomi terbukti
menurunkan kehilangan darah.
2. disfunctional uterine bleeding (DUB)
Pada dasarnya peluruhan saat haid bersifat self limited karena haid berlangsung
secara simultan di seluruh endometrium serta jaringan endometrium yang terbentuk
oleh estrogen dan progesterone normal bersifat stabil. Pada DUB, keadaan ini sering
terganggu.
3. Gangguan pada organ dalam pelvis
Menorrrhagia biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus, adenommiosis,
infeksi pelvis, polips endometrial, dan adanya benda asing seperti IUD. Wanita
dengan perdarahan haid melebihi 200 cc 50% mengalami fibroid. 40% pasien dengan
adenomiosis mengalami perdarahan haid melebihi 80cc13. Menorrhagia pada
retrofleksi disebabkan karena bendungan pada vena uterus sedangkan pada mioma
uteri, menorrhagia disebabkan oleh kontraksi otot yang kurang kuat, permukaan
endometrium yang luas dan bendungan vena uterus.
4. Gangguan medis lainnya
Gangguan medis lainnya yang dapat menyebabkan menorrhea diantaranya hipotiroid
dan sindrom cushing, patifisiologi terjadinya belum diketahui dengan pasti. Dapat
juga terjadi pada hipertensi, dekompsatio cordis dan infeksi dimana dapat
menurunkan kualitas pembuluh darah. Menorrhagia dapat terjadi pada orang asthenia
dan yang baru sembuh dari penyakit berat karena menyebabkan kualitas miometrium
yang jelek.

Terapi
Terapi menorrhagia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk memiliki anak,
ukuran uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau polip. Spektrum pengobatannya
sangat luas mulai dari pengawasan sederhana, terapi hormon, operasi invasif minimal
seperti pengangkatan dinding endometrium (endomiometrial resection atau EMR), polip
(polipektomi), atau fibroid (miomektomi) dan histerektomi (pada kasus yang refrakter).
Dapat juga digunakan herbal yarrow, nettles purse, agrimony, ramuan cina, ladies
mantle, vervain dan raspbery merah yang diperkirakan dapat memperkuat uterus. Vitex
juga dianjurkan untuk mengobati menorrhea dan sindrom pre-mentrual. Dianjurkan juga
pemberian suplemen besi untuk mengganti besi yang hilang melalui perdarahan. Vitamin
yang diberikan adalah vitamin A karena wanita dengan lehilangan darah hebat biasanya
mengalami penurunan kadar vitamin A dan K yang dibutuhkan untuk pembekuan darah.
Vitamin C, zinc dan bioflavinoids dibutuhkan untuk memperkuat vena dan kapiler.

Prognosis
Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.

2. Hipomenorrhea (kriptomenorrhea)

Definisi
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya.
Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama
dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.

Etiologi
Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang
gizi,penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal.

Patofisiologi
Dapat diakibatkan oleh Ashermans syndrome, kekurangan lemak tubuh untuk membuat
hormon steroid, dan faktor psikogenik

Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya
berupa spotting.

3. Dismenorrhea

Definisi
Dismenorrhea adalah nyeri sewaktu haid ke6,7,12,13. Dismenorrhea terdiri dari gejala
yang kompleks berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki
dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan
umum.

Klasifikasi
Dismenorrhea primer (idiopatik)
Dismenorrhea primer adalah dismenorrhea yang mulai terasa sejak menarche dan tidak
ditemukan kelainan dari alat kandungan atau organ lainnya2. Dismenorrhea primer
terjadi pada 90% wanita dan biasanya terasa setelah mereka menarche dan berlanjut
hingga usia pertengahan 20-an atau hingga mereka memiliki anak. Sekitar 10% penderita
dismenorrhea primer tidak dapat mengikuti kegiatan sehari-hari. Gejala nya mulai terasa
pada 1 atau 2 hari sebelum haid dan berakhir setelah haid dimulai. Biasanya nyeri
berakhir setelah diberi kompres panas atau oleh pemberian analgesic. Faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu hiperaktivitas uterus, endotelin, prostaglandin, vasopressin dan
kerusakan saraf perifer.

Hiperaktivitas uterus berhubungan dengan aliran darah uterus. Hiperaktivitas uterus


terjadi pada endometriosis dan adenomiosis. Uterus yang berkontraksi menyebabkan
angina sehingga terjadilah nyeri. Endotelin adalah uterotonin poten pada uterus yang
tidak hamil. Endotelin berperan menginduksi kontraksi otot polos pada perbatasan
dengan kelenjar endometrium. Tempat yang paling banyak mengandung ikatan endotelin
adala epitel kelenjar pada tempat tersebut. Endotelin tersebut dapat menginduksi
pelepasan PGF2 dan menginduksi kelenjar lainnya untuk menghasilkan endorpin
lainnya (parakrin). Iskemi yang terjadi akibat kontraksi selanjutnya merangsang
pelepasan endorpin dan PGF2 sehingga akan menyebabkan disperistaltis lebih lanjut.

Endometrium wanita dengan dismenorrhea menghasilkan PGF2 lebih banyak daripada


wanita normal. PGF2 adalah oksitoksi dan vasokonstriktor yang poten yang bila
diberikan pada uterus akan menghasilkan nyeri dan mengakibatkan pengeluaran darah
haid. Alasan mengapa PGF2 lebih tinggi pada wanita tertentu belum diketahui dengan
pasti. Pada beberapa wanita, prostaglandin dapat mengakibatkan otot polos dalam sistem
gastrointestinal berkontraksi sehingga menyebabkan mual, muntah dan diare.
Vasopresin merupakan vasokonstriktor yang menstimulasi miometrium berkontraksi.
Pada hari pertama menstruasi,kadar vasopresin meningkat pada wanita dengan
dismenorrhea.

Kerusakan saraf perifer pada miometrium dan serviks oleh persalinan. Hal ini
menjelaskan mengapa pada wanita yang telah melahirkan dismenorrhea dapat berkurang.

Dismenorrhea sekunder
Dismenorrhea sekunder biasanya terjadi kemudian setelah menarche. Biasanya
disebabkan hal lain. Nyeri biasanya bersifat regular pada setiap haid namun berlangsung
lebih lama dan bisa berlangsung selama siklus. Nyeri mungkin nyeri pada salah satu sisi
abdomen.

Dismenorrhea sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis dimana jaringan uterus


tumbuh di luar uterus dan ini dapat terjadi pada wanita tua maupun muda. Implan ini
masih bereaksi terhadap estrogen dan progesteron sehingga dapat meluruh sat haid. Hasil
peluruhan bila jatuh ke dalam rongga abdomen dan merangsang peritoneum akan
menghasilkan nyeri. Endometriosis ditemukan pada 10-15% wanita usia 25-33 tahun.
Dismenorrhea sekunder dapat juga disebabkan fibroid, penyakit radang panggul; IUD;
tumor pada tuba fallopi, usus atau vesika urinaria; polip uteri; inflmatory bowel desease;
skar atau perlengketan akibat operasi sebelumnya dan adenomiosis yaitu suatu keadaan
dimana endometrium tumbuh menembus myometrium

Terapi
Dismenorrhea primer biasanya diobati oleh NSAID seperti ibuprofen dan naproxen yang
dapat mengurangi nyeri pada 64% penderita dissmenorrhea primer. Pil kontrasepsi
menghilangkan nyeri dan gejala lainnya pada 90% penderita dengan menekan ovulasi
dan jumlah perdarahan. Terapi ini membutuhkan waktu 3 siklus untuk menghilangkan
gejala. Kompres panas juga dapat mengurangi nyeri.

Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid :

Premenstrual Tension
Keluhan biadanya satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan
menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid
berhenti. Menyerang wanita pada umur 30-45 tahun.
Penyebabnya terjadi karena ketidakseimbangan esterogen dan progresteron dengan akibat
retensi Na dan cairan, peningkatan berat badan dan kadang-kadang edema, faktor kejiwaan,
masalah sosial, dan lain-lain.

Vicarious Menstruation
Terjadi pendarahan ekstragenital dengan interval periodik yang sesuai dengan siklus haid.
Penyebabnya, adalah peningkatan esterogen, edema, kongesti alat-alat lain diluar genital pada
wanita yang peka.

Mittelschmerz dan pendarahan ovulasi


Nyeri antara haid terjadi kira-kira pertengahan siklus haid pada saat ovulasi.
Mastalgia
Nyeri dan pembesaran kelenjar mamae sebelum haid. Disebabkan oleh edema, hipermi
meningkat relatif kadar esterogen.

WOC PMS (PRE MENSTRUAL SINDROM)

Prolaktin Gamma linoleic acid


(GLA)

Estrogen dan Gangguan metabolism


progesteron prostaglandin

Proses kimia tubuh Neurotransmitter otak


terganggu terganggu

Metabolism vit.B6
(anti depresi)
terganggu

Deficit vit. B6

Produksi
serotonin
terganggu
Pre menstrual
Serotonin depresi sindrom

Kelemahan umum Nyeri payudara acne Mood labil

MK: intoleransi MK: nyeri MK: gangguan MK:


aktivitas integritas kulit ansietas
Perdarahan bukan haid
Perdarahan bukan haid digolongan sebagai perdarahan yang tidak ada hubunganya dengan
haid dan dapat disebabkan oleh kelainan organik maupun hormonal. Bentuk perdarahan
bukan haid dapat berupa kontak berdarah, spotting diluar haid, perdarahan disfungsional.
Penyebab organik pendarahan bukan haid :
1. Vagina : varises pecah, metastase-korio karsinoma, keganasan vagina.
2. Serviks : karsinoma portio,perlukaan serviks, polipserviks
3. Rahim : polip endomentrium, karsinoma korpusuteri, submukosa mioma uteri
4. Tuba falopii : karsinoma tuba, hamil ektopik tuba.
5. Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium

Penyebab Pendarahan disfungsional adalah pendarahan tanpa di jumpai kelainan organik alat
genetalia, tapi gangguan matarantai hormon aksis hipotalamus-hipofisis dan ovarium.
Pendarahandisfungsional mempunyai 2 bentuk, yaitu perdarahan disfungsional dengan
ovulasi (ovutatior disfunctional bleeding) dan perdarahan disfugsional tanpa ovulasi
(anovutatior disfunctional bleeding)

Ketegangan pra-haid
Keluhan pre-menstruasi terjadi sekitar beberapa hari sebelum bahkan sampai saat menstruasi
berlangsung. Gejala ini di jumpai pada wanita umur 30-45 tahun. Penyebab yang jelas tidak
diketahui tetapi terdapat dugaan bahwa ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progesteron. Dikemukakan bahwa dominasi estrogen merupakan penyebab dengan
defisiensi fase luteal dan kekurangan produksi progesterone. Akibat dominasi esterogen
terjadi retensi air dan garam, dan edema pada beberapa tempat. Gejala kliniknya dalam
bentuk:
Gangguan emosional - mudah tersinggung
Sukar tidur, gelisah, sakit kepala
Perut kembung, mual, sampai muntah
Payudara terasa tegang dan sakit
Pada kasus yang lebih berat sering merasa tertekan

Mastodinia
Rasa tegang dan nyeri pada payudara menjelang haid disebut matodinia atau mastalgia.
Mastalgia di sebabkan dominasi hormone esterogen, sehingga terjadi retensi air dan garam
disertai hiperemia di daerah payudara. Segera setelah menstruasi, mastalgia akan hilang
dengan sendirinya.

Pendarahan ovulasi (mittelschmer)


Dengan kesibukannya wanita jarang merasakan terjadi rasa nyeri ketika ovulasi (pelepasan
ovum) yang dapat berlangsung beberapa jam atau beberapa hari pada pertengahan siklus
menstruasi di sebut mittelschmer. Mittelschmer penting di perhatikan agar dapat menasehati
mereka yang infertilitas agar mempergunakannya untuk kehamilan. Kadang-kadang
mittelschmer di ikuti oleh perdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis
seperti hamil ektopik yang pecah.

Diagnosis
Diagnosis Amenore
1. Anamnesis
Tanyakan tentang data subyektif dan data obyektif yang diperoleh berdasarkan riwayat
hidup pasien dan keluarga. Riwayat hidup berupa usia, pekerjaan, keluhan utama,
riwayat kebidanan, riwaat penyakit yang pernah diderita, pola kegiatan sehari-hari,
riwayat ketergantungan, riwayat psikososial, dan riwayat KB. Sedangkan, riwayat hidup
keluarga pasien berupa kerusakan gen, pola rambut kemaluan, infertilitas, riwayat
menars, dan haid keluarga dan riwayat pubertas.

2. Pemeriksaan fisik
Pengukuran BB, TB, pemeriksaan perawakan yang tak wajar (seperti leher bergelambir,
tubuh pendek), ada atau tidaknya uterus, pemeriksaan rambut kemaluan, pemeriksaan
tiroid, pemeriksaan genital dan darah. Tes darah berupa:
- FSH
- LH
- PRL
- Testosterone
- TSH

3. Pemeriksaan penunjang
Berupa lab dan radiologi.
Berdasarkan skema penegakkan diagnosis apabila seorang pasien amenore memiliki
payudara atau tidak memiliki rambut kemaluan, diagnosanya adalah sindrom insensitivitas
androgen dimana secara fenotip adalah perempuan tetapi secara genotip adalah pria. Hal ini
perlu analisis kromosom. Jika hasilnya positif, maka pasien tersebut harus melakukan operasi
penghilangan payudara untuk mencegah transformasi dari perempuan ke pria setelah
pubertas. Apabila seorang pasien memiliki ciri normal seksual sekunder seperti adanya
rambut kemaluan maka dokter harus melakukan MRI untuk mengetahui ada atau tidaknya
uterus. Apabila terdapat uterus tapi abnormal atau tidak ada vagina maka pasien tersebut
didiagnosis agenesis saluran Muller. Analisis kromosom diperlukan untuk mengetahui apakah
pasien tersebut secara genetic adalah perempuan. Selain pasien memiliki uterus normal,
obstruksi saluran keluar perlu dianalisis. Hymen imperforata atau septum vagina transversal
dapat menyebabkan obstruksi saluran keluar. Jika saluran keluar paten, maka dokter harus
melanjutkan pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan amenore sekunder.

Anamnesis
Pada pasien yang mengalami perdarahan uterus disfungsional, anamnesis perlu dilakukan
untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Riwayat detail menstruasi :
- Jumlah hari mestruasi
- Jumlah pembalut yang digunakan per hari
- Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
- Riwayat pendarahan pada gusi, mudah memar, dan perdarahan yang panjang akibat
luka ringan
- Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
- Galaktorea
- Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk:
o Menilai
Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
Tanda-tanda Hiperandrogen
Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
Galaktorea
Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
o Menyingkirkan
Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
Servisitis, endometritis
Polip dan mioma uteri
Keganasan serviks dan uterus
Hiperplasia endometrium
Gangguan pembekuan darah

Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear, dan
harus disingkirkan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau keganasan.

Primer Sekunder Tersier


Laboratorium -Hb -Darah lengkap -Prolaktin
-Tes kehamilan hemostatis (BT- -Tiroid (TSH,
-urin CT, lainnya FT4)
sesuai fasilitas) -Hemostasis (PT,
aPTT,dll)
USG -USG -USG
Pemeriksaan transabdominal Transabdominal
Penunjang -USG -USG
transvaginal transvaginal
SIS -SIS
-Doppler
Penilaian -Mikrokuret -Mikrokuret/
Endometrium -D&K D&K
-Histeroskopi
-Endometrial
sampling
Penilaian -IVA -Pap smear -Pap smear
serviks bila ada -Kolposkopi
patologi

Pemeriksaan Lab
- TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
TSH bertugas mengatur sintesis hormon tiroid. Pemeriksaan TSH berfungsi untuk
mengetahui fungsi kelenjar tiroid. Hipotiroid yang biasa ditandai dengan meningkatnya
TSH, menyebabkan haid tidak teratur termasuk amenorrhea. Gangguan fungsi tiroid ini
dapat menyebabkan peningkatan produksi prolaktin.
- Prolaktin
Produksi prolaktin yang berlebihan atau disebut hiperprolaktinemia pada wanita dapat
menyebabkan gangguan siklus haid.
- Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH)
Pemeriksaan LH dan FSH berguna untuk mengetahui keadaan hipergonadotropik
hipogonadisme dan hipogonadotropik hipogonadisme. Hipergonadotropik
hipogonadisme dapat menyebabkan gagal ovarium yang mengakibatkan menopause
dini, sedangkan hipogonadotropik hipogonadisme dapat mengakibatkan amenorrhea
hipotalamus yang disebabkan oleh gangguan poros hipotalamus-pituitari-ovarium.
- Progesteron
Pemeriksaan progesteron dapat mengetahui terjadinya defisiensi estrogen, lesi pada
struktur endometrium dan sumbatan pada uterus yang menyebabkan amenorrhea.

Amenorrhea dapat menyebabkan ketidaknyamanan, namun dengan pemeriksaan


laboratorium dan konsultasi dokter dapat diketahui penyebabnya sehingga dapat dilakukan
tindakan yang tepat untuk menormalkan kembali siklus haid.
Pemeriksaan penunjang
- Foto Rontgen dari thorak terhadap tuberkulosis pulmonum dan dari sella tursika untuk
mengetahui apakah ada perubahan pada sella tersebut.
- Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen
- Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes melitus
- Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan visus jika ada
kemungkinan tumor hipofisis
- Pemeriksaan metabolisme basal pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi
glandula tiroidea
- Laparoskopi : untuk mengetahui adanya hipoplasia uteri yang berat, aplasia uteri,
disgenesis ovarium, tumor ovarium, ovarium polikistik (Sindrom Dtein-Leventhal)
- Pemeriksaan kromatin seks
- Pembuatan kariogram
- Pemeriksaan kadar hormon untuk mengetahui funsi glandula tiroid.

Langkah diagnostik PUD


Metroragia
1. Anamnesis
- Tanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek
atau oleh oligomenorea/amenorea
- Sifat perdarahan (banyak atau sedikit2,sakit atau tidak)
- Lama perdarahan, dsb.
2. Pemeriksaan umum
Perlu diperhatikan tanda2 yang meninjuk kearah kemungkinan penyakit metabolic, penyakit
endokrin, penyakit menahun, dll.
3. Pemeriksaan ginekologik
Perlu dilihat apakah tidak ada kelainan2 organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal
(polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu)
Tatalaksana
50 % dari kaum wanita pernah mengalami gangguan haid pada masa remaja. Biasanya
gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun. Karena tingginya kejadian ini,
berbagai pengobatan pun telah diberikan.
Ketidakteraturan menstruasi biasanya tanpa sebab fisik dihubungkan dengan disfungsi
hipotalamus, yang dapat dikaikan dengan stres fisik (misalnya cedera kepala ringan) atau stres
emosional (misalnya ketika akan menghadapi ujian). Ada beberapa cara untuk menghadapi
keadaan ini secara medis. Cara paling mudah adalah dengan memberikan pil KB, yang
mengandung progesteron dan estrogen dalam kadar tertentu. Berikan selama 10-12 hari.
Dalam 7 hari pasien akan mengalami perdarahan.
Progesteron bekerja dengan memproduksi estrogen dari dalam tubuhnya sendiri,
membangun dan meluruhkan lapisan dalam rahim, melindunginya dari overstimulasi
endometrium.
Cara lain untuk menanggani gangguan menstruasi yang tidak teratur adalah mengobati akar
permasalahannya dan ini memerlukan peran seorang ginekolog.
Terapi unruk hipermenorea (menoragia) khususnya pada mioma uteri tergantung pada
penangganan mioma uteri, sedangkan pada wanita yang didiagnosis menderita polip
endometrium penangganannya adalah kuretase.
Terapi untuk amenorea primer, jika amenorea menetap 9-12 bulan dan anovulasi merupakan
penyebab utama, dapat diberikan klomifen, terutama Klomifen merupakan anti estrogen.
Dengan pengobatan ini kira-kira 90 % wanita amenorea dan 40 % wanita yang mengalami
oligomenorea akan membaik. Terapi amenorea sekunder perbaiki kebiasaan makan dan
menjaga kebersihan diri.
Untuk gangguan haid lainnya cukup diberikan keterangan bahwa hal tersebut tidak
mengganggu fertilitas/kesuburan dari wanita yang bersangkutan.
Ada banyak cara untuk mengobati kram. Olahraga adalah terapi yang sangat efektif, seperti
juga diet yang bergizi. Kalsium dan vitamin B6 telah dikaitkan sebagai pereda nyeri/kram.
Obat antiprostaglandin seperti aspirin, naproxen, ibuprofen merupakan obat ideal untuk
kram menstruasi. Obat ini diminum sejak terasa sakit selama 2-3 hari.
Kebanyakan dari mereka yang mengeluhkan rasa sakit tidak memerlukan pengobatan, tetapi
butuh pengertian dan penerangan. Jika sakit semakin parah segeralah berobat ke dokter.

Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Disfungsional


Tujuan terapi
- mengontrol perdarahan
- mencegah perdarahan berulang
- mencegah komplikasi
- mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh
- menjaga kesuburan.
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu.
Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan. Regimen estrogen
tersebut efektif di dalam menghentikan episode perdarahan. Bagaimanapun juga penyebab
perdarahan harus dicari dan dihentikan. Apabila pasien memiliki kontraindikasi untuk terapi
estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan.
Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang
diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan
kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang
menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan
kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi dapat disarankan untuk
kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan. Secara singkat langkah-langkah tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perbaikan Keadaan Umum
Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada
perdarahan uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus segera diatasi
dengan transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan anemia ringan
seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan anemia berat
membutuhkan transfusi darah.

2. Penghentian Pendarahan
Hormon Steroid Seks
- Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk menghentikan perdarahan karena
memiliki berbagai khasiat yaitu healing effect, pembentukan mukopolisakarida pada dinding
pembuluh darah, vasokonstriksi (karena merangsang prostaglandin), meningkatkan
pembentukan thrombin dan fibrin. Dosis pemberian estrogen pada perdarahan uterus
disfungsional adalah 25 mg IV setiap 4-6 jam untuk 24 jam diikuti dengan oral terapi yaitu 1
tablet perhari selama 5-7 hari (untuk semua produk estrogen dengan kandungan 35 mg
ethynil estradiol).
- Progestin
Berbagai jenis progestin sintetik telah dilaporkan dapat menghentikan perdarahan. Beberapa
sedian tersebut antara lain noretisteron, MPA, megestrol asetat, dihidrogesteron dan
linestrenol. Noretisteron dapat menghentikan perdarahan setelah 24-48 jam dengan dosis
20-30 mg/hari, medroksiprogesteron asetat dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari,
megestrol asetat dengan didrogesteron dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, serta
linestrenol dengan dosis 15 mg/hari selama 10 hari.
- Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok dengan estrogen dan progesteron.
Sediaan yang dapat dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan metil testosteron
(danazol merupakan suatu turunan 17--etinil-testosteron). Dosis yang diberikan adalah 200
mg/hari selama 12 minggu. Perlu diingat bahwa pemakaian jangka panjang sediaan androgen
akan berakibat maskulinisasi.

Penghambat sintesis prostaglandin.


Pada peristiwa perdarahan, prostaglandin penting peranannya pada vaskularisasi
endometrium. Dalam hal ini PgE2 dan PgF2 meningkat secara bermakna. Dengan dasar itu,
penghambat sintesis prostaglandin atau obat anti inflamasi non steroid telah dipakai untuk
pengobatan perdarahan uterus disfungsional, terutama perdarahan uterus disfungsional
anovulatorik. Untuk itu asam mefenamat dan naproksen seringkali dipakai dosis 3 x 500
mg/hari selama 3-5 hari atau ethamsylate 500 mg 4 kali sehari terbukti mampu mengurangi
perdarahan.

Antifibrinolitik
Sistem pembekuan darah juga ikut berperan secara lokal pada perdarahan uterus
disfungsional. Peran ini tampil melalui aktivitas fibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja
enzimatik. Proses ini berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi
penumpukan fibrin. Unsur utama pada system fibrinolitik itu adalah plasminogen, yang bila
diaktifkan akan mengeluarkan protease plasmin. Enzim tersebut akan menghambat aktivasi
palsminogen menjadi plasmin, sehingga proses fibrinolisis akhirnya akan terhambat pula.
Sediaan yang ada untuk keperluan ini adalah asam amino kaproat (dosis yang diberikan
adalah 4 x 1-1,5 gr/hari selama 4-7 hari).

Operatif
Jenis pengobatan ini mencakup: dilatasi dan kuretase, ablasi laser dan histerektomi. Dilatasi
dan kuretase merupakan tahap yang ringan dari jenis pengobatan operatif pada perdarahan
uterus disfungsional. Tujuan pokok dari kuretase pada perdarahan uterus disfungsional
adalah untuk diagnostik, terutama pada umur diatas 35 tahun atau perimenopause. Hal ini
berhubungan dengan meningkatnya frekuensi keganasan pada usia tersebut. Tindakan ini
dapat menghentikan perdarahan karena menghilangkan daerah nekrotik pada endometrium.
Ternyata dengan cara tersebut perdarahan akut berhasil dihentikan pada 40-60% kasus.
Namun demikian tindakan kuretase pada perdarahan uterus disfungsional masih
diperdebatkan, karena yang diselesaikan hanyalah masalah pada organ sasaran tanpa
menghilangkan kausa. Oleh karena itu kemungkinan kambuhnya cukup tinggi (30-40%)
sehingga acapkali diperlukan kuretase berulang. Beberapa ahli bahkan tidak menganjurkan
kuretase sebagai pilihan utama untuk menghentikan perdarahan pada perdarahan uterus
disfungsional, kecuali jika pengobatan hormonal gagal menghentikan perdarahan.
Pada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan cara
vaporasi neodymium YAG laser. Endometrium akan hilang permanen, sehingga penderita
akan mengalami henti haid yang permanen pula. Cara ini dipilih untuk penderita yang punya
kontraindikasi pembedahan dan tampak cukup efektif sebagai pilihan lain dari histerektomi,
tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi
Tindakan histerektomi pada penderita perdarahan uterus disfungsional harus
memperhatikan usia dan paritas penderita. Pada penderita muda tindakan ini merupakan
pilihan terakhir. Sebaliknya pada penderita perimenopause atau menopause, histerektomi
harus dipertimbangkan bagi semua kasus perdarahan yang menetap atau berulang. Selain itu
histerektomi juga dilakukan untuk perdarahan uterus disfungsional dengan gambaran
histologis endometrium hiperplasia atipik dan kegagalan pengobatan hormonal maupun
dilatasi dan kuretase. Histerektomi mempunyai tingkat mortalitas 6/ 10.000 operasi. Satu
penelitian menemukan bahwa histerektomi berhubungan dengan tingkat morbiditas dan
membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama dibanding ablasi endometrium.
Beberapa studi sebelumnya menemukan bahwa fungsi seksual meningkat setelah
histerektomi dimana terdapat peningkatan aktifitas seksual. Histerektomi merupakan
metode popular untuk mengatasi perdarahan uterus disfungsional, terutama di negara-
negara industri.

3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi


Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan
untuk pemicuan ovulasi.
- Siklus ovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional ovulatorik secara klinis tampil sebagai polimenorea,
oligomenorea, menoragia dan perdarahan pertengahan siklus, perdarahan bercak prahaid
atau pasca haid. Perdarahan pertengahan siklus diatasi dengan estrogen konjugasi 0,625-1,25
mg/hari atau etinilestradiol 50 mikrogram/ hari dari hari ke 10 hingga hari ke 15. Perdarahan
bercak prahaid diobati dengan progesteron (medroksi progestron asetat atau didrogestron)
dengan dosis 10 mg/hari dari hari ke 17 hingga hari ke 26. Beberapa penulis menggunakan
progesteron dan estrogen pada polimenorea dan menoragia dengan dosis yang sesuai
dengan kontrasepsi oral, mulai hari ke 5 hingga hari ke 25 siklus haid.
- Siklus anovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional anovulatorik mempunyai dasar kelainan kekurangan
progesteron. Oleh karena itu pengobatan untuk mengembalikan fungsi hormon reproduksi
dilakukan dengan pemberian progesteron, seperti medroksi progesterone asetat dengan
dosis 10-20 mg/hari mulai hari ke 16-25 siklus haid. Dapat pula digunakan didrogesteron
dengan dosis 10-20 mg/hari dari hari 16-25 siklus haid, linestrenol dengan dosis 5-15 mg/hari
selama 10 hari mulai hari hari ke 16-25 siklus haid. Pengobatan hormonal ini diberikan untuk
3 siklus haid. Jika gagal setelah pemberian 3 siklus dan ovulasi tetap tak terjadi, dilakukan
pemicuan ovulasi. Pada penderita yang tidak menginginkan anak keadaan ini diatur dengan
penambahan estrogen dosis 0,625-1,25 mg/hari atau kontrasepsi oral selama 10 hari, dari
hari ke 5 sampai hari ke 25.

Penanganan terapi berdasarkan usia


PUD pada Usia Perimenarche
Pada usia perimenarche (rata-rata 11 tahun ) hingga memasuki usia reproduksi , berlangsung
sampai 3- 5 tahun setelah menarche dan ditandai dengan siklus yang tidak teratur baik lama
maupun jumlah darahnya.
Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostaglandin, antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), atau asam traneksamat. Pemberian tablet estrogen progesteron
kombinasi, atau tablet progesterone saja maupun analog GnRH (agonis atau antagonis)
hanya bila tidak ada perbaikan.
Pada keadaan akut, dimana Hb sampai <8 gr%, maka pasien harus :
o Dirawat dan diberikan transfusi darah.
o Untuk mengurangi perdarahan diberikan sediaan :
Estrogen- progesterone kombinasi, misalnya 17 estradiol 2x2 mg, atau
Estrogen equin konjugasi 2x1.25 mg, atau
Estropipete 1x 1,25 mg dikombinasikan dengan noretisteron asetat 2x5 mg
;atau
Medroksiprogesteron asetat (MPA) 2x10 mg, atau juga dapat diberikan
normegestrol asetat 2x5 mg dan cukup diberikan selama 3 hari

Bila perdarahan akut telah berkurang atau selesai , lakukan pengaturan siklus, dengan
pemberian tablet progesterone pada hari 16-25 selama 3 bulan. MPA atau didrogesterone
(10mg/ hari) sedangnkan noretisterone 5mg/ hari.

PUD pada Usia Reproduksi


Pada usia ini dapat terjadi siklus yang berovulasi (65%) dan terdapat siklus yang tidak
berovulasi. Pada keadaan akut penanganan sama seperti PUD pada usia perimenarche .
- Pada PUD dengan siklus yang berovulasi umumnya lebih ringan dan jarang hingga akut.
PUD yang terjadi paling sering berupa perdarahan bercak (spotting) pada pertengahan
siklus. Pengobatan dapat diberikan berupa :
o 17- estradiol 1x2 mg, atau estrogen equin konjugasi 1x1,25 mg, atau estropipete 1x1,25
mg, dari hari ke 10-15 siklus haid
o Pada perdarahan bercak prahaid dapat diberikan MPA 1x10 mg, atau didrogesteron 1x10
mg, atau Noretisteron asetat 1x5 mg; atau juga Normegestrol asetat 1x5 mg yang
diberikan mulai hari 16-25 siklus.
o Pada perdarahban bercak pascahaid dapat diberikan 17- estradiol 1x 2mg, atau
estrogen equin konjugasi 1x 1,25 mg, atau estropipete 1x 1,25 mg yang diberikan mulai
hari 2- 8 siklus haid.

PUD pada usia perimenopause


Perimenopause atau usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu sekitar
menopause (usia 40-50 tahun). PUD ini hampir 95% terjadi siklus yang tidak berovulasi (folikel
persisten). Sehingga setiap perdarahan atau gangguan haid yang terjadi pada usia
perimenopause harus dipikirkan adanaya keganasan pada endometrium.
Pada keadaan tidak akut pasien dipersiapkan untuk dilakukan tindakan D & C (Dilatasi dan
kuretase). Perubahan pada endometrium juga dapat dilihat dengan USG. Bila ditemukan
ketebalan endometrium lebih dari 5 mm berarti telah terjadi hiperplasia endometrium.
Jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia kistikm atau
hiperplasia adenomatosa, maka pertama kali dapat dicoba pemberian progesteron seperti
MPA dengan dosis 3x10 mg / hari selama 6 bulan, atau dapat juga diberikan depo
medroksiprogesterone asetat (DPMA)
Bila ketebalan endometrium kurang dari 6 mm dapat langsung diberikan kombinasi estrogen-
progesteron, seperti estrogen equin konyugasi 1x0,3 mg , atau 17- estradiol 1x2 mg + MPA
1x10 mg yang dibekian secara berkelanjutan selama 6 bulan. Bila tidak ada perbaikan, maka
perlu dilakukan tindakan D&C . dan pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil patologi
anatomi yang diperoleh. Namun pasien dengan faktor risiko kanker endometrium seperti
kegemukan, DM, dan hipertensi sebaiknya tetap dilakukak D&C , meskipun ketebalan
endometrium <5 mm.

Berdasarkan banyaknya perdarahan


Jika Perdarahan Uterus Disfungsional telah ditegakkan dan perdarahannya tidak banyak serta
tidak terdapat diskrasia perdarahan, dapat dilakukan observasi tanpa melakukan intervensi
terlebih dahulu.
Apabila pasien mengalami perdarahan sedang , pasien dapat diberikan :
o Kontrasepsi Oral Estrogen dosis tinggi selama 3 minggu atau
o Regimen 3-4 pil kontrasepsi oral dosis rendah per hari selama 1 minggu kemudian
diikuti dengan penurunan ke dosis lazim sampai 3 minggu.
Apabila pasien mengalami perdarahan berat :
o Pasien perlu dirawat di rumah sakit, tirah baring.
o Diberikan suntikan estradiol valerate (10mg) dan hydroxyprogesterone caproate (500
mg) intramuskular ; atau
o Conjugated estrogens (25 mg) intravena atau intramuskular.
o Berikan preparat besi untuk mencegah anemia
Untuk mencegah kekambuhan perlu diberikan kontrasepsi oral siklik selama 2-3 bulan atau
dapat dilakukan induksi mentruasi setiap 2-3 bulan dengan 10 mg hydroxyprogesterone
acetate oral, 1-2 kali per hari selama 10 hari .
Jika pemberian terapi hormon gagal mengontrol perdarahan uterus, perlu dilakukan evaluasi
dan pemeriksaan biopsi endometrium, histeroskopi, atau dilatasi dan kuretase untuk
diagnosis lebih lanjut dan terapi.

4. Haid dan istihadah dalam islam


DARAH WANITA
Haid : Keluar dalam keadaan sehat,
Nifas: Keluar setelah melahirkan
Istihadlah : Keluar tidak pada hari haid dan nifas; dalam keadaan sakit (darah penyakit).

Akibat Hukum Datangnya Haid


o Seorang wanita dianggap telah balig, menjadi mukallaf, dianggap telah cukup cakap
bertindak hukum.
o Pertanda wanita tersebut tidak hamil,
o Dijadikan sebagai batas penghitungan masa iddah bagi wanita subur.
o Menjadikannya wajib mandi saat haidnya berhenti.
o Haram melakukan hubungan badan pada masa tersebut. Ulama berbeda pendapat
tentang saksi (kaffarat) yang melanggarnya (wajib dan tidak wajib).

Datang atau Berhentinya Haid Saat Waktu Shalat atau Puasa


Jika haid datang pada waktu shalat dan dia belum shalat, dia berhutang shalat.
Jika berhenti haid, maka harus segera mandi dan shalat, jika tidak, maka termasuk
mengabaikan shalat.

DALAM KEADAAN HAID DAN NIFAS DIPERBOLEHKAN


1. Berdzikir, berdoa, dll.
2. Membaca Al-Quran dan memegang mushaf Al Quran (Khilafiah).
3. Bermesraan dengan suami, sepanjang tidak coitus.
4. Melakukan berbagai aktivitas yang baik, selain yang terlarang atas wanita yang dalam
keadaan haid /nifas

ISTIHADHAH
Darah yang mengalir dari kemaluan wanita bukan pada waktunya dan keluarnya dari
urat. (An-Nawawi).
Darah segar yang di luar kebiasaan seorang wanita disebabkan urat yang terputus (Al-
Qurthubi).
Darah yang terus menerus keluar dari seorang wanita dan tidak terputus selamanya atau
terputus sehari dua hari dalam sebulan (Al-Utsaimin)
Tidak wajib, hanya mesti wudhu (Jumhur ulama).
Mandi setiap shalat = sunnah (Empat Imam Mazhab)

Perbedaan antara Darah Istihadlah dengan Darah Haid


Warna
o Haid umumnya hitam, sedangkan Istihadlah umumnya merah segar.
Kelunakan dan Kerasnya
o Haid sifatnya keras dan Istihadlah lunak.
Kekentalan
o Haid kental sedangkan Istihadlah sebaliknya.
Aroma
o Haid beraroma tidak sedap atau busuk.

Batasan Shalat bagi penderita Istihadhah


Dalam Batasan Umum:
Salat wajib dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syarak, namun
dalam keadaan khusus, seperti tidak adanya kemampuan karena sakit dan lainnya, misalnya,
tidak mampu ditunaikan dengan berdiri, boleh dilakukan dengan berdiri sambil bersandar, dan
seterusnya sesuai dengan kadar kemampuannya.
Penggunaan Obat utk Mencegah Haid
o Niat, untuk kesempurnaan ibadah haji = mubah.
o Niat, puasa Ramadhan sebulan penuh = makruh, tetapi bagi wanita yang sulit
mengqadhanya pada hari lain = mubah.
o Selain dua alasan di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila untuk perbuatan
yang menjurus pada pelanggaran hukum agama = Haram.

FATWA MUI TENTANG PENGGUNAAN PIL PENUNDA HAID


Penggunaan pil anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya mubah.
Pengunaan pil anti haid dengan maksud agar dapat mencukupi puasa Ramadhan
sebulan penuh, hukumnya makruh, tetapi bagi wanita yang sukar mengqadha puasanya
pada hari lain, hukumnya mubah.
Penggunaan pil anti haid selain dua hal di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila
untuk perbuatan yang menjurus pada pelanggaran hukum agama, hukumnya haram

DAFTAR PUSTAKA
http://muslimah.or.id/ramadhan/hukum-obat-pencegah-haid-selama-ramadhan-amalan-
wanita-haid.html
Cormack D.H. Introduction to Histology. Philadelphia, J.B. Lippincott Company, 1984:299-303

Ganong W.F. 2008. Buku Ajar FIsiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gunawan ,SG.(2007).Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Departement Farmakologi dan


Terapeutik FKUI

Guyton, Hall. 2006. Text Book of Medical Physiology 11th edition. Philadelphia: Elsevier
Soundres

Harrisons : Principles of Internal medicine, 18th

http://emedicine.medscape.com/article/953945-treatment

th
Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10 edition, Washington, Lange, 2003:
316-23

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2005

Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku Ajar Histologi. Ed 5. Jakarta : EGC.

Murray,RK et al (2003). Biokimia Harper edisi 25.Jakarta.EGC

Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Standar Pelayanan Medik. Jakarta : 2006

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Ed. 4. Jakarta : EGC.

Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Scherzer W J, Clamrock H, 1996. Amenorea, Novaks Gynecology, 12 th edition, William &


Wilkins, Baltimore, 809 831

Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sel. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001

Anda mungkin juga menyukai